TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
2. Patofisiologi
Pengaruh alkohol,
virus hepatitis, dan
toksin
Inflamasi pada hepar
a. Masa tunas
1) Virus A: 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
2) Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
3) Virus non A dan non B: 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
b. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan
infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun
(pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati)
dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang,
bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan
meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri
persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
c. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat,
penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit
dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap
dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai
gatal-gatal pada seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan
selama 1-2 minggu.
d. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual,
rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata
14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak
normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan
lekas capai.
6. Klasifikasi
a. Hepatitis Virus
1) Hepatitis A
Penyebabnya adalah virus hepatitis A, dan merupakan
penyakit endemis di beberapa negara berkembang. Selain itu
hepatitis A merupakan hepatits yang ringan, bersifat akut,
sembuh spontan/sempurna tanpa gejala sisa dan tidak
menyebabkan infeksi kronik. Penularan penyakit ini melalui
fekal oral. Sumber penularannya umumnya terjadi karena
pencemaran air minum, makanan yang tidak dimasak, makanan
yang tercemar, sanitasi yang buruk, dan personal hygiene yang
rendah. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya IgM
antibody serum penderita. Gejalanya bersifat akut, tidak khas
bisa berupa demam, sakit kepala, mual dan muntah, sampai
icterus, bahkan sampai menyebabkan pembengkakan hati. Tidak
ada pengobatan khusus untuk penyakit ini tetapi hanya
pengobatan pendukung dan menjaga keseimbangan nutrisi.
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan lingkungan, terutama terhadap makanan dan
minuman serta melakukan PHBS.
2) Hepatitis B Akut
Penyebab penyakit hepatitis B ini adalah HBV yaitu virus
hepatitis B dari golongan virus DNA. Masa inkubasinya 60-90
hari. Penularannya vertical terjadi pada masa perinatal dan 5%
intra uterine. Penularan horizontal melalui transfuse darah, jarum
suntik tercemar, pisau cukur, tattoo, dan transplantasi organ.
Gejala hepatitis B akut tidak khas, seperti rasa terlalu lesu, nafsu
makan berkurang, demam ringan, nyeri abdomen sebelah kanan,
dapat timbul icterus, dan air kencing warna teh. Diagnosis
diteggakkan dengan tes fungsi hati serum transaminase (ALT
meningkat), serologi HBsAg dan IgM anti HBC dalam serum.
Pengobatan tidak diperlukan antiviral, pengobatan umumnya
bersifat simtomasis. Pencegahannya : telah dilakukan penapisan
darah sejak tahun1992 terhadap bank darah melalui PMI,
Imunisasi yang sudah masuk dalam program nasional : HBO
(<12 jam), DPT/HB1 (2 bulan), DPT/HB2 (3 bulan) DPT/HB3
(4 bulan), dan menghindari faktor resiko yang menyebabkan
terjadinya penularan.
3) Hepatitis B kronik
Hepatitis B kronik berkembang dari Hepatitis B akut. Usia
saat terjadinya ifeksi mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila
penularan terjadi saat bayi maka 95% akan menjadi hepatitis B
kronik. Sedangkan bila penularan terjadi pada usia balita, maka
20-30% menjadi hepatitis B kronik dan bila penularan saat
dewasa maka hanya 5% yang menjadi penderita hepatitis B
kronik. Hepatitis B kronik ditandai dengan HBsAG (Hepatitis B
surface antigen) positif (> 6 bulan). Selain HBsAG, perlu
diperiksa HBeAG (hepatitis B E-Antigen, anti-HBe dalam
serum, kadar ALT (Alanin Amino Transferase), HBV-DNA
(hepatitis B virus-Deoxyribunukleic Acid) serta biopsy hati.
Biasanya tanpa gejala. Sedangkan untuk pengobatannya saat ini
telah tersedia 7 macam obat untuk hepatitis B. prinsip
pengobatan tidak perlu terburu buru tapi jangan terlambat.
Adapun tujuan pengobatan memperpanjang harapan hidup,
menurunkan kemungkinan terjadinya sirosis hepatis atau
hepatoma
4) Hepatitis C
Penyebab utamanya adalah sirosis dan kanker hati. Etiologi
virus hepatitis C termasuk golongan virus RNA (ribo nucleic
acid). Masa inkubasi 2-24 minggu. Penularan hepatitis C melalui
darah dan cairan tubuh, penularan masa perinatal sangat kecil
melalui jarum suntik (IDUs, tattoo) transpaltasi organ,
kecelakaan kerja (petugas kesehatan), hubungan seks dapat
menularkan tetapi sangat kecil. Kronisitasnya 80% penderita
akan menjadi kronik. Pengobatan hepatitis C: kombinasi
pegylated interferon dan ribavirin. Pencegahan hepatitis C
dengan menghindari faktor resiko karena sampai saat ini belum
tersedianya vaksin untuk hepatitis C.
