Disusun Oleh:
Kelompok 1
Anggota:
1. Nanda Nurmassita Rizki Anisa (2014905)
2. Rayyan Cahya Adikurniawan (2014907)
3. Pramudhita Isa Zafira (2014909)
4. M. Dzulfahmi Ali Fikri (2014914)
5. Achmad Zauzi Rifqi (2014917)
Gambar 2.1 Humidity chart for misture air and water vapor at a total pressure of 101,325 kPa
(760 mmHg) (R. E. Treybal, Mass-Trasfer Operation, 1980)
Dalam proses humidifikasi juga mengenal kondisi lain seperti berikut ini :
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari satuan campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan.
Dehumidifikasiadalah proses perpindahan / pengembunanuapcairan (A) daricampuran
[uap air (A) dan gas (B)] karena proses pendinginanmaupunkontakantaracairan (A) (yang
temperaturnyalebihrendah) dengancampurannya.
Kalor lembab (Humid Heat)
Ialah energy kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 lb atau 1g gas, beserta
segala uap yang dikandungnya, sebesar 1 ºF atau 1 ºC.
Humidity volume (VH)
Ialah volume total satu satuan massa gas bebas uap beserta segala uap yang
dikandungnya, pada tekanan 1 atm dan suhu gas. Sesuai dengan hukum gas maka
diperoleh persamaan :
0,0224 T 1 H
VH =
273 MB MA ……………………(2.4)
Dimana :VH = volume total
T = suhu
H = humidity (Geankoplis C, 1997)
Gas jenuh (Saturated Gas)
Adalah udara dengan uap air yang berkesetimbangan dengan air pada kondisi P dan T tertentu.
Dalam campuran ini tekanan parsial dari uap air dalam campuran udara air adalah sama dengan
tekanan uap air (PAS) murni pada suhu tertentu. Sehingga humidity jenuh (Hs) adalah:
18,02 PAS
HS =
28,97 (P PAS ) …………………………….(2.5)
Dimana :PAS = tekanan uap air
HS = kelembaban jenuh
Laju perpindahan panas dapat dinyatakan dengan menggunakan luas permukaan zat
cair, penurunan suhu, dan koefisien perpindahan panas, yang dapat dinyatakan dengan
persamaan :
q = hy (T – Ti) A …………………………….(2.6)
Dimana : q = laju perpindahan panas sensibel zat cair
hy = koefeisen perpindahan panas antara gas dan permukaan zat cair
Ti = suhu pada antar muka
A = luas permukaan zat cair
Sedangkan Laju perpindahan massa dapat dinyatakan dengan koefisien perpindahan massa,
luas, dan gaya dorong fraksi mol uap.
NA = (yi – y) A ……………………………..(2.7)
Ketika dinding kolom dibasahi dan terisolasi dari lingkungannya sehingga sistem operasi
merupakan sistem adiabatik dan cairan diresirkulasi dari bagian dasar kolom melalui reservoir
ke puncak kolom, sistem operasi digambarkan sebagai humidifikasi adiabatik. Dalam keadaan
ini, hubungan antara komposisi gas dan suhu gas dan cairan dapat dihitung dari termodinamika
properti dan neraca massa dan energi.
Berdasarkan pertimbangan, dinding kolom yang dibasahi sebagai humidifier adiabatik
dengan ketentuan untuk kontrol suhu cairan di reservoir dan penambahan "make up" cairan ke
reservoir pada suhu terkontrol. Asumsikan bahwa gas dan cairan seluruh sistem pada awalnya
pada suhu yang sama. Massa dari cairan ditransfer sebagai proses penguapan, penurunan suhu
yang diperlukan sebagai panas laten penguapan. Suhu cairan yang jatuh di bawah suhu gas,
panas ditransfer dari gas ke cairan. Dengan cara ini gas didinginkan dan dilembabkan.
Jika cairan masuk ke puncak kolom, harus dipertahankan pada suhu cairan keluar, tingkat
suhu menurun cair, dan gradien suhu cairan melalui kolom menurun sedangkan suhu dan
kelembaban gas yang masuk tetap konstan . Suhu gas yang keluar akan menurun karena suhu
cairan berkurang karena kecepatan transfer panas yang lebih besar diperoleh dengan perbedaan
besar dalam suhu antara gas dan cairan. Suhu gas buang akan selalu lebih tinggi dari cairan
masuk. Proses pendinginan ini akan berlanjut sampai laju transfer panas dari gas ke cairan
hanya setara dengan panas laten yang dibutuhkan untuk menguapkan cairan.
