356 1039 4 PB
356 1039 4 PB
4
) Program Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Coresponding author. email: swgeoupn@yahoo.co.id
Abstrak
Formasi Brown Shale merupakan batuan induk utama hidrokarbon di Cekungan Sumatra Tengah. Penelitian ini bertujuan
mengevaluasi potensi formasi tersebut sebagai batuan induk hidrokarbon dan implikasinya dalam eksplorasi shale hydrocarbon
berdasarkan data wireline log. Evaluasi yang dilakukan meliputi penentuan ona prospek (shale play), evaluasi kandungan material
organik (TOC) untuk mengetahui tingkat kekayaan batuan induk dan evaluasi tingkat kematangannya. Tiga sumur, Sumur Gamma,
Jeta dan Kilo dievaluasi dengan menggunakan Metoda Passey (1990) dan Bowman (2010) . Log Gamma Ray, Resistivitas, Sonic,
Netron dan Densitas digunakan dalam studi ini.
Dari hasil analisis menunjukkan Formasi Brown Shale yang tertembus oleh ketiga sumur tersebut tersusun oleh
perselingan batulempung dan batulanau yang mengindikasikan mempunyai prospek sebagai batuan induk dengan tingkat kekayaan
material organik miskin sampai kaya dan telah mencapai tingkat kematangan hidrokarbon. Kandungan TOC pada Sumur Gamma
berkisar antara 2-8%(kaya) dan tingkat kematangan minyak dicapai pada kedalaman 6550 ft. Kandungan TOC pada Sumur Jeta
berkisar antara 0-7%(miskin-kaya) dan tingkat kematangan minyak dicapai pada kedalaman 8550 ft. Kandungan TOC pada Sumur
Kilo berkisar antara 0-9%(miskin-kaya) dan tingkat kematangan minyak dicapai pada kedalaman 8100 ft.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan Formasi Brown Shale yang tertembus oleh ketiga sumur di daerah telitian
mempunyai potensi yang baik sebagai batuan induk hidrokarbon dan shale hidrokarbon.
Kata kunci : Formasi Brown Shale, Metoda Passey, Batuan induk migas dan shalehydrocarbon
− 43 −
POTENSI SHALE HYDROCARBON FORMASI BROWN SHALE, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH
BERDASARKAN DATA LOG MEKANIK
Secara geologis, lokasi penelitian terletak pada Kala Eosen – Oligosen (Gambar 2). Formasi
di Cekungan Sumatra Tengah (Gambar 1). Secara ini secara selaras diendapkan di atas Formasi
stratigrafis Formasi Brown Shale merupakan Lower Red Bed dan secara selaras ditutupi oleh
penyusun Kelompok Pematang yang terendapkan Formasi Upper Red Bed.
di lingkungan lakustrin pada saat terjadi rifting
− 44 −
Jurnal OFFSHORE, Volume 2 No. 1 Juni 2018 : 43 ─ 50 ; e -ISSN : 2549-8681
− 45 −
POTENSI SHALE HYDROCARBON FORMASI BROWN SHALE, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH
BERDASARKAN DATA LOG MEKANIK
− 46 −
Jurnal OFFSHORE, Volume 2 No. 1 Juni 2018 : 43 ─ 50 ; e -ISSN : 2549-8681
III. Hasil Dan Pembahasan (brittle). Sifat kerapuhan merupakan salah satu
Berdasarkan data log mekanik yang tersedia, sifat yang dibutuhkan oleh suatu batuan untuk
potensi Formasi Brown Shale sebagai batuan menjadi reservoar shale hydrocarbon.
induk migas dan reservoar shale hydrocarbon Dari hasil overlay antara kurva sonik dan
yang tertembus oleh sumur-sumur di daerah resistivitas dengan menggunakan Metoda Passey
telitian diuraikan sebagai berikut. menunjukkan hampir semua interval penyusun
Formasi Brown Shale yang ditembus oleh sumur
1. Sumur Gamma ini membentuk separasi. Hal ini mengindikasikan
Di dalam Sumur Gamma puncak Formasi bahwa litologi penyusun formasi tersebut
Brown Shale ditembus pada kedalaman 6421 ft mempunyai kandungan material organik yang
RKB dan menerus sampai kedalaman total (8020 tinggi dan telah mencapai kematangan termal
ft) dengan ketebalan 1599 ft. Batas kontak dengan (Gambar 5). Puncak kematangan minyak Formasi
formasi di atasnya, yaitu Formasi Upper Red Bed Brown Shale pada Sumur Gamma diperkirakan
ditandai dengan kontak erosional antara tercapai pada kedalaman 6550 ft.Analisis
batulempung penyusun Formasi Brown Shale kandungan TOC pada Formasi Brown Shale di
dengan batupasir penyusun Formasi Upper Red Sumur Gamma menunjukkan formasi tersebut
Bed. Dari data log menunjukkan Formasi Brown mempunyai kandungan organik yang kaya (2-8%)
Shale terutama tersusun oleh sedimen detritus (Gambar 5).
