Anda di halaman 1dari 37

FARMASI KLINIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya

Pembimbing:
Apt. Wara Rejeki, S.Si.

Disusun Oleh
Riski Amalia Purnama Sari, S.Ked
(21904101013)

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


LABORATORIUM ILMU FARMASI KEDOKTERAN
RUMAH SAKIT ISLAM UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga laporan farmasi klinis dengan judul
“Farmasi Klinis” ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Tujuan penyusunan laporan farmasi klinis ini guna memenuhi tugas Kepaniteraan
Klinik Madya bagian Ilmu Farmasi Kedokteran serta melatih dalam menggunakan
ilmu farmasi klinis di kegiatan sehari-hari sebagai seorang dokter nantinya.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Untuk
itu, saran dan kritik dari para pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan
ini. Atas saran dan kritik pembimbing dan pembaca, penyusun ucapkan terima
kasih.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun, pembaca serta rekan-rekan
lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
farmasi kedokteran.

Pamekasan, 25 September
2020

Riski Amalia Purnama Sari, S.Ked


21904101013

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................1
1.2 TUJUAN........................................................................................2
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 FORMULIR PENGKAJIAN RESEP............................................3
2.2 FORMULIR INFORMASI OBAT................................................23
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN..............................................................................27
3.2 SARAN..........................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pelayanan kefarmasian adalah suatu


pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Hal
ini diperjelas dengan Permenkes RI No. 72 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
rumah sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan
kefarmasian merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.
Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan
kefarmasian.
Apoteker khususnya yang bekerja
di rumah sakit dituntut untuk merealisasikan
perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari
orientasi produk menjadi orientasi pasien.
Kompetensi apoteker perlu ditingkatkan secara
terus menerus agar perubahan paradigma tersebut
dapat diimplementasikan (Menkes RI, 2016).
Pelayanan farmasi klinik merupakan
pelayanan langsung yang diberikan apoteker
kepada pasien dalam rangka meningkatkan
1
outcome terapi Diberlakukannya standar pelayanan
dan kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk
meminimalkan meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian,
resiko terjadinya menjamin kepastian hukum
efek samping
karena obat, untuk
tujuan
keselamatan
pasien (patient
safety) sehingga
kualitas hidup
pasien (quality of
life) terjamin.
Pelayanan farmasi
klinik yang
dilakukan
meliputi
pengkajian dan
pelayanan resep,
penelusuran
riwayat
penggunaan obat,
rekonsilisasi obat,
pelayan informasi
obat (PIO),
konseling, visite,
pemantauan terapi
obat (PTO),
monitoring efek
samping obat
(MESO), evaluasi
penggunaan obat
(EPO), dispensing
sediaan steril dan
2
bagi tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dari penggunaan obat yang tidak
rasional. Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian. Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit meliputi standar
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,bahan medis habis pakai dan
pelayanan farmasi klinik (Menkes RI, 2016).

1.2.Tujuan

1. Mengetahui bagaimana cara pengkajian resep


2. Mengetahui bagaimana cara pelayanan informasi obat
3. Mengetahui bagaimana cara pelaporan efek samping obat
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Kajian dan Telaah Resep
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan yang langsung dan
bertanggungjawab yang diberikan kepada pasien dalam rangka meningkatkan
outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat,
untuk tujuan keselamatan dan menjamin kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi
klinik yang dilakukan meliputi pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran
riwayat penggunaan obat, rekonsilisasi obat, pelayan informasi obat (PIO),
konseling, visite, pemantauan terapi obat (PTO), monitoring efek samping obat
(MESO), evaluasi penggunaan obat (EPO), dispensing sediaan steril dan
pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD) (Menkes RI, 2016).
Pada Interpretasi pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan
obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap
alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan
pemberian obat medication error.
Tujuan pengkajian pelayanan dan resep untuk menganalisis adanya
masalah terkait obat. Jika ditemukan masalah terkait obat harus segera
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Kegiatan pengkajian yang dilakukan
yaitu pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Manfaat
melakukan pengkajian dan pelayanan resep, risiko klinis, finansial, dan legal
dapat diminimalisir.

Persyaratan administrasi meliputi:


a) Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan serta tinggi badan
b) Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
c) Tanggal resep
d) Ruangan atau unit asal resep
Persyaratan farmasetik meliputi
a) Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan
b) Dosis dan jumlah obat
c) Stabilitas
Aturan dan cara Penggunaan Persyaratan klinis meliputi
a) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
b) Alergi, interaksi dan efek samping obat
c) Kontraindikasi
1. Pengkajian Pelayanan Resep
Resep 1. Pada Pasien Dewasa
Permasalahan
Tabel 1. Pengkajian Resep 1 Pada Pasien Dewasa
Nama Pasien : Tn. M
Usia : 56 Tahun
Ada/
Nama Dokter : dr. C
Tida Permasalahan
Tgl.
: 24-9-2020 k
Peresepan
No Pengkajian
I ADMINISTRATIF

1. Dokter Pada resep terdapat nama dokter dan terdapat


(Nama,  alamat tempat praktik dokter pada resep yaitu
Alamat) RS terkait.

2. Tanggal  Tanggal sudah diisi


3. Tanda
tangan/paraf x Pada obat tidak disertai paraf dokter pada resep.
dokter
4. Nama
 Nama pasien sudah diisi
pasien
Tidak didapatkan kolom alamat pada resep,
namun terdapat kolom nama ruangan pada
5. Alamat x resep. hal ini dimungkinkan karena kebijakan
rumah sakit yang tidak perlu menuliskan alamat
pada resep.

6. No. RM  Nomer RM sudah diisi


II FARMASETIK
1. Bentuk
x Pada inscriptio tidak disertai bentuk sediaan.
sediaan
Perhitungan Dosis pada obat Glimepiride
Dosis yang dapat digunakan 1mg/hari hingga
maksimal 6 mg/hari..
Perhitungan pada obat CPG
Dosis maintenance 75mg/hari.
Perhitungan pada obat Aspilet (Aspirin)
Dosis loading 150-300 mg dan dosis
pemeliharaan 75-100 mg setiap hari untuk
jangka panjang
Perhitungan pada obat Atorvastatin
Dosis awal 10 mg sekali sehari, interval 4
minggu tingkatkan hingga maksimal 80 mg she
ari sekali.
2. Dosis ±
Perhitungan pada obat Digoxin
Dosis 1 x 0,125-0,5mg peroral.
Perhitungan pada obat Allopurinol
Dosis awal 100 mg peroral sekali sehari.
Pemeliharaan : 200-300 mg/hari (gout ringan),
400-600mg/hari (gout sedang-berat)dalam dosis
terbagi.
Perhitungan pada obat Fenofibrat
Dosis maintenance 200-400 mg/hari
Perhitungan pada obat Telmisartan
Dosis maintenance 40 mg/hari, jika target
tekanan darah belum tercapai, dosis dapat
ditingkatkan hingga maksimal 80 mg/hari
Pada resep obat ada beberapa tidak di
3. Cara
± informasikan kapan pemakaiannya (sesudah
pemakaian
makan, sebelum makan, atau saat makan)
III KLINIS
1. Alergi x Pada peresepan tidak diisi kolom alergi yang
dimiliki pasien.
Interaksi antara obat
Ada interaksi antar obat

