Disusun Oleh
NIM : G1B220002
KELOMPOK : II
PEMBIMBING AKADEMIK :
A. Definisi Hernia
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan dinding perut. Hernia
paling sering terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan
muskular abdomen konginental atau didapat.
Tiga dari empat kasus herniasi dinding abdomen terjadi pada inguinal,
dengan perbandingan hernia indirek dan direk 2:1. Herniasi juga lebih sering
terjadi pada bagian kanan dibandingkan bagian kiri. Terjadi pada pria 7 kali lebih
sering dibandingkan wanita. Hernia femoral lebih sering terjadi pada usia lanjut
dan pada pria yang telah dilakukan operasi hernia sebelumnya.
C. Etiologi Hernia
1) Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya
procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang
dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya
jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan
peningkatan tekanan dalam rongga perut .
2) Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi.
Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena
faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang
sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya
peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari
otot yang lemah tersebut
3) Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau
pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis
dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada
abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah.
4) Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
5) Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
6) Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya
hernia.
7) Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang.
Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-
menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi
pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
8) Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal
daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum
sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau
usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena
hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.
D. Patofisiologi Hernia
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya
penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang
berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang
membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen
tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut
berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis
tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada
orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah
tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan
peningkatan tekanan intra abdomen
Menurut Mansjoer, A kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.
Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga
terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun beberapa hal,
seringkali kanalis tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka
kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul
hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup.
Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka
kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Keadaan yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah kehamilan, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi dan mengejan pada
saat miksi misalnya hipertrofi prostat.
E. Klasifikasi Hernia
1) Hernia Inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha.
2) Hernia Femoralis adalah hernia isi perut yang nampak di daerah fosa
femoralis.
3) Hernia Umbilicus adalah hernia isi perut yang tampak di daerah pusar.
4) Hernia Diafragma adalah hernia isi perut yang masuk melalui diafragma ke
dalam rongga dada.
5) Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dalah hernia yang terjadi pada sumsum
tulang belakang.
b) Hernia dapat pula dibagi berdasarkan dapat tidaknya isi hernia masuk kembali:
1) Hernia Reversible adalah bila isi hernia dapat keluar masuk.
2) Hernia Irreversible adalah bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam.
3) Hernia Strangulata adalah hernia irreversible yang pembeku darah, yang
menuju ke alat-alat yang keluar, terjepit dan tersumbat.
c) Hernia dapat pula di bagi berdasarkan dapat tidaknya terlihat dari luar:
1) Hernia Interna adalah hernia terjadi didalam rongga badan, misal : hernia
diafragma.
2) Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol keluar sehingga tampak dari
luar.
d) Pembagian menurut isi :
1) Hernia Adipose adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak.
2) Hernia Littre adalah hernia inkarsetara atau strangulata yang sebagian dinding
ususnya saja terjepit didalam cincin hernia.
3) Sliding Hernia adalah hernia yang isi hernia menjadi sebagian dari dinding
kantong hernia.
4) Hernia Scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum
secara lengkap
e) Macam-macam hernia menurut penyebabnya
1) Hernia opigastrika : Hernia yang keluar defek di linea alba umbilikus dan
procesus xipoideus.
2) Hernia umbilikalis : Hernia keluar melalui umbilikus akibat peningkatan
tekanan intraabdomen.
3) Hernia inguinalis : Penonjolan organ intraabdomen melalui lubang amulus
inguinalis, karena bagian lemah dari dinding rongga abdomen yang terjadi
karena didapat atau juga kongenital.
