Anda di halaman 1dari 65

Metalografi

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Metalografi

Pengetahuan metalografi pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari


struktur logam atau paduannya dalam hubungannya dengan sifat fisik dan
mekanik.

Pada metalografi yang diperoleh dengan suatu analisa kimia dan


metalografi logam atau paduannya dan potongannya. Disebabkan oleh
pembawaan heterogan dari logam tersebut. Pembawaan ketidak homogenan
dalam suatu logam lebih detentukan dengan macroetching dan
pemasarannya dapat dilakukan dengan menggunakan luas power
mikroskopis, ini dinotasikan oleh jenis metalografi data yang diperlukan
atau dibutuhkan.

Pengamatan microetching dapat memberikan gambaran kondisi dalam


metal yang berhubungan dengan satu arah lebih. Untuk hal-hal sebagai
berikut:

a. Crystalin Heterogencity, hadir dan meluas yang tergantung


pada jalannya solidifikasi akan tumbuhnya krystalin dari logam atau
paduannya.
b. Chemicalin Heterogencity, disebabkan oleh tidak berisinya
logam atau paduannya dan lokasi pemisahan dari susunan kimia
tertentu. Pemisahan serupa dapat dengan sengaja (karbon dalam
permukaan baja selama proses karburasi)
c. Mechanical heterogencity, timbul dari Coldworking atau
setiap proses yang menimbulkan teganga-tegangan permanent dalam
logam yang dituangi.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Selama proses makro suatu logam atau paduannya terdiri dari tiga
langkah.

1. Mendapatkan sample logam yang sesaat untuk tujuan


pemeriksaan.
2. Menyiapkan microetching terhadap penampang yang boleh
disiapkan atau belum disiapkan agar tidak mengalami kesulitan nanti
3. Menyiapkan secara hati-hati permukaan yang akan dietsa dan
kemudian diperiksa (tidak selalu layak atau perlu)

Pemakaian macroetcing yang tergantung pada tiga factor penting yaitu:

1. Koreksi permukaan logam yang akan dietsa, yaitu apakah


tidak kasar, licin, atau dipoles.
2. Komposisi kimia dari etsa yang dipilih
3. Lama waktu specimen yang dietsa kebanyakan bagian
penting dari sejumlah metalografi

(sumber:http://belajarmetalurgi.blogspot.com/)

B. Proses Metalografi
1. Pemotongan

Pemotongan merupakan salah satu langkah awal untuk membentuk


spesimen sesuai dengan yang kita inginkan. Pemotongan terdiri dari
beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :

- Pemotongan menggunakan
2. hfidh

3. Pengamplasan

pengamplasan adalah sutau proses pengerjaan logam dengan tujuan


mengurangi kerusakan permukaan yang terjadi dari proses pemotongan
dengan gergaji. Pengerjaan pengamplasan sebaiknya dilakukan dengan 1

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

arah agar diperoleh permukaan logam yang baik. Amplas yang digunakan
mulai dari yang kasar sampai yang halus.

4. pemolesan

pemolesan adalah suatu proses pengerjaan yang bertujuan untuk


menghilangkan bagian-bagian yang terdeformasi yang timbul dari hasil
langkah-langkah sebelumnya.

Pemolesan dilakukan dengan tangan dimana arah tegak lurus


dengan arah pengamplasan. Selama proses pemolesan dianjurkan agar
specimen digerakkan kedepan dan kebelakang seperti partikel mengalami
absorbsi dapat didistribusikan secara merata diatas piringan pemolesan.
Selain itu pemolesan dilakukan berputar untuk mencegah efek komet,
setiap selesai pemolesan, specimen di cuci dengan menggunakan alcohol
dan dikeringkan dengan mengguanakan udara.

5. etsa

Etsa adalah suatu proses pencelupan specimen dengan tujuan


memperoleh specimen yang bersih. Etsa biasanya dilakukan diatas bagian
yang telah diamplas, dan dipoles.

a) Etsa Tidak Merusak (Non Discructive Etching)

Etsa tidak merusak terdiri atas etsa optik dan perantaraan kontras
dari struktur dengan pencampuran permukaan secara fisik terkumpul
pada permukaan spesimen yang telah dipoles. Pada etsa optik
digunakan teknik pencahayaan khusus untuk menampilkan struktur
mikro. Beberapa metode etsa optik adalah pencahayaan gelap (dark
field illumination), polarisasi cahaya mikroskop (polarized light
microscopy) dan differential interfence contrast.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Pada penampakan kontras dengan lapisan perantara, struktur mikro


ditampilkan dengan bantuan interfensi permukaan tanpa bantuan bahan
kimia. Spesimen dilapisi dengan lapisan transparan yang ketebalannya
kecil bila dibandingkan dengan daya pemisah dari mikroskop optik.
Pada mikroskop interfensi permukaan, cahaya ynag terjadi pada sisa-
sisa film dipantulkan ke permukaan perantara spesimen.

b) Etsa Merusak (Desctructive Etching)

Etsa merusak adalah proses perusakan permukaan spesimen secara


kimia agar terlihat kontras atau perbedaan intensitas dipermukaan
spesimen. Etsa merusak terbagi dua metode yaitu etsa elektrokimia
(electochemical etching) dan etsa fisik (phisical etching).

Pada etsa elektrokimia dapat diasumsikan korosi terpaksa, dimana


terjadi reaksim serah terima elektron akibat adanya beda potensial
daerah katoda dan anoda. Beberapa proses yang termasuk etsa
elektokimia adalah etsa endapan (precipitation etching), metode
pewarnaan panas (heat tinting), etsa kimia (chemical etching) dan etsa
elektrolite (electrolytic etching).

Pada etsa fisik dihasilkan permukaan yang bebas dari sisa zat kimia
dan menawarkan keuntungan jika etsa elektrokimia sulit dilakukan.
Etsa ion dan etsa termal adalah teknik etsa fisik yang mengubah
morfologi permukaan spesimen yang telah dipoles.

Dalam proses metalografi, untuk m,elihat struktur mikro suatu


bahan ada beberapaproses yang harus dilakukan. Yaitu pemotongan,
mounting, grinding, polishing,etching dansetelah itu baru observasi.
Prosesgrinding danpolishing merupakan proses yang sangatpenting
untuk membuat permukaan sampel menjadi halus.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

(sumber:http://www.scribd.com/doc/50191491/proposal-tugas-akhir-
muhammad-fakkaruddin-arief)

C. Sejarah Mikroskop

Istilah mikroskop berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata micron yang
berarti kecil dan scopos yang artinya tujuan. Dari dua pengertian tersebut,
mikroskop dapat diartikan sebagai alat yang dibuat atau dipergunakan untuk
melihat secara detail obyek yang terlalu kecil apabila dilihat oleh mata
telanjang dalam jarak yang dekat. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan
menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat
kecil, tidak mudah terlihat oleh mata.
Menurut sejarah orang yang pertama kali berpikir untuk membuat alat yang
bernama mikroskop ini adalah Zacharias Janssen. Janssen sendiri sehari-
harinya adalah seorang yang kerjanya membuat kacamata. Dibantu oleh Hans
Janssen mereka mambuat mikroskop pertama kali pada tahun 1590. Mikroskop
pertama yang dibuat pada saat itu mampu melihat perbesaran objek hingga dari
150 kali dari ukuran asli. 
Temuan mikroskop saat itu mendorong ilmuan lain, seperti Galileo Galilei
(Italia), untuk membuat alat yang sama. Bahkan Galileo mengklaim dririnya
sebagai pencipta pertamanya yang telah membuat alat ini pada tahun 1610.
Galileo menyelesaikan pembuatan mikroskop pada tahun 1609 dan mikroskop
yang dibuatnya diberi nama yang sama dengan penemunya, yaitu mikroskop
Galileo. Mikroskop jenis ini menggunakan lensa optik, sehingga disebut
mikroskop optik. Mikroskop yang dirakit dari lensa optik memiliki
kemampuan terbatas dalam memperbesar ukuran obyek. Hal ini disebabkan
oleh limit difraksi cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang cahaya.
Secara teoritis, panjang gelombang cahaya ini hanya sampai sekitar 200

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

nanometer. Untuk itu, mikroskop berbasis lensa optik ini tidak bisa mengamati
ukuran di bawah 200 nanometer.
Setelah itu seorang berkebangsaan belanda bernama Antony Van
Leeuwenhoek (1632-1723) terus mengembangkan pembesaran mikroskopis.
Antony Van Leeuwenhoek sebenarnya bukan peneliti atau ilmuwan yang
profesional. Profesi sebenarnya adalah sebagai ‘wine terster’ di kota Delf,
Belanda. Ia biasa menggunakan kaca pembesar untuk mengamati serat-
seratpada kain. Tetapi rasa ingin tahunya yang besar terhadap alam semesta
menjadikannya salah seorang penemu mikrobiologi.
Leewenhoek mwnggunakan mikroskopnya yang sangat sederhana untuk
mengamati air sungai, air hujan, ludah, feses dan lain sebagainya. Ia tertarik
dengan banyaknya benda-benda kecil yang dapat bergerak yang tidak terlihat
dengan mata biasa. Ia menyebut benda-benda bergerak tadi dengan
‘animalcule’ yang menurutnya merupakan hewan-hewan yang sangat kecil.
Penemuan ini membuatnya lebih antusias dalam mengamati benda-benda tadi
dengan lebih meningkatkan mikroskopnya. Hal ini dilakukan dengan
menumpuk lebih banyak lensa dan memasangnya di lempengan perak.
Akhirnya Leewenhoek membuat 250 mikroskop yang mampu memperbesar
200-300 kali. Leewenhoek mencatat dengan teliti hasil pengamatannya tersebut
danmengirimkannya ke British Royal Society. Salah satu isi suratnya yang
pertama pada tanggal 7 September 1674 ia menggambarkan adanya hewan
yang sangat kecil yang sekarang dikenal dengan protozoa. Antara tahun 1963-
1723 ia menulis lebih dari 300 surat yang melaporkan berbagai hasil
pengamatannya. Salah satu diantaranya adalah bentuk batang, coccus maupun
spiral yang sekarang dikenal dengan bakteri. Penemuan-penemuan tersebut
membuat dunia sadar akan adanya bentuk kehidupan yang sangat kecil yang
akhirnya melahirkan ilmu mikrobiologi. 
Bila Di Eropa, mikroskop sudah dikenal sejak abad ke-17 dan digunakan
untuk melihat binatang-binatang sejenis mikroba. Menariknya, orang Jepang
senang menggunakannya untuk mengamati serangga berukuran kecil, dan
hasilnya berupa buku-buku berisi pemerian tentang serangga secara mendetail.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Mikroskop Cahaya
Keterbatasan pada mikroskop Leeuwenhoek adalah pada kekuatan lensa
cembung yang digunakan. Untuk mengatasinya digunakan lensa tambahan
yang diletakkan persis didepan mata pengamat yang disebut eyepiece, sehingga
obyek dari lensa pertama (kemudian disebut lensa obyektif) dapat diperbesar
lagi dengan menggunakan lensa ke dua ini. Pada perkembangan selanjutnya
ditambahkan pengatur jarak antara kedua lensa untuk mempertajam fokus,
cermin atau sumber pencahayaan lain, penadah obyek yang dapat digerakkan
dan lain-lain, yang semua ini merupakan dasar dari pengembangan mikroskop
modern yang kemudian disebut mikroskop cahaya Light Microscope (LM).
LM modern mampu memberikan pembesaran (magnifikasi) sampai 1.000
kali dan memungkinkan mata manusia dapat membedakan dua buah obyek
yang berjarak satu sama lain sekitar 0,0002 mm (disebut daya resolusi 0,0002
mm). Seperti diketahui mata manusia yang sehat disebut-sebut mempunyai
daya resolusi 0,2 mm. Pada pengembangan selanjutnya diketahui bahwa
kemampuan lensa cembung untuk memberikan resolusi tinggi sudah sampai
pada batasnya, meskipun kualitas dan jumlah lensanya telah ditingkatkan. 
Belakangan diketahui bahwa ternyata panjang gelombang dari sumber cahaya
yang digunakan untuk pencahayaan berpengaruh pada daya resolusi yang lebih
tinggi. Diketahui bahwa daya resolusi tidak dapat lebih pendek dari panjang
gelombang cahaya yang digunakan untuk pengamatan. Penggunaan cahaya
dengan panjang gelombang pendek seperti sinar biru atau ultra violet dapat
memberikan sedikit perbaikan, kemudian ditambah dengan pemanfaatan zat-
zat yang mempunyai indeks bias tinggi (seperti minyak), resolusi dapat
ditingkatkan hingga di atas 100 nanometer (nm). Hal ini belum memuaskan
peneliti pada masa itu, sehingga pencarian akan mode baru akan mikroskop
terus dilakukan.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Ditemukannya Mikroskop Elektron


