Anda di halaman 1dari 4

TUGAS AKHLAK MENGENAI SIFAT KEJUJURAN SAAT

BERDAGANG PADA RASULULLAH SAW YANG TERDAPAT


DALAM SIRAH NABAWIYAH

(Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri)

Disusun Oleh Kelompok 8:

Armadhan

Ajeng Rahmadani

Endang Nur Sitadona

Nur Rahmayanti

Universitas Muhammdyah Prof. DR . Hamka

Jakarta
2018
MENGGEMBALA KAMBING

Rasulullah SAW pada masa remaja tidak memiliki pekerjaan yang tetap. Hanya saja
banyak kisah yang meriwayatkannya menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bekerja sebagai
pengembala kambing dikalangan Bani Sa’ad dan makkah dengan upah atau imbalan uang
beberapa dinar.Pada saat itu, Ibnu Ishaq mengatakan Khadijah binti Khuwailid adalah
seorang pedagang yang kaya raya. Khadijah sering kali membayar orang-orang untuk
memasarkan dagangannya. Apabila dagangannya laku terjual, maka Khadijah akan membagi
hasilnya kepada orang-orang yang telah berhasil memasarkan dagangannya.

Orang-orang itu adalah orang Quraish. Orang Quraish dikenal sebagai orang yang
memiliki hobi berdagang. Pada masa itu, Khadijah mendengar kabar tentang Rasulullah Saw
mengenai kejujuran perkataan beliau, kredibilitas dan kemuliaan akhlak beliau. Mendengar
kabar tersebut, Khadijah binti Khuwailid langsung bergegas mengirimkan utusannya untuk
menghadap Rasulullah SAW agar memberikan sebuah penawaran khusus kepada Rasulullah
untuk berangkat ke Syam. Rasulullah SAW ditawarkan berangkat ke Syam untuk membantu
Khadijah memasarkan dagangannya. Apabila Rasulullah SAW menerima tawaran tersebut,
maka Khadijah siap untuk memberikan sebuah imbalan yang lebih besar kepada beliau dari
pada pedagang lainnya.

Akhirnya, Rasulullah mau menerima tawaran tersebut dan pergi ke Syam untuk
berdagang. Tetapi, pada saat itu Rasulullah tidak berangkat ke Syam sendirian melainkan
bersama dengan seorang pembantunya yang bernama Maisarah. Maisarah menemani
Rasulullah SAW pergi ke Syam diwaktu usia Rasulullahmenginjak usia 25 tahun. Setibanya
diMakkah, Rasulullah SAW memasarkan dagangannya dan ternyata Rasulullah
menghasilkan keuntungan yang melimpah dari hasil dagangannya tersebut.

Khadijah yang mengetahui bahwa dagangannya laris serta memiliki keuntungan yang
melimpah dan besar,sangatlah terkejut karena sebelumnya Khadijah tidak pernah melihat
keuntungan sebanyak itu. Terlebih lagi ketika pembantu yang menemani Rasululah SAW
berdagang di Syam memberitahukan kabar kepada Khadijah sifat Rasulullah selama
berdagang yaitu memiliki sifat yang mulia, cerdik dan jujur. Ketika itu, Khadijah sangat
senang karena Khadijah berhasil menemui seseorang yang sangat diharapkan seperti
Rasulullah SAW.
Dari penggelan cerita diatas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah memiliki sifat yang
sesuai dengankode etik Psikologi yang berbunyi:

Pasal 2

Prinsip C: Profesional

1. Psikolog harus memiliki kompetensi dalam melaksanakan segala bentuk layanan


psikologi, penelitian, pengajaran, pelatihan, layanan psikologi dengan
menekankan pada tanggung jawab, kejujuran, batasan kompetensi, obyektif dan
integritas.
2. Psikolg harus membangun hubungan yang didasarkan pada adanya saling
percaya, menyadari tanggung jawab profesional dan ilmiah terhadap
penggunaan layanan psikologi serta komunitas khusus lainnya.

