Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Kemukjizatan Al-Qur’an

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahStudi Al-Qur’an

Dosen Pembimbing :

Kuswoyo, M.Pd.I.

Disusun Oleh :

Enjelia Nur Wantini (401200034)

FaisaNurdiantini (401200041)

IchtiyarulKhoiriyah (401200052)

Kelas : Ekonomi Syariah B

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


JURUSAN EKONOMI SYARIAH
IAIN PONOROGO
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Kemukjizatan Al-Qur’an”
guna memenuhi tugas matakuliahStudi Al-Qur’an.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kami haturkan untuk junjungan nabi
agung kami, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah
SWT untuk kami , yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah
agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi
seluruh alam semesta.

Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada


setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian
makalah ini hingga rampungnya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
sayatelah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi
perbaikan tugas makalah ini kedepannya.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat berguna
dan bemanfaat untuk kita semua.

Ponorogo, 22 Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 1
C. Tujuan Pembahasan............................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Mukjizat............................................................... 3
B. Macam-Macam Mukjizat....................................................... 3
C. Kemukjizatan Al-Quran dalam Tahapan Tantangan Ayat Al-Quran
...............................................................................................
D. Segi-Segi Kemukjizatan Al-Quran........................................ 7
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 11
B. Kritik Dan Saran.................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kaum Muslim dewasaini, menurut Muhammad al-Ghazâli, telah melakukan
kesalahan (menzalimi) terhadap agamanya dua kali. Pertama, ketika mereka tidak
mampu mengaplikasikan ajaran agamanya dengan baik dan benar, dan kedua, ketika
mereka tidak sanggup menyampaikan ajaran agamanya kepada orang “di luar”
mereka.[1] Ketika kaum Muslim melakukan kesalahan yang pertama, ketika itulah
mereka mereduksi ajaran serta menampilkannya dalam bentuk yang dapat
mengundang tuduhan “mereka” bahwa Islam berjalan berseberangan dengan fitrah,
kebebasan dan akal. Dan ketika mereka melakukan kesalahan yang kedua, ketika itu
mereka sedang membiarkan penduduk bumi di belahan barat dan timur tidak
mengenal Islam.
Adalah kenyataan, masih banyak di kalangan kaum Muslim yang menyikapi
dan memperlakukan al-Qur’an sebatas kitab keramat penangkal bala.Adapun al-
Qur’an sebagai mukjizat terbesar Nabi Saw., pilar pokok ajaran Islam, pegangan
utama setiap Muslim dalam segala aspek kehidupannya, masih luput dari pemahaman
sebagian kaum Muslim. Intrekasi sebagian besar kaum Muslim dengan al-Qur’an
tidak melampaui pembacaan lahiriah untuk mendatangkan keberkahan, pengulangan
kata tanpa merasakan makna yang dimuatnya, dan masih jarang sampai kepada tahap
tadabbur.
Ini berarti bahwa sebagia numat Islam belum mampu memahami kedudukan
al-Qur’an sebaga irisâlah samâwiyah nan kekal abadi yang Allah peruntukkan bagi
manusia dan kemanusiaannya. Risalah al-Qur’an yang mencakup semua aspek
kehidupan itu terjamin keabadian, keutuhan, orisinalitas serta kesinambungannya.
Menurut penulis, itulah arti sebenarnya dari i’jâz (kemukjizatan) al-Qur’an, dan
pengertian ideal dari statemen “Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad
Saw.,” yang setiap orang Islam pintar melafalkannya.

B. Rumusan Masalah

1
a. Bagaimana pengertian “mukjizat” menurut para ahli ?
b. Apa saja macam-macam “mukjizat” berdasarkan sifatnya ?
c. Bagaimana “Kemukjizatan Al-Qur`an” ?  
d. Apa saja segi-segi “Kemukjizatan Al-Qur`an” dalam kehidupan ?