Pada tahun 1920 ditemukan suatu fenomena di mana elektron yang
dipercepat dalam suatu kolom elektromagnet, dalam suasana hampa udara
(vakum) berkarakter seperti cahaya, dengan panjang gelombang yang 100.000 kali
lebih kecil dari cahaya. Selanjutnya ditemukan juga bahwa medan listrik dan
medan magnet dapat berperan sebagai lensa dan cermin terdapat elektron seperti
pada lensa gelas dalam mikroskop cahaya.
Untuk melihat benda berukuran di bawah 200 nanometer, diperlukan
mikroskop dengan panjang gelombang pendek. Dari ide inilah, di tahun 1932
mikroskop elektron semakian berkembang lagi. Sebagaimana namanya,
mikroskop elektron menggunakan sinar elektron yang panjang gelombangnya
lebih pendek dari cahaya. Karena itu, mikroskop elektron mempunyai kemampuan
pembesaran obyek (resolusi) yang lebih tinggi dibanding mikroskop optik.
Mikroskop electron mampu pembesaran objek sampai 2 juta kali, yang
menggunakan elektro statik dan elektro magnetik untuk mengontrol pencahayaan
dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi
yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron ini
menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektromagnetik yang lebih
pendek dibandingkan mikroskop cahaya.
Sebenarnya, dalam fungsi pembesaran obyek, mikroskop elektron juga
menggunakan lensa, namun bukan berasal dari jenis gelas sebagaimana pada
mikroskop optik, tetapi dari jenis magnet. Sifat medan magnet ini bisa mengontrol
dan mempengaruhi elektron yang melaluinya, sehingga bisa berfungsi
menggantikan sifat lensa pada mikroskop optik. Kekhususan lain dari mikroskop
elektron ini adalah pengamatan obyek dalam kondisi hampa udara (vacuum). Hal
ini dilakukan karena sinar elektron akan terhambat alirannya bila menumbuk
molekul-molekul yang ada di udara normal. Dengan membuat ruang pengamatan
obyek berkondisi vacuum, tumbukan elektron-molekul bisa terhindarkan.
Dengan mikroskop elektron yang mempunyai perbesaran lebih dari 10.000x, kita
dapat melihat objek mikroskop dengan lebih detail. Perkembangan mikroskop ini
mendorong berbagai penemuan di bidang biologi, seperti penemuan sel, bakteri,

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

dan partikel mikroskopis yang akan dipelajari berikut yaitu virus. Penemuan virus
melalui perjalanan panjang dan melibatkan penelitian dari banyak ilmuwan.
Mikroskop Elektron Mode Scanning
Ada 2 jenis mikroskop elektron yang biasa digunakan, yaitu:
1. Transmission Electron Microscopy (TEM) 
2. Scanning Electron Microscopy (SEM). 

1. Transmission Electron Microscopy (TEM)


Dikembangkan pertama kali oleh Ernst Ruska dan Max Knoll, 2 peneliti
dari Jerman pada tahun 1932. Saat itu, Ernst Ruska masih sebagai seorang
mahasiswa doktor dan Max Knoll adalah dosen pembimbingnya. Karena hasil
penemuan yang mengejutkan dunia tersebut, Ernst Ruska mendapat
penghargaan Nobel Fisika pada tahun 1986. Sebagaimana namanya, TEM
bekerja dengan prinsip menembakkan elektron ke lapisan tipis sampel, yang
selanjutnya informasi tentang komposisi struktur dalam sample tersebut dapat
terdeteksi dari analisis sifat tumbukan, pantulan maupun fase sinar elektron
yang menembus lapisan tipis tersebut. Dari sifat pantulan sinar elektron
tersebut juga bisa diketahui struktur kristal maupun arah dari struktur kristal
tersebut. Bahkan dari analisa lebih detail, bisa diketahui deretan struktur atom
dan ada tidaknya cacat (defect) pada struktur tersebut. Hanya perlu diketahui,
untuk observasi TEM ini, sample perlu ditipiskan sampai ketebalan lebih tipis
dari 100 nanometer. Dan ini bukanlah pekerjaan yang mudah, perlu keahlian
dan alat secara khusus. Obyek yang tidak bisa ditipiskan sampai order tersebut
sulit diproses oleh TEM ini. Dalam pembuatan divais elektronika, TEM sering
digunakan untuk mengamati penampang/irisan divais, berikut sifat kristal yang
ada pada divais tersebut. Dalam kondisi lain, TEM juga digunakan untuk
mengamati irisan permukaan dari sebuah divais.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

2. Scanning Electron Microscopy (SEM). 


Tidak jauh dari lahirnya TEM, SEM dikembangkan pertama kali tahun
1938 oleh Manfred von Ardenne (ilmuwan Jerman). Konsep dasar dari SEM
ini sebenarnya disampaikan oleh Max Knoll (penemu TEM) pada tahun
1935. SEM bekerja berdasarkan prinsip scan sinar elektron pada permukaan
sampel, yang selanjutnya informasi yang didapatkan diubah menjadi
gambar. Imajinasi mudahnya gambar yang didapat mirip sebagaimana
gambar pada televisi.
Cara terbentuknya gambar pada SEM berbeda dengan apa yang terjadi
pada mikroskop optic dan TEM. Pada SEM, gambar dibuat berdasarkan
deteksi elektron baru (elektron sekunder) atau elektron pantul yang muncul
dari permukaan sampel ketika permukaan sampel tersebut discan dengan
sinar elektron. Elektron sekunder atau elektron pantul yang terdeteksi
selanjutnya diperkuat sinyalnya, kemudian besar amplitudonya ditampilkan
dalam gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT (cathode ray tube). Di
layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar bisa dilihat.
Pada proses operasinya, SEM tidak memerlukan sampel yang ditipiskan,
sehingga bisa digunakan untuk melihat obyek dari sudut pandang 3 dimensi.
Demikian, SEM mempunyai resolusi tinggi dan familiar untuk mengamati
obyek benda berukuran nano meter. Meskipun demikian, resolusi tinggi
tersebut didapatkan untuk scan dalam arah horizontal, sedangkan scan
secara vertikal (tinggi rendahnya struktur) resolusinya rendah. Ini
merupakan kelemahan SEM yang belum diketahui pemecahannya. Namun
demikian, sejak sekitar tahun 1970-an, telah dikembangkan mikroskop baru
yang mempunyai resolusi tinggi baik secara horizontal maupun secara
vertikal, yang dikenal dengan "scanning probe microscopy (SPM)". SPM
mempunyai prinsip kerja yang berbeda dari SEM maupun TEM dan
merupakan generasi baru dari tipe mikroskop scan. Mikroskop yang
sekarang dikenal mempunyai tipe ini adalah scanning tunneling microscope
(STM), atomic force microscope (AFM) dan scanning near-field optical

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

microscope (SNOM). Mikroskop tipe ini banyak digunakan dalam riset


teknologi nano "
Mikroskop dan Teknologi Nano
Sejak sekitar tahun 1970-an, telah dikembangkan mikroskop baru yang
mempunyai resolusi tinggi baik secara horizontal maupun secara vertikal,
yang dikenal dengan “scanning probe microscopy (SPM)”. SPM
mempunyai prinsip kerja yang berbeda dari SEM maupun TEM dan
merupakan generasi baru dari tipe mikroskop scan. Mikroskop yang
sekarang dikenal mempunyai tipe ini adalah scanning tunneling microscope
(STM), atomic force microscope (AFM) dan scanning near-field optical
microscope (SNOM).
Sampai hari ini telah berhasil dikembangkan mikroskop dengan
teknologi nano. Yaitu teknologi yang berbasis pada struktur benda
berukuran nano meter. Satu nano meter = sepermilyar meter). Tentu yang
dimaksud di sini bukanlah mikroskop biasa, tetapi mikroskop yang
mempunyai tingkat ketelitian (resolusi) tinggi untuk melihat struktur
berukuran nano meter.

D. Jenis-Jenis Mikroskop

1. Mikroskop Cahaya

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

(Sumber:http://pelangibiology.blogspot.com/2008/09/mikroskop.html)

Mikroskop cahaya memiliki perbesaran maksimal 1000 kali.


Mikroskop memiliki kaki yang berat dan kokoh agar dapat berdiri dengan
stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga dimensi lensa yaitu lensa objektif,
lensa okuler, dan lensa kondensor. Lensa objektif dan lensa okuler terletak
pada kedua ujung tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa
membentuk bayangan tunggal (monokuler) atau ganda (binikuler). Pada
ujung bawah mikroskop terdapat dudukan lensa obektif yang bias dipasangi
tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop
yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah
kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi objek dan lensa
mikroskop yang lain.

Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari


sinar matahari yang dipantulkan oleh suatu cermin datar ataupun cekung
yang terdapat di bawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya
dari luar ke dalam kondensor. Pada mikroskop modern sudah dilengkapi
lampu sebagai pengganti cahaya matahari.

Lensa objektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama. Lensa


ini menentukan struktur dan bagian renik yang akan menentukan daya pisah
specimen, sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan
sebagai dua benda yang terpisah. Lensa okuler, merupakan lensa likrskop
yang terdapat di bagian ujung atas tabung, berdekatan dengan mata
pengamat. Lensa ini berfugsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan
oleh lensa objektif. Perbesaran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4-
25 kali. Lensa kondensor berfungsi untuk mendukung terciptanya
pencahayaan pada objek yang akan difokus, sehingga pengaturan tepat akan
diperoleh daya pisah maksimal, dua benda menjadi satu. Perbesaran akan
kurang bermanfaat jika daya pisah mikroskop kurang baik. (Mikroskop
wikipeda 27/09/2007)

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

2. Mikroskop Stereo

(Sumber:http://pelangibiology.blogspot.com/2008/09/mikroskop.html)

Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa


digunakan untuk benda yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo
memiliki perbesaran tujuh hingga tiga puluh kali. Benda yang diamati
dengan mikroskop ini dapat dilihat secara tiga dimensi. Komponen utama
mikroskop stereo hampir sama dengan mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas
lensa okuler dan lensa objektif.

Beberapa perbedaan dengan mikroskop cahaya adalah: (1) ruang


ketajaman lensa mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
mikroskop cahaya sehingga kita dapat melihat bentuk tiga dimensi benda
yang diamati, (2) sumber cahaya berasal dari atas sehingga objek yang tebal
dapat diamati. Perbesaran lensa okuler biasannya tiga kali, sehingga
perbesaran objek total minimal tiga puluh kali. Pada bagian bawah
mikroskop terdapat meja preparat. Pada daerah dekat lenda objektif terdapat
lampu yang dihubungkan dengan transformator. Pengaturan fokus objek
terletak di samping tangkai mikroskop, sedangkan pengaturan perbesaran
terletak di atas pengatur fokus. (Mikroskop wikipeda 27/09/2007)

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

3. Mikroskop Elektron

(Sumber:http://pelangibiology.blogspot.com/2008/09/mikroskop.html)

Merupakan sebuah mikroskop yang mampu melakukan pembesaran


obyek sampai dua juta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro
maknetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta
memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih
bagus dari pada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan
jauh lebih banyak energi dan radiasi elektro magnetik yang lebih pendek
dibandingkan mikroskop cahaya.

Macam-macam mikroskop elektron:

 Mikroskop transmisi elektron (TEM)

Mikroskop transmisi elektron (Transmission electron microscope-


TEM)adalah sebuah mikroskop elektron yang cara kerjanya mirip dengan
cara kerja proyektor slide, di mana elektron ditembuskan ke dalam obyek
pengamatan dan pengamat mengamati hasil tembusannya pada layar.

(Sumber:http://pelangibiology.blogspot.com/2008/09/mikroskop.html)

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Mikroskop transmisi eletron saat ini telah mengalami peningkatan


kinerja hingga mampu menghasilkan resolusi hingga 0,1 nm (atau 1
angstrom) atau sama dengan pembesaran sampai satu juta kali. Meskipun
banyak bidang-bidang ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dengan
bantuan mikroskop transmisi elektron ini.

 Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)

Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)adalah merupakan


salah satu tipe yang merupakan hasil pengembangan dari mikroskop
transmisi elektron (TEM).

(Sumber:http://pelangibiology.blogspot.com/2008/09/mikroskop.html)

Pada sistem STEM ini, electron menembus spesimen namun


sebagaimana halnya dengan cara kerja SEM, optik elektron terfokus
langsung pada sudut yang sempit dengan memindai obyek menggunakan
pola pemindaian dimana obyek tersebut dipindai dari satu sisi ke sisi
lainnya (raster) yang menghasilkan lajur-lajur titik (dots)yang
membentuk gambar seperti yang dihasilkan oleh CRT pada televisi /
monitor.

 Mikroskop pemindai electron (SEM)

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Mikroskop pemindai elektron (SEM) yang digunakan untuk studi


detil arsitektur permukaan sel (atau struktur jasad renik lainnya), dan
obyek diamatisecaratigadimensi.

(Sumber:http://pelangibiology.blogspot.com/2008/09/mikroskop.html)

Cara terbentuknya gambar pada SEM berbeda dengan apa yang


terjadi pada mikroskop optic dan TEM. Pada SEM, gambar dibuat
berdasarkan deteksi elektron baru (elektron sekunder) atau elektron
pantul yang muncul dari permukaan sampel ketika permukaan sampel
tersebut dipindai dengan sinar elektron.

Elektron sekunder atau elektron pantul yang terdeteksi selanjutnya


diperkuat sinyalnya, kemudian besar amplitudonya ditampilkan dalam
gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT (cathode ray tube). Di
layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar bisa
dilihat. Pada proses operasinya, SEM tidak memerlukan sampel yang
ditipiskan, sehingga bisa digunakan untuk melihat obyek dari sudut
pandang 3 dimensi.

 Mikroskop pemindai lingkungan electron (ESEM)

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Mikroskop ini adalah merupakan pengembangan dari SEM, yang


dalam bahasa Inggrisnya disebut Environmental SEM (ESEM) yang
dikembangkan guna mengatasi obyek pengamatan yang tidak memenuhi
syarat sebagai obyek TEM maupun SEM.

(Sumber:http://pelangibiology.blogspot.com/2008/09/mikroskop.html)

Cara kerja Pertama-tama dilakukan suatu upaya untuk


menghilangkan penumpukan elektron (charging) di permukaan obyek,
dengan membuat suasana dalam ruang sample tidak vakum tetapi diisi
dengan sedikit gas yang akan mengantarkan muatan positif ke permukaan
obyek, sehingga penumpukan elektron dapat dihindari.

Hal ini menimbulkan masalah karena kolom tempat elektron


dipercepat dan ruang filamen di mana elektron yang dihasilkan
memerlukan tingkat vakum yang tinggi. Permasalahan ini dapat
diselesaikan dengan memisahkan sistem pompa vakum ruang obyek dan
ruang kolom serta filamen, dengan menggunakan sistem pompa untuk
masing-masing ruang. Di antaranya kemudian dipasang satu atau lebih
piringan logam platina yang biasa disebut (aperture) berlubang dengan
diameter antara 200 hingga 500 mikrometer yang digunakan hanya untuk

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

melewatkan elektron , sementara tingkat kevakuman yang berbeda dari


tiap ruangan tetap terjaga.

 Mikroskop refleksi elektron (REM)

Yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Reflection electron


microscope (REM), adalah mikroskop elektron yang memiliki cara kerja
yang serupa sebagaimana halnya dengan cara kerja TEM namun sistem
ini menggunakan deteksi pantulan elektron pada permukaan objek.
Tehnik ini secara khusus digunakan dengan menggabungkannya dengan
tehnik Refleksi difraksi elektron energi tinggi (Reflection High Energy
Electron Diffraction) dan tehnik Refleksi pelepasan spektrum energi
tinggi (reflection high-energy loss spectrum - RHELS)

(Sumber:http://pelangibiology.blogspot.com/2008/09/mikroskop.html)

4. Mikroskop Ultraviolet

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

(Sumber:http://pelangibiology.blogspot.com/2008/09/mikroskop.html)

Suatu variasi dari mikroskop cahaya biasa adalah mikroskop


ultraviolet. Karena cahaya ultraviolet memiliki panjang gelombang yang
lebih pendek dari pada cahaya yang dapat dilihat, penggunaan cahaya ultra
violet untuk pecahayaan dapat meningkatkan daya pisah menjadi dua kali
lipat daripada mikroskop biasa. Karena cahaya ultra violet tak dapat dilihat
oleh mata manusia, bayangan benda harus direkam pada piringan peka
cahaya (photografi Plate). Mikroskop ini menggunakan lensa kuasa, dan
mikroskop ini terlalu rumit serta mahal untuk dalam pekerjaan sehari-hari.
(Volk, Wheeler, 1988, mikrobiologidasar, Jakarta. Erlangga)

5. Mikroskop Pender (Flourenscence Microscope)

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

(Sumber:http://pelangibiology.blogspot.com/2008/09/mikroskop.html)

Mikroskop pender ini dapat digunakan untuk mendeteksi benda asing


atau Antigen (seperti bakteri, ricketsia, atau virus) dalam jaringan. Dalam
teknik ini protein antibodi yang khas mula-mula dipisahkan dari serum
tempat terjadinya rangkaian atau dikonjungsi dengan pewarna pendar. Karena
reaksi Antibodi-Antigen itu besifat khas, maka peristiwa pendar akan terjadi
apabila antigen yang dimaksud ada dan dilihat oleh antibodi yang ditandai
dengan pewarna pendar.

(Sumber:http://pelangibiology.blogspot.com/2008/09/mikroskop.html)

E. Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik

a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik adalah sebuah pemeriksaan untuk
mengamati struktur dengan perbesaran 10-100 kali, biasanya digunakan
mikroskop cahaya.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

b. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik adalah sebuah pemeriksaan untuk
mengamati struktur dengan perbesaran diatas 100 kali, biasanya digunakan
mikroskop cahaya ataupun mikroskop elektron dan mikroskop optik.

Sumber:http://www.scribd.com/doc/40501433/METALOGRAFI

F. Korosi

1. Korosi pada Temperatur Tinggi

Telah diketahui bahwa korosi sebagai penurunan mutu logam akibat


reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, tetapi lingkungan yang
dimaksudkan hampir selalu mengandung air. Korosi pada permukaan logam
ternyata masih dapat terjadi meskipun elektrolit cair tidak ada; karena itu
tidak mengherankan bila proses tersebut sering disebut korosi kering.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Namun demikian, defenisi tentang korosi yang telah digunakan selama ini
tidak berubah.

Barangkali proses korosi kering yang paling nyata adalah reaksi


logam dengan oksigen udara. (walaupun nitrogen menjadi unsur utama yang
membentuk udara, perannya tidak penting ketika logam dipanaskan di
udara, karena pengaruh oksigen lebih dominan. Pada temperatur tinggi,
nitrogen memang bereaksi dengan kromium, aluminium, titanium,
molibdenum, dan tungsten). Kendati reaksi dengan oksigen pada prinsipnya
sangat sederhana, para ilmuwan di masa lampau mengalami kesulitan dalam
memahami perubahan berat yang menyertai kalsinasi (oksidasi) logam di
udara. Bahkan sekarang, pengkajian tentang oksidasi dan reaksi - reaksi
temperatur tinggi lain menyangkut paduan – paduan moderen telah
membuktikan bahwa proses yang dilibatkan kompleks sekali.

Oksigen mudah bereaksi dengan kebanyakan logam; meskipun energi


termal yang dibutuhkan untuk menghasilkan laju oksidasi yang bermakna
bagi perekayasa mungkin sangat bervariasi untuk logam - logam yang
berbeda pada temperatur yang sama. Pada temperatur lingkungan sehari –
hari, dari kebanyakan bahan untuk rekayasa ada yang sudah teroksidasi
sedemikian rupa sehingga lapisan oksida melindungi logam di bawahnya.
Ada pula yang di udara kering bereaksi begitu lambat sehingga oksidasi
tidak mendatangkan masalah. Pada temperatur tinggi, walau bagaimanapun,
laju oksidasi logam - logam meningkat. Jadi, jika sebuah komponen
rekayasa mengalami kontak langsung dengan lingkungan bertemperatur
tinggi untuk waktu yang lama, komponen itu mungkin menjadi tidak
berguna. Sebagai contoh, dalam udara kering yang murni pada temperatur
hanya sedikit di bawah 480°C, sebuah selaput pelindung yang sangat tipis
terbentuk pada permukaan baja lunak yang telah dipoles, tetapi dengan laju
yang dalam pengertian rekayasa dapat diabaikan. (Laju ambang batas yang
telah didefenisikan adalah 10-3 Kg m-2 jam –2). Meskipun demikian, selama
proses penggilingan dan pengepresan panas terhadap baja lunak (proses

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

yang berlangsung pada sekitar 900°C), laju oksidasi cukup besar untuk
menghasilkan selapis oksida yang disebut kerak giling (mill scale), yang
tidak berfungsi sebagai pelindung. Kita sudah melihat bahwa kerak giling
mungkin penting pengaruhnya terhadap laju korosi baja lunak dalam
lingkungan berair. Di pihak lain, kemanfaatan logam - logam seperti
aluminium dan titanium bergantung pada kemampuan masing – masing
dalam membentuk selaput oksida pelindung pada temperatur kamar.