Pada penggalan cerita diatas, Rasulullah SAW dikabarkan memiliki kejujuran,


kredibilitas dan memiliki akhlak yang baik. Tidak hanya itu, pada saat berdagang Rasulullah
dikabarkan memiliki sifat cerdik dan jujur. Kejujuran Rasulullah SAW dapat dipetik dalam
meneggakkan suatu kebenaran pada proses konseling. Konselor dalam menjalankan tugasnya
harus berperilaku baik yaitu berperilaku jujur dan mengatakan sesuatu yang sesuai dengan
keadaannya atau bersifat obyektif, baik kebenaran tentang ilmunya maupun pengalaman yang
sudah dilakukannya sebagai bentuk tanggung jawab konselor terhadap layanan psikologi,
agar proses konseling dapat berjalan dengan baik serta bermanfaat bagi konselor dan
khususnya untuk perkembangan hidup klien.

Seorang konselor harus memiliki suatu integritas, karena orang yang berintegrasi akan
menampilkan suatu perilaku atau akhlak yang baik, jujur dan memiliki karakter yang kuat
seperti Rasulullah SAW dalam melakukan suatu pekerjaan. Integritas sangat dibutuhkan
untuk konselor dalam menjalankan pekerjaannya pada proses konseling.

Kredibilitas yang dimiliki oleh Rasulullah SAW sangat baik apabila juga dimiliki oleh
seorang konselor, Konselor harus memiliki suatu kredibilitas yang tinggi seperti Rasulullah,
karena kredibilitas menentukan suatu kualitas seseorang terutama kualitas konselor dalam
mengadakan layanan psikologi, kapabilitas yang ada dalam kredibilitas tidak hanya
menunjukkan suatu keterampilan atau skill saja, melainkan dapat dipakai untuk menguasai
kemampuannya dengan memaksimalkan kekuatannya untuk mengatasi suatu permasalahan.
Konselor yang memiliki suatu kredibilitas seperti Rasulullah SAW, dengan mudah akan
mendapatkan suatu kepercayaan klien. Seperti pada pasal diatas, konselor dan klien harus
memiliki hubungan yang didasari pada suatu kepercayaan. Oleh sebab itu, seorang konselor
harus memiliki kredibilitas seperti Rasulullah SAW agar dapat dipercaya.

Sifat cerdik Rasulullah pada saat berdagang juga bisa diambil hal positifnya oleh
konselor, cerdik yang berarti cepat mengerti tentang situasi dan pandai mencari pemecahan
masalahnya sangat baik apabila dimiliki oleh seorang konselor dalam layanan psikologi. Sifat
cerdik yang dimiliki akan memudahkan konselor untuk melaksanakan tanggung jawabnya
pada proses konseling.
Kejujuran dalam berdagang yang diajarkan oleh Rasulullah SAW juga terdapat dalam
hadist-hadist, beberapa diantaranya diambil dari hadist muttafaq alaih:

“Dari sahabat Hakim bin Hizam radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam, beliau bersabda: “Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak
pilih selama keduanya belum berpisah, bila keduanya berlaku jujur dan menjelaskan, maka
akan diberkahi untuk mereka penjualannya, dan bila mereka berlaku dusta dan saling
menutup-nutupi, niscaya akan dihapuskan keberkahan penjualannya.” 
“Sesungguhnya harta kekayaan itu terasa begitu manis. Barang siapa yang
mendapatkannya denga cara-cara yang benar dan dibelanjakan di jalan yang benar, maka
harta itu adalah sebaik-baik pembantu baginya. Sedangkan orang yang mendapatkannya dari
jalan yang tidak benar, maka ia bagaikan orang yang makan tapi tidak pernah merasa
kenyang.”

Dan sebagaimana tertulis di dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 105:

ٓ
َ‫ت ٱهَّلل ۖ ِ َوأُوْ ٰلَئِكَ هُ ُم ۡٱل ٰ َك ِذبُون‬ َ ‫إِنَّ َما يَ ۡفت َِري ۡٱل َك ِذ‬
ِ َ‫َٔا ٰي‬Oَِ‫ب ٱلَّ ِذينَ اَل ي ُۡؤ ِمنُونَ ٔ‍ب‬

Artinya: Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak


beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta (Q.S. An-Nahl:
105)

Inilah sebab yang menjadikan keberkahan dan kebaikan dalam perdagangan dan jual
beli, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kalau keduanya
(pedagang dan pembeli) bersifat jujur dan menjelaskan (keadaan barang dagangan atau
uang pembayaran), maka Allah akan memberkahi keduanya dalam jual beli tersebut. Akan
tetapi kalau kaduanya berdusta dan menyembunyikan (hal tersebut), maka akan hilang
keberkahan jual beli tersebut”

Anda mungkin juga menyukai