Anda di halaman 1dari 13

HAKIKAT PEMBELAJARAN, PENGAJARAN, DAN PEMBELAJARAN BAHASA

INDONESIA

diajukan untuk memenuhi tugas perkuliahan

Media Pembelajaran Bahasa Indonesia

yang diampu oleh Mhd. Hafrison, S.Pd.,M.Pd

Kelas B Kamis, 07.00-08.40

FIOCA RIFKA FORTUNA

18016155

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

PADANG

2020
HAKIKAT PEMBELAJARAN, PENGAJARAN, DAN PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA

A. HAKIKAT PEMBELAJARAN
1. Pengertian Pembelajaran
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah Proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar.
Pembelajaran juga dikatakan sebagai proses memberikan bimbingan atau
bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar. Peran dari guru
sebagai pembimbing bertolak dari banyaknya peserta didik yang bermasalah.
Dalam belajar tentunya banyak perbedaan, seperti adanya peserta didik yang
mampu mencerna materi pelajaran, ada pula peserta didik yang lambah dalam
mencerna materi pelajaran. Kedua perbedaan inilah yang menyebabkan guru
mampu mengatur strategi dalam pembelajaran yang sesuai dengan keadaan
setiap peserta didik. Oleh karena itu, jika hakikat belajar adalah “perubahan”,
maka hakikat pembelajaran adalah “pengaturan”.
Menurut Trianto, pembelajaran adalah aspek kegiatan yang kompleks dan
tidak dapat dijelaskan sepenuhnya. Secara sederhana, pembelajaran dapat
diartikan sebagai produk interaksi berkelanjtan antara pengembangan dan
pengalaman hidup. Pada hakikatnya, Trianto mengungkapkan bahwa
pembelajaran merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
peserta didiknya (mengarahkan interaksi peserta didik dengan sumber belajar
lain) dengan maksud agar tujuannya dapat tercapai. Dari uraiannya tersebut,
maka terlihat jelas bahwa pembelajaran itu adalah interaksi dua arah dari
pendidik dan peserta didik, diantara keduanya terjadi komunikasi yang terarah
menuju kepada target yang telah ditetapkan.
2. Komponen-Komponen Pembelajaran
Komponen-komponen pembelajaran adalah seluruh aspek yang saling
membutuhkan. Pembelajaran tidak akan dapat terlaksana dengan baik tanpa
adanya komponen pembelajaran, dan komponen pembelajaran memiliki
hubungan yang erat satu sama lain tanpa dapat dipisahkan. Dengan demikian,
seluruh komponen haruslah digunakan dalam proses pembelajaran. Apabila
salah satu komponen tidak digunakan, maka pembelajaran tidak akan efektif.
a. Guru dan Siswa
Guru adalah pelaku utama yang merencanakan, mengarahkan, dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam upaya
memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada peserta didik di sekolah.
Seorang guru haruslah memiliki kemampuan dalam mengajar, membimbing
dan membina peserta didiknya dalam kegiatan pembelajaran.
b. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah faktor yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Dengan adanya tujuan, maka guru memiliki pedoman dan
sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan mengajar. Apabila tujuan
pembelajaran sudah jelas dan tegas, maka langkah dan kegiatan
pembelajaran akan lebih terarah.
c. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses
belajar mengajar. Tanpa adanya materi pembelajaran proses belajar
mengajar tidak akan berjalan. Oleh karena itu, guru yang akan mengajar
pasti memiliki dan menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan
kepada siswa. Materi pelajaran merupakan satu sumber belajar bagi siswa.
Materi yang disebut sebagai sumber belajar ini adalah sesuatu yang
membawa pesan untuk tujuan pembelajaran.
d. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
sangat diperlukan oleh guru, penggunaan metode dapat dilakukan secara
bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penggunaan metode
pembelajaran yang bervariasi akan memberikan suasana belajar yang
menarik, dan tidak membosankan bagi peserta didik. Akan tetapi, bisa saja
penggunaan metode yang bervariasi menjadikan kegiatan belajar tidak
menguntungkan jika penggunaan metode variasinya tidak tepat. Oleh karena
itulah, dalam menggunakan metode pembelajaran dibutuhkan kompetensi
guru untuk memilih metode yang tepat.
e. Alat pembelajaran
Alat pembelajaran adalah media yang berfungsi sebagai alat bantu untuk
memperlancar penyelengaraan pembelajaran aga lebih efisien dan efektif
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Alat atau media pembelajaran dapat
berupa orang, makhluk hidup, benda-benda, dan segala sesuatu yang dapat
digunakan guru sebagai perantara untuk menyajikan bahan pelajaran
f. Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem pembelajaran.
Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam
pembelajaran, akan tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik guru atas
kinerja yang telah dilakukannya dalam proses pembelajaran. Melalui
evaluasi dapat diketahui kekurangan dalam pemanfaatan berbagai komponen
dalam pembelajaran.
B. HAKIKAT PENGAJARAN
1. Pengertian Pengajaran
Pengajaran adalah salah satu system yang mana didalamnya ada proses
mengajar dan salah satu tujuannya adalah untuk mencerdaskan anak didik
dengan metode dan siste tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam
proses belajar mengajar.
Pengajaran merupakan kegiatan yang sangat penting dan berpengaruh besar
terhadap dunia pendidikan, tanpa pengajaran proses belajar mengajarpun tidak
akan terlaksana karna proses belajar mengajar berinduk pada pengajaran yang
didalamnya terdapat system metode dan cara penyampaian ilmu kepada si anak
didik supaya apa yang disampaikan dapat diserap dan dapat diperaktekan
kedalam dunia nyata.

