Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN K3RS DALAM UPAYA PERAWAT

MEMINIMALISIR PENYAAKIT AKIBAT BEKERJA


SEBAGAI SEORANG PERAWAT
Nabila Rahmadhani / 191101133

Rahmadhaninabila2@gmail.com

Abstract

The hospital is a workplace that has a high risk of accidents at work. Good knowledge of
occupational health and safety (K3) can reduce the number of accidents at work to achieve zero
accidents. Occupational safety and health are activities designed to ensure safety and health in
the workplace. Nurses are at risk for accidents and occupational diseases. However, there is no
relationship between years of service and work accidents. It is hoped that the hospital
management will improve the quality of training and supervision and reinforce the rules that
have been made by giving heavy sanctions to workers who have violated the rules.

Kyewords: occupational health and safety (K3), how to prevent disease caused by the work of
nurses

Abstrak

Rumah sakit merupakan tempat kerja yang berisiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan kerja.
Pengetahuan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang baik dapat menurunkan angka
kecelakaan kerja hingga tercapainya zero accident. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah
kegiatan yang dirancang untuk menjamin keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. Perawat
berisiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan. Namun tidak ada hubungan masa
kerja dengan Kecelakaan Kerja. Diharapkan pihak manajemen rumah sakit agar meningkatkan
kualitas dari pelatihan dan pengawasan serta mempertegas aturan yang telah dibuat dengan
cara memberikan sanksi berat kepada pekerja yang didapat melanggar aturan.

