BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2) Kehandalan (Reliability)
Kehandalan (Reliability) adalah kemampuan fasilitas kesehatan untuk
memberikan pelayanan dengan segera, tepat (akurat) dan memuaskan.
Secara umum dimensi reliabilitas merefleksikan konsistensi dan
kehandalan (dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan) dari
penyedia pelayanan. Dengan kata lain fasilitas kesehatan memberikan
pelayanan sesuai yang dijanjikan. Untuk meningkatkan reliability
dibidang pelayanan kesehatan, pihak manajemen perlu membangun
budaya kerja yang bermutu. Reliabilitas berkaitan dengan kemampuan
menyampaikan layanan yang dijanjikan (Supranto, 2011).
Menurut Lee, 1995 dalam jurnal AKK Unair, salah satu landasan
kepuasan pelanggan adalah mengenai sikap, tindakan dan latihan
untuk para petugas, sedangkan menurut pendapat Tener dan De Tore
(1992) yang menyebutkan bahwa nilai kualitas yang paling mudah
dipahami dari suatu barang atau jasa pelayanan adalah cepat dalam
artian bagaimana suatu sarana atau jasa pelayanan dapat diperoleh
secara cepat, mudah dan menyenangkan.
3) Jaminan (Assurance)
Jaminan kepastian (Assurance) yaitu mencakup pengetahuan,
kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki petugas kesehatan,
bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Asuransi diartikan
sebagai salah satu kegiatan menjaga kepastian atau menjamin keadaan
dari apa yang dijamin atau suatu indikasi menimbulkan rasa
kepercayaan. Kriteria ini berhubungan dengan pengetahuan,
kesopanan dan sifat petugas yang dipercaya pelanggan. Dimensi ini
meliputi faktor keramahan, kompetensi, kredibilitas dan keamanan
(Supranto, 2011).
12
4) Empati (Emphaty)
Empati (Emphaty) merupakan kemudahan dalam melakukan
hubungan komunikasi yang baik atau petugas rumah sakit dapat
menempatkan dirinya untuk memahami kebutuhan pasien. Kriteria ini
terkait dengan rasa kepedulian dan perhatian khusus staf kepada setiap
pengguna jasa, memahami kebutuhan mereka dan memberikan
kemudahan untuk dihubungi setiap saat jika para pengguna jasa ingin
memperoleh bantuannya. Menurut Hamid (1996) mengemukakan
bahwa perawat yang memiliki sikap empati dalam berkomunikasi,
menanggapi dan memperhatikan keluhan pasien akan mudah menjalin
hubungan rasa percaya dengan pasien, sehingga memberikan
kepuasan professional dalam pelayanan keperawatan dan
meningkatkan citra profesi keperawatan (Supranto, 2011).
2. Aspek Perhatian
Aspek perhatian merupakan sikap seorang perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan harus sabar, bersedia memberikan pertolongan
kepada pasien, perawat harus peka terhadap setiap perubahan pasien
dan keluhan pasien, memahami dan mengerti terhadap kecemasan dan
ketakutan pasien (Wahyuni, 2012).
14
3. Aspek Komunikasi
Aspek komunikasi merupakan sikap perawat yang harus mampu
melakukan komunikasi sebaik mungkin dengan pasien dan keluarga
pasien. Interaksi antara perawat dengan pasien atau interaksi antara
perawat dengan keluarga pasien akan terjalin melalui komunikasi yang
baik. Perawat menggunakan komunikasi dari awal penerimaan pasien
untuk menyatu dengan pasien dan keluarga pasien. Komunikasi
digunakan untuk menentukan apa yang pasien inginkan berkaitan
dengan cara melakukan tindakan keperawatan. Perawat juga melakukan
komunikasi dengan pasien pada akhir pelayanan keperawatan untuk
menilai kemajuan dan hasil akhir dari pelayanan keperawatan yang
telah diberikan. Kesimpulannya bahwa selama melakukan layanan
keperawatan, perawat menggunakan keterampilan komunikasi pada
pasien, keluarga pasien dan petugas kesehatan lain (Marini, 2010).
