MAKALAH PEND. FISIKA NUKLIR (Vicky Ardilla N)
MAKALAH PEND. FISIKA NUKLIR (Vicky Ardilla N)
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendahuluan Fisika Nuklir
yang diampu Oleh Fauzi Bakrie S.Pd, M.Si
Disusun oleh:
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Aplikasi
Nuklir dalam Kehidupan”.
Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini tidak lain adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendahuluan Fisika Nuklir yang ditugaskan kepada penulis,
sehingga penulis lebih memahami tentang manfaat nuklir dalam berbagai bidang kehidupan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi
lainnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
A. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG MEDIS........................................................................1
1. Radiodiagnostik.........................................................................................................................1
2. Radioterapi................................................................................................................................2
3. Kedokteran Nuklir.....................................................................................................................5
4. Sterilisasi Alat dan Produk Kesehatan.......................................................................................9
5. Bank Jaringan di Indonesia......................................................................................................11
B. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG HIDROLOGI.............................................................12
1. Pengukuran Debit Air Sungai..................................................................................................13
2. Penentuan Arah Gerak Air Tanah............................................................................................13
3. Penentuan Kadar Air Tanah.....................................................................................................14
4. Penentuan Gerak Sedimen.......................................................................................................15
5. Penentian Kebocoran Bendungan............................................................................................16
6. Penentuan Laju Erosi...............................................................................................................17
7. Deteksi Kebocoran dan Sumbatan Pipa Bawah Tanah............................................................17
C. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG PERTANIAN............................................................18
1. Pemuliaan Tanaman.................................................................................................................18
2. Pengendalian Hama dengan Teknik Serangga Mandul............................................................20
3. Pengawetan Bahan Pangan......................................................................................................21
4. Efisiensi Pemupukan...............................................................................................................24
D. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG PETERNAKAN........................................................26
1. Peningkatan Produksi Ternak..................................................................................................27
2. Reproduksi dan Kesehatan Ternak...........................................................................................29
E. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG ARKEOLOGI...........................................................30
1. Menentukan Umur Fosil..........................................................................................................30
2. Penanggalan Geologi...............................................................................................................31
3. Penanggalan Tembikar............................................................................................................33
F. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG FORENSIK...............................................................33
1. Deteksi Umur melalui Gigi pada Forensik...............................................................................33
G. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG PLTN.........................................................................34
ii
1. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN........................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................41
iii
A. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG MEDIS
Di akhir abad 20, perkembangan ilmu dan teknologi seolah berpacu dengan
berjalannya waktu. Berbagai cabang keilmuan bahkan ranting baru disiplin ilmu
bermunculan, diantaranya dalam disiplin ilmu dan teknologi bidang kesehatan disertai
dengan berbagai ilmu dan teknologi pendukungnya seperti fisika dan kimia inti,
mikroelektronika dan peralatan deteksi. Aplikasi nuklir dalam bidang kesehatan telah
memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam mendukung diagnosis maupun
terapi berbagai jenis penyakit. Selain itu, teknik nuklir berperan pula dalam kajian dan
penelititan untuk lebih memahami proses fisiologi dan patofisiologi dari kelainan
pada tingkat molekler dan seluler yang terjadi pada organ tubuh manusia. Berbagai
disiplin ilmu seperti ilmu penyakit dalam, syaraf, penyakit jantung, dan lainnya telah
memanfaatkan teknik nuklir ini.
Radiasi pengion baik dengan sumber terbuka atau tertutup dimanfaatkan
dalam radiodiagnostik untuk memperoleh gambaran atau citra berdasarkan energy
radiasi yang dipancarkannya sehingga diperoleh inforamasi tentang suatu kondisi atau
penyakit dalam tubuh. Sedangkan dalam radioterapi, radiasi dimanfaatkan untuk
mengobati atau mengontrol penyakit malignansi berdasarkan sifat toksisitas radiasi
yang dapat mematikan sel. Aplikasi teknik nuklir juga diterapkan dalam proses
sterilisasi produk dan peralatan kesehatan
1. Radiodiagnostik
Tindakan radiodiagnostik bertujuan untuk mendeteksi adanya kelainan/
kerusakan pada organ dan kanker pada tubuh dengan menggunakan pesawat sinar-X
energi rendah dengan hasil dalam bentuk citra anatomi. Dosis radiasi yang digunakan
dalam radiodiagnostik tidak berbahaya bagi pasien pada interval waktu tertentu karena
relatif setara dengan dosis radiasi alam dan jauh lebih rendah dari dosis yang
digunakan dalam radioterapi.
Teknik penggunaan : Jika sebuah film ditempatkan pada bayangan seorang
pasien, film tersebut akan menghasilkan citra dari bagian dalam tubuh pasien misalnya
tulang akan tampak terang pada film. Jika seseorang perlu memeriksa kondisi organ
1
dalam tubuhnya misalnya usus atau ginjal,maka pasien tersebut harus menggunakan
medium kontras baik dengan cara diminum atau disuntik. Medium tersebut akan
menuju organ target dan memberikan citra organ yang jelas pada gambar sinar-X.
Pemeriksaan dada dengan sinar-X dapat mengungkapkan penyakit misalnya
tuberculosis dan penyakit paru lainnya pada tahap awal sehingga dapat diberikan
pengobatan segera.
X-ray CT-Scan
2. Radioterapi
Radioterapi adalah tindakan medis menggunakan radiasi pengion
matikan sel kanker sebanyak mungkin dengan kerusakan ormal sekecil mungkin.
Tindakan terapi ini menggunakan diasi tertutup pemancar sinar gamma atau
pesawat sinar-x dan berkass elektron. Terdapat dua teknik dalam radioterapi
yaitu (sumber eksternal) dan brakiterapi (sumber internal). Pada api jenis raioaktif
2
yang digunakan , posisi sumber sinar gamma energi tinggi yang berasal (Co-60)
yang disimpan dalam kontainer metal yang tebal pada alat, dapat diatur
sedemikian rupa sehingga kanker dapat diradiasi dari berbagai arah yang ditujukan
setepat mungkin pada jaringan tumor.
3
(Gamma knife untuk
(mammograp hy)
3. Kedokteran Nuklir
Kedokteran Nuklir adalah
caba ng ilmu kedokteran
yang menggunakan sumber radiasi terbuka dari disintegrasi inti radionuklida
buatan (radiofarmaka) untuk tujuan diagnostik, terapi dan paliatif dengan
4
berdasarkan perubahan fisiologi, anatomi, biokimia, metabolisme dan molekuler
dari suatu organ atau sistem dalam tubuh. Pada kedokteran nuklir, radioisotop
dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien (in vivo) maupun hanya direaksikan
saja dengan bahan biologis antara lain darah, cairan lambung, urin dan lainnya
yang diambil dari tubuh pasien (in vitro). Dosis radiasi yang diterima oleh pasien
setelah pemberian radiofarmaka ditentukan oleh sifat fisik radionuklida,
metabolisme radiofarmaka dalam tubuh pasien, dan aktivitas yang diberikan.
Tingkat radioaktivitas yang terdapat dalam tubuh pasien sedikit demi sedikit akan
berkurang karena peluruhan fisik dan eliminasi biologik yang dialami oleh
radiofarmaka.
Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunjang
diagnostik berbagai penyakit seperti penyakit jantung koroner, penyakit
kelenjar gondok, gangguan fungsi ginjal, menentukan tahapan penyakit kanker
dengan mendeteksi penyebarannya pada tulang, mendeteksi pendarahan pada
saluran pencernaan makanan dan menentukan lokasinya, serta masih banyak lagi
yang dapat diperoleh dari diagnostik dengan penerapan teknologi nuklir yang
pada saat ini berkembang pesat.
(Kamera gamma)
a) Citra organ atau bagian tubuh pasien yang diperoleh dengan bantuan alat
kamera gamma atau kamera positron (teknik imaging) memberikan informasi
fungsional berdasarkan pada perubahan biokimiawi-fisiologik yang menimbulkan
5
pola emisi radiasi yang mencerminkan fungsi organ atau bagian tubuh yang
diperiksa. Dapat pula dengan teknik non-imaging in vivo (renograf, tiroid uptake,
heliprobe, dan lainya).
b) Kurva hubungan aktivitas dan waktu yang menunjukkan kinetika
radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu dan nilai yang
menggambarkan akumulasi radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu,
di samping citra atau gambar yang diperoleh dengan kamera gamma atau kamera
positron
c) Radioaktivitas yang terdapat dalam sampel darah, urin, atau lainnya yang
diambil dari tubuh pasien, dicacah dengan instrumen yang dirangkaikan pada
detektor radiasi (teknik non-imaging in vitro).
Data yang diperoleh baik dengan teknik imaging maupun non-imaging memberikan
informasi mengenai fungsi organ yang diperiksa. Pencitraan (imaging) pada
kedokteran nuklir dalam beberapa hal berbeda dengan pencitraan dalam radiologi.
Dua alat imaging yang sangat bermanfaat dalam kedokteran nuklir adalah
Positron Emission Tomography (PET) dan Single Photon Emission Computed
Tomography (SPECT). Kedua peralatan ini memberikan sel atau aliran darah
dalam jantung, paru, dan juga otak. Keduanya menggunakan kamera gamma
untuk mendeteksi sinar gamma yang dipancarkan radioisotop tertentu yang ada
dalam tubuh pasien. Pada studi in vitro, dari tubuh pasien diambil sejumlah tertentu
bahan biologis yang kemudian direaksikan dengan suatu zat yang telah ditandai
dengan radioisotop. Pemeriksaan dilakukan dengan bantuan detektor sinar gamma
yang dirangkai dengan suatu sistem instrumentasi. Studi semacam ini biasanya
dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon-hormon tertentu dalam darah pasien
seperti insulin, tiroksin dan juga penanda tumor
(CA 15-3, CA-125, PSA dan lainnya).