Kata kunci: kesehatan dan keselamatan kerja (K3), cara pencegahan penyakit akibat kerja
perawat
Metode yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja.
Metode yang di gunakan dalam kajian ini
adalah metode literature review, di mana Namun dalam penerapan Keselamatan dan
pada kajian ini di buat berdasarkan berbagai Kesehatan Kerja (K3) masih juga banyak
suber bacaan yang berupa, buku bacaan , didapati perawat perawat yang terkena
jurnal, tesis juga maupun ebook yang penyakit akibat kerja yang di lakukan di
berhubunga dengan keselamatan dan klinik, rumah sakit atau instansi kesehatan
kesehatan Kerja, upaya dalam lainnya. Oleh sebab itu Keselamatan dan
meminimalisir penyakit yang disebabkan Kesehatan Kerja di rumah sakit harus lebih
oleh pekerjaan seorang perawat, serta memperhatikan dari program tersebut agar
kejadian kejadian yang berhubungan kejadia perawat yang terkena penyakit di
dengan K3RS. saat melakukan tugas sebagai seorang
perawat dapat di minimalisir ke
Kajian ini juga merupakan kajian bebas
beradaannya atau sampai tercapainya zero
diman adalam kajian ini bersifat bebas
accident.
dimana kajian ini juga di buat dengan cara
perbandingan dengan artikel satu dengan Faktor-faktor yang harus di perhatikan juga
artikel arrikel yang lainnya dan harus menjadi kunci dalam pengembangan
menghasilkan perbandingan yang di tulis k3 di rumah sakit. Serta pengetahuan
secara berurutan dan bertauran dalam hasil perawat tentang k3 juga harus di tingkatkan
kajian ini. karena pengetahuan adalah kunci untuk
menjadikan perawat lebih profesional
Hasil
dalam melakukan tugasnya di dunia
Hasil dari metode ini adalah Pelaksanaan kesehatan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pencegahan & pengendalian infeksi juga
adalah salah satu bentuk upaya untuk
sangat di butuhkan di rumah sakit. PPI ini
menciptakan tempat kerja yang aman,
berfungsi untuk mengurani penyebaran
sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
infeksi yang terkait dengan pelayanan
sehingga dapat mengurangi dan bebas dari
kesehatan,dengan penilaian, perencanaan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dan evaluasi oleh national infection control
policies. Serta mendukung promosi kualitas
pelayanan kesehatan yang aman bagi kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
pasien, petugas kesehtan dan orang lain mempunyai karyawan paling sedikit 10
dalam perawatan kesehatan dan lingkungan orang (Depkes. 2009).
dengan cara yang hemat biaya. Sehingga
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
PPI ini sangat di butuhkan di rumah sakit.
adalah upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan pekerja dengan cara pencegahan
Latar belakang
kecelakaan dan penyakit akibat kerja
Peningkatan sumber daya manusia yang (PAK), pengendalian bahaya di tempat
bermuara pada produktifitas kerja, kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan
merupakan dambaan setiap instansi atau rehabilitasi. Berdasar atas data Badan
perusahaan yang sedang beroperasi. pekerja Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
yang terampil, ulet, berkompeten serta Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah
memiliki loyalitas, merupakan modal yang terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182
tak ternilai bagi instansi itu sendiri, kasus di Indonesia. Jumlah kecelakaan
kemajuan suatu instansi atau perusahaan akibat kerja di Jawa Barat pada tahun 2014
salah satunya ditentukan oleh sumber daya mencapai 1713 kasus dan di Pulau Jawa
manusia yang ada di dalamnya, sehingga sebesar 4.663 kasus. Kecelakaan kerja
kewajiban untuk tetap menjaga serta dapat dipengaruhi oleh lama kerja, usia, dan
meningkatkan derajat kesehatan serta pendidikan seseorang. Data Bureau of
keselamatan para pekerja, harus menjadi Labour Statistics menyebutkan sebanyak
yang utama. Pelaksanaan keselamatan dan 253.700 kecelakaan kerja terjadi di rumah
kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu sakit Amerika Serikat pada tahun 2011.8
bentuk upaya untuk menciptakan tempat Kecelakaan kerja yang terjadi di rumah
kerja yang aman, sehat, bebas dari sakit dapat berupa tertusuk jarum suntik,
pencemaran lingkungan, sehingga dapat cedera muskuloskeletal, dan stres psikis.
mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
akibat kerja. Dalam, pasal 23, penjelasan
Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
undang-undang nomor 23 tahun 1992
untuk menciptakan tempat kerja yang
tentang kesehatan menjelaskan bahwa
aman, sehat, bebas dari pencemaran
upaya kesehatan harus diselenggarakan di
lingkungan, sehingga dapat mengurangi
semua tempat kerja, khususnya tempat
dan bebas dari kecelakaan kerja dan
kerja yang mempunyai risiko bahaya
