Anda di halaman 1dari 74

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PELAYANAN

IMUNISASI DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR


LENGKAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG
MANGGIS BANJARBARU TAHUN 2020

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan guna menyusun Skripsi untuk memenuhi
sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

SITI MUSA’ADAH
NPM : 16.07.0280

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi merupakan upaya untuk meningkatkan kekebalan pada tubuh

dan mencegah penyakit serius yang mengancam jiwa. Selama beberapa minggu

setelah kelahiran, bayi memiliki sistem perlindungan terhadap penyakit yang

diturunan melalui plasenta dari ibunya sebelum lahir. Namun, perlindungan ini

hanya bersifat sementara dan akan menghilang dalam beberapa bulan. Untuk

itulah pemberian imunisasi diperlukan guna memberikan kekebalan terhadap

penyakit pada balita di atas ambang perlindungan (Kaneshiro, 2013).

Imunisasi dasar yaitu imunisasi rutin yang diberikan pada bayi sebelum

berusia satu tahun. Kegiatan imunisasi dasar dilaksanakan secara terus-menerus

sesuai jadwal (Kemenkes RI, 2013). Permenkes RI No 42 tahun 2013 menyatakan

bahwa jenis imunisasi dasar terdiri dari Bacillus Calmette Guerin (BCG),

DiphtheriaPertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis

Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib), Hepatitis B,

Polio, dan Campak. Riskesdas (2013) menyatakan bahwa terdapat peningkatan

angka cakupan imunisasi dasar lengkap dari tahun 2007- 2013. Pada tahun 2007

angka cakupan imunisasi dasar lengkap sebesar 41,6% dan pada tahun 2013 angka

cakupan imunisasi dasar lengkap meningkat menjadi 59,2%. Akan tetapi, pada

tahun 2013 terdapat cakupan imunisasi dasar tidak lengkap.

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa terjadi penurunan

angka kematian balita (AKB) pada tahun 1990-2013. Pada tahun 1990 kematian

1
2

balita sebesar 12,6 juta anak, sedangkan pada tahun 2013 kematian balita sebesar

6,3 juta anak (WHO, 2014).

Menurut Kemenkes RI (2014) angka kematian balita pada tahun 2015

masih jauh dari target AKB yaitu sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup. AKB

secara global di dunia masih tinggi yaitu sebesar 46 per 1000 kelahiran hidup

(WHO, 2014).

Salah satu cara untuk mengurangi angka kematian pada bayi ataupun anak

yaitu melalui pemberian imunisasi. WHO menyebutkan bahwa terdapat 1,5 juta

anak meninggal akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) di

tahun 2013. Namun pada tahun 2015 lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal

karena PD3I (Kemenkes RI, 2015). Meskipun terjadi penurunan kematian dari

tahun sebelumnya, perlu adanya upaya preventif untuk mengatasi PD3I.

Imunisasi seharusnya dapat menurunkan angka kematian anak akibat PD3I

melalui peningkatan capaian imunisasi dasar lengkap disetiap daerah (WHO,

2014). Imunisasi merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang pada

suatu penyakit, sehingga apabila terkena penyakit tersebut tidak akan sakit atau

hanya mengalami sakit ringan. Apabila anak tidak mendapat imunisasi lengkap

maka akan berdampak pada PD3I dan memberikan risiko AKB. Beberapa

penyakit menular PD3I yang menyerang anak berumur 0-11 bulan adalah

Tuberkulosis (TBC), Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, dan Polio.

Anak yang mendapatkan imunisasi akan terlindungi dari PD3I tersebut, sehingga

akan terhindar dari kecacatan atau kematian (Kemenkes RI, 2016).


3

Menurut data dari World Health Organization (WHO), prevalensi

imunisasi pada anak secara global pada tahun 2012 ialah DPT sebesar 83%, Polio

sebesar 84%, Campak sebesar 84%, Hepatitis B sebesar 79%, dan BCG sebesar

>80%. Persentase imunisasi di dunia secara global terus meningkat dari tahun-

tahun sebelumnya (WHO, 2012).

Saat ini, imunisasi diperkirakan mencegah dua sampai tiga juta kematian

setiap tahun di semua kelompok umur di dunia dari beberapa penyakit infeksi,

diantaranya penyakit difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B, dan polio. Jumlah

kematian pada anak di bawah lima tahun pada tahun 2008 adalah sebesar 8,8 juta

anak, dengan sekitar 17% diantaranya merupakan kematian yang dapat dicegah

dengan imunisasi. Sedangkan pada tahun 2011, jumlah kematian pada anak

menurun menjadi 6,9 juta. Meskipun imunisasi terbukti dapat menurunkan angka

morbiditas dan mortilitas pada anak, masih banyak anak di dunia yang belum

mendapatkan perlindungan dengan imunisasi tersebut. Lebih dari 70% anak yang

belum mendapatkan imunisasi tersebut bertempat tinggal di negara-negara

berkembang seperti Ethiopia, India, Uganda, Afrika Selatan, Filipina dan

Indonesia (WHO, 2012).

Prevalensi imunisasi di Indonesia secara umum menurut Survei

Demografi dan Kesehatan Nasional (SDKI) tahun 2012 adalah sebesar 89% untuk

BCG, 72% untuk DPT, 76% untuk Polio, 80% untuk Campak, dan 78% untuk

Hepatitis B dengan rata-rata prevalensi imunisasi dasar lengkap sebesar 66 %.

Sedangkan prevalensi imunisasi dasar lengkap di provinsi Kalimantan Selatan


4

menurut Kementrian Kesehatan pada tahun 2014 adalah sebesar 24,3% (Ditjen PPPL,

Kemenkes RI, 2014)

Cakupan imunisasi dasar pada bayi di wilayah Kalimantan Selatan pada

tahun 2014 yaitu BCG jumlah 57.440 persentase 71,1%, HB0 51.466 persentase

63,7%, DPT/HB1 46.461 persentase 59,9%, DPT/HB3 47.052 persentase 60,7%,

Polio4 54.038 persentase 69,7%, Campak 53.944 persentase 69,5%. Imunisasi

dasar lengkap 50.666 persentase 65,3% (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru (2019) didapatkan

data capaian imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Guntung Manggis (86,5%),

Puskesmas Sungai Besar (86,6%), Puskesmas Banjarbaru Utara (87,6%),

Puskesmas Guntung Payung (93,1%), Puskesmas Liang Anggang (93,1%),

Puskesmas Landasan Ulin Timur (94,0%), Puskesmas Sungai Ulin (94,6%),

Puskesmas Rawat Inap Cempaka (94,7%), Puskesmas Landasan Ulin (96,3%),

dan Puskesmas Banjarbaru (96,6%). Dari data tersebut menunjukan bahwa

Puskesmas Guntung Manggis menempati urutan terendah capaian imunisasi dasar

lengkap (Dinkes Kota Banjarbaru).

Berdasarkan data Puskesmas Guntung Manggis pada tahun 2019

didapatkan jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap sebanyak 444

orang (86,5%) dan pada bulan Februari tahun 2020 didapatkan jumlah bayi usia

12 bulan sebanyak 557 orang yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap

sebanyak 109 oranng (18,2%). (Puskesmas Guntung Manggis 2020).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang Analisis Hubungan Pengetahuan dan Pelayanan Imunisasi


5

Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas

Guntung Manggis Banjarbaru.

B. Rumusan Masalah

1. Pernyataan Masalah

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru (2019) didapatkan

data capaian imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Guntung Manggis

(86,5%), Puskesmas Sungai Besar (86,6%), Puskesmas Banjarbaru Utara

(87,6%), Puskesmas Guntung Payung (93,1%), Puskesmas Liang Anggang

(93,1%), Puskesmas Landasan Ulin Timur (94,0%), Puskesmas Sungai Ulin

(94,6%), Puskesmas Rawat Inap Cempaka (94,7%), Puskesmas Landasan

Ulin (96,3%), dan Puskesmas Banjarbaru (96,6%). Dari data tersebut

menunjukan bahwa Puskesmas Guntung Manggis menempati urutan terendah

capaian imunisasi dasar lengkap (Dinkes Kota Banjarbaru).

2. Pertanyaan Masalah

a. Apakah ada hubungan pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar

lengkap di Puskesmas Guntung Manggis Banjarbaru ?

b. Apakah ada hubungan pelayanan imunisasi dengan kelengkapan

imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Guntung Manggis Banjarbaru ?


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pelayanan imunisasi

dengan kelengkapan imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Guntung

Manggis Banjarbaru Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi kelengkapan imunisasi dasar lengkap di

Puskesmas Guntung Manggis Banjarbaru Tahun 2020.

b. Untuk mengidentifikasi pengetahuan di Puskesmas Guntung Manggis

Banjarbaru Tahun 2020.

c. Untuk mengidentifikasi pelayanan imunisasi di Puskesmas Guntung

Manggis Banjarbaru Tahun 2020.

d. Menganalisis pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar lengkap

di Puskesmas Guntung Manggis Banjarbaru Tahun 2020.

e. Menganalisis pelayanan imunisasi dengan kelengkapan imunisasi dasar

lengkap di Puskesmas Guntung Manggis Banjarbaru Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Inovatif

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan inovatif bagi peneliti

selanjutnya yang akan melakukan penelitian agar dapat menghasilkan

tambahan pengetahuan dan wawasan.


