Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM

WETTED WALL COLUMN

Disusun Oleh:

Kelompok 1
Anggota:
1. Nanda Nurmassita Rizki Anisa (2014905)
2. Rayyan Cahya Adikurniawan (2014907)
3. Pramudhita Isa Zafira (2014909)
4. M. Dzulfahmi Ali Fikri (2014914)
5. Achmad Zauzi Rifqi (2014917)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2020
BAB II
WETTED WALL COLUMN

2.1. Tujuan Percobaan


- Menentukan koefisien perpindahan massa dan koefisien perpindahan panas pada fase
gas
- Mempelajari pengaruh variabel-variabel operasi seperti laju alir terhadap koefisien
perpindahan massa dan koefisien perpindahan panas dalam Wetted Wall Column.
2.2. Tinjauan Pustaka
Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi
karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material. Pada termodinamika telah kita
ketahui bahwa energi yang pindah itu dinamakan kalor (heat). Ilmu perpindahan kalor tidak
hanya mencoba menjelaskan bagaimana energi kalor itu berpindah dari suatu benda ke benda
lain, tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu.
Kenyataan di sini yang menjadi sasaran analisis ialah masalah laju perpindahan, inilah yang
membedakan ilmu perpindahan kalor dari ilmu termodinamika. (Holman,1995).
Tiga faktor yang mempengaruhi adveksi panas adalah:
- Faktor kecepatan aliran fluida
Semakin besar kecepatan fluida, semakin cepat proses konveksi panas terjadi.
- Faktor gradient temperatur
Semakin besar perbedaan temperatur, semakin cepat proses adveksi panas terjadi.
- Faktor sudut antara vector aliran fluida dengan gradient temperatur
Untuk memaksimalkan laju proses konveksi panas, aliran fluida harus tegak lurus dengan
garis isothermal (Anonim).
Perpindahan massa merupakan perpindahan satu unsur dari konsentrasi yang lebih tinggi ke
konsentrasi yang lebih rendah. Perpindahan massa merupakan proses penting dalam proses
industri, misalnya dalam penghilangan polutan dari suatu aliran keluaran pabrik dengan
absorpsi, pemisahan gas dari air limbah, difusi neutron dalam reaktor nuklir. (Pratiwi, 2014)
- Berat molekul (semakin besar berat molekul difusi semakin lambat)
- Konsentrasi (semakin besar perbedaan konsentrasi antara dua bagian semakin cepat proses
difusi yang terjadi)
Humidifikasi adalah proses perpindahan atau penguapan air dari fase cair ke dalam
campuran gas yang terdiri dari udara dan uap air karena adanya kontak antara cairan yang
temperaturnya lebih tinggi dengan campurannya. Dalam proses humidifikasi, tergantung pada
beberapa parameter, diantaranya:
 Temperature Dry Bulb
Dry Bulb temperature (Temperatur bola kering), adalah temperatur udara yang diukur
menggunkan termometer yang terkena udara bebas namun terjaga dari sinar matahari dan
embun. (A A Dwi Swantika dkk, 2017)
 Temperature Wet Bulb
Wet Bulb Temperature (Temperatur bola basah), yaitu suhu bola basah. Sesuai dengan
namanya “wet bulb”, suhu ini diukur dengan menggunakan termometer yang bulbnya (bagian
bawah termometer) dilapisi dengan kain yang telah basah kemudian dialiri udara yang ingin
diukur suhunya. Perpindahan kalor terjadi dari udara ke kain basah tersebut. Kalor dari udara
akan digunakan untuk menguapkan air pada kain basah tersebut, setelah itu baru digunakan
untuk memuaikan cairan yang ada dalam thermometer. (A A Dwi Swantika dkk, 2017)
 Dew point
Dew point adalah temperatur udara saat saturasi atau temperatur dimana uap air mulai
mengembun ketika campuran udara dan uap air didinginkan.
 Bubble point
Bubble point adalah temperatur dimana gelombang uap pertama kali terbentu dalam
cairan pada saat dipanaskan sesuai dengan tekanan yang diberikan.
 Enthalpi
Enthalpi adalah banyaknya kalor (energi) yang ada dalam udara setiap satu satuan massa.
 Humidity
Humidity (H) dari campuran udara-uap air dalam kg uap air yang terkandung dalam 1 kg
udara kering. H merupakan fungsi tekanan parsial uap air dalam udara (PA) dan tekanan udara
total P, dimana P diasumsi=101,325 kPa= 1 atm= 760 mmHg. Jika Bm air =18,02 udara=28,97
maka H dalam kg H2O/kg udara kering (SI) atau Ib H2O/Ib udara kering (british) adalah:
18,02 PA
H=
28,97 (P  PA ) ………………………………(2.1)

Dimana : PA = tekanan partial uap


P = tekanan total (Geankoplis C, 1997)
 Absolute humidity
Menyatakan besarnya kandungan uap air per satuan volume udara
 Relative humidity
HR adalah rasio tekanan parsial uap air dalam udara (PA) dan tekanan uap murni (PAS) dikali
100, sehingga:
PA
HR = 100 '
………………………………..(2.2)
PAS
(Geankoplis C., 1997)
 Persen humidity
Persen humidity adalah besarnya kandungan uap air dalam udara kering.
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑎𝑝 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
% Humidity = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛𝑛 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑢𝑎𝑝 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑥 100% …………….(2.3)

Gambar 2.1 Humidity chart for misture air and water vapor at a total pressure of 101,325 kPa
(760 mmHg) (R. E. Treybal, Mass-Trasfer Operation, 1980)

Dalam proses humidifikasi juga mengenal kondisi lain seperti berikut ini :
 Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari satuan campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan.
 Dehumidifikasiadalah proses perpindahan / pengembunanuapcairan (A) daricampuran
[uap air (A) dan gas (B)] karena proses pendinginanmaupunkontakantaracairan (A) (yang
temperaturnyalebihrendah) dengancampurannya.
 Kalor lembab (Humid Heat)
Ialah energy kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 lb atau 1g gas, beserta
segala uap yang dikandungnya, sebesar 1 ºF atau 1 ºC.
 Humidity volume (VH)
Ialah volume total satu satuan massa gas bebas uap beserta segala uap yang
dikandungnya, pada tekanan 1 atm dan suhu gas. Sesuai dengan hukum gas maka
diperoleh persamaan :
0,0224 T  1 H 
VH =   
273  MB MA  ……………………(2.4)
Dimana :VH = volume total
T = suhu
H = humidity (Geankoplis C, 1997)
 Gas jenuh (Saturated Gas)
Adalah udara dengan uap air yang berkesetimbangan dengan air pada kondisi P dan T tertentu.
Dalam campuran ini tekanan parsial dari uap air dalam campuran udara air adalah sama dengan
tekanan uap air (PAS) murni pada suhu tertentu. Sehingga humidity jenuh (Hs) adalah:
18,02 PAS
HS =
28,97 (P  PAS ) …………………………….(2.5)
Dimana :PAS = tekanan uap air
HS = kelembaban jenuh
Laju perpindahan panas dapat dinyatakan dengan menggunakan luas permukaan zat
cair, penurunan suhu, dan koefisien perpindahan panas, yang dapat dinyatakan dengan
persamaan :
q = hy (T – Ti) A …………………………….(2.6)
Dimana : q = laju perpindahan panas sensibel zat cair
hy = koefeisen perpindahan panas antara gas dan permukaan zat cair
Ti = suhu pada antar muka
A = luas permukaan zat cair
Sedangkan Laju perpindahan massa dapat dinyatakan dengan koefisien perpindahan massa,
luas, dan gaya dorong fraksi mol uap.
NA = (yi – y) A ……………………………..(2.7)

Dimana : NA = laju perpindahan molal uap


yi = fraksi mol uap pada antar muka
ky = koefesien perpindahan massa, mol/satuan luas.satuan fraksi mol
(1 – y)L = faktor difusi satu arah
2.2. Wetted Wall Column

Gambar 2.2 Wetted Wall Column


Dalam laboratorium, Wetted Wall Column telah digunakan oleh sejumlah pekerja dan
mereka telah membuktikan pentingnya menentukan berbagai faktor, dan mengadakan basis
dari hubungan yang telah dikembangkan untuk packed tower. Liquid dengan lapisan film yang
tipis mengalir turun pada bagian dalam pipa vertical denga naliran gas concurrent atau counter
current yang disebut dengan wetted wall tower. Wetted Wall Column (WWC) merupakan suatu
alat dimana di dalamnya terdapat perpindahan massa dari fasa cair kefasa gas.
Pada dasarnya susunan Wetted Wall Column (WWC) terdiri dari bagian utama, yaitu :
a. Kolom perpindahan massa
b. Sistem air dan pengaturan fase gas
c. Sistem air dan pengaturan fase cair
Kolom perpindahan massa berwujud silinder, Air masuk kolom dari bagian atas dengan
dilewatkan suatu weir untuk mendapatkan aliran pada dinding yang diharapkan serata
mungkin. Suhu air diukur dengan suatu thermokopel, yang dihubungkan dengansutu MV-
meter untuk membacanya.
Di bagian bawah dilakukan pengukuran suhu air keluar dengan cara yang sama.
Pengukuran suhu dapat juga dilakukan dengan thermometer air raksa biasa.Udara mengalir ke
atas memasuki kolom gelas setelah melewati calming. Pada system aliran air dan pengaturan
fase gas, Udara yang digunakan diperoleh dari suatu kompresor. Tekanan di tangki tekan,
kompresor diatur agar ada tekanan dengan harga tertentu pada selang terhadap arus motor.
Sebelum memasuki system saluran, udara dilewatkan pada membrane valve untuk menurunkan
tekanannya. Tekanan diluar dapat dibaca pada manometer. Untuk pengaturan kecepatan aliran
digunakan needle valve. Laju aliran diukur dengan arifece yang dilengkapi manometer.
Kalibrasialat – alat tersebut dilakukan dengan dry test meter atau wet test meter.
Konsentrasi uap air di udara tersebut diukur dengan menentukan humiditynya.
Pengukuran dilakukan dengan sepasang wet dan dry bulb thermometer. Pada saat keluar dari
kolom (diatas) dilakukan pengukuran kecepatan aliran dengan arifece yang dilengkapi dengan
rota meter. Kalibrasi alat-alat tersebut dilakukan dengan menggunakan dry test meter atau wet
test meter. Konsentrasi uap air di udara tersebut diukur dengan sepasang wet dandry bulb
thermometer. Pada saat keluar dari kolom (diatas) dilakukan juga pengukuran humidity dengan
wet dan dry bulb thermometer.
Lalu pada system aliran dan pengaturan fasa cair, Air yang akan digunakan lebih dulu
ditampung dalam sebuah constant head tank, selama operasi harus terdapat over flow.
Pengaturan kecepatan alir dilakukan dengan menggunakan arifece meter. Bila di bagian bawah
kolom dapat diciptakan keadaan dimana akumulasi air tidak berubah, maka laju alir dapat
diukur dengan menentukan volume air keluar yang terampung dengan jangka waktu tertentu.
Suhu air keluar dan masuk diukur dengan termokopel yang harus dikalibrasi terlebih dahulu.

Ketika dinding kolom dibasahi dan terisolasi dari lingkungannya sehingga sistem operasi
merupakan sistem adiabatik dan cairan diresirkulasi dari bagian dasar kolom melalui reservoir
ke puncak kolom, sistem operasi digambarkan sebagai humidifikasi adiabatik. Dalam keadaan
ini, hubungan antara komposisi gas dan suhu gas dan cairan dapat dihitung dari termodinamika
properti dan neraca massa dan energi.
Berdasarkan pertimbangan, dinding kolom yang dibasahi sebagai humidifier adiabatik
dengan ketentuan untuk kontrol suhu cairan di reservoir dan penambahan "make up" cairan ke
reservoir pada suhu terkontrol. Asumsikan bahwa gas dan cairan seluruh sistem pada awalnya
pada suhu yang sama. Massa dari cairan ditransfer sebagai proses penguapan, penurunan suhu
yang diperlukan sebagai panas laten penguapan. Suhu cairan yang jatuh di bawah suhu gas,
panas ditransfer dari gas ke cairan. Dengan cara ini gas didinginkan dan dilembabkan.
Jika cairan masuk ke puncak kolom, harus dipertahankan pada suhu cairan keluar, tingkat
suhu menurun cair, dan gradien suhu cairan melalui kolom menurun sedangkan suhu dan
kelembaban gas yang masuk tetap konstan . Suhu gas yang keluar akan menurun karena suhu
cairan berkurang karena kecepatan transfer panas yang lebih besar diperoleh dengan perbedaan
besar dalam suhu antara gas dan cairan. Suhu gas buang akan selalu lebih tinggi dari cairan
masuk. Proses pendinginan ini akan berlanjut sampai laju transfer panas dari gas ke cairan
hanya setara dengan panas laten yang dibutuhkan untuk menguapkan cairan.
Menurut McCabe, 1993 “Wetted wll Column pada dasarnya adalah tabung vertikal
dengan saluran inlet cairan di bagian atas dan menyebabkannya mengalir ke bawah di
sepanjang dinding bagian dalam tabung, yangdipengaruhi gravitasi, dan saluran inlet untuk
memasukkan gas ke bagian dalam tabung, di mana ia mengalir melalui menara yang
bersentuhan dengan cairan. umumnya gas memasuki bagian bawah menara dan mengalir
berlawanan dengan cairan (countercurrent), tetapi aliran parrarel dapat digunakan.” (McCabe,
1993)

2.3. Bilangan Tak Berdimensi


Terdapat beberapa faktor bilangan yang mempengaruhi koefisien perpindahan massa (kgl)
diantaranya meliputi:
 Bilangan Reynold (NRe)
Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ)
terhadap gaya viskos (μ/L) yang menguantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan
suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentifikasikan jenis aliran
yang berbeda, misalnya laminar dan turbulen. Dengan perumusan nilai bilangan sebagai
berikut.
𝜌.𝑣𝑠 .𝐿 𝑣𝑠 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑖𝑛𝑒𝑟𝑠𝑖𝑎
Re = =𝑣 = ……………..............(2.8)
𝜇 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠
Dimana:
vs = kecepatan fluida,
L = panjang karakteristik,
v = viskositas kinematik fluida: v = μ / ρ,
ρ = kerapatan (densitas) fluida.
 Bilangan Schimdt
Bilangan Schmidt merupakan rasio dari momentum dan difusivitas massa. Bilangan ini
digunakan untuk menentukan sifat aliran-aliran fluida dimana pada aliran tersebut proses
konveksi-difusi momentum dan massa berlangsung secara simultan. Dengan perumusan
sebagai berikut.
𝑉 µ
Sc = = …………………………….(2.9)
𝐷 𝜌.𝐷
(Perry’s, 1997)
Dimana:
V = viskositas kinematis dalam satuan unit (m2/s)
D = difusivitas massa (m2/s)
= viskositas dinamis dari aliran fluida (N.s/m2)
= densitas dari fluida (kg/m3)
 Bilangan Sheerwood
Bilangan Sheerwood (Nusselt) merupakan bilangan tak berdimensi yang digunakan untuk
mengetahui besarnya koefisien transfer massa (kgl) dimana merupakan rasio dari koefisien
konveksi transfer massa dengan difusivitas transfer massa.
𝐾.𝐿
Sh= ……………………………(2.10)
𝐷
dimana
L = panjang kolom perpindahan massa (m)
D = difusivitas massa (m2.s-1)
K = Koefisien transfer massa (m.s-1)

2.4. Teori Penetrasi


Teori penetrasi yang dinyatakan oleh Trey Ball menyatakan kontak 2 fluida. Pada gambar (a)
gelembung gas membesar melalui liquid yang mengabsorbsi gas. Partikel liquid mula-mula
berada di puncak gelembung dimana partikel liquid siap sepanjang permukaan gelembung.
Pada gambar (b) terlihat dimana liquid dengan gerakan turbulen memperlihatkan arus eddy
constant. (McCabe, 1993)
Gambar 2.3 Teori Penetrasi
Mula-mula partikel gas terlarut tidak seragam dan mula-mula arus eddy dianggap diam, jika
arus eddy dibiarkan berkontak dengan gas pada permukaannya, konsentrasi liquid permukaan
gas CA yang berada pada kelarutan keseimbangan gas dari liquid selama partikel liquid
menjadi penentu difusi unsteady state atau penetrasi solute pada arah Z.
Untuk waktu yang pendek dan difusinya berlangsung pelan di dalam molekul solute yang larut
tidak pernah mencapai kedalaman Zp sesuai dengan ketebalan arus eddy. Keadaan puncak yang
ada pada fenomena transfer massa dalam dinding kolom yang dibasahi adalah :
CA0 pada 9 = 0 , untuk semua Z
CA pada Z = 0 , 9 > 0
CA0 pada Z = ∞ , untuk semua 9 (McCabe, 1993)

2.5. Teori Film


Gambar di berikut ini memperlihatkan cairan yang sedang jatuh pada lapisan (film) dengan
aliran laminer ke dasar pada permukaan rotameter yang vertikal berkontak dengan gas A yang
larut ke dalam cairan dengan konsentrasi A yang seragam CA0 dari pada A pada puncaknya.
(McCabe, 1993)