6
(Skema dari PET)
(Radiofarmaka) 7
(Radiofarmaka untuk keperluan diagnostic)
8
Sterilisasi dengan gas ETO mempunyai beberapa kelemahan misalnya
bersifat toksik pada manusia, meninggalkan residu gas yang bersifat karsinogenik
pada produk, polusi terhadap lingkungan, dan memerlukan karantina produk 7-14
hari. Dengan demikian radiasi pengion merupakan pilihan yang tepat untuk
sterilisasi dingin terhadap produk yang tidak tahan panas seperti alat kedokteran
dan tissue graft.
Dosis sinar gamma dari irradiator dengan sumber Co-60 atau Cs-137 yang
digunakan dalam proses sterilisasi bergantung pada jenis bahan yang disterilkan,
jenis mikroba, dan tingkat populasi mikroba. Perlu dipahami bahwa materi atau alat
yang diradiasi tidak akan menjadi sumber radiasi atau bersifat radioaktif.
Beberapa keuntungan sterilisasi menggunakan radiasi dibandingkan dengan
metode sterilisasi lain adalah sterilisasi dilakukan pada suhu kamar, tidak
menimbulkan kenaikan temperatur yang berarti, dapat menembus ke dalam seluruh
bagian produk dan dalam kemasan akhir, tidak merusak bahan yang disterilisasi,
waktu iradiasi sebagai variabel pengontrol keseluruhan proses, lebih efektif karena
dapat mencapai 100% steril pada dosis tinggi, dapat mesterilkan bahan dalam
jumlah banyak untuk sekali proses radiasi, tidak meninggalkan residu, dan dapat
digunakan pada produk akhir.
sistem sterilisasi yang mampu mengukur nilai absolut, sehingga semua
proses sterilisasi mempunyai keterbatasan dalam membunuh mikroorganisme. Oleh
karena itu selalu terdapat suatu probabilitas teoritik dari non sterilitas yang dikenal
dengan istilah Sterility Assurance Level (SAL). SAL adalah probabilitas
mikroorganisme hidup dalam suatu produk setelah proses sterilisasi dan dinyatakan
dalam nilai 10-n. Artinya dari 10 produk yang disterilkan hanya boleh satu produk
yang tidak steril.
9
Pemilihan nilai SAL didasarkan atas penggunaan produk tersebut. Untuk
produk yang digunakan berkontak langsung dengan jaringan tubuh atau darah nilai
SAL adalah 10-6 , sedangkan untuk produk yang tidak berkontak langsung dengan
darah mempunyai nilai SAL 10-3 . Pemilihan dosis sterilisasi antara lain didasarkan
pada jumlah dan tipe mikroorganisme kontaminan yang ada pada produk, kondisi
sterilisasi yang digunakan, dan nilai SAL yang ditetapkan. Beberapa International
Standardization Organization (ISO) yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
menentukan dosis sterilisasi, validasi, verifikasi serta persyarataan lainnya dari
produk kesehatan yang akan disterilkan dengan radiasi antara lain:
a) ISO 11737-1: Sterilization of Medical Devices – Microbiological Methods
– Part 1: Estimation of Population of Microorganisms on Products.
b) ISO 11737-2: Sterilization of Medical Devices – Microbiological Methods
– Part 2: Test of Sterility Performed in the Validation of a Sterilization
Process.
c) ISO 11137: Sterilization of Health Care Products – Requirement of
Validation and Routine Control – Radiation Sterilization.
d) ISO 13409: Sterilization of Health Care Products – Radiation Sterilization
– Substantiation of 25 kGy as a Sterilization Dose for Small or Infrequent
Production Batchs.
e) Good Manufacturing Practices (GMP).
f) Good Radiation Practices (GRP).
10
Berdasarkan sumber dari jaringan, graft dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu
autograft (penggunaan graft dalam individu yang sama), allograft (penggunaan
graft dari individu berbeda dalam satu spesies), xenograft (penggunaan graft dari
spesies berbeda), dan alloplastic graft (graft sintetik inert).
Di Indonesia, pengambilan dan pemakaian kembali jaringan biologi diizinkan
berdasarkan Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Graft
jaringan dapat disiapkan dalam bentuk segar dan awetan. Jaringan untuk
transplantasi dapat disiapkan dengan cara pembekuan, liofilisasi, demineralisasi dan
kemudian disterilkan dengan iradiasi. Sterilitas graft baik segar maupun awetan
merupakan hal yang penting diperhatikan untuk mengurangi risiko penularan
penyakit dari donor ke resipien, serta memperpanjang masa simpan. Sterilisasi
secara dingin menggunakan sinar gamma atau berkas elektron merupakan pilihan
yang tepat untuk mensterilkan graft jaringan dan telah banyak digunakan untuk
sterilisasi jaringan biologi. [ CITATION UNS08 \l 1033 ]
Sampai tahun 2003, dari semuan bank jaringan tersebut telah dihasilkan 8500
graft yang telah dipakai oleh lebih dari 40 rumah sakit di Indonesia.
