Anda di halaman 1dari 11

Menghindari Akhlaq Tercela

Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran


Aqidah Akhlak

GURU PENGAMPUH :
NUR ROSYIDAH, S.Pd

Disusun Oleh:
Annisa Wasiq (07)
Fauzan Aziz Aminata (4)
Faniwati (13)
Fitria (15)

XII MIPA 4
MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) KOTA
SURABAYA
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang Maha Esa karena atas
ridho dan rahmat Nya kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Menghindari Akhlak
Tercela : Namimah, Ghibah,dan Tajassus” ini, terlepas dari segala kekurangan dan kesalahan yang
terkandung dalam makalah ini. Untuk itu kami sangat berterimakasih atas pihak-pihak yang telah
memberikan perannya dalam tersusunya makalah ini. Terutama Guru Pembimbing mata Pelajaran
Aqidah Akhlak yaitu, Ibu Nur Rosyidah, S.Pd yang sudah memberikan masukan dan bimbingannya
dalam pembuatan makalah penulis agar tersusun dengan sistematis dan komperehensif. Oleh karena itu
besar harapan kami makalah ini mampu memberikan pengaruh yang baik bagi pemahaman ilmu baru
tentang Menghindari Akhlak Tercela Namimah, Ghibah, dan Tajassus yang ada keterkaitannya
dengan cabang ilmu Aqidah Akhlak. Terlepas dari itu semua penulis sangat menyadari adanya
kekurangan dalam makalah ini sehingga penulis memohon maaf sebesar-besarnya dan menerima
dengan hangat segala masukan dan kritikan membangun atas makalah ini.

Surabaya, 8 Januari 2021

Tim Penyusun/ Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan..................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Namimah ..................................................................................................1
1. Pengertian............................................................................................2
2. Hal – hal yang diinginkan dari perbuatan Namimah...........................3
3. Langkah – langkah mengantisipasi Namimah.....................................4
B. Ghibah.......................................................................................................5
1. Pengertian...........................................................................................6
2. Dalil.....................................................................................................7
3. Motivasi berbuat ghibah.....................................................................8
4. Cara menghindari perilaku ghibah......................................................9
5. Ghibah yang diperbolehkan..............................................................10
C. Tajassus...................................................................................................11
1. Pengertian..........................................................................................12
2. Dalil...................................................................................................13
3. Contoh kasus Tajassus.........................................................................14
BAB III KESIMPULAN....................................................................................11
BAB IV SARAN.................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13

3
A. Pendahuluan
Latar Belakang

Akhlak adalah gambaran kondisi yang menetap didalam jiwa. Semua


perilaku yang bersumber dari akhlak tidak memerlukan proses berfikir dan
merenung. prilaku baik dan terpuji yang berasal dari sumber jiwa disebut Al-
Akhlaq Al-Fadhilah (Akhlak baik) dan berbagai perilaku disebut Al-Ahlak Al-
Radhilah (Akhlak buruk) dalam kehidupaan sehari-hari manusia senantiasa
melakukan berbagai aktivitas dan perbuatan yang merupaka perwujudan dari pola
fikir manusia itu sendiri. tindakan manusia tersebut ada yang bersifat positif dan
negatif. sifat positif tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk akhlakul kharimah
( sifat-sifat terpui) dan sifat megatif berupa Al-akhlakul mazmumah ( Sifat-sifat
tercela).

Rumusan Masalah :
1. Apa pengertian dari Namimah, Ghibah, Tajassus ?
2. Bagaimana cara menghindari perilaku Namimah dan Ghibah?
3. Apa landasan yang menguatkan tentang Namimah, Ghibah, Tajassus ?
4. Apa saja motifasi dalam melakukan fitnah ?
5. Apa saja Ghibah yang diperbolehkan ?

C. Tujuan Penulisan :
1. Menjelaskan pengertian dari Namimah, Ghibah, Tajassus
2. Menunjukan serta menjelaskan dalil Al-Quran tentang Namimah,
Ghibah,Tajassus
3. Memberukan contoh dan larangan dalam menghindari akhlak tercela
4. Secara operasional makalah ini diharapkan berguna untuk pembelajaran
dalam upaya pencarian pola serta model implementasi Karadigma baru
dalam pendidikan agama kearah yang lebih baik
5. Secara teoritis sebagai sumber inspirasi intelektual

Manfaat Penulis :
A. Secara teoritis
1. Bagi pembaca yaitu untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
keagamaanakan pentingnya peranan menghindari akhlak tercela dalam
kehidupan
2. sebagai tambahan khasanah keilmuan dibidang peningkatan kualitas
pendidikan islam

4
3. Diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kajian dan pengembangan
teori pendidikan islam

B. Secara praktik
1. Secara praktik diharapkan berguna berguna sebagai bahan dalam
meningkatkan akhlak terpuji bagi kehidupan sehari-hari.
2. Bagi kalangan akademis dapat mengembangkan keilmuan untuk
meningkatkan kemampuan dalam melakukan dan dapat menambah
dibidang ilmu pengetahuan islam.