Menurut McCabe, 1993 “Wetted wll Column pada dasarnya adalah tabung vertikal
dengan saluran inlet cairan di bagian atas dan menyebabkannya mengalir ke bawah di
sepanjang dinding bagian dalam tabung, yangdipengaruhi gravitasi, dan saluran inlet untuk
memasukkan gas ke bagian dalam tabung, di mana ia mengalir melalui menara yang
bersentuhan dengan cairan. umumnya gas memasuki bagian bawah menara dan mengalir
berlawanan dengan cairan (countercurrent), tetapi aliran parrarel dapat digunakan.” (McCabe,
1993)
1. Kompressor
a. Valve kompresor
2. Dry bulb termometer bawah
3. Wet bulb termometer bawah
4. Manometer udara
5. Tabung kolom
6. Dry bulb termometer atas
7. Wet bulb termometer atas
8. Tangki oferflow
9. Tangki penampung
10. Pompa
11. a. Globe valve air
b. Globe valve air
12. Gate valve
13. Heater
a. Globe valve heater
b. Saklar kompresor
14. Saklar heater
15. Saklar pompa
P BM BM H (kg
Bukaan Td1 PA Air Udara water
P (kPa)
(kg/cm )2 Valve (oF) (kPa) vapor/kg
dry air )
P BM BM H (kg
Bukaan Td1 PA Air Udara water
P (kPa)
(kg/cm2) Valve (oF) (kPa) vapor/kg
dry air )
2.7 Grafik
Grafik 2.1 Hubungan laju alir air (Q) dengan koefisien perpindahan massa (Kg)
Grafik 2.2 hubungan laju alir udara (v) dengan koefisien perpindahan massa (Kg)
Grafik 2.3. perbandingan laju alir air (Q) dengan koefisien perpindahan panas (Hg)
Grafik 2.4. Perbandingan laju alir udara (v) dengan koefisien perpindahan panas (Hg)
2.8 Pembahasan
Hubungan antara laju alir volumetrik (Q) dengan koefisien perpindahan massa dalam fase gas
(KG)
𝐾𝑦
Pada persamaan : Kg = (1-YA)LM
𝑃𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎
𝑁𝐴
Dimana : ky =
(𝑌𝐴1 − 𝑌𝐴 )𝐿𝑀
𝑌 𝐴2 𝑌 𝐴1
NA = Vu’[ − ]
1− 𝑌𝐴2 1− 𝑌𝐴1
𝑄 𝑥 𝜌 𝑥 (1− 𝑌𝐴1 )
Vu’ =
𝐵𝑀𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎
Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa laju alir (Q) memiliki hubungan
terhadap nilai koefisien perpindahan massa (KG) dalam fase gas. Nilai dari laju alir (Q)
berbanding lurus dengan koefisien perpindahan massa (KG), sehingga jika nilai laju alir besar
(Q), maka koefisien perpindahan massa semakin besar (KG).
Dari teori tersebut dapat dibuktikan dengan hasil pengamatan pada grafik 2.1 dan grafik 2.2
yang mana laju alir udara maupun air menunjukan bahwa terjadi kenaikan nilai koefisien
perpindahan massa seiring meningkatnya laju alir baik laju alir udara maupun laju alir air.
Pada grafik 2.3 dan 2.4 menunjukan terjadinya peningkatan nilai koefisien perpindahan panas
(HG) apabila laju alir air maupun udara dinaikan. Dengan demikian bahwa laju alir memiliki
hubungan dengan nilai koefisien perpindahan panas (HG). Hal tersebut juga sesuai dengan
persamaan untuk menghitung koefisien perpindahan panas (HG).
𝐵𝑀𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑥 𝜆𝑤 𝑥 𝑘𝑦 𝑥 (𝐻− 𝐻𝑤 )
HG =
(𝑇𝑑 ′ −𝑇𝑤 ′ )𝐿𝑀
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar nilai laju alir suatu fluida maka
nilai koefisien perpindahan panas (HG) akan meningkat. Sehingga dapat dikatakan hubungan
antara laju alir dengan koefisien perpindahan panas (HG) berbanding lurus.
Grafik 2.5 dan 2.6 menunjukan grafik hubungan laju alir terhadap bilangan Reynold. Dari
angka tersebut aliran fluida baik udara maupun air memiliki aliran bersifat laminer.
Bilangan Sherwood dipengaruhi oleh bilangan Reynold. Semakin besar nilai Re, nilai Sh yang
diperoleh akan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa bilangan Sh dipengaruhi oleh bilangan
Re. Laju alir yang semakin besar akan menimbulkan turbulensi di dalam kolom sehingga
perpindahan massa yang terjadi semakin besar
2.9 Kesimpulan
Dari hasil praktikum terkait dengan proses dan nilai koefisien perpindahan massa (KG) dan
koefisien perpindahan panas (HG) sangat dipengaruhi oleh besarnya laju alir suatu fluida baik
fluida air maupun panas. Semakin besar peningkatan nilai laju alir maka terjadi kenaikan nilai
koefisien perpindahan massa (KG) dan koefisien perpindahan panas (HG). Sehingga pada
pembacaan grafik terjadi kenaikan kurva
DAFTAR PUSTAKA
Astawa Ketut, Swantika A A Dwi, Wijaksan Hendra.2017. Jurnal Ilmiah Teknik Desain Mekanika
Vol 6 No 1 Februari 2017 (1-6) dalam Analisa performansi cooling pad tanpa saluran udara
dan dengan saluran udara. Jimbaran Bali: Jurusan Teknik Mesin Universitas Udayana.
Geankoplis, Christie J. 1997. Transport Processes and Unit Operation Third Edition. United States
of America: Prentice-Hall International.
Holman, J P. 1995. Heat Transfer tenth Edition. New York: McGraw-Hill Companies.
McCabe, and Warren Lee. 1993. Unit Operation of Chemical Engineering Fifth Edition. Singapore:
McGraw-Hill Book Co.
Perry’s, Robert H and Don W Green. 1997. Perry’s Chemical Engineers’ Hand Book Seventh
Edition.United States of America:McGraw-Hill Companies.
Yunus, Asyuri Darami. 2009. Perpindahan Panas dan Massa. Jakarta: Universitas Darma Persada.
R. E.Treybal, Mass Transfer Operation, 3rd ed. New York: McGraw-Hill BookCompany, 1980. With
permission”.
https://www.ohio.edu/mechanical/thermo/applied/chapt.7_11/chapter10b.html. Diakses pada
24 November 2020 pukul 16.30.
DAFTAR NOTASI
A. Menghitung laju alir volumetrik Liquid pada hasil kalibrasi bukaan Valve
- Bukaan Valve 1
𝑡1 + 𝑡2
tav =
2
10 + 11,5
=
2
= 10,75 detik
𝑉
Q= (Rohman, 2009)
𝑡𝑎𝑣
500
=
10,75
= 46,5116 mL/detik
- Bukaan Valve 2
𝑡1 + 𝑡2
tav =
2
9,5 + 9
=
2
= 9,25 detik
𝑉
Q=
𝑡𝑎𝑣
500
=
9,25
= 54,0541 mL/detik
B. Menghitung kecepatan laju alir pada tekanan konstan
- Tekanan 1 kg/cm2
ℎ1 + ℎ2
hav =
2
1 + 1,5
=
2
= 1,25 cm
𝑡1 + 𝑡2
tav =
2
1,2 + 1,3
=
2
= 1,25 detik
ℎ𝑎𝑣
v = (Cabe, Mc. 1991).
𝑡𝑎𝑣
1,25
v =
1,25
v = 1 cm/detik
- Tekanan 2 kg/cm2
ℎ1 + ℎ2
hav =
2
2 + 2,2
=
2
= 2,1 cm
𝑡1 + 𝑡2
tav =
2
2,5 + 1,2
=
2
= 1,85 detik
ℎ𝑎𝑣
v =
𝑡𝑎𝑣
2,1
v =
1,85
v = 1,1351 cm/detik
C. Menghitung Laju Volumetrik Udara
Diketahui :Diameter kolom = 0,06 m = 6 cm
Panjang kolom = 0,65 m = 65 cm
K = π.d = 3,14 . 6 =18,84 cm
A = (keliling) × (tinggi)
A = 18,84 × 65 = 1224,6 cm2
- Kondisi Awal Kolom Bawah Pada Tekanan 1 kg/cm2 dan bukaan valve 1
Td1 = 92℉
5
Td1 = x (92-32) = 33,33℃
9
T(℃) PA (kPa)
33 5,029
33,33 PA
34 5,318
𝑇2− 𝑇 𝑃𝐴2 − 𝑃𝐴
=
𝑇2 − 𝑇1 𝑃𝐴2 − 𝑃𝐴1
34 − 33,33 5,318 − 𝑃𝐴
=
34 − 33 5,318 − 5,029
0,67 5,318 − 𝑃𝐴
=
1 0,289
0,19363 = 5,318 - PA
PA = 5,12437 kPa
BM Air = 18,02 g/mol
BM udara = 28,97 g/mol
Rumus didapat dari buku Geankoplis, Eq. (9.3-1) hal. 526
- Humidity
18,02 𝑃𝐴
H=
