Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dea Febi Anjani Putri

NIM : 142190048
Mata kuliah : Perpajakan EA-B

RESUME MATERI PERPAJAKAN


BAB IV
Pajak Penghasilan Pasal 21

WP PPh Pasal 21

Wajib Pajak atas PPh Pasal 21 adalah pegawai, penerima uang pesangon, pensiun,
tunjangan hari tua, jaminan hari tua, ahli waris dan Wajib Pajak kategori bukan pegawai yang
menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa. Wajib pajak yang
dimaksud tersebut adalah sebagai berikut:

Tidak termasuk WP PPh Pasal 21


1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing, dan
orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama mereka, dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tsb, serta
Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

2. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Ayat


(1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha
atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Objek Pajak PPh Pasal 21

1. Penghasilan pegawai tetap, baik teratur maupun tidak teratur.


2. Penghasilan penerima pensiun berupa uang/sejenisnya. 
3. Penghasilan uang pesangon, manfaat pensiun, tunjangan/ jaminan hari tua yang dibayar
sekaligus, melewati jangka 2 tahun sejak pegawai berhenti bekerja.
4. Penghasilan pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas berupa upah harian/mingguan/bulanan
atau satuan/borongan. 
5. Imbalan kepada bukan pegawai, berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya
dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan atas jasa yang dilakukan.
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang
rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan
imbalan sejenis dengan nama apapun.
7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima
atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama.
8. Penghasilan jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang tidak teratur
yang diterima mantan pegawai. Kesembilan, penghasilan berupa penarikan dana pensiun
oleh peserta yang masih berstatus pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan.

Penghasilan yang dikecualikan dari pengenaan PPh Pasal 21


1. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan,asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan
oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh bukan Wajib Pajak selain
Pemerintah, atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan
yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed
profit);
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara
Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja;
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;
5. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu (Psl 3(1) UU PPh). Ketentuannya di atur
lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 246/PMK.03/2008.

Biaya jabatan, Biaya Pensiun

Biaya Pensiun adalah Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi
Penerima Pensiun.
Besarnya biaya pensiun  sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-
tingginya Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp 2.400.000,00 (dua juta empat
ratus ribu rupiah) setahun. Biaya Pensiun dikurangkan dari Penghasilan Bruto yang diterima
oleh Pensiunan PNS, anggota TNI, Anggota POLRI, Pe
gawai BUMN dan Karyawan Perusahaan Swasta.
Biaya jabatan tidak mengacu pada jabatan formal tertentu, melainkan dimaksudkan
untuk semua karyawan tetap. Maka dari itu, baik staf biasa maupun direktur utama berhak
mendapatkan pengurang biaya jabatan ini.
Besaran biaya jabatan adalah sebesar 5% dari penghasilan bruto setahun yang diterima
oleh pegawai. Penghitungan biaya jabatan ini dengan pengurangan setinggi-tingginya sebesar
Rp500.000 sebulan atau Rp6.000.000 dalam waktu setahun.

Tarif pajak dan Penerapannya

Berdasarkan pph 21 sebagai berikut :

Tarif berdasarkan Pasal 17 UU PPh, diterapkan atas PKP (Penghasilan Kena Pajak) PPh Pasal 21
sebagai berikut:

 Pegawai tetap
 Penerima pensiun berkala
 Pegawai tidak tetap, yang penghasilannya dibayar setiap bulan (atau jumlah kumulatif
penghasilan dalam satu bulan telah melebihi Rp4.500.000)
 Bukan pegawai, yang penghasilannya bersifat berkesinambungan (menurut PER-
31/PJ/2009, berkesinambungan adalah imbalannya dibayar atau terutang lebih dari satu kali
dalam satu tahun kalender sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan).

Jika jumlah penghasilan lebih dari Rp450.000/hari. Ketentuan ini berlaku bagi pegawai
tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang memperoleh upah harian, mingguan, satuan, atau
borongan. Sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam satu bulan kalender telah
melebihi Rp4.500.000.

Selain itu, pemotongan PPh 21 sebesar 50% dari jumlah penghasilan bruto. Ketentuan ini
berlaku bagi bukan pegawai yang memperoleh penghasilan tidak bersifat berkesinambungan.

Tarif PPh Pasal 21 yang bersifat final

Pajak final atau PPh final merupakan pajak yang dikenakan langsung saat wajib pajak
(WP) menerima penghasilan. Pajak final biasanya langsung disetorkan oleh WP. Karena sifat
pungutannya yang seketika, PPh final tidak lagi diperhitungkan dalam pelaporan SPT tahunan
meskipun nantinya tetap harus dilaporkan.

Penghasilan yang Dikenakan PPh 21 Final adalah penghasilan yang terdiri dari
penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat
Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus (sebagian atau
seluruh pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 tahun).

. a. Uang Pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk
Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja,
termasuk uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.

b. Uang Manfaat Pensiun adalah penghasilan dari manfaat pensiun yang dibayarkan
kepada orang pribadi peserta dana pensiun secara sekaligus sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang dana pensiun oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja atau Dana
Pensiun Lembaga Keuangan yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
c. Tunjangan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan
penyelenggara tunjangan hari tua kepada orang pribadi yang telah mencapai usia pensiun. d.
Jaminan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara
jaminan sosial tenaga kerja kepada orang pribadi yang berhak dalam jangka waktu yang telah
ditentukan atau keadaan lain yang ditentukan

Pemotong Pajak Pasal 21

Yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi atau Wajib Pajak Badan, termasuk Bentuk Usaha
Tetap (BUT), yang mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak atas penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

Pemotong PPh Pasal 21/26 terdiri dari:

1. Pemberi kerja
2. Bendahara dan pemegang kas pemerintah
3. Dana pensiun
4. Orang pribadi pembayar honorarium
5. Penyelenggara kegiatan

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21/26 terdiri dari:

1. Pegawai.
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya juga merupakan wajib pajak PPh Pasal 21. 
3. Wajib pajak PPh 21 kategori bukan pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa, meliputi:

a) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris;
b) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati,
pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya;
c) Olahragawan;
d) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e) Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
g) Agen iklan;
h) Pengawas atau pengelola proyek;
i) Pembawa pesanan atau menemukan langganan atau yang menjadi perantara;
j) Petugas penjaja barang dagangan;
k) Petugas dinas luar asuransi; dan/atau
l) Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya

4. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai
Tetap pada perusahaan yang sama juga merupakan Wajib Pajak PPh Pasal 21.

Cara Menghitung PPh Pasal 21

Penghitungan PPh 21 untuk pegawai tetap dan Penerima Pensiun dibedakan jadi 2 yaitu :

1) Penghitungan masa atau bulanan yang menjadi dasar pemotongan PPh Pasal 21
yang terutang untuk setiap masa pajak, yang dilaporkan dalam SPT Masa PPh
Pasal 21. Selain masa pajak Desember atau masa pajak di mana pegawai tetap
berhenti bekerja.
2) Penghitungan kembali sebagai dasar pengisian Form 1721 A1 atau 1721 A2 dan
pemotongan PPh pasal 21 dan pemotongan PPh pasal 21 yang terutang untuk
masa pajak Desember atau masa pajak di mana pegawai tetap berhenti bekerja.

Anda mungkin juga menyukai