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan derajat kesehatan karyawan RS.
produktivitas kerja. Pengetahuan K3RS yang baik diharapkan
mampu menekan angka kecelakaan kerja
Hasil laporan National Safety Council
karena individu tersebut dapat
(NSC) tahun 2008 menunjukan bahwa
menerapakan tindakan yang sesuai dengan
terjadinya kecelakaan kerja di Rumah Sakit
pengetahuan K3 yang dimilikinya.
41% lebih besar dari industri lain,kasus
yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, Pembahasan
terkilir, sakit pinggang, tergores, terpotong,
Menurut keputusan Menteri Kesehatan
luka bakar, penyakit infeksi dan lain-lain
Republik Indonesia No.432/
Organisasi Buruh Internasional atau MENKES/SK/IV/2007 Tentang Pedoman
International Labour Organization (ILO) Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
merupakan suatu organisasi yang menaungi Rumah Sakit, komitmen diwujudkan dalam
permasalahan K3 di tingkat dunia. Menurut bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan
ILO pelaksanaan K3 ditujukan untuk mudah dimengerti serta diketahui oleh
mencegah kecelakaan kerja dan penyakit seluruh karyawan Rumah Sakit.
yang ditimbulkan oleh suatu pekerjaan.20
Tujuan manajemen hiperkes dan K3RS
Permasalahan K3 juga diatur oleh
adalah melindungi petugas RS dari risiko
Organisasi Kesehatan Dunia atau World
PAK/PAHK/KAK serta dapat
Health Organization (WHO).
meningkatkan produktivitas dan citra RS,
Penerapan K3 di Indonesia diatur oleh baik dimata konsumen maupun pemerintah.
UndangUndang Republik Indonesia Nomor Keberhasilan pelaksaanaan K3RS sangat
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tergantung dari komitmen tertulis dan
sedangkan K3 rumah sakit (K3RS) diatur kebijakan pihak direksi. Pelaksanaan K3 di
oleh KEPMENKES RI Nomor rumah sakit ditujukan pada 3 hal utama
1087/MENKES/SK/VIII/2010. K3 pada yaitu SDM, lingkungan kerja dan
umumnya bertujuan melindungi pengorganisasian K3 dengan
keselamatan dan kesehatan pekerja ataupun menggalakkan kinerja P2K3 (Panitia
buruh dalam mewujudkan produktivitas Pembina atau Komite K3) di Rumah Sakit.
kerja yang optimal. Tujuan diterapkannya (Athifah A.N, 2014)
K3RS adalah terciptanya cara kerja,
Setiap Rumah Sakit wajib melaksanakan
lingkungan kerja yang sehat, aman,
pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja
nyaman, dan dalam rangka meningkatkan
sesuai yang tercantum pada pasal 23 dalam
Undang-Undang No. 36 tahun tahun 2009 Faktor predisposing (pencetus)
tentang kesehatan dan Peraturan Menteri (pengetahuan, sikap. Kepercayaan dan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI nilai) pada perawat terhadap K3RS yaitu
No.03/MEN/1982 tentang pelayanan memiliki hubungan yang sangat
kesehatan kerja. berpengaruh terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja pada perawat dalam
Upaya penerapan K3 di rumah sakit
penanganan pasien. Seluruh komponen
menyangkut tenaga kerja, cara/metode
berkorelasi sangat baik, sedangkan nilai
kerja, alat kerja, proses kerja, dan
tertinggi pada indikatornya adalah
lingkungan kerja yang meliputi
komponen kepercayaan, artinya bahwa
peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan
kepercayaan memiliki nilai yang sangat
pemulihan. Tenaga kesehatan yang sering
baik dan memiliki pengaruh yang sangat
berkontak langsung dengan pasien adalah
baik terhadap perilaku seseorang,
perawat. Tingkat pengetahuan K3 perawat
sedangkan nilai untuk pengetahuan adalah
sangat penting dalam menjaga keselamatan
yang paling rendah.
pasien dan diri perawat itu sendiri sesuai
dengan penelitian terdahulu bahwa Faktor Reinforcing
didapatkannya hubungan bermakna antara
Faktor reinforcing (pendorong) (petugas
tingkat pengetahuan perawat dengan
yang menjadi contoh) pada perawat
tindakan keselamatan terhadap pasien
terhadap K3RSHasil uji statistik nilai faktor
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit reinforcing (petugas yang menjadi contoh)
yang disebabkan oleh pekerjaan dan ini tidak berpengaruh terhadap keselamatan
lingkungan kerja. Faktor risiko PAK antara dan kesehatan kerja pada perawat dalam
lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis atau penanganan pasien. Hal ini mungkin terjadi
psikososial di tempat kerja. Faktor tersebut karena petugas yang bertanggung jawab
di dalam lingkungan kerja merupakan kurang melaksanakan tugas K3 sebagai
penyebab yang pokok dan menentukan akibat tugas rangkap, maka bila telah
terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain dilaksanakan dengan kesadaran sendiri
seperti kerentanan individual juga berperan faktor pendorong kurang berarti, sehingga
dalam perkembangan penyakit di antara tidak berpengaruh terhadap keselamatan
pekerja yang terpajan dan kesehatan kerja.

