Anda di halaman 1dari 3

Permasalahan Pendidikan Ditengah Pandemi COVID – 19

Pendidikan tidak hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan dan skill terhadap peserta
didik. Namun pendidikan juga dapat menanamkan nilai keagamaan yang sejatinya menjadi basic
struktur dalam mengarungi roda kehidupan ini, bukan politik ataupun yang lain.

Covid-19 telah membuat wajah dan masa depan pendidikan kita semakin tak menentu.
Pendidikan dari jenjang TK/PAUD, SD, SMP, SMA sampai kampus Perguruan Tinggi tutup.
Namun di sisi lain, hal baik yang terus dilakukan adalah tetap melaksanakan aktivitas/proses
belajar mengajar dengan segala keterbatasan falisitas dan keberagaman kompetensi personal
yang dimiliki.

Fakta menunjukkan, bahwa nampaknya Pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan (Kemdikbud) memang tidak siap dengan situasi pandemic ini. Padahal sudah sejak
lama melalui ruang-ruang kelas sekolah formal dan forum-forum workshop juga seminar
memperkenalkan dan mengajarkan tentang E-Learning.

Tapi dalam sengitnya melawan pandemic Covid-19 ini, Kemdikbud seolah latah, mati akal dan
kehabisan daya kreasi untuk mengahadirkan pembelajaran yang tidak hanya inovatif tapi juga
memastikan semua Standar Nasional Pendidikan dapat tercapai meski dalam situasi pandemic
seperti sekarang. Hal ini menjadi satu parameter bahwa teori yang diajarkan di sekolah
kebanyakan hanyalah sebuah narasi ceramah minim bahkan tanpa aplikasi. Mengingat
pendidikan diIndonesia masih dibawah standar pendidikan diluar negeri maka kondisi seperti ini
sangat disayangkan serta menghambat proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan standar
pendidikan Indoesisa .

Bahkan tidak hanya Covid-19 yang membuat wajah dan masa depan pendidikan kita menjadi
tidak menentu. Bukan baru hari-hari ini saja, kita mengeluhkan realitas pendidikan di Indonesia.
Tapi sejatinya sudah sejak lama permasalahan pendidikan kita di Indonesia belum terselesaikan
mulai dari permasalahan pendidikan yang muncul dari perspektif sistem sampai permasalahan
pendidikan yang muncul sebagai suatu sistem yang kompleks.
Sederhananya pendidikan di Indonesia melalui lembaga/institusi sekolah juga kampus seolah
senang terus berada pada zona nyaman hanya menjadi menara gading yang terus bersolek
dengan hal-hal yang aksidental saja, seperti lebih banyak disibukkan dengan program
mempercantik bangunan infrastruktur sekolah/kampus, tetapi justru nampak minim aktivitas baik
secara kuantitas maupun kualitas, yang mengarah kepada pencapaian Tujuan Pendidikan
Nasional itu sendiri sebagaimana yang tertuang di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 pasal 4 ayat 1 bahwa “Pendidikan Nasional bertujuan
membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan
berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air”.

Memperindah dan mempercantik gedung sekolah lengkap dengan penyempurnaan fasilitas


pembelajarannya bukanlah hal yang salah dan tidak penting dilakukan. Namun yang sangat fatal
bila Pemerintah lupa akan substansi pendidikan itu sendiri yaitu sebagai sarana untuk
memanusiakan manusia atau dengan terminologi lain bahwa tujuan puncak pendidikan adalah
melahirkan Insan Kamil atau Manusia Paripurna yang sekali lagi bukan hanya diukur dari
kualitas ilmu pengetahuan (kognitif) dan skill (psikomotor) saja namun juga lebih kepada aspek
moralitas (afektif) yang mesti kuat dan kokoh sebagai modal menjadi Manusia Seutuhnya,
mempertegas Indentitas Kemanusiaan sebagai Manusia Indonesia.

Selain itu negara pun ikut membicarakan Revolusi Industri 4.0 saat ini seperti mimpi di siang
bolong. Sebab Negara, sekali lagi masih diperhadapkan dengan segudang permasalahan
pendidikan dengan kompleksitas yang akut diantaranya adalah masalah perluasan dan
pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan bagi seluruh warga negara, peningkatan mutu
pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan dengan tuntutan kehidupan, peningkatan efisiensi
dan efektifitas pendidikan, pengembangan kebudayaan Nasional (local wisdom/kearifan local)
agar indentitas

Permasalahan-permasahan inilah yang sejatinya menjadi Program Utama dalam upaya


Pengembangan Pendidikan di Indonesia. Jika perhatian Pemerintah luput dari program utama
pengembangan pendidikan Nasional ini, sudah dapat dipastikan bahwa generasi bangsa ini secara
perlahan tapi pasti akan tergerus oleh roda kemajuan zaman, genarasi bangsa ini hanya akan
menjadi genarasi yang latah, konsumeris akut tanpa sedikitpun daya produksi. Dan jika keadaan
ini terjadi maka bukan angin segar bonus demografi di tahun 2045 yang akan diperoleh oleh
Negara melainkan bencana demografi yang terjadi. Kenapa? Karena generasi mudanya tak
unggul dan tak mampu bersaing era Revolusi Industri 4.0 yang penuh dengan akselerasi dan
kecepatan yang tinggi (disruption).

Sudah saatnya Pemerintah bangun dari tidur panjangnya, sadari bahwa pendidikan kita sedang
terpuruk, contoh yang paling nyata adalah kualitas pendidikan Indonesia masih kalah bersaing
dengan kualitas pendidikan di Negara serumpun seperti Malaysia terlebih Singapura.

Rendahnya kualitas/mutu pendidikan ini sebagai alamat bahwa pendidikan kita tak lagi mampu
menjadi komponen penentu terwujudnya tatanan masyarakat yang diridhai oleh Allah Swt,
tatanan Bangsa dan Negara yang dicita-citakan oleh para pendiri (founding fathers) bangsa ini,
tatanan sosial yang memanifestasikan nilai luhur Pancasila dan tatatan ideal sebagaimana yang
digambarkan oleh pembukaan UUD 1945.

Pendidikan Indonesia terpuruk dan terbelakang, sebab jika ditinjau secara substansial Negara
tidak lagi menjadikan Pancasila sebagai paradigma atau landasan filosofis dan moral etis dalam
penyelenggaaan pendidikan.

Pancasila hanya tinggal pada ucapan lisan dan tulisan semata, namun nilai-nilai luhurnya tidak
tertanam kokoh di hati sanubari. Justru jika ditinjau dari sudut pandang yang lebih kritis lagi,
nampaknya liberalisme, individualisme, sekularisme, materialisme, hedonisme dan kapitalisme
kini telah menghegemoni dan menggerogoti hampir seluruh komponen pendidikan mulai dari
segi konteks, input, proses, output dan outcome pendidikan, bahkan sampai pada sendi terdalam
pendidikan kita yaitu kesadaran akan Tujuan Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai