Anda di halaman 1dari 8

Jurnal OFFSHORE, Volume 2 No.

1 Juni 2018 : 43 ─ 50 ; e -ISSN : 2549-8681

POTENSI SHALE HYDROCARBON FORMASI BROWN SHALE,


CEKUNGAN SUMATRA TENGAH BERDASARKAN DATA LOG
MEKANIK
Sugeng Widada1), Salatun Said2), Hendaryono3) dan Listriyanto4)
) Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta
1,2,3

4
) Program Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Coresponding author. email: swgeoupn@yahoo.co.id

Abstrak

Formasi Brown Shale merupakan batuan induk utama hidrokarbon di Cekungan Sumatra Tengah. Penelitian ini bertujuan
mengevaluasi potensi formasi tersebut sebagai batuan induk hidrokarbon dan implikasinya dalam eksplorasi shale hydrocarbon
berdasarkan data wireline log. Evaluasi yang dilakukan meliputi penentuan ona prospek (shale play), evaluasi kandungan material
organik (TOC) untuk mengetahui tingkat kekayaan batuan induk dan evaluasi tingkat kematangannya. Tiga sumur, Sumur Gamma,
Jeta dan Kilo dievaluasi dengan menggunakan Metoda Passey (1990) dan Bowman (2010) . Log Gamma Ray, Resistivitas, Sonic,
Netron dan Densitas digunakan dalam studi ini.
Dari hasil analisis menunjukkan Formasi Brown Shale yang tertembus oleh ketiga sumur tersebut tersusun oleh
perselingan batulempung dan batulanau yang mengindikasikan mempunyai prospek sebagai batuan induk dengan tingkat kekayaan
material organik miskin sampai kaya dan telah mencapai tingkat kematangan hidrokarbon. Kandungan TOC pada Sumur Gamma
berkisar antara 2-8%(kaya) dan tingkat kematangan minyak dicapai pada kedalaman 6550 ft. Kandungan TOC pada Sumur Jeta
berkisar antara 0-7%(miskin-kaya) dan tingkat kematangan minyak dicapai pada kedalaman 8550 ft. Kandungan TOC pada Sumur
Kilo berkisar antara 0-9%(miskin-kaya) dan tingkat kematangan minyak dicapai pada kedalaman 8100 ft.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan Formasi Brown Shale yang tertembus oleh ketiga sumur di daerah telitian
mempunyai potensi yang baik sebagai batuan induk hidrokarbon dan shale hidrokarbon.
Kata kunci : Formasi Brown Shale, Metoda Passey, Batuan induk migas dan shalehydrocarbon

I. Pendahuluan mempunyai potensi cadangan shale hydrocarbon.


Hingga saat ini minyak dan gas bumi Cekungan Sumatra Tengah merupakan salah satu
masih merupakan sumber energi utama di muka cekungan yang diyakini mempunyai potensi shale
bumi ini. Seiring dengan perkembangan waktu, hydrocarbon yang potensial. Di cekungan ter-
jumlah cadangan sumber energi tersebut semakin sebut, Formasi Brown Shale yang tersusun oleh
menipis. Padahal dengan kemajuan industri dan sedimen lakustrin, merupakan target utama dalam
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor akan eksplorasi shale hydrocarbon. Bukti yang menun-
meningkatkan konsumsi migas. Oleh karena itu, jukkan bahwa sebagian besar migas yang di-
kegiatan eksplorasi geologi untuk menemukan produksi dari lapangan-lapangan migas di
lapangan-lapangan migas baru terus ditingkatkan Cekungan Sumatra Tengah berasal dari Formasi
oleh Pemerintah Indonesia. Brown Shale, memperkuat keyakinan formasi
Shale hydrocarbon termasuk salah satu tersebut mempunyai potensi yang baik sebagai
sumber energi yang pada saat ini mulai banyak batuan induk maupun reservoar shale hydro-
diburu oleh para eksplorasionist untuk men- carbon.
dapatkan cadangan migas baru. Amerika Serikat Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
termasuk pionir dalam pengembangan eksplorasi mengevaluasi potensi Formasi Brown Shale
dan eksploitas shale hydrocarbon. Beberapa sebagai batuan induk dan reservoar shale hydro-
lapangan shale gas dengan cadangan mencapai carbon. Analisis dilakukan dengan cara meng-
ratusan TCF, seperti Lapangan Barnett dan identifikasi litologi penyusun formasi tersebut,
Bakken, berhasil dikembangkan di negara ter- tingkat kekayaan material organik (TOC – total
sebut. organic carbon) serta tingkat kematangannya
Dengan kondisi geologinya, Indonesia berdasarkan data log mekanik. Tiga sumur yang
juga diyakini merupakan salah satu wilayah yang menembus Formasi Brown Shale, Sumur Gamma,
Jeta dan Kilo, digunakan dalam penelitian ini.