4. Aspek Kerjasama
Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan
kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarga pasien. Perawat harus
mampu mengupayakan agar pasien mampu bersikap kooperatif.
Perawat bekerja sama secara kolaborasi dengan pasien dan keluarga
dalam menganalisis situasi yang kemudian bersama-sama mengenali,
memperjelas dan menentukan masalah yang ada. Setelah masalah
selesai diketahui, diambil keputusan bersama untuk menentukan jenis
bantuan apa yang dapat dibutuhkan oleh pasien. Perawat juga bekerja
sama secara kolaborasi dengan ahli kesehatan lain sesuai dengan
kebutuhan pasien (Purwanto, 2007).
15
Kepuasan pasien ialah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
akibat dari kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien
membandingkannya dengan apa yang diharapkannya. Pasien baru akan
merasa puas apabila kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya sama
atau melebihi dari apa yang menjadi harapannya dan sebaliknya,
ketidakpuasan akan timbul atau perasaan kecewa pasien akan terjadi
apabila kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai
dengan harapannya (Nursalam, 2014).
Produk
Tingkat
Kepuasan
Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan (Pohan, 2012)
18
b. Puas
Puas merupakan ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien yang
menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sepenuhnya atau sebagian
sesuai kebutuhan atau keinginan pasien, seperti tidak terlalu bersih
(untuk sarana), agak kurang cepat (untuk proses administrasi) atau
kurang ramah, yang seluruhnya menggambarkan tingkat kualitas yang
kategori sedang (Sugiyono, 2011).
c. Kurang Puas
Kurang puas merupakan ukuran subjektif hasil penilaian perasaan
pasien rendah, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai
kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih (untuk sarana),
agak lambat (dalam proses administrasi) atau tidak ramah (Sugiyono,
2011).
d. Tidak Puas
Tidak puas merupakan ukuran subjektif hasil penilaian perasaan
pasien yang rendah yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak
sesuai kebutuhan atau keinginan, seperti tidak bersih (untuk sarana),
lambat (proses administrasi) dan tidak ramah yang seluruhnya
menggambarkan tingkat kualitas yang kategori paling rendah
(Sugiyono, 2011).
Khusus pelayanan rawat inap ini adalah adanya tempat tidur (Hospital bed).
Tempat tidur ini dikelompokkan menjadi ruang perawatan (nursing units) yang
merupakan inti dari sebuah rumah sakit. Pengelolaan ruangan perawatan ini secara
umum diserahkan kepada seseorang perawat (nurse) yang juga bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan pelayanan medis serta instruksi dari dokter yang ditujukan
pada penderita, misalnya penggunaan alat bantu pernafasan, alat pacu jantung dan
sebagainya (Nursalam, 2014).
Dengan kualitas pelayanan rawat inap yang memuaskan, akan mendorong pasien
untuk tetap memilih rumah sakit tersebut apabila membutuhkan lagi fasilitas
pelayanan kesehatan. Pelayanan rawat inap merupakan pusat kegiatan yang paling
banyak terjadi interaksi antara perawat dengan pasien. Karena unit ini banyak
memberikan pelayanan dibandingkan dengan yang lainnya (Nursalam, 2014).
29
\
30
Aspek Penerimaan
Aspek Perhatian
Aspek Komunikasi
Aspek Kerjasama
Aspek Tanggung jawab
Gambar 2.2
Skema Kerangka Teori
Modifikasi dari Depkes (2008), Parasuraman, Zeithaml dan Barry (1988) dalam Bustami 2011
Dari berbagai aspek teoritis yang disajikan dalam tinjauan pustaka, maka dapat
digambarkan kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Pelayanan Keperawatan :
Aspek Penerimaan
Aspek Perhatian Kepuasan Pasien Rawat Inap
Aspek Komunikasi
Peserta JKN
Aspek Kerja sama
Aspek Tanggung Jawab