Peranan radiotracer sebagai perunut dalam hidrologi telah terbukti banyak sekali
memberikan manfaat dan dapat dipakai sebagai pendukung metode non-nuklir lainnya
yang telah ada. Meskipun tidak semua persoalan hidrologi dapat diselesaikan dengan
teknik nuklir ini, namun penggunaan radiotracer seringkali merupakan satu-satunya
metode yang dapat menyelesaikan persoalan. Dalam bidang hidrologi, radiotracer
tersebut dapat digunakan sebagai perunut dalam berbagai kegiatan
13
dalam tanah serta kepadatan tanah, aspal dan beton. Data-data hasil pengukuran
tersebut kemudian akan digunakan untuk merancang pondasi bangunan, jalan raya,
pembuatan tanggul dan lain sebagainya. Sedang dalam bidang industri dan
laboratorium, neutron dapat digunakan untuk pengukuran berbagai hasil akhir dan
penelitian. Teknik pengukuran kadar air tanah dengan teknik hamburan neutron.
Karena sederhana, alat pengukur kadar air dengan neutron ini diminati oleh berbagai
pihak.
Sketsa Pengukuran
Kadar Air Tanah
Di dalam alat ini terdapat suatu sumber neutron cepat. Proses kerja alat ini adalah
dengan memanfaatkan hasil tumbukan antara neutron cepat dengan atom hidrogen
yang terdapat di dalam molekul air.
Proses penentuan
arah gerak sedimen
15
5. Penentuan Kebocoran Bendungan
Teknik penggunaan : teknik perunut radioisotop juga dapat digunakan untuk
menentukan letak kebocoran atau rembesan suatu bendungan atau dam. Teknik
penentuan dilakukan dengan cara melepaskan radioisotop pada tempat tertentu di
ireservoir (air dam) yang dicurigai sebagai lokasi kebocoran/rembesan.
Radioisotop akan larut dan bercampur dengan ait sehingga apabila terjadi kebocoran
pada bendungan, air yang telah bercampur dengan radioisotop akan masuk dan
bergerak mengikuti arah perembesan
Radioaktif yang biasa digunakan adalah Natrium 24 (Na 24), radioisotope Na-24
dapat memancarkan sinar gamma yang bisa dideteksi dengan menggunakan alat
pencacah radioaktif Geiger Counter. Untuk mendeteksi kebocoran pada bendungan,
garam yang mengandung radioisotope Na-24 dilarutkan kedalam air. Intensitas radiasi
yang berlebihan menunjukkan adanya kebocoran
Hasil yang didapat : Dengan melakukan pengukuran tingkat radioaktivitas air yang
keluar melalui mata air maupun sumur-sumur pengamatan di daerah rembesan, maka
adanya rembesan beserta arahnya dapat diketahui.
16
tanah oleh air hujan dapat dipelajari dengan teliti. Setelah terkena air hujan, aktivitas
radioisotop dalam tanah akan berkurang.
Hasil yang didapat : Dengan cara membandingkan aktivitas radioisotop dalam
tanah antara sebelum dan setelah terkena air hujan, maka laju erosi tanah dapat
diketahui.
Radioaktif yang digunakan : untuk mendeteksi pipa yang ditanam di bawah tanah,
digunakan radioisotope Na 24 dalam bentuk garam NaCl atau Na 2CO3. Radioisotope
17
akan keluar pada pipa yang bocor dan ini dapat diketahui dengan bantuan detector
nuklir yang mengikuti arah aliran dari permukaan tanah
Hasil yang didapat : Tempat yang memberikan hasil cacahan radiasi yang tinggi
mengindikasikan telah terjadi kebocoran di tempat tersebut. Untuk menenukan letak
sumbatan dalam pipa, sebuah polipig berisi radioisotop dimasukkan ke dalam pipa.
Arah pergerakan polipig tersebut dapat diikuti dengan pemantau radiasi dari luar pipa.
Polipig akan berhenti di tempat terjadinya sumbatan.
[CITATION War \l 1033 ]
1. Pemuliaan Tanaman
Mutasi buatan yang diinduksi dengan radiasi dapat dilakukan pada organ
reproduksi tanaman tertentu seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar rhizome, kalus
dan sebagainya. Radiasi dapat dimanfaatkan untuk pemuliaan tanaman dalam rangka
meningkatkan frekuensi dan keragaman genetik tanaman yang memungkinkan untuk
melakukan seleksi genotip sesuai dengan aspek pemuliaan yang dikehendaki. Mutasi
buatan dapat menimbulkan perubahan genetik tanaman baik ke arah positif maupun
negatif, dan kemungkinan mutasi yang terjadi dapat juga kembali normal (recovery).
Mutasi yang terjadi ke arah “sifat positif” dan terwariskan (heritable) ke generasi
berikutnya merupakan mutasi yang dikehendaki oleh pemulia tanaman pada
umumnya. Sifat positif yang dimaksud adalah tergantung pada tujuan pemuliaan
tanaman.