− 43 −
POTENSI SHALE HYDROCARBON FORMASI BROWN SHALE, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH
BERDASARKAN DATA LOG MEKANIK

Secara geologis, lokasi penelitian terletak pada Kala Eosen – Oligosen (Gambar 2). Formasi
di Cekungan Sumatra Tengah (Gambar 1). Secara ini secara selaras diendapkan di atas Formasi
stratigrafis Formasi Brown Shale merupakan Lower Red Bed dan secara selaras ditutupi oleh
penyusun Kelompok Pematang yang terendapkan Formasi Upper Red Bed.
di lingkungan lakustrin pada saat terjadi rifting

Gambar 1. Lokasi Daerah Penelitian

Gambar 2. Stratigrafi Regional Cekungan Sumatra Tengah


(Heidrick, & Aulia, 1993)

− 44 −
Jurnal OFFSHORE, Volume 2 No. 1 Juni 2018 : 43 ─ 50 ; e -ISSN : 2549-8681

II. Metodologi harus bersifat rapuh (brittle), sehingga pori-pori


Metode yang umum digunakan dalam dalam batuan tersebut dapat terbuka pada saat
mengevaluasi kekayaan dan tingkat kematangan dilakukan fracturing. Salah satu ciri keberadaan
suatu batuan induk adalah berdasarkan hasil formasi yang rapuh adalah formasi tersebut
analisis laboratorium (seperti : analisis TOC, tersusun oleh perselang-selingan batulempung dan
pirolisa, analisis unsur, reflektivitas vitrinite, batulanau.
indeks alterasi termal, gas chromatografi, dan 2. Evaluasi Kematangan
deskripsi visual kerogen). Kendala yang sering Dalam batuan induk yang belum matang,
dijumpai dalam pekerjaan eksplorasi migas adalah material organik padat dan matriks batuan terdiri
jarangnya sumur yang mempunyai data geokimia dari fraksi padat, sementara spasi pori batuan
dari hasil analisis laboratorium. Dalam penelitian terisi air formasi. Pada saat batuan induk
ini evaluasi potensi Formasi Brown Shale sebagai mencapai kematangan, sebagian material organik
batuan induk dilakukan berdasarkan data log padat berubah menjadi hidrokarbon cair (atau gas)
mekanik dengan menggunakan Metoda Passey yang akan bergerak menuju ruang pori dan
(1990) dan Metoda Bowman (2010) . Jenis-jenis mengusir air formasi. Dalam penelitian ini tingkat
log yang digunakan dalam penelitian ini antara kematangan batuan induk dievaluasi berdasarkan
lain log gamma ray, log resistivitas, log sonik, log data log mekanik dengan menggunakan Metoda
densitas dan log netron. Passey.
Untuk mengetahui potensi Formasi Brown Untuk mengevaluasi kematangan batuan
Shale sebagai batuan induk migas dan reservoar induk, Passey (1990) mengembangkan suatu
shale hydrocarbon, maka dilakukan beberapa metoda yang disebut Δ log R Technique. Teknik
analisis antara lain : identifikasi litologi penyusun, ini telah sukses diaplikasikan pada banyak sumur
evaluasi tingkat kematangan dan evaluasi tingkat di seluruh dunia, baik pada batuan induk klastik
kekayaan (kandungan TOC). Adapun metoda maupun karbonat. Pada metoda ini digunakan
evaluasi dijelaskan sebagai berikut : kombinasi log resistivitas dan sonik. Log sonik
1. Identifikasi Litologi merupakan tipe log mekanik yang mengukur
Batuan induk utama yang menggenerasikan interval waktu lewat (Δt) dari suatu gelombang
migas adalah serpih dan batulempung gampingan. suara kompresional yang merambat melewati 1 ft
Salah satu syarat untuk dapat menjadi batuan formasi dan dinyatakan dalam µsec/ft. Log
induk adalah batuan tersebut harus mempunyai resistivitas merupakan tipe log mekanik yang
kandungan material organik dalam jumlah yang mengukur tahanan jenis batuan dan dinyatakan
signifikan (>1% berat). Secara teoritis, batuan dalam satuan ohm-m.
