Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH FISIKA NUKLIR

APLIKASI NUKLIR DALAM KEHIDUPAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendahuluan Fisika Nuklir
yang diampu Oleh Fauzi Bakrie S.Pd, M.Si

Disusun oleh:

Vicky Ardilla Nugroho (3215160111)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Aplikasi
Nuklir dalam Kehidupan”.

Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini tidak lain adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendahuluan Fisika Nuklir yang ditugaskan kepada penulis,
sehingga penulis lebih memahami tentang manfaat nuklir dalam berbagai bidang kehidupan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi
lainnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jakarta, Juni 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
A. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG MEDIS........................................................................1
1. Radiodiagnostik.........................................................................................................................1
2. Radioterapi................................................................................................................................2
3. Kedokteran Nuklir.....................................................................................................................5
4. Sterilisasi Alat dan Produk Kesehatan.......................................................................................9
5. Bank Jaringan di Indonesia......................................................................................................11
B. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG HIDROLOGI.............................................................12
1. Pengukuran Debit Air Sungai..................................................................................................13
2. Penentuan Arah Gerak Air Tanah............................................................................................13
3. Penentuan Kadar Air Tanah.....................................................................................................14
4. Penentuan Gerak Sedimen.......................................................................................................15
5. Penentian Kebocoran Bendungan............................................................................................16
6. Penentuan Laju Erosi...............................................................................................................17
7. Deteksi Kebocoran dan Sumbatan Pipa Bawah Tanah............................................................17
C. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG PERTANIAN............................................................18
1. Pemuliaan Tanaman.................................................................................................................18
2. Pengendalian Hama dengan Teknik Serangga Mandul............................................................20
3. Pengawetan Bahan Pangan......................................................................................................21
4. Efisiensi Pemupukan...............................................................................................................24
D. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG PETERNAKAN........................................................26
1. Peningkatan Produksi Ternak..................................................................................................27
2. Reproduksi dan Kesehatan Ternak...........................................................................................29
E. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG ARKEOLOGI...........................................................30
1. Menentukan Umur Fosil..........................................................................................................30
2. Penanggalan Geologi...............................................................................................................31
3. Penanggalan Tembikar............................................................................................................33
F. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG FORENSIK...............................................................33
1. Deteksi Umur melalui Gigi pada Forensik...............................................................................33
G. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG PLTN.........................................................................34

ii
1. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN........................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................41

iii
A. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG MEDIS

Di akhir abad 20, perkembangan ilmu dan teknologi seolah berpacu dengan
berjalannya waktu. Berbagai cabang keilmuan bahkan ranting baru disiplin ilmu
bermunculan, diantaranya dalam disiplin ilmu dan teknologi bidang kesehatan disertai
dengan berbagai ilmu dan teknologi pendukungnya seperti fisika dan kimia inti,
mikroelektronika dan peralatan deteksi. Aplikasi nuklir dalam bidang kesehatan telah
memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam mendukung diagnosis maupun
terapi berbagai jenis penyakit. Selain itu, teknik nuklir berperan pula dalam kajian dan
penelititan untuk lebih memahami proses fisiologi dan patofisiologi dari kelainan
pada tingkat molekler dan seluler yang terjadi pada organ tubuh manusia. Berbagai
disiplin ilmu seperti ilmu penyakit dalam, syaraf, penyakit jantung, dan lainnya telah
memanfaatkan teknik nuklir ini.
Radiasi pengion baik dengan sumber terbuka atau tertutup dimanfaatkan
dalam radiodiagnostik untuk memperoleh gambaran atau citra berdasarkan energy
radiasi yang dipancarkannya sehingga diperoleh inforamasi tentang suatu kondisi atau
penyakit dalam tubuh. Sedangkan dalam radioterapi, radiasi dimanfaatkan untuk
mengobati atau mengontrol penyakit malignansi berdasarkan sifat toksisitas radiasi
yang dapat mematikan sel. Aplikasi teknik nuklir juga diterapkan dalam proses
sterilisasi produk dan peralatan kesehatan

1. Radiodiagnostik
Tindakan radiodiagnostik bertujuan untuk mendeteksi adanya kelainan/
kerusakan pada organ dan kanker pada tubuh dengan menggunakan pesawat sinar-X
energi rendah dengan hasil dalam bentuk citra anatomi. Dosis radiasi yang digunakan
dalam radiodiagnostik tidak berbahaya bagi pasien pada interval waktu tertentu karena
relatif setara dengan dosis radiasi alam dan jauh lebih rendah dari dosis yang
digunakan dalam radioterapi.
Teknik penggunaan : Jika sebuah film ditempatkan pada bayangan seorang
pasien, film tersebut akan menghasilkan citra dari bagian dalam tubuh pasien misalnya
tulang akan tampak terang pada film. Jika seseorang perlu memeriksa kondisi organ

1
dalam tubuhnya misalnya usus atau ginjal,maka pasien tersebut harus menggunakan
medium kontras baik dengan cara diminum atau disuntik. Medium tersebut akan
menuju organ target dan memberikan citra organ yang jelas pada gambar sinar-X.
Pemeriksaan dada dengan sinar-X dapat mengungkapkan penyakit misalnya
tuberculosis dan penyakit paru lainnya pada tahap awal sehingga dapat diberikan
pengobatan segera.

X-ray CT-Scan

Beberapa metode radiodiagnostik lain yang menggunakan pada teknologi


sinar-X adalah mammography untuk mendeteksi keberadaan kanker payudara,
fluoroskopi (X-ray “movie”) untuk mengamati citra sinar-X dari tubuh pasien
melalui monitor secara langsung dan dinamik dengan paparan sinar-X secara
kontinyu pada pasien, dan Computed Tomography (CT) Scan. Pencitraan
dengan pesawat CT- scan memberikan gambaran tentang sifat morfologik
berdasarkan perubahan atau perbedaan transmisi radiasi melalui organ atau bagian
tubuh yang diperiksa.

2. Radioterapi
Radioterapi adalah tindakan medis menggunakan radiasi pengion
matikan sel kanker sebanyak mungkin dengan kerusakan ormal sekecil mungkin.
Tindakan terapi ini menggunakan diasi tertutup pemancar sinar gamma atau
pesawat sinar-x dan berkass elektron. Terdapat dua teknik dalam radioterapi
yaitu (sumber eksternal) dan brakiterapi (sumber internal). Pada api jenis raioaktif
2
yang digunakan , posisi sumber sinar gamma energi tinggi yang berasal (Co-60)
yang disimpan dalam kontainer metal yang tebal pada alat, dapat diatur
sedemikian rupa sehingga kanker dapat diradiasi dari berbagai arah yang ditujukan
setepat mungkin pada jaringan tumor.

(Pesawat Teleterapi dengan posisi


sumber Co-60 yang dapat diatur posisinya)

Teknik penggunaan : Tumor ganas dikenai radiasi yang sangat kuat


secara berulang-ulang selama jangka waktu beberapa minggu. Radioterapi diberikan
setiap hari dari berbagai arah secara tepat pada kanker. Dengan demikian kanker
akan menerima radiasi dosis tinggi sementara jaringan normal dan sehat di sekitar
lokasi kanker hanya akan menerima dosis yang lebih rendah dengan tingkat
kerusakan yang dapat ditoleransi tubuh dan berangsur pulih.
Perkembangan teknik elektronika dan peralatan komputer canggih dalam
dua dekade ini telah membawa perkembangan pesat dalam teknologi
radioterapi. Dengan menggunakan pesawat LINAC (linear accelerator)
generasi terakhir telah dimungkinkan untuk melakukan radioterapi kanker
dengan keakuratan dan tingkat keselamatan yang tinggi melalui kemampuannya
yang sangat selektif untuk membatasi hanya tumor yang akan dikenai radiasi
dengan dosis yang tepat pada target. Dengan memanfaatkan teknologi Three
Dimensional Conformal Radiotherapy (3D-CRT), sejak tahun 1985 telah
berkembang metoda pembedahan dengan menggunakan radiasi pengion sebagai
pisau bedahnya (gamma knife). Dengan teknik radiosurgery ini kasus tumor
ganas yang sulit dijangkau dengan pisau bedah konvensional dapat diatasi dengan
baik tanpa perlu membuka kulit pasien dan yang terpenting tanpa merusak jaringan
normal di luar target.

3
(Gamma knife untuk

Radioterapi dapat pula dilakukan dengan menggunakan sumber radiasi


terbuka yang diposisikan sedekat mungkin dengan kanker, dikenal sebagai tindakan
brakiterapi. Sumber radiasi terbuka yang umum digunakan antara lain Iodium-125
(I-125), Radium-226 (Ra-226), Stronsium-89 (Sr-89), Samarium-153 (Sm-153), dan
Itrium-99 (Y-99). Sumber radiasi tersebut dikemas dalam bentuk jarum, biji
sebesar beras, atau kawat dan dapat diletakkan dalam rongga tubuh (intracavitary)
seperti kanker serviks, kanker paru, dan kanker esopagus, dalam organ/jaringan
(interstisial) seperti kanker prostat, kanker kepala dan leher, kanker payudara, atau
dalam lumen (intraluminal). Radioterapi dapat pula digunakan untuk mengurangi
rasa sakit pada pasien kanker yang disebut sebagai tindakan paliatif yang dapat
dilakukan baik menggunakan sumber radiasi tertutup ataupun linear accelerator.