Faktor Predisposing Faktor Enabling


Faktor enabling (fasilitas keamanan dan kegiatan pemeriksaan, pengecekan,
keselamatan, hukum/aturan) pada perawat pengcocokan, inspeksi, pengendalian dan
terhadap K3RS. Faktor enabling berbagai tindakan yang sejenis.
berpengaruh terhadap K3 pada perawat Pengawasan adalah suatu pekerjaan yang
dalam penanganan sebagai faktor yang berarti mengarahkan yaitu memberi tugas,
memungkinkan suatu proses perilaku, maka menyediakan intruksi, pelatihan dan nasihat
faktor ini memiliki kedudukan yang cukup kepada individu juga termasuk
strategis di mana perubahan tidak dapat mendengarkan dan memecahkan masalah
terjadi bila faktor ini tidak disiapkan yang berhubungan dengan pekerjaan serta
fasilitas pendukungnya. Nilai yang paling menanggapi keluhan bawahan
tinggi pada faktor enabling berada pada
Pencegahan
komponen hukum/aturan karena pada
prinsipnya perilaku seseorang dipengaruhi Berikut ini adalah penerapan konsep lima

oleh aturan yang ada di lingkungannya. tingkatan pencegahan penyakit (five level
of prevention disease) pada penyakit akibat
Factor Core and Care
kerja, yakni:
Factor core and care. Faktor core, and care
a. Peningkatan kesehatan (health
(hubungan interpersonal dan kepedulian)
promotion). Misalnya: penyuluhan
berpengaruh terhadap keselamatan dan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
kesehatan kerja pada perawat dalam
pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi
penanganan pasien. Core, and care, namun
yang baik, pengembangan kepribadian,
pada hasil outer wight nilai yang paling
perusahaan yang sehat dan memadai,
tinggi adalah core, sedangkan care tidak
rekreasi, lingkungan kerja yang memadai,
signifikan, hal ini mungkin dipengaruhi
penyuluhan perkawinan dan pendidikan
oleh indikator care yang kurang variasi
seksual, konsultasi tentang keturunan dan
dalam pertanyaan dalam instrument
pemeriksaan kesehatan periodik.
indikator kepedulian tidak mempunyai nilai
yang bermakna. b. Perlindungan khusus (specific
protection). Misalnya: imunisasi, hygiene
Pengawasan adalah kegiatan manajer yang
perorangan, sanitasi lingkungan, serta
mengusahakan agar pekerjaan terlaksana
proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan
sesuai rencana yang ditetapkan dan hasil
kerja dengan menggunakan alat pelindung
yang dikehendaki. Agar pengawasan
diri (APD) seperti helm, kacamata kerja,
berhasil maka manajer harus melakukan
masker, penutup telinga (ear muff dan ear
plug) baju tahan panas, sarung tangan, dan Kesimpulan
sebagainya.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
c. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan merupakan upaya perlindungan tenaga
segera serta pembatasan titik-titik lemah kerja dari bahaya, penyakit dan kecelakaan
untuk mencegah terjadinya komplikasi. akibat kerja maupun lingkungan kerja.
Penegakan diagnosis spesifik dan sistem
d. Membatasi kemungkinan cacat
pelaporan penyakit akibat kerja penting
(disability limitation). Misalnya:
dilakukan agar dapat mengurangi dan atau
memeriksa dan mengobati tenaga kerja
bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit
secara komprehensif, mengobati tenaga
akibat kerja yang pada akhirnya dapat
kerja secara sempurna dan pendidikan
meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kesehatan.
kerja.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation).
Pemahaman dan penerapan keselamatan
Misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan
dan kesehatan kerja (K3) masih kurang di
kemali para pekerja yang menderita cacat.
perhatikan oleh pekerja formal maupun
Sedapat mungkin perusahaan mencoba
informal. Pada hal faktor K3 sangat penting
menempatkan keryawan-karyawan cacat di
dan harus diperhatikan oleh pekerja dan hal
jabatan yang sesuai.
ini menjadi tanggung jawab bersama, perlu
Upaya yang dapat dilakukan oleh adanya kerja sama antara pemerintah,
perusahaan untuk mencegah PAK adalah perusahaan dan pekerja agar terhindar dari
sebagai berikut: Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan

1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko Penyakit Akibat Kerja (PAK).


pada sumbernya, misalnya menggantikan Pengalaman merupakan keseluruhan yang
bahan kimia yang berbahaya dengan bahan didapat seseorang dari peristiwa yang
yang tidak berbahaya. dialaminya, artinya bahwa pengalaman

2. Mengurangi risiko dengan pengaturan seseorang dapat mempengaruhi

mesin atau menggunakan APD. perilakunya dalam kehidupan


pekerjaannya. Dengan demikian semakin
3. Menetapkan prosedur kerja secara aman
lama masa kerja seseorang maka
untuk mengurangi risiko lebih lanjut.
pengalaman yang diperolehnya semakin
4. Menyediakan, memakai dan merawat banyak yang memungkinkan perawat dapat
APD bekerja lebih aman (Millah, 2008).
Sedangkan menurut Cooper (2001) orang Pratiwi A D. (2012). Analisis faktor-faktor
sering berperilaku tidak aman (unsafe yang mempengaruhi tindakan tidak
action) karena orang tersebut belum pernah aman (unsafe act) pada pekerja di
cedera saat melaksanakan pekerjaannya PT X. skripsi. FKM UI. Jakarta
dengan tidak aman.
Ratulangi, A, & Josephus, J,B,S.(2013).
Daftar Pustaka Hubungan Pengetahuan, Sikap
dengan Tindakan terhadap K3RS
Efendi, F. dan Makhfudli. Keperawatan
pada Perawat di Siloam Hospital
Kesehatan Komunitas Teori dan
Manado. Junal FKM Unsrat
Praktik dalam Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika; Rudiyanto.(2014). Publik Berhak Tahu
2009 Kecelakaan Kerja. Jurnal Katiga ,
54(8), 14-17
Hanifa, Nadia, Dini, Titik., Respati, Yuli,
Susanti. (2017). Hubungan Salawati. Liza .(2017). Penyakit Akibat
Pengetahuan Dengan Upaya Kerja dan Pencegahan. Jurnal
Penerapan K3 pada Perawat, Kedokteran Syah Kuala, 15(2), 91-
Bandung Meeting on Global 95.
Medicine & Health (BaMGMH),
Simamora, R. H. (2011). ROLE
1(1), 144-149.
CONFLICT OF NURSE
Ibrahim,H., Damayanti, D.S., Amansyah, RELATIONSHIP WITH
M.,& Sunandar. (2017). Gambaran PERFORMANCE IN THE
penerapan standar manajemen EMERGENCY UNIT OF
keselamatan dan kesehatan kerja HOSPITALS RSD DR.
rumah sakit di rumah sakit umum SOEBANDI JEMBER. The
daerah haji Makassar. Al-Sisah, Malaysian Journal of Nursing, 3(2),
Public Health Science Journal, 23-32.
9(2), 160-173.
Simamora, R. H. (2020). Pelatihan
Nursalam. (2014). Manajemen Komunikasi Efektif untuk
Keperawatan, Aplikasi dalam Meningkatkan Efikasi diri Perawat
Praktik Keperawatan Profesional. dalam Pelaksanaan Identifikasi
Edisi 4. Salemba Medika. Jakarta. Pasien. JURNAL ILMIAH
KESEHATAN MASYARAKAT:
Media Komunikasi Komunitas
Kesehatan Masyarakat, 12(1), 49-
54.

Sulistiawat, Tukatman, Purwaningsih,


Nursalam. (2015). Analisis
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perawat Dalam Penanganan
Pasien di Rumah Sakit Benyamin
Guluh Kabupaten Kolak,. Jurnal
Ners, 10(2), 343-347

Salmawati, Lusia, Muh. Rasul, Muh.


Ryman Napirah. (2019). Faktor
yang Berhubungan dengan
Kejadian Kecelakaan Kerja pada
Perawat Di Ruangan IGD RSU
Anutapura Kota Palu. Jurnal
Kesehatan Masyaraka, 10(2), 104-
112.

Anda mungkin juga menyukai