Pemuliaan tanaman dengan teknik nuklir dapat diawali dengan mengiradiasi
materi genetik tanaman melalui iradiasi biji, stek batang, serbuk sari, akar rhizome,
kalus atau yang lainnya dengan sinar gamma. Setelah perlakuan irradiasi akan terjadi
beberapa kemungkinan pada materi genetik tanaman tersebut yaitu mutasi ke arah
positif, mutasi ke arah negatif, atau tanpa mutasi. Dari variasi fenotip yang
timbul dilakukan seleksi sifat yang lebih baik untuk dikembangkan menjadi
varietas unggul. Tanaman yang telah mengalami perubahan akibat terjadinya mutasi
genetik disebut mutan sedangkan zat yang menyebabkan terjadinya mutasi disebut
18
mutagen. Radiasi terhadap materi genetik tanaman tidak mengakibatkan tanaman
atau produk tanaman tersebut menjadi bersifat radioaktif sehingga semua hasil
pemuliaan tanaman dengan radiasi aman dikonsumsi manusia.
(
kemungkinan variasi fenotip yang muncul setelah perlakuan radiasi pada materi
genetic tanaman)
BATAN memiliki fasilitas yang dibutuhkan untuk penelitian pemuliaan
tanaman dengan teknik radiasi antara lain Gamma Chamber dan Gamma Cell
dengan sumber radiasi Cobalt-60 laju dosis tinggi, Gamma Room dengan
sumber radiasi Cobalt-60 laju dosis rendah, laboratorium kultur jaringan, ruang
tumbuh, rumah kaca, kebun percobaan dan sawah.
19
(Proses pemuliaan tanaman pisang dengan sinar gamma Co – 60 untuk
mendapatkan varietas baru)
20
Departemen Kesehatan sedang melakukan litbang dalam proses irradiasi terhadap
vektor.
21
Sumber radiasi yang dapat digunakan untuk proses pengawetan bahan pangan
terdiri dari 4 macam, yaitu: Co-60, Cs-137, masing-masing menghasilkan sinar
gamma, mesin berkas elektron dan mesin generator sinar-X. Dengan menggunakan
pembatas dosis iradiasi dan batas maksimum energi dari keempat sumber tersebut,
maka bahan pangan yang diawetkan dengan iradiasi tidak menjadi radioaktif. Uji
keamanan makanan iradiasi untuk konsumsi manusia dikenal dengan istilah
wholesomeness test, mencakup uji toksikologi, makro dan mikro nutrisi serta uji
mikrobiologi dan sensorik.
22
dalam kapsul logam yang berlapis. Selama proses berlangsung, bahan pangan sama
sekali tidak menempel pada sumber. Iradiasi secara umum dapat digambarkan
sebagai seberkas sinar yang menembus dengan kekuatan yang berbeda bergantung
pada panjang gelombang dan berbanding terbalik dengan frekuensinya. Oleh karena
itu, proses radiasi tidak meninggalkan residu apapun, baik pada bahan yang disinari,
maupun berada di sekitarnya, sehingga proses tersebut benar-benar aman, bersih dan
ramah lingkungan.
Berdasarkan dosis sinar gamma, aplikasi teknik radiasi dalam bidang
bahan pangan dibedakan menjadi 3 tingkat sebagai berikut :
a) Dosis rendah (<1 kGy)
• Mencegah pertunasan pada rimpang dan umbi-umbian
(0,05 – 0,15 kGy)
• Menunda proses kematangan buah (0,1 – 1,15 kGy)
• Membunuh serangga (0,2 – 1 kGy)
• Membunuh parasit daging (0,1 – 0,3 kGy)
b) Dosis sedang (1 – 10 kGy)
• Menurunakan kandungan mikroba dengan prose pasteurisasi
(0,5 – 10 kGy)
• Membunuh bakteri patogen (3 – 10 kGy)
c) Dosis tinggi (> 10 kGy)
• Membunuh semua mikroba yang ada dengan proses sterilisasi
(10 – 50 kGy)
[ CITATION Nas11 \l 1033 ]
4. Efisiensi Pemupukan
Studi hubungan tanah dan tanaman dapat dilakukan dengan mengaplikasikan
teknik isotop, baik isotop yang bersifat stabil maupun isotop yang bersifat radioaktif.
Prinsip aplikasi isotop dalam hal ini adalah untuk membedakan asal suatu unsur hara,
baik antara unsur hara dari dalam tanah maupun unsur hara yang berasal dari sumber
hara lain yang ditambahkan ke dalam tanah. Hasil studi dapat digunakan untuk
berbagai tujuan yang terkait dengan efisiensi pemupukan, yaitu :
24
(metode langsung proses penentuan efesiensi pemupukan)
Metode tidak langsung digunakan bila suatu senyawa tidak dapat ditandai
dengan radioisotop ataupun isotop stabil karena akan menyebabkan perubahan
sifat kimia pada bahan, misalnya pada pupuk organik dan fosfat alam. Isotop
diberikan pada tanah, penghitungan kontribusi hara dari sumber hara yang dipelajari
adalah melalui tanaman penguji (reference tree) yang ditanam pada tanah berlabel
tanpa diberikan sumber hara apapun.
