Anda di halaman 1dari 4

2

TINJAUAN PUSTAKA yang diadsorpsi AA dapat mengalami desorpsi


(Roy 1985). Sifat ini menguntungkan untuk
Jagung aplikasi industri karena AA dapat dipakai
berulang melalui proses regenerasi.
Jagung merupakan salah satu jenis Pola difraksi sinar-X menunjukkan bahwa
tanaman pangan biji-bijian dari keluarga AA berbentuk grafit, amorf, tersusun dari
rumput-rumputan. Jagung adalah sumber atom-atom karbon berikatan secara kovalen
pangan kedua setelah padi. Hampir 70% dari membentuk struktur heksagonal datar
produksinya dimanfaatkan untuk konsumsi (Gambar 1). Susunan kisi-kisi heksagonal
dan sisanya untuk berbagai keperluan, baik datar ini tampak seperti pelat-pelat datar yang
sebagai pakan ternak maupun bahan industri saling bertumpuk dengan sela-sela di
(Elly LR 1992). Selain sebagai sumber antaranya. Setiap kristal arang aktif biasanya
karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai tersusun atas 3 atau 4 lapisan atom karbon
pakan ternak (daun dan tongkol), diambil dengan sekitar 20−30 atom karbon heksagonal
minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, pada tiap lapisan (Jankowska 1991)
dikenal dengan istilah tepung jagung atau
maizena), furfural, bioetanol, dan bahan baku
industri (dari tepung biji dan tepung
tongkolnya).
Tongkol jagung kaya akan pentosa yang
dipakai sebagai bahan baku pembuatan
furfural. Furfural banyak digunakan sebagai
pelarut dalam industri pengolahan minyak
bumi, pembuatan pelumas, dan pembuatan Gambar 1 Struktur grafit AA
nilon. Selain itu berfungsi sebagai senyawa (Jankowska 1991).
antara untuk pembuatan furfuril alkohol,
tetrahidrofuran, herbisida, dan aplikasi pada AA dapat dibuat dari bahan yang
pewangi (Ace 2003). Inti biji jagung juga mengandung karbon. Tulang, kulit biji, kayu
banyak dimanfaatkan sebagai penghasil keras dan lunak, kulit kayu, tongkol jagung,
minyak jagung. serbuk gergaji, sekam padi, dan tempurung
Tongkol jagung sebagian besar tersusun kelapa ialah beberapa contoh yang umum
oleh selulosa (41%), hemiselulosa (36%), digunakan (Pari 1996). Pembuatan AA
lignin (6%), dan senyawa lain yang umum mencakup dua tahapan utama, yaitu proses
terdapat dalam tumbuhan (Tabel 1). Hal ini karbonisasi bahan baku dan proses aktivasi
mengindikasikan kandungan karbon yang bahan terkarbonisasi tersebut pada suhu lebih
cukup tinggi. Arang yang berasal dari tongkol tinggi. Karbonisasi merupakan proses
jagung diaktivasi secara fisik dan kimia. penguraian selulosa organik menjadi unsur
Aktivasi secara kimia dengan larutan asam karbon dengan disertai pengeluaran unsur-
dan basa mengarah untuk perbesaran pori unsur non-karbon, yang berlangsung pada
arang aktif. suhu sekitar 600-700 °C (Kienle 1986).
Arang Aktif Proses aktivasi merupakan proses untuk
menghilangkan hidrokarbon yang melapisi
Arang aktif (AA) adalah arang yang telah permukaan arang sehingga dapat
mengalami proses aktivasi untuk meningkatkan porositas karbon (Cooney 1980
meningkatkan luas permukaannya dengan dan Guerrero et al. 1970). Aktivasi AA dapat
jalan membuka pori-porinya sehingga daya dilakukan dengan 2 cara, yaitu proses aktivasi
adsorpsinya meningkat. Luas permukaan AA secara fisik dan proses aktivasi kimia. Prinsip
berkisar antara 300 dan 3500 m2/g. Daya jerap aktivasi fisik adalah pemberian uap air atau
AA sangat besar, yaitu ¼ sampai 10 kali gas CO2 kepada arang yang telah dipanaskan.
terhadap bobot arang aktif. Sementara, prinsip aktivasi kimia ialah
AA merupakan adsorben yang baik untuk perendaman arang dalam senyawa kimia
adsorpsi gas, cairan, maupun larutan. sebelum dipanaskan. Diharapkan bahan
Adsorpsi oleh AA bersifat fisik, artinya pengaktif masuk di antara sela-sela lapisan
adsorpsi terjadi jika gaya tarik van der Waals heksagonal AA dan selanjutnya membuka
oleh molekul-molekul di permukaan lebih permukaan yang tertutup. Bahan-bahan kimia
kuat daripada gaya tarik yang menjaga yang dapat digunakan antara lain H3PO4,
adsorbat tetap berada dalam fluida. Adsorpsi ZnCl2, NH4Cl, AlCl3, HNO3, KOH, NaOH,
fisik bersifat dapat balik sehingga adsorbat H3BO3, KMnO4, SO2, H2SO4, K2S, CaCl2, dan
3

MgCl2 (Kienle 1986, Sudradjat & Soleh interaksi dipol permanen-dipol induksi, dan
1994). interaksi dispersi (dipol sementara-dipol
Penggunaan AA sebagai adsorben induksi) (Suzuki 1990, diacu dalam Hasanah
ditentukan oleh luas permukaan, dimensi, dan 2006).
distribusinya, yang bergantung pada bahan Faktor-faktor yang memengaruhi proses
baku, kondisi pengkarbonan, dan proses adsorpsi antara lain sifat fisik dan kimia
pengaktifan yang digunakan. Sekarang ini, adsorben seperti luas permukaan, ukuran
AA telah digunakan secara luas dalam industri partikel, dan komposisi kimia. Semakin kecil
pangan, misalnya untuk pemurnian gula dan ukuran partikel, maka semakin besar luas
minyak, maupun non-pangan seperti kimia permukaan padatan persatuan volume tertentu,
dan farmasi, umumnya sebagai bahan sehingga akan semakin banyak zat yang
pengadsorpsi dan pemurni yang digunakan diadsorpsi. Faktor lainnya adalah sifat fisis
dalam jumlah sedikit sebagai katalis dan kimia adsorbat, seperti ukuran molekul
(Lampiran 1). AA juga telah banyak dan komposisi kimia, serta konsentrasi
digunakan pada sistem penjernihan air adsorbat dalam fase cairan (Atkins 1999).
(Sriwahyuni 2002). Proses adsorpsi berlangsung melalui tiga
tahapan, yaitu makrotransport, mikro-
Adsorpsi
transport, dan sorpsi. Makrotransport meliputi
Adsorpsi merupakan peristiwa perpindahan adsorbat melalui air menuju
terakumulasinya partikel pada permukaan. interfase cair-padat dengan proses difusi.
Partikel yang terakumulasi dan diserap oleh Mikrotransport meliputi difusi adsorbat
permukaan disebut adsorbat dan material melalui sistem makropori dan submikropori.
tempat terjadinya adsorpsi disebut adsorben Sorpsi merupakan istilah untuk menjelaskan
atau substrat (Atkins 1999). kontak adsorbat terhadap adsorben. Istilah ini
Proses adsorpsi terdiri atas dua tipe, yaitu digunakan karena sulitnya membedakan
adsorpsi kimia dan fisika. Adsorpsi kimia proses yang berlangsung, apakah fisiosorpsi
adalah tipe adsorpsi dengan cara suatu atau kimisorpsi. Kapasitas adsorpsi suatu
molekul menempel ke permukaan melalui adsorben untuk sebuah kontaminan dapat
pembentukan suatu ikatan kimia. Ciri-ciri ditentukan dengan menghitung isoterm
adsorpsi kimia adalah terjadi pada suhu yang adsorpsi.
tinggi, jenis interaksinya kuat, berikatan
Isoterm Adsorpsi
kovalen antara permukaan adsorben dengan
adsorbat, entalpinya tinggi (ΔH 400 kJ/mol), Hubungan kesetimbangan antara potensial
adsorpsi terjadi hanya pada suatu lapisan atas kimia adsorbat dalam gas atau cairan dan
(monolayer), dan energi aktivasinya tinggi potensial kimia adsorbat di permukaan
(Hasanah 2006). adsorben pada suhu tetap dikatakan sebagai
Adsorpsi fisika adalah tipe adsorpsi isoterm adsorpsi. Kesetimbangan tercapai jika
dengan cara adsorbat menempel pada laju pengikatan adsorben terhadap adsorbat
permukaan melalui interaksi intermolekuler sama dengan laju pelepasannya (Koumanova
yang lemah. Ciri-ciri dari adsorpsi fisika & Antova 2002).
adalah terjadi pada suhu yang rendah, jenis Tipe isoterm adsorpsi yang umum dikenal
interaksinya adalah interaksi intermolekuler ada tiga macam, yaitu isoterm Freundlich,
(gaya van der Waals), entalpinya rendah (ΔH Langmuir, dan Brenauer-Emmet-Teller
<20 kJ/mol), adsorpsi dapat terjadi dalam (BET). Isoterm Freundlich dan Langmuir
banyak lapisan (multilayer), dan energi digunakan untuk gas atau larutan dengan
aktivasinya rendah (Hasanah 2006). konsentrasi rendah. Isoterm BET merupakan
Adsorpsi fisika terutama disebabkan oleh modifikasi isoterm Langmuir pada tekanan
gaya van der Waals dan gaya elektrostatik tinggi (Alberty & Silbey 1992).
antara molekul yang teradsorpsi dengan atom
Isoterm Freundlich
yang menyusun permukaan adsorben. Gaya
Isoterm Freundlich mengasumsikan suatu
van der Waals tersebut timbul sebagai akibat
permukaan adsorpsi yang heterogen dan
interaksi dipol-dipol, yang mana pada jarak
perbedaan energi pada sisi aktif (Koumanova
antar molekul tertentu terjadi kesetimbangan
& Antova 2002).
antara gaya tolak dan gaya tarik. Dalam fase
Model isoterm ini menganggap bahwa
cair dan fase padat terdapat gaya tarik van der
pada semua sisi permukaan adsorben akan
Waals yang relatif lebih besar dibandingkan
terjadi proses adsorpsi di bawah kondisi yang
dengan gaya tarik dalam fase gas. Gaya van
diberikan. Isoterm Freundlich tidak mampu
der Waals terdiri dari interaksi dipol-dipol,
4

memperkirakan adanya sisi-sisi pada Minyak Goreng


permukaan yang mampu mencegah adsorpsi
Lemak dan minyak merupakan suatu
pada kesetimbangan tercapai, hanya ada
trigliserida yang terbentuk dari kondensasi
beberapa sisi aktif saja yang mampu
satu molekul gliserol dengan tiga molekul
mengadsorpsi molekul terlarut (Jason 2004).
asam lemak. Lemak dan minyak sebagai
Persamaan Freundlich dituliskan sebagai
bahan pangan dibagi menjadi dua, yaitu lemak
berikut:
yang siap dikonsumsi tanpa dimasak misalnya
x
= k C 1/ n mentega, dan lemak yang dimasak bersam-
m sama bahan pangan atau dijadikan sebagai
Persamaan dalam bentuk logaritma: medium penghantar panas dalam memasak
bahan pangan misalnya minyak goreng
x 1 (Ketaren 1986). Minyak goreng adalah
log = log k + log C
m n minyak yang telah mengalami proses
keterangan: pemurnian yang meliputi degumming,
x = jumlah adsorbat terjerap per unit bobot netralisasi, pemucatan dan deodorisasi. Secara
m umum komponen utama yang sangat
adsorben (µg/g adsorben) menentukan mutu minyak adalah asam
C = konsentrasi kesetimbangan adsorbat lemaknya, karena asam lemak menentukan
dalam larutan setelah adsorpsi (bpj) sifat kimia maupun stabilitas minyak.
k, n = konstanta empiris Dalam proses menggoreng, minyak
Isoterm Langmuir berfungsi sebagai penghantar panas sehingga
Isoterm Langmuir didasarkan pada asumsi proses pemanasan menjadi lebih efisien
bahwa sejumlah tertentu sisi sentuh adsorben dibandingkan proses pemanggangan dan
terdapat pada permukaan dan memiliki energi perebusan. Proses penggorengan akan
yang sama serta adsorpsi bersifat dapat balik meningkatkan cita rasa, kandungan gizi dan
(Atkins 1999). Menurut Ribeiro et al. (2001), daya awet serta menambah nilai kalori bahan
isoterm Langmuir mengasumsikan setiap pangan. Pada proses penggorengan oksigen
tempat adsorpsi adalah ekuivalen dan dapat mengoksidasi minyak dengan cepat.
kemampuan partikel untuk terikat di tempat Kerusakan lemak selama proses
tersebut tidak bergantung pada ditempati atau penggorengan diakibatkan oleh kontak
tidak ditempatinya tempat yang berdekatan minyak dengan udara, pemanasan yang
dan menggambarkan permukaan adsorpsi berlebihan, kontak minyak dengan bahan
yang homogen. pangan dan adanya partikel-partikel yang
Persamaan Langmuir dituliskan sebagai gosong.. Kerusakan minyak akibat pemanasan
berikut: dapat dilihat dari perubahan warna, kenaikan
x αβC kekentalan, kenaikan kandungan asam lemak
= bebas, kenaikan peroksida dan penurunan
m 1+β C
bilangan iodium. Kerusakan ini akan
Konstanta α, β dapat ditentukan dari kurva mempengaruhi mutu dan nilai gizi serta
C penampilan bahan pangan yang digoreng.
hubungan terhadap C dengan Persyaratan mutu minyak goreng menurut SNI
x/m (1995) disajikan pada Tabel 2.
persamaan: Pada minyak goreng yang telah digunakan
C 1 1
= + C dapat dilakukan filtrasi minyak dengan
x/m α β α adsorben sehingga kondisi minyak dapat
Isoterm Brunauer, Emmet, Teller (BET) terjaga dengan baik. Adsorben yang akan
Isoterm BET merupakan metode digunakan dalam penelitian ini adalah arang
umum untuk menentukan luas permukaan aktif yang diduga dapat menghilangkan
adsorben dari data adsorpsi, dengan sebagian asam lemak bebas yang timbul dari
persamaan: reaksi pencoklatan.
x 1 (c − 1) x
= +
n(1 − x) cn cn
konstanta n dan c dapat diperoleh dari
kemiringan garis perpotongan kurva
x
hubungan terhadap x.
n(1 − x)
5

Tabel 2 Syarat mutu minyak goreng sebagai kontrol, dan arang aktif yang dibeli di
Nilai pasaran.
Ciri Setelah dianalisis, kemampuan arang aktif
Maksimum
dikaji dengan menentukan kapasitas dan
Air 0,3%(b/b)
efisien adsorpsinya terhadap pemurnian
FFA 0,3%(b/b) minyak goreng bekas curah. Sifat minyak
10 mg O2/
goreng yang dianalisis sebelum dan setelah
Bilangan Peroksida 100g
dimurnikan adalah kadar asam lemak bebas
Logam Berat (free fatty acid) (FFA). Percobaan
Timbel (Pb) 0.1 bpj pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan
Besi (Fe) 1.5 bpj takaran optimum arang aktif yang dibutuhkan
Tembaga (Cu) 0.1 bpj dan waktu kontak yang diperlukan. Isoterm
Raksa (Hg) 0.05 bpj adsorpsi juga dikaji pada standar asam laurat
Arsen (As) 0.1 bpj dengan menggunakan isoterm Freundlich dan
Minyak Pelikan negatif Langmuir.