halus yaitu perselingan antara batulempung dan Keberadaan serpih organik yang matang
batulanau. Adanya perselingan batulempung dan pada Formasi Brown Shale dalam Sumur Gamma
batulanau diindikasikan dengan rekaman kurva juga diperkuat dari hasil analisis dengn Metoda
gamma ray yang membentuk pola gergaji. Bowman (2010). Hasil cross-plotting antara
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa batuan harga log sonik semu (DtR) dengan kurva log
penyusun formasi ini mempunyai sifat yang rapuh
− 47 −
POTENSI SHALE HYDROCARBON FORMASI BROWN SHALE, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH
BERDASARKAN DATA LOG MEKANIK
sonik (DT) menunjukkan adanya zona prospek (shale play) pada formasi ini (Gambar 5).
Gambar 5. Hasil Analisis Geokimia Sumur Gamma yang Menunjukan Seluruh Interval Formasi Brown
Shale Tersusun oleh Litologi yang Kaya Material Organik (TOC 2-8%) yang telah Matang
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sifat yang dibutuhkan oleh suatu batuan untuk
bahwa hampir seluruh interval penyusun Formasi menjadi reservoar shale hydrocarbon.
Brown Shale yang ditembus Sumur Gamma Dari hasil overlay antara kurva sonik dan
mempunyai potensi baik sebagai batuan induk resistivitas dengan menggunakan Metoda Passey
migas maupun reservoar shale hydrocarbon. menunjukkan tidak semua interval penyusun
Formasi Brown Shale membentuk separasi.
2. Sumur Jeta
Kenampakan separasi hanya bisa diamati pada
Di dalam Sumur Jeta puncak Formasi
interval 9050 – 8458 ft. Hal ini mengindikasikan
Brown Shale ditembus pada kedalaman 8458 ft
bahwa litologi penyusun formasi bagian atas
RKB dan menerus sampai kedalaman total (9740
sajalah yang mempunyai kandungan material or-
ft) dengan ketebalan 1272 ft. Batas kontak dengan
ganik yang tinggi dan telah mencapai kematangan
formasi di atasnya, yaitu Formasi Upper Red Bed
termal (Gambar 6). Puncak kematangan minyak
ditandai dengan kontak erosional antara
Formasi Brown Shale pada Sumur Jeta diper-
batulempung penyusun Formasi Brown Shale
kirakan tercapai pada kedalaman 8550 ft. Analisis
dengan batupasir penyusun Formasi Upper Red
kandungan TOC pada Formasi Brown Shale di
Bed. Dari data log menunjukkan Formasi Brown
Sumur Jeta menunjukkan formasi tersebut mem-
Shale terutama tersusun oleh sedimen detritus
punyai kandungan organik miskin - kaya (0-7%)
halus yaitu perselingan antara batulempung dan
(Gambar 6).
batulanau. Adanya perselingan batulempung dan
Keberadaan serpih organik yang matang
batulanau diindikasikan dengan rekaman kurva
pada Formasi Brown Shale dalam Sumur Jeta juga
gamma ray yang membentuk pola gergaji.
diperkuat dari hasil analisis dengn Metoda
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa batuan
Bowman (2010). Hasil cross-plotting antara
penyusun formasi ini mempunyai sifat yang rapuh
harga log sonik semu (DtR) dengan kurva log
(brittle). Sifat kerapuhan merupakan salah satu
sonik (DT) menunjukkan adanya zona prospek
(shale play) pada formasi ini (Gambar 6).
− 48 −
Jurnal OFFSHORE, Volume 2 No. 1 Juni 2018 : 43 ─ 50 ; e -ISSN : 2549-8681
Gambar 6. Hasil Analisis Geokimia Sumur Jetta yang Menunjukan Bagian Atas Formasi Brown Shale Tersusun
oleh Litologi yang Kaya Material Organik (TOC 2-7%) yang Telah Matang
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mempunyai sifat yang rapuh (brittle). Sifat
hanya bagian atas interval penyusun Formasi kerapuhan merupakan salah satu sifat yang
Brown Shale dalam Sumur Jeta yang mempunyai dibutuhkan oleh suatu batuan untuk menjadi
potensi baik sebagai batuan induk migas maupun reservoar shale hydrocarbon.
reservoar shale hydrocarbon. Dari hasil overlay antara kurva sonik dan
resistivitas dengan menggunakan Metoda Passey
3. Sumur Kilo
menunjukkan tidak semua interval penyusun
Di dalam Sumur Kilo puncak Formasi Brown
Formasi Brown Shale dalam Sumur Kilo
Shale ditembus pada kedalaman 8076 ft RKB dan
membentuk separasi. Kenampakan separasi hanya
menerus sampai kedalaman total (9190 ft) dengan
bisa diamati pada interval 8460 – 8076 ft. Hal ini
ketebalan 1114 ft. Batas kontak dengan formasi di
mengindikasikan bahwa litologi penyusun formasi
atasnya, yaitu Formasi Upper Red Bed ditandai
hanya bagian atas saja yang mempunyai kan-
dengan kontak erosional antara batulempung
dungan material organik yang tinggi dan telah
penyusun Formasi Brown Shale dengan batupasir
mencapai kematangan termal (Gambar 7). Puncak
penyusun Formasi Upper Red Bed. Dari data log
kematangan minyak Formasi Brown Shale pada
menunjukkan Formasi Brown Shale terutama
Sumur Kilo diperkirakan tercapai pada kedalaman
tersusun oleh sedimen detritus halus yaitu
8100 ft. Analisis kandungan TOC pada Formasi
perselingan antara batulempung dan batulanau.
Brown Shale di Sumur Kilo menunjukkan formasi
Adanya perselingan batulempung dan batulanau
tersebut mempunyai kandungan organik yang
diindikasikan dengan rekaman kurva gamma ray
miskin - kaya (0-9%) (Gambar 7).
yang membentuk pola gergaji. Fenomena tersebut
menunjukkan bahwa batuan penyusun formasi ini
Gambar 7. Hasil Analisis Geokimia Sumur Kilo yang Menunjukan Bagian Atas Formasi Brown
Shale Tersusun oleh Litologi yang Kaya Material Organik (TOC 1-9%) yang Telah Matang
− 49 −
POTENSI SHALE HYDROCARBON FORMASI BROWN SHALE, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH
BERDASARKAN DATA LOG MEKANIK
Keberadaan serpih organik yang matang mempunyai potensi sebagai batuan induk
pada Formasi Brown Shale dalam Sumur Kilo migas.
juga diperkuat dari hasil analisis dengn Metoda
Bowman (2010). Hasil cross-plotting antara DAFTAR PUSTAKA
harga log sonik semu (DtR) dengan kurva log
Adi Harsono, 1992, Interpretasi dan Aplikasi Log,
sonik (DT) menunjukkan adanya zona prospek
Schlumberger Educational Services,Jakarta.
(shale play) pada formasi ini (Gambar 7).
- Asquith, G.B. & Gibson, C.R., 1982, Basic Well
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Log Analysis for Geologists,
hanya bagian atas interval penyusun Formasi AAPG,Oklahoma.
Brown Shale dalam Sumur Kilo yang mempunyai Bowman, T, 2010, Direct Method for
potensi baik sebagai batuan induk migas maupun Determining Organic Shale Potential from
reservoar shale hydrocarbon. Porosity and Resistivity Logs to Identify
IV. Kesimpulan P0\ossible Resource Plays, AAPG Annual
Berdasarkan hasil analisis seperti yang telah Convention and Exhibition, New Orlean.
diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut : Dewan, J.T., 1983, Essentials of Modern Open-
1. Formasi Brown Shale pada semua sumur Hole Log Interpretation, Penn Well Books
telitian tersusun oleh perselingan batulempung Co.Oklahoma.
dengan batulanau yang bisa membentuk suatu
Heidrick, T.L., & Aulia, K., 1993. A Structural
formasi yang bersifat rapuh, sehingga
and Tectonic Model of The Coastal Plains
mempunyai potensi yang baik sebagai
Block, Central Sumatra Basin, Indonesia.
reservoar shale hydrocarbon.
Proc., Indon. Petr. Assoc., 22st Ann. Conv.,
2. Seluruh interval Formasi Brown Shale dalam
v. 1, p. 285 – 317.
Sumur Gamma mempunyai potensi sebagai
batuan induk yang kaya dan telah mencapai Passey, Q.R. S. Creaney, J.B. Kulla, F.J. Moretti
tingkat kematangan termal (mature source and J.D. Stroud, 1990, A Practical Model
rock). for Organic Richness from Porosity and
3. Hanya interval bagian atas Formasi Brown Resistivity Logs, AAPG Bull. , Vol. 74, Hal.
Shale dalam Sumur Jeta dan Kilo yang 1777-1794.
− 50 −