28,97 (𝑃−𝑃𝐴)
18,02 5,12437
H=
28,97 (101,3−5,12437)
18,02 5,12437
H=
28,97 96,17563
92,3411474
H=
2.786,208001
H = 0,0331 kg water / kg dry air
- Kondisi Awal Kolom Bawah Pada Tekanan 2 kg/cm2 dan bukaan valve 2
Td1 = 93,5℉
5
Td1 = x (93,5-32) = 34,17℃
9
T(℃) PA (kPa)
34 5,318
34,17 PA
35 5,622
𝑇2− 𝑇 𝑃𝐴2 − 𝑃𝐴
=
𝑇2 − 𝑇1 𝑃𝐴2 − 𝑃𝐴1
35 − 34,17 5,622 − 𝑃𝐴
=
35 − 34 5,622 − 5,318
0,83 5,622 − 𝑃𝐴
=
1 0,304
0,25232 = 5,622 - PA
PA = 5,36968 kPa
BM Air = 18,02 g/mol
BM udara = 28,97 g/mol
Rumus didapat dari buku Geankoplis, Eq. (9.3-1) hal. 526
- Humidity
18,02 𝑃𝐴
H=
28,97 (𝑃−𝑃𝐴)
18,02 5,36968
H=
28,97 (101,3−5,36968)
18,02 5,36968
H=
28,97 95,93032
96,7616336
H=
2.779,10137
H = 0,0348 kg water / kg dry air
- Kondisi Akhir Kolom Atas Pada Tekanan 1 kg/cm2 dan bukaan valve 1
Td1 = 105℉
5
Td1 = x (105-32) = 40,56℃
9
T(℃) PA (kPa)
40 7,375
40,56 PA
41 7,777
𝑇2 − 𝑇 𝑃𝐴2 − 𝑃𝐴
=
𝑇2− 𝑇1 𝑃𝐴2 − 𝑃𝐴1
41 − 40,56 7,777 − 𝑃𝐴
=
41 − 40 7,777 − 7,375
0,44 7,777 − 𝑃𝐴
=
1 0,402
0,17688 = 7,777 - PA
PA = 7,60012 kPa
BM Air = 18,02 g/mol
BM udara = 28,97 g/mol
Rumus didapat dari buku Geankoplis, Eq. (9.3-1) hal. 526
- Humidity
18,02 𝑃𝐴
H=
28,97 (𝑃−𝑃𝐴)
18,02 7,60012
H=
28,97 (101,3−7,60012)
18,02 7,60012
H=
28,97 93,69988
136,9541624
H=
2.714,485524
H = 0,0505 kg water / kg dry air
- Kondisi Akhir Kolom Atas Pada Tekanan 2 kg/cm2 dan bukaan valve 2
Td1 = 97℉
5
Td1 = x (97-32) = 36,11℃
9
T(℃) PA (kPa)
36 5,940
36,11 PA
37 6,274
𝑇2 − 𝑇 𝑃𝐴2 − 𝑃𝐴
=
𝑇2− 𝑇1 𝑃𝐴2 − 𝑃𝐴1
37 − 36,11 6,274 − 𝑃𝐴
=
37−36 6,274 − 5,940
0,89 6,274 − 𝑃𝐴
=
1 0,334
0,29726 = 6,274 - PA
PA = 5,97674 kPa
BM Air = 18,02 g/mol
BM udara = 28,97 g/mol
Rumus didapat dari buku Geankoplis, Eq. (9.3-1) hal. 526
- Humidity
18,02 𝑃𝐴
H=
28,97 (𝑃−𝑃𝐴)
18,02 5,97674
H=
28,97 (101,3−5,97674)
18,02 5,97674
H=
28,97 95,32326
107,7008548
H=
2.761,514842
H = 0,0390 kg water / kg dry air
ya = 0,0505
0,0348 ⁄
18,02
ya =1 0,0348
⁄28,97+ ⁄18,02
ya = 0,0530
b. Kolom atas kondisi akhir
ya = 0,0751
𝐻⁄
𝑀𝐴 𝑎𝑖𝑟
ya =1
⁄𝑀 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 + 𝐻⁄𝑀 𝑎𝑖𝑟
𝐵 𝐴
0,0390 ⁄
18,02
ya =1 0,0390
⁄28,97+ ⁄18,02
ya = 0,0590
F. Menghitung laju alir mol Vu’ (uap air)
a. Kolom bawah kondisi awal
- Tekanan udara 1 kg/cm2 bukaan valve 1
Diketahui :v = 1 cm/detik
ya = 0,0505
Dijawab : Vu’ = v . (1-ya)
Vu’ = 1 (1-0,0505)
Vu’ = 0,9495 gmol/detik
Tekanan udara 2 kg/cm2 bukaan valve 2
Diketahui :v = 1,1351 cm/detik
ya = 0,0530
Dijawab : Vu’ = v . (1-ya)
Vu’ = 1,1351 (1-0,0530)
Vu’ = 1,0749 gmol/detik
b. Kolom atas kondisi akhir
- Tekanan udara 1 kg/cm2 bukaan valve 1
Diketahui :v = 1 cm/detik
ya = 0,0751
Dijawab : Vu’ = v . (1-ya)
Vu’ = 1 (1-0,0751)
Vu’ = 0,9249 gmol/detik
Tekanan udara 2 kg/cm2 bukaan valve 2
Diketahui :v = 1,1351 cm/detik
ya = 0,0590
Dijawab : Vu’ = v . (1-ya)
Vu’ = 1,1351 (1-0,0590)
Vu’ = 1,0681 gmol/detik
G. Menghitung fluks massa (NA)
- Tekanan udara 1 kg/cm2 bukaan valve 1
a. Kondisi awal : ya1 = 0,0505
ya2 = 0,0751
Vu’ = 0,9495 gmol/detik
𝑌𝐴 𝑌𝐴
NA = 𝑉𝑢′ [1− 𝑌2 − 1− 𝑌1 ]
𝐴2 𝐴1
0,0751 0,0505
NA = 0,9495 . [ − ]
1−0,0751 1−0,0505
NA = 0,0266 gmol/s.cm2
b. Kondisi akhir : ya1 = 0,0505
ya2 = 0,0751
Vu’ = 0,9249 gmol/detik
𝑌𝐴 𝑌𝐴
NA = 𝑉𝑢′ [1− 𝑌2 − 1− 𝑌1 ]
𝐴2 𝐴1
0,0751 0,0505
NA = 0,9249 . [ − ]
1−0,0751 1−0,0505
NA = 0,0259 gmol/s.cm2
- Tekanan udara 2 kg/cm2 bukaan valve 2
a. Kondisi awal : ya1 = 0,0530
ya2 = 0,0590
Vu’ = 1,0749 gmol/detik
𝑌𝐴 𝑌𝐴
NA = 𝑉𝑢′ [1− 𝑌2 − 1− 𝑌1 ]
𝐴2 𝐴1
0,0590 0,0530
NA = 1,0749 . [ − ]
1−0,0590 1−0,0530
NA = 0,007237 gmol/s.cm2
b. Kondisi akhir : ya1 = 0,0530
ya2 = 0,0590
Vu’ = 1,0681 gmol/detik
𝑌𝐴 𝑌𝐴
NA = 𝑉𝑢′ [1− 𝑌2 − 1− 𝑌1 ]
𝐴2 𝐴1
0,0590 0,0530
NA =1,0681 . [ − ]
1−0,0590 1−0,0530
NA = 0,007192 gmol/s.cm2
𝑃
ya11 =
746
5,12437
ya11 =
746
𝑃
ya12 =
746
5,36968
ya12 =
746
𝑃
Ya21 =
746
7,60012
ya21 =
746
𝑃
Ya22 =
746
5,97674
ya22 =
746
(𝑌𝐴11 − 𝑌𝐴 )−(𝑌𝐴21 − 𝑌𝐴 )
1 2
(YA1 – YA )LM =
(𝑌𝐴11 − 𝑌 )
𝐴1
ln
(𝑌𝐴 )
21 − 𝑌𝐴2
(0,006869−0,0505)−(0,010188−0,0751)
(YA1 – YA )LM = (0,006869−0,0505)
ln(0,010188−0,0751)
Ky = 0,00041 gmol/cm2.detik
Menghitung nilai Kg
(1− 𝑌𝐴1 )−(1− 𝑌𝐴11 )
(1-YA1)LM =
(1− 𝑌𝐴 )
1
ln
(1− 𝑌𝐴 )
11
(1− 0,0505)−(1−0,006869)
(1-YA1)LM = (1− 0,0505)
ln(1− 0,006869)
(1-YA1)LM = 0,9712
(1− 𝑌𝐴2 )−(1− 𝑌𝐴21 )
(1-YA2)LM =
(1− 𝑌𝐴 )
ln 2
(1− 𝑌𝐴 )
21
(1− 0,0751)−(1−0,010188)
(1-YA2)LM = (1− 0,0751)
ln(1− 0,010188)
(1-YA2)LM = 0,9570
(1-YA)LM = (1-YA2)LM - (1-YA1)LM
(1-YA)LM = 0,9712 – 0,957
(1-YA)LM = 0,0142
Maka nilai Kg :
𝐾𝑦
Kg =
𝐴 . (1 − 𝑌𝐴 )𝐿𝑀
0,00041
Kg =
1.124,6 . 0,0142
Kg = 0,0000257 gmol/detik.cm3
b. Tekanan 2 kg/cm2 dan bukaan valve 2
(𝑌𝐴11 − 𝑌𝐴 )−(𝑌𝐴21 − 𝑌𝐴 )
1 2
(YA1 – YA )LM =
(𝑌𝐴11 − 𝑌 )
𝐴1
ln
(𝑌𝐴21 − 𝑌 )
𝐴2
(0,007198−0,0530)−(0,008012−0,0590)
(YA1 – YA )LM = (0,007198−0,0530)
ln(0,010188−0,0590)
0,007237
Ky =
1.224,6 . 0.04835
Ky = 0,00012 gmol/cm2.detik
Menghitung nilai Kg
(1− 𝑌𝐴1 )−(1− 𝑌𝐴11 )
(1-YA1)LM =
(1− 𝑌𝐴 )
1
ln
(1− 𝑌𝐴 )
11
(1− 0,053)−(1−0,007198)
(1-YA1)LM = (1− 0,053)
ln(1− 0,007198)
(1-YA1)LM = 0,9697
(1− 𝑌𝐴2 )−(1− 𝑌𝐴21 )
(1-YA2)LM =
(1− 𝑌𝐴 )
2
ln
(1− 𝑌𝐴 )
21
(1− 0,059)−(1−0,008012)
(1-YA2)LM = (1− 0,295)
ln(1− 0,008012)
(1-YA2)LM = 0,9663
(1-YA)LM = (1-YA2)LM - (1-YA1)LM
(1-YA)LM = 0,9697 – 0,9663
(1-YA)LM = 0,0034
Maka nilai Kg :
𝐾𝑦
Kg =
𝐴 . (1 − 𝑌𝐴 )𝐿𝑀
0,00012
Kg =
1.124,6 . 0,0034
Kg = 0,0000314 gmol/detik.cm3
- Bagian kolom atas
c. Tekanan 1 kg/cm2 dan bukaan valve 1
(0,006869−0,0505)−(0,010188−0,0751)
(YA1 – YA )LM = (0,006869−0,0505)
ln(0,010188−0,0751)
0,0259
Ky =
1.224,6 . 0.05357
Ky = 0,00039 gmol/cm2.detik
Menghitung nilai Kg
(1− 𝑌𝐴1 )−(1− 𝑌𝐴11 )
(1-YA1)LM =
(1− 𝑌𝐴 )
1
ln
(1− 𝑌𝐴 )
11
(1− 0,0505)−(1−0,006869)
(1-YA1)LM = (1− 0,0505)
ln(1− 0,006869)
(1-YA1)LM = 0,9712
(1− 𝑌𝐴2 )−(1− 𝑌𝐴21 )
(1-YA2)LM =
(1− 𝑌𝐴 )
2
ln
(1− 𝑌𝐴 )
21
(1− 0,0751)−(1−0,010188)
(1-YA2)LM = (1− 0,0751)
ln(1− 0,010188)
(1-YA2)LM = 0,9570
(1-YA)LM = (1-YA2)LM - (1-YA1)LM
(1-YA)LM = 0,9712 – 0,9570
(1-YA)LM = 0,0142
Maka nilai Kg :
𝐾𝑦
Kg =
𝐴 . (1 − 𝑌𝐴 )𝐿𝑀
0,00039
Kg =
1.124,6 . 0,0142
Kg = 0,0000244 gmol/detik.cm3
d. Tekanan 2 kg/cm2 dan bukaan valve 2
(𝑌𝐴11 − 𝑌𝐴 )−(𝑌𝐴21 − 𝑌𝐴 )
1 2
(YA1 – YA )LM =
(𝑌𝐴11 − 𝑌 )
𝐴1
ln
(𝑌𝐴 )
21 − 𝑌𝐴2
(0,007198−0,053)−(0,008012−0,059)
(YA1 – YA )LM = (0,007198−0,053)
ln(0,010188−0,059)
0,007192
Ky =
1.224,6 . 0,04835
Ky = 0,00012 gmol/cm2.detik
Menghitung nilai Kg
(1− 𝑌𝐴1 )−(1− 𝑌𝐴11 )
(1-YA1)LM =
(1− 𝑌𝐴 )
1
ln
(1− 𝑌𝐴 )
11
(1− 0,053)−(1−0,007198)
(1-YA1)LM = (1− 0,053)
ln(1− 0,007198)
(1-YA1)LM = 0,9697
(1− 𝑌𝐴2 )−(1− 𝑌𝐴21 )
(1-YA2)LM =
(1− 𝑌𝐴 )
2
ln
(1− 𝑌𝐴 )
21
(1− 0,059)−(1−0,008012)
(1-YA2)LM = (1− 0,059)
ln(1−
0,008012)
(1-YA2)LM = 0,9663
(1-YA)LM = (1-YA2)LM - (1-YA1)LM
(1-YA)LM = 0,9697 – 0,9663
(1-YA)LM = 0,0034
Maka nilai Kg :
𝐾𝑦
Kg =
𝐴 . (1 − 𝑌𝐴 )𝐿𝑀
0,00012
Kg =
1.124,6 . 0,0034
Kg = 0,0000314 gmol/detik.cm3
J. Menghitung Koefisien perpindahan panas
a. Tekanan 1 kg/cm2 kondisi awal bukaan bawah
Diketahui : Td1 = 92℉ = 33,33℃
Td2 = 93,5℉ = 34,17℃
Tw1 = 105℉ = 40,56℃
Tw2 = 97℉ = 36,11℃
Menghitung λ
T(℃) λ (kJ/kg)
33 2.423,37
33,33 λ1
34,17 λ2
36 2.416,24
𝑇2 ′− 𝑇 𝜆2′− 𝜆1
=
𝑇2′− 𝑇1 ′ 𝜆2 ′− 𝜆1′
36 − 33,33 2.416,24 − 𝜆1
=
36 − 33 2.416,24 − 2.423,37
2,67 2.416,24 − 𝜆1
=
3 −7,13
-19,0371 = 7.248,72 - 3λ1
λ1 = 2.422,5857 kJ/kg
𝑇2 ′− 𝑇 𝜆2′− 𝜆2
=
𝑇2′− 𝑇1 ′ 𝜆2 ′− 𝜆1′
36 − 34,17 2.416,24 − 𝜆2
=
36 − 33 2.416,24 − 2.423,37
1,83 2.416,24 − 𝜆2
=
3 −7,13
-13,0479 = 7.248,72 - 3λ2
λ2 = 2.420,5893 kJ/kg
𝑇𝑑1 + 𝑇𝑑2 33,33 + 34,17
Maka, Tdav = = = 33,75 ℃
2 2
𝑇𝑤1 + 𝑇𝑤2 40,56 + 36,11
Twav = = = 38,335 ℃
2 2
𝜆1 + 𝜆2 2.422,5857 + 2.420,5893
λav = = = 2.421,5875 kJ/kg
2 2
H = 0,045 kg water vapor /kg dry air (Fig. 9.3-2, Geankoplis)
P = 5,262 kPa (Appendix A.2-9, Geankoplis)
T(℃) P (kPa)
33 5,034
33,75 P
36 5,947
𝑇2 − 𝑇 𝑃2− 𝑃
=
𝑇2− 𝑇1 𝑃2− 𝑃1
36 − 33,75 5,947 − 𝑃
=
36−33 5,947 − 5,034
2,25 5,947 − 𝑃
=
3 0,913
2,05425 = 17,841 - 3P
P = 5,262 kPa
𝑀𝐴 𝑥 𝑃 18,02 𝑥 5,262 92,82124
HW = = = −123,47014 = -0,7518
𝐵𝑀 𝑥 (1−𝑃) 28,97 𝑥 (1−5,262)
(𝑇𝑑2 − 𝑇𝑤 )− (𝑇𝑑1 − 𝑇𝑤 )
2 1
(Td’-Tw’)LM =
(𝑇𝑑 − 𝑇𝑤 )
2 2
ln
(𝑇𝑑 − 𝑇𝑤 )
1 1
(34,17−36,11)− (33,33−40,56)
(Td’-Tw’)LM = (34,17−36,11)
ln(33,33−40,56)
(Td’-Tw’)LM = 4,0211
𝐵𝑀 𝑥 𝜆 𝑥 𝐾𝑔 𝑥 (𝐻−𝐻𝑊)
HG = (𝑇𝑑′ − 𝑇𝑤
′)
𝐿𝑀
(𝑇𝑑2 − 𝑇𝑤 )− (𝑇𝑑1 − 𝑇𝑤 )
2 1
(Td’-Tw’)LM =
(𝑇𝑑 − 𝑇𝑤 )
2 2
ln
(𝑇𝑑 − 𝑇𝑤 )
1 1
(34,17−36,11)− (33,33−40,56)
(Td’-Tw’)LM = (34,17−36,11)
ln(33,33−40,56)
(Td’-Tw’)LM = 4,0211
𝐵𝑀 𝑥 𝜆 𝑥 𝐾𝑔 𝑥 (𝐻−𝐻𝑊)
HG = (𝑇𝑑′ − 𝑇𝑤
′)
𝐿𝑀
HG = 0,4365 W/m2.K
c. Tekanan 1 kg/cm2 kondisi akhir bukaan atas
Diketahui : Td1 = 92℉ = 33,33℃
Td2 = 93,5℉ = 34,17℃
Tw1 = 105℉ = 40,56℃
Tw2 = 97℉ = 36,11℃
Menghitung λ
T(℃) λ (kJ/kg)
33 2.423,37
33,33 λ1
34,17 λ2
36 2.416,24
𝑇2 ′− 𝑇 𝜆2′− 𝜆1
=
𝑇2′− 𝑇1 ′ 𝜆2 ′− 𝜆1′
36 − 33,33 2.416,24 − 𝜆1
=
36 − 33 2.416,24 − 2.423,37
2,67 2.416,24 − 𝜆1
=
3 −7,13
-19,0371 = 7.248,72 - 3λ1
λ1 = 2.422,5857 kJ/kg
𝑇2 ′− 𝑇 𝜆2′− 𝜆2
=
𝑇2′− 𝑇1 ′ 𝜆2 ′− 𝜆1′
36 − 34,17 2.416,24 − 𝜆2
=
36 − 33 2.416,24 − 2.423,37
1,83 2.416,24 − 𝜆2
=
3 −7,13
-13,0479 = 7.248,72 - 3λ2
λ2 = 2.420,5893 kJ/kg
𝑇𝑑1 + 𝑇𝑑2 33,33 + 34,17
Maka, Tdav = = = 33,75 ℃
2 2
𝑇𝑤1 + 𝑇𝑤2 40,56 + 36,11
Twav = = = 38,335 ℃
2 2
𝜆1 + 𝜆2 2.422,5857 + 2.420,5893
λav = = = 2.421,5875 kJ/kg
2 2
H = 0,045 kg water vapor /kg dry air (Fig. 9.3-2, Geankoplis)
P = 5,262 kPa (Appendix A.2-9, Geankoplis)
T(℃) P (kPa)
33 5,034
33,75 P
36 5,947
𝑇2 − 𝑇 𝑃2− 𝑃
=
𝑇2− 𝑇1 𝑃2− 𝑃1
36 − 33,75 5,947 − 𝑃
=
36−33 5,947 − 5,034
2,25 5,947 − 𝑃
=
3 0,913
2,05425 = 17,841 - 3P
P = 5,262 kPa
𝑀𝐴 𝑥 𝑃 18,02 𝑥 5,262 92,82124
HW = = = = -0,7518
𝐵𝑀 𝑥 (1−𝑃) 28,97 𝑥 (1−5,262) −123,47014
(𝑇𝑑2 − 𝑇𝑤 )− (𝑇𝑑1 − 𝑇𝑤 )
2 1
(Td’-Tw’)LM =
(𝑇𝑑 − 𝑇𝑤 )
2 2
ln
(𝑇𝑑 − 𝑇𝑤 )
1 1
(34,17−36,11)− (33,33−40,56)
(Td’-Tw’)LM = (34,17−36,11)
ln(33,33−40,56)
(Td’-Tw’)LM = 4,0211
𝐵𝑀 𝑥 𝜆 𝑥 𝐾𝑔 𝑥 (𝐻−𝐻𝑊)
HG = (𝑇𝑑′ − 𝑇𝑤
′)
𝐿𝑀
(34,17−36,11)− (33,33−40,56)
(Td’-Tw’)LM = (34,17−36,11)
ln(33,33−40,56)
(Td’-Tw’)LM = 4,0211
𝐵𝑀 𝑥 𝜆 𝑥 𝐾𝑔 𝑥 (𝐻−𝐻𝑊)
HG = (𝑇𝑑′ − 𝑇𝑤
′)
𝐿𝑀
HG = 0,4365 W/m2.K
K. Menghitung Nre Udara
a. Pada tekanan udara 1 kg/cm2
Diketahui : D = 0,06 m = 6 cm
v = 1 cm/s
𝜌 =1,225 kg/m3 = 1,225 x 10-3 g/cm3
μ = 1,938 × 10-3 Pa.s = 1,938 x 10-2 g/cm.s
𝐷𝑣𝜌
Maka, Nre = (Eq. 7.3-1, Geankoplis)
𝜇
6 𝑥 1 𝑥 1,225.10−3
=
1,938. 10−2
L = 0,65 m
μ = 0,01 kg/m.s (Fig. A.3-2, Geankoplis)
𝜇 0,01
DAB = = = 0,01
𝜌 1
𝐿
Nsh = Kc’
𝐷𝐴𝐵
0,65
Nsh = 0,00232.
0,01
Nsh = 0,1508
L = 0,65 m
𝜇 0,01
DAB = = = 0,01
𝜌 1
𝐿
Nsh = Kc’
𝐷𝐴𝐵
0,65
Nsh = 0,00188.
0,01
Nsh = 0,1222
L = 0,65 m
𝜇 0,01
DAB = = = 0,01
𝜌 1
𝐿
Nsh = Kc’
𝐷𝐴𝐵
0,65
Nsh = 0,00206.
0,01
Nsh = 0,1339
d. Tekanan 2 kg/cm2 bukaan kolom atas kondisi akhir
L = 0,65 m
𝜇 0,01
DAB = = = 0,01
𝜌 1
𝐿
Nsh = Kc’
𝐷𝐴𝐵
0,65
Nsh = 0,00433.
0,01
Nsh = 0,28145