F. Manifestasi klinis
1. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan sering tampak benjolan di lipatan paha
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
4. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit diatasnya menjadi merah dan panas
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan di bawah sela pah
6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sesak
nafas
7. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
G. Pemeriksaan Fisik
Jika jari tangan tak dapat melewati anulus inguinalis profundus karena
adanya massa, maka umumnya diindikasikan adanya hernia. Gambaran yang
menyokong adanya hernia indirek mencakup turunnya ke dalam skrotum yang
sering ditemukan dalam hernia indirek, tetapi tak lazim dalam bentuk hernia
indirek. Hernia direk lebih cenderung timbul sebagai massa yang terletak pada
anulus inguinalis superfisialis dan massa ini biasanya dapat direposisi ke dalam
kavitas peritonealis, terutama jika pasien dalam posisi terbaring. Pada umumnya
dengan jari tangan pemeriksa di dalam kanalis inguinalis, maka hernia inguinalis
indirek maju menuruni kanalis pada samping jari tangan sedangkan penonjolan
yang langsung ke ujung jari tangan adalah khas dari hernia direk.
H. Pemeriksaan Penunjang
I. Komplikasi
1) Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga
isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia
inguinalis irreponibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi
usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan irreponibilis adalah
omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi
lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan
irreponibilis daripada usus halus.
2) Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang
masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan
gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis
strangulata. Pada keadaan strangulata akan timbul gejala illeus, yaitu perut
kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat
dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah dan pasien menjadi gelisah.
J. Penatalaksanaan Umum
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat
dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Celana penyangga
d. Istirahat baring
b. Pola Nurtisi–Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu makan,
pola makan, diet, mual / muntah.
c. Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit. Kebiasaan defekasi,
ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri, dll), penggunaan
kateter, Karakteristik urin dan feses, pola input cairan dll.
d. Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan / gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain.
i. Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan dengan
seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, riwayat penyakit
hubungan seksual, pemeriksaan genital.
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleksi spasme sekunder
akibat operasi.
Kriteria hasil : Klien akan melaporkan penurunan progresif dari nyeri dan
peningkatan dalam aktifitas.
5) Kolaborasi
Rasional : Analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien
menjadi lebih nyaman.
Rasional : Jika ada tanda-tanda vital yang tidak normal, besar kemungkinan
adanya infeksi karena tubuh berusaha untuk melawan mikroorganisme asing
yang masuk, maka terjadi peningkatan tanda vital.
3) Lakukan perawatan dengan prosedur infasif seperti infus, kateter, dan drainase
luka dan lain-lain.
Rasional : Untuk mengurangi resiko infeksi nosocomial.
1) Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan atau hilangnya suara yang
hiperaktif.
Rasional : Identifikasi pemberian obat.
Rasional: Indikasi dari hidrasi organ dan pedoman untuk pergantian cairan.
Poppy Kumala, dkk. (2005). Kamus Saku Kedokteran Dorland. EGC: Jakarta
R. Sjamsuhidayat & Wim, D.J. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
LAPORAN KASUS
Tn. M DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERAL
a. Identitas Pasien
1. Nama : Tn. M
2. Umur : 43 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Melayu
6. Pendidikan : SMA
7. Pekerjaan : Swasta
8. Alamat : Tanjung Sari, Jambi Timur
9. Penangung Jawab : Tn. W
10. Hubungan dengan Pasien : Kakak kandung
Keterangan :
: Perempuan : Meninggal
: Laki-laki : Klien
b. Minum
Pengkajian Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 8 kali 6 kali
Jumlah (cc) ±2000 cc ± 1500 cc
Jenis Air putih Air putih
Data Tambahan lain Tidak ada Tidak ada
c. Antropometri
Berat Badan
Sebelum sakit : 65 Kg
Saat sakit : 65 Kg
Tinggi Badan : 160 cm
Keterangan:
BB Ideal = BB/TB – 100 x 100%
>120 % obesitas
110-120% overweigth
80-109% normal
<80% underweigth
Indeks Masa Tubuh (IMT)= BB(kg)/TB (m)2
<20 under W
20-24 Normal
25-30 Overweight
>30 Obesitas
Persentase penurunan BB = BB sblm skt-BB saat ini x 100%
BB sblm skt
3. Pola Istirahat/Tidur
Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jml jam tidur siang - ± 1 Jam
Jml jam tidur malam ± 7 jam ± 6 Jam
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu bangun Segar Terasa lemah
Skor
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu
Balance Cairan
Depan Belakang
Scale :6
Time : 5 menit, dan hilang timbul
Masalah Keperawatan:
3. Kepala :
a. Kulit : kulit kepala tampak bersih, tidak ada edema, tidak ada lesi
b. Rambut : rambut berwarna hitam dan persebaran rambut rata
c. Muka : klien tampak meringis
5. Sistem Respirasi
a. Inspeksi
Bentuk : pengembangan dada simetris, tidak ada penggunaan
otot bantu pernafasan.