2. Interaksi 
 Fenofibrate + atorvastatin.
Keduanya meningkatkan efek yang lain dengan
sinergisme farmakodinamik. Hindari atau Gunakan
Obat Alternatif. Fenofibrate selanjutnya dapat
meningkatkan risiko rhabdomyolysis ketika
ditambahkan ke rejimen statin yang optimal untuk
menurunkan TG lebih lanjut dan meningkatkan HDL
 Atorvastatin + digoksin
atorvastatin akan meningkatkan kadar atau efek
digoksin oleh Efflux pengangkut P-glikoprotein
(MDR1). Gunakan Caution / Monitor.
 Telmisartan + digoxin
Telmisartan meningkatkan kadar digoksin dengan
mekanisme yang tidak diketahui. Gunakan Caution /
Monitor.
 Aspirin + glimepiride
Aspirin meningkatkan efek glimepiride dengan
mekanisme yang tidak diketahui. Gunakan Caution /
Monitor. Risiko hipoglikemia.
 Aspirin + clopidogrel
Agen antiplatelet umum untuk pasien dengan
penyakit kardiovaskular; pantau dengan cermat.
 Fenofibrate + glimepiride
Fenofibrate meningkatkan efek glimepiride dengan
kompetisi pengikatan protein plasma. Gunakan
Caution / Monitor. Hipoglikemia; peningkatan risiko
hipoalbuminemia.
 Telmisartan + aspirin
Keduanya meningkatkan toksisitas satu sama lain
(lihat komentar). Gunakan Caution / Monitor.
Komentar: Dapat menyebabkan kerusakan fungsi
ginjal, terutama pada orang tua atau individu dengan
volume yang berkurang.
 Aspirin + telmisartan
Aspirin menurunkan efek telmisartan dengan
antagonisme farmakodinamik. Modifikasi Terapi /
Monitor Secara Dekat. NSAID menurunkan sintesis
prostaglandin ginjal vasodilatasi, dan dengan
demikian mempengaruhi homeostasis cairan dan
dapat mengurangi efek antihipertensi.
 Telmisartan + aspirin
Telmisartan dan aspirin keduanya meningkatkan
kalium serum. Gunakan Caution / Monitor.
 Telmisartan + digoxin
Telmisartan dan digoxin keduanya meningkatkan
serum kalium. Gunakan Caution / Monitor.
 Aspirin + digoksin
Aspirin dan digoksin keduanya meningkatkan kalium
serum. Gunakan Caution / Monitor.
 Telmisartan + atorvastatin
Telmisartan meningkatkan toksisitas atorvastatin oleh
Other (lihat komentar). Gunakan Caution / Monitor.
Komentar: Penghambat OATP1B1 dapat
meningkatkan risiko miopati.
 Aspirin + glimepiride
Aspirin meningkatkan efek glimepiride dengan
kompetisi pengikatan protein plasma. Kecil /
Signifikansi Tidak Diketahui. Dosis besar salisilat.
Interaksi antara obat dengan makanan.
3. Efek Glimepiride : Kesulitan menelan, pusing
samping detak jantung cepat, gatal-gatal, pembengkakan
kelopak mata atau di sekitar mata, wajah, bibir,
atau lidah, sesak napas, ruam kulit, sesak,
 malaise.
CPG : Nyeri dada, memar ungu gelap, gatal,
sakit, kemerahan, bintik-bintik merah atau ungu
pada kulit.
Aspilet (Aspirin) : Gangguan pencernaan,
gangguan pendengaran, vertigo, reaksi
hipersensitivitas, trombositopenia.
Atorvastatin : Miositis sementara, sakit kepala,
perubahan fungsi ginjal, hati dan efek saluran
cerna (nausea, vomiting nyeri abdomen dll),
reaksi hipersensitivitas dan ruam kulit.
Digoxin : gangguan pencernaan (mual, muntah,
anoreksia, diare, nyeri abdomen), gangguan
psikologi (depresi, delirium dan halusinasi),
trombositopenia, aritmi dan blok jantung.
Allopurinol : demam,sakit tenggorokan, sakit
kepala, ruam kulit, rasa sakit dan perdarahan
ketika berkemih.
Fenofibrat :gangguan saluran cerna, pruritus,
ruam kulit, urtikaria, impotensi, miotoksikasi,
gangguan ginjal, vertigo dll
Telmisartan : hipotensi dengan kadar renin
yang tinggi seperti keadaan hipovolemi, gagal
jantung, hipertensirenovaskular, dan sirosis
hepatis.
Referensi:
Anonim. 2020. Prescription Drug
Information,Interaction & Side effects, Terdapat
di
http://www.drugs.com/drug_interaction s.html
(Diakses tanggal 25 September 2020 pukul 20.00
WIB)
Anonim. 2020. Drug Interaction Checker
(online) http://www.reference.medscape.com
(Diakses tanggal 25 September 2020 pukul
19.00 WIB)
4. Duplikasi  Tidak didapatkan duplikasi.
Pembenaran Resep 1 pada Dewasa
Resep yang tidak tersedia pada folmularium nasional untuk BPJS diresepkan tersendiri pada resep umum.
BPJS :
2 Pengkajian Pelayanan Resep

