Makalah Dan Sop Luka Bakar
Makalah Dan Sop Luka Bakar
Disusun Oleh :
Kelas 5C/Kelompok 15
Nama Kelompok :
1. Sherlina Anggraeni (1130018077)
2. Nurul putri istikomah (1130018074)
Dosen Pembimbing
Lono Wijayanti,S.Kep.Ns.,M.Kep
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTASKEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan Teori Luka Bakar ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan Teori Luka Bakar ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan Teori Luka Bakar untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III dengan judul “Teori Luka Bakar”.
Penulis tentu menyadari bahwa Teori Luka Bakar ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk tugas ini, supaya Teori Luka Bakar ini
nantinya dapat menjadi lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada Teori Luka Bakar ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam membuat Teori Luka Bakar ini. Demikian, semoga dapat
bermanfaat. Terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
1.4 Manfaat..............................................................................................2
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.4 Manfaat Penulisan
Bagi penulis supaya dapat memahami tentang keperawatan medical bedah III tentang
teori luka bakar dan bisa juga menjadi referensi selanjutnya agar lebih baik.
5
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Definisi
Luka bakar merupakan penyebab umum terjadinya cedera traumatik dan kondisi
kegawatan utama di ruang gawat darurat yang memiliki berbagai jenis permasalahan,
tingkat mortalitas dan morbiditas yang tinggi (Chen, Wen, Lee, dan Ma, 2014;
Schneider
et al., 2012).
2.2 Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melalui konduksi
atau radiasi elektromagnetik.
1. Fase Akut
Problem yang ada berkisar pada gangguan saluran nafas karena adanya cedera
inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan
sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera sistemik.
2. Fase Sub Akut
Terjadi setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit dan
jaringan di bawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan penguapan cairan
tubuh disertai panas/energi.
3. Fase Lanjut
Berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah pada
afse ini adalah timbulnya penyakit dari luka bakar berupa parut hipertrofik,
kontraktur, dan deformitas lainnya.
2.3 Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau
radiasi elcktromgnetik. Drajat luka bakar berhubungan dengan beberapa factor,
termasuk konduksi jaringan yang terkena, waktu kontak dengan sumber tenaga panas
dan pigmentasi permukaan. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang
kurang tahan terhadap konduksi panas, sedang tulang, paling tahan. Jaringan lain
memiliki kondisi sedang. Sumber-sumber radiasi elektromagnetik meliputi sinar X,
6
gelombang mikro, sinar ultraviolet, dan cahaya tampak. Radiasi ini dapat merusak
jaringan baik dan jaringan panas (gelombang mikro) atau ionisasi (sinar X).
Sel-sel dapat menahan temperature sampai 40C, tampak kerusakan bermakna. Antara
44-51C, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk setiap kenaikan derajat
temperature dan waktu penyiaran yang terbatas yang dapat ditoleransi. Diatas 51C ,
protein terdenaturasi dan kecepatan kerusakan jaringan yang sangat hebat.
Temperature diatas 70C menyebabkan kerusakan selular yang sangat cepat dan hanya
periode penyiaran yang sangat singkat yang dapat ditahan. Pada rentang panas yang
lebih rendah, tubuh dapat mengeluarkan tenaga panas dengan perubahan sirkulasi,
tetapi pada rentang panas lebih tinggi hal ini tidak efektif.
Luka bakar terbentu dari beberapa daerah, dimulai dengan daerah koagulasi
jaringan pada titik kerusakan maksimal. Mengclilingi daerah koagulasi terdapat
daerah statis yang ditandai adanya akiran I-darah ang cepat dan terdiri dari sel-sel
yang masih bisa diselamatkan. Di sekeliling daerah statis terletak daerah hiperemia,
tempat sel kurang rusak dan dapat sembuh sempurna. Dengan pengeringan atau
infeksi, sel pada daerah statis dapat hilang dan luka dengan kedalaman tidak penuh
diubah menjai kedalaman penuh. Salah satu tujuan perawatan luka bakar adalah
menghindari hilangnya kedua daerah luar ini.