Gambar 2.4 Teori Film


Pada permukaan cairan, konsentrasi gas terlarut CA , yang berada dalam keseimbangan dengan
tekanan A pada fase gas karena CA > CA0 gas terlarut ke dalam cairan. Koefisien perpindahan
massa Kgl dengan sejumlah gas terlarut setelah liquid terjenuh sejauh L dan dihitung. Masalah
ini dapat dipecahkan dengan penyelesaian simultan persamaan kontinuitas. Untuk komponen
A dengan persamaan yang menggambarkan liquid yaitu persamaan laminer.
Persamaan simultan dan jumlah persamaan diferensial partikel menjadi lebih mudah dengan
beberapa asumsi :
1. Tidak ada reaksi kimia
2. Pada arah A kondisinya tidak berubah
3. Kondisinya steady state
4. Kecepatan adsorbsi gas sangat kecil
5. Difusi A pada arah yang diabaikan dibandingkan dengan gerakan ke dasar
6. Sifat-sifat fisiknya konstan. (McCabe, 1993)

2.6. Koefisien perpindahan panas dan massa lapisan batas


Perpindahan panas dari permukaan batas (mis.: dinding) pada suhu T1 ke fluida dalam aliran
turbulent yang bersentuhan dengannya (Gambar2.5). Berdasarkan teori lapisan tipis:
Ada lapisan tipis fluida diam yang bersentuhan dengan dinding (suhu T1) yang tebalnya ‘delta’.
Fluida besar di luar lapisan tipis bercampur sempurna oleh aliran turbulent, yang suhunya
adalah T2, berbeda dengan suhu dinding T1.
(Catatan: Sejauh yang dibahas adalah perpindahan panas, lapisan tipis laminar juga akan
diperlakukan sebagai fluida diam karena tidak ada gerakan fluida ke arah aliran panas.)
Laju perpindahan panas adalah:
𝐾𝐴(𝑇1−𝑇2)
q= ………………………..(2.11)
𝛿

Gambar 2.5 Lapisan batas dalam konveksi turbulent


(McCabe, 1993)
2.3. Variabel Percobaan
A. Tekanan sebagai variabel tetap
- Variabel tetap
Tekanan udara : 1; 2 kg/cm2,
Suhu heater : 70 ˚C
- Variabel berubah
Bukaan valve : 1; 2 putaran
B. Bukaan valve sebagai variabel tetap
- Variabel tetap
Bukaan valve : 1; 2 putaran
Suhu heater : 70 ˚C
- Variabel berubah
Tekanan udara :1,2 kg/cm2
2.4. Prosedur Percobaan
1. Kalibrasi bukaan valve air
- Menyalakan pompa untuk mengisi tangki overflow kemudian mengatur bukaan valve sesuai
run, yaitu: 1; 2 putaran
- Mengalirkan air dari tangki overflow kemudian setelah aliran yang keluar konstan,
menampung air tersebut hingga volumenya 500 mL dalam beakerglass. Mencatat waktu yang
dibutuhkan untuk mengisi air hingga 500 mL
2. Kalibrasi tekanan udara
- Menyalakan kompresor sampai mencapai tekanan yang ditentukan, yaitu 1; 2 kg/cm2
- Mematikan kompresor setelah tekanan yang ditentukan tercapai, kemudian membuka valve
pada kompresor dan heater untuk mengalirkan udara kedalam kolom bersamaan dengan
menyalakan stopwatch
- Pada saat udara mengalir, membaca beda ketinggian air raksa pada manometer pipa U
- Jika tekanan sudah kembali seperti semula, mematikan stopwatch, menutup valve pada
kompresor dan heater
3. Prosedur percobaan
A. Tekanan sebagai variabel tetap
- Memanaskan heater sampai suhu 70 ˚C
- Mengisi tangki overflow sampai overflow
- Menyalakan kompresor hingga mencapai tekanan yang ditentukandan mengatur bukaan
valve sesuai dengan run yng ditentukan yairu: 1; 2 putaran
- Mengontakan udara dan air pada kolom dengan membuka valve untuk gas dan valve untuk
air bersamaan dengan itu menyalakan stopwatch
- Melakukan pencatatan wet bulb temperature dan dry bulb temperature saat terjadi kontak
antara udara dengan air untuk aliran masuk sebagai temperatur awal, kemudian membaca
beda ketinggian air raksa pada manometer pipa U
- Jika tekanan telah kembali seperti semula, menutup valve kompresor, valve heater dan
valve air secara bersamaan kemudian membaca wet bulb temperature dan dry bulb
temperature untuk aliran keluar sebagai temperatur akhir, mencatat waktu yang diperlukan
- Melakukan percobaan untuk tekanan udara yaitu: 1; 2 kg/cm2
B. Bukaan valve sebagai variabel tetap
- Memanaskan heater sampai suhu 70 ˚C
- Mengisi tangki overflow sampai overflow
- Mengatur bukaan valve sesuai dengan run yang ditentukan yaitu 1 putaran dan menyalakan
kompresor hingga mencapai tekanan yang ditentukan yaitu:1; 2 kg/cm2
- Mengontakkan udara dan air pada kolom dengan membuka valve untuk gas dan valve
untuk air bersamaan dengan itu menyalakan stopwatch
- Melakukan pencatatan wet bulb temperature dan dry bulb temperature saat terjadi kontak
antara udara dengan air untuk aliran masuk sebagai temperatur awal, kemudian membaca
beda ketinggian air raksa pada manometer pipa U
- Jika tekanan telah kembali seperti semula, menutup valve kompresor, valve heater dan
valve air secara bersamaan kemudian membaca wet bulb temperature dan dry bulb
temperature untuk aliran keluar sebagai temperatur akhir, mencatat waktu yang diperlukan
- Melakukan percobaan untuk tekanan udara yaitu: 1; 2 putaran.
2.5. Gambar Alat

Gambar 2.6 Instrumen Wetted Wall Column


Keterangan gambar:

1. Kompressor
a. Valve kompresor
2. Dry bulb termometer bawah
3. Wet bulb termometer bawah
4. Manometer udara
5. Tabung kolom
6. Dry bulb termometer atas
7. Wet bulb termometer atas
8. Tangki oferflow
9. Tangki penampung
10. Pompa
11. a. Globe valve air
b. Globe valve air
12. Gate valve
13. Heater
a. Globe valve heater
b. Saklar kompresor
14. Saklar heater
15. Saklar pompa

2.6. Data Pengamatan


Tabel 2.1. Kalibrasi bukaan valve untuk air

Bukaan valve Volume air Waktu (detik) trata-rata Q


(putaran) (mL) t1 t2 (detik) (mL/detik)

1 500 10 11,5 10,75 46,5116

2 500 9,5 9 9,25 54,0541

Tabel 2.2. Kalibrasi tekanan udara


Tekanan Tinggi manometer (cm) Waktu (detik)
udara v (cm/s)
(kg/cm2) h1 h2 hrata-rata t1 t1 trata-rata

1 1 1,5 1,25 1,2 1,3 1,25 1

2 2 2,2 2,1 2,5 1,2 1,85 1,1351


Tabel 2.3. Data Pengamatan Laju Volumetrik Udara

Tekanan h rata-rata t rata-rata v A


Udara Q (cm3/detik)
cm detik (cm/s) cm2
(kg/cm2)
1 1,25 1,25 1 1.224,6 1.224,6
2 2,1 1,85 1,1351 1.224,6 1.390,04346

2.4 Perhitungan Laju Uap Air (Tekanan Variabel Tetap)


Kolom Bawah Kondisi Awal

P BM BM H (kg
Bukaan Td1 PA Air Udara water
P (kPa)
(kg/cm )2 Valve (oF) (kPa) vapor/kg
dry air )

1 1 92 101,3 5,12437 18,02 28,97 0,0331

2 2 93,5 101,3 5,36968 18,02 28,97 0,0348

Kolom Atas Kondisi Akhir

P BM BM H (kg
Bukaan Td1 PA Air Udara water
P (kPa)
(kg/cm2) Valve (oF) (kPa) vapor/kg
dry air )

1 1 105 101,3 7,60012 18,02 28,97 0,0505

2 2 97 101,3 5,97674 18,02 28,97 0,0390

2.7 Grafik

Grafik 2.1 Hubungan laju alir air (Q) dengan koefisien perpindahan massa (Kg)
Grafik 2.2 hubungan laju alir udara (v) dengan koefisien perpindahan massa (Kg)

Grafik 2.3. perbandingan laju alir air (Q) dengan koefisien perpindahan panas (Hg)
Grafik 2.4. Perbandingan laju alir udara (v) dengan koefisien perpindahan panas (Hg)

Grafik 2.5. Perbandingan laju alir air (Q) dengan Nre


Grafik 2.6 Perbandingan laju alir udara (v) dengan NRe

2.8 Pembahasan
Hubungan antara laju alir volumetrik (Q) dengan koefisien perpindahan massa dalam fase gas
(KG)
𝐾𝑦
Pada persamaan : Kg = (1-YA)LM
𝑃𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎
𝑁𝐴
Dimana : ky =
(𝑌𝐴1 − 𝑌𝐴 )𝐿𝑀

𝑌 𝐴2 𝑌 𝐴1
NA = Vu’[ − ]
1− 𝑌𝐴2 1− 𝑌𝐴1

𝑄 𝑥 𝜌 𝑥 (1− 𝑌𝐴1 )
Vu’ =
𝐵𝑀𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎

Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa laju alir (Q) memiliki hubungan
terhadap nilai koefisien perpindahan massa (KG) dalam fase gas. Nilai dari laju alir (Q)
berbanding lurus dengan koefisien perpindahan massa (KG), sehingga jika nilai laju alir besar
(Q), maka koefisien perpindahan massa semakin besar (KG).
Dari teori tersebut dapat dibuktikan dengan hasil pengamatan pada grafik 2.1 dan grafik 2.2
yang mana laju alir udara maupun air menunjukan bahwa terjadi kenaikan nilai koefisien
perpindahan massa seiring meningkatnya laju alir baik laju alir udara maupun laju alir air.
Pada grafik 2.3 dan 2.4 menunjukan terjadinya peningkatan nilai koefisien perpindahan panas
(HG) apabila laju alir air maupun udara dinaikan. Dengan demikian bahwa laju alir memiliki
hubungan dengan nilai koefisien perpindahan panas (HG). Hal tersebut juga sesuai dengan
persamaan untuk menghitung koefisien perpindahan panas (HG).
𝐵𝑀𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑥 𝜆𝑤 𝑥 𝑘𝑦 𝑥 (𝐻− 𝐻𝑤 )
HG =
(𝑇𝑑 ′ −𝑇𝑤 ′ )𝐿𝑀

Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar nilai laju alir suatu fluida maka
nilai koefisien perpindahan panas (HG) akan meningkat. Sehingga dapat dikatakan hubungan
antara laju alir dengan koefisien perpindahan panas (HG) berbanding lurus.
Grafik 2.5 dan 2.6 menunjukan grafik hubungan laju alir terhadap bilangan Reynold. Dari
angka tersebut aliran fluida baik udara maupun air memiliki aliran bersifat laminer.
Bilangan Sherwood dipengaruhi oleh bilangan Reynold. Semakin besar nilai Re, nilai Sh yang
diperoleh akan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa bilangan Sh dipengaruhi oleh bilangan
Re. Laju alir yang semakin besar akan menimbulkan turbulensi di dalam kolom sehingga
perpindahan massa yang terjadi semakin besar

2.9 Kesimpulan
Dari hasil praktikum terkait dengan proses dan nilai koefisien perpindahan massa (KG) dan
koefisien perpindahan panas (HG) sangat dipengaruhi oleh besarnya laju alir suatu fluida baik
fluida air maupun panas. Semakin besar peningkatan nilai laju alir maka terjadi kenaikan nilai
koefisien perpindahan massa (KG) dan koefisien perpindahan panas (HG). Sehingga pada
pembacaan grafik terjadi kenaikan kurva
DAFTAR PUSTAKA

Astawa Ketut, Swantika A A Dwi, Wijaksan Hendra.2017. Jurnal Ilmiah Teknik Desain Mekanika
Vol 6 No 1 Februari 2017 (1-6) dalam Analisa performansi cooling pad tanpa saluran udara
dan dengan saluran udara. Jimbaran Bali: Jurusan Teknik Mesin Universitas Udayana.
Geankoplis, Christie J. 1997. Transport Processes and Unit Operation Third Edition. United States
of America: Prentice-Hall International.
Holman, J P. 1995. Heat Transfer tenth Edition. New York: McGraw-Hill Companies.
McCabe, and Warren Lee. 1993. Unit Operation of Chemical Engineering Fifth Edition. Singapore:
McGraw-Hill Book Co.
Perry’s, Robert H and Don W Green. 1997. Perry’s Chemical Engineers’ Hand Book Seventh
Edition.United States of America:McGraw-Hill Companies.
Yunus, Asyuri Darami. 2009. Perpindahan Panas dan Massa. Jakarta: Universitas Darma Persada.
R. E.Treybal, Mass Transfer Operation, 3rd ed. New York: McGraw-Hill BookCompany, 1980. With
permission”.
https://www.ohio.edu/mechanical/thermo/applied/chapt.7_11/chapter10b.html. Diakses pada
24 November 2020 pukul 16.30.
DAFTAR NOTASI

A = Luas permukaan kolom (cm2)


BM = Berat molekul (gr/mol)
H = Humidity udara (kJ/kg)
H = Ketinggian manometer (cm)
Hy = Koefisien perpindahan panas (kJ/det.℃)
kG = Koefisien perpindahan massa dalam fase gas (mol/det.cm 2.atm)
ky = Koefisien perpindahan massa (mol/detik)
MA = Berat molekul air (g/mol)
MB = Berat molekul udara (g/mol)
NA = Fluks massa (mol/detik)
P1 = Tekanan uap (mmHg)
Pudara = Tekanan udara (mmHg)
Q = Laju alir volumetrik (cm3/det)
R = 82,057 cm3.atm/mol . K
T = Waktu (detik)
Td = Dry bulb temperature (℃)
Tw = Wet bulb temperature (℃)
V = Laju alir udara (cm/det)
V = Volume (mL)
Vu = Laju alir mol uap air (mol/det)
YA1 = Fraksi mol uap air dalam fase gas bagian bawah kolom
YA11 = Fraksi mol uap air dalam interface bagian bawah kolom
YA2 = Fraksi mol uap air dalam fase gas bagian atas kolom
YA21 = Fraksi mol uap air dalam interface bagian atas kolom
λw = Panas laten pada wet bulb temperatur (kJ/kg)
𝜌 = Massa jenis (g/cm3)
APPENDIKS
WETTED WALL COLUMN

A. Menghitung laju alir volumetrik Liquid pada hasil kalibrasi bukaan Valve
- Bukaan Valve 1
𝑡1 + 𝑡2
tav =
2
10 + 11,5
=
2
= 10,75 detik
𝑉
Q= (Rohman, 2009)
𝑡𝑎𝑣
500
=
10,75

= 46,5116 mL/detik
- Bukaan Valve 2
𝑡1 + 𝑡2
tav =
2
9,5 + 9
=
2
= 9,25 detik

𝑉
Q=
𝑡𝑎𝑣
500
=
9,25

= 54,0541 mL/detik
B. Menghitung kecepatan laju alir pada tekanan konstan
- Tekanan 1 kg/cm2

ℎ1 + ℎ2
hav =
2
1 + 1,5
=
2
= 1,25 cm
𝑡1 + 𝑡2
tav =
2
1,2 + 1,3
=
2
= 1,25 detik
ℎ𝑎𝑣
v = (Cabe, Mc. 1991).
𝑡𝑎𝑣
1,25
v =
1,25

v = 1 cm/detik
- Tekanan 2 kg/cm2

ℎ1 + ℎ2
hav =
2
2 + 2,2
=
2
= 2,1 cm
𝑡1 + 𝑡2
tav =
2
2,5 + 1,2
=
2
= 1,85 detik
ℎ𝑎𝑣
v =
𝑡𝑎𝑣
2,1
v =
1,85
v = 1,1351 cm/detik
C. Menghitung Laju Volumetrik Udara
Diketahui :Diameter kolom = 0,06 m = 6 cm
Panjang kolom = 0,65 m = 65 cm
K = π.d = 3,14 . 6 =18,84 cm
A = (keliling) × (tinggi)
A = 18,84 × 65 = 1224,6 cm2

- Pada Tekanan 1 kg/cm2


Q =V×A
= 1 × 1224,6 = 1224,6 cm3/detik

- Pada Tekanan 2 kg/cm2


Q=V×A
= 1,1351 × 1224,6 = 1390,04346 cm3/detik
D. Perhitungan laju alir uap air untuk tekanan sebagai variable tetap
Diketahui:
Kolom bawah: Td1 = Dry bulb Temperature Kondisi Awal
P1 = Vapor Pressure Kondisi Awal (Table A.2-2, Geankoplis)
Kolom atas: Td2 = Dry bulb Temperature Kondisi Akhir
P2 = Vapor Pressure Kondisi Akhir (Table A.2-2, Geankoplis)
P = 101,3 kPa
PA = Referensi dari App F.2 Smith Van Ness : Introduction to
Chemical Thermodynamics sixth edition

- Kondisi Awal Kolom Bawah Pada Tekanan 1 kg/cm2 dan bukaan valve 1

Td1 = 92℉

5
Td1 = x (92-32) = 33,33℃
9

T(℃) PA (kPa)
33 5,029
33,33 PA
34 5,318

𝑇2− 𝑇 𝑃𝐴2 − 𝑃𝐴
=
𝑇2 − 𝑇1 𝑃𝐴2 − 𝑃𝐴1

34 − 33,33 5,318 − 𝑃𝐴
=
34 − 33 5,318 − 5,029
0,67 5,318 − 𝑃𝐴
=
1 0,289
0,19363 = 5,318 - PA
PA = 5,12437 kPa
BM Air = 18,02 g/mol
BM udara = 28,97 g/mol
Rumus didapat dari buku Geankoplis, Eq. (9.3-1) hal. 526
- Humidity
18,02 𝑃𝐴
H=
28,97 (𝑃−𝑃𝐴)
18,02 5,12437
H=
28,97 (101,3−5,12437)
18,02 5,12437
H=
28,97 96,17563
92,3411474
H=
2.786,208001
H = 0,0331 kg water / kg dry air

- Kondisi Awal Kolom Bawah Pada Tekanan 2 kg/cm2 dan bukaan valve 2

Td1 = 93,5℉

5
Td1 = x (93,5-32) = 34,17℃
9

T(℃) PA (kPa)
34 5,318
34,17 PA
35 5,622

𝑇2− 𝑇 𝑃𝐴2 − 𝑃𝐴
=
𝑇2 − 𝑇1 𝑃𝐴2 − 𝑃𝐴1

35 − 34,17 5,622 − 𝑃𝐴
=
35 − 34 5,622 − 5,318
0,83 5,622 − 𝑃𝐴
=
1 0,304
0,25232 = 5,622 - PA
PA = 5,36968 kPa
BM Air = 18,02 g/mol
BM udara = 28,97 g/mol
Rumus didapat dari buku Geankoplis, Eq. (9.3-1) hal. 526
- Humidity
18,02 𝑃𝐴
H=
28,97 (𝑃−𝑃𝐴)
18,02 5,36968
H=
28,97 (101,3−5,36968)
18,02 5,36968
H=
28,97 95,93032
96,7616336
H=
2.779,10137
H = 0,0348 kg water / kg dry air
- Kondisi Akhir Kolom Atas Pada Tekanan 1 kg/cm2 dan bukaan valve 1

Td1 = 105℉

5
Td1 = x (105-32) = 40,56℃
9

T(℃) PA (kPa)
40 7,375
40,56 PA
41 7,777

𝑇2 − 𝑇 𝑃𝐴2 − 𝑃𝐴
=
𝑇2− 𝑇1 𝑃𝐴2 − 𝑃𝐴1

41 − 40,56 7,777 − 𝑃𝐴
=
41 − 40 7,777 − 7,375
0,44 7,777 − 𝑃𝐴
=
1 0,402
0,17688 = 7,777 - PA
PA = 7,60012 kPa
BM Air = 18,02 g/mol
BM udara = 28,97 g/mol
Rumus didapat dari buku Geankoplis, Eq. (9.3-1) hal. 526
- Humidity
18,02 𝑃𝐴
H=
28,97 (𝑃−𝑃𝐴)
18,02 7,60012
H=
28,97 (101,3−7,60012)
18,02 7,60012
H=
28,97 93,69988
136,9541624
H=
2.714,485524
H = 0,0505 kg water / kg dry air

- Kondisi Akhir Kolom Atas Pada Tekanan 2 kg/cm2 dan bukaan valve 2

Td1 = 97℉
5
Td1 = x (97-32) = 36,11℃
9

T(℃) PA (kPa)
36 5,940
36,11 PA
37 6,274

𝑇2 − 𝑇 𝑃𝐴2 − 𝑃𝐴
=
𝑇2− 𝑇1 𝑃𝐴2 − 𝑃𝐴1

37 − 36,11 6,274 − 𝑃𝐴
=
37−36 6,274 − 5,940
0,89 6,274 − 𝑃𝐴
=
1 0,334
0,29726 = 6,274 - PA
PA = 5,97674 kPa
BM Air = 18,02 g/mol
BM udara = 28,97 g/mol
Rumus didapat dari buku Geankoplis, Eq. (9.3-1) hal. 526
- Humidity
18,02 𝑃𝐴
H=
28,97 (𝑃−𝑃𝐴)
18,02 5,97674
H=
28,97 (101,3−5,97674)
18,02 5,97674
H=
28,97 95,32326
107,7008548
H=
2.761,514842
H = 0,0390 kg water / kg dry air

E. Menghitung fraksi yA (fraksi uap)


a. Kolom bawah kondisi awal
Tekanan 1 kg/cm2 dan bukaan valve 1
𝐻⁄
𝑀𝐴 𝑎𝑖𝑟
ya =1
⁄𝑀 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 + 𝐻⁄𝑀 𝑎𝑖𝑟
𝐵 𝐴
0,0331 ⁄
18,02
ya = 1 0,0331 ⁄
⁄ 28,97 + 18,02

ya = 0,0505

- Tekanan 2 kg/cm2 dan bukaan valve 2


𝐻⁄
𝑀𝐴 𝑎𝑖𝑟
ya =1
⁄𝑀 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 + 𝐻⁄𝑀 𝑎𝑖𝑟
𝐵 𝐴

0,0348 ⁄
18,02
ya =1 0,0348
⁄28,97+ ⁄18,02

ya = 0,0530
b. Kolom atas kondisi akhir

- Tekanan 1 kg/cm2 dan bukaan valve 1


𝐻⁄
𝑀𝐴 𝑎𝑖𝑟
ya = 1 𝐻
⁄ 𝑀𝐵 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 + ⁄𝑀𝐴 𝑎𝑖𝑟
0,0505 ⁄
18,02
ya =1 0,0505
⁄28,97+ ⁄18,02

ya = 0,0751

- Tekanan 2 kg/cm2 dan bukaan valve 2

𝐻⁄
𝑀𝐴 𝑎𝑖𝑟
ya =1
⁄𝑀 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 + 𝐻⁄𝑀 𝑎𝑖𝑟
𝐵 𝐴

0,0390 ⁄
18,02
ya =1 0,0390
⁄28,97+ ⁄18,02

ya = 0,0590
F. Menghitung laju alir mol Vu’ (uap air)
a. Kolom bawah kondisi awal
- Tekanan udara 1 kg/cm2 bukaan valve 1
Diketahui :v = 1 cm/detik
ya = 0,0505
Dijawab : Vu’ = v . (1-ya)
Vu’ = 1 (1-0,0505)
Vu’ = 0,9495 gmol/detik
Tekanan udara 2 kg/cm2 bukaan valve 2
Diketahui :v = 1,1351 cm/detik
ya = 0,0530
Dijawab : Vu’ = v . (1-ya)
Vu’ = 1,1351 (1-0,0530)
Vu’ = 1,0749 gmol/detik
b. Kolom atas kondisi akhir
- Tekanan udara 1 kg/cm2 bukaan valve 1
Diketahui :v = 1 cm/detik
ya = 0,0751
Dijawab : Vu’ = v . (1-ya)
Vu’ = 1 (1-0,0751)
Vu’ = 0,9249 gmol/detik
Tekanan udara 2 kg/cm2 bukaan valve 2
Diketahui :v = 1,1351 cm/detik
ya = 0,0590
Dijawab : Vu’ = v . (1-ya)
Vu’ = 1,1351 (1-0,0590)
Vu’ = 1,0681 gmol/detik
G. Menghitung fluks massa (NA)
- Tekanan udara 1 kg/cm2 bukaan valve 1
a. Kondisi awal : ya1 = 0,0505
ya2 = 0,0751
Vu’ = 0,9495 gmol/detik
𝑌𝐴 𝑌𝐴
NA = 𝑉𝑢′ [1− 𝑌2 − 1− 𝑌1 ]
𝐴2 𝐴1

0,0751 0,0505
NA = 0,9495 . [ − ]
1−0,0751 1−0,0505

NA = 0,0266 gmol/s.cm2
b. Kondisi akhir : ya1 = 0,0505
ya2 = 0,0751
Vu’ = 0,9249 gmol/detik
𝑌𝐴 𝑌𝐴
NA = 𝑉𝑢′ [1− 𝑌2 − 1− 𝑌1 ]
𝐴2 𝐴1

0,0751 0,0505
NA = 0,9249 . [ − ]
1−0,0751 1−0,0505

NA = 0,0259 gmol/s.cm2
- Tekanan udara 2 kg/cm2 bukaan valve 2
a. Kondisi awal : ya1 = 0,0530
ya2 = 0,0590
Vu’ = 1,0749 gmol/detik
𝑌𝐴 𝑌𝐴
NA = 𝑉𝑢′ [1− 𝑌2 − 1− 𝑌1 ]
𝐴2 𝐴1

0,0590 0,0530
NA = 1,0749 . [ − ]
1−0,0590 1−0,0530

NA = 0,007237 gmol/s.cm2
b. Kondisi akhir : ya1 = 0,0530
ya2 = 0,0590
Vu’ = 1,0681 gmol/detik
𝑌𝐴 𝑌𝐴
NA = 𝑉𝑢′ [1− 𝑌2 − 1− 𝑌1 ]
𝐴2 𝐴1

0,0590 0,0530
NA =1,0681 . [ − ]
1−0,0590 1−0,0530

NA = 0,007192 gmol/s.cm2

H. Menghitung Fraksi mol uap air pada interfase

- Bagian kolom bawah

Tekanan 1 kg/cm2 dan bukaan valve 1

𝑃
ya11 =
746

5,12437
ya11 =
746

ya11 = 0,006869 mol

Tekanan 2 kg/cm2 dan bukaan valve 2

𝑃
ya12 =
746

5,36968
ya12 =
746

ya21 = 0,007198 mol


- Bagian kolom atas

Tekanan 1 kg/cm2 dan bukaan valve 1

𝑃
Ya21 =
746

7,60012
ya21 =
746

ya21 = 0,010188 mol

Tekanan 2 kg/cm2 dan bukaan valve 2

𝑃
Ya22 =
746

5,97674
ya22 =
746

ya22 = 0,008012 mol

I. Menghitung koefisien perpindahan massa


- Bagian kolom bawah
a. Tekanan 1 kg/cm2 dan bukaan valve 1

Diketahui : Ya1 = 0,0505 mol


Ya2 = 0,0751 mol
Ya11 = 0,006869 mol
Ya21 = 0,010188 mol
NA = 0,0266 gmol/detik.cm2
A = 1.224,6 cm2
Menghitung nilai Ky

(𝑌𝐴11 − 𝑌𝐴 )−(𝑌𝐴21 − 𝑌𝐴 )
1 2
(YA1 – YA )LM =
(𝑌𝐴11 − 𝑌 )
𝐴1
ln
(𝑌𝐴 )
21 − 𝑌𝐴2

(0,006869−0,0505)−(0,010188−0,0751)
(YA1 – YA )LM = (0,006869−0,0505)
ln(0,010188−0,0751)

(YA1 – YA )LM = 0,05357


Maka nilai Ky :
𝑁𝐴
Ky =
𝐴 . (𝑌𝐴1 − 𝑌𝐴 )𝐿𝑀
0,0266
Ky =
1.224,6 . 0.05357

Ky = 0,00041 gmol/cm2.detik
Menghitung nilai Kg
(1− 𝑌𝐴1 )−(1− 𝑌𝐴11 )
(1-YA1)LM =
(1− 𝑌𝐴 )
1
ln
(1− 𝑌𝐴 )
11

(1− 0,0505)−(1−0,006869)
(1-YA1)LM = (1− 0,0505)
ln(1− 0,006869)

(1-YA1)LM = 0,9712
(1− 𝑌𝐴2 )−(1− 𝑌𝐴21 )
(1-YA2)LM =
(1− 𝑌𝐴 )
ln 2
(1− 𝑌𝐴 )
21

(1− 0,0751)−(1−0,010188)
(1-YA2)LM = (1− 0,0751)
ln(1− 0,010188)

(1-YA2)LM = 0,9570
(1-YA)LM = (1-YA2)LM - (1-YA1)LM
(1-YA)LM = 0,9712 – 0,957
(1-YA)LM = 0,0142
Maka nilai Kg :
𝐾𝑦
Kg =
𝐴 . (1 − 𝑌𝐴 )𝐿𝑀
0,00041
Kg =
1.124,6 . 0,0142

Kg = 0,0000257 gmol/detik.cm3
b. Tekanan 2 kg/cm2 dan bukaan valve 2

Diketahui : Ya1 = 0,0530 mol


Ya2 = 0,0590 mol
Ya11 = 0,007198 mol
Ya21 = 0,008012 mol
NA = 0,007237 gmol/detik.cm2
A = 1.224,6 cm2
Menghitung nilai Ky

(𝑌𝐴11 − 𝑌𝐴 )−(𝑌𝐴21 − 𝑌𝐴 )
1 2
(YA1 – YA )LM =
(𝑌𝐴11 − 𝑌 )
𝐴1
ln
(𝑌𝐴21 − 𝑌 )
𝐴2
(0,007198−0,0530)−(0,008012−0,0590)
(YA1 – YA )LM = (0,007198−0,0530)
ln(0,010188−0,0590)

(YA1 – YA )LM = 0,04835


Maka nilai Ky :
𝑁𝐴
Ky =
𝐴 . (𝑌𝐴1 − 𝑌𝐴 )𝐿𝑀

0,007237
Ky =
1.224,6 . 0.04835

Ky = 0,00012 gmol/cm2.detik
Menghitung nilai Kg
(1− 𝑌𝐴1 )−(1− 𝑌𝐴11 )
(1-YA1)LM =
(1− 𝑌𝐴 )
1
ln
(1− 𝑌𝐴 )
11

(1− 0,053)−(1−0,007198)
(1-YA1)LM = (1− 0,053)
ln(1− 0,007198)

(1-YA1)LM = 0,9697
(1− 𝑌𝐴2 )−(1− 𝑌𝐴21 )
(1-YA2)LM =
(1− 𝑌𝐴 )
2
ln
(1− 𝑌𝐴 )
21

(1− 0,059)−(1−0,008012)
(1-YA2)LM = (1− 0,295)
ln(1− 0,008012)

(1-YA2)LM = 0,9663
(1-YA)LM = (1-YA2)LM - (1-YA1)LM
(1-YA)LM = 0,9697 – 0,9663
(1-YA)LM = 0,0034
Maka nilai Kg :
𝐾𝑦
Kg =
𝐴 . (1 − 𝑌𝐴 )𝐿𝑀
0,00012
Kg =
1.124,6 . 0,0034

Kg = 0,0000314 gmol/detik.cm3
- Bagian kolom atas
c. Tekanan 1 kg/cm2 dan bukaan valve 1

Diketahui : Ya1 = 0,0505 mol


Ya2 = 0,0751 mol
Ya11 = 0,006869 mol
Ya21 = 0,010188 mol
NA = 0,0259 gmol/detik.cm2
A = 1.224,6 cm2
Menghitung nilai Ky
(𝑌𝐴11 − 𝑌𝐴 )−(𝑌𝐴21 − 𝑌𝐴 )
1 2
(YA1 – YA )LM =
(𝑌𝐴11 − 𝑌 )
𝐴1
ln
(𝑌𝐴21 − 𝑌 )
𝐴2

(0,006869−0,0505)−(0,010188−0,0751)
(YA1 – YA )LM = (0,006869−0,0505)
ln(0,010188−0,0751)

(YA1 – YA )LM = 0,05357


Maka nilai Ky :
𝑁𝐴
Ky =
𝐴 . (𝑌𝐴1 − 𝑌𝐴 )𝐿𝑀

0,0259
Ky =
1.224,6 . 0.05357

Ky = 0,00039 gmol/cm2.detik
Menghitung nilai Kg
(1− 𝑌𝐴1 )−(1− 𝑌𝐴11 )
(1-YA1)LM =
(1− 𝑌𝐴 )
1
ln
(1− 𝑌𝐴 )
11

(1− 0,0505)−(1−0,006869)
(1-YA1)LM = (1− 0,0505)
ln(1− 0,006869)

(1-YA1)LM = 0,9712
(1− 𝑌𝐴2 )−(1− 𝑌𝐴21 )
(1-YA2)LM =
(1− 𝑌𝐴 )
2
ln
(1− 𝑌𝐴 )
21

(1− 0,0751)−(1−0,010188)
(1-YA2)LM = (1− 0,0751)
ln(1− 0,010188)

(1-YA2)LM = 0,9570
(1-YA)LM = (1-YA2)LM - (1-YA1)LM
(1-YA)LM = 0,9712 – 0,9570
(1-YA)LM = 0,0142
Maka nilai Kg :
𝐾𝑦
Kg =
𝐴 . (1 − 𝑌𝐴 )𝐿𝑀
0,00039
Kg =
1.124,6 . 0,0142

Kg = 0,0000244 gmol/detik.cm3
d. Tekanan 2 kg/cm2 dan bukaan valve 2

Diketahui : Ya1 = 0,0530 mol


Ya2 = 0,0590 mol
Ya11 = 0,007198 mol
Ya21 = 0,008012 mol
NA = 0,007192 gmol/detik.cm2
A = 1.224,6 cm2
Menghitung nilai Ky

(𝑌𝐴11 − 𝑌𝐴 )−(𝑌𝐴21 − 𝑌𝐴 )
1 2
(YA1 – YA )LM =
(𝑌𝐴11 − 𝑌 )
𝐴1
ln
(𝑌𝐴 )
21 − 𝑌𝐴2

(0,007198−0,053)−(0,008012−0,059)
(YA1 – YA )LM = (0,007198−0,053)
ln(0,010188−0,059)

(YA1 – YA )LM = 0,04835


Maka nilai Ky :
𝑁𝐴
Ky =
𝐴 . (𝑌𝐴1 − 𝑌𝐴 )𝐿𝑀

0,007192
Ky =
1.224,6 . 0,04835

Ky = 0,00012 gmol/cm2.detik
Menghitung nilai Kg
(1− 𝑌𝐴1 )−(1− 𝑌𝐴11 )
(1-YA1)LM =
(1− 𝑌𝐴 )
1
ln
(1− 𝑌𝐴 )
11