Kita melihat bahwa tidak semua proses korosi tidak dikehendaki.


Oksida yang terkendali pada besi dan baja dalam pembuatan senjata sudah
menjadi seni tersendiri, karena dengan cara ini senjata – senjata tersebut
dapat dibuat menjadi indah dan tahan lama. Dekorasi yang indah bisa
diperoleh melalui pembentukan warna – warni pada permukaan logam.
Titanium dapat dioksidasi secara elektrokimia agar menghasilkan warna –
warni indah seperti permata. Efek – efek tersebut ditimbulkan oleh selaput
oksida. Efek serupa yang mudah dijumpai adalah warna – warni pelangi
pada ujung knalpot sepeda motor yang terbuat dari baja nirkarat.

Sebelum pengendalian temperatur dalam proses - proses perlakuan


panas mencapai kecanggihan seperti pada masa sekarang ini, temperatur
lempengan atau batangan baja sering diukur dari warna – warni yang
berkembang pada permukaannya selama perlakuan panas itu berlangsung.
Cara ini ternyata cukup teliti : untuk setiap kenaikan 10°C antara 230°C dan
280°C, warna logam berubah menurut urutannya adalah : gading pucat,
gading tua, coklat, ungu kecoklatan, ungu, dan ungu tua. Logam baja
tampak kebiruan pada temperatur 300°C.

Sampai berkembangnya motor turbin gas untuk pesawat terbang


modern yang dimulai dengan motor Whittle dalam tahun 1937, penggunaan
logam - logam dan paduan - paduan untuk perekayasa di lingkungan
temperatur tinggi jarang yang sampai menimbulkan masalah pemilihan
bahan. Walaupun turbin uap telah dikembangkan sejak akhir 1800-an dan

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

digunakan oleh Parsons pada tahun 1897 untuk penggerak kapal laut,
temperatur pengoperasian tidak terlalu tinggi sehingga bahan – bahan yang
sudah ada msih dapat digunakan. Pengembangan motor turbin gas untuk
pesawat sessudah Perang Dunia Kedua secara dramatik mengubah situasi
tersebut.

Kondisi pengopersian kian menjadi ganas : bahan - bahan yang


dibutuhkan adalah yang mampu bertahan terhadap temperatur dari 800
hingga 1000°C, masih ditambah tingkat tegangan yang besar akibat rotasi
kecepatan tinggi. Ini menuntut dikembangkannya golongan paduan - paduan
baru yang disebut paduan super (superalloys). Bahan dasar paduan -
paduan ini kebanyakan adalah nikel, walaupun ada juga kelompok –
kelompok yang menggunakan bahan dasar besi dan kobalt. Sekarang
paduan super digunakan pada turbin – turbin gas untuk kapal laut, pesawat
terbang, industri dan kendaraan, serta untuk wahana angkasa, motor roket,
reaktor nuklir, pembangkit listrik tenaga uap, pabrik petrokimia, dan banyak
lagi penerapan lain.

Baja masih menjadi bahan utama untuk penggunaan dalam turbin –


turbin gas; walaupun presentasenya telah turun karena tergeser oleh paduan
– paduan super dan paduan - paduan titanium. Peran serta paduan - paduan
aluminium dalam pengembangan turbin gas kecil; tetapi seperti akan kita
lihat, sebagai unsur tambahan aluminium penting sekali.

2. Korosi Celah

Orang sudah percaya bahwa baja nirkarat (stainless steel)


mempunyai ketahanan luar biasa terhadap korosi sehingga bila bahan ini
yang dipilih maka masalah korosi akan pasti terpecahkan. Walaupun
memang benar bahwa baja nirkarat memperlihatkan kehebatannya dalam
berbagai situasi, pada beberapa penerapan tertentu justru sangat buruk

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

sehingga harus diwaspadai. Banyak kegagalan pada komponen –


komponen baja nirkarat telah terjadi akibat korosi di celah – celah, atau di
bagian – bagian tersembunyi karena volume – volume kecil elektrolit yang
terperangkap di situ bisa lebih aggresif dibandingkan kalau dalam volume
besar.

Pembentukan lubang – lubang pada pipa tembaga untuk sistem –


sistem air tawar jarang, tetapi ini dapat terjadi bila teknik pembuatan pipa
itu salah. Sepotong pipa tembaga bergaris tengah 25 mm yang rusak akibat
tertinggalnya selapis pelumas organik sesudah pipa terbentuk. Dalam
pembuatannya pipa dianil, dan temperatur tinggi membentuk selapis
karbon di sepanjang bagian dalam pipa. Retak atau pecah yang selanjutnya
terjadi pada selaput karbon menyebabkan proses pembentukan sumuran
yang aktif sekali sehingga di tempat itu pipa akan tembus dalam waktu
singkat. Ciri lubang – lubang akibat korosi ini adalah terbentuknya
gundukan – gundukan kecil melingkar yang merupakan hasil korosi di
sekitar lubang.

Kendati korosi celah sama sekali bukan masalah yang baru, seperti
korosi dwilogam, para perekayasa sering masih kurang menghayati
pentingnya perancangan dan pemilihan bahan secara tepat guna
mendapatkan ketahanan yang memadai terhadap korosi. Pada tahun 1981
dilaporkan bahwa salah satu masalah paling serius dalam industri nuklir
AS adalah serangan – serangan lokal pada tabung – tabung Incole 600
akibat korosi dalam celah – celah di antara tabung – tabung dan pelat –
pelat penyangga dari baja karbon. Karena sekitar 60 generator uap yang
terkena masalah ini, biaya penanggulangannya ditaksir sekitar 6000 juta
dollar.

3. Korosi Sumuran

Korosi sumuran (pitting corrosion) adalah korosi lokal yang secara


selektif menyerang bagian permukaan logam yang :

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

a) Selaput pelindungnya tergores atau retak akibat perlakuan


mekanik;
b) Mempunyai tonjolan akibat dislokasi atau slip yang disebabkan
oleh tegangan tarik yang dialami atau tersisa;
c) Mempunyai komposisi heterogen dengan adanya inklusi,
segregasi atau presipitasi.

Pengamatan terhadap lubang - lubang atau ceruk - ceruk akibat


korosi celah kadang - kadang dapat menyebabkan kita bingung tentang
perbedaan antara kedua bentuk korosi itu. Sebuah makalah penting
mengenai ini yang ditulis oleh Wilde menguraikan sejumlah kesamaan
yang menyolok antara mekanisme penjalaran korosi celah dan korosi
sumuran. Begitu terbentuk, sebuah ceruk menunjukkan perilaku yang
sangat mirip dengan proses korosi celah yang telah dijelaskan.
Bagaimanapun korosi sumuran dapat dibedakan dari korosi celah dalam
fase pemicuan-nya. Jadi, sementara korosi celah dipicu oleh beda
kosentrasi oksigen atau ion - ion dalam elektrolit, korosi sumuran (pada
permukaan yang datar) hanya dipicu oleh faktor - faktor metalurgi.

Berikut ini kita akan membahas korosi sumuran pada besi atau baja
karena mekanisme pembentukannya menggambarkan kemajuan yang
nyata dalam pemahaman tentang korosi ini.

Sudah banyak orang mengetahui bahwa bila selembar baja lunak


yang bersih dibiarkan kehujanan dalam beberapa hari akan terkorosi
dengan cepat dan “karat” yang terbentuk akan berupa endapan keras,
keropeng, atau tonjolan - tonjolan bundar, pada bagian - bagian tertentu
dimana titik - titik air menggenang lebih lama. Kalau “karat” itu kemudian
dihilangkan dengan sikat kawat, kita akan menjumpai lubang - lubang di
tempat yang semula tertutup hasil korosi. Pada tahap ini, kita
menggunakan istilah “karat” dalam tanda kutip, karena dalam penngertian

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

sehari – hari kata itu berarti produk korosi kecoklatan yang terbentuk di
permukaan besi atau baja yang terkorosi. Produk korosi ini sesungguhnya
suatu campuran dari sejumlah bahan kimia sehingga kata “karat”
sebetulnya mempunyai makna yang lebih tepat.

Penjelasan klasik tentang pembentukan ceruk di bawah titik air di


permukaan besi antara lain diajukan oleh Evans. Pembentukan sebuah
ceruk didahului oleh korosi biasa di seluruh permukaan yang dibasahi air,
mungkin akibat efek batas butir sederhana. Konsumsi oksigen pada reaksi
katoda normal dalam larutan netral menyebabkan terjadinya gradien
kosentrasi oksigen dalam elektrolit. Mudah dipahami bahwa daerah basah
yang bersebelahan dengan udara atau antarmuka elektrolit menerima
oksigen dari difusi lebih banyak ketimbang daerah di pusat tetesan air
yang terletak paling jauh dari sumber pemasokan oksigen. Gradien
kosentrasi ini daerah di tengah itu mengalami polarisasi anodik sehingga
terlarut dengan aktif :

Fe → Fe2+ + 2e-

Ion - ion yang dibangkitkan di daerah katoda terdifusi ke arah dalam


dan bereaksi dengan ion - ion besi yang terdifusi ke arah luar, sehingga
terjadilah pengendapan produk korosi tak dapat larut di sekeliling
cekungan, atau ceruk. Ini selanjutnya menghambat difusi oksigen,
mempercepat proses anodik di pusat tetesan dan menyebabkan reaksi
bersifat otokatalik.

Sampai di sini, ada baiknya kita memahami betul bagaimana


ekspresi yang disederhanakan dalam persamaan di atas. Langkah –
langkah yang terjadi mungkin sebagai berikut :

a) Fe + H2O → Fe(H2O)ads

b) Fe(H2O)ads → Fe(OH-)ads + H+

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

c) Fe(OH-)ads → Fe(OH)ads + e-

d) Fe(OH)ads → Fe(OH)+ + e-

e) Fe(OH)+ + H+ → Fe2+ + H2O

Dalam ekspresi – ekspresidi atas, ads adalah kependekan dari


adsorbed dan menyiratkan bahwa reaksi berlangsung dalam fase padat di
antarmuka pada/cair. Contoh ini tidak dimaksudkan untuk menakut –
nakuti pembaca, namun sekedar mengingatkan tentang rumitnya reaksi –
reaksi yang sepintas tampak sederhana, khususnya dalam proses yang
dikenal sebagai pembentukan karat biasa.

4. Fatik

Fatik dapat diartikan sebagai keluluhan yaitu merupakan skor logam


yang timbul akibat pembebanan yang besar sehingga mengalami
perubahan pada sifat logamnya.

Kekuatan tarik dapat dijadikan sebagai pedoman dasar untuk


konstruksi yang mengalami perubahan pada sifat logamnya. Kekuatan
tarik dapat dijadikan pedoman dasar untuk konstruksi yang mengalami
beban tarik listrik. Jumlah static/siklus yang dipikul oleh logam akan turun
dengan naiknya variable yang mempengaruhi daya tahan fatik.

a) Penyelesaian permukaan

Retak fatik kerap kali berawal dari permukaan komponen bekas


permesinan atau ketidakpastian lain harus dihilangkan dan usaha ini
berpengaruh sekali terhadap fatik. Perlakuan permukaan akan
meningkatkan umur fatik.

b) Frekuensi siklus tegangan

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Pengaruh terhadap umur fatik hamper tidak ada walaupun penurunan


frekwensi biasanya menurunkan umur fatik.

c) Temperatur

Kekuatan fatik yang paling tinggi pada temperature rendah dan


berkurang secara bertahap.

d) Tegangan rata-rata

Kondisi fatik dimana tegangan rata-rata tidak besar dari tegangan


luluh.

5. Dislokasi

Pada kenyataan kekuatan logam jauh dibawah kekuatan teoritis, ini


berarti ada sesuatu didalam logam yang menurunkan kekuatannya yang
disebut dislokasi.

Jadi, secara singkat dislokasi menurunkan kekuatan logam atau


dislokasi ini adalah cacat di dalam logam yang menurunkan kekuatan
logam tersebut.

Menurut modelnya, dislokasi dibagi dua yaitu:

 Dislokasi sisi

apabila garis dislokasi tegak lurus terhadap bidang slip

 Dislokasi ulir

apabila garis dislokasi sejajar terhadap bidang slip

6. Mekanisme Creep

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Creep didefinisikan sebagai aliran plastis pada kondisi tegangan


konstan dan meskipun sebagian besar pengujian dilakukan dengan
pembebanan konstan. Meskipun creep tidak terjadi disuhu rendah dimana
pergerakan atas dapat diabaikan akan tetap bertambah secara dispensil
dengan meningkatnya suhu.

Jadi creep dapat didefinisikan sebagai deformasi yang terjadi


secara kontinu bila mendapat beban terus menerus hingga terjadi patah.
Patah ini terjadi biasanya pada bagian yang kadar karbonnya paling rendah

Dari diagram berikut terlihat bahwa laju regengan bergerak secara


perlahan naik seiring dengan bertambahnya tegangan atau pada suhu yang
tinggi sedangkan mekanisme mulur tidak terjadi pada suhu rendah.

(sumber:http://kireidwi.blog.friendster.com/2008/09/korosi/)\

G. Mekanisme Difusi

Dalam diffusion bonding proses penyambungan pada dasarnya


merupakan penggabungan dua permukaan material padat secara atomic.
Penyatuan permuakaan terjadi karena adanya proses difusi atom antar
permuakaan material. Adapun mekanisme penyatuan permuakaan secara
lengkap dijelaskan dalam Mekanisme penyambungan dapat dibagi menjadi 3
tahap. Setiap tahapan tidak berlangsung secara terpisah tetapi mulai dan
berakhir secara berkesinambungan, sehingga mekanisme metalurginya saling
melengkapi. Setiap tahap mempunyai kontribusi yang sama pentingnya
selama proses penyambungan

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

(sumber:journal.uii.ac.id/index.php/jurnal-teknoin/article/view/694/616)

Pada tahap pertama, faktor kekasaran permukaan dan tekanan


mempunyai peranan yang penting. Permukaan benda kerja yang sebenarnya
tidak pernah betul-betul halus dan rata. Sehingga pada daerah kontak antar
permukaan logam akan membentuk rongga-rongga akan berkurang karena
pada ujung kekasarannya terdeformasi. Secara ideal tahap pertama berjalan
penuh, bila menghasilkan hilangnya puncak kekasaran dan penyebaran void
yang merata pada daerah kontak.

Pada tahap kedua, diffusion bonding terjadi pengurangan rongga-


rongga pada permukaan kontak. Pengurangan rongga-rongga ini dikarenakan
adanya proses perpindahan masa menuju rongga yang mengakibatkan ukuran
rongga berubah mengecil. Dalam diffusion bonding proses perpindahan masa
berlangsung secara bersamaan berupa aliran plastis, difusi dari interface
menuju rongga melalui lattice, interface dan grain boundary..

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Gambar: Skema bagian dari transfer material selama proses diffusion

(sumber:journal.uii.ac.id/index.php/jurnal-teknoin/article/view/694/616)

Lebih jelasnya bagian dari transfer massa dapat dilihat pada gambar
yang meliputi: peluluhan plastis yang mendeformasi ujung kontak permukaan,
difusi surface dari permukaan menuju leher, difusi volume dari permukaan ke
leher, penguapan dari permukaan mengembun pada leher, difusi grain
boundary dari antar muka menuju leher, difusi volume dari antar muka
menuju leher, power law creep

Pada tahap ketiga, bagian difusi yang dominan adalah difusi volume.
Selama tahap ini rongga-rongga menyusut hingga menjadi sangat kecil dan
akhirnya hilang. Batas butir bergerak menuju sebuah bentuk kesetimbangan,
hingga menyatu dan tidak dapat dibedakan dari grain boundary lainnya, secara
struktur mikro. Bidang kontak permukaan awal berubah karena adanya
penetrasi lokal difusi atom.. Tahap tiga berlanjut secara sempurna dengan
hilangnya rongga-rongga hingga menyatunya permukaan kedua material yang
disambung.

1. Diffusion dengan Bantuan Interlayer

Dalam proses diffusion bonding dapat dilakukan dengan


menambahkan lapisan antara (interlayer) pada permukaan kontak material
yang disambung. Penambahan interlayer ini bertujuan untuk membantu
meningkatkan aktivitas proses difusi pada material yang disambung.
Dalam hal ini biasanya dipilih interlayer dari material yang memiliki
kelarutan yang baik pada material yang disambung.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Interlayer dapat pula dipilih dari material yang dapat menangkap


unsure kotoran pada interface dan menghasilkan permukaan yang bersih.
Untuk tujuan tersebut material yang dipilih adalah material yang memiliki
solusibilitas yang tinggi yang mengandung unsur interstisi. Pada interlayer
dapat juga menggunakan material lunak dengan tujuan memaksimalkan
bidang kontak selama tahap pertama bonding. Material yang sering
digunakan sebagai interlayer seperti tembaga, perak dan nikel.

Ketebalan lapisan interlayer akan mempengaruhi kekuatan mekanis


dari sambungan. Untuk mendapatkan kekuatan mekanis sambungan
diffusion bonding yang maksimal, maka lapisan interlayer harus tipis.
Sambungan dengan interlayer yang tebal, tegangan tarik secara langsung
berhubungan dengan sifat bulk dari material interlayer. Sedangkan dengan
interlayer yang relatif tipis, kekuatan tarik sambungan meningkat, karena
material matrik meregang pada aliran plastis kontak interface yang
berinteraksi dengan logam induk. Studi eksperimen yang telah dilakukan
menunjukkan untuk memperoleh kekuatan iterface yang maksimum,
disarankan ketebalan interlayer kurang lebih 0,025 mm

2. Variabel Diffusion

Banyak variabel yang berpengaruh terhadap hasil diffusion bonding.


Variabel ini meliputi kondisi lingkungan, proses, kondisi permukaan
material, tekanan bonding, dan lamanya pemanasan. Diffusion bonding
dapat dilakukan pada lingkungan yang dilindungi dengan suatu gas
pelindung seperti gas argon. Lebih baik lagi diffusion bonding dilakukan
pada lingkungan vakum yang bertekanan 10-

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

3. Kelebihan dan Kekurangan Diffusion

a) Kelebihan

1) Sambungan yang dihasilkan memiliki sifat-sifat dan struktur mikro


yang Sama dengan logam induknya. Komponen yang disambung
mengalami distorsi minimum dan tidak memerlukan proses
permesinan atau pembentukan lagi.

2) Dapat menyambung dua material yang berbeda yang tidak dapat


disambung dengan proses fusi. Beberapa sambungan pada suatu
struktur dapat dilakukan secara serentak. Dapat menyambung pada
tempat atau bagian yang sulit. Dapat menyambung komponen besar
tanpa proses preheat. Cacat yang biasa terdapat dalam fasion
welding tidak ditemukan

b) Kekurangan

Pada umumnya memerlukan durasi siklus yang lebih panjang,


biaya peralatan mahal sehingga mempengaruhi nilai ekonomisnya,
memerlukan lingkungan khusus yang terlindung dari proses oksidasi,
karena proses difusi sangat sensitive terhadap oksidasi, teknik
pemerikasaan yang tidak merusak belum tersedia, khususnya yang
menjamin sifat-sifat rancangan pada sambungan, interlayer dan
produser yang sesuai belum dikembangkan untuk semua struktur
paduan, permukaan yang disambung atau diperbaiki memerlukan
persiapan yang lebih rumit, kebutuhan penerapan panas dan gaya tekan
yang tinggi secara serentak dalam lingkungan vakum merupakan
masalah peralatan utama pada diffusion bonding.

4. Mekanisme Difusi

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Proses penting yang mengontrol terjadinya transfer massa pada


material adalah difusi atom. Ada dua bentuk mekanisme difusi atom dalam
fasa padat. Mekanismenya tergantung pada tipe tempat yang tersedia
dalam sel satuan. Mekanisme tersebut yaitu interstisi dan substitusi.

1. Difusi interstisi

Difusi interstisi terjadi apabila ukuran atom yang berpindah


memiliki ukuran yang jauh lebih kecil dari atom induknya. Untuk lebih
jelasnya kita tinjau model sederhana bahwa atom B terlarut sempurna
tanpa menyebabkan distorsi pada lattice induk. Diasumsikan larutan
sangat baik dan setiap atom interstisi dikelilingi oleh enam tempat
interstisi kosong. Konsentrasi B bervariasi sepanjang x (lihat gambar)

(sumber:journal.uii.ac.id/index.php/jurnal-
teknoin/article/view/694/616)

2. Pengaruh temperatur- aktivasi termal

Pada fase padat atom akan bergetar disekitar posisinya karena


adanya energi termal. Energi termal ini muncul karena kenaikan
tempertur. Getaran atom akan meningkat dengan meningkatnya
temperatur. Pada suatu saat akibat getaran yang hebat, akan

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

menmghasilkan lompatan atom. Sedangkan frekuensi lompatan (Γ) ini


berhubungan erat dengan koefisien difusi. Atom intertisi pada posisi
diam yaitu pada posisi energi potensial minimum.

Agar gerakan atom intertisi mampu mendorong atom sekitarnya


(lihat gambar), maka kerja yang dilakukan harus sebesar usaha yang
menyebabkan naiknya energi bebas pada sistem sebesar ΔGm. Dimana
ΔGm dikenal sebagai energi aktivasi untuk pergerakan atom intertisi.
Jika atom intertisi bervibrasi dengan frekuensi rata υ dalam arah x, itu
berarti usaha perdetiknya untuk menuju tempat yang lain yaitu sebesar
exp (ΔGm/RT). Atom secara random bervibrasi dalam arah tiga
dimensi, dan jika disekitar ada tempat melompat sebanyak z.

(sumber:journal.uii.ac.id/index.php/jurnal-
teknoin/article/view/694/616)

3. Difusi Substitusi

Difusi substitusi terjadi apabila atom yang berpindah memiliki


ukuran yang relatif sama dengan atom induknya. Atom substitusi dapat
berpindah jika disekitarnya terdapat kekosongan dan energi vibrasi
atom mencukupi untuk melewati energi hambatan atom tetangga.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Energi vibrasi setiap atom meningkat secara proporsional dengan


temperatur, dan meningkat dengan menignkatnya amplitudo osilasi
Agar terjadi lompatan, atom harus bergerak menciptakan celah yang
cukup agar atom dapat bergerak diantaranya.