Resep 2. Pada Pasien Dewasa

14
Permasalahan
Tabel 3. Pengkajian Resep 2 Pada Pasien Dewasa
Nama Pasien : Ny. N
Usia :-
Ada/
Nama Dokter : dr. G
Tida Permasalahan
Tgl.
: 24-9- 2020 k
Peresepan
No Pengkajian
I ADMINISTRATIF
1. Dokter
Pada resep terdapat nama dokter dan terdapat alamat
(Nama, 
rumah sakit tempat praktik dokter.
Alamat)
2. Tanggal  Tanggal sudah diisi
3. Tanda
tangan/paraf  Paraf dokter tertera pada penulisan resep
dokter
4. Nama
 Nama pasien sudah diisi
pasien
Tidak didapatkan kolom alamat pada resep, namun
terdapat kolom nama ruangan pada resep. hal ini
5. Alamat x
dimungkinkan karena kebijakan rumah sakit yang
tidak perlu menuliskan alamat pada resep.

6. No. MR x No . MR tidak dicantumkan pada resep.

II FARMASETIK
1. Bentuk
x Pada inscriptio tidak disertai bentuk sediaan.
sediaan
Perhitungan pada obat Velacom plus 1/250
2. Dosis  (glimepiride dan metformin)
Dosis 20 mg/ hari
Perhitungan pada obat Lancid (Lansoprazole)
Tukak lambung dan duodenum : 15-30 mg/hari selama
4-8 minggu, dosis pemeliharaan 15 mg/hari
GERD : 30 mg/hari selama 4-8 minggu
Perhitungan pada obat Rebamipide
Dosis maintenance 3 x 100 mg/hari
Perhitungan pada obat Vioquin (Ciprofloxacin)
Infeksi Ringan : 2x 250 mg/hari; infeksi berat : 2 x
500-750 mg/hari.
Perhitungan pada obat Buscopan
Dosis maintenance 4 x 20 mg/hari
3. Cara
 Telah dilengkapi pada semua resep
pemakaian
III KLINIS
1. Alergi x Pada peresepan tidak diisi kolom alergi yang dimiliki
pasien.
Interaksi antara obat