Hasil yang didapat berupa pencitraan gambar mammography pada bagian


organ tubuh yang diamati

(mammograp hy)

3. Kedokteran Nuklir
Kedokteran Nuklir adalah
caba ng ilmu kedokteran
yang menggunakan sumber radiasi terbuka dari disintegrasi inti radionuklida
buatan (radiofarmaka) untuk tujuan diagnostik, terapi dan paliatif dengan
4
berdasarkan perubahan fisiologi, anatomi, biokimia, metabolisme dan molekuler
dari suatu organ atau sistem dalam tubuh. Pada kedokteran nuklir, radioisotop
dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien (in vivo) maupun hanya direaksikan
saja dengan bahan biologis antara lain darah, cairan lambung, urin dan lainnya
yang diambil dari tubuh pasien (in vitro). Dosis radiasi yang diterima oleh pasien
setelah pemberian radiofarmaka ditentukan oleh sifat fisik radionuklida,
metabolisme radiofarmaka dalam tubuh pasien, dan aktivitas yang diberikan.
Tingkat radioaktivitas yang terdapat dalam tubuh pasien sedikit demi sedikit akan
berkurang karena peluruhan fisik dan eliminasi biologik yang dialami oleh
radiofarmaka.
Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunjang
diagnostik berbagai penyakit seperti penyakit jantung koroner, penyakit
kelenjar gondok, gangguan fungsi ginjal, menentukan tahapan penyakit kanker
dengan mendeteksi penyebarannya pada tulang, mendeteksi pendarahan pada
saluran pencernaan makanan dan menentukan lokasinya, serta masih banyak lagi
yang dapat diperoleh dari diagnostik dengan penerapan teknologi nuklir yang
pada saat ini berkembang pesat.

(Kamera gamma)

Radiofarmaka yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui mulut,


suntikan, atau dihirup lewat hidung, akan memberikan informasi berupa:

a) Citra organ atau bagian tubuh pasien yang diperoleh dengan bantuan alat
kamera gamma atau kamera positron (teknik imaging) memberikan informasi
fungsional berdasarkan pada perubahan biokimiawi-fisiologik yang menimbulkan

5
pola emisi radiasi yang mencerminkan fungsi organ atau bagian tubuh yang
diperiksa. Dapat pula dengan teknik non-imaging in vivo (renograf, tiroid uptake,
heliprobe, dan lainya).
b) Kurva hubungan aktivitas dan waktu yang menunjukkan kinetika
radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu dan nilai yang
menggambarkan akumulasi radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu,
di samping citra atau gambar yang diperoleh dengan kamera gamma atau kamera
positron
c) Radioaktivitas yang terdapat dalam sampel darah, urin, atau lainnya yang
diambil dari tubuh pasien, dicacah dengan instrumen yang dirangkaikan pada
detektor radiasi (teknik non-imaging in vitro).

Data yang diperoleh baik dengan teknik imaging maupun non-imaging memberikan
informasi mengenai fungsi organ yang diperiksa. Pencitraan (imaging) pada
kedokteran nuklir dalam beberapa hal berbeda dengan pencitraan dalam radiologi.
Dua alat imaging yang sangat bermanfaat dalam kedokteran nuklir adalah
Positron Emission Tomography (PET) dan Single Photon Emission Computed
Tomography (SPECT). Kedua peralatan ini memberikan sel atau aliran darah
dalam jantung, paru, dan juga otak. Keduanya menggunakan kamera gamma
untuk mendeteksi sinar gamma yang dipancarkan radioisotop tertentu yang ada
dalam tubuh pasien. Pada studi in vitro, dari tubuh pasien diambil sejumlah tertentu
bahan biologis yang kemudian direaksikan dengan suatu zat yang telah ditandai
dengan radioisotop. Pemeriksaan dilakukan dengan bantuan detektor sinar gamma
yang dirangkai dengan suatu sistem instrumentasi. Studi semacam ini biasanya
dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon-hormon tertentu dalam darah pasien
seperti insulin, tiroksin dan juga penanda tumor
(CA 15-3, CA-125, PSA dan lainnya).

6
(Skema dari PET)

Radioisotop yang digunakan sebagai perunut di dalam tubuh mempunyai


waktu paro fisik maupun biologik yang singkat untuk menunjang diagnostik dan
terapi, antara lain Iodium-131 (I-131), Teknisium (Tc-99m), Talium-201 (Tl- 201),
Galium-67 (Ga-67), Indium-111 (In-111), Fluorin-18 (F-18), dan Iodium-125 ( I-
125). Radioisotop tersebut dikemas dengan bahan obat tertentu untuk mencapai
organ target sesuai keinginan dan disebut dengan radiofarmaka. Bahan obat non
radioaktif dengan kit ini antara lain MDP, DTPA, MAG3, M ECD, IDA,
mebrofenin, dan Sulfur koloid.
Bila untuk keperluan diagnostik, radioisotop diberikan dalam dosis
yang sangat kecil, maka dalam terapi radioisotop sengaja diberikan dalam dosis
yang besar untuk mematikan sel penyusun kanker. Tindakan terapi pada
kedokteran nuklir antara lain terutama digunakan terhadap kanker tiroid dan
hipotiroid dengan (diminumkan), kanker hati dengan Y-90 (disuntikan), anak
sebar di tulang dengan P-32, Sr, dan Sm (disuntikan), dan osteoartritis dengan
rhenium (disuntikan intra synovial).

(Radiofarmaka) 7
(Radiofarmaka untuk keperluan diagnostic)

(Radiofarmaka untuk keperluan terapi)

4. Sterilisasi Alat dan Produk Kesehatan


Beberapa alat dan produk kesehatan misalnya kateter, jarum suntik, sarung
tangan bedah dan hemodialiser pada penggunaannya berkontak langsung dengan
jaringan atau cairan tubuh. Oleh karena itu produk tersebut harus steril atau bebas
dari mikroorganisme hidup terutama yang bersifat potogen. Sebagian besar produk
alat kesehatan terutama terbuat dari bahan polimer yang tidak tahan pemanasan
dengan suhu tinggi, karena itu sterilisasi yang dapat digunakan adalah sterilisasi
dingin menggunakan gas etilen oksida (ETO) atau radiasi.

8
Sterilisasi dengan gas ETO mempunyai beberapa kelemahan misalnya
bersifat toksik pada manusia, meninggalkan residu gas yang bersifat karsinogenik
pada produk, polusi terhadap lingkungan, dan memerlukan karantina produk 7-14
hari. Dengan demikian radiasi pengion merupakan pilihan yang tepat untuk
sterilisasi dingin terhadap produk yang tidak tahan panas seperti alat kedokteran
dan tissue graft.
Dosis sinar gamma dari irradiator dengan sumber Co-60 atau Cs-137 yang
digunakan dalam proses sterilisasi bergantung pada jenis bahan yang disterilkan,
jenis mikroba, dan tingkat populasi mikroba. Perlu dipahami bahwa materi atau alat
yang diradiasi tidak akan menjadi sumber radiasi atau bersifat radioaktif.
Beberapa keuntungan sterilisasi menggunakan radiasi dibandingkan dengan
metode sterilisasi lain adalah sterilisasi dilakukan pada suhu kamar, tidak
menimbulkan kenaikan temperatur yang berarti, dapat menembus ke dalam seluruh
bagian produk dan dalam kemasan akhir, tidak merusak bahan yang disterilisasi,
waktu iradiasi sebagai variabel pengontrol keseluruhan proses, lebih efektif karena
dapat mencapai 100% steril pada dosis tinggi, dapat mesterilkan bahan dalam
jumlah banyak untuk sekali proses radiasi, tidak meninggalkan residu, dan dapat
digunakan pada produk akhir.
sistem sterilisasi yang mampu mengukur nilai absolut, sehingga semua
proses sterilisasi mempunyai keterbatasan dalam membunuh mikroorganisme. Oleh
karena itu selalu terdapat suatu probabilitas teoritik dari non sterilitas yang dikenal
dengan istilah Sterility Assurance Level (SAL). SAL adalah probabilitas
mikroorganisme hidup dalam suatu produk setelah proses sterilisasi dan dinyatakan

dalam nilai 10-n. Artinya dari 10 produk yang disterilkan hanya boleh satu produk
yang tidak steril.

(Nilai SAL dari beberapa alat kesehatan )

9
Pemilihan nilai SAL didasarkan atas penggunaan produk tersebut. Untuk
produk yang digunakan berkontak langsung dengan jaringan tubuh atau darah nilai
SAL adalah 10-6 , sedangkan untuk produk yang tidak berkontak langsung dengan
darah mempunyai nilai SAL 10-3 . Pemilihan dosis sterilisasi antara lain didasarkan
pada jumlah dan tipe mikroorganisme kontaminan yang ada pada produk, kondisi
sterilisasi yang digunakan, dan nilai SAL yang ditetapkan. Beberapa International
Standardization Organization (ISO) yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
menentukan dosis sterilisasi, validasi, verifikasi serta persyarataan lainnya dari
produk kesehatan yang akan disterilkan dengan radiasi antara lain:
a) ISO 11737-1: Sterilization of Medical Devices – Microbiological Methods
– Part 1: Estimation of Population of Microorganisms on Products.
b) ISO 11737-2: Sterilization of Medical Devices – Microbiological Methods
– Part 2: Test of Sterility Performed in the Validation of a Sterilization
Process.
c) ISO 11137: Sterilization of Health Care Products – Requirement of
Validation and Routine Control – Radiation Sterilization.
d) ISO 13409: Sterilization of Health Care Products – Radiation Sterilization
– Substantiation of 25 kGy as a Sterilization Dose for Small or Infrequent
Production Batchs.
e) Good Manufacturing Practices (GMP).
f) Good Radiation Practices (GRP).