Kemungkinan semua atom dapat melompat menuju tempat


vakansi tergantung pada kemungkinan ia dapatmenyediakan energi
vibrasi yang cukup. Dalam difusi substitusi terjadi duakemungkinan
yaitu perpindahan atom itu sendiri menuju vakansi yang disebutdengan
self-difusi dan perpidahan vakansi menggantikan tempat atom yang
pindah disebut difusi vakansi.

(sumber:journal.uii.ac.id/index.php/jurnal-
teknoin/article/view/694/616)

H. Tegangan Sisa

Tegangan sisa adalah sebuah tegangan yang bekerja pada suatu bahan setelah
semua gaya-gaya luar yang bekerja pada benda tersebut dihilangkan. Tegangan
sisa muncul akibat beberapa proses pembentukan seperti deformasi plastis,
perubahan temperatur dan transformasi fasa. Beberapa proses pembentukan

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

yang menghasilkan tegangan sisa antara lain: casting, forming, forging,


drawing, extruding, rolling, spinning, bending, machining, welding, shot
peening, quenching, carburizing, coating, dll. Tegangan sisa ini dapat
menguntungkan tetapi juga dapat merugikan. Jika beban berupa tegangan tarik
dan terdapat tegangan sisa tekan pada material maka tegangan sisa ini akan
memberi resultante negatif mengurangi efek beban ke material. Sebaliknya
jika terdapat tegangan sisa tarik pada material yang mengalami beban tarik
maka akan memberikan resultante positif dan jika melawati tegangan luluhnya
akan menjadi awal mula terjadinya patahan. Beberapa teknik telah
dikembangkan untuk menghilangkan tegangan sisa ini, khususnya jika bersifat
merugikan. Yang umum digunakan adalah dengan anealing, yaitu proses
pemanasan material yang mengalami pengerjaan dingin hingga pada
temperatur rekristalisasinya. Pada temperatur rekristalisasi, butir-butir akan
terbentuk kembali dan tegangan sisa akan dilepaskan. Metode lain adalah
dengan menggetarkan material pada frekuensi pribadinnya. Dengan metode ini,
material relatif tidak mengalami perubahan bentuk meskipun tegangan sisanya
terlepas.

http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=2&ved=0CBwQFjAB&url =

http%3A%2F%2Fp3m.amikom.ac.id%2Fp3m%2F75%2520%2520PENGARUH
%2520TEGANGAN%2520SISA

I. Analisa Kegagalan Metalography

Langkah-langkah atau ProsedurAnalisis Kegagalan (II):

1. Deskripsi dari terjadinya kegagalan, (mendokumentasikan terjadinya


kegagalan. Informasi berkaitan seperti disain komponen, jenis material,
sifat material, fungsi komponen).

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

2. Pemeriksaan visual, (mendokumentasikan pengamatan yang dilakukan


ditempat kejadian).
3. Analisis tegangan, (Ketika komponen yang bekerja melibatkan adanya
beban, maka analisis tegangan sangat diperlukan untuk mengetahui apakah
tegangan yang bekerja berada dibawah sifat mekanik material).
4. Pemeriksaan komposisi kimia, (kesesuaian dengan komposisi kimia
standar material).
5. Fraktografi, (pemeriksaan permukaan patahan dengan mikroskopoptik dan
elektron untuk mengetahui mekanisme patahan).
6. Metalografi.
7. Sifat-sifat material, (biasanya dengan pengujian kekerasan sudah cukup
untuk mengetahui sifat-sifat mekanik material dan dilakukan tanpa
merusak sampel).
8. Simulasi, (apabila memungkinkan).

Uji/Analisis Metalografi

Sample Preparation Unit

Gambar Pemotongan, mounting, pengamplasan, pemolesan dan pengetsaan

Peralatan:
Mesin potong Accutom dengan diamond cutting
Abrasive Cutter Buehler Metaserv
Low Speed Ecomet
Alat Mounting Herzog

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Mesin Gerinda Ecomet 3


Ultrasonic washing Cole Parmer 8850

Optical Microscopes

LEITZ METALLOVERT
Dilengkapi dengan uji kekerasan
Pengamaran struktur mikro logam dan paduan, keramik dan komposit
Akurasi perhitungan besar butir dengan metode Hyne: 1 µm
Perbesaran maksimum 1000x. Scanning Electron Microscope (SEM)

JEOL JSM-840A
Dengan WDS (Wavelength Dispersive Spectroscopy) dan Sputter Coater,
Analisis morfologi, topografi dan kristalografi dari logam/paduan logam, keramik,
dan polimer, Analisis unsur secara kualitatif dan kuantitatif dengan WDS,
Perbesaran maks. 360.000x, Aplikasi penting dalam penelitian ilmu bahan,
analisis kegagalan dan kontrol mutu dan lainnya.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Transmission Electron Microscope (TEM)

TEM/STEM JEOL 1200EXII

Analisis cacat bahan, penentuan presipitat dan pola difraksi dari paduan
logam dan keramik serta pemeriksaan mikrostruktur bahan organic.

Perbesaran TEM maks. 500.000x

Perbesaran STEM maks. 600.000x

http://www.batan.go.id/ptbn/php/index.php?
option=com_content&view=article&id=75&Itemid=69

J. ASTM

ASTM ( American Society for Testing Materials )

o Strogen Steel (H3 9M-94)


o High Strength Low alloy Structure Steel (H2 42M-93a)
o Low and Intermediate tensile Strength carbon silicon,
steel plate for machine pane and general construction (A 284M-38)
o High Steel Strength. Quenhead and Temporal alloy steel
plate euatable for andirum (A 514-94m)
o Structural Steel mide 290 MPa minimum Yield point
(BMM) maximum
o High Strongth Low alloy alambium vanadium steel of
structural quality (43,72m-94a)

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

o Structural carbon steel plate of improved longers (AS


37M-93a)
o High Strength Low alloy Structural Steel 345 MPa
minimum yield point 100 mm thickness (AS 88M-94a)
o Normalized high Strength Low alloy Structural Steel
(A633-94a)
o Low carbonate hardening, nikel copped evanium
monodin, corombium and nikel copper columbion allow steel (A710M-94)
o Hot road stuktural steel high Strength Low alloy plate
with improved in ability (A 610 M-93a)
o Quenhead and tempered carbon steel plates for structural
aniration (A 678-94a)

K. Klasifikasi Baja

1) Baja Karbon
Baja karbon adalah paduan besi karbon di mana unsure karbon
sangat menentukan sifat-sifatnya, sedang unsur-unsur paduan lainnya yang
biasa terkandung di dalamnya terjadi karena proses pembuatannya. Sifat
baja karbon biasa ditentukan oleh persentase karbon dan mikrostruktur.

- Baja Karbon Rendah

 Kandungan karbonnya < 0,3%C


 tidak responsif terhadap perlakuan panas yang bertujuan
membentuk martensit
 metode penguatannya dengan “Cold Working” ìstruktur mikronya
terdiri ferit dan perlit

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

 relatif lunak dan lemah ìulet dan tangguh


 mampu mesin dan mampu lasnya baik
 murah
 aplikasi : bodi mobil,bentuk struktur (profil I, L, C, H), pipa saluran

- Baja Karbon Medium

 kandungan karbonnya: 0,3 – 7%C


 dapat dinaikkan sifat mekaniknya melalui perlakuan panas
austenitizing, quenching, dan tempering
 banyak dipakai dalam kondisi hasil tempering sehingga struktur
mikronya martensit
 lebih kuat dari baja karbon rendah
 aplikasi :poros, roda gigi, crankshaft

- Baja Karbon Tinggi

 kandungan karbonnya: 0,7 < % C ≤ 1,4


 dapat dinaikkan sifat mekaniknya melalui perlakuan panas
austenitizing, quenching, dan tempering
 banyak dipakai dalam kondisi hasil tempering sehingga struktur
mikronya martensit
 paling keras, paling kuat, paling getas di antara baja karbon lainnya
 tahan aus
 aplikasi :pegas, pisau cukur, kawat kekuatan tinggi, rel kereta
api,perkakas potong, dies

2) Baja Paduan
Baja paduan adalah baja yang mengandung sebuah unsur lain atau
lebih dengan kadar yang berlebih daripada karbon biasanya dalam baja
karbon. Menurut kadar unsur paduan, baja paduan dapat dibagi ke dalam

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

dua golongan yaitu baja paduan rendah dan baja paduan tinggi. Baja
rendah unsur paduannya di bawah 10% sedangkan baja paduan tinggi di
atas 10%.

3) Baja Khusus
Baja khusus mempunyai unsur-unsur paduan yang tinggi karena
pemakaian-pemakaian yang khusus. Baja khusus yaitu baja than karat,
baja tahan panas, baja perkakas, baja listrik. Unsur utama dari baja tahan
karat adalah Khrom sebagai unsure terpenting untuk memperoleh sifat
tahan terhadap korosi. Baja tahan karat ada tiga macam menurut
strukturnya yaitu baja tahan karat feritis, baja tahan karat martensitas dan
austenitis. Baja tahan panas, tahan terhadap korosi. Baja ini harus tahan
korosi pada suhu lingkungan lebih tinggi atau oksidasi. Baja perkakas
adalah baja yang dibuat tidak berukuran besar tetapi memegang peranan
dalam industri-industri. Unsure-unsur paduan dalam karbitnya diperlukan
untuk memperoleh sifat-sifat tersebut dan kuat pada temperature tinggi.
Baja listrik banyak dipakai dalam bidang elektronika.

L. Langkah-langkah Pemeriksaan Metalography

(Pemotongan,Pengamplasan,Penggerindaan,Pemolesan, Pengetsaan dan


Pemeriksaan Mikroskop)

1. Pemotongan

Pemilihan sampel yang tepat dari suatu benda uji studi mikroskop optik
merupakan hal yang sangat penting. Pemilihan sampel tersebut didasarkan
pada tujuan pengamatan yang hendak dilakukan. Pada umumnya bahan
komersial tidak homogen sehingga satu sampel yang diambil dari suatu
volume besar tidak dapat dianggap representatif.Pengambilan sampel harus
direncanakan sedemikian sehingga menghasilkan sampel yang sesuai dengan
kondisi rata-rata bahan/kondisi ditempat-tempat tertentu(kritis) dengan
memperhatikan kemudahan pemotongan pula. Secara garis besar, pengambilan

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

sampel dilakukan pada daerah yang akan diamati mikrostruktur maupun


makrostrukturnya. Sebagai contoh untuk pengamatan mikrostruktur material
yang mengalami kegagalan, maka sampel diambil sedekat mungkin pada
daerah kegagalan (pada daerah kritis dengan kondisi terparah), untuk kemudian
dibandingkan dengan sampel yang diambil dari daerah yang jauh dari daerah
gagal. Perlu diperhatikan juga bahwa dalam proses memotong, harus dicegah
kemungkinan deformasi dan panas yang berlebihan. Oleh karena itu, setiap
proses pemotongan harus diberi pendinginan yang memadai. Pada saat
pemotongan jangan sampai merusak struktur bahan akibat gesekan alat potong
dengan benda uji. Untuk menghindari pemanasan setempat atau berlebihan
dapat digunakan air sebagai pendingin. Berdasarkan tingkat deformasi yang
dihasilkan, teknik pemotongan terbagi menjadi dua yaitu : teknik pemotongan
dengan deformasi yang besar menggunakan gerinda, sedangkan teknik
pemotongan dengan deformasi yang kecil menggunakan low speed diamond
saw. Teknik pemotongan sampel dapat dilakukan dengan :

a. pematahan : untuk bahan getas dan keras

b. pengguntingan : untuk baja karbon rendah yang tipis dan lunak

c. penggergajian : untuk bahan yang lebih lunak dari 350 HB

d. pemotongan abrasi

e. electric discharge machining : untuk bahan dengan konduktivitas baik di


mana sampel direndam dalam fluida dielektrik lebih dahulu sebelum dipotong
dengan memasang catu listrik antara elektroda dan sampel.