2. Interaksi 
 Ciprofloxacin + glimepiride
Ciprofloxacin meningkatkan efek glimepiride dengan
sinergisme farmakodinamik. Gunakan Caution / Monitor.
Hiper dan hipoglikemia telah dilaporkan pada pasien
yang diobati bersamaan dengan kuinolon dan agen
antidiabetes. Dianjurkan untuk memantau glukosa darah
dengan cermat.
 Ciprofloxacin + metformin
Ciprofloxacin meningkatkan efek metformin dengan
sinergisme farmakodinamik. Gunakan Caution / Monitor.
Hiper dan hipoglikemia telah dilaporkan pada pasien
yang diobati bersamaan dengan kuinolon dan agen
antidiabetes. Dianjurkan untuk memantau glukosa darah
dengan cermat.
Interaksi antara obat dengan makanan.
Velacom plus 1/250 (glimepiride dan metformin):
Hipoglikemi, gangguan penglihatan sementara,
gangguan pencernaan (mual, muntah, nyeri abdomen,
anoreksia, flatulen dll), rasa logam pada pengecapan,
asidosis laktat, penurunan penyerapan vit. B12,
eritema, pruritus dan urtrikaria dan gangguan fungsi
hati.
Lancid (Lansoprazole) : nyeri kepala, nyeri perut,
muntah, dan diare.
Rebamipide : Kelainan darah, hipersensitivitas
3. Efek
 ( kemerahan dan gatal), gangguan saluran cerna
samping
(konstipasi)
Vioquin (Ciprofloxacin) : gangguan saluran cerna
(mual, muntah, nyeri abdomen, anoreksia, flatulen dll),
pusing, sakit kepala, gangguan tidur, ruam, pruritus,
anafilaksis, gangguan fungsi hati dan ginjal.
Buscopan : mulut kering, sembelit, penglihatan buram
dan takikardi.
Refernsi: Drug Interaction Report. 2020.
https://www.drugs.com/interactions check.php?
drug_list=1989-0,276-0,1750-0,1146-
0,2105-0,705-0
4. Duplikasi  Tidak didapatkan duplikasi.
Pembahasan
Tabel 4. Pembenaran Resep 2 pada Dewasa
Preskripsi Dokter (Kaidah Penulisan Resep)
Unsur-unsur resep:
 Identitas sebagai dokter:
Nama, nomor surat ijin praktik, alamat praktik dan rumah, dokter penulis resep juga dapat
dilengkapi dengan nomor telepon dan hari serta jam selesai praktek. Biasanya sudah tercetak
dalam blanko resep.
 Nama kota (sudah di cetak dalam blanko resep)
 Superscription
Ditulis dengan sumber R/ (recipe = harap diambil). Biasanya sudah dicetak dalam blanko. Bila
diperlukan lebih dari satu bentuk sediaan obat/formula resep, diperlukan penulisan R/ lagi.
 Inscriptio
Ini merupakan bagian inti resep, berisi nama obat, kekuatan dan jumlah obat yang diperlukan
dan ditulis dengan jelas.
 Subscriptio
Bagian ini mencantumkan bentuk sediaan obat (BSO) dan jumlahnya. Cara penulisan (dengan
singkatan bahasa latin) tergantung dari macam formula resep yang digunakan.
Contoh:
- m.f.l.a. pulv. d.t.d.no. X
- m.f.l.a. sol
- m.f.l.a. pulv. No XX da in caps
 Signatura
Berisi informasi tentang aturan penggunaan obat bagi pasien yaitu meliputi frekuensi, jumlah
obat dan saat diminum obat, dll.
Contoh: s.t.d.d.tab.I.u.h.p.c ( tandailah tiga kali sehari satu tablet satu jam setelah makan)
 Identitas Pasien
Umumnya sudah tercantum dalam blanko resep (tulisan pro dan umur). Nama pasien
dicantumkan dalan pro. Sebaiknya juga mencantumkan berat badan pasien supaya kontrol
dosis oleh apotek dapat akurat.
Cara Penulisan Resep
Tidak ada standar baku di dunia tentang penulisan resep. Untuk Indonesia, resep yang lengkap
menurut SK Menkes RI No. 26/2981 (BAB III, pasal 10) memuat:
1. Nama, alamat, Nomor Surat Ijin Praktek Dokter (NSIP)
2. Tanggal penulisan resep
3. Nama setiap obat/komponen obat
4. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
5. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
6. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat dengan jumlah melebihi
dosis maksimum

2.2 Pelayanan Informasih Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi
dan rekomendasi obat yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, perawat, profesi kesehatan
lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Puskesmas. Tujuan PIO adalah menyediakan
informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan Puskesmas dan
pihak lain di luar Puskesmas, menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan obat/sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan
meningkatkan penggunaan obat yang rasional. Manfaat PIO adalah peningkatan kesehatan
masyarakat (promotif), pencegahan penyakit (preventif), dan penyembuhan penyakit (kuratif)
(Menkes RI, 2016).
Tabel 5. Pelayanan Informasi Obat

FORMULIR INFORMASI OBAT SIFAT JAWABAN


CITO /
Dapat Ditunda
PERTANYAAN

NO:…………… Tgl:20-03-2020 Waktu 18.05. WIB Metode: Lisan / Telpon / Tertulis

1. Identitas Penanya
Nama : Sdr. D Status : Petugas Kesehatan
No. Telp : 081********** Pekerjaan : Bidan

2. Jenis Pertanyaan
Identifikasi Obat Farmakokinetika / Farmakodinamika
X Stabilitas Toksisitas
Harga obat Cara pemakaian
Efek samping obat Cara penyimpanan
Dosis Cara pemberian
Interaksi Obat Komposisi
Kompatibilitas Indikasi obat
Lian - lain ……………………………………………..

3. Pertanyaan sesungguhnya
Uraian: Fargoxin injeksi setelah direkonstitusi disimpan disuhu ruang atau kulkas? Berapa lama stabilitasnya?
……….………………………………………………………………………………………………………………………...
……….………………………………………………………………………………………………………………………...
……….………………………………………………………………………………………………………………………...
……….………………………………………………………………………………………………………………………...
JAWABAN

Tgl:…20-03-2020 Waktu 15.00 WIB Metode: Lisan / Telpon / Tertulis

4. Waktu Penyampaian Jawaban


Segera Dalam 24 jam Lebih dari 24 jam

5. Jawaban
Sedian Fargoxin injeksi setelah direkonstitusi (diencerkan atau ditambahkan zat tambahan) disimpan dalam
suhu ruangan dan terhindar atau terlindung dari cahaya. Sedian Fargoxin injeksi, stabil 24 jam setelah
direkonstitusi, dimana hanya boleh digunakan 24 jam setelah direkonstitusi.
……….………………………………………………………………………………………………………………………...
……….………………………………………………………………………………………………………………………...
……….………………………………………………………………………………………………………………………...
6. Referensi
Medscap
United States Pharmacopia 29. Chapter 795: Pharmaceutical coumpounding –nonsterile preparation.
WHO. 2002.Stability criteria and Beyound Use Dating.
Apoteker

( )
2.3 FORMULIR PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT

Kepada

Pengirim :
Nama : Hanum F
Profesi ....A..p..o..t.e..k.e..r.............
No. Telepon ....

Penjelasan :
1. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) yang dilakukan di RSI UNISMA dimaksudkan untuk memonitor semua
efek samping obat yang dijumpai pada penggunaan obat.
2. Hasil evaluasi dari semua informasi yang terkumpul akan digunakan sebagai bahan untuk melakukan penilaian
kembali obat yang beredar serta untuk melakukan tindakan pengamanan atau penyesuaian yang diperlukan.
3. Umpan balik akan dikirim kepada pelapor

Algoritma Naranjo
Scale
Tidak
diketa
No. Pertanyaan/Questions Ya/ Tidak/
hui/
yes No
Unkno
wn
1. Apakah ada laporan efek samping obat yang serupa? (Are there previous reports on this reaction?) X1 0 0

2. Apakah efek samping obat terjadi setelah pemberian obat yang dicurigai? (Did the Adverse Drug 2 -1 0
Reactions (ADR) appear after the suspected drug was administered?) X
3. Apakah efek samping obat membaik setelah obat dihentikan atau obat antagonis khusus diberikan? X1 0 0
(Did the ADR improve when the drug was discontinued or specific antagonist was administered?)
4. Apakah efek samping obat terjadi berulang setelah obat diberikan kembali? (Did the ADR secure 2 -1 X0
when teh drug was given?)
5. Apakah ada alternatif yang dapat menjelaskan yang kemungkinan terjadinya efek samping obat? (Are -1 2 X0
there alternative causes that could on their own have caused the reaction?)
6. Apakah efek samping obat muncul kembali ketika plasebo diberikan? (Did the ADR reappear when a -1 1 X0
placebo was given?)
7. Apakah obat yang dicurigai terdeteksi didalam darah atau cairan lainnya dengan konsentrasi yang 1 0 X0
toksik? (Was the drug detected in the blood (or the fluid) in concentration know to be toxic?)
8. Apakah efek samping obat bertambah parah ketika dosis obat ditingkatkan atau bertambah ringan 1 0 X0
ketika obat diturunkan dosisnya?(Was the ADR more severe when the dose was increased or less
severe when the dose was decreased?)
9. Apakah pasien paernah mengalami efek samping obat yang sama atau dengan obat yang mirip 1 0
X0
sebelumnya?(Did the patient have a similiar ADR to the same or similiar drugs in any previous
exposure?)
10. Apakah efek samping obat dapat dikonfirmasi dengan bukti yang objektif? (was the ADR confirmed 1 0X 0
by the objective evidence?)
Total Score 4
Naranjo probability Scale
Score Category
9+ Higly probable
5–8 Probable
1-4 Possible
0 Doubtful