Selain standar internasional, dalam Farmakope Indonesia Edisi IV disebutkan


bahwa dosis sterilisasi yang digunakan untuk produk kesehatan adalah 25 kGy.
Dosis yang lebih rendah dapat digunakan bergantung dari kandungan mikroba awal
dan jenis mikroba serta faktor lainnya.
Teknologi nuklir sangat aman untuk diaplikasikan pada jaringan biologi
untuk keperluan transplantasi karena dapat mencegah terjadinya penularan penyakit
dari donor ke resipien terutama yang dapat ditularkan oleh virus seperti HIV,
hepatitis, cytomegalovirus, sapi gila, dengue, dan flu burung N5H1, dan oleh
kuman patogen seperti penyakit TBC, sipilis, dan lainnya. Jaringan tubuh manusia
maupun hewan telah banyak digunakan pada pasien untuk berbagai tujuan.

10
Berdasarkan sumber dari jaringan, graft dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu
autograft (penggunaan graft dalam individu yang sama), allograft (penggunaan
graft dari individu berbeda dalam satu spesies), xenograft (penggunaan graft dari
spesies berbeda), dan alloplastic graft (graft sintetik inert).
Di Indonesia, pengambilan dan pemakaian kembali jaringan biologi diizinkan
berdasarkan Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Graft
jaringan dapat disiapkan dalam bentuk segar dan awetan. Jaringan untuk
transplantasi dapat disiapkan dengan cara pembekuan, liofilisasi, demineralisasi dan
kemudian disterilkan dengan iradiasi. Sterilitas graft baik segar maupun awetan
merupakan hal yang penting diperhatikan untuk mengurangi risiko penularan
penyakit dari donor ke resipien, serta memperpanjang masa simpan. Sterilisasi
secara dingin menggunakan sinar gamma atau berkas elektron merupakan pilihan
yang tepat untuk mensterilkan graft jaringan dan telah banyak digunakan untuk
sterilisasi jaringan biologi. [ CITATION UNS08 \l 1033 ]

5. Bank Jaringan di Indonesia


Di Indonesia saat ini telah berdiri empat Bank Jaringan yang siap melayani
kebutuhan pasien, yaitu:

a) Bank Jaringan Riset Batan (BJRB) menyediakan allograft, xenograft, dan


jaringan amnion liofilisasi steril radiasi untuk keperluan klinik.
b) Pusat Biomaterial/Bank Jaringan RSUP Dr. Sutomo, Surabaya,
menyediakan berbagai alograft, xenograft, dan amnion steril radiasi.
c) Bank Jaringan RSUP Dr. M. Jamil, Padang, memproduksi amnion steril
radiasi.
d) Bank Jaringan RSK Sitanala, Tangerang memproduksi amnion steril radiasi

Sampai tahun 2003, dari semuan bank jaringan tersebut telah dihasilkan 8500
graft yang telah dipakai oleh lebih dari 40 rumah sakit di Indonesia.

Alograft dan Xenograft Steril Radiasi


Graft tulang dapat berfungsi sebagai kekuatan mekanik dan/atau sebagai
fungsi biologi. Sebagai contoh graft tulang femur bagian atas digunakan untuk
memperbaiki total hip arthroplasty harus memiliki kekuatan mekanik, sedang tulang
demineralized bone matrix (DBM) digunakan dalam posterior lateral spinal fusion
11
yang berfungsi untuk merangsang pembentukan jaringan baru tulang, tidak
memerlukan fungsi mekanik.

B. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG HIDROLOGI


Radioisotop dapat pula dimanfaatkan sebagai perunut dalam studi hidrologi.
Dengan perunut radioisoto[ ini, berbagai masalah dalam bidang hidrologi dapat
dipecahkan dengan cara langsung yang lebih cepat. Dalam bidang ini, teknik
perunutan dilakukan dengan cara memantau radiasi yang dipancarkan oleh perunut
radioisotope, atau dalam kegiatan ini lebih sering dikenal dengan sebutan radiotracer.
Dalam studi hidrologi, radiotracer yang digunakan dilepaskan langsung ke
lingkungan. Oleh sebab itu, radioisotope yang digunakannya harus memenuhi
beberapa persyaratan, yaitu:

a) Tidak berbahaya terhadap manusia dan makhluk hidup di sekelilingnya


b) Jumlah radioisotope yang dilepaskan ke lingkungan diperhitungkan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pelepasan dalam jumlah yang
berlebihan
c) Radioisotope yang digunakan harus dapat larut dalam air
d) Radioisotope tidak akan diserap oleh tanah, tanaman maupun organisme hidup
lainnya

Peranan radiotracer sebagai perunut dalam hidrologi telah terbukti banyak sekali
memberikan manfaat dan dapat dipakai sebagai pendukung metode non-nuklir lainnya
yang telah ada. Meskipun tidak semua persoalan hidrologi dapat diselesaikan dengan
teknik nuklir ini, namun penggunaan radiotracer seringkali merupakan satu-satunya
metode yang dapat menyelesaikan persoalan. Dalam bidang hidrologi, radiotracer
tersebut dapat digunakan sebagai perunut dalam berbagai kegiatan

1. Pengukuran Debit Air Sungai


Teknik penggunaan : metode dasar dalam pengukuran debit air sungai adalah
pengenceran radiotracer. Radiotracer dalam jumlah tertentu yang tidak berbahaya
dilepas dibagian hulu sungai dan diukur konsentrasinya di bagian hilir. Besarnya
perubahan kadar perunut karena terjadinya pengenceran oleh aliran (debit) air sungai
dapat diketahui dengan cara mencacah langsung intensitas radiasi dalam air sungai
12
tersebut. Penggunaan radiotracer untuk mengukur debit air sungai terbukti lebih
sederhana dibandingkan metode pengukuran menggunakan currentmeter. Kelebihan
lainnya adalah pengukurannya dapat dilakukan lebih cepat dan data dilakukan pada
saat sungai sedang banjir. Pengukuran debit air sungai antara 300-600 m 3 per detik
hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Makin turbulen arus sungai, makin
cepat dan makin baik hasil pengukurannya.[CITATION Dra \l 1033 ]
Jenis radioaktif yang digunakan untuk menguji kecepatan aliran air biasanya
adalah Natrium 24 (Na 24) dalam bentuk garam NaCl. Garam tersebut dilarutkan ke
dalam air atau lumpur yang akan diteliti debitnya. Pada jarak tertentu, intensitas
radiasi diperiksa sehingga rentang waktu yang diperlukan untuk mencapau jarak
tersebut dapat diketahui
Hasil yang didapat berupa berapa besar intensitas radiasi yang dilarutkan
dalam air yang kemudian akan diperoleh data untuk diolah menjadi informasi berapa
besar debit air yang mengalir.

2. Penentuan Arah Gerak Air Tanah


Teknik penggunaan : Data gerakan air tanah pada suatu wilayah merupakan
data yang sangat penting untuk berbagai keperluan, antara lain dalam kaitannya
dengan pembangunan suatu bendungan, penentuan tempat penyimpanan limbah
berbahaya dan sebagainya. Air tanah selalu bergerak dengan kondisi geologinya.
Untuk mengetahui pergerakan air tanah ini dapat digunakan metode sumur banyak.
Dalam hal ini radiotracer diinjeksikan ke dalam sumur yang berada di tengah-tengah
sehingga radiotracer tersebut larut dan bercampur dengan air tanah. Radiotracer
selanjutnya akan terbawa ke mana-mana mengikuti arah aliran air tanah. Dengan
mencacah air tanah dari sumur-sumur lain yang ada disekelilingnya, maka arah
gerakan air di tempat tersebut dapat ditentukan, yaitu dengan cara mengetahui adanya
radiotracer yang terlarut dalam air. Dalam hal ini radiotracer hanya akan ditemukan
pada air tanah dari sumur-sumur tertentu, yang berarti arah aliran air tanah itu menuju
ke sumur dimana yang sebelumnya diinjeksikan. Teknik perunut ini juga dapat
digunakan untuk mengetahui kecepatan alir air tanah dan permeabilitasnya

3. Penentuan Kadar Air Tanah


Teknik penggunaan : Penggunaan neutron telah banyak dimanfaatkan oleh
para ahli di bidang teknik sipil, agronomi dan hidrologi untuk pengukuran kadar air

13
dalam tanah serta kepadatan tanah, aspal dan beton. Data-data hasil pengukuran
tersebut kemudian akan digunakan untuk merancang pondasi bangunan, jalan raya,
pembuatan tanggul dan lain sebagainya. Sedang dalam bidang industri dan
laboratorium, neutron dapat digunakan untuk pengukuran berbagai hasil akhir dan
penelitian. Teknik pengukuran kadar air tanah dengan teknik hamburan neutron.
Karena sederhana, alat pengukur kadar air dengan neutron ini diminati oleh berbagai
pihak.

Sketsa Pengukuran
Kadar Air Tanah

Di dalam alat ini terdapat suatu sumber neutron cepat. Proses kerja alat ini adalah
dengan memanfaatkan hasil tumbukan antara neutron cepat dengan atom hidrogen
yang terdapat di dalam molekul air.