http://radensomad.com/makalah-metalografi.html

http://www.scribd.com/doc/30684736/metalografi

http://www.scribd.com/doc/19000443/Metalografi

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

1. Penggerindaan Kasar, yaitu meratakan permukaan sampel dengan cara


menggosokkan sampel pada baru gerinda. Bertujuan untuk menghilangkan
deformasi pada permukaan akibat pemotongan dan Pemanasan yang berlebih
harus dihindari. Sampel yang baru saja dipotong atau sampel yang telah
terkorosi memiliki permukaan yang kasar. Permukaan yang kasar tersebut
harus diratakan agar pengamatan struktur mudah dilakukan.

http://radensomad.com/makalah-metalografi.html

2. Mounting

Proses mounting atau pembingkaian benda uji dilakukan pada benda uji dengan
ukuran yang kecil dan tipis, hal ini bertujuan untuk mempermudah
pemegangan benda uji ketika dilakukan tahap preparasi selanjutnya seperti
pengampelasan dan polishing. Benda uji ini di-mounting dengan alat mounting
press dengan penambahan bakelit yang akan menggumpal dan membingkai
benda uji. Selain bakelit juga masih banyak bahan yang dapat digunakan untuk
mounting.

Cetakannya :

1.Berbentuk bulat

2. Ukuran 1 inchi ± 1 ½ inchi Ø

Macam-macamnya :

1.Cairan basa( degesing) untuk menghilangkan garis.

2.Panas(Lemakdengan menggunakan uap gas )

3. Dengan menggunakan asam lemah.

4. Alkohol yang tidak bereaksi dengan udara.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

5. Aseton.

Metode - metode pembingkaian( Mounting )

a. Adhesive mounting

Adalah mounting yang menggunakan gaya adhesive material

b. Clamp

Sampelnya misalnya berupa lembaran-lembaran tipis dengan ketebalan 1 mm,


terdapat 10 sampel dibariskan sejajar dan di sisi muka dan belakang diberi
logam lain yang berbeda (ukurannya harus lebih besar dari sampel) kemudian
dibuat dua buah lubang yang tembus hingga ke belakang. Dan dipermukaannya
masing-masing diberi identitas. Kelebihan dari jenis bahan mounting ini yaitu
prosesnya sangat cepat, ukuran fleksibel dan dapat dipakai ulang clampnya.

Adapun jenis-jenis bahan untuk mounting

1. Castable mounting, jenis bahan mounting dimana bahan serbuk diberi pelarut
dan serbuk itu diletakkan dalam satu tempat dengan dengan spesimen,
kemudian dibalik dan bagian permukaan atasnya datar. Contoh serbuknya
adalah polister, epoxies (transparan) atau acrylics. Kelebihannya adalah
spesimen dengan ukuran besar / kecil dapat dimounting, cetakannya bias
digunakan berulang-ulang.

2. Compression mold dimana ukuran diameter tetap, jika berubah maka mesin
harus diganti. Jenis material yang digunakan thermosetting dan thermoplastic.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

http://candadisini.blogspot.com/2010_12_01_archive.html

1. Penggerindaaan halus( Pengamplasan)

Untuk meratakan permukaan spesimen hasil dari penggerindaan kasar sebelum


spesimen dipoles, dilakukan penggerindaan halus atau juga disebut
pengamplasan.

Seperti pada penggerindaan kasar, juga harus selalu dialiri air pendingin, agar
specimen tidak rusak atau terganggu oleh pemanasan yang terjadi.
Pengamplasan adalah proses untuk mereduksi suatu permukaan dengan
pergerakan permukaan abrasif yang bergerak relatif lambat sehingga panas
yang dihasilkan tidak terlalu signifikan. Pengamplasan bertujuan untuk
meratakan dan menghaluskan permukaan sampel yang akan diamati.
Pengamplasan ini dilakukan secara berurutan yaitu dengan memakai amplas
kasar hingga amplas halus. Pengamplasan kasar adalah pengamplasan yang
dilakukan dengan menggunakan amplas dengan nomor di bawah 180 #, dan
masih menyisahkan permukaan benda kerja yg belum halus. Pengamplasan
halus adalah pengamplasan yang dilakukan dengan menggunakan amplas
dengan nomor lebih tinggi dari 180 #, dam menghasilkan permukaan yang
halus. Pengamplasan dimulai dengan meletakkan sampel pada kertas amplas
dengan permukaan yang akan diamati bersentuhan langsung dengan bagian
kertas amplas yang kasar, kemudian sampel ditekan dengan gerakan
searah.Selama pengamplasan terjadi gesekan antara permukaan sampel dan
kertas amplas yang memungkinkan terjadinya kenaikan suhu yang dapat
mempengaruhi mikrostruktur sampel sehingga diperlukan pendinginan dengan
cara mengaliri air.Apabila ingin mengganti arah pengamplasan, sampel
diusahakan berada pada kedudukan tegak lurus terhadap arah mula-
mula.Pengamplasan selesai apabila tidak teramati lagi adanya goresan-goresan
pada permukaan sampel, selanjutnya sampel siap dipoles.

http://www.scribd.com/doc/19000443/Metalografi

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

2. Pemolesan

Pemolesan adalah proses yang dilakukan untuk menghilangkan bagian-bagian


yang terdeformasi karena perlakuan sebelumnya dan Pemolesan bertujuan
untuk lebih menghaluskan dan melicinkan permukaan sampel yang akan
diamati setelah pengamplasan.

pemolesan dibagi dua yaitu pemolesan kasar dan halus. Pemolesan kasar
menggunakan abrasive dalam range sekitar 30 - 3µm, sedangkan pemolesan
halus menggunakan abrasive sekitar 1µm atau di bawahnya.

Pemolesan terbagi dalam tiga cara, yaitu:

1. Mechanical polishing

Proses polishing biasanya multistage karena pada tahapan awal dimulai


dengan penggosokan kasar (rough abrasive) dan tahapan berikutnya
menggunakan penggosokan halus (finer abrasive) sampai hasil akhir yang
diinginkan. Mesin poles metalografi terdiri dari piringan berputar dan
diatasnya diberi kain poles terbaik yaitu kain “selvyt” (sejenis kain
beludru). Cara pemolesannya yaitu benda uji diletakkan diatas piringan
yang berputar dan kain poles diberi air serta ditambahkan sedikit pasta
poles. Pasta poles yang biasa dipakai adalah jenis alumina (Al2O3) dan
pasta intan (diamond).

2. Chemical-mecanical polishing

Merupakan kombinasi antara etsa kimia dan pemolesan mekanis yang


dilakukan serentak di atas piringan halus. Partikel pemoles abrasif
dicampur dengan larutan pengetsa yang umum digunakan untuk melihat
struktur spesimen yang dipreparasi. Metode ini akan memberikan hasil
yang baik jika larutan etsa yang diberikan sedikit tetapi pada dasarnya
bebas dari logam pengotor akibat dari abrasif.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

3. Electropolishing

Electropolishing disebut juga electrolytic polishing yang banyak


digunakan oleh stainless steel, tembaga paduan, zirconium, dan logam
lainnya yang sulit untuk dipoles dengan metode mechanical. Metode
electropolishing dapat menghilangkan bekas cutting, grinding dan proses
mechanical polishing yang digunakan dalam preparasi spesimen. Ketika
electropolishing digunakan dalam metalografi, biasanya diawali dengan
mechanical polishing dan diikuti oleh etching. Mekanismenya yaitu
menggunakan sistem elektrolisis yang terdiri dari anoda (+) dan katoda (-).
Spesimen yang dimasukan ke dalam larutan elektrolit asam berada di
anoda sedangkan yang berada di katoda adalah logam yang harus lebih
mulia dari spesimenya dan harus tahan terhadap larutan elektrolitnya serta
tidak boleh larut. Ketika proses, spesimen yang di anoda akan larut karena
teroksidasi. Dalam proses ini diberi pengaduk agar logam yang terkikis
meyebar merata.

http://candadisini.blogspot.com/2010_12_01_archive.html

3. Pengetsaan adalah proses yang dilakukan untuk melihat struktur mikro


dari sebuah spesimen dengan menggunakan mikroskop optik.

• Dilakukan dengan mengkikis daerah batas butir sehingga struktur bahan


dapat diamati dengan jelas dengan bantuan mikroskop optik. Zat etsa
bereaksi dengan sampel secara kimia pada laju reaksi yang berbeda
tergantung pada batas butir, kedalaman butir dan komposisi dari sampel.
Sampel yang akan dietsa haruslah bersih dan kering. Slema etsa,
permukaan sampel diusahakan harus selalu terendam dalam etsa. Waktu
etsa harus diperkirakan sedemikian sehingga permukaan sampel yang
dietsa tidak menjadi gosong karena pengikisan yang terlalu lama. Oleh
karena itu sebelum dietsa, sampel sebaiknya diolesi alkohol untuk
memperlambat reaksi. Pada pengetsaan masing-masing zat etsa yang
digunakan memiliki karakteristik tersendiri sehingga pemilihannya

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Zat etsa yang umum
digunakan untuk baja ialah nital dan picral. Setelah reaksi etsa selesai, zat
etsa dihilangkan dengan cara mencelupkan sampel ke dalam aliran air
panas. Seandainya tidak memungkinkan dapat digunakan air bersuhu
ruang dan dilanjutkan dengan pengeringan dengan alat pengering.
Permukaan sampel yang telah dietsa tidak boleh disentuh untuk mencegah
permukaan menjadi kusam. Stelah dietsa, sampel siap untuk diperiksa di
bawah mikroskop. Pada intinya proses pengetsaan dilakukan
menggunakan cairan kimia untuk memunculkan detail struktur mikro pada
spesimen. Dilakukan dengan cara mencelupkan mount kedalam wadah zat
etsa.

http://www.scribd.com/doc/19000443/Metalografi

http://yefrichan.wordpress.com/2010/05/31/metalografi/

Nittal

Nital adalah larutan alkohol dan asam nitrat yang biasa digunakan
untuk mengetsa logam. Hal ini terutama cocok untuk mengungkapkan
mikro baja karbon. Larutan l dengan kadar 2% biasa digunakan untuk
mengamati butir ferit.

http://pdf.dipotips.com/www-nital-it/

M. Diagram Fe-3C, Diagram TTT dan Diagram CTT


Diagram Fe-Fe3C adalah sebuah diagram yang menunjukkan hubungan
antara temperature dengan besarnya kadar karbon suatu material pada proses
pemanasan.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Struktur Butir

Analisa struktur butir dari diagram Fe-Fe3C

1. Sementit

Juga dikenal sebagai besi karbida yang memiliki rumus kimia, Fe 3C.
Sementit mengandung 6,67% karbon. Memiliki tipikal keras dan campuran
interstisial rapuh dari kekuatan tariknya yang rendah (kurang lebih 5000 psi)
tetapi memiliki kekuatan tekan yang tinggi. Struktur kristalnya adalah
ortorombik.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Gambar struktur butir sementit

http://www.google.co.id/imglanding?
q=struktur+butir+sementit&um=1&hl=id&tbm=isch&tbnid=FnU7cAy10KbwFM:&imgrefurl=http:
//petersirami.blogspot.com/2011_02_14_archive.html&imgurl=http://2.bp.blogspot.com/-
RuC0BQ_vM/TVi3_UjmxCI/AAAAAAAAAIE/BFVdACqM_Mw/s1600/b5.bmp&w=479&h=355&ei=I
eiWTb_fNMyGcdaZtacH&zoom=1&biw=1366&bih=607

2. Austenit

Juga dikenal sebagai besi gamma (γ), yang merupakan sebuah larutan padat
interstisial dari karbon yang dilarutkan dalam besi yang memiliki struktur
kristal face centered cubic (FCC). Sifat-sifat austenit rata-rata adalah :

Tensile strength 150,000 psi.

