Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kasus (masalah utama):


Ansietas
2. Proses terjadinya masalah
a. Definisi

Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,


yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan ketidakberdayaan.
Keadaan emosi yang dialami tidak memiliki objek secara spesifik,
kecemasan dialami secara subjektifdan dikomunikasikan secara
interpersonal dan berada dalam satu rentang (Stuart, 2012).

Menurut Asmadi, 2008 ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai


asal ansietas, teori tersebut antara lain:

1) Teori psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan super ego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang. Sedangkan
super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elemen tersebut dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
2) Teori interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap penolakan saat berhubungan dengan oranglain. Hal ini juga
dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti
kehilangan dan perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan
terhadap eksistensi diri oleh oranglain ataupun masyarakat akan
menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas. Namun bila
keberadaannya diterima oleh orangkain, maka ia akan merasa tenang
dan tidak cemas. Dengan demikian, ansietas berkaitan dengan
hubungan antara manusia.
3) Teori perilaku
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi.
Ketidakmampuan atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang
diinginkan akan menimbulkan keputusasaan. Keputusasaan yang
menyebabkan seseorang menjadi ansietas.

b. Faktor Predisposisi

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :

1) Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang


terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma – norma
budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua
elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas
juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan
kehilangan, sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan
harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi, yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa
individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan
yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan
selanjutnya.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal
yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga
mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan
dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan
kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi
terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
c. Faktor Presipitasi

Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.


Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :

1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis


yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas
hidup sehari - hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
d. Tanda Gejala

Tanda dan gejala kecemasan berbeda tergantung pada tingkat


kecemasan yang terjadi.Fortinash & Worret (2000) menjelaskan bahwa
tingkat kecemasan terdiri dari ringan, sedang, berat, panik dan
menguraikannya berdasarkan respon kecemasan.

1) Cemas ringan
a) Fisiologis: tanda-tanda vital normal. tegang otot minimal, pupil
normal,konstriksi.
b) Kognitif atau persepsi: lapangan persepsi luas. kesadaran
terhadaplingkungan dan stimulus internal. Pikiran mungkin acak, tetapi
terkontrol.
c) Emosi atau perilaku: perasaan relatif nyaman dan aman.
Rileks,penampilan dan suara tenang.Kinerja secara otomatis dan
kebiasaanperilaku terjadi pada level ini.
2) Cemas sedang
a) Fisiologis: tanda-tanda vital normal atau sedikit meningkat.
Munculketegangan, mungkin ketidaknyamanan atau merasa antusias.
b) Kognitif atau persepsi: waspada, persepsi menyempit terfokus.
Kondisioptimal terhadap penyelesaian dan pembelajaran masalah.
Penuhperhatian.
c) Emosi atau perilaku: siap siaga dan merasa tertantang, bertenaga. ikut
sertadalam aktifitas yang kompetitif dan belajar banyak kemampuan.
Suara,ekspresi wajah terlihat tertarik dan memperhatikan.
3) Cemas Berat
a) Fisiologis: respon “fight or flight”. Sistem saraf autonom terstimulasi
dengan berlebihan (tanda-tanda vital meningkat, diaforesis
meningkat,urgensi dan frekuensi kemih meningkat, diare, mulut kering,
nafsu makanberkurang, dilatasi pupil). Otot kaku, sensasi nyeri
berkurang.
b) Kognitif atau persepsi: lapangan persepsi sangat sempit. Kesulitan
menyelesaikan masalah. Perhatian selektif (fokus pada satu detail).
c) Kurangnya perhatian selektif (memblok rangsangan yang
mengancam),cenderung disosiatif.
d) Emosi atau perilaku: Merasa terancam, terkejut pada stimulus yang
baru.
e) Aktivitas bisa meningkat atau menurun. Mungkin muncul dan merasa
tertekan
f) Mendemonstrasikan penolakan; bisa mengeluh nyeri atau sakit,bisa
gelisah atau pemarah. Tatapan mata bisa mengarah pada
seluruhruangan atau mengarah pada satu titik. Menutup mata sebagai
sikapmenghalangi lingkungannya.
4) Panik
a) Fisiologis: gejala kecemasan dapat meningkat sampai terjadi pelepasan
pada sistem saraf otonom. Seseorang bisa menjadi pucat, tekanan darah
menurun. Koordinasi otot terganggu.
b) Kognitif atau persepsi: keseluruhan persepsi buyar dan tertutup. Tidak
mampu mengatasi stimulus. Sangat tidak mungkin untuk
menyelesaikanmasalah dan berfikir logis. Persepsi yang tidak realistis
tentang dirinya,lingkungan, atau kejadian. Disosiasi bisa terjadi.
c) Emosi atau perilaku: Merasa tidak berdaya dengan kehilangan kontrol.
d) Marah, ketakutan, bisa agresif atau menyendiri, menangis atau berlari.
Perilaku biasanya sangat aktif ataupun sebaliknya
e. Rentang respon

FAKTOR PREDISPOSISI
Biologis Psikologis Sosiokultural
FAKTOR PRESIPITASI
Sifat Sumber Waktu Jumlah
PENILAIAN TERHADAP STRESOR
Kognitif Afektif Fisiologis Perilaku Sosial
SUMBER KOPING
Kemampuan Personal Dukungan sosial Aset Ekonomi Motivasi
MEKANISME KOPING
Konstruktif Destruktif
RESPON KOPING KONTINU
Respon adaptif Respon Maladaptif
Antisipasi Ringan sedang Berat panik

Ansietas

2. Dasar Penetapan Masalah klien


a. Data objektif dan subjektif

1) Data objektif
Pasien mungkin mengungkapkan tentang :

a) Takut dan cemas

b) Tidak berdaya

c) Susah tidur

2) Data subjektif
a) Melamun dan murung
b) Menyalahkan oranglain
b. Analisa data:-

c. Pohon masalah

Risiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Gangguan perilaku: kecemasan

Koping individu tak


efektif

stresor

d. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

1) Ansietas
2) Harga diri rendah
3) Gangguan citra tubuh
4) Koping individu tidak efektif
5) Kurangnya pengetahuan

3. Data data yang perlu ditambahkan:-


4. Diagnosa keperawatan
a. Ansietas
b. Harga Diri Rendah
c. Gangguan Citra Tubuh
d. Koping individu infektif
e. Kurangnya pengetahuan
5. Rencana tindakan keperawatan
a. Rencana Keperawatan pasien dengan ansietas
Tujuan: Diharapkan pasien mampu:
1) Mengenal ansietas
2) Mengatasi ansietas melalui tehnik relaksasi
3) Memperagakan dan menggunakan tehnik relaksasi untuk mengatasi ansietas
Rencana Tindakan keperawatan:
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi.Tindakan yang harus
dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2) Bantu pasien mengenal ansietas:
a) Bantu pasien untuk untuk mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya.
b) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
c) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
d) Bantu klien menyadari perilaku akibat ansietas
3) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya
diri :
a) Pengalihan situasi,
b) Latihan relaksasi,
(1) Tarik napas dalam
(2) Mengerutkan dan mengendurkan otot-otot,
c) Hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari)
4) Motivasi pasien melakukan tehnik relaksasi setiap kali ansietas muncul