C. Tujuan Masalah
Kita mempelajari “Kemukjizatan Al-Qur`an”, agar kita memiliki wawasan yang
cukup luas tentang ilmu tersebut dan hal ini dapat kita renungkan bahwa Allah
sangatlah Maha Kuasa atas segala ciptaan-Nya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mukjizat
Secara etimologi mukjizat adalah kata  ‫ يعجز‬-‫ز‬FF‫أعج‬  ‫از‬FF‫إعج‬-dari yang bermakna
1
melemahkan atau menetapkan kelemahan. Sedangkan ‫از‬FF‫إعج‬ (kemukjizatan) adalah
ketidakmampuan seseorang melakukan sesuatu yang merupakan lawan dari
ketidakberdayaan.[1]
Pengertian mukjizat menurut para ahli secara terminologi, antara lain:
a.       Dalam kitab  ‫رأن‬FF‫وم الق‬FF‫احث في عل‬FF‫مب‬ karangan Mannā` Khalīl al-Qaṭṭān, beliau
menjelaskan bahwa mukjizat ialah sesuatu hal luar biasa yang disertai tantangan dan
selamat dari perlawanan. Nabi Muhammad SAW memiliki mukjizat yang berupa al-
Qur`an Al-karim yang digunakan untuk menantang orang-orang yang tidak
mempercayai bahwa Nabi utusan Allah.[2]
b.      Menurut Imam as-Suyuṭi “Mukjizat dalam syara` adalah kejadian yang
melampaui batas kebiasaan, didahului oleh tantangan, tanpa ada tandingan”.[3]
c.       Dalam buku “Sejarah Al-Qur`an”  karangan Drs. H.A. Mustofa, beliau
menjelaskan bahwa mukjizat ialah suatu hal atau perbuatan  yang luar biasa, yang
dijadikan Tuhan timbul dari Rasul-rasulNya, dan Rasul-rasul tersebut minta tandingan
kepada orang-orang yang tidak mempercayai kerasulannya, supaya orang-orang
tersebut mencoba pula melakukan hal-hal seperti yang telah dilakukan Rasul-rasul
tersebut, dan ternyata orang-orang itu tidak dapat menandingi keajaiban tersebut.
Dengan demikian terbuktilah kebenaran Rasul-rasul tersebut.[4]

B. Macam-macam Mukjizat
Macam-macam mukjizat berdasarkan sifatnya, antara lain:
a.       Mukjizat yang bersifat material yakni dapat dicerna oleh pancaindra, namun
melawan hukum alam. Mukjizat yang bersifat ini sering diturunkan sebelum masa
Nabi Muhammad, seperti pada masa Nabi Isa AS, Nabi Isa dapat menghidupkan
orang mati. Melihat hal ini, dapat disimpulkan bahwa keajaiban yang dilakukan oleh
1 Usman, Ulumul Qur`an,  (Yogyakarta: Teras, 2009), 285.

3
Nabi Isa AS dapat dicerna oleh pancaindra manusia, tetapi secara logika hal ini
sangatlah mustahil dan melawan hukum alam.
b.      Mukjizat yang bersifat rasional yakni yang semuanya dapat dicerna melalui
daya nalar. Setiap manusia menerimanya sesuai dengan kemampuan daya paham,
nalar, dan kemampuannya untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Menurut Imam as-Suyuṭi “bahwa sebagian besar mukjizat yang diturunkan pada masa
Nabi Muhammad SAW berbentuk rasional. Karena, kecerdasan dan kesempurnaan
pemahaman mereka. Karena syariat ini akan tetap abadi pada lembaran sejarah umat
manusia sampai kiamat, maka al-Qur`an dispesifikasikan dengan mukjizat akal yang
abadi. Tujuannya agar dapat dianalisis oleh mereka yang mempunyai penalaran.”[5]

C. Kemukjizatan Al-Qur`an dalam Tahapan Tantangan Ayat Al-Qur`an


Mukjizat Al-Qur`an adalah mukjizat yang dimiliki atau yang terdapat di dalam
al-Qur`an.[6] Berarti bukti kebenaran yang datang bukan dari luar al-Qur`an.
Contohnya dalam al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang berisi tahap-tahapan tantangan
Allah SWT kepada setiap orang yang meragukan kebenaran al-Qur`an sebagai
firman-Nya dan Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Dan gaya bahasa al-Qur`an
dalam tantangan (‫دي‬FF‫رأن في التح‬FF‫لوب الق‬FF‫)أس‬ Allah itu ada dua yakni,  ‫ام‬F‫دي الع‬FF‫التح‬dan  [7]
‫اص‬F‫التحدي الخ‬. Dan Nabi Muhammad menantang orang Arab agar membuat semisal
dengan al-Qur`an melalui 3 tahapan, yaitu:
‫ ثم تحداهم بسورة واحدة منه‬,‫ ثم تحداهم بعشر سور منه‬,‫تحداهم بالقرأن كله‬ ]8[.
Berikut ayat yang berisi tantangan Allah , antara lain:
a.       Allah SWT menantang mereka untuk membuat semisal “keseluruhan Al-
Quran” sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Isra`(17): 88,   
َ ‫ْض‬
]۸۸[‫ظ ِه ْيرًا‬ ُ ‫ت ااْل ِ ْنسُ َو ْال ِج ّن اَ ْن يَأْتُوْ ا بِ ِم ْث ِل ٰه َذا القُرْ أَ ِن الَيَأْتُوْ نَ بِ ِم ْثلِ ِه َولَوْ َكانَ َعلَى بَ ْع‬
ٍ ‫ضهُ ْم لِبَع‬ ِ ‫لَئِ ِن اجْ تَ َم َع‬   ْ‫قُل‬
“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa dengan Al-Qur`an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat serupa
dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”
Yang menjelaskan bahwa manusia dan jin tidak akan mampu membuat sesuatu yang
serupa dengan uslub al-Qur`an meskipun mereka saling bantu-membantu satu sama

4
lain. Tantangan ini termasuk ‫التحدي‬  ‫العام‬ karena diperuntukkan untuk seluruh makhluk
Allah yang meragukan kebenaran al-Qur`an pada masa dahulu hingga sekarang.
Dan juga tercantum dalam Q.S. aṭ-Ṭur (52): 33-34,
َ ‫فَ ْليَأْتُوا بِ َح ِديْث ِّم ْثلِ ِه اِ ْن َكانُوْ ا‬ ]۳۳[ َ‫اَ ْم يَقُولُونَ تَقَ ّولَهُ بَلْ الَّي ُْؤ ِمنُون‬
]۳٤[‫صا ِدقِيْن‬
“ataukah mereka menyatakan bahwa dia (Muhammad) membuat-buatnya.
Sebenarnya mereka tidak beriman, maka hendaklah mereka mendatangkan ucapan
semisal al-Qur`an jika mereka orang-orang yang benar (dalam tuduhan mereka)”
Mereka yang meragukan kebenaran al-Qur`an tidak dapat melayani tantangan
tersebut dengan dalih bahwa “kami tidak mengetahui sejarah umat terdahulu”. Ayat
ini termasuk ‫اص‬FF‫دي الخ‬FF‫التح‬, karena di peruntukkan untuk orang yang meragukan
kebenaran al-Qur`an pada masa turunnya al-Qur`an.
b.      Maka untuk tahap kedua Allah SWT meringankan tantangan itu dengan firman-
Nya, sebagaimana tercantum dalam QS. Hud. (11): 13,
ٍ َ‫اَ ْم يَقُوْ لُوْ نَ ا ْفت َٰرهُ قُلْ فَأْتُوْ ا بِ َع ْشر ُس َو ٍر ِّم ْثلِ ِه ُم ْفت ََري‬
َ ‫ت وَّا ْد ُعوْ ا َم ِن استَطَ ْعتُ ْم ِّم ْن ُدوْ ِن هللا اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
]۱۳[‫صا ِدقِيْن‬
“Bahkan mereka mengatakan, “Dia (Muhammad) telah membuat-buat al-Qur`an
(lalu dikatakannya bahwa itu dari tuhan).” Katakanlah, “(kalau demikian) maka
datangkanlah sepuluh surah saja yang dibuat-buat yang menyamainya dan
panggillah orang-orang yang kamu sanggup memanggilnya selain Allah jika kamu
memang benar (dalam tuduhan kamu).”
Namun, tantangan tahap kedua pun tak dapat dilayani oleh mereka sedangkan mereka
tetap tidak mengakui kebenaran al-Qur`an. Ayat ini termasuk ‫التحدي الخاص‬.
c.       Maka untuk tahap ketiga Allah tetap menantang mereka tetapi lebih ringan
daripada tantangan-tantangan sebelumnya, sebagaimana tercantum dalam Q.S. Yunus
(10): 37,
َ ‫اَ ْم يَقُوْ لُوْ نَ ا ْفت َٰرهُ قُلْ فَأْتُوْ ابِسُوْ َر ٍة ِّم ْثلِ ِه َوا ْد ُعوْ ا َمن استَطَ ْعتُ ْم ِّم ْن ُدوْ ِن هللا اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
]۳۷[‫صا ِدقِيْن‬
“Atau patutkah mereka berkata, “Dia (Muhammad) membuat-buatnya ?”
Katakanlah (kalau benar tuduhan kamu itu), maka buatlah satu surah semacamnya
dan panggillah siapapun yang dapat kamu panggil selain Allah, jika kamu benar
(dalam tuduhamu).”
Ayat ini termasuk ‫التحدي الخاص‬.

5
d.      Ketiga tahapan tersebut diturunkan Allah ketika Nabi Muhammad masih berada
di mekkah. Dan Allah menurunkan wahyu yang berisi tentang tantangan tahap yang
keempat kepada Nabi Muhammad ketika berhijrah ke Madinah, sebagaimana
tercantum dalam Q.S. al-Baqarah (2): 23,
َ ‫ب ِّم َّما نَ َّز ْلنَا َعلَى َع ْب ِدنَا فَأْتُوْ ا بِسُوْ َر ٍة ِّم ْن ِّم ْثلِ ِه َوا ْدعُوا ُشهَدَآ َء ُك ْم ِّم ْن ُدوْ ِن هللا اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
]۲۳[‫صا ِدقِيْن‬ ٍ ‫َواِ ْن ُك ْنتُ ْم فِ ْي َر ْي‬
“ Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur`an yang kami turunkan
kepada hamba kami (Muhammad). maka buatlah walau satu surah yang lebih
kurang semisal dengan al-Qur`an. Ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika
kamu memang orang-orang yang benar (dalam keraguamu).”
Tetapi, pada tahap keempat orang-orang yang meragukan kebenaran al-Qur`an tetap
tidak dapat memenuhi tantangan tersebut. Ayat ini termasuk ‫التحدي الخاص‬.
e.        Dan pada tahap terakhir Allah menurunkan ayat yang sangat jelas dan tegas
dan tidak hanya ditujukan kepada orang-orang yang meragukan kebenaran al-Qur`an
pada masa turunnya al-Qur`an, melainkan kepada seluruh umat manusia yang
meragukan kebenaran tersebut, sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Baqarah (2):
24,
ْ ‫ار الَّتِي َو قُوْ ُدهَا النّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ اُ ِع َّد‬
]۲٤[ َ‫ت لِل َكافِ ِر ْين‬ َ َّ‫فَا ِ ْن لَ ْم تَ ْف َعلُوْ ا َولَ ْن تَ ْف َعلُوْ ا فَتَّقُوْ ا الن‬  
“Maka jika kamu tidak dapat membuat (semacam al-Qur`an) dan pasti kamu tidak
akan mampu, maka peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.”
Ayat ini termasuk ‫التحدي‬  ‫العام‬.
Kesimpulannya bahwa manusia sepanjang masa tidak mungkin mampu membuat
semacam al-Qur`an, walaupun mereka saling bantu-membantu satu sama lain.[9]

D. Segi-segi Kemukjizatan Al-Qur`an


Segi kemukjizatan al-Qu`ran, antara lain:
a.       Segi bahasa
Gaya bahasa al-Qur`an membuat orang Arab pada saat itu merasa kagum dan
terpesona. Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak diantara mereka masuk
islam, seperti masuk islamnya sahabat Umar Bin Khattab, beliau masuk islam

6
dikarenakan membaca petikan ayat-ayat al-Quran .[10] Unsur-unsur bahasa dalam al-
Qur`an antara lain: ‫ بالغة‬,‫ أسلوب‬,‫مفردة‬.
Sedangkan, orang Arab tidak memiliki kalam yang mencakup unsur-unsur tersebut.
Dan al-Qur`an yang sedemikian banyak dan panjang, ke-faṣahah-annya senantiasa
indah dan serasi, sesuai dengan apa yang digambarkan Allah, sebagaimana tercantum
dalam Q.S. az-Zumar (39): 23,
ِ ‫نَ َّز َل اَحْ َسنَ ْال َح ِد ْي‬ ‫هللا‬
‫ث ِكتَابًا ُّمتَ َشابِهًا َّمثَانِى تَ ْق َش ِعرُّ ِمنهُ ُجلُوْ ُد الَّ ِذ ْينَ يَ ْخ َشوْ نَ َربَّهُ ْم ثُ َّم تَلِ ْينَ ُجلُوْ ُدهُ ْم َوقُلُوْ بُهُ ْم اِلَى‬
]۲۳[‫الخ‬.... ‫ِذ ْك ِرهللا‬

“ Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Quran yang serupa
(mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang
yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di
waktu mengingat Allah.(dan seterusnya).”
Betapa menakjubkan rangkaian al-Qur`an dan betapa indah susunannya.
[11] Dan pada hakikatnya lafal, makna, keanekaragaman ajaran, keserasian susunan
dan hurufnya menunjukkan kemukjizatan al-Qur`an. pada setiap lafal al-Qur`an
mengandung keindahan dan pelajaran. Kisah-kisah tentang masa lalu yang
dibawakan al-Qur`an, baik cerita pendek maupun panjang, tidak mungkin dapat
ditandingi  oleh kisah-kisah yang disampaikan para pujangga.[12]
b.      Segi ilmiah
Para pakar selalu berusaha meletakkan metodologi ilmiah untuk mengikat
rantai fenomena-fenomena yang saling berkaitan dalam kehidupan dan di alam
semesta ini. Allah telah menyeru manusia untuk melakukan riset dan belajar,
sebagaimana tercantum pada surah yang turun pertama kali kepada Nabi
Muhammad, yakni Q.S. al-`Alaq ayat 1-5, yang artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Begitu juga Rasulullah menganjurkan untuk mempelajari al-Qur`an dan
mendalaminya dalam sabdanya,

7
)‫خَ ْي ُر ُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم ْالقُرْ اَنَ َوعَلَّ َمهَ (رواه البخاري و مسلم و ابو داود‬
“sebaik-baiknya kamu adalah orang yang mempelajari al-Quran dan
mengajarkannya.”(HR. Bukhāri, Muslim, dan Abū Dāwud).[13]
 Contoh dalam al-Qur`an terdapat ayat yang menerangkan tentang ilmu falak
(astronomi), sebagaimana tercantum dalam Q.S. Yaasiin ayat 38-40, yang artinya:
“Matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui. Telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-
manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia
sebagai bentuk tanda yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan
dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada
garis edarnya.”
Firman Allah ini menjelaskan bahwa matahari bergerak kearah yang
ditentukan. Pengetahuan ini baru terungkap oleh para ilmuwan modern pada
permulaan abad ke-20 sebelum abad ke-20 para ilmuwan tersebut bahwa matahari
tidak bergerak atau diam di tempat. Sedangkan, gerakan matahari dari timur ke barat
hanyalah gerakan secara lahiriah saja.[14]
 Dan sesuatu yang paling mengejutkan tentang kesesuaian antara pemahaman
pengetahuan ilmiah tentang matahari sebagai sumber panas dan sinar dengan
pemahaman al-Qur`an tampak dalam firman Allah,
َ ‫َو َج َع َل ال َّش ْم‬
]۱٦:‫[نوح‬ ‫س ِس َرا َجا‬
“Kami jadikanmataharisebagaipelita yang amatterang.”(Q.S. Nuh:16)[15]
c.        Segi tasyri`
Al-Quran menjelaskan pokok-pokok aqidah, norma-norma, sopan santun,
undang-undang politik, ekonomi, sosial serta hukum-hukum ibadah. Tentang aqidah,
al-Qur`an mengajak kita umat manusia pada aqidah yang suci dan tinggi, yakni
beriman kepada Allah Yang Maha Agung serta meyakini bahwa Nabi Muhammad
adalah utusan-Nya.[16] Apabila aqidah seorang muslim telah benar, maka ia wajib
menerima segala syari`at al-Qur`an baik menyangkut kewajiban maupun ibadah,
sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Muddathir [74]: 38,
ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬
ْ َ‫س بِ َما َك َسب‬
]۳۸[ ‫ت َر ِه ْينَة‬

8
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.”
Dan al-Qur`an telah menetapkan kaidah-kaidah pemerintahan Islam ini dalam
bentuk yang ideal dan baik. Yaitu suatu pemerintahan yang didasarkan pada
musyawarah, persamaan, dan larangan kekuasaan individual. Sebagaimana tercantum
dalam Q.S. Ali Imran [3]: 159,
]۱۵۹[‫اورْ هُ ْم فِي االَ ْم ِر‬
ِ ‫َو َش‬
“ Dan musyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.”
]۳۸[ ‫بَيْنهُ ْم‬  ‫َواَ ْم ُرهُم ُشوْ َرى‬
“Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka.” (Q.S.
ash-Shura (42): 38).
 Dan semua manusia itu sama sederajat, tidak pandang pangkat. Sebagaimana
tercantum dalam Q.S. al-Hujurat [48]: 10,