b. Palpasi
Tractil Fremitus : simetris
c. Perkusi : sonor
d. Auskultasi
Suara Nafas : vesikuler
Suara Nafas tambahan: tidak ada
c. Sistem motorik
Keseimbangan : baik
Patella : normal
Meningeal : normal
Babinsky : normal
Chaddock : normal
6. Sistem Gastrointestinal
a. Inspeksi
Bentuk : simetris dan datar
Tepi Perut : normal
Bendungan pembuluh darah: normal
Ascites : tidak ditemukan asites
b. Auskultasi
Peristaltik : normal
c. Palpasi
Nyeri : nyeri tekan (-)
Massa : tidak ada massa
7. Sistem Musculoskeletal
a. ROM : baik
b. Keseimbangan : baik
c. Kekuatan otot
Ekstremitas superior dextra :5
Ekstremitas superior sinistra : 5
Ekstremitas inferior dextra :5
Ekstremitas inferior sinistra :5
8. Sistem Integument
a. Inspeksi : kulit pada area lipatan paha kiri klien tampak terdapatluka
post operasi. Kulit diarea sekitar post op berwarna kemerahan.
b. Palpasi : kulit teraba hangat
c. Pitting Oedem : tidak ada
d. Akral : teraba hangat
Sistem Reproduksi
a. Pria
Inspeksi : tidak terkaji
Palpasi : tidak terkaji
b. Wanita
Inspeksi :-
Palpasi :-
b. USG/EKG/EEG/MRI/Pemeriksaan lain
Hari/Tgl/Jam Kesan
- -
13. Terapi
1. Cairan IV (Jenis, fungsi, dosis)
Rl 20 tpm + ketorolac 2 amp : cairan kristaloid yang berfungsi untuk mengganti
cairan tubuh yang hilang ditambah dengan keterolac yang berfungsi sebagai
analgetik (pereda nyeri) dengan dosis 60 mg/2ml.
PCT : cairan infus antipiretik dan analgetik dengan dosis 1gr/100 ml berfungsi
untuk meredakan gejala hipertermi klien.
2. Obat peroral (Jenis, fungsi, dosis)
Tidak ada
c. Obat Parenteral (Jenis, fungsi, dosis)
Cefotaxime : obat golongan antibiotik yang berfungsi untuk membunuh
bakteri penyebab infeksi. Dosis yang diberikan 2 gr/5 ml.
Ranitidine: obat untuk menurunkan sekresi asam lambung. Dosis yang
diberikan 25 mg/2 ml.
d. Obat jebis lain atau pengobatan lainnya
Tidak ada
DATA FOKUS
ANALISA DATA
Tanggal
dan Diagnosa Implementasi Respon TTD
Waktu
29 Hipertermi 1. Meonitor suhu tubuh Klien mengatakan tidak merasa
desember 2. Menyediakan lingkungan yang demam
2020 dingin Suhu tubuh normal 37,4°C
3. Melonggarkan atau lepas pakaian Kulit tidak teraba panas
4. Melakukan kompres hangat pada
area leher dan aksila
5. Memberikan cairan oral
6. Menganjurkan klien untuk tirah
baring
7. Menganjurkan penggunaan pakaian Rina
yang cepat menyerap keringat
8. Mengkolaborasikan pemberian
antipiretik (PCT 1gr/100 ml)