Tindakan Keperawatan pada Keluarga dengan pasien cemas


Tujuan: keluarga diharapkan mampu:
1) Mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya
2) Memahami proses terjadinya masalah ansietas
3) Merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas
4) Mempraktekkan cara merawat pasie dengan ansietas
5) Mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas
Rencana Tindakan keperawatan
1) Diskusikan tentang pengertian ansietas
2) Diskusikan tentang tanda dan gejala ansietas
3) Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas
4) Diskusikan cara merawat pasien dengan ansietas dengan cara
mengajarkantehnik relaksasi :
a) Mengalihkan situasi,
b) Latihan relaksasi : napas dalam, mengerutkan dan mengendurkan
otot
c) Menghipnotis diri sendiri (latihan 5 jari),
5) diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan
bagaimana merujuk pasien
b. Tindakan Keperawatan pasien dengan koping individu tidak efektif
Rencana Tindakan Keperawatan Untuk Pasien:
Tujuan: diharapkan pasien mampu:
1) Mengenal koping individu tidak efektif
2) Mengatasi koping individu tidak efektif
3) Memperagakan dan menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasi
ansietas
Rencana Tindakan Keperawatan
1) Kaji status koping yang digunakan oleh klien:
a) Tentukan kapan mulai terjadi perasaan, gejala, korelasinya dgn peristiwa
dan perubahannya.
b) Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta
c) Dengarkan dengan cermat dan amati ekspresi wajah, gerakan tubuh,
d) kontak mata,posisi tubuh, intonasi dan intensitas suara
e) Tentukan risiko terhadap membahayakan diri klien sendiri dan tindakan
yg sesuai
2) Berikan dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya
a) Jelaskan bahwa perasaan-perasaan yg dimilikinya memang sulit
b) Jika individu menjadi pesimis,upayakan untuk lebih memberikan
harapan,pandangan realistis
c) Motivasi untuk melakukan evaluasi dari perilakunya sendiri
3) Apakah hal tersebut berguna bagi Anda
a) Bagaimana hal tersebut dapat membantu
b) Apa yang Anda pelajari dari pengalaman itu
4) Jika klien dalam keadaan marah
a) Pertahankan lingkungan dengan tingkat stimuli yang rendah
b) Perlihatkan suatu sikap penerimaan, sangat tenang
c) Perlihatkan bahwa perilaku tersebut tidak dapat diterima, bukan
individunya
d) Jujur, penuhi semua janji yang telah dibuat
e) Janganlah diperdulikan kata-kata yang bermusuhan
f) Bantu untuk mengenali saat terjadi marah dan untuk menerima
tanggungjawab terhadap perasaan ini
g) Jika tindak kekerasan menjadi berisiko,rujuk pada risiko terhadap
tindakkekerasan
5) Bantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif
a) Apa yang menjadi masalah
b) Siapa atau apa yang bertanggung jawab terhadap masalah tersebut
c) Gali cara pasien mengurangi ansietas di masa lalu
d) Dorong pasien untuk menggunakan respons koping adaptif
yangdimilikinya
e) Apa pilihan-pilihanya
f) Apa keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan
6) Ajarkan alternatif koping yang konstruktif seperti:
a) Bicara dengan orang lain
b) Melakukan aktivitas yang konstruktif
c) Olah raga
7) Bantu pasien melakukan kegiatan yang menarik dan aktifitas yang terjual.
a) Beri pasien aktifitas yang bersifat mendukung dan menguatkan
perilakusosial yang produktif
b) Beri pasien latihan fisik yang sesuai dengan bakatnya
c) Bersama pasien buat jadual aktifitas yang dapat dilakukan sehari-hari
Tindakan untuk keluarga
Tujuan: keluarga diharapkan mampu:
1) Mengenal masalah koping tidak efektif pada anggota keluarganya
2) Memahami proses terjadinya masalah koping tidak efektif
3) Merawat anggota keluarga yang mengalami koping tidak efektif
4) Mempraktekkan cara merawat pasien dengan koping tidak efektif
5) Mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami koping tidak efekif

Rencana Tindakan keperawatan


1) Diskusikan tentang pengertian koping tidak efektif
2) Diskusikan tentang tanda dan gejala koping tidak efektif
3) Diskusikan tentang penyebab dari koping tidak efektif
4) Diskusikan cara merawat pasien dengan koping tidak efektif dengan cara:
a) Membantu pasien mengenal koping yang tidak efektif
b) Mengajarkan pasien mengembangkan koping yang sehat, bicara
dengan orang lain
c) Melakukan aktivitas yang konstruktif
d) Olahraga
e) Dampingi keluarga menerapkan cara merawat pasien langsung pada
pasien
f) Diskusikan bagaimana cara merujuk anggota keluarga jika sudah
tidakdapat ditangani di rumah.

Purwokerto, 18 November 2020

Praktikan

Anda mungkin juga menyukai