NIM : 142190048
Mata kuliah : Perpajakan EA-B
WP PPh Pasal 21
Wajib Pajak atas PPh Pasal 21 adalah pegawai, penerima uang pesangon, pensiun,
tunjangan hari tua, jaminan hari tua, ahli waris dan Wajib Pajak kategori bukan pegawai yang
menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa. Wajib pajak yang
dimaksud tersebut adalah sebagai berikut:
Biaya Pensiun adalah Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi
Penerima Pensiun.
Besarnya biaya pensiun sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-
tingginya Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp 2.400.000,00 (dua juta empat
ratus ribu rupiah) setahun. Biaya Pensiun dikurangkan dari Penghasilan Bruto yang diterima
oleh Pensiunan PNS, anggota TNI, Anggota POLRI, Pe
gawai BUMN dan Karyawan Perusahaan Swasta.
Biaya jabatan tidak mengacu pada jabatan formal tertentu, melainkan dimaksudkan
untuk semua karyawan tetap. Maka dari itu, baik staf biasa maupun direktur utama berhak
mendapatkan pengurang biaya jabatan ini.
Besaran biaya jabatan adalah sebesar 5% dari penghasilan bruto setahun yang diterima
oleh pegawai. Penghitungan biaya jabatan ini dengan pengurangan setinggi-tingginya sebesar
Rp500.000 sebulan atau Rp6.000.000 dalam waktu setahun.
Tarif berdasarkan Pasal 17 UU PPh, diterapkan atas PKP (Penghasilan Kena Pajak) PPh Pasal 21
sebagai berikut:
Pegawai tetap
Penerima pensiun berkala
Pegawai tidak tetap, yang penghasilannya dibayar setiap bulan (atau jumlah kumulatif
penghasilan dalam satu bulan telah melebihi Rp4.500.000)
Bukan pegawai, yang penghasilannya bersifat berkesinambungan (menurut PER-
31/PJ/2009, berkesinambungan adalah imbalannya dibayar atau terutang lebih dari satu kali
dalam satu tahun kalender sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan).
Jika jumlah penghasilan lebih dari Rp450.000/hari. Ketentuan ini berlaku bagi pegawai
tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang memperoleh upah harian, mingguan, satuan, atau
borongan. Sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam satu bulan kalender telah
melebihi Rp4.500.000.
Selain itu, pemotongan PPh 21 sebesar 50% dari jumlah penghasilan bruto. Ketentuan ini
berlaku bagi bukan pegawai yang memperoleh penghasilan tidak bersifat berkesinambungan.
Pajak final atau PPh final merupakan pajak yang dikenakan langsung saat wajib pajak
(WP) menerima penghasilan. Pajak final biasanya langsung disetorkan oleh WP. Karena sifat
pungutannya yang seketika, PPh final tidak lagi diperhitungkan dalam pelaporan SPT tahunan
meskipun nantinya tetap harus dilaporkan.
Penghasilan yang Dikenakan PPh 21 Final adalah penghasilan yang terdiri dari
penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat
Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus (sebagian atau
seluruh pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 tahun).
. a. Uang Pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk
Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja,
termasuk uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.
b. Uang Manfaat Pensiun adalah penghasilan dari manfaat pensiun yang dibayarkan
kepada orang pribadi peserta dana pensiun secara sekaligus sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang dana pensiun oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja atau Dana
Pensiun Lembaga Keuangan yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
c. Tunjangan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan
penyelenggara tunjangan hari tua kepada orang pribadi yang telah mencapai usia pensiun. d.
Jaminan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara
jaminan sosial tenaga kerja kepada orang pribadi yang berhak dalam jangka waktu yang telah
ditentukan atau keadaan lain yang ditentukan
Yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi atau Wajib Pajak Badan, termasuk Bentuk Usaha
Tetap (BUT), yang mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak atas penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
1. Pemberi kerja
2. Bendahara dan pemegang kas pemerintah
3. Dana pensiun
4. Orang pribadi pembayar honorarium
5. Penyelenggara kegiatan
1. Pegawai.
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya juga merupakan wajib pajak PPh Pasal 21.
3. Wajib pajak PPh 21 kategori bukan pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa, meliputi:
a) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris;
b) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati,
pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya;
c) Olahragawan;
d) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e) Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
g) Agen iklan;
h) Pengawas atau pengelola proyek;
i) Pembawa pesanan atau menemukan langganan atau yang menjadi perantara;
j) Petugas penjaja barang dagangan;
k) Petugas dinas luar asuransi; dan/atau
l) Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya
4. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai
Tetap pada perusahaan yang sama juga merupakan Wajib Pajak PPh Pasal 21.
Penghitungan PPh 21 untuk pegawai tetap dan Penerima Pensiun dibedakan jadi 2 yaitu :
1) Penghitungan masa atau bulanan yang menjadi dasar pemotongan PPh Pasal 21
yang terutang untuk setiap masa pajak, yang dilaporkan dalam SPT Masa PPh
Pasal 21. Selain masa pajak Desember atau masa pajak di mana pegawai tetap
berhenti bekerja.
2) Penghitungan kembali sebagai dasar pengisian Form 1721 A1 atau 1721 A2 dan
pemotongan PPh pasal 21 dan pemotongan PPh pasal 21 yang terutang untuk
masa pajak Desember atau masa pajak di mana pegawai tetap berhenti bekerja.