]۱۰[ٌ‫اِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُوْ نَ اِ ْخ َوة‬


“ Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah saudara.”
Ringkasnya al-Qur`an merupakan undang-undang syari`at (dustur tasyri`)
yang menegakkan kehidupan manusia di atas dasar konsep yang paling utama.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Qur`an merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad melalui malaikat jibril secara berangsur-angsur dan kemukjizatan al-
Qur`an tidak dapat diragukan lagi. Mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa yang
diperlihatkan Allah melalui para nabi dan rasul-Nya. Dan mukjizat berfungsi untuk
membuktikan bahwa kekuasaan Allah berada diatas segala-galanya dan sebagai bukti
atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan para utusan Allah. Sedangkan, al-
Qur`an berfungsi sebagai sumber atau landasan hukum pertama bagi kehidupan
manusia.  Kemukjizatan al-Qur`an tidak dapat ditandingi oleh apapun. Karena dari
hal yang terkecil sampai hal yang terbesar semua dibahas dalam al-Qur`an.

B. Kritik dan Saran


Kami sebagai penulis merasa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu kami mengharapkan saran dari para pembaca.

10
11
DAFTAR PUSTAKA

Abduṣṣamad, Muhammad Kamil. Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur`an. Jakarta: Al-Akbar Media Eka


Sarana, 2003.
al-Maliki, Muhammad Alwi. Keistimewaan-keistimewaan Al-Qur`an. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
2001
al-Qaṭṭān, Mannā` Khalīl. Studi ilmu-ilmu Qur`an Terj. Mahahith fi `Ulūmil Qur`an oleh
Mudzakir. Bogor: Litera AntarNusa, 2013.
al-Qaṭṭān, Mannā` Khalīl.  Mahahith fi `Ulūmil Qur`an. Riyāḍ: al-Ḥuramain.1973.
Anwar, Rosihon. `Ulūmul Qur`an untuk UIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV Pustaka Setia , 2006.
aṣ-Ṣabuniy, Shaikh Muhammad Ali. Aṭ-Ṭibyān fī `Ulūmil Qur`an. Bairut: Dar al- Irshad, 1970.
Mustofa. Sejarah Al-Qur`an. Surabaya: Al-Ikhlas, 1994.
Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al-Qur`an: Di tinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan
Pemberitaan Ghaib. Bandung: Mizan, 1997.
Usman. Ulumul Qur`an. Yogyakarta: Teras. 2009.
                                                                                                    

[1] Usman, Ulumul Qur`an,  (Yogyakarta: Teras, 2009), 285.


[2] Mannā` Khalīl Al-Qaṭṭān, Studi Ilmu-ilmu Qur`an Terj. Mabāhith fī `Ulūmil Qur`an oleh
Mudzakir (Bogor: Litera AntarNusa, 2013), 371.
[3] Muhammad Kamil Abduṣṣamad, Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur`an (Jakarta: al-Akbar
Media Eka Sarana, 2003), 1.
[4] Mustofa, Sejarah Al-Qur`an (Surabaya: al-Ikhlas,1994), 138.
[5] Ibid., 2.
[6] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur`an: Di tinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat
Ilmiah,dan Pemberitaan Gaib (Bandung: Mizan, 1997), 43.
[7] Shaikh muhammad Ali Aṣ-Ṣobuniy, Aṭ-Ṭibyān   fī `Ulūmil Qur`an (Bairut: Dar al-Irshad,
1970), 107.
[8] Mannā` Khalīl Al-Qaṭṭān, Mabāhith fī `Ulūmil Qur`an (Riyāḍ: al-Ḥuramain, 1973), 259.
[9] Ibid., 43-47.
[10] Rosihon Anwar. `Ulūmul Qur`an untuk UIN, STAIN, PTAIS (Bandung: Pustaka Setia,
2006),197.
[11] Al-Qaṭṭan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, 384-385.
[12] Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, Keistimewaan-keistimewaan Al-
Qur`an (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), 26.
[13] Abduṣṣamad, Mukjizat Ilmiah, 17-18.
[14] Ibid., 28-29.
[15] Ibid., 33.
[16] Anwar, Ulumul Qur`an.199.

iv

Anda mungkin juga menyukai