25
Teknik perunutan adalah proses pemanfaatan senyawa yang telah ditandai
dengan isotop stabil atau radioisotop untuk menjadi bagian dari sistem biologik
sehingga dapat diketahui mekanisme yang terjadi atau diperoleh suatu hasil
pengukuran. Isotop stabil yang umum digunakan adalah N-15, Cr-52, dan C-13,
sedangkan radioisotopnya antara lain adalah C-14, Ca-45, P-32, I-125, I- 131, dan H-
3. Prinsip teknik perunutan dengan isotop stabil adalah sifat kimia spesifik dari unsur
yang digunakan dengan berat molekul yang berbeda dan diukur dengan alat Mass
Atomic Spectrophotometer, X-ray flourescene (XRF), dan Neutron Atomic Absorbtion
(NAA). Prinsip teknik perunutan dengan radioisotop adalah paparan radiasi dari unsur
radioaktif yang digunakan yang diukur antara lain dengan alat Liquid Scintilation
Counter (LSC), Gamma Counter dan HPGe.
Pemanfaatan teknik nuklir untuk peruntuan dapat dilakuan secara in vivo untuk
mengetahui proses biologi yang terjadi di dalam tubuh hewan ternak dan in vitro
untuk memperoleh informasi tentang proses biologi yang dilakukan di luar tubuh
hewan yaitu di laboratorium. Beberapa isotop dan radioisotop yang umum digunakan
dalam litbang peternakan ditunjukkan pada tabel
(Isotop dan
kegunaannya)
26
Pemanfaatan energi radiasi di bidang peternakan antara lain untuk melemahkan
patogenisitas penyakit seperti bakteri, virus, dan cacing dengan menghasilkan
radiovaksin, reagen diagnostik, dan pengawetan.
27
adalah adanya rumen yang merupakan ekosistem mikroba yang berperan
dalam penguraian bahan pakan sebagai sumber protein bagi ternak.
29
E. APLIKASI NUKLIR DALAM BIDANG ARKEOLOGI
2. Penanggalan Geologi
Ditinjau dari proses terbentuknya, unsur-unsur radioaktif atau radionuklida
yang ada di lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar , yaitu
radionuklida alam dan radionuklida buatan yang keduanya dapat berpera sebagai
sumber radiasi lingkungan. Dikatakan sebagai radionuklida alam karena sumber
radiasi itu sudah ada semenjak alam ini terbentuk. Berbeda dengan radionuklida alam,
radionuklida buatan adalah sumber radiasi yang proses terbentuknya melibatkan
intervensi manusia, baik sumber tersebut sengaja dibuat atau maksud-maksud tertentu
atau merupakan hasil samping dari pemanfaatan teknologi nuklir oleh umat manusia,
yang sebarnya tidak disengaja atau bahkan tidak dikehendaki kemunculannya.
Dengan memperhatikan nilai T1/2 radionuklida alam , ada beberapa unsur yang nilai
T1/2 nya sangat panjang, melebihi perkiraan umur bumi. Unsur radioaktif kelompok ini
30
diduga terbentuk jauh sebelum bumi sendiri terbentuk, yaitu pada saat masih berupa
nebula (bagian dari matahari) atau bahkan sudah terbentuk pada saat masih dalam
keadaan proto planet yang kemudian dingin dan melahirkan planet bumi.
Keradioaktifan secara erat dikaitkan dengan perkembangan dalam fisika nuklir,
karena studi dan penggunaan unsur-unsur radioaktif merupakan bagian yang sangat
penting dalam fisika nuklir. Radiasi yang dipancarkan oleh unsur radioaktif dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluaan seperti untuk penanggalan dalam bidang
geologi maupun arkeologi.
Tabel 1. Unsur – Unsur radioaktif yang terdapat dalam deret Uranium (deret 4n + 2)
31
Tabel 2. Unsur – Unsur radioaktif yang terdapat dalam deret Thorium (deret 4n)
32
\
Tabel 3. Unsur – Unsur radioaktif yang terdapat dalam deret Aktinium (deret 4n + 3)
33
3. Penanggalan Tembikar
Luminesensi merupakan fenimena fisika berupa pancaran cahaya dari suatu
bahan yang dipanaskan, yang sebelumnya menyerap radiasi pengion. Peristiwa ini
terjadi karena adanya electron-elektron yang menyerap energi radiasi dan berpindah
ke orbit yang lebih tinggi, sehingga bahan berada dalam keadaan tereksitasi. Peristiwa
luminesensi dengan batuan panas dari luar ini disebut thermoluminesensi (TL) dapat
terjadi pada benda padat dengan struktur Kristal baik berupa bahan isolator maupun
semikonduktor. Sebagian besar batuan mengandung paling tidak satu jenis material
yang dapat memancarkan cahaya TL ketika dipanasi. Banyak temuan benda-benda
arkeologi yang dibuat dari tanah liat seperti tembikar. Bahan itu dapat
memperlihatkan gejala TL uang berarti mampu menyimpan informasi berupa
penerimaan dosis radiasi dari sumber-sumber alamiah, baik yang terdapat di dalam
bahan tembikar itu sendiri maupun sumber-sumber radiasi yang ada di sekitar tempat
terkuburnya benda arkeologi tersebut. Informasi penerimaan dosis itu tetap tersimpan
dengan aman dan baru akan keluar dalam bentuk pancaran cahaya TL apabila
tembikar mendapatkan pemanasan yang cukup tinggi (200 – 500 oC) dari luar.