5) Hepatitis D
Virus hepatitis D paling jarang ditemukan tapi paling
berbahaya. Hepatitis D juga disebut virus delta, virus ini
memerlukan virus hepatitis B untuk berkembang biak sehingga
hanya ditemukan pada orang yang telah terinfeksi virus hepatitis
B. tidak ada vaksin tetapi secara otomatis orang akan terlindungi
jika telah diberikan imunisasi hepatitis B.
6) Hepatitis E
Dahulu dikenal sebagai hepatitis non A-non B. etiologi
virus hepatitis E termasuk virus RNA. Masa inkubasi 2-9
minggu. Penularan melalui fecal oral seperti hepatitis A.
diagnosis dengan didapatkannya IgM dan IgG antiHEV pada
penderita yang terinfeksi. Gejalanya ringan menyerupai gejala
flu, sampai icterus. Pengobatannya belum ada pengobatan
antivirus. Pencegahannya dengan menjaga kebersihan
lingkungan, terutama kebersihan makanan dan minuman.
Vaksinasi hepatitis E belum tersedia.
7) Kemungkinan hepatitis F dan G
Masih terdapat perdebatan dalam penelitian hepatitis
mengenai kemungkinan adanya virus hepatitis F. Sedangkan
virus hepatitis G adalah suatu flavivirus RNA yang mungkin
menyebabkan hepatitis fulminant. HGV ditularkan terutama
melalui air namun juga dapat ditularkan melalui hubungan
seksual. Kelompok yang beresiko adalah individu yang telah
menjalani transfuse darah, tertusuk jarum suntik secara tidak
sengaja, pengguna obat melalui intravena, atau pasien
hemodialisis. Beberapa peneliti meyakini bahwa HGV tidak
menyebabkan hepatitis yang bermakna secara klinis sehingga
mereka tidak lagi mempertimbangkan virus ini sebagai virus
hepatitis.
b. Hepatitis Kronik
Jika penyakit pasien menetap tidak sembuh secara klinik
labolatorik atau gambaran patologik anatomi dalam waktu 4 bulan.
Dikatakan hepatitis kronik jika kelainan menetap lebih dari 6 bulan.
Ada 2 jenis hepatitis kronik, yaitu:
a. Hepatitis kronik persisten biasa yang akan sembuh sempurna
b. Hepatitis kronik aktif yang umumnya berakhir menjadi sirosis
hepatis
c. Hepatitis Fulminan
Hepatitis yang perjalanan penyakitnya berjalan dengan cepat,
icterus menjadi hebat, kuning seluruh tubuh, timbul gejala
neurologi/ensefalopati dan masuk ke dalam keadaan koma dan
kegagalan hati dan ditemukan tanda-tanda perdarahan. Biasanya
penderita meninggal 1 minggu sampai 10 hari.
7. Komplikasi
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan
oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut
ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan
menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada
alkoholik (Prastika, 2016).
Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan
sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
Komplikasi yang sering adalah serosis, pada serosis kerusakan sel hati akan
diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin
besar jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati
yang sehat (Putri, 2015).
8. Pemeriksaan penunjang
9. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan
tetapi banyak pasien akan merasakan lebih baik dengan pembatas
aktivitas fisik, kecuali diberikan pada mereka dengan umur orang
tua dan keadaan umum yang buruk
2) Obat-obatan
1) Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat
penurunan bilirubin darah. Pemberian bila untuk
menyelamatkan nyawa dimana ada reaksi imun yang
berlebihan.
2) Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati.
a. Contoh obat: Asam glukoronat/ asam asetat, Becompion,
kortikosteroid.
3) Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan.
Obat-obatan yang memetabolisme hati hendaknya dihindari.
4) Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
5) Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
6) Interferon α, Lamivudin, dan Ribavirin
7) Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada
hipokalsemia)
8) Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
9) Jika penderita tidak nafsu makan atau muntah-muntah
sebaiknya di berikan infus glukosa. Jika nafsu makan telah
kembali diberikan makanan yang cukup
10) Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan
obat-obatan yang mengubah susunan feora usus, misalnya
neomisin atau kanamycin sampai dosis total 4-6 mg / hr.
Laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa
harus sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi
asam.
b. Non Medis
a. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup
istirahat.
b. Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka
penekanan lebih dialirkan pada pencegahan hepatitis, termasuk
penyediaan makanan dan air bersih dan aman. Higien umum,
pembuangan kemih dan feses dari pasien yang terinfeksi secara
aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai
akan menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah perlu
disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima
menjadi panel donor.
1. Pengkajiaan
a. Riwayat keperawatan
1) Data demografi: apakah pasien tinggal/bekerja di lingkungan
yang terpapar dengan infeksi virus dan bahan-bahan kimia ?
2) Riwayat kesehatan sekarang: pasien bisa datang dengan keluhan
demam, sakit kepala, nyeri pada kuadran kanan atas, mual,
muntah, ikterik, lemah, letih, lesu, dan anoreksia
3) Riwayat kesehatan dahulu
1) Penyakit apa yang pernah diderita pasien ?