(1− 0,053)−(1−0,007198)
(1-YA1)LM = (1− 0,053)
ln(1− 0,007198)

(1-YA1)LM = 0,9697
(1− 𝑌𝐴2 )−(1− 𝑌𝐴21 )
(1-YA2)LM =
(1− 𝑌𝐴 )
2
ln
(1− 𝑌𝐴 )
21

(1− 0,059)−(1−0,008012)
(1-YA2)LM = (1− 0,059)
ln(1−
0,008012)

(1-YA2)LM = 0,9663
(1-YA)LM = (1-YA2)LM - (1-YA1)LM
(1-YA)LM = 0,9697 – 0,9663
(1-YA)LM = 0,0034
Maka nilai Kg :
𝐾𝑦
Kg =
𝐴 . (1 − 𝑌𝐴 )𝐿𝑀
0,00012
Kg =
1.124,6 . 0,0034

Kg = 0,0000314 gmol/detik.cm3
J. Menghitung Koefisien perpindahan panas
a. Tekanan 1 kg/cm2 kondisi awal bukaan bawah
Diketahui : Td1 = 92℉ = 33,33℃
Td2 = 93,5℉ = 34,17℃
Tw1 = 105℉ = 40,56℃
Tw2 = 97℉ = 36,11℃
Menghitung λ
T(℃) λ (kJ/kg)
33 2.423,37
33,33 λ1
34,17 λ2
36 2.416,24
𝑇2 ′− 𝑇 𝜆2′− 𝜆1
=
𝑇2′− 𝑇1 ′ 𝜆2 ′− 𝜆1′
36 − 33,33 2.416,24 − 𝜆1
=
36 − 33 2.416,24 − 2.423,37
2,67 2.416,24 − 𝜆1
=
3 −7,13
-19,0371 = 7.248,72 - 3λ1
λ1 = 2.422,5857 kJ/kg
𝑇2 ′− 𝑇 𝜆2′− 𝜆2
=
𝑇2′− 𝑇1 ′ 𝜆2 ′− 𝜆1′
36 − 34,17 2.416,24 − 𝜆2
=
36 − 33 2.416,24 − 2.423,37
1,83 2.416,24 − 𝜆2
=
3 −7,13
-13,0479 = 7.248,72 - 3λ2
λ2 = 2.420,5893 kJ/kg
𝑇𝑑1 + 𝑇𝑑2 33,33 + 34,17
Maka, Tdav = = = 33,75 ℃
2 2
𝑇𝑤1 + 𝑇𝑤2 40,56 + 36,11
Twav = = = 38,335 ℃
2 2
𝜆1 + 𝜆2 2.422,5857 + 2.420,5893
λav = = = 2.421,5875 kJ/kg
2 2
H = 0,045 kg water vapor /kg dry air (Fig. 9.3-2, Geankoplis)
P = 5,262 kPa (Appendix A.2-9, Geankoplis)
T(℃) P (kPa)
33 5,034
33,75 P
36 5,947
𝑇2 − 𝑇 𝑃2− 𝑃
=
𝑇2− 𝑇1 𝑃2− 𝑃1
36 − 33,75 5,947 − 𝑃
=
36−33 5,947 − 5,034
2,25 5,947 − 𝑃
=
3 0,913
2,05425 = 17,841 - 3P
P = 5,262 kPa
𝑀𝐴 𝑥 𝑃 18,02 𝑥 5,262 92,82124
HW = = = −123,47014 = -0,7518
𝐵𝑀 𝑥 (1−𝑃) 28,97 𝑥 (1−5,262)

(𝑇𝑑2 − 𝑇𝑤 )− (𝑇𝑑1 − 𝑇𝑤 )
2 1
(Td’-Tw’)LM =
(𝑇𝑑 − 𝑇𝑤 )
2 2
ln
(𝑇𝑑 − 𝑇𝑤 )
1 1

(34,17−36,11)− (33,33−40,56)
(Td’-Tw’)LM = (34,17−36,11)
ln(33,33−40,56)

(Td’-Tw’)LM = 4,0211
𝐵𝑀 𝑥 𝜆 𝑥 𝐾𝑔 𝑥 (𝐻−𝐻𝑊)
HG = (𝑇𝑑′ − 𝑇𝑤
′)
𝐿𝑀

28,97 𝑥 2.421,5875 𝑥 0,0000257 𝑥 (0,045−(−0,7518))


HG = 4,0211
2
HG = 0,3573 W/m .K
b. Tekanan 2 kg/cm2 kondisi awal bukaan bawah
Diketahui : Td1 = 92℉ = 33,33℃
Td2 = 93,5℉ = 34,17℃
Tw1 = 105℉ = 40,56℃
Tw2 = 97℉ = 36,11℃
Menghitung λ
T(℃) λ (kJ/kg)
33 2.423,37
33,33 λ1
34,17 λ2
36 2.416,24
𝑇2 ′− 𝑇 𝜆2′− 𝜆1
=
𝑇2′− 𝑇1 ′ 𝜆2 ′− 𝜆1′
36 − 33,33 2.416,24 − 𝜆1
=
36 − 33 2.416,24 − 2.423,37
2,67 2.416,24 − 𝜆1
=
3 −7,13
-19,0371 = 7.248,72 - 3λ1
λ1 = 2.422,5857 kJ/kg
𝑇2 ′− 𝑇 𝜆2′− 𝜆2
=
𝑇2′− 𝑇1 ′ 𝜆2 ′− 𝜆1′
36 − 34,17 2.416,24 − 𝜆2
=
36 − 33 2.416,24 − 2.423,37
1,83 2.416,24 − 𝜆2
=
3 −7,13
-13,0479 = 7.248,72 - 3λ2
λ2 = 2.420,5893 kJ/kg
𝑇𝑑1 + 𝑇𝑑2 33,33 + 34,17
Maka, Tdav = = = 33,75 ℃
2 2
𝑇𝑤1 + 𝑇𝑤2 40,56 + 36,11
Twav = = = 38,335 ℃
2 2
𝜆1 + 𝜆2 2.422,5857 + 2.420,5893
λav = = = 2.421,5875 kJ/kg
2 2
H = 0,045 kg water vapor /kg dry air (Fig. 9.3-2, Geankoplis)
P = 5,262 kPa (Appendix A.2-9, Geankoplis)
T(℃) P (kPa)
33 5,034
33,75 P
36 5,947
𝑇2 − 𝑇 𝑃2− 𝑃
=
𝑇2− 𝑇1 𝑃2− 𝑃1
36 − 33,75 5,947 − 𝑃
=
36−33 5,947 − 5,034
2,25 5,947 − 𝑃
=
3 0,913
2,05425 = 17,841 - 3P
P = 5,262 kPa
𝑀𝐴 𝑥 𝑃 18,02 𝑥 5,262 92,82124
HW = = = = -0,7518
𝐵𝑀 𝑥 (1−𝑃) 28,97 𝑥 (1−5,262) −123,47014

(𝑇𝑑2 − 𝑇𝑤 )− (𝑇𝑑1 − 𝑇𝑤 )
2 1
(Td’-Tw’)LM =
(𝑇𝑑 − 𝑇𝑤 )
2 2
ln
(𝑇𝑑 − 𝑇𝑤 )
1 1

(34,17−36,11)− (33,33−40,56)
(Td’-Tw’)LM = (34,17−36,11)
ln(33,33−40,56)

(Td’-Tw’)LM = 4,0211
𝐵𝑀 𝑥 𝜆 𝑥 𝐾𝑔 𝑥 (𝐻−𝐻𝑊)
HG = (𝑇𝑑′ − 𝑇𝑤
′)
𝐿𝑀

28,97 𝑥 2.421,5875 𝑥 0,0000314 𝑥 (0,045−(−0,7518))