induk yang kaya material organik tersusun oleh 3
komponen, yaitu matriks batuan, material organik Untuk mengetahui tingkat kematangan batuan
padat dan fluida yang mengisi spasi pori. Batuan induk, kurva interval waktu lewat dan kurva
non-induk hanya terdiri dari 2 komponen, yaitu resistivitas diatur skalanya sehingga skala
matriks batuan dan fluida yang mengisi spasi relativnya adalah 50 µsec/ft atau 164 µsec/m per
pori.Keberadaan serpih kaya organik bisa dikenali satu siklus logaritma resistivitas. Kedua kurva
dari data log mekanik dengan ciri sebagai berikut : tersebut kemudian ditampalkan dan sebagai garis
nilai kurva gamma ray yang tinggi, kurva dasar pembacaan (baseline) ditempatkan pada
resistivitas tinggi, kurva densitas rendah, nilai zona batuan berbutir halus non-source
porositas netron tinggi dan nilai kurva sonik rock.Kondisibaseline dicirikan oleh berimpitnya
tinggi. kedua kurva satu sama lain pada kisaran
Disamping untuk mengetahui keberadaan kedalaman yang signifikan. Adanya separasi
batuan induk potensial, identifikasi litologi antara kurva resistivitas dan sonik
penyusun Formasi Brown Shale juga bertujuan mengindikasikan adanya interval batuan induk
untuk mengetahui tingkat kerapuhan batuan. kaya material organik yang matang (Gambar 3).
Sebagai reservoar serpih hidrokarbon suatu batuan

− 45 −
POTENSI SHALE HYDROCARBON FORMASI BROWN SHALE, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH
BERDASARKAN DATA LOG MEKANIK

Gambar 3. Analisis Visual BatuanIndukBerdasarkan Data Log Mekanik (Passey, 1990)

3. Evaluasi Kekayaan Material Organik DTC = nilai kurva sonik kompresional


(TOC) pada zona interest (µsec/ft)
Separasi Δ log R berhubungan langsung DTCbase = baseline sonik kompresional pada
dengan TOC dan merupakan fungsi kematangan. zona non-source (µsec/ft)
Jika nilai LOM (Level of Maturity) diketahui, DlogR = Angka Passey (fraksi)
maka kandungan TOC pada suatu batuan induk
LOM = level of organic maturity
dapat ditentukan. Nilai LOM bisa diperoleh dari
hasil analisis sampel (seperti : reflektivitas Wtoc = total organic carbon (fraksi berat)
vitrinite, indeks alterasi termal atau Tmax ). WT%toc = total organic carbon (persen berat)
Karena tidak adanya data analisis laboratorim,
pada penelitian ini nilai LOM diperoleh dari harga 4. Identifikasi Zona Prospek (Shale Play)
Ro (reflektivitas vitrinite) Formasi Brown Shale Untuk mengidentifikasi keberadaan Shale Play di
dari sumur terdekat. Formula yang digunakan daerah telitian digunakan Metoda Bowman
untuk menghitung kandungan TOC berdasarkan (2010). Metoda ini pada prinsipnya merupakan
Metode Passey ditunjukkan pada Gambar 4 dan modifikasi Metoda Δ log R Technique yang
dijelaskan sebagai berikut : dikembangkan oleh Passey (1990). Keberadaan
zona prospek dapat ditentukan berasarkan hasil
1. DlogR = log(RESD / RESDbase) + 0.02*(DTC
cross plot antara nilai log sonik (DT) dengan log
- DTCbase)
resistivitas. Dari cross-plot tersebut dapat
2. Wtoc = DlogR*10^(0.297 – 0.1688*LOM) digunakan untuk menentukan garis serpih yang
selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung
3. WT%toc = 100*Wtoc
harga log sonik semu (DtR) yang bisa
Dimana : ditampalkan dengan kurva sonik (DT) yang sudah
RESD = depth resistivity pada zona ada untuk menngidentifikasi keberadaan zona
interest (ohm-m) serpih organik potensial.
RESDbase = baselinedepth resistivity pada zona
non-source (ohm-m)