Luka bakar secara klasik, dibagi atas derajat satu, dua, dan tiga, luka drajat
satu hanya mengenai epidermis luar dan tampak sebagai daerah hieperemia dan
eritema. Luka derajat dua mengenai lapisan epidermis yang lebih dalam dan Sebagian
dermis serta lepuh dan edema dan basah. Luka derajat tiga mengenai semua lapisan
epidermis dan dermis serta biasanya tampak sebagai luka kering, seringkali dengan
vena koagulasi yang terbanyang melalui permukaan kulit
Walaupun klasifikasi luka bakar ini cukup bermanfaat dan dewasa ini sering di
gunakan, namun luka bakar lebih baik digunakan,namun luka bakar lebih baik
diklasifikasi sebagai - sebagian ketebalan kulit meliputi luka derajat satu dan dua, luka
seluruh ketebalan kulit meliputi luka derajat tiga Penggunaan system klasifikasi
kedalaman luka ini dapat memberi gambaran klinik tentang apakah luka sembuh
secara spontan atau apakah membutuhkan cengkokan. Pada evaluasi awal, sering sulit
untuk memeriksa kedalaman luka,terutama pada luka dermis yang dalam (derajat
dua).
Kedalaman luka tidak hanya tergantung pada tipe agen bakar dan saat
kontaknya,tetapi juga terhadap ketebalan kulit didaerah luka dan penyediaan
7
darahnya. Daerah-daerah kulit tebal membutuhkan kontak lebih lama terhadap sumber
panas untuk mendapat luka seluruh ketebalan kulit dari pada daerah berkulit tipis.
Kulit pasien lebih lanjut usia dan bayi lebih tipis pada semua daerah dari pada
kelompok umjur lain,serta merupakan factor pertimbangan penting untuk menentukan
kedalaman luka bakar pada pasien ini.
8
5) Lengan kiri 18%
6) Kaki kanan 9%
7) Kaki kiri 9%
8) Perineum 1%
Total: 100%
b. Bayi
1) Kepala dan Leher 21%
2) Badan depan 13%
3) Badan belakang 13%
4) Lengan 10 %
5) Kaki 13,5%
6) Bokong 5%
7) Alat Kelamin 1%
2.5 Penatalaksaan
1. Pertolongan pertama
a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen
pada api yang menyala.
b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek torniket,
karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem.
c. Setelah sumber panas dihilangkan, rendam daerah luka bakar dengan air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama >15 menit. Akan tetapi cara ini tidak dapat
dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak
seharusnya diberikan langsung pada luka bakar apapun.
2. Penanganan Airway dan Breathing
Management airway dan breathing yang tidak dilakukan dengan baik akan
mengakibatkan komplikasi serius. Kondisi serius yang perlu dicermati adalah adanya
cedera inhalasi, terutama jika luka bakar terjadi pada ruang tertutup. Cedera inhalasi
lebih jarang terjadi pada ruang terbuka atau pada ruang dengan ventilasi baik.
Hilangnya rambut-rambut wajah dan sputum hitam memberikan tanda adanya cedera
inhalasi. Pemberian oksigen dengan saturasi yang diharapkan setinggi >90% harus
segera diberikan. Pasien dengan luka bakar luas sering membutuhkan intubasi.
Indikasi klinis dilakukannya Intubasi :
9
No Kriteria Nilai
1. PaO2 (mmHg) <60
2. PaCO2 (mmHg) >50
3. Rasio PAO2/FiO2 <200
4. Kegagalan nafas Ancaman
5. Edema saluran nafas atas Berat
Stidor dapat dijumpai dalam beberapa jam pada pasien dengan airway stabil seiring
dengan terjadinya edema pada saluran nafas. Hati-hati dalam penggunaan obat-obat
penenang, karena dapat menekan fungsi pernafasan.
3. Resusitasi Cairan
Perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, pemberian cairan intravena yang
adekuat harus dilakukan, alses intravena yang adekuat harus ada, terutama pada
bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Tujuan utama dari resusitasi cairan
adalah untuk menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan
edema. Kehilangan cairan terbesar adalah 4 jam pertama terjadinya luka dan
akumulasi maksimum edema adalah 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip dari
pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan air yang
hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling sering
adalah dengan Ringer Laktat untuk 48 jam setelah terkena luka bakar. Output urin
yang adekuat adalah 0.5-1.5 ml/kgBB/jam. Formula yang terkenal untuk resusitasi
cairan adalah formula Parkland: 24 jam pertama: cairan Ringer Laktat: 4ml/kgBB/%
luka bakar.