5
1. NAMIMAH

a. Pengertian Namimah
Secara etimologi namimah (adu domba) berarti suara pelan atau gerakan. Secara
terminology namimah adalah membuat perselisihan di antara pihak yang
sebenarnya sepaham atau menarungkan pihak-pihak yang sesungguhnya sepaham
melalui ucapan. Menurut al-Ghazali sesungguhnya namimah bersifat luas yaitu
dengan mengungkap sesuatu yang sesungguhnya tidak seharusnya diungkap
sehingga menimbulkan percekcokan di antara pihak-pihak yang ada melalui
ucapan, tulisan, perbuatan atau isyarat. Oleh karena itu bagi seorang muslim
sebaiknya merahasiakan segala sesuatu yang ia lihat dari diri saudaranya kecuali
apabila menceritakannya mengandung manfaat atau dalam rangka menolak
perbuatan maksiat seperti ketika seseorang melihat si A mengambil harta si B,
maka ia cukup menjadi saksi saja dan menjaga hak si A. Namimah atau mengadu
domba haram hukumnya berdasarkan al Qur’an dan hadits nabi. Dalam al-Qur’an
hal yang terkait dengan larangan mengadu domba terdapat dalam surat al-
Lumazah:
ِّ‫هُ َم َز ٍة لُّ َمزَ ِة َو ۡي ٌل لِّـ ُكل‬
“Kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela” (QS. Al- Lumazah(104):1)

b. Hal-Hal Yang Diinginkan Dari Perbuatan Mengadu domba


1. Menginginkan citra buruk melekat pada seseorang
2. Menginginkan citra baik di mata seseorang
3. Memiiki hobi mengadu domba orang lain
4. Berlebihan di dalam pembicaraan atau kebatilan

c. Langkah-Langkah Mengantisipasi Namimah


1. Pertama, tidak segera mempercayai gosip.
2. Kedua, Mencegah dan menasehati pembawa berita.
3. Ketiga, memiliki asas praduga tak bersalah

6
2. GHIBAH

a. pengertian
Secara bahasa, Ghibah berasal dari bahasa Arab dengan akar kata ghaba, yang
berarti tidak hadir atau sesuatu yang tertutup dari pandangan. Kata ghibah dalam
bahasa Indonesia berarti menggunjing yakni, menyebutkan kata-kata keji atau
meniru-niru suara atau perbuatan orang lain di belakang dirinya dengan tidak
berhadapan langsung dengan maksud untuk menghinanya. Secara terminology
ghibah berarti mengemukakan atau membicarakan perihal orang lain yang apabila
orang lain tersebut mendengarnya, maka ia tidak menyukainya. Ghibah dapat
mencakup hal fisik seperti mengemukakan seseorang kurus, hitam, dekil dan
bentuk fisik lainnya. Bisa juga terkait keturunan misalnya mengemukakan tentang
seseorang anak haram, anak pelacur atau anak orang
miskin. Begitu pula yang terkait dengan prilakunya misalnya pembohong, penipu
dan sifat buruk lainnya. Syaikh Jamaluddin al-Qasimi mengemukakan sesuatu
dapat dikatakan ghibah ketika ia berupa pengungkapan tentang seseorang yang
bersifat mengejek. Oleh karena itu ketika seseorang mengejek bukan dengan
pembicaraan tetapi dengan gerak, isyarat dan tulisan juga dapat dikatakan ghibah.

ُ ‫ض الظَّنِّ اِ ۡث ٌۖ‌م َّواَل ت ََج َّسس ُۡوا َواَل يَ ۡغتَبْ ب َّۡع‬


ۡ‫ض ُكم‬ َ ‫اجتَنِب ُۡوا َكثِ ۡيرًا ِّمنَ الظَّنِّ اِ َّن بَ ۡع‬ ۡ ‫ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُوا‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ضا‌ ؕ اَ يُ ِحبُّ اَ َح ُد ُكمۡ اَ ۡن ي َّۡا ُك َل لَ ۡح َم اَ ِخ ۡي ِه َم ۡيتًا فَ َك ِر ۡهتُ ُم ۡو ‌هُ ؕ َواتَّقُوا ‌َ ؕ اِ َّن َ تَ َّوابٌ ر‬
‫َّح ۡي ٌم‬ ً ‫بَ ۡع‬
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang
lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.
Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.