Mengingat pembuatan tembikar adalah melalui proses pembakaran atau
pemanasan pada suhu tinggi, maka pada saat itu semua informasi TL yang tersimpan
dalam bahan dasar pembuatan tembikar akan keluar dan tembikar tidak menyimpan
informasi TL sama sekali. Tembikar yang terkubur di dalam tanah kedalaman, radiasi
alamiah yang diterima umumnya berupa sinar-α yang berasal dari unsur-unsur
anggota deret Uranium dan Thorium serta sinar-β dan γ dari sumber K-40 dan Rb-87
yang ada di dalam matrik tembikar
35
(Ilustrasi dari Uranium dan Thorium)
Tenaga nuklir dapat dihasilkan dari mineral radioaktif seperti uranium dan
thorium. Mineral tersebut banyak terdapat pada lapisan kulit bumi dan dapat
diperoleh dengan cara menambang. Untuk menjadi bahan baku PLTN, uranium hasil
penambangan harus diproses lebih dahulu melalui pemurnian yang menjadikan
bahan uranium ke tingkat kemurnian yang tinggi dan bebas dari unsur-unsur
pengotor lainnya. Kemudian, dilakukan pengayaan untuk meningkatkan kadar 235U
sehingga menjadi 2-4% dan akhirnya fabrikasi untuk menyiapkan bahan bakar nuklir
dalam bentuk fisik yang sesuai dengan jenis yang dibutuhkan oleh reaktor nuklir,
misalnya berbentuk pelet dengan diameter 10 mm sampai 1 cm.
Reaktor nuklir adalah tempat terjadinya reaksi inti berantai terkendali, baik
pembelahan inti (fisi) atau penggabungan inti (fusi). Awalnya, reaktor nuklir
pertama digunakan untuk memproduksi plutonium sebagai bahan senjata nuklir. Saat
ini telah ada berbagai jenis dan ukuran reaktor nuklir. Reaktor nuklir digunakan
untuk banyak tujuan, diantaranya sebagai reaktor penelitian dan reaktor daya. Saat
ini reaktor nuklir banyak digunakan untuk membangkitkan listrik. Hal ini biasanya
melibatkan panas dari reaksi nuklir untuk tenaga turbin uap.
36
(Reaktor Nuklir)
a. Energi kinetik produk-produk fisi diubah menjadi energi panas ketika inti
bertabrakan dengan atom di dekatnya.
b. Sebagian dari sinar gamma yang dihasilkan selama fisi diserap oleh reaktor,
energi mereka diubah menjadi panas.
c. Panas yang dihasilkan oleh peluruh radioaktif produk fisi dan bahan-bahan
yang telah diaktifkan oleh penyerapan neutron. Sumber panas pembusukan
ini akan tetap selama beberapa waktu bahkan setelah reaktor mati. Kekuatan
panas yang dihasilkan oleh reaksi nuklir adalah 1.000.000 kali dari massa
yang sama batu bara. Bahan bakar reaktor merupakan komponen penting
untuk berlangsungnya operasi reaktor nuklir. Komponen penting lain dari
reaktor nuklir adalah :
a. Batang Kendali
Batang kendali berfungsi untuk mengendalikan reaksi nuklir yang
terjadi di dalam reaktor. Jika keluaran daya dari sebuah reaktor dikehendaki
konstan, maka jumlah netron yang dihasilkan harus dikendalikan. Setiap
terjadi proses fisi ada sekitar 2 sampai 3 netron baru terbentuk yang
selanjutnya menyebakan proses berantai. Batang kendali terbuat dari bahan-
bahan penyerap netron, seperti boron dan kadmium. Jika reaktor menjadi
superkritis, batang kendali secara otomatis bergerak masuk lebih dalam ke
dalam teras reaktor untuk menyerap kelebihan netron yang menyebabkan
kondisi itu kembali ke kondisi kritis.
Sebaliknya, jika reaktor menjadi subkritis batang kendali sebagian
ditarik menjauhi teras reaktor sehingga lebih sedikit netron yang diserap.
Dengan demikian, lebih banyak netron tersedia untuk reaksi fisi dan reaktor
37
kembali ke kondisi kritis. Untuk menghentikan operasi reaktor (misal untuk
perawatan) batang kendali turun penuh sehingga seluruh netron diserap dan
reaksi fisi berhenti.
b. Air pendingin
Air pendingin berfungsi untuk mendinginkan reaktor dan mentrasfer
panas yang selanjutnya akan dikonversi menjadi tenaga gerak. Energi yang
dihasilkan oleh reaksi fisi meningkatkan suhu reaktor. Suhu ini dipindahkan dari
reaktor dengan menggunakan bahan pendingin misalnya air atau karbon
dioksida. Bahan pendingin (air) disirkulasikan melalui sistem pompa, sehingga
air yang keluar dari bagian atas teras reaktor digantikan air dingin yang masuk
melalui bagian bawah teras reaktor.
Seluruh komponen tersebut ditempatkan dalam suatu sistem terkungkung
dalam bentuk tangki silinder yang terbuat dari logam baja dan di tempatkan
dalam bangunan beton tebal. Selain komponen-komponen di atas, PLTN di
lengkapi dengan turbin dan generator yang berfungsi untuk membangkitkan
tenaga listrik dengan memanfaatkan tenakanan uap dari hasil pendidihan air di
dalam reaktor nuklir.
Prinsip kerja PLTN dimulai dari satu reaksi nuklir yang terjadi antara
partikel neutron dengan inti atom uranium di reaktor. Reaksi ini akan
menghasilkan reaksi-reaksi lain yang semakin banyak yang dinamakan reaksi
berantai. Reaksi tersebut biasa dikenal dengan reaksi fisi dan fusi.
38
(Reaksi Fisi dan Reaksi Fusi)
a. Reaksi Fisi
Reaksi fisi nuklir adalah reaksi pembelahan inti atom akibat tubrukan inti
atom lainnya, dan menghasilkan energi dan atom baru yang bermassa lebih kecil,
serta radiasi elektromagnetik. Reaksi ini bereaksi dengan melepas energi dalam
bentuk panas.
b. Reaksi Fusi
Fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah sebuah proses di mana dua inti
atom bergabung, membentuk inti atom yang lebih besar dan melepaskan energi.
Fusi nuklir adalah sumber energi yang menyebabkan bintang bersinar dan bom
Hidrogen meledak.
Hasil reaksi nuklir ini adalah energi dalam bentuk panas yang kemudian
digunakan untuk mendidihkan air dan menghasilkan uap. Uap yang dihasilkan akan
disalurkan ke sistem untuk menggerakkan turbin generator dan mengahasilkan listrik
untuk diteruskan ke jaringan transmisi.
Mencegah terjadinya kontaminasi zat radioaktif disekitar PLTN, uap panas
tidak dibuang ke lingkungan tetapi dikondensasikan menjadi air dan kemudian di
sirkulasikan lagi dalam reaktor. Air pendingin untuk kondensasi dapat menggunakan
air danau, air sungai atau air laut. Dalam sistem pendinginan ini sama sekali tidak
akan terjadi pencampuran antara air pendingin dari dalam reaktor dengan air
pendingin dari luar reaktor. Setelah dalam waktu tertentu menghasilkan listrik, bahan
bakar akan mengalami penggantian dengan bahan bakar baru dan dihasilkan bahan
bakar bekas. Bahan bakar bekas untuk sementara disimpan dalam sistem reaktor agar
aktifitas radiasinya menurun.
Mengantisipasi terlepasnya zat radioaktif ke lingkungan, pada pengoperasian
PLTN diterapkan sistem pertahanan yang berlapis-lapis. Pertahanan berlapis terdiri
atas bentuk bahan bakar yang padat dan bersifat logam, kelongsong bahan bakar,
sistem pendingin primer, bejana reaktor, dan lapis terakhir adalah bangunan reaktor
yang terbuat dari beton tebal.
39
[CITATION Ahm14 \l 1033 ]
Selai n
uranium, sebenarnya ada jenis nuklir lain yang dapat dijadikan sumber energi, yaitu
thorium. Berbeda dengan uranium, thorium tidak menghasilkan plutonium pada
proses reaksi nuklirnya. Thorium tidak dapat disalahgunakan untuk tujuan
persenjataan dan juga aman sebagai sumber energi. Meski demikian, thorium tidak
dapat berdiri sendiri sebagai bahan bakar. Thorium membutuhkan uranium 235 agar
dapat dikonversi menjadi uranium 232 dan siap digunakan sebagai sumber energi.
Maka, pengembangan thorium mau tak mau harus lebih dulu dimulai dengan
pengembangan uranium. Thorium atau yang lebih dikenal sebagai uranium hijau
merupakan bahan bakar nuklir yang lebih unggul dari uranium dihampir semua
aspek.
Reaktor nuklir bertenaga thorium tidak pernah dapat meleleh, hal ini karena
thorium lebih ringan daripada uranium dan tidak fissile (bisa menumpuk dan tidak
akan mengalami reaksi runaway berantai). Thorium adalah sebuah unsur dengan no
atom 90 dengan sifat radioaktif yang dapat dipakai sebagai bahan bakar reaktor
nuklir karena thorium bukan inti fisile maka untuk menggunakan thorium harus
memakai uranium tetapi, ini hanya untuk awal memicu reaksi karena setelah itu
40
thorium yang disebut inti fertile (subur) dapat membelah dan menghasilkan uranium
232 atau dapat dilakukan penembakan dengan neutron sehingga thorium membelah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fathoni, d. (2014). Pemanfaatan Sumber Energi Nuklir. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.
Dra. Zubaidah Alatas, d. M. (2016). Buku Pintar Fisika Nuklir. Jakarta: BATAN.
41
Nasional, B. T. (2011). Aplikasi Teknik Nuklir dalam Pengawetan Bahan Pangan. Jakarta:
ATOMS.
UNS. (2008, November 11). aplikasi nuklir di bidang kesehatan. Retrieved Mei 23, 2019,
from artikel.staff.uns: https://artikel.staff.uns.ac.id/2008/11/18/aplikasi-nuklir-di-
bidang-kesehatan/
42