4. Penggantian Darah
Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel darah merah
sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Karena plasma predominan hilang
pada 48 jam pertama setelah terjadinya luka bakar, tetapi relative polisitemia terjadi
pertama kali. Oleh sebab itu, pemberian sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak
dianjurkan, kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dari tempat luka. Setelah
proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya diperlukan.
5. Perawatan Luka Bakar
10
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan, selanjutnya
dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari
luka :
a. Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan denagn sedikit hilangnya barrier
pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu dibalut, cukup dengan pemberian salep
antibiotic untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi
NSAID (ibuprofen, acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan
b. Luka bakar derajat II (superfisial), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-
tama luka diolesi dengan salep antibiotic, kemudian dibalut dengan perban katun dan
dibalut lagi dengan elastic. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka
sementara yang terbuat dari bahan alami (xenograft (pig skin) atau allograft
(homograft, cadaver skin)) atau bahan sintetis (opposite, biobrane, transcyte, integra).
c. Luka derajat II (dalam) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan
cangkok kulit (early exicision and grafting).
6. Nutrisi
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari orang
normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik.
Kondisi yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi hipermetabolik yang ada.
11
Program latihan, sebaiknya dimulai sejak terjadinya trauma luka bakar dan
dilanjutkan sampai semua luka menutup dan sampai semua luka menutup dan sampai
melewati masa aktif pembentukan skar. Latihan rutin setiap harinya dapat mencegah
berkurangnya kelenturan dan berkurangnya range of motion sendi yang dapat
ditimbulkan oleh kontraktur.
Adapun latihan terapi yang dapat diterapkan pada pasien luka bakar adalah
sebagai berikut :
1. Stretching (peregangan)
Latihan peregangan dilakukan untuk mencegah kontraktur atau penarikan anggota
gerak. Latihan peregangan ini biasa sangat efektif jika dilakukan secara perlahan-
lahan sampai skar memutih atau memucat. Jika luka bakar mengenai lebih dari satu
persendian, skar akan terihat lebih memanjang apabila latihan ini berjalan baik.
2. Strengthening (penguatan)
Latihan penguatan dilakukan untuk mencegah kelemahan pada alat gerak akibat
immobilisasi yang lama. Latihan ini diakukan dengan memberikan latihan gerakan
aktif secara rutin kepada pasien untuk melatih otot-otot ekstremitas, misalnya jalan
biasa, jalan cepat, sit up ringan dan mengangkat beban. Jika pasien kurang melakukan
latihan ini maka akan menyebabkan otot-otot pada sendi bahu dan proksimal paha
akan melemah. Latihan ini sebaiknya dilakukan segera mungkin pada masa
penyembuhan luka bakar untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien.
3. Endurance (ketahanan)
Latihan ketahanan dilakukan untuk mencegah terjadinya atrofi dan penurunan daya
tahan pada otot akibat dari perawatan yang lama di RS. Latihan ketahanan dilakukan
dengan latihan bersepeda, sit up dan latihan naik turun tangga. Selain mencegah
terjadinya atrofi, latihan ini juga dapat melancarkan sistem sirkulasi.
4. Latihan Gerak Koordinasi
a. Latihan kerja dalam kehidupan sehari-hari
Dilakukan dengan melatih kemampuan mandiri pasien luka bakar seperti mandi,
makan, minum, dan bangun tidur. Semua harus dilatih sesegera mungkin karena ahli
terapi dan pasien luka bakar tidak dapat selalu bersama 24 jam sehari untuk
melakukan terapi. Aktivitas harian sangat membantu untuk mencegah kontraktur
jika pasien dapat menerapkannya dirumah.
b. Latihan peningkatan keterampilan
12
Latihan Peningkatan Keterampilan dilakukan untuk mencegah terjadinya atrofi pada
otot-otot kecil pada tangan. Latihan ini dilakukan dengan melatih kermampuan
menulis menggambar, dan mengetik. Latihan ini biasa juga dilakukan dengan
menggunakan terapi bola. Pasien dilatih untuk megenggam secara berulang-ulang
sebuah bola yang terbuat dari spons/gabus dengan kedua tangannya.