24
FORMULIR PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT
PENDERITA
Nama (Singkatan) Umur : Suku : Berat badan Pekerjaan :
Sdr. M 14 tahun Jawa : -Kg -
Nomor Medical Record : Penyakit Utama : Kesudahan Penyakit Utama
266xxx Cedera Kepala Ringan (CKR) (beri tanda X) :
Ruang Rawat : Strauberi
x Sembuh
Meninggal
DPJP : Sembuh dengan gejala sisa
Belum sembuh
Tidak tahu

Jenis Kelamin (beri tanda X)


Penyakit/kondisi lain yang menyertai (beri tanda x)
Pria ..(X)..................................
Gangguan ginjal Kondisi medis lainnya
Wanita :
Gangguan hati Faktor industri, pertanian, kimia
Hamil....................... Alergi Lain-lain
Tidak hamil.............
Tidak tahu...............
EFEK SAMPING OBAT
Bentuk/manifestasi E.S.O. yang terjadi Saat/Tanggal mula terjadi Kesudahan E.S.O. (beri tanda X) :
merah dan gatal pada leher setelah 04-10- 2018 Tanggal : 04-10- 2018
injeksi Santagesik (Onset 3 jam)
Sembuh (X)
Meninggal
Sembuh dengan gejala sisa
Belum sembuh
Tidak tahu
Riwayat E.S.O. yang pernah dialami :
Tidak ada
Tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi reaksi ESO :
Penghentian pemberian santagesik dan dilanjutkan dengan pemberian injeksi dexametason 5 mg untuk mengatasi ESO

OBAT
Beri tanda Pemberian
Nama
Bentuk No. X untuk Indikasi
(Nama Dagang/Nama Dosis/Wakt Tgl. Tgl.
sediaan Bets obat yang Cara Penggunaan
Generik/Pabrik/IF) u Mula Akhir
dicurigai
1. Ceftriaxone Serbuk IV 500 mg/12 5/10/18 8/10/18 Antibiotik
injeksi jam
2. Santagesik Cairan IV 1 gram 4/10/18 4/10/18 Analgesik
injeksi X
3. Ondansentron 4 mg Cairan IV 4 mg K/P 4/10/18 8/10/18 Antiemetik
injeksi
4. Piracetam 3 mg Cairan IV 3 gram 4/10/18 4/10/18 Nootropik
injeksi
5. Piracetam 1 mg Cairan IV 1 gram 5/10/18 8/10/18 Nootropik
injeksi
6. Omeprazole Serbuk IV 40 mg/21 4/10/18 4/10/18 Profilaksis Stress
injeksi jam Ulcer
7. Dexametason Cairan IV 5 mg 4/10/18 5/10/18 Antialergi
injeksi
8. Neurobion Cairan IV 5000mg/24 5/10/18 8/10/18 Vitamin
injeksi jam
Apakah reaksi ESO hilang setelah dihentikan? Apakah reaksi ESO yang sama timbul sewaktu obat yang dicurigai
Ya/tidak/tidak tahu (coret salah satu) digunakan kembali?
Ya/tidak/tidak tahu (coret salah satu)
Keterangan tambahan : penggunaan santagesik dihentikan dan Data laboratorium (bila ada):
ditambahkan terapi Dexametason n 5 mg ekstra. Tgl. Pemeriksaan : -
Malang, tgl 06-10-2018
Tanda Tangan Pelapor

(Hanum F)

Pembahasan:
Santagesik adalah merek dagang yang didalamnya memiliki kandungan obat dengan generik
metamizole. Metamizole adalah salah satu bagian dari OAINS (Dedianto, 2019). Metamizol memiliki
efek samping obat salah satunya berupa hipersensitivitas, dimana prevalensi reaksi hipersensitivitas
akibat OAINS berkisar antara 0,6 hingga 2,5% pada populasi umum, dan diketahui lebih sering terjadi
pada wanita, pasien dengan riwayat urtikaria kronik, dan riwayat asma (Dedianto, 2019). Penderita
atopi juga telah dilaporkan sebagai salah satu faktor risiko terjadinya reaksi hipersensitivitas akibat
OAINS (Dedianto, 2019). Metamizol merupakan suatu garam sulfonat dari suatu senyawa aminopirin
dan memiliki sifat yang mirip dengan OAINS lainnya. Sinonim dari metamizol antara lain :
metampiron, dipiron, analginum, dan sulpirin (Marina, 2012).

Metamizol juga memiliki efek samiping obat yaitu dapat menyebabkan risiko agranulositosis,
dimana kondisi ini diketahui fatal dan membahayakan, beberapa negara telah melarang peredaran atau
mengurangi aturan penggunaan dari metamizole (Marina, 2012). Pada beberapa negara lain masih
mengedarkan dan mengizinkan penggunaan metamizol sebagai obat bebas (Marina, 2012). Penggunaan
metamizol juga banyak dikaitkan dengan adanya peningkatan risiko agranulositosis dan syok, anemia
aplastis, efek pada kulit (menginduksi toksik nekrolisis epidermal), hipersensitivitas, dan porfiria
(Marina, 2012).
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Setelah mempelajari dan menganalisa mengenai pelayanan dan peresepan obat,


pelayanan informasi obat dan menganalisis efeksamping obat pada topik farmasi klinis di
RSI UNISMA. Dari pengkajian didapatkan kesimpulan, masih didapatkan beberapa
penulisan resep yang tidak sesuai kaidah administratif, farmasetik, dan klinis yang sesuai
pedoman farmasi klinis.

3.2. Saran
Perlu dilakukan evaluasi dan pengkajian ulang dan berkelanjutan terhadap aspek
farmasi klinis di RSI UNISMA untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit dan tenaga medis terhadap pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2020. Prescription Drug Information,Interaction & Side effects, Terdapat di
http://www.drugs.com/drug_interactions.html (Diakses tanggal 25 September 2020 pukul
20.00 WIB)

Anonim. 2020. Drug Interaction Checker (online) http://www.reference.medscape.com (Diakses


tanggal 25 September 2020 pukul 19.00 WIB)

Anonim. 2020. Drug Interaction Checker (online) http://www.reference.medscape.com (Diakses


tanggal 25 September 2020 pukul 19.00 WIB)
BPOM. 2012. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.33.12.12.8915 Tahun 2012 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Dedianto H, Ni Luh P N L, Ni Wy D P. 2019. Reaksi Hipersensitivitas pada Kulit Akibat Obat
Anti Inflamasi Non Steroid. Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Jurnal
Kedokteran 2019,8(3): 6-13
Drug Interaction Report. 2020. https://www.drugs.com/interactions-check.php?drug_list=1989-
0,276-0,1750-0,1146-0,2105-0,705-0(Diakses tanggal 25 September 2020 pukul 17.00
WIB)
Kementrian Kesehatan RI. 2019.Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit. Jakarta: Kemenkes RI.
Kisrini, 2017. Ketrampilan Penulisan Resep, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Marina K, Zullies I, Budi R. 2012. Evaluasi Penggunaan Metamizol Di Beberapa Tempat
Pelayanan Farmasi Di Kabupaten Cilacap. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Jurnal
manajemen dan pelayanan farmasi.
Moh. Anief, 2010., Ilmu Meracik Obat dan Farmasetika , Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.
29
32

Anda mungkin juga menyukai