HG =
4,0211

HG = 0,4365 W/m2.K
c. Tekanan 1 kg/cm2 kondisi akhir bukaan atas
Diketahui : Td1 = 92℉ = 33,33℃
Td2 = 93,5℉ = 34,17℃
Tw1 = 105℉ = 40,56℃
Tw2 = 97℉ = 36,11℃
Menghitung λ
T(℃) λ (kJ/kg)
33 2.423,37
33,33 λ1
34,17 λ2
36 2.416,24
𝑇2 ′− 𝑇 𝜆2′− 𝜆1
=
𝑇2′− 𝑇1 ′ 𝜆2 ′− 𝜆1′
36 − 33,33 2.416,24 − 𝜆1
=
36 − 33 2.416,24 − 2.423,37
2,67 2.416,24 − 𝜆1
=
3 −7,13
-19,0371 = 7.248,72 - 3λ1
λ1 = 2.422,5857 kJ/kg
𝑇2 ′− 𝑇 𝜆2′− 𝜆2
=
𝑇2′− 𝑇1 ′ 𝜆2 ′− 𝜆1′
36 − 34,17 2.416,24 − 𝜆2
=
36 − 33 2.416,24 − 2.423,37
1,83 2.416,24 − 𝜆2
=
3 −7,13
-13,0479 = 7.248,72 - 3λ2
λ2 = 2.420,5893 kJ/kg
𝑇𝑑1 + 𝑇𝑑2 33,33 + 34,17
Maka, Tdav = = = 33,75 ℃
2 2
𝑇𝑤1 + 𝑇𝑤2 40,56 + 36,11
Twav = = = 38,335 ℃
2 2
𝜆1 + 𝜆2 2.422,5857 + 2.420,5893
λav = = = 2.421,5875 kJ/kg
2 2
H = 0,045 kg water vapor /kg dry air (Fig. 9.3-2, Geankoplis)
P = 5,262 kPa (Appendix A.2-9, Geankoplis)
T(℃) P (kPa)
33 5,034
33,75 P
36 5,947
𝑇2 − 𝑇 𝑃2− 𝑃
=
𝑇2− 𝑇1 𝑃2− 𝑃1
36 − 33,75 5,947 − 𝑃
=
36−33 5,947 − 5,034
2,25 5,947 − 𝑃
=
3 0,913
2,05425 = 17,841 - 3P
P = 5,262 kPa
𝑀𝐴 𝑥 𝑃 18,02 𝑥 5,262 92,82124
HW = = = = -0,7518
𝐵𝑀 𝑥 (1−𝑃) 28,97 𝑥 (1−5,262) −123,47014

(𝑇𝑑2 − 𝑇𝑤 )− (𝑇𝑑1 − 𝑇𝑤 )
2 1
(Td’-Tw’)LM =
(𝑇𝑑 − 𝑇𝑤 )
2 2
ln
(𝑇𝑑 − 𝑇𝑤 )
1 1

(34,17−36,11)− (33,33−40,56)
(Td’-Tw’)LM = (34,17−36,11)
ln(33,33−40,56)

(Td’-Tw’)LM = 4,0211
𝐵𝑀 𝑥 𝜆 𝑥 𝐾𝑔 𝑥 (𝐻−𝐻𝑊)
HG = (𝑇𝑑′ − 𝑇𝑤
′)
𝐿𝑀

28,97 𝑥 2.421,5875 𝑥 0,0000244 𝑥 (0,045−(−0,7518))


HG = 4,0211
2
HG = 0,3392 W/m .K
d. Tekanan 2 kg/cm2 kondisi akhir bukaan atas
Diketahui : Td1 = 92℉ = 33,33℃
Td2 = 93,5℉ = 34,17℃
Tw1 = 105℉ = 40,56℃
Tw2 = 97℉ = 36,11℃
Menghitung λ
T(℃) λ (kJ/kg)
33 2.423,37
33,33 λ1
34,17 λ2
36 2.416,24
𝑇2 ′− 𝑇 𝜆2′− 𝜆1
=
𝑇2′− 𝑇1 ′ 𝜆2 ′− 𝜆1′
36 − 33,33 2.416,24 − 𝜆1
=
36 − 33 2.416,24 − 2.423,37
2,67 2.416,24 − 𝜆1
=
3 −7,13
-19,0371 = 7.248,72 - 3λ1
λ1 = 2.422,5857 kJ/kg
𝑇2 ′− 𝑇 𝜆2′− 𝜆2
=
𝑇2′− 𝑇1 ′ 𝜆2 ′− 𝜆1′
36 − 34,17 2.416,24 − 𝜆2
=
36 − 33 2.416,24 − 2.423,37
1,83 2.416,24 − 𝜆2
=
3 −7,13
-13,0479 = 7.248,72 - 3λ2
λ2 = 2.420,5893 kJ/kg
𝑇𝑑1 + 𝑇𝑑2 33,33 + 34,17
Maka, Tdav =
2
= 2
= 33,75 ℃
𝑇𝑤1 + 𝑇𝑤2 40,56 + 36,11
Twav = = = 38,335 ℃
2 2
𝜆1 + 𝜆2 2.422,5857 + 2.420,5893
λav = = = 2.421,5875 kJ/kg
2 2
H = 0,045 kg water vapor /kg dry air (Fig. 9.3-2, Geankoplis)
P = 5,262 kPa (Appendix A.2-9, Geankoplis)
T(℃) P (kPa)
33 5,034
33,75 P
36 5,947
𝑇2 − 𝑇 𝑃2− 𝑃
=
𝑇2− 𝑇1 𝑃2− 𝑃1
36 − 33,75 5,947 − 𝑃
=
36−33 5,947 − 5,034
2,25 5,947 − 𝑃
=
3 0,913
2,05425 = 17,841 - 3P
P = 5,262 kPa
𝑀𝐴 𝑥 𝑃 18,02 𝑥 5,262 92,82124
HW = = = = -0,7518
𝐵𝑀 𝑥 (1−𝑃) 28,97 𝑥 (1−5,262) −123,47014
(𝑇𝑑2 − 𝑇𝑤 )− (𝑇𝑑1 − 𝑇𝑤 )
2 1
(Td’-Tw’)LM =
(𝑇𝑑 − 𝑇𝑤 )
2 2
ln
(𝑇𝑑 − 𝑇𝑤 )
1 1

(34,17−36,11)− (33,33−40,56)
(Td’-Tw’)LM = (34,17−36,11)
ln(33,33−40,56)

(Td’-Tw’)LM = 4,0211
𝐵𝑀 𝑥 𝜆 𝑥 𝐾𝑔 𝑥 (𝐻−𝐻𝑊)
HG = (𝑇𝑑′ − 𝑇𝑤
′)
𝐿𝑀

28,97 𝑥 2.421,5875 𝑥 0,0000314 𝑥 (0,045−(−0,7518))


HG = 4,0211

HG = 0,4365 W/m2.K
K. Menghitung Nre Udara
a. Pada tekanan udara 1 kg/cm2
Diketahui : D = 0,06 m = 6 cm
v = 1 cm/s
𝜌 =1,225 kg/m3 = 1,225 x 10-3 g/cm3
μ = 1,938 × 10-3 Pa.s = 1,938 x 10-2 g/cm.s
𝐷𝑣𝜌
Maka, Nre = (Eq. 7.3-1, Geankoplis)
𝜇

6 𝑥 1 𝑥 1,225.10−3
=
1,938. 10−2

= 0,37926  aliran laminar


. b. Pada tekanan udara 2 kg/cm2
Diketahui : D = 0,06 m = 6 cm
v = 1,1351 cm/s
𝜌 =1,225 kg/m3 = 1,225 x 10-3 g/cm3
μ = 1,938 × 10-3 Pa.s = 1,938 × 10-2 g/cm.s
𝐷𝑣𝜌 6 𝑥 1,1351 𝑥 1,225.10−3
Maka, Nre = = = 0,43049  aliran laminar
𝜇 1,938. 10−2

L. Menghitung bilangan sheerwood


𝐿
Nsh = Kc’ (Eq. 7.3-3, Geankoplis)
𝐷𝐴𝐵

a. Tekanan 1 kg/cm2 bukaan kolom bawah kondisi awal

Diketahui : K’c = 0,00232 kW/m2.K

L = 0,65 m
μ = 0,01 kg/m.s (Fig. A.3-2, Geankoplis)

𝜇 0,01
DAB = = = 0,01
𝜌 1

𝐿
Nsh = Kc’
𝐷𝐴𝐵

0,65
Nsh = 0,00232.
0,01

Nsh = 0,1508

b. Tekanan 2 kg/cm2 bukaan kolom bawah kondisi awal

Diketahui : K’c = 0,00188 kW/m2.K

L = 0,65 m

μ = 0,01 kg/m.s (Fig. A.3-2, Geankoplis)

𝜇 0,01
DAB = = = 0,01
𝜌 1

𝐿
Nsh = Kc’
𝐷𝐴𝐵

0,65
Nsh = 0,00188.
0,01

Nsh = 0,1222

c. Tekanan 1 kg/cm2 bukaan kolom atas kondisi akhir

Diketahui : K’c = 0,00206 kW/m2.K

L = 0,65 m

μ = 0,01 kg/m.s (Fig. A.3-2, Geankoplis)

𝜇 0,01
DAB = = = 0,01
𝜌 1

𝐿
Nsh = Kc’
𝐷𝐴𝐵

0,65
Nsh = 0,00206.
0,01

Nsh = 0,1339
d. Tekanan 2 kg/cm2 bukaan kolom atas kondisi akhir

Diketahui : K’c = 0,00433 kW/m2.K

L = 0,65 m

μ = 0,01 kg/m.s (Fig. A.3-2, Geankoplis)

𝜇 0,01
DAB = = = 0,01
𝜌 1

𝐿
Nsh = Kc’
𝐷𝐴𝐵

0,65
Nsh = 0,00433.
0,01

Nsh = 0,28145

Anda mungkin juga menyukai