Laporan Praktikum Ion Exchange
Laporan Praktikum Ion Exchange
“ ION EXCHANGE “
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2017
I. PRINSIP PERCOBAAN
Melakukan pemisahan dengan teknik pertukaran ion berdasarkan pada
jumlah gugus ion yang dapat ditukar yang terkandung dalam setiap gram
bagian resin tersebut
Ion exchange adalah suatu proses untuk pemurnian air dimana ion-
ion dalam suatu larutan ditukar dengan suatu penukar ion (berupa resin),
padatan, gel. Tipe-tipe penukar ion adalah resin penukar ion, zeolite,
montmorillonite, tanah liat dan humus. Penukar ion adalah suatu penukar
kation untuk anion bermuatan positf dan penukar anion untuk ion bermuatan
negatif. Pertukaran ion adalah suatu proses reversible dimana penukar
ionnya dapat diregenerasi mealui suatu pencucian dengan suatu kelebihan
ion yang dapat ditukar.
Resin penukar ion adalah suatu strukur polimer yang mengandung
suatu gugus aktif yang terikat pada kerangka organik. Proses pembentukan
resin terdiri dari dua tahap yaitu pembentukan gugus aktif. Umumnya untuk
pembentukan kerangka biasa dipakai cross linked polystirene yang dibentuk
dari tetesan cairan monomer yang disuspensikan dalam air. Dari proses
tersebut diperoleh butiran yang keras, transparan, tidak berwarna dan kedap
air. Butiran-butiran ini belum memiliki sifat penukar ion.
Dalam pengolahan air minum, media ion exchange harus memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
a. Memiliki ion dalam media ion exchange itu sendiri;
b. Tidak larut dalam air;
c. Memiliki luas permukaan yang cukup pada struktur pori-pori
sehingga mudah bagi ion untuk melewatinya;
d. Memiliki kapasitas ion exchange dan dapat diregenerasi dengan
bahan kimia yang sesuai;
e. Bersifat tahan lama dan stabil secara kimia;
f. Tidak beracun dan dalam penggunaannya tidak mewarnai air.
Kegunaan Ion Exchange pada dunia Industri :
a. Pada industri pemurnian air digunakan untuk menghasilkan air
lunak.hal ini terpenuhi dengan pertukaran ion antara Mg dan Ca
terhadap Na dan H.
b. Pada Indutri Biokimia untuk memisahkan molekul seperti
protein. Proses ini diterapkan juga pada pelunak air.
c. Pada industri makanan, hydronetallurgi, finishing metal, bahan
kimia dan petrokimia, farmasi, gyla dan lain lain.
d. Untuk pembuatan denim dan air lunak sebagai air umpan dan
make up water pada boiler.
Pertukaran kation akan menukar ion bermuatan positif, penukaran
anion akan menukar ion negatif. Keduanya merupakan zat yang bermolekul
tinggi dengan gugus aktif yang dapat dilakukan, yang terkompensasi dengan
ion lawan sesuai yang dapat bergerak. Penukar kation terdiri dari matrik
polianion tiga dimensi dengan kation yang bebas bergerak, penukar anion
sesuai dengan itu terdiri dari matriks polikation dengan anion yang bebas
bergerak. Semua pertukaran ion yang bernilai dalam analisis (proses
penentuan adanya unsur atau kuantitas tiap unsur), memiliki beberapa
kesamaan sifat, yaitu hampir tidak larut dalam air atau dalam pelarut organik
dan mengandung ion-ion aktif atau ion-ion lawan yang bertukar secara
reversible (mampu bergerak ke arah yang berlawanan) dengan ion-ion lain
dalam larutan yang mengelilinginya, tanpa disertai terjadinya perubahan-
perubahan fisika yang berarti dalam bahan tersebut. Pertukaran ion ini
bersifat kompleks dan sesungguhnya adalah polimetrik. Polimer ini
membawa suatu muatan listrik yang dapat dinetralkan oleh muatanmuatan
pada ion-ion lawannya (ion aktif). Ion-ion aktif ini berupa kation-kation
dalam suatu penukar kation dan berupa anion-anion dalam penukar anion
(Khopkar, 1990).
A. RESIN
Resin adalah suatu polimer yang secara elektris memiliki muatan yang
satu ionnya dapat digantikan oleh ion lainnya. Berbentuk matriks yang tidak
dapat larut yang berdiameter ± 1−2 mm .
Sering kali resin dipakai untuk menghilangkan molekul yang besar dari
air misalnya asam humus, lignin, asam sulfonat. Untuk regenerasi dipakai
garam alkali atau larutan natrium hidroksida, bisa juga dengan asam klorida
jika dipakai resin dengan sifat asam.Dalam regenerasi itu dihasilkan eluen
yang mengandung organik dengan konsentrasi tinggi.
Adapun Sifat-sifat resin yang baik adalah sebagai berikut:
Mempunyai kapasitas ikatan silang yang kuat yang dapat
menghilangkan sejumlah ion tertentu
Resin dengan ukuran partikel kecil akan semakin baik, sebab
dibutuhkan luas kontak yang besar
Resin mempunyai stabilitas yang dapat digunakan dalam waktu yang
lama, tidak mudah aus/rusak dalam regenerasi
Kapasitas total yang tinggi. Maksudnya resin memiliki kapasitas
pertukaran ion yang tinggi.
Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat
berulang- ulang. Resin akan beroperasi dalam cairan yang
mempunyai sifat melarutkan, karena yaitu resin harus tahan terhadap
air
Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja pada
range pH yang luas serta tahan terhadap asam dan basa. Demikian
pula terhadap oksidasi dan radiasi.
Kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap
tekanan mekanis, tekanan hidrostatis cairan serta tekanan osmosis.
C. Tahapan Deionizer
Tahap kation exchange
Pada tahap ini kandungan garam mineral dikurangi. Kation dan
garam-garam mineral adalah Ca, Mg, Na, K. Mineral tersebut memiliki
afinitas yang lebih tinggi dari H2 sehinga pada proses kation exchange,
kation-kation tersebut dapat menggeser ion dalam persenyawaan resin.
Reaksi yang terjadi adalah:
2R-SO3 + CaSO4 → (R-SO3)2 C
Tahap Anion Exchange
Merupakan tahap lanjutan dari kation exchange. Prinsip kerjanya
sama dengan kation exchange hanya saja resin yang digunakan berbeda,
yaitu:
Weakly basic anion exchange, hanya dapat menghilangkan klor dan
nitrat, Reaksinya
RNH3 + HCl → RNH3Cl + H2O
Strong basic anion exchange, dapat menghilangkan anion-anion kuat,
asam silica, sulfat dan karbonat.Reaksi yang terjadi
R4NaOH + HIO3 → R4NHSIO3 + H2O
Air yang dihasilkan dari proses diatas, ditampung dalam tangki air murni
(pure water tank)
V. RANGKAIAN ALAT
Statif
Klem
Erlenmeyer
b) Bahan:
1. CaCl2 0.05 N
2. Asam Oksalat 0.007 N
3. NaOH 0.05 N
VII. CARA KERJA
1. Buat larutan CaCl2 0.05 N dalam 2000ml air
2. Buat larutan NaOH 0.05 N dalam 250 ml air
3. Buat Larutan Asam Oksalat 0.007 N dalam 50 ml air
4. Titrasi asam oksalat 25 ml dengan NaOH dan penambahan indikator PP 3
tetes
5. Titrasi CaCl2 50 ml dengan NaOH menggunakan indikator PP 3 tetes
6. Masukkan air kedalam Test water
7. Atur metering pump 60 dan control valve 60
8. Masukkan CaCl2, kemudian atur metering pump 70 dan control valve 70
selama 7 menit
9. Ambil CaCl2 Hasil pemurnian 50ml dan titrasi dengan NaOH dengan
penambahan Indikator PP 3 tetes
Data Titrasi
Komponen NaOH
Asam Oksalat 8.4 ml
CaCl2 0.2 ml
CaCl2 (Setelah pemurnian) 0.1 ml
IX. PEMBAHASAN
Ion Exchange adalah suatu proses untuk pemurnian air dimana ion-ion
dalam suatu larutan ditukar dengan suatu penukar ion (berupa resin),
padatan, gel. Tipe-tipe penukar ion adalah resin penukar ion, zeolite,
montmorillonite, tanah liat dan humus. Proses pertukaran ion dibagi menjadi
2 proses yaitu proses softening dan demineralisasi. Proses Sotening adalah
proses penghilangan ion ion dalam larutan yang tidak dapat hiang dengan
menggunakan metode klarifikasi dan flokulasi. Sedangkan demineralisasi
adalah proses penggantian Kation dengan gugus hidrogen dan Anion dengan
gugus Hidroksil.
Pada praktikum ini menggunakan bahan CaCl2 NaOH dan asam oksalat.
Sedangkan alat yang digunakan adalah Ion exchange tipe TR 02. Tahap
pertama pembuatan larutan CaCl2 0.05 N sebanyak 2000 ml, NaOH 0.05 N
sebanyak 250 ml DAN Asam oksalat 0.007 N sebanyak 50 ml. Setelah itu
asam oksalat 25 ml dititrasi dengan NaOH dengan penambahan indikator PP
3 tetes. Titrasi ini berfungsi untuk mengetahui Normalitas NaOH. Setelah itu
titrasi CaCl2 50 ml dengan NaOH dengan penambahan indikator PP 3 tetes.
Titrasi ini berfungsi untuk perbandingan titrasi.
Langkah selanjutnya masukkan air kedalam test water, kemudian atur
metering pomp 60 dan control valve 60. Hal ini bertujuan untuk
membersihkan resin dari sisa regenerat yang ada. Selanjutnya masukkan
CaCl2 atur metering pomp 70 dan control valve 70 di proses selama 7 menit.
Semakin rendah pengaturan metering pomp dan control valve akan
menghasilkan pemurnian yang semakian tinggi. Selanjutnya ambil CaCl 2
yang sudah dimurnikan 50 ml lalu titrasi dengan NaOH dengan penambahan
indikator PP 3 tetes. Titrasi ini berfungsi untuk perbandingan CaCl 2 sebelum
dan sesudah di murnikan.
Pada praktikum ini didapatkan hasil perbandingan titrasi CaCl 2 sebelum
dan sesudah di murnikan adalah 0.0002 N dan 0.0001 N. Sedangkan nilai
KPK 2.22% . semakin besar nilai KPK maka akan semakin bagus hasil
pemurnin larutan tersebut
X. KESIMPULAN
Kesimpulan yang di dapat dari praktikum ini adalah
Ion Exchange adalah suatu proses untuk pemurnian air dimana ion-
ion dalam suatu larutan ditukar dengan suatu penukar ion (berupa
resin), padatan, gel.
Semakin kecil pengaturan matering pomp dan control valve maka
akan menghasilkan kemurnian yang lebih tinggi
Semakin lama waktu kontak resin dengan larutan maka akan makin
murni
KPK yang dihasilkan pada praktikum ini 2.22% semakin tinggi nilai
KPK maka akan semakin bagus tingkat kemurniannya.