2) Apakah pasien memiliki kebiasaan minum alkohol ?
3) Apakah pasien pernah menjalani operasi batu empedu ?
4) Riwayat kesehatan keluarga: apakah ada keluarga pasien yang
menderita penyakit hepatitis dan penyakit infeksi lain ?
(Prastika, 2016)
b. Pemeriksaan Fisik
1) B1(Pernafasan)
- Inspeksi : bentuk dada simetris,tidak menggunakan alat
bantu nafas,irama nafas teratur, tidak ada nyeri dada,
sianosis tidak ada
- Palapsi : gerakan dada saat bernafas normal dan seimbang
antara kiri dan kanan.
- Perkusi : terdengar bunyi sonor Auskultasi : terdapat bunyi
nafas tambahan ( ronkhi)
2) B2(Kardiovaskuler)
- Inspeksi :tidak ada nyeri dada, sianosis tidak ada.
- Palpasi : irama jantung teratur, tekanan darah bisa
meningkat atau menurun.
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : suara jantung S1 S2 tunggal
3) B3(Persyarafan)
- Inpeksi : kesadaran compomentis, orientasi baik, kejang (-),
kaku kuduk (-), brudinzky (-), nyeri kepala (-), pusing (-),
kelainan nervous cranialis (-)
4) B4(Perkemihan)
- Inspeksi : urine berwarna gelap atau kuning pekat seperti teh
karena perubahan fungsi hati, menggunakan kateter
- Palpasi : tidak ada kelainan pada perkemihan
5) B5 (Pencernaan)
- Inspeksi : anoreksia, berat badan menurun, mual dan
muntah, asites, mukosa bibir kering
- Palpasi : nyeri tekan pada kuadran kanan,BAB warna tanah
liat,tidak ada kram abdomen dan gatal
- Perkusi : nyeri ketuk pada kuadran kanan atas Auskultasi :
mungkin terjadi peningkatan perilstatik,penambahan suara
pekak pada region kuadran kanan atas,terjadi distensi
abdomen,feses pucat,dan penurunan berat badan
6) B6 (Muskuluskelektal & integumen)
- Inspeksi : akral hangat, oedema (+), kemampuan gerakan
terbatas,warna kulit kering
- Palpasi : turgor elastis, CRT < 3 detik, kekuatan otot 3,3,5,5
7) B7 Pengindraan
- Inspeksi : sklera mata tampak ikterik,konjungtiva merah
muda,tidak terdapat ptosis pertumbuhan rambut bulu mata
baik, reaksi pupil terhadap cahaya isokor,ketajasman
penglihatan baik,alat bantu yang digunakan tidak ada.
- Hidung : normal ,mukosa hidung lembab,tidak ada sekret,
ketajaman penciuman normal
- Telinga : bentuk kanan dan kiri simeris,tidak ada keluhan,
ketajaman pendengaran normal, tidak ada alat bantu
- Perasa : normal tidak ada masalah Peraba : baik tidak ada
masalah
8) B8 Endokrin
- Inspeksi : gangrene (-), pus (-), bau (-)
- Palpasi : pembeseran kelenjar tyroid (-), pembesaran
kelenjar parotis tidak ada (Prawirohardjo, 2010).
9) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan kaji pasien
mengenai:
1) Apakah pasien menjaga kesehatan kebersihan diri dan
lingkungannya ?
2) Apakah pasien mengetahui tentang penyakit hepatitis ?
3) Bagaimana cara pasien menjaga kesehatanya selama sakit ?
10) Pola nutrisi
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola nutrisi
kaji pasien mengenai:
1) Apakah pasien mengalami kehilangan nafsu makan
(anoreksia) ?
2) Apakah pasien mengalami penurunan atau peningkatan berat
badan ?
3) Apakah pasien mangalami mual muntah ?
4) Apakah terjadi penimbunan cairan di perut pasien ?
11) Pola eliminasi
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola
eliminasi kaji pasien mengenai:
1) Apakah urine pasien berwarna gelap ?
2) Apakah pasien mengalami konstipasi atau diare ?
3) Bagaimana konsistensi dari feses pasien ?
4) Apakah feses pasien berwarna seperti tanah liat ?
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola ini kaji
pasien mengenai:
1) Bagaimanakah tingkat ansietas pasien selama sakit hepatitis?
Pengertian
Batasan karakteristik
diaforesis
(D.0019)
Pengertian
metabolisme
Batasan karakteristik
(D.0130)
Pengertian
Batasan karakteristik
Objektif : suhu tubuh diatas rentang normal, kulit merah,
Pengertian
ancaman.
Batasan karakteristik
lalu
Pengertian
Batasan karakteristik
Subjektif : Mengeluh lelah, Dispnea saat/setelah
lemah
3. Edukasi
- anjurkan orangtua atau keluarga
membantu memberi makan kepada pasien
4. Kolaborasi
2012).
5. Evaluasi
Selain itu tinjau ulang pengetahuan tentang status terbari dari kondisi,
terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Jika hasil