Hasil yang didapat : Peristiwa tumbukan ini akan menghasilkan neutron-


neutron termik. Jumlah neutron termik yang terbentuk akan ditangkap oleh pemantau
neutron. Dimana hasil cacahan neutron yang terbaca akan sebanding dengan jumlah
air yang terkandung di dalam bahan.

4. Penentuan Gerak Sedimen


Teknik penggunaan : Proses pendangkalan pelabuhan merupakan proses
alamiah yang tidak dapat dicegah. Jika pelabuhan dangkal, kapal-kapal besar tidak
akan dapat merapat ke dermaga, sehingga proses bongkar muat barang dapat
terganggu. Sedangkan proses pengerukan endapan memerlukan biaya yang sangat
besar. Oleh sebab itu, pendangkalan pada suatu pelabuhan dan alur pelayaran
merupakan masalah yang sangat serius karena menyangkut kelangsungan pelayanan
perhubungan laut. salah satu cara yang dapat ditempuh untuk memperkecil kecepatan
14
pendangkalan pelabuhan maupun alur pelayaran oleh sedimen adalah dengan
mengetahui perilaku sedimen, yaitu menentukan dari mana asal dan kemana arah
gerakan sedimen tersebut. Data mengenai arah pergerakan sedimen dapat digunakan
untuk perencanaan penentuan posisi dan arah alur pelayaran serta menentukan tempat
untuk pembuangan endapan hasil pengerukan agar tidak kembali ke tempat semula.
Semua usaha ini akan dapat mengurangi laju pendangkalan sehingga frekwensi
pengerukan bisa dikurangi dan biaya untuk pengerukan bisa dihemat.

Proses penentuan
arah gerak sedimen

Jenis radioaktif yang digunakan : Teknik pelaksanaan penentuan arah gerakan


sedimen dilakukan dengan menandai sedimen yang diambil di pelabuhan dengan
radioisotop seperti 51Cr, 198Au dan 46Sc atau membuat endapan tiruan yang bersifat
radioaktif seperti pelapisan lumpur dengan zat radioaktif atau pasir tiruan yang
diaktifkan (pasir ini dibuat dari gelas yang mengandung radioisotop 192Ir dan 46Sc).
Sedimen radioaktif tersebut selanjutnya dilepaskan ke dasar laut di daerah yang
diselidiki.
Hasil yang didapat : Endapan radioaktif ini nantinya akan mengikuti gerak
endapan asli. Metode ini dapat digunakan untuk mempelajari arah, kecepatan dan
penyebaran lumpur ataupun pasir yang berperan dalam proses pendangkalan
pelabuhan. Pengamatan tersebut dapat dilakukan menggunakan pemantau radiasi dari
permukaan laut atau di atas kapal. Selain itu, studi ini juga dapat dipakai untuk
mengetahui efisiensi transpot sedimen dan erosi. Mempelajari arah gerak sedimen
dengan perunut radioisotop [ CITATION Int96 \l 1033 ]

15
5. Penentuan Kebocoran Bendungan
Teknik penggunaan : teknik perunut radioisotop juga dapat digunakan untuk
menentukan letak kebocoran atau rembesan suatu bendungan atau dam. Teknik
penentuan dilakukan dengan cara melepaskan radioisotop pada tempat tertentu di
ireservoir (air dam) yang dicurigai sebagai lokasi kebocoran/rembesan.

Penentuan Letak Kebocoran


Bendungan

Radioisotop akan larut dan bercampur dengan ait sehingga apabila terjadi kebocoran
pada bendungan, air yang telah bercampur dengan radioisotop akan masuk dan
bergerak mengikuti arah perembesan

Radioaktif yang biasa digunakan adalah Natrium 24 (Na 24), radioisotope Na-24
dapat memancarkan sinar gamma yang bisa dideteksi dengan menggunakan alat
pencacah radioaktif Geiger Counter. Untuk mendeteksi kebocoran pada bendungan,
garam yang mengandung radioisotope Na-24 dilarutkan kedalam air. Intensitas radiasi
yang berlebihan menunjukkan adanya kebocoran
Hasil yang didapat : Dengan melakukan pengukuran tingkat radioaktivitas air yang
keluar melalui mata air maupun sumur-sumur pengamatan di daerah rembesan, maka
adanya rembesan beserta arahnya dapat diketahui.

6. Penentuan Laju Erosi


Teknik penggunaan : Peristiwa erosi dapat disebabkan baik oleh angin
maupun air. Namun sebagian besar kasus erosi tanah umumnya disebabkan oleh air
hujan. Dengan menandai tanah yang dipelajari dengan radioisotop, maka laju erosi

16
tanah oleh air hujan dapat dipelajari dengan teliti. Setelah terkena air hujan, aktivitas
radioisotop dalam tanah akan berkurang.
Hasil yang didapat : Dengan cara membandingkan aktivitas radioisotop dalam
tanah antara sebelum dan setelah terkena air hujan, maka laju erosi tanah dapat
diketahui.

7. Deteksi Kebocoran dan Sumbatan Pipa Bawah Tanah

Teknik penggunaan : Mencari kebocoran dan sumbatan pipa di bawah tanah


merupakan pekerjaan besar dan tidak sederhana. Dengan teknik perunut radioisotop,
pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar tersebut ternyata dapat disederhanakan.
Pemeriksaan kebocoran pipa di bawah tanah dengan perunut radioisotop dapat
dilakukan langsung dari permukaan tanah di atas pipa, tanpa perlu dilakukan
penggalian. Metode pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan menginjeksikan
perunut radioisotop ke dalam aliran. Pergerakan radioisotop tersebut di dalam pipa
dapat diikuti dari atas tanah menggunakan pemantau radiasi.

Deteksi Kebocoran Pipa Bawah Tanah

Radioaktif yang digunakan : untuk mendeteksi pipa yang ditanam di bawah tanah,
digunakan radioisotope Na 24 dalam bentuk garam NaCl atau Na 2CO3. Radioisotope

17
akan keluar pada pipa yang bocor dan ini dapat diketahui dengan bantuan detector
nuklir yang mengikuti arah aliran dari permukaan tanah
Hasil yang didapat : Tempat yang memberikan hasil cacahan radiasi yang tinggi
mengindikasikan telah terjadi kebocoran di tempat tersebut. Untuk menenukan letak
sumbatan dalam pipa, sebuah polipig berisi radioisotop dimasukkan ke dalam pipa.
Arah pergerakan polipig tersebut dapat diikuti dengan pemantau radiasi dari luar pipa.
Polipig akan berhenti di tempat terjadinya sumbatan.
[CITATION War \l 1033 ]

C. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG PERTANIAN

1. Pemuliaan Tanaman
Mutasi buatan yang diinduksi dengan radiasi dapat dilakukan pada organ
reproduksi tanaman tertentu seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar rhizome, kalus
dan sebagainya. Radiasi dapat dimanfaatkan untuk pemuliaan tanaman dalam rangka
meningkatkan frekuensi dan keragaman genetik tanaman yang memungkinkan untuk
melakukan seleksi genotip sesuai dengan aspek pemuliaan yang dikehendaki. Mutasi
buatan dapat menimbulkan perubahan genetik tanaman baik ke arah positif maupun
negatif, dan kemungkinan mutasi yang terjadi dapat juga kembali normal (recovery).
Mutasi yang terjadi ke arah “sifat positif” dan terwariskan (heritable) ke generasi
berikutnya merupakan mutasi yang dikehendaki oleh pemulia tanaman pada
umumnya. Sifat positif yang dimaksud adalah tergantung pada tujuan pemuliaan
tanaman.
Pemuliaan tanaman dengan teknik nuklir dapat diawali dengan mengiradiasi
materi genetik tanaman melalui iradiasi biji, stek batang, serbuk sari, akar rhizome,
kalus atau yang lainnya dengan sinar gamma. Setelah perlakuan irradiasi akan terjadi
beberapa kemungkinan pada materi genetik tanaman tersebut yaitu mutasi ke arah
positif, mutasi ke arah negatif, atau tanpa mutasi. Dari variasi fenotip yang
timbul dilakukan seleksi sifat yang lebih baik untuk dikembangkan menjadi
varietas unggul. Tanaman yang telah mengalami perubahan akibat terjadinya mutasi
genetik disebut mutan sedangkan zat yang menyebabkan terjadinya mutasi disebut

18
mutagen. Radiasi terhadap materi genetik tanaman tidak mengakibatkan tanaman
atau produk tanaman tersebut menjadi bersifat radioaktif sehingga semua hasil
pemuliaan tanaman dengan radiasi aman dikonsumsi manusia.

(
kemungkinan variasi fenotip yang muncul setelah perlakuan radiasi pada materi
genetic tanaman)
BATAN memiliki fasilitas yang dibutuhkan untuk penelitian pemuliaan
tanaman dengan teknik radiasi antara lain Gamma Chamber dan Gamma Cell
dengan sumber radiasi Cobalt-60 laju dosis tinggi, Gamma Room dengan
sumber radiasi Cobalt-60 laju dosis rendah, laboratorium kultur jaringan, ruang
tumbuh, rumah kaca, kebun percobaan dan sawah.

19
(Proses pemuliaan tanaman pisang dengan sinar gamma Co – 60 untuk
mendapatkan varietas baru)

2. Pengendalian Hama dengan Teknik Serangga Mandul


Teknik serangga mandul (TSM) dengan radiasi gamma bertujuan untuk
pengendalian hama tanaman dan vektor penyakit pada manusia. Serangga pada
stadium pupa diiradiasi dengan sinar gamma untuk menghasilkan hama jantan mandul
dan kemudian dilepaskan di suatu daerah atau lahan pertanian untuk bersaing kawin
dengan serangga hama di lapangan. Jantan mandul tersebut akan kawin dengan betina
normal di daerah tersebut dan menghasilkan telur tanpa embrio atau tanpa keturunan.
Hasil pelepasan ini akan menurunkan populasi pada generasi berikutnya. Bila
beberapa generasi berturut-turut dilepaskan hama mandul Sembilan kali jumlah hama
lapangan maka dari generasi ke generasi populasi hama akan terus menurun sampai
nol. Radioaktif yang biasa digunakan untuk meradiasi adalah Co-60 (Kobalt 60)

(prinsip mekanisme teknik serangga mandul dengan radiasi)

TSM telah berhasil digunakan di berbagai negara untuk mengendalikan


hama tertentu sampai musnah. TSM untuk mengendalikan lalat buah
Bactrocera carambolae telah dapat dikuasai, mengingat teknik pembiakkan massal
lalat buah di laboratorium dengan kapasitas produksi jutaan per minggu telah
berhasil dikembangkan dan dinamika populasinya di kebun telah dipelajari.
Teknik serangga mandul dengan radiasi juga dapat diaplikasikan untuk
pengendalian vektor penyakit pada manusia khususnya nyamuk Aedes agepty yang
merupakan vektor penyakit demam berdarah. Saat ini BATAN bekerjasama dengan

20
Departemen Kesehatan sedang melakukan litbang dalam proses irradiasi terhadap
vektor.

(prinsip irradiasi pupa dan


nyamuk Aedes Agepty dengan irradiator Co-60 untuk memperoleh serangga mandul)

3. Pengawetan Bahan Pangan


Pengembangan teknik nuklir dalam bidang pangan sudah terbukti dapat
menciptakan hal baru sebagai teknologi alternatif guna membantu memecahkan
berbagai masalah sanitasi yang dihadapi. Beberapa contoh aplikasi teknik nuklir
untuk tujuan tersebut dan telah dikembangkan antara lain untuk peningkatan daya
awet, keamanan pangan, dan sterilisasi bahan pangan tertentu. Teknologi radiasi
memiliki beberapa keunggulan dibanding teknologi konvensional, yaitu hemat energi
dan bahan, mudah dikontrol, dapat diproses dalam kemasan yang tidak tahan panas,
tidak meninggalkan residu, dan ramah lingkungan.
Iradiasi merupakan suatu proses fisika yang dapat digunakan untuk
mengawetkan dan meningkatkan keamanan bahan pangan. Jenis radiasi yang
digunakan adalah radiasi berenergi tinggi yang disebut radiasi pengion, karena
menimbulkan ionisasi pada materi yang dilaluinya. Energi yang dihasilkan oleh
sumber radiasi dapat dimanfaatkan untuk tujuan menghambat pertunasan dan
pematangan serta membasmi serangga (dosis rendah) dan membunuh mikroba
patogen (dosis sedang), serta membunuh seluruh jenis bakteri yang ada (dosis tinggi),
sehingga mutu bahan pangan dapat tetap dipertahankan di dalam kemasan yang baik
selama penyimpanan.

21
Sumber radiasi yang dapat digunakan untuk proses pengawetan bahan pangan
terdiri dari 4 macam, yaitu: Co-60, Cs-137, masing-masing menghasilkan sinar
gamma, mesin berkas elektron dan mesin generator sinar-X. Dengan menggunakan
pembatas dosis iradiasi dan batas maksimum energi dari keempat sumber tersebut,
maka bahan pangan yang diawetkan dengan iradiasi tidak menjadi radioaktif. Uji
keamanan makanan iradiasi untuk konsumsi manusia dikenal dengan istilah
wholesomeness test, mencakup uji toksikologi, makro dan mikro nutrisi serta uji
mikrobiologi dan sensorik.

( kentan g yang tidak


diradiasi (kiri) dan kentang yang diradiasi (kanan) )

Dalam teknologi iradiasi, terjadinya interaksi antara radiasi dengan materi/sel


hidup dapat menimbulkan berbagai proses fisika dan kimia di dalam materi tersebut,
yang diantaranya dapat menghambat sintesa DNA dalam sel hidup, misalnya
mikroba. Proses ini yang selanjutnya dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, yaitu
menunda pertunasan, membunuh serangga dan mikroba.
Komoditi yang akan diiradiasi wajib memenuhi kriteria higienis dan dengan
kontaminasi awal serendah mungkin. Sumber radiasi pengion yang menghasilkan
sinar gamma dan sinar-X untuk pengawetan bahan pangan telah ditetapkan batasan
maksimalnya masing-masing sebesar 5 MeV dan 10 MeV untuk mesin berkas
elektron. Batasan ini dibuat berdasarkan pembentukan imbas radioaktif.
Radioaktivitas imbas baru akan timbul pada atom-atom bahan yang diiradiasi bila
energi yang digunakan di atas 5 MeV untuk radiasi gamma. Batas energi untuk
sumber elektron lebih tinggi karena radioaktivitas imbas yang timbul pada energi
kurang dari 16 MeV sangat sedikit jumlahnya dan relatif berumur pendek
Pembentukan residu zat radioaktif yang berasal dari sumber radiasi pada bahan
pangan sama sekali tidak ada, karena radionuklida sumber radiasi tersimpan rapat

22
dalam kapsul logam yang berlapis. Selama proses berlangsung, bahan pangan sama
sekali tidak menempel pada sumber. Iradiasi secara umum dapat digambarkan
sebagai seberkas sinar yang menembus dengan kekuatan yang berbeda bergantung
pada panjang gelombang dan berbanding terbalik dengan frekuensinya. Oleh karena
itu, proses radiasi tidak meninggalkan residu apapun, baik pada bahan yang disinari,
maupun berada di sekitarnya, sehingga proses tersebut benar-benar aman, bersih dan
ramah lingkungan.
Berdasarkan dosis sinar gamma, aplikasi teknik radiasi dalam bidang
bahan pangan dibedakan menjadi 3 tingkat sebagai berikut :
a) Dosis rendah (<1 kGy)
• Mencegah pertunasan pada rimpang dan umbi-umbian
(0,05 – 0,15 kGy)
• Menunda proses kematangan buah (0,1 – 1,15 kGy)
• Membunuh serangga (0,2 – 1 kGy)
• Membunuh parasit daging (0,1 – 0,3 kGy)
b) Dosis sedang (1 – 10 kGy)
• Menurunakan kandungan mikroba dengan prose pasteurisasi
(0,5 – 10 kGy)
• Membunuh bakteri patogen (3 – 10 kGy)
c) Dosis tinggi (> 10 kGy)
• Membunuh semua mikroba yang ada dengan proses sterilisasi
(10 – 50 kGy)
[ CITATION Nas11 \l 1033 ]

4. Efisiensi Pemupukan
Studi hubungan tanah dan tanaman dapat dilakukan dengan mengaplikasikan
teknik isotop, baik isotop yang bersifat stabil maupun isotop yang bersifat radioaktif.
Prinsip aplikasi isotop dalam hal ini adalah untuk membedakan asal suatu unsur hara,
baik antara unsur hara dari dalam tanah maupun unsur hara yang berasal dari sumber
hara lain yang ditambahkan ke dalam tanah. Hasil studi dapat digunakan untuk
berbagai tujuan yang terkait dengan efisiensi pemupukan, yaitu :

a) Menentukan waktu terbaik pemberian pupuk


b) Mengetahui kontribusi nutrisi dari berbagai jenis sumber hara yang berbeda
23
c) .Menentukan efisiensi optimal penggunaan pupuk
d) Menentukan fiksasi N 2 oleh tanaman legum

e) Mengetahui akar aktif tanaman dan mempelajari pola perakaran tanaman.


Isotop yang umum digunakan dalam penelitian pupuk pada tanaman adalah :
a) Nitrogen-15 (N-15)
untuk menentukan efisiensi penggunaan pupuk Nitrogen
b) Fosfor-32 (P-32)
untuk menentukan efisiensi penggunaan pupuk Phosphat
c) Seng - 65 (Zn-65)
untuk menentukan serapan Zn dalam tanam
d) Rubidium-86 (Rb-86)
untuk menentukan distribusi unsur Kalium dalam tanaman
e) Karbon-14 (C-14)
untuk menentukan laju dekomposisi bahan organik dalam tanah dan laju
fotosintesis dalam daun tanaman
f) Kalsium-45 (Ca-45)
untuk menentukan laju kalsifikasi terumbu
Ada dua metoda aplikasi teknik isotop dalam penelitian pemupukan dan nutrisi
tanaman, yaitu: metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung
digunakan pada senyawa (dalam hal ini pupuk) yang dapat ditandai baik dengan
radioisotop (P-32, P-33, Zn-65, dsb) ataupun isotop stabil (N-15). Sebagai contoh
adalah penggunaan N-15 untuk menentukan efisiensi penggunaan pupuk.

24
(metode langsung proses penentuan efesiensi pemupukan)

Metode tidak langsung digunakan bila suatu senyawa tidak dapat ditandai
dengan radioisotop ataupun isotop stabil karena akan menyebabkan perubahan
sifat kimia pada bahan, misalnya pada pupuk organik dan fosfat alam. Isotop
diberikan pada tanah, penghitungan kontribusi hara dari sumber hara yang dipelajari
adalah melalui tanaman penguji (reference tree) yang ditanam pada tanah berlabel
tanpa diberikan sumber hara apapun.

(metode tidak langsung proses penentuan efesiensi pemupukan)

D. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG PETERNAKAN


BATAN sebagai lembaga litbang ikut berperan dalam mendukung peningkatan
sektor peternakan. Litbang peternakan yang dilakukan BATAN lebih mengarah pada
peningkatan produksi ternak, perbaikan sistem reproduksi, kesehatan dan manajemen
ternak. Keuntungan penggunaan teknik nuklir dalam litbang peternakan yaitu
kepekaan deteksi tinggi, akurat, efektif, efisien, aman, dan ekonomis. Dalam bidang
peternakan, seperti bidang lainnya, pemanfaatan teknik nuklir dilakukan baik dengan
menggunakan radioisotop sebagai perunut maupun energi radiasinya.

25
Teknik perunutan adalah proses pemanfaatan senyawa yang telah ditandai
dengan isotop stabil atau radioisotop untuk menjadi bagian dari sistem biologik
sehingga dapat diketahui mekanisme yang terjadi atau diperoleh suatu hasil
pengukuran. Isotop stabil yang umum digunakan adalah N-15, Cr-52, dan C-13,
sedangkan radioisotopnya antara lain adalah C-14, Ca-45, P-32, I-125, I- 131, dan H-
3. Prinsip teknik perunutan dengan isotop stabil adalah sifat kimia spesifik dari unsur
yang digunakan dengan berat molekul yang berbeda dan diukur dengan alat Mass
Atomic Spectrophotometer, X-ray flourescene (XRF), dan Neutron Atomic Absorbtion
(NAA). Prinsip teknik perunutan dengan radioisotop adalah paparan radiasi dari unsur
radioaktif yang digunakan yang diukur antara lain dengan alat Liquid Scintilation
Counter (LSC), Gamma Counter dan HPGe.
Pemanfaatan teknik nuklir untuk peruntuan dapat dilakuan secara in vivo untuk
mengetahui proses biologi yang terjadi di dalam tubuh hewan ternak dan in vitro
untuk memperoleh informasi tentang proses biologi yang dilakukan di luar tubuh
hewan yaitu di laboratorium. Beberapa isotop dan radioisotop yang umum digunakan
dalam litbang peternakan ditunjukkan pada tabel

(Isotop dan
kegunaannya)

26
Pemanfaatan energi radiasi di bidang peternakan antara lain untuk melemahkan
patogenisitas penyakit seperti bakteri, virus, dan cacing dengan menghasilkan
radiovaksin, reagen diagnostik, dan pengawetan.

1. Peningkatan Produksi Ternak


Kegiatan di BATAN yang terkait nutrisi ternak lebih fokus pada nutrisi untuk
ternak ruminansia dan ikan. Dalam hal ini, teknik nuklir yang digunakan yaitu
radiasi pengion, perunut radioisotop serta beberapa analisis unsur berdasarkan emisi
radiasi. Bahan pakan yang digunakan diutamakan bahan lokal daerah tertentu
sesuai dengan daerah dimana pakan tersebut akan digunakan. Disamping itu bahan
pakan yang dipilih dipastikan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Penelitian
dengan teknik perunut, dilakukan secara in-vitro untuk mengetahui produksi biomassa
mikroba di dalam rumen setelah diberikan pakan yang diuji. Semakin tinggi produksi
biomassa mikroba, maka kualitas pakan semakin baik. Radioisotop yang digunakan
sebagai perunut adalah P-32, S-35 dan N-15.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan pakan yaitu sludge kelapa sawit,
limbah pembuatan kecap, bungkil kedelai, tepung ikan, menir, dedak, dan
vitamin, sedangkan hormon metiltestosteron (MT) digunakan untuk menjantankan
anak ikan (sex reversal). Penentuan konsentrasi hormon testosteron dilakukan
menggunakan teknik radioimmunoassay (RIA) dengan perunut I-125. Semua kegiatan
penelitian dengan perunut radioisotop dilakukan secara in-vitro, untuk mencegah
kontaminasi radioisotop kepada ternak atau hewan. Radiasi pengion juga dapat
digunakan untuk dekontaminasi bahan pakan. Selain itu, analisis kandungan mineral
pakan yang diuji dilakukan dengan teknik nuklir, yaitu analisis pengaktifan netron
(APN) atau spektrofotometer sinar-X (X-Rays Spectrophotometer). Keuntungan
penggunaan teknik nuklir ini adalah dapat melakukan analisis beberapa jenis mineral
sekali running sehingga efisien, dan dapat mendeteksi kandungan mineral yang rendah
dan lebih hemat biaya. Hasil-hasil yang telah dicapai yaitu :

1) UMMB (Urea Molases Multinutrien Block) Adalah pakan suplemen


yang berbentuk blok keras dan agak manis, terdiri dari gabungan beberapa
jenis bahan pakan sebagai sumber energi, molases, protein, vitamin dan
mineral. UMMB ini merupakan suplemen pakan (SP) untuk ternak ruminansia
seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan lainnya. Ciri khas ternak ruminansia

27
adalah adanya rumen yang merupakan ekosistem mikroba yang berperan
dalam penguraian bahan pakan sebagai sumber protein bagi ternak.

(UMBB hasil Penelitian PATIR-BATAN)

2) SPM (Suplemen Pakan Multinutrien) Adalah pakan suplemen yang berbentuk


tepung terdiri dari gabungan beberapa jenis bahan pakan sebagai sumber
energi. Karena terbatasnya ketersediaan molasses pada daerah tertentu maka
SPM dirancang dengan menggunakan molasses dalam jumlah kecil.
Kandungan protein kasar SPM sekitar 18 – 21%.

(SPM hasil penelitian PATIR- BATAN)

3) Formula Stimulant Pakan Ikan (SPI) yang memanfaatkan sludge kelapa


sawit sebagai sumber protein utama dan ditambahkan 2% hormon metil
testosteron.
4) Hormon Metil Testosteron adalah hormon yang dimanfaatkan sebagai
campuran pakan ikan, berguna untuk menjantankan anak ikan (sex reversal)

2. Reproduksi dan Kesehatan Ternak


Dalam bidang kesehatan ternak, teknik nuklir dapat digunakan untuk
pembutan vaksin yang di radiasi yang dikenal dengan nama radiovaksin. Vaksin
28
adalah suspensi mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit tetapi telah
dimodifikasi dengan cara mematikan atau menatenuasi sehingga tidak akan
menimbulkan penyakit dan dapat merangsang pembentukan kekebalan/antibodi
dalam tubuh bila diinokulasikan. Keunggulan pembuatan vaksin dengan radiasi
dibandingkan dengan cara konvensional adalah proses pembuatan vaksin yang lebih
cepat dengan mempersingkat waktu pasasel, tanpa mempengaruhi kualitas vaksin
yang dihasilkan. Vaksin yang dikenal saat ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok yaitu, vaksin hidup (live vaccine), vaksin dimatikan (killed vaccine) dan
vaksin sub unit.
Vaksin radiasi yang se dang dikembangkan termasuk jenis vaksin hidup,
dengan melemahkan bakteri atau parasit menggunakan iradiasi. Pembuatan
vaksin dengan cara melemahkan organisme penyebab infeksi untuk memperoleh
strain yang virulensinya sangat berkurang telah diakui keampuhannya. Secara
konvensional atenuasi vaksin (penurunan patogenitas) dilakukan secara kimiawi dan
fisika misalnya dengan melakukan adaptasi temperatur, menurunkan patogenitas E.
tenella isolat lokal dengan seleksi precocious, untuk membandingkan patogenitas
E.tenella isolat lokal tanpa seleksi (galur tetua) dan dengan seleksi precocious (galur
precocious).
Sumber radiasi yang digunakan untuk pembuatan radiovaksin adalah sinar
gamma yang digunakan untuk menurunkan infektivitas, virulensi dan patogenitas agen
penyakit tetapi tetap mampu merangsang timbulnya kekebalan pada tubuh terhadap
infeksi penyakit. Penelitian yang dilakukan saat ini adalah pengembangan vaksin
terhadap penyakit ternak seperti Brucellosis dan Mastitis, dan terhadap penyakit
ternak yang berasal dari mikroorganisme dan cacing seperti Coccidiosis, Fasciolosis,
dan Haemonchosis.
Salah satu aplikasi teknik nuklir dalam bidang reproduksi ternak yaitu
penggunaan teknik RIA (radioimmunoasssay). Teknik RIA (radioimmunoasssay)
progesteron dapat menginterpretasikan gambaran fungsi faali reproduksi ternak
dengan melihat profil hormon progesteron, sehingga dapat digunakan untuk
mendeteksi gangguan reproduksi pada ternak yang kinerja reproduksinya rendah.
Penggunaan kit RIA progesteron dapat mengetahui potensi kembar dengan cara
memantau tingkat konsentrasi hormon P4 pada fase luteal (11 hari setelah ovulasi)

29
E. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG ARKEOLOGI

1. Menentukan Umur Fosil


Karbon 14 (C-14) adalah isotope karbon radioaktif yang dihasilkan di
atmosfer bagian atas oleh radiasi kosmis. Senyawa utama di atmosfer yang
mengandung karbon adalah karbo dioksida(CO2). Sangat sedikit sekali jumlah karbon
yang mengandung isotope C-14. Tumbuhan menyerap C-14 selama fotosintesis.
Dengan demikian, C-14 terdapat dalam struktur sel tumbuhan. Tumbuhan kemudian
dimakan oleh heewan, sehingga C-14 menjadi bagian dari struktur sel pada semua
organisme.
Selama suatu organisme hidup, jumlah isotope C-14 dalam struktur selnya
akan tetap konstan. Tetapi, bila organisme tersebut mati, jumlah C-14 mulai menurun.
Para ilmuwan kimia telah mengetahui waktu paruh dari C-14 yaitu 5730 tahun.
Dengan demikian, mereka dapat menentukan berapa lama organisme tersebut mati.
Pelacakkan radioaktif dengan menggunakan isotope C-14 telah digunakan
untuk menentukan usia kerangka yang ditemukan di situs-situs arkeologi. Pelacakan
dengan isotope C-14 hanya dapat digunakan untuk menentukan usia sesuatu yang
pernah hidup (organisme). Isotope ini tidak dapat digunakan untuk menentukan umur
batuan bulan atau meteorit. Untuk benda-benda mati, para ilmuwan kimia
menggunakan isotope lainnya seperti Kalium 40 (K-40)
[ CITATION Yus19 \l 1033 ]

2. Penanggalan Geologi
Ditinjau dari proses terbentuknya, unsur-unsur radioaktif atau radionuklida
yang ada di lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar , yaitu
radionuklida alam dan radionuklida buatan yang keduanya dapat berpera sebagai
sumber radiasi lingkungan. Dikatakan sebagai radionuklida alam karena sumber
radiasi itu sudah ada semenjak alam ini terbentuk. Berbeda dengan radionuklida alam,
radionuklida buatan adalah sumber radiasi yang proses terbentuknya melibatkan
intervensi manusia, baik sumber tersebut sengaja dibuat atau maksud-maksud tertentu
atau merupakan hasil samping dari pemanfaatan teknologi nuklir oleh umat manusia,
yang sebarnya tidak disengaja atau bahkan tidak dikehendaki kemunculannya.
Dengan memperhatikan nilai T1/2 radionuklida alam , ada beberapa unsur yang nilai
T1/2 nya sangat panjang, melebihi perkiraan umur bumi. Unsur radioaktif kelompok ini

30
diduga terbentuk jauh sebelum bumi sendiri terbentuk, yaitu pada saat masih berupa
nebula (bagian dari matahari) atau bahkan sudah terbentuk pada saat masih dalam
keadaan proto planet yang kemudian dingin dan melahirkan planet bumi.
Keradioaktifan secara erat dikaitkan dengan perkembangan dalam fisika nuklir,
karena studi dan penggunaan unsur-unsur radioaktif merupakan bagian yang sangat
penting dalam fisika nuklir. Radiasi yang dipancarkan oleh unsur radioaktif dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluaan seperti untuk penanggalan dalam bidang
geologi maupun arkeologi.

Tabel 1. Unsur – Unsur radioaktif yang terdapat dalam deret Uranium (deret 4n + 2)

31
Tabel 2. Unsur – Unsur radioaktif yang terdapat dalam deret Thorium (deret 4n)

32
\

Tabel 3. Unsur – Unsur radioaktif yang terdapat dalam deret Aktinium (deret 4n + 3)

33
3. Penanggalan Tembikar
Luminesensi merupakan fenimena fisika berupa pancaran cahaya dari suatu
bahan yang dipanaskan, yang sebelumnya menyerap radiasi pengion. Peristiwa ini
terjadi karena adanya electron-elektron yang menyerap energi radiasi dan berpindah
ke orbit yang lebih tinggi, sehingga bahan berada dalam keadaan tereksitasi. Peristiwa
luminesensi dengan batuan panas dari luar ini disebut thermoluminesensi (TL) dapat
terjadi pada benda padat dengan struktur Kristal baik berupa bahan isolator maupun
semikonduktor. Sebagian besar batuan mengandung paling tidak satu jenis material
yang dapat memancarkan cahaya TL ketika dipanasi. Banyak temuan benda-benda
arkeologi yang dibuat dari tanah liat seperti tembikar. Bahan itu dapat
memperlihatkan gejala TL uang berarti mampu menyimpan informasi berupa
penerimaan dosis radiasi dari sumber-sumber alamiah, baik yang terdapat di dalam
bahan tembikar itu sendiri maupun sumber-sumber radiasi yang ada di sekitar tempat
terkuburnya benda arkeologi tersebut. Informasi penerimaan dosis itu tetap tersimpan
dengan aman dan baru akan keluar dalam bentuk pancaran cahaya TL apabila
tembikar mendapatkan pemanasan yang cukup tinggi (200 – 500 oC) dari luar.
Mengingat pembuatan tembikar adalah melalui proses pembakaran atau
pemanasan pada suhu tinggi, maka pada saat itu semua informasi TL yang tersimpan
dalam bahan dasar pembuatan tembikar akan keluar dan tembikar tidak menyimpan
informasi TL sama sekali. Tembikar yang terkubur di dalam tanah kedalaman, radiasi
alamiah yang diterima umumnya berupa sinar-α yang berasal dari unsur-unsur
anggota deret Uranium dan Thorium serta sinar-β dan γ dari sumber K-40 dan Rb-87
yang ada di dalam matrik tembikar

F. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG FORENSIK

1. Deteksi Umur melalui Gigi pada Forensik


Mendeteksi umur melalui gigi dapat dilakukan dengan menggunakan nuklir.
Jumlah radiocarbon yang ada dalam enamel gigi akibat uji coba nuklir adalah
indicator yang sangat akurat dan digunakan untuk mendeteksi individu pada
saat perang dingin. Hal ini dapat dilakukan karena jumlah radiocarbon pada
enamel gigi. Sebagai dampak dari bom nuklira, dapat terdeteksi dengan akurat
pada saat seseorang dilahirkan.
34
G. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG PLTN

1. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN


Pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN adalah sebuah pembangkit daya
thermal yang menggunakan satu atau beberapa reactor nuklir sebagai sumber
panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hamper sama dengan sebuah pembangkit listrik
tenaga uap. Menggunakan uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Putaran
turbin inilah yang diubah menjadi energi listrik. Perbedaannya ialah sumber panas
yang digunakan untuk menghasilkan panas. Sebuah PLTN menggunakan Uranium
sebagai sumber panasnya. Reaksi pembelahan (fisi) inti Uranium menghasilkan
energy panas yang sangat besar. Satu Uranium mempunyai nilai yang setara dengan
13.7 barrell minyak atau 2.3 ton batubara yang apabila digunakan bisa menghasilkan
listrik hingga 1MWd (1 Mega Watt Days) Jika dilihat dari aspek emisi, nuklir juga
menempati posisi paling rendah dalam menghasilkan buangan CO2. Ketersediaan
bahan, uranium masih sangat banyak tersedia dan dapat di daur ulang, bahan bakar
yang lain seperti minyak dan batu bara diperkirakan akan habis beberapa puluh tahun
kedepan. Melihat potensi sumber energi Indonesia ternyata sumber energi nuklir
lumayan besar tapi belum digunakan sama sekali. Indonesia memiliki sumber daya
uranium sebayak 24.112 ton yang setara dengan 33,0 GW.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) memperkirakan terdapat cadangan
70.000 ton uranium dan 170.000 ton thorium yang tersebar di sejumlah lokasi di
Indonesia, yang bisa bermanfaat sebagai energi alternatif di masa depan. Sebagian
besar cadangan uranium berada di Kalimantan Barat yang memiliki sebanyak 29.000
ton, Bangka Belitung 24.000 ton, sebagian lagi ada di Sulawesi Barat dan Papua juga
diindikasikan memiliki cadangan uranium yang cukup besar. Perkiraan bahwa Papua
menyimpan cadangan uranium atau bahan baku nuklir dalam jumlah besar
didasarkan pada kesamaan jenis batuan Papua dengan batuan Australia yang telah
diketahui menyimpan cadangan uranium terbesar di dunia. Sedangkan thorium
kebanyakan di Bangka Belitung dan sebagian di Kalimantan Barat. Thorium terdapat
dalam jumlah cukup banyak di dalam bumi dibanding emas, perak dan timah.

35
(Ilustrasi dari Uranium dan Thorium)

Tenaga nuklir dapat dihasilkan dari mineral radioaktif seperti uranium dan
thorium. Mineral tersebut banyak terdapat pada lapisan kulit bumi dan dapat
diperoleh dengan cara menambang. Untuk menjadi bahan baku PLTN, uranium hasil
penambangan harus diproses lebih dahulu melalui pemurnian yang menjadikan
bahan uranium ke tingkat kemurnian yang tinggi dan bebas dari unsur-unsur
pengotor lainnya. Kemudian, dilakukan pengayaan untuk meningkatkan kadar 235U
sehingga menjadi 2-4% dan akhirnya fabrikasi untuk menyiapkan bahan bakar nuklir
dalam bentuk fisik yang sesuai dengan jenis yang dibutuhkan oleh reaktor nuklir,
misalnya berbentuk pelet dengan diameter 10 mm sampai 1 cm.
Reaktor nuklir adalah tempat terjadinya reaksi inti berantai terkendali, baik
pembelahan inti (fisi) atau penggabungan inti (fusi). Awalnya, reaktor nuklir
pertama digunakan untuk memproduksi plutonium sebagai bahan senjata nuklir. Saat
ini telah ada berbagai jenis dan ukuran reaktor nuklir. Reaktor nuklir digunakan
untuk banyak tujuan, diantaranya sebagai reaktor penelitian dan reaktor daya. Saat
ini reaktor nuklir banyak digunakan untuk membangkitkan listrik. Hal ini biasanya
melibatkan panas dari reaksi nuklir untuk tenaga turbin uap.

36
(Reaktor Nuklir)

Reaktor menghasilkan panas dalam beberapa cara:

a. Energi kinetik produk-produk fisi diubah menjadi energi panas ketika inti
bertabrakan dengan atom di dekatnya.
b. Sebagian dari sinar gamma yang dihasilkan selama fisi diserap oleh reaktor,
energi mereka diubah menjadi panas.
c. Panas yang dihasilkan oleh peluruh radioaktif produk fisi dan bahan-bahan
yang telah diaktifkan oleh penyerapan neutron. Sumber panas pembusukan
ini akan tetap selama beberapa waktu bahkan setelah reaktor mati. Kekuatan
panas yang dihasilkan oleh reaksi nuklir adalah 1.000.000 kali dari massa
yang sama batu bara. Bahan bakar reaktor merupakan komponen penting
untuk berlangsungnya operasi reaktor nuklir. Komponen penting lain dari
reaktor nuklir adalah :
a. Batang Kendali
Batang kendali berfungsi untuk mengendalikan reaksi nuklir yang
terjadi di dalam reaktor. Jika keluaran daya dari sebuah reaktor dikehendaki
konstan, maka jumlah netron yang dihasilkan harus dikendalikan. Setiap
terjadi proses fisi ada sekitar 2 sampai 3 netron baru terbentuk yang
selanjutnya menyebakan proses berantai. Batang kendali terbuat dari bahan-
bahan penyerap netron, seperti boron dan kadmium. Jika reaktor menjadi
superkritis, batang kendali secara otomatis bergerak masuk lebih dalam ke
dalam teras reaktor untuk menyerap kelebihan netron yang menyebabkan
kondisi itu kembali ke kondisi kritis.
Sebaliknya, jika reaktor menjadi subkritis batang kendali sebagian
ditarik menjauhi teras reaktor sehingga lebih sedikit netron yang diserap.
Dengan demikian, lebih banyak netron tersedia untuk reaksi fisi dan reaktor

37
kembali ke kondisi kritis. Untuk menghentikan operasi reaktor (misal untuk
perawatan) batang kendali turun penuh sehingga seluruh netron diserap dan
reaksi fisi berhenti.

b. Air pendingin
Air pendingin berfungsi untuk mendinginkan reaktor dan mentrasfer
panas yang selanjutnya akan dikonversi menjadi tenaga gerak. Energi yang
dihasilkan oleh reaksi fisi meningkatkan suhu reaktor. Suhu ini dipindahkan dari
reaktor dengan menggunakan bahan pendingin misalnya air atau karbon
dioksida. Bahan pendingin (air) disirkulasikan melalui sistem pompa, sehingga
air yang keluar dari bagian atas teras reaktor digantikan air dingin yang masuk
melalui bagian bawah teras reaktor.
Seluruh komponen tersebut ditempatkan dalam suatu sistem terkungkung
dalam bentuk tangki silinder yang terbuat dari logam baja dan di tempatkan
dalam bangunan beton tebal. Selain komponen-komponen di atas, PLTN di
lengkapi dengan turbin dan generator yang berfungsi untuk membangkitkan
tenaga listrik dengan memanfaatkan tenakanan uap dari hasil pendidihan air di
dalam reaktor nuklir.
Prinsip kerja PLTN dimulai dari satu reaksi nuklir yang terjadi antara
partikel neutron dengan inti atom uranium di reaktor. Reaksi ini akan
menghasilkan reaksi-reaksi lain yang semakin banyak yang dinamakan reaksi
berantai. Reaksi tersebut biasa dikenal dengan reaksi fisi dan fusi.

38
(Reaksi Fisi dan Reaksi Fusi)

a. Reaksi Fisi
Reaksi fisi nuklir adalah reaksi pembelahan inti atom akibat tubrukan inti
atom lainnya, dan menghasilkan energi dan atom baru yang bermassa lebih kecil,
serta radiasi elektromagnetik. Reaksi ini bereaksi dengan melepas energi dalam
bentuk panas.
b. Reaksi Fusi
Fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah sebuah proses di mana dua inti
atom bergabung, membentuk inti atom yang lebih besar dan melepaskan energi.
Fusi nuklir adalah sumber energi yang menyebabkan bintang bersinar dan bom
Hidrogen meledak.
Hasil reaksi nuklir ini adalah energi dalam bentuk panas yang kemudian
digunakan untuk mendidihkan air dan menghasilkan uap. Uap yang dihasilkan akan
disalurkan ke sistem untuk menggerakkan turbin generator dan mengahasilkan listrik
untuk diteruskan ke jaringan transmisi.
Mencegah terjadinya kontaminasi zat radioaktif disekitar PLTN, uap panas
tidak dibuang ke lingkungan tetapi dikondensasikan menjadi air dan kemudian di
sirkulasikan lagi dalam reaktor. Air pendingin untuk kondensasi dapat menggunakan
air danau, air sungai atau air laut. Dalam sistem pendinginan ini sama sekali tidak
akan terjadi pencampuran antara air pendingin dari dalam reaktor dengan air
pendingin dari luar reaktor. Setelah dalam waktu tertentu menghasilkan listrik, bahan
bakar akan mengalami penggantian dengan bahan bakar baru dan dihasilkan bahan
bakar bekas. Bahan bakar bekas untuk sementara disimpan dalam sistem reaktor agar
aktifitas radiasinya menurun.
Mengantisipasi terlepasnya zat radioaktif ke lingkungan, pada pengoperasian
PLTN diterapkan sistem pertahanan yang berlapis-lapis. Pertahanan berlapis terdiri
atas bentuk bahan bakar yang padat dan bersifat logam, kelongsong bahan bakar,
sistem pendingin primer, bejana reaktor, dan lapis terakhir adalah bangunan reaktor
yang terbuat dari beton tebal.
39
[CITATION Ahm14 \l 1033 ]

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir memiliki karakteristik ramah lingkungan dapat


mengahasilkan listrik dengan kapasitas besar, dapat menjamin pasokan listrik dalam
jangka panjang dan efisien dalam penggunaan bahan bakar. Dengan demikian
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir merupakan solusi dari krisis energi menyusul
semakin menipisnya ketersediaan bahan bakar fosil sekaligus mencagah pemanasan
global dari gas CO2 yang dilepaskan ke udara. Skema pembangkit listrik tenaga nuklir

Selai n
uranium, sebenarnya ada jenis nuklir lain yang dapat dijadikan sumber energi, yaitu
thorium. Berbeda dengan uranium, thorium tidak menghasilkan plutonium pada
proses reaksi nuklirnya. Thorium tidak dapat disalahgunakan untuk tujuan
persenjataan dan juga aman sebagai sumber energi. Meski demikian, thorium tidak
dapat berdiri sendiri sebagai bahan bakar. Thorium membutuhkan uranium 235 agar
dapat dikonversi menjadi uranium 232 dan siap digunakan sebagai sumber energi.
Maka, pengembangan thorium mau tak mau harus lebih dulu dimulai dengan
pengembangan uranium. Thorium atau yang lebih dikenal sebagai uranium hijau
merupakan bahan bakar nuklir yang lebih unggul dari uranium dihampir semua
aspek.
Reaktor nuklir bertenaga thorium tidak pernah dapat meleleh, hal ini karena
thorium lebih ringan daripada uranium dan tidak fissile (bisa menumpuk dan tidak
akan mengalami reaksi runaway berantai). Thorium adalah sebuah unsur dengan no
atom 90 dengan sifat radioaktif yang dapat dipakai sebagai bahan bakar reaktor
nuklir karena thorium bukan inti fisile maka untuk menggunakan thorium harus
memakai uranium tetapi, ini hanya untuk awal memicu reaksi karena setelah itu
40
thorium yang disebut inti fertile (subur) dapat membelah dan menghasilkan uranium
232 atau dapat dilakukan penembakan dengan neutron sehingga thorium membelah.

DAFTAR PUSTAKA

Agency, I. A. (1996). Highlights of Activities. Austria: IAEA.

Ahmad Fathoni, d. (2014). Pemanfaatan Sumber Energi Nuklir. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.

Dra. Zubaidah Alatas, d. M. (2016). Buku Pintar Fisika Nuklir. Jakarta: BATAN.

41
Nasional, B. T. (2011). Aplikasi Teknik Nuklir dalam Pengawetan Bahan Pangan. Jakarta:
ATOMS.

UNS. (2008, November 11). aplikasi nuklir di bidang kesehatan. Retrieved Mei 23, 2019,
from artikel.staff.uns: https://artikel.staff.uns.ac.id/2008/11/18/aplikasi-nuklir-di-
bidang-kesehatan/

Wardani, P. I. (2016). Penerapan Radioisotop pada Bidang Hidrologi Natrium-24 (Na-24)


untuk mendeteksi Kebocoran pada Pipa Bawah Tanah. Lampung: Unlam.

Yusman Wiyatmo, M. (n.d.). Pemanfaatan Bahan Radioaktif dalam Teknologi dan


Kehidupan Sehari-hari. Retrieved Juni 18, 2019, from Staff UNY :
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/yusman-wiyatmo-drs-
msi/modulpemanfaatan-radioaktif.pdf

42

Anda mungkin juga menyukai