7
3. Tajassus
Makna Tajassus secara bahasa yaitu mencari-cari berita dan menyelidiki sesuatu
yang rahasia,

ُ ‫ض الظَّنِّ اِ ۡث ٌۖ‌م َّواَل ت ََج َّسس ُۡوا َواَل يَ ۡغتَبْ ب َّۡع‬


ۡ‫ض ُكم‬ َ ‫اجتَنِب ُۡوا َكثِ ۡيرًا ِّمنَ الظَّنِّ اِ َّن بَ ۡع‬ ۡ ‫ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُوا‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ضا‌ ؕ اَ يُ ِحبُّ اَ َح ُد ُكمۡ اَ ۡن ي َّۡا ُك َل لَ ۡح َم اَ ِخ ۡي ِه َم ۡيتًا فَ َك ِر ۡهتُ ُم ۡو ‌هُ ؕ َواتَّقُوا ‌َ ؕ اِ َّن َ تَ َّوابٌ ر‬
‫َّح ۡي ٌم‬ ً ‫بَ ۡع‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,


sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing
sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.mencari-cari
kesalahan dan aib orang lain, serta memata-matai apa yang mereka sembunyikan.
Pada asalnya semua bentuk tajassus diharamkan; karena hukum asal seorang
muslim adalah bersih dari aib dan perkara tercela.”

1. Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah berkata, “Janganlah sebagian


kamu mencari-cari keburukan orang lain, dan janganlah menyelidiki
rahasia-rahasianya untuk mencari keburukan-keburukannya. Hendaklah
kamu menerima urusannya yang nampak bagi kamu, dengan yang tampak
itu hendaknya kamu memuji atau mencela, bukan dengan rahasia-
rahasianya yang tidak kamu ketahui.” [Tafsir ath-Thabari, 22/304]

2. Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Para ahli tafsir mengatakan,


‘tajassus adalah mencari-cari keburukan dan cacat kaum Muslimin. Maka
makna ayat di atas adalah janganlah salah seorang diantara kamu mencari-
cari keburukan saudaranya untuk diketahuinya, padahal Allâh Azza wa
Jalla menutupinya”. [Al-Kabair, hlm. 159]

Tajassus  memiliki tiga hukum yaitu haram, wajib dan boleh. Adapun yang
haram adalah tajassus kepada kaum Muslimin. Tajassus yang wajib, dinukilkan
bahwa Ibnul Majisyun rahimahullah berkata, “Saya berpendapat bahwa para
pencuri dan pembegal harus dikejar ke tempat-tempat yang diduga sebagai tempat
persembunyian mereka, perlu dibantu untuk menangkap mereka agar mereka
dibunuh atau diusir dari negara. Dan mengejar mereka tentu dengan tajassus dan
mencari-cari berita mereka”.

Adapun tajassus yang boleh adalah ketika terjadi perang antara kaum Muslimin
dengan orang-orang kafir. Maka boleh mengirim mata-mata untuk mengetahui

8
berita tentang jumlah dan peralatan tentara kafir, di mana mereka berada, dan
semacamnya. Demikian juga dibolehkan tajassus, jika dilaporkan kepada aparat
pemerintah, dengan banyak saksi bahwa di rumah seseorang ada khamer dan
pemilik rumah memang sudah diketahui umum keterkaitannya dengan khamer.
Namun jika pemilik rumah tidak dikenal dengan keburukan, maka tidak boleh
dilakukan tajassus terhadapnya. Aparat boleh membongkar para pelaku maksiat,
karena memang kaedah kekuasaan adalah amar ma’ruf dan nahi munkar.

9
Kesimpulan
Kerangka dasar ajaran islam adalah dasar-dasar pokok ajaran islam yang
membekali setiap orang untuk bisa mempelajari islma yang lebih luas dan
mendalam. Dalam mengamalkan dan memahami terdapat tiga kerangka dasar
islam yaitu Akidah, Syariah dan Akhlak tidak bisa dipisah-pisah.

Dengan bekal ajaran islam yang cukup, diharapkan aktifitas yang


dilakukan, terutama aktifitas ibadah, menjadi berkualitas dan dapat dipertanggung
jawabkannya di hadapan Allah SWT

Untuk menghasilkan akhlak karakter mulia yang merupakan cita-cita


setiap muslim, dalam konsep islam harus dimulai dari membangun fondasi yang
kuat, yakni mendasari dengan akidah atau iman yang kokoh. Jika semua aturan
Allah ditaati dan dilaksanakan pastilah akan terwujud akhlak atau karakter yang
mulia pada diri seseorang. karena itu, pemahaman yang benar akan konsep dasar
islam menjadi sangat penting untuk membangun komitmen moral untuk
melaksanankan selama ajaran islam.

Saran
Rendahnya tingkat ketakwaan dan akhlak remja zaman sekarang sangat
memprihatinkan. oleh karena itu pihak sekolah maupun universitas dan berbagai
lembaga formal lainnya sebaiknya turun tangan secara langsung agar dapat
memperbaiki dan membimbing siswa siswi serta mahasiswa atau mahasiswi nya
agar tidak semakin terjerumus dalam ketidak ber-akhlakan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Buku siswa Aqidah Akhlaq Kurikulum 2013


https://almanhaj.or.id/9739-tajassus-terhadap-mukmin-adalah-dosa-besar.html

11

Anda mungkin juga menyukai