MgCl2 (Kienle 1986, Sudradjat & Soleh interaksi dipol permanen-dipol induksi, dan
1994). interaksi dispersi (dipol sementara-dipol
Penggunaan AA sebagai adsorben induksi) (Suzuki 1990, diacu dalam Hasanah
ditentukan oleh luas permukaan, dimensi, dan 2006).
distribusinya, yang bergantung pada bahan Faktor-faktor yang memengaruhi proses
baku, kondisi pengkarbonan, dan proses adsorpsi antara lain sifat fisik dan kimia
pengaktifan yang digunakan. Sekarang ini, adsorben seperti luas permukaan, ukuran
AA telah digunakan secara luas dalam industri partikel, dan komposisi kimia. Semakin kecil
pangan, misalnya untuk pemurnian gula dan ukuran partikel, maka semakin besar luas
minyak, maupun non-pangan seperti kimia permukaan padatan persatuan volume tertentu,
dan farmasi, umumnya sebagai bahan sehingga akan semakin banyak zat yang
pengadsorpsi dan pemurni yang digunakan diadsorpsi. Faktor lainnya adalah sifat fisis
dalam jumlah sedikit sebagai katalis dan kimia adsorbat, seperti ukuran molekul
(Lampiran 1). AA juga telah banyak dan komposisi kimia, serta konsentrasi
digunakan pada sistem penjernihan air adsorbat dalam fase cairan (Atkins 1999).
(Sriwahyuni 2002). Proses adsorpsi berlangsung melalui tiga
tahapan, yaitu makrotransport, mikro-
Adsorpsi
transport, dan sorpsi. Makrotransport meliputi
Adsorpsi merupakan peristiwa perpindahan adsorbat melalui air menuju
terakumulasinya partikel pada permukaan. interfase cair-padat dengan proses difusi.
Partikel yang terakumulasi dan diserap oleh Mikrotransport meliputi difusi adsorbat
permukaan disebut adsorbat dan material melalui sistem makropori dan submikropori.
tempat terjadinya adsorpsi disebut adsorben Sorpsi merupakan istilah untuk menjelaskan
atau substrat (Atkins 1999). kontak adsorbat terhadap adsorben. Istilah ini
Proses adsorpsi terdiri atas dua tipe, yaitu digunakan karena sulitnya membedakan
adsorpsi kimia dan fisika. Adsorpsi kimia proses yang berlangsung, apakah fisiosorpsi
adalah tipe adsorpsi dengan cara suatu atau kimisorpsi. Kapasitas adsorpsi suatu
molekul menempel ke permukaan melalui adsorben untuk sebuah kontaminan dapat
pembentukan suatu ikatan kimia. Ciri-ciri ditentukan dengan menghitung isoterm
adsorpsi kimia adalah terjadi pada suhu yang adsorpsi.
tinggi, jenis interaksinya kuat, berikatan
Isoterm Adsorpsi
kovalen antara permukaan adsorben dengan
adsorbat, entalpinya tinggi (ΔH 400 kJ/mol), Hubungan kesetimbangan antara potensial
adsorpsi terjadi hanya pada suatu lapisan atas kimia adsorbat dalam gas atau cairan dan
(monolayer), dan energi aktivasinya tinggi potensial kimia adsorbat di permukaan
(Hasanah 2006). adsorben pada suhu tetap dikatakan sebagai
Adsorpsi fisika adalah tipe adsorpsi isoterm adsorpsi. Kesetimbangan tercapai jika
dengan cara adsorbat menempel pada laju pengikatan adsorben terhadap adsorbat
permukaan melalui interaksi intermolekuler sama dengan laju pelepasannya (Koumanova
yang lemah. Ciri-ciri dari adsorpsi fisika & Antova 2002).
adalah terjadi pada suhu yang rendah, jenis Tipe isoterm adsorpsi yang umum dikenal
interaksinya adalah interaksi intermolekuler ada tiga macam, yaitu isoterm Freundlich,
(gaya van der Waals), entalpinya rendah (ΔH Langmuir, dan Brenauer-Emmet-Teller
<20 kJ/mol), adsorpsi dapat terjadi dalam (BET). Isoterm Freundlich dan Langmuir
banyak lapisan (multilayer), dan energi digunakan untuk gas atau larutan dengan
aktivasinya rendah (Hasanah 2006). konsentrasi rendah. Isoterm BET merupakan
Adsorpsi fisika terutama disebabkan oleh modifikasi isoterm Langmuir pada tekanan
gaya van der Waals dan gaya elektrostatik tinggi (Alberty & Silbey 1992).
antara molekul yang teradsorpsi dengan atom
Isoterm Freundlich
yang menyusun permukaan adsorben. Gaya
Isoterm Freundlich mengasumsikan suatu
van der Waals tersebut timbul sebagai akibat
permukaan adsorpsi yang heterogen dan
interaksi dipol-dipol, yang mana pada jarak
perbedaan energi pada sisi aktif (Koumanova
antar molekul tertentu terjadi kesetimbangan
& Antova 2002).
antara gaya tolak dan gaya tarik. Dalam fase
Model isoterm ini menganggap bahwa
cair dan fase padat terdapat gaya tarik van der
pada semua sisi permukaan adsorben akan
Waals yang relatif lebih besar dibandingkan
terjadi proses adsorpsi di bawah kondisi yang
dengan gaya tarik dalam fase gas. Gaya van
diberikan. Isoterm Freundlich tidak mampu
der Waals terdiri dari interaksi dipol-dipol,
4
Tabel 2 Syarat mutu minyak goreng sebagai kontrol, dan arang aktif yang dibeli di
Nilai pasaran.
Ciri Setelah dianalisis, kemampuan arang aktif
Maksimum
dikaji dengan menentukan kapasitas dan
Air 0,3%(b/b)
efisien adsorpsinya terhadap pemurnian
FFA 0,3%(b/b) minyak goreng bekas curah. Sifat minyak
10 mg O2/
goreng yang dianalisis sebelum dan setelah
Bilangan Peroksida 100g
dimurnikan adalah kadar asam lemak bebas
Logam Berat (free fatty acid) (FFA). Percobaan
Timbel (Pb) 0.1 bpj pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan
Besi (Fe) 1.5 bpj takaran optimum arang aktif yang dibutuhkan
Tembaga (Cu) 0.1 bpj dan waktu kontak yang diperlukan. Isoterm
Raksa (Hg) 0.05 bpj adsorpsi juga dikaji pada standar asam laurat
Arsen (As) 0.1 bpj dengan menggunakan isoterm Freundlich dan
Minyak Pelikan negatif Langmuir.
Keadaan (warna, bau, dan Perancangan percobaan
normal
rasa) Rancangan percobaan yang digunakan
Sumber: SNI 01-3741-1995 dalam penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap faktorial dengan dua kali ulangan.
BAHAN DAN METODE Faktor-faktor perlakuan yang digunakan
adalah konsentrasi bahan kimia pengaktif,
Bahan dan Alat yaitu NaOH 0,50% dan 0,75%; suhu
pengaktivasi, 700 °C dan 800 °C; waktu
Bahan-bahan yang digunakan adalah aktivasi, 60 dan 120 menit.
tongkol jagung usia 90 hari yang berasal dari
Ciampea, standar asam laurat, dan minyak Model rancangan
goreng bekas curah (dari penggorengan pecel Yijk = µ+ Ai+ Bj+ Ck+ ABij + ACik+ BCjk+
lele), ABCijk+ Eijk
Alat yang digunakan untuk membuat Yijk = Nilai respon yang diamati
arang aktif adalah tungku pengarangan µ = Efek rerata yang sebenarnya
(drum), tungku aktivasi (retort) yang Ai = Pengaruh konsentrasi NaOH taraf k-i
dilengkapi ketel uap, peralatan kaca, dan Bj = Pengaruh suhu pengaktifan dari taraf k-j
software statistika SPSS versi 13.0. Ck = Pengaruh waktu pengaktifan dengan
taraf ke-k
Metode Penelitian ABi = Pengaruh interaksi antara konsentrasi
Pembuatan arang aktif diawali dengan NaOH taraf ke-i dan suhu aktivasi
preparasi tongkol jagung (Lampiran 2). taraf ke-j
Tongkol jagung dipotong-potong dan dicuci ACik = Pengaruh interaksi antara konsentrasi
bersih dengan air keran yang mengalir, setelah NaOH taraf ke-i dan waktu
itu dikeringudarakan di bawah sinar matahari pengaktifan taraf ke-k
selama 7-8 hari. Selanjutnya, tongkol jagung BCjk = Pengaruh interaksi antara suhu
dikarbonisasi pada tungku pengarangan pengaktivasian taraf ke-j dan waktu
(Lampiran 3) pada suhu 500 °C selama 5 jam pengaktifan taraf ke-k
(Bangas & Alam 2007), lalu dilanjutkan ABCijk= Pengaruh interaksi antara konsentrasi
dengan proses pengaktifan. NaOH taraf ke-i, suhu aktivasi taraf
Pengaktifan arang aktif dilakukan dengan ke-j,dan waktu pengaktifan taraf ke-k
tiga faktor, yaitu konsentrasi bahan pengaktif Eijk = Galat dari rancangan faktorial
(NaOH 0,50% dan NaOH 0,75%), suhu Pembuatan arang aktif (Ferry 2002)
pengaktifan (700 °C dan 800 °C) dan waktu Sejumlah tongkol jagung dimasukkan ke
pengaktifan (60 dan 120 menit). Analisis sifat dalam tungku pengarangan (drum) dan
arang aktif meliputi rendemen, kadar air, dipanaskan dengan nyala api, bara yang
kadar abu, kadar zat mudah menguap, kadar terbentuk diambil dan dipadamkan dengan
karbon terikat, daya jerap iod, daya jerap tanah. Arang yang terbentuk kemudian
benzena, dan daya jerap kloroform (Sudradjat dikeringkan. AA dibuat dengan cara
& Soleh 1994). Sebagai pembanding juga perendaman dengan NaOH 0,5% dan 0,75%
dilakukan analisis yang sama terhadap sifat dilanjutkan dengan HCl: HNO3 (1:1) 0,2N
arang aktif yang diaktivasi tanpa bahan kimia lalu dipanaskan dalam tungku aktivasi pada