Anda di halaman 1dari 2

BIOGRAFI SINGKAT ARUNG PALAKKA

Arung Palakka  merupakan  pengeran dan pejuang kemerdekaan yang namanya masih tetap


harum sampai saat ini. Namun demikian, bagi sebagian orang lagi, menganggap tindakan Arung
Palakka bekerja sama dengan Belanda (VOC) dalam meruntuhkan kerajaan Sultan Hasanuddin
merupakan sejarah kelam.

Arung Palakka

Arung Palakka adalah Raja Bone ke-15 lahir pada hari Jumat, 15 September 1634, di sebuah
desa yang bernama Lamotto, Mario-ri Wawo, Soppeng, dan meninggal di Bontoala, 6 April
1696. Ayahnya bernama Lapattobune Aru Tana Tengga dan ibunya bernama We Tennisui, yang
adalah puteri Raja Bone XII. Ketika umurnya delapan tahun, Bone diperangi Kerajaan Gowa dan
berhasil menaklukkannya. Sejak berumur 11 tahun Arung Palakka dan keluarganya dibawa
sebagai sandera ke Istana Gowa. Mereka beruntung karena menjadi pelayan Karaeng
Pattinggaloang, tokoh penting dan jenius di Kerajaan Gowa. Di bawah asuhannya, Arung
Palakka tumbuh menjadi pangeran yang mengesankan dalam olah otak maupun olahraga.

Meski dia terlibat aktif di Istana Gowa dan berkawan dengan para pemuda Makassar, siri’ dan
pacce mengingatkannya selalu sebagai putra dari seorang Bugis pembuangan dan bahwa
rakyatnya menderita. Awal 1660 dia merasa penderitaan itu semakin hebat karena harus
menyaksikan 10.000 orang tua maupun muda diseret dari Bone ke Makassar atas perintah Sultan
Hassanudin melalui Karaeng Karunrung dan Regent (Bupati) Bone, Tobala. Mereka dijadikan
pekerja paksa penggali kanal di sepanjang garis pertahanan pantai Makassar agar ada pemisah
antara Kerajaan Goa dan Benteng Pa’nakkukang yang diduduki VOC.
Arung Palakka bersekutu dengan VOC memerangi
Kerajaan Gowa yang merupakan salah satu kerajaan
terkuat dan terbesar di Nusantara pada abad ke-17.
Alasan pokok Arung Palakka dalam memerangi Kerajaan Gowa bukanlah ekonomis-politis,
tetapi pangadereng yang meliputi siri’’ (harga diri atau kehormatan dan rasa
malu), pacce (perasaan sakit dan pedih atas penderitaan saudara sebangsa),
dan sare (kepercayaan bahwa seseorang dapat memperbaiki atau memperjelek peruntungannya
dalam hidup ini melalui tindakan orang itu sendiri).

Setelah menunggu lima tahun, keinginannya pun terkabul. VOC yang kagum akan daya tempur
pengikut Arung Palakka yang disebut Toangke ("Orang Angke", diambil dari Kali Angke
yang mengalir melewati perkampungan Bugis di Batavia) saat membantu memadamkan
pemberontak Minangkabau, mengajaknya memerangi Gowa yang dinilai mengganggu
kepentingan ekonomi VOC.

Bersama Arung Palakka, Speelman menghancurkan Benteng Sombaopu milik Kerajaan Gowa
dan lalu menguasai perdagangan di Indonesia timur, khususnya jalur rempah- rempah Maluku.
Speelman akhirnya berhasil menjadi Gubernur Jenderal VOC pada tahun 1681.
Sedangkan Kapiten Jonker adalah orang yang berhasil menangkap Trunojoyo dan
mematahkan perlawanan para pengikutnya. Namun kejayaan selamanya selalu dekat dengan
kehancuran. Seorang perwira asal Perancis bernama Isaac declornay de Saint Martin, berhasil
mengungkap korupsi yang dilakukan Speelman sehingga ia dicopot dari jabatannya sebagai
Gubernur Jenderal.

Isaac pun mempengaruhi Gubernur Jenderal Champuys untuk segera menyingkirkan Kapiten
Jonker. Daerah kekuasaan Kapiten Jonker di Pejonkeran Marunda pun dikepung dan diserbu.
Kapiten Jonker terbunuh, kepalanya dipancung dan dipamerkan kepada khalayak ramai. Para
pengikutnya juga dibunuh, dan keluarganya diasingkan ke Colombo dan Afrika.

Arung Palakka menjadi pengingat bahwa baik Arung Palakka maupun Sultan


Hasanuddin telah melakukan apa yang mereka pikir terbaik bagi rakyat dan wilayahnya masing-
masing. Sayang sekali bahwa waktu telah membuat mereka berada di seberang jalan yang
berbeda. Namun waktu juga bisa memberi ruang yang cukup bagi keturunan mereka untuk
belajar dari konflik yang pernah terjadi, untuk mengubur luka lama, untuk lebih bijak, dan untuk
bersatu membangun kehidupan masa depan yang lebih baik.  

NAMA KELOMPOK :

1. JENI DINA KRISTINA (16)


2. MUH. ARFAH FAUZI (20)
3. RAHMI YUSRAM (32)
4. SAFITRI (33)

Anda mungkin juga menyukai