Untuk mencapai tujuan jangka panjang, upaya rehabilitasi harus dimulai dari
awal terjadinya trauma bakar. Latihan fisik dan terapi memiliki peranan penting pada
penanganan akut pasien luka bakar, walaupun telah diberikan resusitasi pada pasien
luka bakar yang luas dan kritis. Jika rehabilitasi terlambat dilakukan pada masa
tertentu, maka dapat terjadi kontraksi kapsul sendi serta pemendekan tendon dan otot.
Ini semua dapat terjadi dengan cepat. Beberapa tindakan rehabilitasi akut pada pasien
luka bakar yaitu :
1. Ranging (full ROM) pasif
Latihan ranging pasif pada pasien luka bakar yang kritis dapat mencegah terjadinya
kontraktur. Latihan dan posisi ini berupa penggerakan anggota gerak secara penuh,
dengan kata lain full range of motion. Ini sebaiknya dilakukan dua kali dalam sehari.
Beriringan dengan latihan ini, perlu diperhatikan luka, rasa sakit, tingkat kecemasan,
jalan nafas dan sirkulasi pasien. Pemberian obat perlu dilakukan sebelum sesi latihan
untuk membantu meningkatkan kualitas hasil latihan dan mengurangi
ketidaknyamanan pasien. Latihan posisi ini sangat penting tapi tidak efektif dan tidak
manusiawi jika pasien merasa cemas dan nyeri. Latihan ranging ini dapat dilakukan
bersamaan dengan pada saat baju pasien diganti dan saat pembersihan luka untuk
mengurangi pemberian obat pada pasien.
2. Pencegahan deformitas
Antideformity position jika dilakukan dengan benar maka dapat meminimalkan
terjadinya pemendekan tendon, lig collateral dan kapsul sendi serta mengurangi
edema pada ekstremitas. Walaupun splint mulai jarang diterapkan sejak beberapa
tahun yang lalu, tapi beberapa ahli berpendapat bahwa splint yang diakukan dengan
benar dapat mencegah kontraktur. Deformitas flexi pada leher dapat diminimalkan
dengan thermoplastic neck splint. Ekstensi cervikal bisa diterapkan pada hampir
semua pasien yang kritis akibat luka bakar.
3. Pencegahan kontraktor
Pencegahan kontraktur dapat dilakukan dengan memposisikan pasien dengan prinsip
melawan arah sendi yang dapat menyebabkan kontraktur. Kontraktur adduksi pada
13
daerah axilla dapat dicegah dengan memasang splint axilla dengan posisi pasien
abduksi pada sendi bahu. Kontraktur flexi pada elbow joint dapat diminimalisir
dengan menggunakan splintstatis pada elbow joint dengan posisi ekstensi. Splint
dapat diganti dengan menggunakan alat-alat yang dapat mempertahankan posisi
pasien dalam keadaan ROM penuh.
4. Menjalin hubungan dengan pasien dan keluarga pasien
Perawatan serius terhadap pasien luka bakar merupakan awal dari pembinaan
hubungan jangka panjang dengan pasien dan keluarganya. Oleh karena itu pasien dan
keluarganya harus mengetahui siapa ahli terapinya dan mengerti dasar-dasar terapi
yang akan dijalani oleh pasien agar pasien dapat menjalani terapi dengan baik.