Elongation 10 % in 2 in gage length.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Hardness Rockwell C 40

Toughness High

Tabel Sifat-sifat dari austenit

Gambar struktur butir austenite

Normalnya austenit tidak stabil pada suhu kamar. Tapi di bawah kondisi-
kondisi tertentu mungkin saja austenit dihasilkan pada suhu kamar.

http://www.google.co.id/images?q=diagram+fe-
fe3c&hl=id&biw=1366&bih=607&um=1&ie=UTF-8&source=og&sa=N&tab=wi

3. Ferit
Juga dikenal sebagai besi alpha (α), yang merupakan larutan padat
interstisial dari sejumlah kecil karbon yang dilarutkan dalam besi yang
memiliki sturktur kristal body centered cubic (BCC). Ferrit adalah struktur
yang paling lembut pada diagram besi-besi karbida. Sifatnya rata-rata
adalah:

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Tensile Strength 40,000 psi

Elongation 40 % in 2 in gage length

Hardness Less than Rockwell C 0 or less


than Rockwell B 90.

Toughness Low

Tabel 2.2 properti ferit

Gambar Struktur butir ferit

http://www.google.co.id/imglanding?
q=struktur+butir+ferit&um=1&hl=id&tbm=isch&tbnid=mWCpsSN3xEbW4M:&imgrefurl=http://di
gilib.unnes.ac.id/gsdl/cgi-bin/library%253Fe%253Dd-00000-00---0skripsi--00-1--0-10-0---0---
0prompt-10---4-------0-1l--11-zh-50---20-about---00-3-1-00-11-1-0gbk-00%2526a%253Dd%2526d
%253DHASH01bf59f6255ec12cbae459ca%2526showrecord
%253D1&imgurl=http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH01bf/59f6255e.dir/
1810-47_1.jpg&w=365&h=240&ei=T-eWTZnYDt_KcL_S8aoH&zoom=1&biw=1366&bih=607

4. Perlit (α + Fe3C)

Merupakan campuran eutektoid yang mengandung 0,83% karbon


dan terbentuk pada suhu 1333°F melalui pendinginan yang sangat lambat.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Bentuknya sangat datar dan merupakan campuran antara ferrit dan sementit.
Struktur dari perlit seperti matriks putih (dasarnya dari ferrit) termasuk
bentuk pipihnya yang seperti sementit. Sifat rata-ratanya adalah:

Tensile Strength 120,000 psi

Elongation 20 % in 2 in gage length

Hardness Rockwell C 20 or BHN 250-300

Table 2.3 properti perlit

gambar Mikrostruktur dari perlit (cahaya dasarnya adalah matriks ferrit, garis hitamnya
adalah jaringan sementit)

Diperlukan sejumlah dosis dari karbon dan sejumlah dosis dari besi
untuk membentuk sementit (Fe3C). Begitu juga perlit yang membutuhkan
sejumlah dosis dari sementit dan ferrit.

Jika karbon yang diperlukan tidak cukup, yaitu kurang dari 0,83%,
besi dan karbonnya akan menyatu membentuk Fe3C sampai seluruh
karbonnya habis terpakai. Sementit ini akan bergabung dengan sejumlah
ferrit untuk membentuk perlit. Sejumlah sisa dari ferrit akan tinggal didalam

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

struktur sebagai ferrit bebas. Ferrit bebas juga dikenal sebagai ferrit
proeutektoid. Baja yang mengandung ferrit proeutektoid disebut juga
sebagai baja hipoeutektoid.

Bagaimanapun, jika terdapat kelebihan karbon diatas 0,83% pada


austenit, perlit akan terbentuk, dan kekurangan karbon dibawah 0,83% akan
membentuk sementit. Kelebihan kandungan sementit diletakkan pada batas
butir. Kelebihan kandungan sementit ini juga dikenal sebagai sementit
proeutektoid.

Gambar struktur butir perlit dan ferit

5. Ledeburit

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Adalah campuran eutektik dari austenit dan sementit. Ledeburit


mengandung 4,3% karbon dan menandakan keeutektikan dari besi cor.
Ledeburit terbentuk ketika kandungan karbon lebih dari 2%, yang
ditunjukkan oleh garis pembagi pada diagram equilibrium diantara baja dan
besi cor.

6. Besi δ

Besi δ terbentuk pada suhu diantara 2552 dan 2802°F. dia terbentuk
dari kombinasi dengan melt hingga sekitar 0,5% karbon, kombinasi dengan
austenit hingga sekitar 0,18% karbon dan keadaan fasa tunggal hingga
sekitar 0,10% karbon. Besi δ memiliki struktur kristal body centered cubic
(BCC) dan memiliki sifat magnetik.

7. Martensit (Reaksi-reaksi pembentukan)

Perbedaan antara austenit dengan martensit adalah, dalam beberapa


hal, cukup kecil: pada bentuk austenit sel satuannya berbentuk kubus
sempurna, pada saat bertransformasi menjadi martensit bentuk kubus ini
berdistorsi menjadi lebih panjang dari sebelumnya pada satu dimensi dan
menjadi lebih pendek pada dua dimensi yang lain. Gambaran matematis dari
kedua struktur ini cukup berbeda, untuk alasan-alasan simetri, tapi ikatan
kimia yang tertinggal sangat serupa. Tidak seperti sementit, yang ikatannya
mengingatkan kita kepada material keramik, kekerasan pada martensit sulit
dijelaskan dengan hubungan-hubungan kimiawi. Penjelasannya bergantung
kepada perubahan dimensi struktur kristal yang tidak kentara dan kecepatan
transformasi martensit. Austenit bertransformasi menjadi martensit pada
pendinginan yang kira-kira setara dengan kecepatan suara – terlalu cepat
bagi atom-atom karbon untuk keluar melalui kisi-kisi kristal. Distorsi yang
menghasilkan sel satuan mengakibatkan dislokasi kisi-kisi yang tak
terhitung jumlahnya pada setiap kristal, yang terdiri dari jutaan sel satuan.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Dislokasi ini membuat struktur kristal sangat tahan terhadap tegangan geser
– yang berarti secara sederhana bahwa ia tidak bisa dilekukkan dan tergores
dengan mudah.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Gambar struktur butir martensit

Martensit terbentuk apabila besi austenit didinginkan dengan sangat cepat


ke temperatur rendah, sekitar temperatur ambien. Martensit adalah fasa
tunggal yang tidak seimbang yang terjadi karena transformasi tanpa difusi
dari austenit.

Pada transformasi membentuk martensite, hanya terjadi sedikit


perubahan posisi atom relatif terhadap yang lainnya.

http://www.google.co.id/images?
um=1&hl=id&biw=1366&bih=607&tbm=isch&sa=1&q=martensit&aq=
f&aqi=g2&aql=&oq=

DIAGRAM TTT

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Gambar 2.18 diagram TTT

http://www.google.co.id/images?
um=1&hl=id&biw=1366&bih=607&tbm=isch&sa=1&q=diagram+TTT
&aq=f&aqi=&aql=&oq=

Diagram TTT (Time, Temperature, dan Transformation) adalah sebuah


gambaran dari suhu (temperatur) terhadap waktu logaritma untuk baja paduan
dengan komposisi tertentu. Diagram ini biasanya digunakan untuk menentukan
kapan transformasi mulai dan berakhir pada perlakuan panas yang isothermal
(temperatur konstan) sebelum menjadi campuran Austenit. Ketika Austenit
didinginkan secara perlahan-lahan sampai pada suhu dibawah temperatur kritis,
struktur yang terbentuk ialah Perlit. Semakin meningkat laju pendinginan, suhu
transformasi Perlit akan semakin menurun. Struktur mikro dari materialnya
berubah dengan pasti bersamaan dengan meningkatnya laju pendinginan.
Dengan memanaskan dan mendinginkan sebuah contoh rangkaian,
transformasi austenit mungkin dapat dicatat.

Diagram TTT menunjukkan kapan transformasi mulai dan berakhir


secara spesifik dan diagram ini juga menunjukkan berapa persen austenit yang
bertransformasi pada saat suhu yang dibutuhkan tercapai.

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Peningkatan kekerasan dapat tercapai melalui kecepatan pendinginan


dengan melakukan pendinginan dari suhu yang dinaikkan seperti berikut:
pendinginan furnace, pendinginan udara, pendinginan oli, cairan garam, air
biasa, dan air asin.

Pada gambar 1, area sebelah kiri dari kurva transformasi menunjukkan


daerah austenit. Austenit stabil pada suhu diatas temperatur kritis, tapi tidak
stabil pada suhu dibawah temperatur kritis. Kurva sebelah kiri menandakan
dimulainya transformasi dan kurva sebelah kanan menunjukkan berakhirnya
transformasi. Area diantara kedua kurva tersebut menandakan austenit
bertransformasi ke jenis struktur kristal yang berbeda. (austenit ke perlit,
austenit ke martensit, austenit bertransformasi ke bainit).

http://www.google.co.id/images?
um=1&hl=id&biw=1366&bih=607&tbm=isch&sa=1&q=diagram+TTT&aq
=f&aqi=&aql=&oq

Diagram CCT

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

Dalam prakteknya proses pendinginan pada pembuatan material baja


dilakukan secara menerus mulai dari suhu yang lebih tinggi sampai dengan
suhu rendah. Pengaruh kecepatan pendinginan manerus terhadap struktur
mikro yang terbentuk dapat dilihat dari diagram Continuos Cooling
Transformation Diagram.

Penjelasan diagram:

 Pada proses pendinginan secara perlahan seperti pada garis (a) akan
menghasilkan struktur mikro perlit dan ferlit.

 Pada proses pendinginan sedang, seperti, pada garis (b) akan


menghasilkan struktur mikro perlit dan bainit.

 Pada proses pendinginan cepat, seperti garis ( c ) akan menghasilkan


struktur mikro martensit.

(http://www.steelindonesia.com/article/02-heat_treatment.htm)

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7


Metalografi

N. Hubungan Metalogrfi dengan Heat Treatment Test, Hardness Test,


Impact Test dan Tensile Test

MUH. ISRA ANUGERAH D211 10 104 KELOMPOK 7

Anda mungkin juga menyukai