Pengajaran merupakan totalitas aktivitas belajar mengajar yang diawali


dengan perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi, yang kemudian diteruskan
dengan follow up (tindak lanjut). Secara lebih jelas dapat dikatakan, pengajaran
adalah kegiatan yang mencakup semua/meliputi seluruh kegiatan yang secara
langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran
(menentukan entry-behavior peserta didik, menyusun rencana pelajaran,
memberikan informasi, bertanya, menilai, dan seterusnya) (Rohani, 2004: 68)

2. Prinsip-Prinsip Pengajaran

Prinsip-prinsip pengajaran sangat berkaitan dengan segala komponen


pengajaran (menyangkut bagaimana peranan guru dalam pengajaran, apa,
mengapa, dan bagaimana supaya peserta didk dapat terlibat aktif dalam
pengajaran. Adapun prinsip-prinsip pengajaran itu meliputi :

a. Prinsip Aktivitas
Thomas M. Risk dalam bukunya Principle and Practices of Theaching
(1958) halaman 7 mengemukakan tentang belajar mengajar bahwa “Teaching is
the guidance of learning experiences” (mengajar adalah proses membimbing
pengalaman belajar). Pengalaman itu diperoleh jika peserta didik itu dengan
keaktifannya sendiri bereaksi terhadap lingkungannya. Dengan demikian,
belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik fisik maupun
psikis.
b. Prinsip Motivasi
Walker (1967) dalam bukunya Conditioning and Instrumental Learning
mengatakan “Perubahan-perubahan yang dipelajari biasanya memberi hasil
yang baik bila individu mempunyai motivasi untuk melakukanya”. Sedangkan
menurut Prof. S. Nasuion bahwa motivasi adalah menciptakan kondisi
sedemikian rupa sehingga ia mau melakukan apa yang dapat dilakukanya. Jadi
motivasi memiliki peranan penting, baik motivasi dari dalam diri atau dari luar.
c. Prinsip Individualistis
Al-Ghazali mengatakan bahwa kewajiban pertama dan utama bagi guru
adalah mengajarkan kepada peserta didik apa yang mudah dipahaminya, sebab
suatu bidang studi yang sukar akan berakibat kericuhan mental/akal dan peserta
didik akan menjauhi dan tidak memperhatikan apa yang diajarkan guru.
Individualistis ini dalam konteks pengajaran adalah disebabkan hal-hal berikut :

1) Setiap individu memiliki sifat-sifat, bakat, dan kemampuan yang berbeda

2) Setiap individu mempunyai cara belajar menurut caranya sendir

3) Setiap individu mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda-beda

4) Setiap individu membutuhkan bimbingan khusus dalam menerima pelajaran


yang diajarkan guru sesuai perbedaan individual.