Keadaan (warna, bau, dan Perancangan percobaan
normal
rasa) Rancangan percobaan yang digunakan
Sumber: SNI 01-3741-1995 dalam penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap faktorial dengan dua kali ulangan.
BAHAN DAN METODE Faktor-faktor perlakuan yang digunakan
adalah konsentrasi bahan kimia pengaktif,
Bahan dan Alat yaitu NaOH 0,50% dan 0,75%; suhu
pengaktivasi, 700 °C dan 800 °C; waktu
Bahan-bahan yang digunakan adalah aktivasi, 60 dan 120 menit.
tongkol jagung usia 90 hari yang berasal dari
Ciampea, standar asam laurat, dan minyak Model rancangan
goreng bekas curah (dari penggorengan pecel Yijk = µ+ Ai+ Bj+ Ck+ ABij + ACik+ BCjk+
lele), ABCijk+ Eijk
Alat yang digunakan untuk membuat Yijk = Nilai respon yang diamati
arang aktif adalah tungku pengarangan µ = Efek rerata yang sebenarnya
(drum), tungku aktivasi (retort) yang Ai = Pengaruh konsentrasi NaOH taraf k-i
dilengkapi ketel uap, peralatan kaca, dan Bj = Pengaruh suhu pengaktifan dari taraf k-j
software statistika SPSS versi 13.0. Ck = Pengaruh waktu pengaktifan dengan
taraf ke-k
Metode Penelitian ABi = Pengaruh interaksi antara konsentrasi
Pembuatan arang aktif diawali dengan NaOH taraf ke-i dan suhu aktivasi
preparasi tongkol jagung (Lampiran 2). taraf ke-j
Tongkol jagung dipotong-potong dan dicuci ACik = Pengaruh interaksi antara konsentrasi
bersih dengan air keran yang mengalir, setelah NaOH taraf ke-i dan waktu
itu dikeringudarakan di bawah sinar matahari pengaktifan taraf ke-k
selama 7-8 hari. Selanjutnya, tongkol jagung BCjk = Pengaruh interaksi antara suhu
dikarbonisasi pada tungku pengarangan pengaktivasian taraf ke-j dan waktu
(Lampiran 3) pada suhu 500 °C selama 5 jam pengaktifan taraf ke-k
(Bangas & Alam 2007), lalu dilanjutkan ABCijk= Pengaruh interaksi antara konsentrasi
dengan proses pengaktifan. NaOH taraf ke-i, suhu aktivasi taraf
Pengaktifan arang aktif dilakukan dengan ke-j,dan waktu pengaktifan taraf ke-k
tiga faktor, yaitu konsentrasi bahan pengaktif Eijk = Galat dari rancangan faktorial
(NaOH 0,50% dan NaOH 0,75%), suhu Pembuatan arang aktif (Ferry 2002)
pengaktifan (700 °C dan 800 °C) dan waktu Sejumlah tongkol jagung dimasukkan ke
pengaktifan (60 dan 120 menit). Analisis sifat dalam tungku pengarangan (drum) dan
arang aktif meliputi rendemen, kadar air, dipanaskan dengan nyala api, bara yang
kadar abu, kadar zat mudah menguap, kadar terbentuk diambil dan dipadamkan dengan
karbon terikat, daya jerap iod, daya jerap tanah. Arang yang terbentuk kemudian
benzena, dan daya jerap kloroform (Sudradjat dikeringkan. AA dibuat dengan cara
& Soleh 1994). Sebagai pembanding juga perendaman dengan NaOH 0,5% dan 0,75%
dilakukan analisis yang sama terhadap sifat dilanjutkan dengan HCl: HNO3 (1:1) 0,2N
arang aktif yang diaktivasi tanpa bahan kimia lalu dipanaskan dalam tungku aktivasi pada

Anda mungkin juga menyukai