Rehabilitasi pada pasien luka bakar menjadi lebih sulit pada fase
penyembuhan. Ini disebabkan karena pasien menjadi lebih peduli dan hati-hati
terhadap apa yang akan terjadi terhadap dirinya dan sering timbul rasa segan terhadap
ahli terapinya. Ini dapat mengakibatkan timbulnya rasa tidak nyaman pada pasien
dalam menjalani terapi. Prinsip utama yang dijalankan pada rehabilitasi fase
penyembuhan ini adalah :
a. Melanjutkan ranging pasif.
b. Meningkatkan ranging aktif dan strengthening (penguatan)
Perbedaan ranging aktif dan pasif adalah kuantitas gerakan. Ranging aktif lebih sering
dilakukan full ROM dibandingkan dengan ranging pasif. Pada fase kritis (akut dan
subakut), yang dilakukan adalah ranging pasif untuk mencegah timbulnya rasa nyeri
yang berlebihan pada pasien. Sedangkan pada fase penyembuhan dilakukan ranging
aktif karena rasa nyeri sudah mulai berkurang dan pada fase ini potensi terjadinya
kontraktur sangat besar.
c. Melatih aktivitas harian (makan, minum jalan, duduk, tidur dan mandi)
d. Mulai melatih kegiatan bekerja, bermain dan belajar
Pembentukan skar merupakan komplikasi dari luka bakar Skar bersifat dinamis dan
terus tumbuh seiring dengan proses maturasinya. Jika hal ini terus terjadi, maka dapat
mengakibatkan timbulnya kontraktur yang dapat mengurangi pergerakan. Baik pasien
maupun petugas kesehatan berkewajiban bekerja sama untuk menangani pembentukan
skar ini dan mengurangi potensi untuk terjadinya kontraktur.
Beberapa usaha penanganan skar untuk mencegah terjadinya kontraktur adalah
sebagai berikut :
1. Pijat Skar (Scar Message)
14
Pijat skar memiliki beberapa fungsi penting, antra lain :
Memperbaiki kolagen yang terbentuk dengan memberikan tekanan pada skar.
Mengurangi rasa gatal pada skar.
Dapat menghaluskan skar jika dilakukan dengan menggunakan lotion.
Teknik melakukan pijat skar yaitu oleskan lotion pada kulit yang terbakar atau yang
di-graft dan pada bagian kulit donor satu kali pada saat kulit mulai sembuh. Pijat
bagian kulit yang telah diberikan lotion. Pijatan dilakukan dengan 3 arah sirkuler,
vertikal dan horizontal. Lakukan sebanyak 3-4 kali tiap harinya.
2. Pressure Garments
Tekanan yang diberikan pada skar mengurangi proses pembentukan kolagen dan
menolong memperbaiki kolagen yang sudah terbentuk agar lebih teratur. Pressure
Garments dibuat untuk mengembalikan tubuh pasien ke bentuk normal, mengurangi
pembentukan skar yang abnormal dan deformitas. Penggunaan pressare garments
harus dengan ukuran yang sangat pas untuk memaximalkan fungsi penggunaannya
dan mencegah terjadinya komplikasi seperti bengkak, memperbesar skar atau daerah
yang rusak. Oleh karena itu penggunaan pressure garments ini masih kontroversi di
kalangan ahli rehabilitasi medik.
15
5. Bulu hidung yang berbau sangit, luka bakar mukosa, perubahan suara, batuk batuk,
mengi, hangus pada mulut atau hidung, dan sputum berwarna gelap (karena inhalasi
asap dan kerusakan paru).
3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaC
O2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi
dapat terjadi bila mulai diuresis.
8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnva cedera.
16
11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
1. Penderita luka bakar harus scgera dijauhkan dari agens yang dapat membakar,dan
daerah kulit yang terkena harus segera di rendam dalam air dingin untuk
menghentikan kerusakan lebih lanjut. Pemberian es harus di hindari karena dapat
menurunkan aliran darah ke daerah yang terkena dan memperburuk derajat luka
bakar. Pakaian yang dikenakan tidak boleh di lepas pada luka bakar serius, karena
melepas luka bakar berarti melepas kulit.
3. Heparin dapat mempertahankan aliran darah pada daerah yang terkena tetapi dapat
juga menimbulkan edema.
4. Luka bakar derzjat pertama dapat direndam dalam air dingin atau kompres dingin
dan obat anti implamasi dalam waktu yang lama.
5. Luka balkar derajat kedua ketebalan parsial memerlukan balutan khusus yang
merangsang pembelahan sel dan perturnbuhan
6. Penatalaksanaan nyeri adalah tujuan utama terapi luka bakar. Peredaan nyeri yang
adekuat dapat menghilangkan trauma psikologis akibat luka bakar dan sebagian
bertahan seiring dengan penyembuhan kulit.