7

2. Secara Aplikatif

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan aplikatif bagi Puskesmas

Guntung Manggis tentang Analisis Hubungan Pengetahuan dan Pelayanan

Imunisasi dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap diwilayah kerja

Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
No Judul Nama Tahun Rancangan Variabel Hasil Penelitian
Penelitian Peneliti dan Penelitian Penelitian
Tempat
Penelitian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Faktor yang Vivi 2015,di Cross Variabel bebas Ada hubungan bermakna
berhubungan Triana Kecamatan Sectional : pendidikan, antara: 1.Pengatahuan
dengan Kuranji pekerjaan, Pvalue=0,007
pemberian Kota pengetahuan, 2.Sikap Pvalue=0,013
imunisasi Padang sikap, 3.Motivasi Pvalue=0,000
dasar motivasi, 4.Informasi Imunisasi
lengkap pada hambatan, Pvalue=0,04
bayi pelayanan Tidak ada hubungan
imunisasi dan yang bermakna antara :
informasi 1.Tingkat Pendidikan
tentang Pvalue= 0,34
imunisasi 2.Tingkat Pekerjaan
Variabel Pvalue=0,66
Terikat : 3.Pelayanan Imunisasi
emberian Pvalue=0,47
imunisasi 4.Hambatan
dasar lengkap Pvalue=0,4
2. Perilaku Ibu Miftahol 2017, di di Cross Variabel bebas sebagian besar ibu yang
Dalam Hudhah1), wilayah sectional : Perilaku Ibu mempunyai bayi di
Imunisasi Atik kerja Variabel Wilayah kerja
Dasar Choirul Puskesmas Terikat : Puskesmas Gayam
Lengkap di Hidajah2) Gayam Imunisasi berumur < 30 tahun
Puskesmas Dasar Lengkap tingkat pendidikan
Gayam rendah (< SMA),
8

Kabupaten berstatus tidak bekerja


Sumenep tingkat pengetahuan
kurang, percaya terhadap
imunisasi, dan memiliki
sikap baik terhadap
imunisasi.
3. Hubungan Devi 2016, di Cross Variabel bebas Ada hubungan yang
Tingkat Arista, Wilayah Sectional : bermakna antara Tingkat
Pendidikan, Hozana Kerja 1.Tingkat pendidikan (p-value=
Dukungan Puskesmas Pendidikan 0,000< 0,05), Dukungan
Keluarga Paal V 2. Dukungan keluarga (p-
Dan Peran Kota Jambi Keluarga value=0,000<
Tenaga Tahun 3.Peran 0,05), Peran
Kesehatan 2016 Tenaga Tenaga Kesehatan (p-
Dengan Kesehatan value=0,000<0,05)denga
Riwayat Variabel n riwayat pemberian
Pemberian terikat : imunisasi dasar pada
Imunisasi Riwayat bayi di wilayah kerja
Dasar Pada Pemberian Puskesmas Paal V
Bayi Di Imunisasi Kota Jambi Tahun 2016.
Wilayah Dasar Pada
Kerja Bayi
Puskesmas
Paal V Kota
Jambi
4. Analisis Meyvi 2017, di Cross Variabel bebas Tidak terdapat hubungan
Faktor- Stefriany, Puskesmas sectional : Pendidikan pendidikan ibu dengan
Faktor Yang Senewe Tongkaina ibu, Dukungan kepatuhan ibu dalam
Berhubungan Sefti Kecamatan keluarga, pemberian imunisasi
Dengan Rompas, Bunaken Motivasi ibu, dasar, dan terdapat
Kepatuhan Jill Lolong Kota Sikap ibu, hubungan dukungan
Ibu Dalam Madya Tingkat keluarga,
Pemberian Manado pengetahuan, motivasi ibu, sikap ibu,
Imunisasi Tindakan ibu, tingkat pengetahuan,
Dasar Pelayanan tindakan ibu, pelayanan
Di kesehatan kesehatan dengan
Puskesmas Variabel kepatuhan ibu dalam
Tongkaina terikat : pemberian imunisasi
Kecamatan kepatuhan ibu dasar.
Bunaken dalam
Kota Madya pemberian
Manado imunisasi
dasar
5. Hubungan Zul 2018, di Cross Variabel bebas Ada hubungan yang
Pekerjaan, Adhayani Kabupaten sectional : Pekerjaan, signifikan antara sikap
Sikap Dan Arda1), Gorontalo Sikap Dan ibu (p value= 0,000)
9

Akses Wahyuni Akses dengan kelengkapan


Dengan Hafid2), Variabel imunisasi dasar pada
Kelengkapan Zakir terikat : bayi di Kabupaten
Imunisasi Pulu3) Kelengkapan Gorontalo. Namun, tidak
Dasar Di Imunisasi ada hubungan yang
Kabupaten Dasar signifikan antara
Gorontalo pekerjaan ibu (p value=
0,713) dan akses ke
fasilitas kesehatan (p
value= 0,627) dengan
kelengkapan imunisasi
dasar pada bayi di
Kabupaten Gorontalo
6. Hubungan Muliani1, 2013,di Cross Variabel bebas 96 responden pemberian
Pelayanan Zulkifli Wilayah sectional : Pelayanan imunisasi HB0 di
Imunisasi Abdullah2 Puskesmas study Imunisasi Wilayah Puskesmas
Dengan , Ida Ponre dengan Variabel Ponre
Pemberian Leida2 Kabupaten menggunak terikat : sebesar 57,3%,
Imunisasi Bulukumba an metode Pemberian sedangkan yang tidak
Hb0 simple imunisasi Hb0 mendapat imunisasi HB0
Di Wilayah random sebesar 42,7%.
Puskesmas sampling
Ponre
Kabupaten
Bulukumba
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Imunisasi

1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau

resisten. Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap

suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh

tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi

seseorang (Lisnawati, 2011).

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila

suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya

mengalami sakit ringan (Kemenkes RI, 2013).

Imunisasi atau vaksin merupakan salah satu cara yang dilakukan

untuk memberikan kekebalan pada bayi, anak dan balita dalam keadaan

sehat. Secara alamiah tubuh juga memiliki pertahanan terhadap

berbagai kuman yang masuk. Pada kenyataannya memang banyak

penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi masih

berperan penting dalam melindungi anak melawan penyakit. Oleh

karena itu pemerintah juga mewajibkan para ibu untuk melakukan

imunisasi bagi bayinya dengan tujuan mengurangi penyakit tertentu.

Orang tua perlu diberitahu bahwa setelah imunisasi dapat timbul reaksi

10
11

lokal ditempat penyuntikan atau reaksi umum berupa keluhan atau

gejala tertentu, tergantung dari jenis vaksinnya. Efek samping dari

imunisasi umumnya terjadi karena potensi dari vaksin itu sendiri

(Ranuh, 2015).

2. Tujuan dan Manfaat Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit

tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tersebut pada

sekelompok masyarakat (populasi), atau bahkan menghilangkannya dari

dunia seperti yang kita lihat pada keberhasilan imunisasi cacar variola

(Ranuh et.al, 2011). Secara umun tujuan imunisasi antara lain: (Atikah,

2010)

a. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular

b. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular

c. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan

mortalitas (angka kematian) pada balita

Manfaat imunisasi

a. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit,

dan kemungkinan cacat atau kematian.

b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi

pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga

apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa

kanak-kanak yang nyaman.


12

c. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa

yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

3. Jenis – jenis Imunisasi

a. Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman

yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk

merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Imunisasi aktif

merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan

terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi

imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan

humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-

benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon

(Maryunani, 2010).

Vaksin diberikan dengan cara disuntikkan atau per oral/

melalui mulut terhadap pemberian vaksin tersebut, maka tubuh

membuat zat-zat anti terhadap penyakit bersangkutan (oleh karena

itu dinamakan imunisasi aktif, kadar zat-zat dapat diukur dengan

pemeriksaan darah) dan oleh sebab itu menjadi imun terhadap

penyakit tersebut.

Jenis imunisasi aktif antara lain vaksin BCG, vaksin DPT

(difteri-pertusis-tetanus), vaksin poliomielitis, vaksin campak, vaksin

typs (typus abdominalis), toxoid tetanus dan lain-lain (Maryunani,

2010).
13

b. Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien,

dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa

harus memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan

tubuhnya. Antibodi yang ditujukan untuk upaya pencegahan atau

pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun

virus. Mekanisme kerja antibodi terhadap infeksi bakteri melalui

netralisasi toksin, opsonisasi, atau bakteriolisis. Kerja antibodi

terhadap infeksi virus melalui netralisasi virus, pencegahan

masuknya virus ke dalam sel dan promosi sel natural-killer untuk

melawan virus. Dengan demikian pemberian antibodi akan

menimbulkan efek proteksi segera. Tetapi karena tidak melibatkan

sel memori dalam sistem imunitas tubuh, proteksinya bersifat

sementara selama antibodi masih aktif di dalam tubuh resipien, dan

perlindungannya singkat karena tubuh tidak membentuk memori

terhadap patogen/ antigen spesifiknya (Ranuh et.al, 2011).

4. Penyelenggaraan Imunisasi di Indonesia

Program Imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap

rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita, anak-anak,

Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil. Berdasark an sifat

penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi

wajib dan imunisasi pilihan.


14

a. Imunisasi Wajib

Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh

pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam

rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya

dari penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri atas

imunisasi rutin, tambahan dan khusus (Kemenkes RI, 2013).

1) Imunisasi Rutin

Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang secara

rutin dan terus menerus harus dilaksanakan pada periode tertentu

yang telah ditetapkan. Berdasarkan tempat pelayanan imunisasi

rutin dibagi menjadi:

a) Pelayanan imunisasi di dalam gedung (komponen statis)

dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit

atau rumah bersalin,

b) Pelayanan imunisasi di luar gedung dilaksanakan di posyandu,

di sekolah, atau melalui kunjungan rumah,

c) Pelayanan imunisasi rutin dapat juga diselenggarakan oleh

swasta (seperti rumah sakit swasta, dokter praktek dan bidan

praktek) (Lisnawati, 2011).

Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.

(1) Imunisasi Dasar

Imunisasi ini diberikan pada bayi sebelum berusia satu

tahun. Jenis imunisasi dasar terdiri atas Hepatitis B pada bayi


15

baru lahir, BCG, Difhteria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-

HB) atau Difhteria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Haemophilus

Influenza type B (DPT-HB-Hib), Polio dan Campak

(Kemenkes RI, 2013)

(2) Imunisasi Lanjutan

Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan

untuk melengkapi imunisasi dasar pada bayi yang diberikan

kepada anak usia bawah tiga tahun (batita), anak usia sekolah,

dan Wanita Usia Subur (WUS) termasuk ibu hamil sehingga

dapat mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk

memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi lanjutan pada

WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan

pelayanan antenatal. Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan

pada anak usia bawah tiga tahun (batita) terdiri atas Difhteria

Pertusis TetanusHepatitis B (DPT-HB) atau Difhteria Pertusis

Tetanus-Hepatitis BHaemophilus Influenza type B (DPT-HB-

Hib) pada usia 18 bulan dan campak pada usia 24 bulan.

Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar diberikan pada

Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dengan jenis imunisasi

lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar terdiri

atas campak, Difhteria Tetanus (DT), dan Tetanus Difhteria

(Td). Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada wanita usia

subur berupa Tetanus Toxoid (Kemenkes RI, 2013).


16

2) Imunisasi Tambahan

Imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan

atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau

evaluasi. Kegiatan ini sifatnya tidak rutin, membutuhkan biaya

khusus, kegiatan dilaksanakan dalam suatu periode tertentu

(Lisnawati, 2011). Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi

tambahan adalah:

a) Backlog fighting

b) Crash program

c) IN (Pekan Imunisasi Nasional)

d) Sub PIN

e) Catch up Campaign campak

f) Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response

Immunization/ORI)

3) Imunisasi Khusus

Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang

dilaksanakan untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit

tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu yang dimaksud

tersebut antara lain persiapan keberangkatan calon Jemaah

haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit

tertentu dan kondisi kejadian luar biasa (KLB). Jenis imunisasi

khusus antara lain terdiri atas imunisasi Meningitis Meningokokus,


17

imunisasi Yellow Fever (demam kuning), dan imunisasi Anti

Rabies (VAR) (Kemenkes RI, 2013).

5. Imunisasi Dasar Yang Diberikan Pada Bayi

a. Imunisasi BCG

Bacile Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun

sehingga didapatkan basil yang tidak virulen tetapi masih

mempunyai imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan sensitivitas

terhadap tuberkulin. Masih banyak perbedaan pendapat mengenai

sensitivitas terhadap tuberkulin yang terjadi berkaitan dengan

imunitas yang terjadi (I.G.H Gde Ranuh, 2011).

b. Imunisasi Hepatitis B

Menurut Suririnah (2009), vaksin hepatitis B diberikan untuk

melindungi bayi dengan memberi kekebalan terhadap penyakit

hepatitis B, yaitu penyakit infeksi liver yang dapat menyebabkan

sirosis hati, kanker, dan kematian. Imunisasi hepatitis B minimal

diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasai pertama diberikan segera

setelah lahir. Jadwal imunisasi yang dianjurkan adalah 0, 1, 6 bulan

karena respon antibodi paling optimal. Interval antara dosis pertama

dan dosis kedua minimal 1 bulan. Memperpanjang interval antara

dosis pertama dan kedua tidak akan mempengaruhi imunogenisitas

atau titer antibodi sesudah imunisasi selesai (dosis ketiga) (I.G.N. Gde

Ranuh,2011).
18

c. Imunisasi Polio

Menurut Hidayat (2008), imunisasi polio merupakan imunisasai

yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang

dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.

Vaksin polio oral diberikan kepada semua bayi baru lahir sebagai

dosis awal, satu dosis sebanyak 2 tetes (0,1 ml). Kemudian dilanjutkan

dengan imunisasi dasar OPV atau IPV mulai umur 2-3 bulan yang

diberikan 3 dosis berturut-turut dengan interval waktu 6-8 minggu. Vaksin

polio tetes sangat aman (I.G.N Gde Ranuh, 2011).

d. Imunisasi DPT (Dipteri, Pertusis, Tetanus)

Menurut Hidayat (2009), imunisasi DPT merupakan imunisasi

untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.

Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan

misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan

demam.

Imunisasi dasar DPT (primary immunization) diberikan 3 kali

sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu)

dengan interval 4-8 minggu. Interval terbaik diberikan 8 minggu, jadi

DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 4 bulan, dan DPT-

3 pada umur 6 bulan. Ulangan booster DPT selanjutnya (DPT-4) diberikan

satu tahun setelah DPT-3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DPT-5 pada

saat masuk sekolah umur 5 tahun (I.G.N. Gde Ranuh, 2011).


19

e. Imunisasi Campak

Menurut hidayat (2008), imunisasi campak merupakan imunisasi

yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak

karena penyakit ini sangat menular. Imunisasi campak diberikan melalui

subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam

pada tempat suntikan dan panas.

6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi

a. Usia

Ibu yang berusia lebih muda dan baru memiliki anak biasanya

cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih akan kesehatan

anaknya, termasuk pemberian imunisasi (Reza, 2006). Merujuk hal

tersebut, diketahui bahwa usia yang paling aman seorang ibu untuk

melahirkan anak adalah 20 sampai 30 tahun (Saputra, 2009).

Penelitian Wardhana (2001) disebutkan bahwa ibu yang berusia ≥ 30

tahun cenderung untuk tidak melakukan imunisasi lengkap

dibandingkan dengan ibu yang berusia < 30 tahun cenderung untuk

melakukan imunisasi lengkap. Usia merupakan salah satu sifat

karakteristik orang yang sangat utama, usia juga mempunyai

hubungan yang sangat erat dengan berbagai sifat orang lainnya, dan

juga mempunyai hubungan erat dengan tempat dan waktu

(Rahmawati, 2014).
20

b. Pendidikan

Ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap penggunaan fasilitas

pelayanan kesehatan. Bahwa penggunaan posyandu dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan dapat membuat orang menjadi berpandangan

lebih luas berfikir dan bertindak secara rasional sehingga latar

belakang pendidikan seseorang dapat mempengaruhi penggunaan

pelayanan kesehatan (Notoadmodjo, 2012). Pada umumnya semakin

tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula tingkat

pengetahuannya.

c. Pekerjaan

Teori kebutuhan (teori Maslow) mengemukakan nilanya 5

tingkat kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkat ilmiah yang

kemudian dijadikan pengertian guna dalam mempelajari motivasi

manusia. Kelima tingkatan tersebut adalah kebutuhan fisiologis,

kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan sosial, kebutuhan

penghargaan, kebutuhan aktivitas diri. Suami yang mempunyai

pekerjaan itu demi mencukupi kebutuhan keluarga (kebutuhan

pertama) akan mempengaruhi kegiatan imunisasi yang termasuk

kebutuhan rasa aman dan perlindungan sehingga ibu lebih

mengutamakan pekerjaan daripada mengantarkan bayinya untuk di

imunisasi (Suparyanto, 2011).


21

d. Pengalaman

Sesuai dengan kategori hidonisme (Bahasa Yunani) yang

berarti kesukaran, kesenangan, atau kenikmatan. Dalam hal ini

semua orang akan menghindari hal-hal yang sulit dan mengusahakan

atau mengandung resiko berat. Jika kegiatan imunisasi tetap berjalan

dengan baik misalnya, bayi menangis saat menunggu giliran yang

lama, tubuh menjadi panas setelah diimunisasi. Hal ini dapat

mempengaruhi ibu untuk mengimunisasikan bayinya (Suparyanto,

2011)

e. Pengatahuan

Pengetahuan dapat diartikan sebagai kumpulan informasi yang

dapat dipahami dan diperoleh dari proses belajar selama hidup dan

dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat untuk penyesuaian

diri. Pengetahuan merupakan pengenalan terhadap kenyataan,

kebenaran, prinsip dan kaidah suatu objek dan merupakan hasil

stimulasi untuk terjadinya perubahan perilaku.Pengetahuan ibu

tentang imunisai akan mempengaruhi keyakinan dan sikap ibu dalam

kepatuhannya terhadp imunisasi. Kepatuhan terhadap perilaku

pencegahan yang berkaitan dengan dunia medis merupakan fungsi

dari keyakinantentang kesehatan, ancaman yang dirasakan, persepsi

kekebalan, pertimbangan mengenaihambatan atau kerugian

(misalnya biaya dan waktu), serta keuntungan yaitu efektivitas dari

anjuran medis tersebut (Rizani, 2010).


22

Menurut WHO tentang analisis penyebab seseorang

berperilaku tertentu salah satunya yaitu pengetahuan. Apabila suatu

program interventif seperti imunisasi ingin dilaksanakan secara

serius dalam menjawab perubahan pola penyakit maka perbaikan

dalam evaluasi perilaku kesehatan masyarakat dan peningkatan

pengetahuan sangat dibutuhkan (Rahmawati, 2014)

f. Pelayanan Imunisasi

Pelayanan imunisasi terbagi menjadi :

1) Pelayanan

Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan

sendiri/secara bersamasama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat. Pelayanan

kesehatan merupakan upaya yang diselenggarakan sendiri atau

secara bersamasama dalam suatu organisasi untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,

kelompok dan atupun masyarakat.Semakin bagus pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan maka hal ini

akan berdampak pada semakin meningkatnya derajat kesehata,

begitu juga dengan imunisasi, semakin bagus pelayanan

imunisasi yang didapatkan oleh orang tua dan bayi maka


23

semakin besar cakupan pemberian imunisasi dasar lengkap

(Triana, 2015)

2) Kehadiran

Petugas yang selalu hadir pada saat pelayanan imunisasi

(95%) lebih banyak dari pada petugas yang tidak hadir pada saat

jadwal imunisasi, begitu juga dengan pelayanan petugas yang

melayani ibu dan bayinya, petugas yang bersikap ramah (95%)

lebih banyak dari pada petugas yang tidak bersikap ramah saat

melayani pasiennya (ibu dan bayi) (Rahmawati 2013).

3) Tenaga Kesehatan

Petugas kesehatan berupaya dan bertanggung jawab,

memberikan pelayanan kesehatan pada individu dan masyarakat

yang profesional akan mempengaruhi status kesehatan

masyarakat. Sehingga diharapkan ibu mau mengimunisasikan

bayinya dengan memberikan atau menjelaskan pentingnya

imunisasi (Suparyanto, 2011).

4) Ketersediaan vaksin

Adanya ketersediaan vaksin yang cukup karena masalah

vaksin sangat menjadi hambatan bagi petugas puskesmas dalam

mencapai imunisasi UCI di wilayah kerjanya, vaksin salah satu

indikator yang paling penting untuk melakukan kegiatan

imunisasi bayi, apabila vaksin tidak tersedia maka program

pencapaian imunisasi lengkap tidak akan tercapai.


24

g. Motivasi

Motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang

dilakukan oleh seorang individu. Motivasi menjadi suatu dorongan

kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan

untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi menjadi suatu kekuatan,

tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang kompleks dan

kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan

tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Motivasi seseorang

dapat ditimbulkan dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri-

intrinsikdan dari lingkunganekstrinsik. Motivasi intrinsik bermakna

sebagai keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya

rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan

dan memberikan keajegan dalam belajar. Motivasi ekstrinsik

dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu dan tidak

dapat dikendalikan oleh individutersebut seperti nilai, hadiah,

dan/atau penghargaan yang digunakan untuk merangsang motivasi

seseorang. Motivasi ekstrinsik yang menjadi penyebab

ketidaklengkapan imunisasi dasar lengkap pada bayi adalah desas-

desus yang didengar oleh ibu tentang imunisasi seperti adanya

anggapan yang menyatakan bahwa imunisasi tersebut tidak berguna,

imunisasi menyebabkan anak sakit, imunisasi tersebut haram untuk

diberikan pada bayi dan seterusnya. Motivasi ekstrinsik lain yang


25

mempengaruhi kelengkapan pemberian imunnisasi pada anak adalah

kepercayaan ibu terhadap imunisasi tersebut.

Dengan adanya anggapan-anggapan negative ini sehingga

mendorong orang tua/ibu untuk tidak memberikan imunisasi pada

anaknya. Oleh karena itu disarankan kepada tenaga kesehatan agar

memberikan arahan/ dorongan kepada orang tua khususnya ibu agar

merubah anggapananggapan negative tentang imunisasi dengan cara

melakukan penyuluhan rutin, penyuluhan ini diutamakan pada ibu

yang tidak memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayinya agar

mereka memberikan imunisasi yang lengkap pada anak mereka

berikutnya. (Triana, 2015)

h. Dukungan Keluarga

Teori lingkungan kebudayaan dimana orang belajar banyak

darilingkungan kebudayaan sekitarnya. Pengaruh keluarga terhadap

pembentukan sikap sangat besar karena keluarga merupakan orang

yang paling dekat dengan anggota keluarga yang lain. Jika sikap

keluarga terhadap imunisasi kurang begitu respon dan bersikap tidak

menghiraukan atau bahkan pelaksanaan kegiatan imunisasi. Maka

pelaksanaan imunisasi tidak akan dilakukan oleh ibu bayi karena

tidak ada dukungan oleh keluarga (Suparyanto, 2011)


26

B. Tinjauan Umum Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan perabaan.

Pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan informasi

yang diperbarui yang didapat dari proses belajar selama hidup dan

dapat dipergunakan sewaktuwaktu sebagai alat penyesuaian diri baik

terhadap diri sendiri atau lingkungannya (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan lain sebagainya) (Notoatmodjo, 2010),

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui

proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku terbuka (Notoatmodjo, 2010).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat, yakni (Notoatmodjo, 2012):


27

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan

sebagainya.

b. Memahami(Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benarn tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


28

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi

masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat diliat dari

penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


29

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang yaitu:

a. Faktor Internal meliputi :

1) Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari

segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih

percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa

(Nursalam, 2011).

2) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is

the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa

pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman

itu merupakan cara untuk memperoleh suatu kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat

dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal

ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan

yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapai

pada masa lalu (Notoadmodjo, 2010).

3) Pendidikan
30

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin

pendidikan yang kurang akan mengahambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan

(Nursalam, 2011).

4) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarganya (Menurut Thomas 2007, dalam Nursalam 2011).

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan berulang

dan banyak tantangan (Nursalam, 2011).

b. Faktor Eksternal Meliputi :

1) Informasi

Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu

mengurangi rasa cemas. Seseorang yang mendapat informasi

akan mempertinggi tingkat pengetahuan terhadap suatu hal

(Nursalam, 2011).

2) Lingkungan

Menurut, hasil dari beberapa pengalaman dan hasil

observasi yang terjadi di lapangan (masyarakat) bahwa

perilaku seseorang termasuk terjadinya perilaku kesehatan,

diawali dengan pengalaman-pengalaman seseorang serta


31

adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan non fisik)

(Notoatmodjo, 2010).

3) Sosial Budaya

Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial

seseorang maka tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi

pula (Notoatmodjo, 2010).

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) terdapat beberapa cara memperoleh

pengetahuan, yaitu:

1) Cara Kuno Atau Non Modern

Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah,

atau metode penemuan statistik dan logis. Cara-cara penemuan

pengetahuan pada periode ini meliputi:

a) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut

tidak bias dicoba kemungkinan yang lain.

b) Pengalaman Pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

c) Melalui jalan fikiran


32

Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya

manusia harus menggunakan jalan fikirannya serta

penalarannya. Banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-

tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan

seperti ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke

generasi berikutnya. Kebiasaan-kebiasaan ini diterima dari

sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.

2) Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

lebih sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode

penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi

penelitian, yaitu:

a) Metode induktif

Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap

gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya

dikumpulkan astu diklasifikasikan, akhirnya diambil

kesimpulan umum.

b) Metode deduktif

Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih

dahulu untuk seterusnya dihubungkan dengan bagian-

bagiannya yang khusus.

5. Kriteria Pengetahuan
33

Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,

yaitu:

1) Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh

pertanyaan.

2) Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh

pertanyaan.

3) Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh pertanyaan.

6. Kriteria Pengetahuan tentang kelengkapan imunisasi

Imunisasi dasar lengkap adalah tercapainya imunisasi untuk 1 dosis

BCG, 4 dosis hepatitis B, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, dan 1 dosis

campak secara lengkap pada anak sebelum usia satu tahun.(Sari

pediatri, 2009)

C. Tinjauan Umum Pelayanan Imunisasi

1. Pengertian Pelayanan Imunisasi

Pelayanan Imunisasi adalah salah satu upaya suatu organisasi

yang bersifat preventif yang bertujuan untuk mencegah penyakit

melalui pemberian kekebalan tubuh dan harus dilaksanakan secara

terus menerus, menyeluruh dan dilaksanakan sesuai standar sehingga

mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai

penularan (Menkes RI, 2004)

2. Syarat-syarat Pelayanan Imunisasi


34

Adapun syarat-syarat pelayanan imunisasi menurut Iswanto

(2012) adalah :

a) Pelayanan imunisasi di dalam fasilitas kesehatan (komponen

statis)

1) Mudah diakses

2) Tidak terkena langsung oleh sinar matahari, hujan atau debu

3) Cukup terang

4) Disediakan satu meja terpisah untuk imunisasi dan satu meja

lagi untuk memeriksa kesehatan jika ini terjadi bersamaan

dengan vaksinasi

5) Setiap vaksinator harus memiliki kit KIPI (adrenaline, alat

suntik 1cc, infused, abbocath/wing needle, tensimeter,

Nacl/RL)

6) Pelayanan imunisasi diberikan satu persatu

7) Petugas kesehatan harus mencuci tangan sebelum dan

sesudah memberikan pelayanan imunisasi

b) Pelayanan imunisasi di lapangan (outreach)

1) Jika didalam ruangan maka harus cukup terang dan cukup

ventilasi

2) Jika ditempat terbuka dan didalam cuaca panas, pilihlah

tempat yang teduh.

3. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi


35

a) Penyuluhan

b) Pemeriksaan sasaran (screening) dan pengisian register, setiap

sasaran sebaiknya diperiksa dan diberi vaksin sesuai jadwal

imunisasi

c) Konseling

d) Pemberian vaksin yang tepat dana man

e) Menggunakan alat suntik yang ADS (autodisable syringe)

f) Pengisian buku pencatatan

4. Jadwal Pelayanan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

Tabel 2.1
Jadwal Pelayanan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
No Waktu Pemberian Jenis Imunisasi Yang Diberikan
1 0 bulan Hepatitis B0
2 1 bulan BCG, Polio 1
3 2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
4 3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
5 4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
6 9 bulan Campak

D. KERANGKA TEORI

Sebagaimana telah dipaparkan diatas, maka dengan dilakukannya

penelitian ini dapat mengetahui hubungan

Faktor Predisposisi
1. Pengalaman
2. Pengetahuan
3. Motivasi
36

Faktor Pemungkin
1. Usia Kelengkapan Imunisasi
2. Pelayanan Imunisasi Dasar Lengkap
3. Ketersediaan vaksin

Faktor Pendorong
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Dukungan Keluarga

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : L.Green dalam Notoatmodjo (2005)

E. KERANGKA KONSEP

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Kelengkapan Imunisasi
Dasar Lengkap

Pelayanan Imunisasi
37

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

F. HIPOTESIS

1. Ada hubungan pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar

lengkap di Puskesmas Guntung Manggis Banjarbaru Tahun 2020.

2. Ada hubungan pelayanan imunisasi dengan kelengkapan imunisasi

dasar lengkap di Puskesmas Guntung Manggis Banjarbaru Tahun

2020.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat survei analitik

yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

fenomena kesehatan itu terjadi. Penelitian ini menggunakan cross

sectional, yaitu variabel sebab akibat atau kasus yang terjadi pada objek

penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu

bersama) (Notoatmodjo,2005). Penelitian ini menjelaskan tentang analisis

hubungan pengetahuan dan pelayanan imunisasi dengan kelengkapan

imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Guntung Manggis Banjarbaru

Tahun 2020.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh jumlah ibu yang

mempunyai bayi usia 12 bulan di Puskesmas Guntung Manggis pada

bulan Februari tahun 2020 sebanyak 557 orang.

2. Sampel

a. Besar Sampel

Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Untuk

36
37

menentukan ukuran sampel dari suatu populasi dapat digunakan

pendekatan rumus Slovin sebagi berikut (Notoatmodjo,2010).

N
n=
1+ n . d 2

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Sampel

D = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)

Cara menghitung pengambilan sampel sebagai berikut :

N
n=
1+ n . d 2

557
n=
1+ 557.0,1

557
n=
1+ 5,57

557
n=
6,57

n = 84,7

n = 85 orang

Jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 85 responden

b. Teknik Pengambilan Sampel

Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

dengan cara menggunkan teknik Accidental sampling. Accidental

sapling merupakan pengambilan sampel secara accidental dengan


38

mengambil responden yang kebetulan ada disuatu tempat yang

sesuai dengan tempat penelitian (Notoatmodjo, 2010). Adapun

kriteria responden yang akan dijadikan sampel dalam penelitian

adalah :

1) Ibu yang memiliki buku KMS

2) Bersedia menjadi responden

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

dan antropometri dengan menggunakan kuesioner yang berisi sejumlah

pertanyaan tertulis untuk memperoleh data atau informasi yang berkaitan

dengan penelitian. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab (Notoatmodjo, 2012). Instrumen

ini diadopsi dan modifikasi sesuai kebutuhan penelitian yaitu :

1. Kuesioner pengetahuan diadopsi dari penelitian Nurul Huda (2009)

yang berjudul gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar

lengkap di Puskesmas Ciputat Tahun 2009.

2. Kuesioner Pelayanan Imunisasi diadopsi dari penelitian Riri Novia

Sumanti (2017) yang berjudul pengaruh karakteristik ibu,

jarak,dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan terhadap

kelengkapan imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Tahun 2017.


39

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini meliputi :

1. Variabel Independen ( Variabel Bebas)

Variabel bebas adalah variabel yang meliputi sebab,

mempengaruhi (Notoatmodjo,2005). Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah Pengetahuan dan Pelayanan Imunisasi.

2. Variabel Dependen ( Variabel Terikat)

Variabel terikat adalah variabel yang meliputi akibat,

tergantung, atau terpengaruh ( Notoatmodjo, 2005). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah Kelengkapan Imunisasi Dasar Lengkap.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti ( Notoatmodjo,

2005).

Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Variabel Imunisasi merupakan Wawancara Kuesio Dikategorikan Nominal
Terikat pemberian kekebalan ner menjadi :
Pemberian tubuh terhadap suatu 1. Lengkap :
Imunisasi penyakit dengan apabila skor
Dasar memasukkan sesuatu nilai kuesioner
Lengkap ke dalam tubuh agar 6
tubuh tahan terhadap 2. Tidak lengkap :
penyakit yang sedang apabila skor
mewabah atau nilai kuesioner
berbahaya bagi <6 (Chandra
40

seseorang, yang 2017)


mencakup pemberian
Hepatitis B0, BCG,
Polio 1, DPT-HB-Hib
1, Polio 2, DPT-HB-
Hib 2, Polio 3, DPT-
HB-Hib 3, Polio 4 dan
Campak (Lisnawati,
2011)

2. Pengetahuan Pengetahuan dapat Wawancara Kuesio Dikategorikan Ordinal


diartikan sebagai ner menjadi :
kumpulan informasi 1.Baik 76-100%
yang dapat dipahami 2.Cukup 56%-
dan diperoleh dari 75%
proses belajar selama 3.Kurang < 55%
hidup dan dapat (Arikunto 2010)
dipergunakan
sewaktu-waktu
sebagai alat untuk
penyesuaian diri
(Rizani, 2010).
3. Pelayanan Pelayanan Imunisasi Wawancara Kuesio Dikategorikan Ordinal
Imunisasi adalah salah satu ner menjadi :
upaya suatu organisasi 1.Baik bila skor
yang bersifat preventif 3-5
yang bertujuan untuk 2.Kurang Baik
mencegah penyakit bila skor 0-2
melalui pemberian (Triana 2015)
kekebalan tubuh dan
harus dilaksanakan
secara terus menerus,
menyeluruh dan
dilaksanakan sesuai
standar sehingga
mampu memberikan
perlindungan
kesehatan dan
memutus mata rantai
penularan (Menkes
RI, 2004)
41

F. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Jenis Data

1) Data Primer

a) Data pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi

b) Data pengetahuan ibu

c) Data pelayanan imunisasi

2) Data Sekunder

Merupakan data geografi dan demografi dan laporan

bulanan status imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Guntung

Manggis Tahun 2020.

b. Cara Pengumpulan Data

1) Data Primer

Data pengetahuan dan pelayanan imunisasi dengan

pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi diwilayah kerja

Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020 diambil dengan

menggunakan kuesioner.

2) Data Sekunder

Data wilayah kerja Puskesmas Guntung Manggis yang

diperoleh dari data geografi dan demografi dengan cara

merangkum laporan tahunan tentang jumlah bayi dan status


42

imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Guntung Manggis

Tahun 2020.

2. Pengolahan data

Menurut Notoatmodjo (2012) Teknik Pengolahan Data dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing (pemeriksaan data)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan

kelengkapan pertanyaan. Data yang sudah terkumpul lalu diperiksa

sesegera mungkin tentang kuesioner, jika ada isian yang kurang

jelas atau kurang lengkap maka ditanya langsung pada

pewawancara, sehingga dapat dipahami dengan mudah dan semua

point yang ada dalam kuesioner dapat diisi dengan baik.

b. Coding (Pemberian Kode)

Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan

kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual

sebelum diolah dengan computer. Kode pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1) Imunisasi Dasar Lengkap

Diperoleh dengan melakukan wawancara kemudian

dikategorikan sebagai berikut :

Kode 1 : Lengkap ( Skor 6 )

Kode 2 : Tidak Lengkap ( Skor < 6)

2) Pengetahuan ibu
43

Diperoleh dengan membagikan kuesioner sebanyak 15

pertanyaan adapun nilai pertanyaan :

Perhitungan skor = Jumlah jawaban yang benar x 100%


Jumlah Pertanyaan

Kemudian hasil dikategorikan sebagai berikut :

Kode 1 : Baik (76% - 100%)

Kode 2 : Cukup (56% - 75%)

Kode 3 : Kurang (< 55%)

3) Pelayanan Imunisasi

Diperoleh dengan membagikan kuesioner sebanyak 5

pertanyaan dengan nilai pertanyaan yaitu : pemberian bobot

nilai dengan ketentuan : nilai tertinggi 1 dan nilai terendah 0,

kemudian ditetapkan kriteria nilai sebagai berikut :

Nilai tertinggi 5 x 1 = 5

Nilai terendah 5 x 0 = 0

Range nilai tertinggi – nilai terendah 5 – 0 = 5

Kelas interval range : kategori 5 : 2 = 3

Kode 1 : Baik (3 - 5)

Kode 2 : Kurang Baik (0 – 2)

c. Entry (Pemasukan Data Komputer)

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan pemasukan data ke

komputer.
44

d. Cleaning

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam program

komputer guna menghindari terjadinya kesalahan pada pemasukan

data.

G. Cara Analisis Data

Analisis data merupakan bagian dari suatu penelitian, dimana tujuan

dari analisis data ini adalah agar diperoleh suatu kesimpulan masalah yang

diteliti dilakukan melalui :

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat ini digunakan untuk mendapatkan gambaran

distribusi frekuensi dan rata-rata. Digunakan metode statistik deskriptif

untuk menentukan rata-rata atau mean (X) dan untuk masing-masing

variabel penelitian sehingga dapat ditentukan kategori-kategori

berdasarkan metode distribusi normal dengan rumus :

X = ∑x/n

Keterangan :

X = Nilai rata-rata untuk responden

∑ = Jumlah nilai responden

N = Jumlah sampel
45

Selanjutnya data dimasukkan dalam table distribusi frekuensi.