5) Setiap individu mempunyai irama pertumbuhan dan perkembangan yang


berbeda-beda
d. Prinsip Konsentrasi
Konsentrasi adalah pemusatan secara penuh terhadap sesuatu yang sedang
dikerjakan atau berlangsungnya suatu peristiwa. Konsentrasi sangat penting
dalam segala aktivitas, terutama aktivitas belajar mengajar.
e. Prinsip Kebebasan
Prinsip kebebasan dalam pengajaran yang dimaksud adalah kebebasan yang
demokratis, yaitu kebebasan yang diberikan kepada peserta didik dalam aturan
dan disiplin tertentu. Dan disiplin merupakan suatu dimensi kebebasan dalam
proses penciptaan situasi pengajaran.
f. Prinsip peragaan
Alat indera merupakan pintu gerbang pengetahuan. Peragaan adalah
menggunakan alat indera untuk mengamati, meneliti, dan memahami sesuatu.
Pemahaman yang mendalam akan lahir dari analisa yang komprehensif sehingga
menghasilkan gambaran yang lengkap tentang sesuatu.
Agar siswa dapat mengingat, menceritakan, dan melaksanakan suatu
pelajaran yang pernah diamati, diterima, atau dialami di kelas, maka perlu
didukung dengan peragaan-peragaan (media pengajaran) yang bisa
mengkonkritkan yang abstrak
g. Prinsip kerja sama dan persaingan
Kerjasama dan persaingan adalah dua hal berbeda. Namun dalam dunia
pendidikan (prinsip pengajaran) keduanya bisa bernilai positif selama dikelola
dengan baik. Persaingan yang dimaksud bukan persaingan untuk saling
menjatuhkan dan yang lain direndahkan, tetapi persaingan yang dimaksud
adalah persaingan dalam kelompok belajar agar mencapai hasil yang lebih tinggi
tanpa menjatuhkan orang atau siswa lain.
h. Prinsip apersepsi
Apersepsi berasal dari kata ”Apperception” berarti menyatupadukan dan
mengasimilasikan suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki.
Atau kesadaran seseorang untuk berasosiasi dengan kesan-kesan lama yang
sudah dimiliki dibarengi dengan pengolahan sehingga menjadi kesan yang luas.
Kesan yang lama itu disebut bahan apersepsi.
Apersepsi dalam pengajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan
pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana anak didik mengusai
pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru.
i. Prinsip korelasi
Korelasi yaitu menghubungkan pelajaran dengan kehidupan anak atau
dengan pelajaran lain sehingga pelajaran itu bermakna baginya. Korelasi akan
melahirkan asosiasi dan apersepsi sehingga dapat membangkitkan minat siswa
pada pelajaran yang disampaikan.
j. Prinsip Efisiensi dan Efektifitas
Prinsip efisiensi dan efektifitas maksudnya adalah bagaimana guru
menyajikan pelajaran tepat waktu, cermat, dan optimal. Alokasi waktu yang
telah dirancang tidak sia-sia begitu saja, seperti terlalu banyak bergurau,
memberi nasehat, dan sebagainya. Jadi semua aspek pengajaran (guru dan
peserta didik) menyadari bahwa pengajaran yang ada dalam kurikulum
mempunyai manfaat bagi siswa pada masa mendatang.
k. Prinsip Globalitas
Prinsip global atau integritas adalah keseluruhan yang menjadi titik awal
pengajaran. Memulai materi pelajaran dari umum ke yang khusus. Dari
pengenalan sistem kepada elemen-elemen sistem. Pendapat ini terkenal dengan
Psikologi Gestalt bahwa totalitas lebih memberikan sumbangan berharga dalam
pengajaran.
l. Permainan dan Hiburan.
Setiap individu atau peserta didik sangat membutuhkan permainan dan
hiburan apalagi setelah terjadi proses belajar mengajar. Bila selama dalam kelas
siswa diliputi suasana hening, sepi, dan serius, akan membuat peserta didik
cepat lelah, bosan, butuh istirahat, rekreasi, dan semacamnya. Maka guru
disarankan agar memberikan kesempatan kepada anak didik bermain,
menghibur diri, bergerak, berlari-lari, dan sejenisnya untuk mengendorkan
otaknya.