2. Penyumbatan total sirkulasi dalam ckstremitas (akibat edema karena luka bakar
yang melingkar).
17
3. Obstruksi jalan nafas (luka bakar leher) atau ekspansi respirasi yang terbatas (luka
bukar puda dada).
5. Sindrom gawat napas dewasa (akibat dekompensasi jantung kiri atau infark
miokard).
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Agar pembaca memahami dan mengerti tentang luka bakar, tingkat luka bakar,
tindakan pada luka bakar agar dapat bermanfaat serta berguna bagi pembaca
dan masyarakat umum.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PELAYANAN PERAWATAN LUKA BAKAR
1. Pengertian
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas (misalnya : api, air panas, listrik) atau zat-zat
yang bersifat membakar (misalnya : asam kuat seperti ketiak di jam 12 siang yang
menimbulkan asam pekat dengan pH 2 dengan pengukuran kertas lakmus dan basa
kuat).
1. Mencegah masukan kuman-kuman dan kotoran kedalam luka.
2. Mencegah sekresi yang berlebihan.
3. Mengurangi rasa sakit.
4. Mengistirahatkan bagian tubuh yang luka atau sakit.
5. Merawat semua derajat luka bakar sesuai dengan kebutuhan.
2. Tujuan
1. Mencegah terjadinya infeksi.
2. Mengangkat jaringan nekrotik.
3. Kebijakan
Dokter atau perawat harus melaksanakan langkah-langkah sesuai prosedur.
Prosedur Tindakan
A. Persiapan Alat :
1. Alat pelindung diri (masker, sarung tangan, scort).
2. Set ganti balutan steril.
3. Sepuit 10 cc.
4. Kasa steril.
5. Verband sesuai dengan ukuran kebutuhan.
6. Bengkok.
7. Obat-obatan sesuai program.
8. NaCl 0,9% aquadest.
9. Pinset chirurgis.
10. Pinset anatomis.
11. Gunting chirurgis.
12. Jarum spuit steril.
13. Plester.
21
B. Pelaksanaan :
1. Dokter memberikan penjelasan pada keluarga pasien tentang tindakan yang
akan dilakukan.
2. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, sarung tangan, scort).
3. Mengatur posisi klien di bed tindakan supaya luka dapat terlihat jelas dan
mudah dilakukan perawatan luka.
4. Bila luka bakar tertutup pakaian maka minta ijin untuk membuka pakaian
supaya luka terlihat jelas dan membuka pakaian dengan hati-hati, bila sulit
basahi dengan NaCl 0,9%.
5. Membersihkan luka bakar dengan cara mengirigasi yaitu dengan cara
mengaliri bagian luka menggunakan NaCl 0,9% dengan meletakan bengkok di
bawah luka terlebih dahulu.
6. Melakukan debridement bila terdapat jaringan nekrotik dengan cara memotong
bagian nekrotik dengan mengangkat jaringan nekrotik menggunakan pinset
chirurgis dan digunting dengan gunting chirurgis mulai dari bagian yang tipis
menuju ke bagian tebal.
7. Bila ada bula dipecah dengan cara ditusuk dengan jarum spuit steril sejajar
dengan permukaan kulit dibagian pinggir bula kemudian dilakukan
pemotongan kulit bula dimulai dari pinggir dengan menggunakan gunting dan
pinset chirugis.
8. Mengeringkan luka dengan cara mengambil kasa steril dengan pinset anatomis
lalu kasa steril ditekankan pelan-pelan sehingga luka benar- benar dalam
kondisi kering.
9. Memberikan obat topical sesuai luas luka dengan menggunakan dua jari yang
telah diolesi obat tersebut.
10. Menutup luka dengan kasa steril dan memasang plester dengan digunting
sesuai ukuran kemudian ditempelkan di atas kasa steril.
11. Menjelaskan bahwa perawatan luka telah selesai.
12. Membersihkan alat medis dan membersihkan sampah medis.
13. Mengobservasi keadaan umum pasien :
a) Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan.
b) Melaporkan segera kepada dokter bila terdapat perubahan keadaan umum.
4. Unit terkait
Unit Gawat Darurat/UGD.
22