Untuk penentuan presentase dalam penelitian ini digunakan rumus

menurut Ichan (2010) adalah :

f
P= x 100%
N

Keterangan :

p = presentase

f = Jumlah frekuensi

n = Jumlah responden

Kemudian peneliti akan menghitung distribusi frekuensi dan mencari

peneliti pada setiap variabel.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat menggunakan tabulasi silang yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan dan sejauh mana kualitas hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat. Dengan uji statistik yang

digunakan adalah chi Square ( x2 ). Nilai kepercayaan yang dipakai

dalam uji statistic adalah 95% dengan nilai kemaknaan α 0,05. Apabila

nilai yang diperoleh p < α 0,05, maka H o ditolak, yang berarti ada

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Apabila nilai yang

diperoleh p > α 0,05, maka Ho diterima, yang berarti tidak ada

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Rumus uji chi square (Notoatmodjo, 2012) :


46

2
∑(fo – fe)2
X =
fe

X2 : nilai chi square

Fo : frekuensi yang diobservasi

Fe : frekuensi yang diharapkan

Syarat-syarat uji chi square adalah :

a. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (nilai e) kurang

dari 1

b. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E)

kurang dari 5, lebih dari 20% dari keseluruhan sel.

c. Hitung X2 sesuai aturan yang berlaku yaitu:

1) Bila tabelnya lebih dari 2x2, gunakan uji Kai Kuadrat tanpa

koreksi (uncorrected)

2) Bila tabelnya 2x2, gunakan Kai Kuadrat Yate’s Correction.

3) Bila tabelnya 2x2, ada sel yang E- nya <5, gunakan Fisher

Exact Test.

d. Untuk Menyimpulkan hasil statistic sebagai berikut :

1) Jika p < α 0,05 maka Ho ditolak Ha diterima, berarti ada

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

2) Jika p > α 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak, berarti tidak ada

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.


47

H. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari penyusunan proposal hingga selesai

penelitian secara keseluruhan dari bulan Februari hingga bulan Juni

tahun 2020.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung

Manggis Jalan Guntung Paring Komplek Agis Residence Kelurahan

Guntung Manggis Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru

Provinsi Kalimantan Selatan.

I. Biaya Penelitian

Berdasarkan tahapan akan dilakukannya penelitian, maka

perencanaan biaya untuk penelitian dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 3.2
Biaya Penelitian
No Keterangan Biaya

.
1. Fotocopy Kuesioner Rp. 300.000,-
2. Alat Tulis Rp. 100.000,-
3. Transportasi Rp. 100.000,-
4. Souvenir Rp. 300.000,-
Total Rp. 800.000,-
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Umum Penelitian

a. Letak Geografis

Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis yang didirikan sejak

tahun 2016 dan baru dioperasionalkan diawal tahun 2017. Luas wilayah

kerja Puskesmas Guntung Manggis 5.049 ha / m2. Jumlah penduduk

wilayah kerja Puskesmas Guntung Manggis sebanyak 44.672 jiwa.

Batas wilayah Puskesmas Guntung Manggis adalah :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Guntung Payung

Kecamatan Landasan Ulin.

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel. Palam Kecamatan Cempaka

3) Sebelah Timur berbatapsan dengan Kelurahan Loktabat Selatan

Kec.Banjarbaru Selatan

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Landasan Ulin Timur

Kec. Landasan Ulin.

b. Visi, Misi Dan Moto Puskesmas Guntung Manggis

1) Visi

Visi Puskesmas Guntung Manggis adalah terwujudnya Puskesmas

Guntung Manggis yang berkarakter dan unggul menuju masyarakat

sehat dan mandiri.


2) Misi

Misi Puskesmas Guntung Manggis adalah :

a) Memberikan Pelayanan Kesehatan yang bermutu,adil,merata dan

terjangkau.

b) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkarakter agar

terwujud tenaga kesehatan yang profesional.

c) Menggali potensi dan mendorong masyarakat untuk mandiri dalam

bidang kesehatan.

d) Menggalang dan Meningkatkan kemitraan lintas sektoral untuk

mewujudkan masyarakat sehat dan lingkungan yang bersih .

3) Moto Puskesmas Guntung Manggis adalah :“ 3 SEHAT “

“Sehatkan Diri , Sehatkan Keluarga , Sehatkan Masyarakat” .

4) Tata Nilai Puskesmas Guntung Manggis adalah :“ BERSINAR “

(Bersih, Empati, rajin, Senyum, Ikhlas, Niatkan Ibadah, Aktif, Rapi)

Pengambilan data penelitian menggunakan teknik pengambilan

sampel yaitu accidental sampling. Sampel pada penelitian ini berjumlah 85

responden yang bersedia menjadi responden. Hasil ini diperoleh melalui

pengisian kuesioner. Setelah itu, data yang berasal dari kuesioner

terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data mulai dari editing,

coding, entry, tabulasi dan analisa data sampai penyajian data. Dari hasil

pengolahan data, disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi responden

(analisis univariat) dan hasil analisis hubungan antara variabel bebas


dengan variabel terikat (analisis bivariat) dengan menggunakan uji Chi-

square.

2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang di teliti meliputi umur ibu, umur bayi, jenis

kelamin bayi, jumlah bayi, pendidikan dan pekerjaan ibu.

1) Umur Ibu

Karakteristik responden berdasarkan umur ibu adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020
No Umur Ibu f %
1. 20-30 Tahun 54 63,5
2. 31-40 Tahun 31 36,5
Total 85 100
Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berumur 20-30 tahun yaitu sebanyak 54 responden

(63,5%) sedangkan berumur 31-40 tahun yaitu sebanyak 31

responden (36,5%).

2) Umur Bayi

Karakteristik responden berdasarkan umur bayi adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Bayi
di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020
No Umur Bayi f %
1. 12-18 bulan 73 85,9
2. 19-24 bulan 12 14,1
Total 85 100
Sumber : Data Primer, 202
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar

bayi berumur 12-18 bulan sebanyak 73 bayi (85,9%) sedangkan

berumur 19-24 bulan yaitu sebanyak 12 bayi (14,1%)

3) Jenis Kelamin Bayi

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin bayi adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin Bayi
di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020
No Jenis Kelamin Bayi f %
1. Laki-laki 41 48,2
2. Perempuan 44 51,8
Total 85 100
Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar bayi

responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 44 responden

(51,8%) sedangkan berjenis kelamin perempuan sebanyak 41

responden (48,2%).

4) Jumlah Bayi

Karakteristik responden berdasarkan jumlah bayi adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jumlah Bayi
di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020
No Jumlah Bayi f %
1. 1 orang 19 22,4
2. 2 orang 52 61,2
3. 3 orang 14 16,5
Total 85 100
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki bayi dengan jumlah bayi sebanyak 2 orang yaitu

52 responden (61,2%) sedangkan memiliki bayi dengan jumlah bayi

sebanyak 3 orang yaitu 14 responden (16,5%).

5) Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan
di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020
No Pendidikan f %
1. Tamat SD/sederajat 8 9,4
2. Tamat SLTP/sederajat 14 16,5
3. Tamat SLTA/sederajat 53 62,4
4. Diploma/Sarjana 10 11,8
Total 85 100
Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki pendidikan SLTA/sederajat sebanyak 53

responden (62,4%) sedangkan memiliki pendidikan SD/sederajat

sebanyak 8 responden (9,4%).

2. Analisis Univariat

1) Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi di Wilayah

Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020

Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi di

Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020 adalah sebagai

berikut:
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi
di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020
No Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap f %
1. Lengkap 60 70,6
2. Tidak lengkap 25 29,4
Total 85 100
Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar bayi

mendapatkan imunisasi dasar lengkap yaitu sebanyak 60 responden

(70,6%) sedangkan imunisasi dasar tidak lengkap sebanyak 25

responden (29,4%).

2) Gambaran Status Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung

Manggis Tahun 2020

Gambaran Status Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas

Guntung Manggis Tahun 2020 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas
Guntung Manggis Tahun 2020
No Statu Pekerjaan f (%)
1. Bekerja 32 37,6
2. Tidak Bekerja 53 62,4
Total 85 100
Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden tidak bekerja sebanyak 53 responden (62,4%) sedangkan

bekerja sebanyak 32 responden (37,6%).


3) Gambaran Motivasi Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis

Tahun 2020

Gambaran Motivasi Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung

Manggis Tahun 2020 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Motivasi Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung
Manggis Tahun 2020
No Motivasi Ibu f %
1. Baik 34 40,0
2. Cukup Baik 32 37,6
3. Kurang Baik 19 22,4
Total 85 100
Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki motivasi baik sebanyak 40 responden (40,0%)

sedangkan motivasi kurang baik sebanyak 19 responden (22,4%).

4) Gambaran Dukungan Suami di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung

Manggis Tahun 2020

Gambaran Dukungan Suami di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung

Manggis Tahun 2020 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Dukungan Suami di Wilayah Kerja Puskesmas
Guntung Manggis Tahun 2020
No Dukungan Suami f %
1. Didukung 46 54,1
2. Tidak Didukung 39 45,9
Total 85 100
Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden mendapatkan dukungan suami sebanyak 46 responden


(54,1%) sedangkan yang tidak mendapatkan dukungan suami sebanyak

39 responden (45,9%).

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah hasil analisis hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji Chi-square.

a. Hubungan status pekerjaan ibu dengan pemberian imunisasi dasar

lengkap pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis

Tahun 2020

Dari hasil analisis bivariat hubungan status pekerjaan ibu

dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di Wilayah

Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020 adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.10
Hubungan status pekerjaan ibu dengan pemberian imunisasi dasar
lengkap pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis
Tahun 2020
No Status Pemberian Imunisasi Dasar n %
Pekerjaan Lengkap
Lengkap Tidak lengkap
n % n %
1. Bekerja 15 46,9 17 53,1 32 100
2. Tidak Bekerja 45 84,9 8 15,1 53 100
Jumlah 60 70,6 25 29,4 85 100
p-value =0,000 < α 0,05
Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 53

responden yang memiliki pekerjaannya tidak bekerja sebagian

besar pemberian imunisasi dasar lengkap sebanyak 45 responden

(84,9%) sedangkan tidak lengkap sebanyak 8 responden (15,1%).


Dari 32 responden yang memiliki pekerjaannya bekerja sebagian

besar pemberian imunisasi dasar tidak lengkap sebanyak 17

responden (53,1%) sedangkan imunisasi dasar lengkap sebanyak 15

responden (46,9%).

Hasil uji statistik dengan Chi-square didapatkan nilai p-

value = 0,000 < α 0,05 maka Ho di tolak dan Ha di terima artinya

secara statistik ada hubungan status pekerjaan ibu dengan imunisasi

dasar lengkap pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung

Manggis Tahun 2020.

b. Hubungan motivasi ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap

pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun

2020

Dari hasil analisis bivariat hubungan motivasi ibu dengan

pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di Wilayah Kerja

Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11
Hubungan motivasi ibu dengan pemberian imunisasi dasar
lengkap pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis
Tahun 2020
No Motivasi Pemberian Imunisasi Dasar n %
Ibu Lengkap
Lengkap Tidak lengkap
n % n %
1. Baik 32 94,1 2 5,9 34 100
2. Cukup 25 78,1 7 21,9 32 100
3. Kurang 3 15,8 16 84,2 19 100
Jumlah 60 70,6 25 29,4 85 100
p-value =0,000 < α 0,05
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 34

responden yang memiliki motivasi baik sebagian besar pemberian

imunisasi dasar lengkap sebanyak 32 responden (94,1%) sedangkan

imunisasi dasar tidak lengkap sebanyak 2 responden (5,9%). Dari

32 responden yang memiliki motivasi cukup sebagian besar

pemberian imunisasi dasar lengkap sebanyak 25 responden (78,1%)

sedangkan tidak lengkap sebanyak 7 responden (21,9%). Dari 19

responden yang memiliki motivasi kurang memiliki sebagian besar

pemberian imunisasi dasar tidak lengkap sebanyak 16 responden

(84,2%) sedangkan imunisasi dasar lengkap sebanyak 3 responden

(15,8%).

Hasil uji statistik dengan Chi-square didapatkan nilai p-

value = 0,000 < α 0,05 maka Ho di tolak dan Ha di terima artinya

secara statistik ada hubungan motivasi ibu dengan imunisasi dasar

lengkap pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis

Tahun 2020.

c. Hubungan dukungan suami dengan pemberian imunisasi dasar lengkap

pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020

Dari hasil analisis bivariat hubungan dukungan suami dengan

pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di Wilayah Kerja

Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020 adalah sebagai berikut:


Tabel 4.12
Hubungan dukungan suami dengan pemberian imunisasi dasar
lengkap pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis
Tahun 2020
No Dukungan Pemberian Imunisasi Dasar n %
Suami Lengkap Tidak lengkap
n % n %
1. Didukung 45 97,8 1 2,2 46 100
2. Tidak 15 38,5 24 61,5 39 100
Didukung
Jumlah 60 70,6 25 29,4 85 100
p-value =0,000 < α 0,05
Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa dari 46

responden yang didukung oleh suami sebagian besar pemberian

imunisasi dasar lengkap sebanyak 45 responden (97,8%) sedangkan

imunisasi tidak lengkap sebanyak 1 responden (2,2%). Dari 39

responden yang tidak mendapatkan dukungan suami sebagian besar

pemberian imunisasi dasar tidak lengkap sebanyak 24 responden

(61,5%) sedangkan imunisasi dasar lengkap sebanyak 15 responden

(38,5%).

Hasil uji statistik dengan Chi-square didapatkan nilai p-

value = 0,000 < α 0,05 maka Ho di tolak dan Ha di terima artinya

ada hubungan dukungan suami dengan imunisasi dasar lengkap

pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun

2020.
B. Pembahasan

1. Pemberian Imunisasi dasar lengkap pada bayi di Wilayah Kerja

Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap yaitu sebanyak 60 responden

(70,6%) sedangkan imunisasi dasar tidak lengkap sebanyak 25 responden

(29,4%).

Berdasarkan asumsi peneliti masih banyak ibu – ibu yang kurang

peduli dengan pemberian imunisasi dasar untuk kesehatan bayi bahkan

masih ada ibu yang tidak pernah membawa bayinya imunisasi, ada juga

yang takut karena efek samping seperti badan bayi panas setelah imunisasi

dan bayi rewel setelah imunisasi sehingga imunisasi bayi tidak lengkap.

Imunisasi bayi tidak lengkap dikarenakan ibu mempunyai motivasi

kurang dalam memberikan imunisasi kepada bayinya, ibu sibuk bekerja

dan dukungan suami kurang.

Beberapa faktor penyebab ketidaklengkapan imunisasi yaitu

predisposing factors mencakup karakteristik (umur, tingkat pendidikan,

pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, budaya, tradisi, keyakinan

masyarakat, tingkat sosial ekonomi dan pendapatan keluarga) dan perilaku

(persepsi, motivasi dan sikap terhadap kesehatan), enabling factors

mencakup ketersediaan sarana prasarana, fasilitas pelayanan kesehatan,

kebutuhan individu akan layanan kesehatan, rasa nyaman dengan kondisi

fasilitas sedangkan reinforcing factor mencakup peran petugas imunisasi,


dukungan suami, dukungan keluarga, dukungan masyarakat, faktor

lingkungan dan pemajanan media informasi yang berhubungan dengan

kesehatan (Nugroho, 2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Chandra (2017) menunjukkan bahwa distribusi frekuensi responden

berdasarkan status imunisasi di posyandu di wilayah kerja Puskesmas

Alalak Selatan sebagian besar responden memberikan imunisasi dasar

dengan kategori lengkap yaitu sebanyak 30 responden (51,7%), sedangkan

responden yang tidak memberikan imunisasi dasar dengan kategori

tidak lengkap adalah sebanyak 28 responden (48,3%).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ritonga (2014)

di Desa Tigabolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun Tahun

2014 menunjukkan bahwa responden melaksbayian imunisasi dasar pada

bayi sebanyak 34 responden (65,4%).

2. Status pekerjaan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis

Tahun 2020

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

responden tidak bekerja sebanyak 53 responden (62,4%) sedangkan

bekerja sebanyak 32 responden (37,6%).

Pada dasarnya ibu-ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang

lebih banyak untuk mengurus dan merawat bayi dan memberikan

imunisasi dasar lengkap. Selain itu ibu yang tidak bekerja memungkinkan
untuk berperilaku lebih baik dalam hal memberikan imunisasi tanpa

adanya kendala karena harus bekerja keluar rumah.

Status pekerjaan ibu berkaitan dengan kesempatan dalam

mengimunisasikan bayinya. Seresponden ibu yang tidak bekerja akan

mempunyai kesempatan untuk mengimunisasikan bayinya dibanding

dengan ibu yang bekerja. Pada ibu-ibu yang bekerja diluar rumah sering

kali tidak mempunyai kesempatan untuk datang ke pelayanan imunisasi

karena mungkin saat dilakukan pelayanan imunisasi ibu masih bekerja

ditempat kerjanya. Sering juga ibu yang terlalu sibuk dengan urusan

pekerjaannya lupa akan jadwal imunisasi bayinya (Notoatmodjo, 2012).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Chandra (2017)

menunjukkan bahwa menunjukkan distribusi frekuensi responden

berdasarkan pekerjaan ibu di Posyandu di Wilayah kerja puskesmas alalak

selatan yang dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak adalah yang

tidak bekerja, yaitu sebanyak 34 responden (58,6%), sedangkan responden

yang bekerja adalah sebanyak 24 responden (41,4%).

3. Motivasi ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki motivasi baik sebanyak 40 responden (40,0%)

sedangkan motivasi kurang baik sebanyak 19 responden (22,4%).

Motivasi responden baik dalam kelengkapan imunisasi dasar yaitu

motivasi dalam hal kebutuhan responden membawa bayi imunisasi karena

dibutuhkan bayi, karena membutuhkan imunisasi yang sanggup melawan


semua penyakit pada bayi, membutuhkan perlindungan kesehatan dan

salah satu kebutuhan dasar. Motivasi berdasarkan dorongan yaitu agar

tumbuh sehat. supaya tidak mudah terjangkit penyakit, ingin mendapatkan

bayi yang cerdas dan agar dapat berkumpul teman teman. Motivasi

berdasarkan harapan yaitu tidak gampang sakit setelah imunisasi, kebal

terhadap penyakit menular, akan tumbuh lebih sehat, aktif dan tidak rewel.

Menurut Notoatmodjo (2010) motivasi ibu bersifat intrinsik dan

ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intrinsik berasal dari pemikiran dan

karakteristik individu tersebut dalam memberikan imunisasi dasar lengkap.

Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari

pengaruh lingkungan dan responden yang berada disekitarnya yang

membeikan pengaruh pada ibu untuk memberikan imunisasi dasar

lengkap.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yundri (2019) di

Puskesmas Kuala Tungkal II menunjukkan bahwa motivasi ibu dalam

memberikan imunisasi dasar pada bayi yaitu kurang baik sebanyak 44

responden (47,8%) dan baik sebanyak 48 responden (52,2%). Penelitian

Tampemawa (2015) di Pusat Kesehatan Masyarakat Ranotana Weru

Kota Manado menujukkan bahwa sebagian responden yang memiliki

motivasi tinggi sebanyak 52 responden, dari 52 responden yang memiliki

status imunisasi lengkap sebesar 52,9% (46 responden) dan yang tidak

lengkap sebesar 6,9% (6 responden).


4. Dukungan suami di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun

2020

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

responden mendapatkan dukungan suami sebanyak 46 responden (54,1%)

sedangkan yang tidak mendapatkan dukungan suami sebanyak 39

responden (45,9%).

Dukungan suami dalam imunisasi adalah keikutsertaan suami atau

usaha suami untuk memberikan motivasi ibu agar memberikan imunisasi

dasar lengkap pada bayinya. Peran suami dalam program imunisasi adalah

mendorong ibu untuk melindungi bayinya dari penyakit yaitu memberikan

kekebalan tubuh untuk bayi yaitu dengan imunisasi (Kurniati, 2016).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuliana (2018) di

Wilayah Kerja Puskesmas Medan Area menunjukkan bahwa dukungan

suami dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi yaitu mendukung 36

responden (52,9%) dan tidak mendukung sebanyak 32 responden

(47,1%). Penelitian Chandra (2017) menunjukkan bahwa menunjukkan

distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga di

Posyandu di Wilayah kerja puskesmas alalak selatan sebagian besar

responden adalah yang mendapatkan dukungan dari suami yaitu sebanyak

34 responden (58,6%), sedangkan responden yang tidak mendapatkan

dukungan dari suami adalah sebanyak 24 responden (41,4%).


5. Hubungan status pekerjaan ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap

pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 53 responden

yang memiliki pekerjaannya tidak bekerja sebagian besar pemberian

imunisasi dasar lengkap sebanyak 45 responden (84,9%) sedangkan tidak

lengkap sebanyak 8 responden (15,1%). Dari 32 responden yang memiliki

pekerjaannya bekerja sebagian besar pemberian imunisasi dasar tidak

lengkap sebanyak 17 responden (53,1%) sedangkan imunisasi dasar

lengkap sebanyak 15 responden (46,9%).

Hasil uji statistik dengan Chi-square didapatkan nilai p-value = 0,000

< α 0,05 maka Ho di tolak dan Ha di terima artinya secara statistik ada

hubungan status pekerjaan ibu dengan imunisasi dasar lengkap pada bayi

di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020.

Berdasarkan asumsi peneliti bahwa sebagian besar responden yang

tidak bekerja lebih banyak berpeluang untuk melakukan pemberian

imunisasi dasar lengkap pada bayinya dibandingan responden yang

berkerja, oleh sebab itu pekerjaan sangat berperan penting dengan

pemberian imunisasi dasar. Tetapi ada juga responden yang bekerja

pemberian imunisasi dasar pada bayinya lengkap itu karena faktor dari

motivasi ibu yang baik dan adanya dukungan suami responden yang

membuat responden termotivasi membawa bayinya keposyandu atau

puskesmas untuk mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Bahkan

ada juga responden yang tidak bekerja tetapi status imunisasi dasar pada
bayinya tidak lengkap itu karena faktor motivasi ibu yang kurang dan

tidak ada dukungan dari suami responden agar responden membawa

bayinya keposyandu atau puskesmas untuk mendapatkan imunisasi dasar

lengkap.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuliana (2018) di

Wilayah Kerja Puskesmas Medan Area menunjukkan bahwa ada

hubungan pekerjaan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap dengan p-

value=0,002. Penelitian Libunelo (2018) Dasar di Puskesmas Dulukapa

menunjukkan bahwa ada hubungan pekerjaan dengan pemberian imunisasi

dasar lengkap dengan p-value=0,000.

Hasil penelitian ini sejalan juga dengan penelitian Chandra (2017)

di Posyandu di Wilayah kerja Puskesmas Alalak Selatan menunjukkan

bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan pemberian imunisasi dasar

diperoleh nilai p value = 0,000 .

6. Hubungan motivasi ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada

bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 34 responden

yang memiliki motivasi baik sebagian besar pemberian imunisasi dasar

lengkap sebanyak 32 responden (94,1%) sedangkan imunisasi dasar tidak

lengkap sebanyak 2 responden (5,9%). Dari 32 responden yang memiliki

motivasi cukup sebagian besar pemberian imunisasi dasar lengkap

sebanyak 25 responden (78,1%) sedangkan tidak lengkap sebanyak 7

responden (21,9%). Dari 19 responden yang memiliki motivasi kurang


memiliki sebagian besar pemberian imunisasi dasar tidak lengkap

sebanyak 16 responden (84,2%) sedangkan imunisasi dasar lengkap

sebanyak 3 responden (15,8%).

Hasil uji statistik dengan Chi-square didapatkan nilai p-value =

0,000 < α 0,05 maka Ho di tolak dan Ha di terima artinya secara statistik

ada hubungan motivasi ibu dengan imunisasi dasar lengkap pada bayi di

Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020.

Motivasi ibu berhubungan sebab akibat dengan kelengkapan

imunisasi dasar karena semakin baik motivasi ibu maka akan ibu akan

memberikan imunisasi dasar secara lengkap kepada bayi, namun

sebaliknya semakin kurang motivasi ibu maka ibu tidak memberikan

imunisasi dasar secara lengkap karena ibu malas dan ibu beranggapan

imunisasi dasar bukan merupakan hal yang wajib dilakukan ibu dan

diberikan untuk bayi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yundri (2017) di

Puskesmas Kuala Tungkal II menunjukkan ada hubungan motivasi ibu

dengan status imunisasi dasar bayi dengan p value =0,000. Penelitian

Lestari (2019) menunjukkan ada hubungan motivasi ibu dengan status

imunisasi dasar bayi dengan p value =0,038.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Tampemawa

(2015) di Pusat Kesehatan Masyarakat Ranotana Weru Kota Manado

menunjukkan bahwa hasil uji statistik dengan uji chi square p value

=0,003 sehingga ada hubungan antara motivasi ibu dengan Status


Imunisasi Bayi Usia 19-24 bulan di Puskesmas Ranotana Weru Kota

Manado.

7. Hubungan dukungan suami dengan imunisasi dasar lengkap pada bayi di

Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 46 responden

yang didukung oleh suami sebagian besar pemberian imunisasi dasar

lengkap sebanyak 45 responden (97,8%) sedangkan imunisasi tidak

lengkap sebanyak 1 responden (2,2%). Dari 39 responden yang tidak

mendapatkan dukungan suami sebagian besar pemberian imunisasi dasar

tidak lengkap sebanyak 24 responden (61,5%) sedangkan imunisasi dasar

lengkap sebanyak 15 responden (38,5%).

Hasil uji statistik dengan Chi-square didapatkan nilai p-value = 0,000

< α 0,05 maka Ho di tolak dan Ha di terima artinya ada hubungan

dukungan suami dengan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Wilayah

Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020.

Berdasarkan asumsi peneliti dukungan dari suami sangat berperan

penting, keluarga yang selalu mendukung, mengajak, mengantar atau

mengingatkan responden sangat berpengaruh dalam kelengkapan

pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayinya lain halnya dengan

responden yang tidak didukung pemberian imunisasi dasar bayinya tidak

lengkap karena tidak ada dukungan dari suami sehingga tidak ada yang

mendukung untuk melakukan pemberian imunisasi pada bayinya. Tetapi

ada juga responden yang didukung suaminya pemberian imunisasi dasar


pada bayi tidak lengkap kerena responden bekerja menyebabkan

responden tidak bisa membawa bayinya imunisasi dasar secara lengkap,

pada penelitian ini ada juga responden yang tidak mendapatkan dukungan

dari suami tetapi imunisasi dasarnya lengkap karena faktor responden

tidak bekerja dan motivasi dari responden sendiri menginginkan bayinya

terhindar dari penyakit berbahaya.

Menurut Friedman (2014) bentuk dukungan yang dapat diberikan

oleh suami yaitu dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan

penilaian, dan dukungan instrumental.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuliana (2018) di

Wilayah Kerja Puskesmas Medan Area menunjukkan bahwa ada

hubungan dukungan suami dengan pemberian imunisasi dasar lengkap

dengan p-value=0,005.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Chandra (2017) di

Posyandu di Wilayah kerja puskesmas alalak selatan menunjukkan bahwa

ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi

dasar diperoleh nilai p value = 0,000.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian hubungan status pekerjaan, motivasi dan dukungan

suami dengan kelengkapan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Wilayah

Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020 dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pemberian imunisasi dasar lengkap sebagian besar lengkap sebanyak 60

responden (70,6%) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun

2020.

2. Pekerjaan sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 53 responden

(62,4%) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2020.

3. Motivasi Ibu sebagian besar responden memiliki motivasi baik sebanyak

40 responden (40,0%) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis

Tahun 2020.

4. Dukungan suami sebagian besar responden mendapatkan dukungan suami

sebanyak 46 responden (54,1%) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung

Manggis Tahun 2020

5. Ada hubungan yang signifikan status pekerjaan ibu dengan imunisasi

dasar lengkap pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis

Tahun 2020 (p-value = 0,000).


6. Ada hubungan yang signifikan motivasi ibu dengan imunisasi dasar

lengkap pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun

2020 (p-value = 0,000).

7. Ada hubungan yang signifikan dukungan suami dengan imunisasi dasar

lengkap pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Tahun

2020 (p-value = 0,000).

B. Saran

1. Bagi ibu yang memiliki bayi

Diharapkan ibu memberikan imunisasi dasar secara lengkap agar

bayi terhindar dari penyakit.

2. Bagi suami

Diharapkan suami memberikan dukungan kepada ibu sehingga ibu

termotivasi dalam memberikan imunisasi kepada bayinya.

3. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan petugas kesehatan dapat meningkatkan upaya

penyuluhan kesehatan tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap berupa

leaflet, brosur dan poster.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang pemberian

imunisasi dengan metode yang berbeda dan sampel yang lebih banyak,

dan variabel yang berbeda seperti faktor sosial ekonomi dan pendidikan

ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap.

Anda mungkin juga menyukai