− 46 −
Jurnal OFFSHORE, Volume 2 No. 1 Juni 2018 : 43 ─ 50 ; e -ISSN : 2549-8681

Gambar 4. Formula Perhitungan TOC Berdasarkan Data Log Mekanik


(Passey, 1990)

III. Hasil Dan Pembahasan (brittle). Sifat kerapuhan merupakan salah satu
Berdasarkan data log mekanik yang tersedia, sifat yang dibutuhkan oleh suatu batuan untuk
potensi Formasi Brown Shale sebagai batuan menjadi reservoar shale hydrocarbon.
induk migas dan reservoar shale hydrocarbon Dari hasil overlay antara kurva sonik dan
yang tertembus oleh sumur-sumur di daerah resistivitas dengan menggunakan Metoda Passey
telitian diuraikan sebagai berikut. menunjukkan hampir semua interval penyusun
Formasi Brown Shale yang ditembus oleh sumur
1. Sumur Gamma ini membentuk separasi. Hal ini mengindikasikan
Di dalam Sumur Gamma puncak Formasi bahwa litologi penyusun formasi tersebut
Brown Shale ditembus pada kedalaman 6421 ft mempunyai kandungan material organik yang
RKB dan menerus sampai kedalaman total (8020 tinggi dan telah mencapai kematangan termal
ft) dengan ketebalan 1599 ft. Batas kontak dengan (Gambar 5). Puncak kematangan minyak Formasi
formasi di atasnya, yaitu Formasi Upper Red Bed Brown Shale pada Sumur Gamma diperkirakan
ditandai dengan kontak erosional antara tercapai pada kedalaman 6550 ft.Analisis
batulempung penyusun Formasi Brown Shale kandungan TOC pada Formasi Brown Shale di
dengan batupasir penyusun Formasi Upper Red Sumur Gamma menunjukkan formasi tersebut
Bed. Dari data log menunjukkan Formasi Brown mempunyai kandungan organik yang kaya (2-8%)
Shale terutama tersusun oleh sedimen detritus (Gambar 5).
halus yaitu perselingan antara batulempung dan Keberadaan serpih organik yang matang
batulanau. Adanya perselingan batulempung dan pada Formasi Brown Shale dalam Sumur Gamma
batulanau diindikasikan dengan rekaman kurva juga diperkuat dari hasil analisis dengn Metoda
gamma ray yang membentuk pola gergaji. Bowman (2010). Hasil cross-plotting antara
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa batuan harga log sonik semu (DtR) dengan kurva log
penyusun formasi ini mempunyai sifat yang rapuh

− 47 −
POTENSI SHALE HYDROCARBON FORMASI BROWN SHALE, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH
BERDASARKAN DATA LOG MEKANIK

sonik (DT) menunjukkan adanya zona prospek (shale play) pada formasi ini (Gambar 5).

Gambar 5. Hasil Analisis Geokimia Sumur Gamma yang Menunjukan Seluruh Interval Formasi Brown
Shale Tersusun oleh Litologi yang Kaya Material Organik (TOC 2-8%) yang telah Matang

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sifat yang dibutuhkan oleh suatu batuan untuk
bahwa hampir seluruh interval penyusun Formasi menjadi reservoar shale hydrocarbon.
Brown Shale yang ditembus Sumur Gamma Dari hasil overlay antara kurva sonik dan
mempunyai potensi baik sebagai batuan induk resistivitas dengan menggunakan Metoda Passey
migas maupun reservoar shale hydrocarbon. menunjukkan tidak semua interval penyusun
Formasi Brown Shale membentuk separasi.
2. Sumur Jeta
Kenampakan separasi hanya bisa diamati pada
Di dalam Sumur Jeta puncak Formasi
interval 9050 – 8458 ft. Hal ini mengindikasikan
Brown Shale ditembus pada kedalaman 8458 ft
bahwa litologi penyusun formasi bagian atas
RKB dan menerus sampai kedalaman total (9740
sajalah yang mempunyai kandungan material or-
ft) dengan ketebalan 1272 ft. Batas kontak dengan
ganik yang tinggi dan telah mencapai kematangan
formasi di atasnya, yaitu Formasi Upper Red Bed
termal (Gambar 6). Puncak kematangan minyak
ditandai dengan kontak erosional antara
Formasi Brown Shale pada Sumur Jeta diper-
batulempung penyusun Formasi Brown Shale
kirakan tercapai pada kedalaman 8550 ft. Analisis
dengan batupasir penyusun Formasi Upper Red
kandungan TOC pada Formasi Brown Shale di
Bed. Dari data log menunjukkan Formasi Brown
Sumur Jeta menunjukkan formasi tersebut mem-
Shale terutama tersusun oleh sedimen detritus
punyai kandungan organik miskin - kaya (0-7%)
halus yaitu perselingan antara batulempung dan
(Gambar 6).
batulanau. Adanya perselingan batulempung dan
Keberadaan serpih organik yang matang
batulanau diindikasikan dengan rekaman kurva
pada Formasi Brown Shale dalam Sumur Jeta juga
gamma ray yang membentuk pola gergaji.
diperkuat dari hasil analisis dengn Metoda
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa batuan
Bowman (2010). Hasil cross-plotting antara
penyusun formasi ini mempunyai sifat yang rapuh
harga log sonik semu (DtR) dengan kurva log
(brittle). Sifat kerapuhan merupakan salah satu
sonik (DT) menunjukkan adanya zona prospek
(shale play) pada formasi ini (Gambar 6).

− 48 −
Jurnal OFFSHORE, Volume 2 No. 1 Juni 2018 : 43 ─ 50 ; e -ISSN : 2549-8681

Gambar 6. Hasil Analisis Geokimia Sumur Jetta yang Menunjukan Bagian Atas Formasi Brown Shale Tersusun
oleh Litologi yang Kaya Material Organik (TOC 2-7%) yang Telah Matang

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mempunyai sifat yang rapuh (brittle). Sifat
hanya bagian atas interval penyusun Formasi kerapuhan merupakan salah satu sifat yang
Brown Shale dalam Sumur Jeta yang mempunyai dibutuhkan oleh suatu batuan untuk menjadi
potensi baik sebagai batuan induk migas maupun reservoar shale hydrocarbon.
reservoar shale hydrocarbon. Dari hasil overlay antara kurva sonik dan
resistivitas dengan menggunakan Metoda Passey
3. Sumur Kilo
menunjukkan tidak semua interval penyusun
Di dalam Sumur Kilo puncak Formasi Brown
Formasi Brown Shale dalam Sumur Kilo
Shale ditembus pada kedalaman 8076 ft RKB dan
membentuk separasi. Kenampakan separasi hanya
menerus sampai kedalaman total (9190 ft) dengan
bisa diamati pada interval 8460 – 8076 ft. Hal ini
ketebalan 1114 ft. Batas kontak dengan formasi di
mengindikasikan bahwa litologi penyusun formasi
atasnya, yaitu Formasi Upper Red Bed ditandai
hanya bagian atas saja yang mempunyai kan-
dengan kontak erosional antara batulempung
dungan material organik yang tinggi dan telah
penyusun Formasi Brown Shale dengan batupasir
mencapai kematangan termal (Gambar 7). Puncak
penyusun Formasi Upper Red Bed. Dari data log
kematangan minyak Formasi Brown Shale pada
menunjukkan Formasi Brown Shale terutama
Sumur Kilo diperkirakan tercapai pada kedalaman
tersusun oleh sedimen detritus halus yaitu
8100 ft. Analisis kandungan TOC pada Formasi
perselingan antara batulempung dan batulanau.
Brown Shale di Sumur Kilo menunjukkan formasi
Adanya perselingan batulempung dan batulanau
tersebut mempunyai kandungan organik yang
diindikasikan dengan rekaman kurva gamma ray
miskin - kaya (0-9%) (Gambar 7).
yang membentuk pola gergaji. Fenomena tersebut
menunjukkan bahwa batuan penyusun formasi ini

Gambar 7. Hasil Analisis Geokimia Sumur Kilo yang Menunjukan Bagian Atas Formasi Brown
Shale Tersusun oleh Litologi yang Kaya Material Organik (TOC 1-9%) yang Telah Matang

− 49 −
POTENSI SHALE HYDROCARBON FORMASI BROWN SHALE, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH
BERDASARKAN DATA LOG MEKANIK

Keberadaan serpih organik yang matang mempunyai potensi sebagai batuan induk
pada Formasi Brown Shale dalam Sumur Kilo migas.
juga diperkuat dari hasil analisis dengn Metoda
Bowman (2010). Hasil cross-plotting antara DAFTAR PUSTAKA
harga log sonik semu (DtR) dengan kurva log
Adi Harsono, 1992, Interpretasi dan Aplikasi Log,
sonik (DT) menunjukkan adanya zona prospek
Schlumberger Educational Services,Jakarta.
(shale play) pada formasi ini (Gambar 7).
- Asquith, G.B. & Gibson, C.R., 1982, Basic Well
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Log Analysis for Geologists,
hanya bagian atas interval penyusun Formasi AAPG,Oklahoma.
Brown Shale dalam Sumur Kilo yang mempunyai Bowman, T, 2010, Direct Method for
potensi baik sebagai batuan induk migas maupun Determining Organic Shale Potential from
reservoar shale hydrocarbon. Porosity and Resistivity Logs to Identify
IV. Kesimpulan P0\ossible Resource Plays, AAPG Annual
Berdasarkan hasil analisis seperti yang telah Convention and Exhibition, New Orlean.
diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut : Dewan, J.T., 1983, Essentials of Modern Open-
1. Formasi Brown Shale pada semua sumur Hole Log Interpretation, Penn Well Books
telitian tersusun oleh perselingan batulempung Co.Oklahoma.
dengan batulanau yang bisa membentuk suatu
Heidrick, T.L., & Aulia, K., 1993. A Structural
formasi yang bersifat rapuh, sehingga
and Tectonic Model of The Coastal Plains
mempunyai potensi yang baik sebagai
Block, Central Sumatra Basin, Indonesia.
reservoar shale hydrocarbon.
Proc., Indon. Petr. Assoc., 22st Ann. Conv.,
2. Seluruh interval Formasi Brown Shale dalam
v. 1, p. 285 – 317.
Sumur Gamma mempunyai potensi sebagai
batuan induk yang kaya dan telah mencapai Passey, Q.R. S. Creaney, J.B. Kulla, F.J. Moretti
tingkat kematangan termal (mature source and J.D. Stroud, 1990, A Practical Model
rock). for Organic Richness from Porosity and
3. Hanya interval bagian atas Formasi Brown Resistivity Logs, AAPG Bull. , Vol. 74, Hal.
Shale dalam Sumur Jeta dan Kilo yang 1777-1794.

− 50 −

Anda mungkin juga menyukai