Anda di halaman 1dari 1

Manusia, Kebudayaan, dan Peradaban

Peradaban tidak bias lepas dari konteks kebudayaan, sedangkan tema kebudayaan tidak bias
dilepaskan dari manusia sebagai pelakunya. Timbul pertanyaan, siapakah manusia itu, darimana asalnya,
bagaimana manusia diciptakan, bagaimana ia berkembang sehingga memiliki daya dan keagungan
rohani, yang membedakannya degan makhluk lain?

Manusia telah memikirkan tentang asalnya selama beribu ribu tahun. Tetapi, ssampai sekarang
ini, satu satunya sumber gagasan adalah pengertian pengertian yang diperoleh dari ajaran agama dan
berbagai system filsafat. Contoh system filsaafat yang sudah kita ketahui adalah Teori Evolusi Darwin.
Darwin dalam bukunya On the Origin of Spesies yang di Inggris tahun 1959 M, berrusaha
mengetengahkan sebuah teori mengenal asal usul spesies melalui seleksi alam atau bertahannya ras ras
yang beruntung dalam perjuangan untuk mempertahankan penghidupannya. Darwin berusaha
menemukan mekanisme perubahan satu spesies menjadi spesies lain. Pengikut pengikut Darwin yang
paling ekstrem menjadi Darwinisme itu sebagai acuan bahwa manusia adalah keturunan kera.
Akhirnya, Al Quranlah yang mampu memberikan jawaban atas pertanyaan: darimana manusia
berasal, bagaimana manusia diciptakan dan bagaimana ia berkembang sehingga memiliki daya dan
keagungan rohani, yang membedakannya dengan makhluk lain.

Allah berfirman di Surah Al Maidah. "Katakanlah: ‘Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang
orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang
yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang)
menyembah thaghut?’ Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus," Surah
Al Maidah Ayat 60.

Banyak orang meyakini bahwa makna ayat itu mengisyaratkan kera menjadi asal mula makhluk
keturunan berikutnya, yaitu manusia. Pemahaman ini keliru. Riset-riset ilmiah modern menegaskan
bahwa teori evolusi adalah teori yang salah dan tak memiliki dasar yang sah.

Jadi, proses evolusi dimana melalui seleksi alam dengan segala kebetulan-kebetulannya tidaklah
melakukan penciptaan apapun. Setiap makhluk hidup awalnya diciptakan spontan secara sempurna
kemudian mengalami evolusi. Proses ini menggunakan apa yang telah ada sebelumnya, memproses
yang telah ada, menyilangkan gen-gennya, menyebabkan kerjadinya diversifikasi atau keaneka-ragaman
makhluk hidup, akan tetapi tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak hidup atau yang tidak ada.

Di dalam Islam, konsep seperti ini kembali lagi kepada apa yang dinamakan ruh, elemen dasar
kehidupan, walaupun dikatakan pula di dalam Al-Qur’an bahwa sebagian besar pengetahuan tentang
ruh itu tidak dibagikan oleh Allah kepada manusia.

Anda mungkin juga menyukai