C. HAKIKAT MEDIA PEMBELAJARAN


1. Pengertian media pembelajaran
Media Pembelajaran diartikan segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.
Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa
media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
2. Manfaat media dalam pembelajaran
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan
lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebh khusus ada beberapa manfaat media
yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa
manfaat media dalam pembelajaran yaitu :
a. penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
b. proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
c. proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
d. efisiensi dalam waktu dan tenaga
e. meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
f. media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan
kapan saja
g. media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan
proses belajar
h. merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh Kemp dan Dayton
tersebut, tentu saja kita masih dapat menemukan banyak manfaat-manfaat praktis
yang lain. Manfaat praktis media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar
sebagai berikut :

a. media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi


sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar
b. media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih
langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk
belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya
c. media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan
waktu
d. media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat,
dan lingkungannya misalnya melalui karya wisata. Kunjungan-
kunjungan ke museum atau kebun binatang.
3. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Beberapa media yang paling akrab dan hampir semua sekolah
memanfaatkan adalah media cetak (buku). selain itu banyak juga sekolah yang
telah memanfaatkan jenis media lain gambar, model, dan Overhead Projector (OHP)
dan obyek-obyek nyata. Sedangkan media lain seperti kaset audio, video, VCD,
slide (film bingkai), program pembelajaran komputer masih jarang digunakan
meskipun sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar guru.

D. PERSAMAAN PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN


1. Sama-sama proses utama dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya
manusia
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, baik pembelajaran maupun
pengajaran merupakan aktifitas yang paling utama. Karena keduanya merupakan
proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling
bertukar informasi.
2. Menggunakan guru sebagai pelaku, transfer dan pembimbing
Peran yang dimiliki oleh seorang guru dalam tahap ini adalah sebagai fasilitator
dengan kata lain ialah sebagai pelaku dalam pentransferan pengetahuan sekaligus
sebagai pembimbing. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya
dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh E.Mulyasa (2007), bahwa tugas guru tidak hanya menyampaikan
informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas
memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik.
Untuk mampu melakukan proses pembelajaran ini si guru harus mampu
menyiapkan proses pembelajarannya.
Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih
dahulu harus memperhatikan teori-teori yang melandasinya, dan bagaimana
implikasinya dalam proses pembelajaran.
3. Tujuannya sama-sama untuk perubahan atas sikap dan prilaku
Keduanya bertujuan untuk memperoleh suatu perubahan yang dilakukan secara
sadar dan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya dan menetap
dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu dan latihan
berinteraksi dengan lingkungannya.

E. PERBEDAAN PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN


1. Fokus usaha pada guru adalah pengajaran (teaching) berfokus mengajar(i) atau
transfer kompetensi.
Pembelajaran (intructional) adalah bagian dari mengajar dan untuk mendidik
dengan karakter yang khas atau memandu atau membimbing siswa dalam satu
kompetensi tertentu yang ditentukan dalam KTSP, yang menjadi pusat dalam
pembelajaran adalah guru, sedangkan siswa adalah sebagai bawahan atau dianggap
siswa tidak mengetahui apa-apa (komunikasi satu arah).
2. Fokus hasil pengajaran siswa mampu mendapatkan suatu potensi dari RPP yang
digariskan menurut kurikulum, fokusnya siswa biasa belajar mau, terampil dan
membangkitkan kemauan belajar.
Dari segi guru, proses tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Artinya, proses
belajar yang merupakan proses inteernal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat
dipahami oleh guru. Proses tersebut ”tampak” lewat perilaku siswa mempelajari
bahan belajar. Perilaku tersebut tampak pada tindak-tindak belajar tentang beberapa
mata pelajaran yang merupakan respon siswa terhadap tindak mengajar atau tindak
pembelajaran dari guru. Perilaku belajar tersebut ada hubungannya dengan desain
instruksional guru. Dalam desain intruksional, guru membuat tujuan instruksional
khusus, atau sasaran belajar.
Adapun hubungan pembelajaran dalam rangka emansipasi diri siswa menuju
kemandirian adalah:
1. Guru yang membuat desain instruksional memandang siswa sebagai partner yang
memiliki asas emansipasi diri menuju kemandirian. Guru menyusun acara
pembelajaran.
2. Siswa memiliki latar pengalaman dan kemampuan awal dalam proses
pembelajaran.
3. Tujuan pembelajaran dalam desain instruksional dirumuskan oleh guru
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Tujuan pembelajaran tersebut
juga merupakan sasaran belajar bagi siswa menurut pandangan dan rumusan guru.
4. Kegiatan belajar-mengajar merupakan tindak pembelajaran guru di kelas. Tindak
pembelajaran tersebut menggunakan bahan belajar, wujudnya adalah berbagai
bidang studi di sekolah.
5. Proses belajar merupakan hal yang dialammi oleh siswa, suatu respons terhadap
segala acara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru. Dalam proses ini, guru
meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoriknya.
6. Perilaku siswa merupakan hasil proses belajar. Perilaku tersebut dapat berupa
perilaku yang tak dikehendaki dan yang dikehendaki. Hanya perilaku-perilaku yang
dikehendaki yang diperkuat
7. hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi
terutama berkat evaluasi guru.
8. Setelah siswa lulus, berkat hasil belajar, siswa menyusun program belajar sendiri.
Guru membuat desain instruksional yang berlaku bagi semua siswa dan juga
merumuskan tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan
instruksional khusus juga disebut sebagai sasaran belajar siswa, sebab rumusan
tujuan tersebut diorientasikan bagi kepentingan siswa memperhitungkan
pengetahuan awal dan kebutuhan belajar siswa.
Dari segi guru, tujuan instruksional dan tujuan pembelajaran merupakan pedoman
tindak belajar dengan acuan berbeda. Tujuan instruksional (umum dan khusus)
dijabarkan dari kurikulum yang berlaku secara legal di sekolah. Tujuan kurikulum
sekolah tersebut dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional. Acuan tersebut, berarti
juga mengaitka pada bahan belajar yang harus diajarkan oleh guru.
Dari segi siswa, sasaran belajar tersebut merupakan panduan belajar yang dapat
diketahui oleh siswa sebagai akibat adanya informasi guru. Panduan belajar tersebut
harus diikuti, sebab mengisyaratkan kriteria keberhasilan belajar. Karena
keberhasilan belajar siswa merupakan prasyarat begi program belajar selanjutnya.
Dengan keberhasilan belajar, maka siswa akan menyusun program belajar dan
tujuan belajar sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta

Aprida Pane,dkk. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman.
Vol. 3, No 2

Muh. Sain Hanafy. (2014). Konsep Belajar dan Pembelajaran. Jurnal Lentera Pendidikan,
Vol. 17 No. 1

Muhson. A. (2010). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi.


Jurnal Pendidikan Akuntasi Indonesia. Vol.8,No 2

Ahmad R. 1997. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai