Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

Tn. M DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERAL


DI RUANG RAWAT INAP MERANTI 4
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA JAMBI

Disusun Oleh

NAMA : Rina Mariani

NIM : G1B220002

KELOMPOK : II

PERIODE : Minggu Ke-5

PEMBIMBING AKADEMIK :

1. Ns. Nurhusna, S. Kep., M. Kep


2. Ns. Andika Sulistiawan, S. Kep., M. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Definisi Hernia

Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan dinding perut. Hernia
paling sering terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan
muskular abdomen konginental atau didapat.

Hernia inguinalis direk adalah hernia yang disebabkan oleh peningkatan


tekanan intra abdomen secara kronik dan disebabkan oleh kelemahan otot
dinding abdomen di trigonum Hasselbach yang menyebabkan hernia langsung
menonjol.

Hernia inguinalis indirek adalah hernia yang bersifat kongenital dan


disebabkan oleh kegagalan penutupan prosesus vaginalis sewaktu turunnya testis
ke dalam skrotum atau keluar melalui anulus dan kanalis inguinalis. Prosesus
vaginalis terletak didalam funikulus spermatikus, yang dikelilingi oleh muskulus
kremaster yang terbentuk dari pleksus venosus pampiniformis, duktus
spermatikus, dan arteri spermatika.

Berdasarkan uraian pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hernia


adalah suatu keadaan yang abnormal dari menonjolnya isi suatu rongga ke dalam
suatu lubang. Sedangkan pengertian hernia inguinalis adalah suatu keadaan yang
abnormal dari penonjolan isi perut ke daerah regio inguinalis, hernia inguinalis
itu sendiri terbagi atas dua, yaitu hernia inguinal direk (hernia yang keluar
melalui segitiga Hasselbach) dan hernia inguinal indirek (yang keluar melalui
anulus dan kanalis inguinalis).
B. Epidemiologi Hernia

Tiga dari empat kasus herniasi dinding abdomen terjadi pada inguinal,
dengan perbandingan hernia indirek dan direk 2:1. Herniasi juga lebih sering
terjadi pada bagian kanan dibandingkan bagian kiri. Terjadi pada pria 7 kali lebih
sering dibandingkan wanita. Hernia femoral lebih sering terjadi pada usia lanjut
dan pada pria yang telah dilakukan operasi hernia sebelumnya.

Faktor resiko terjadinya hernia inguinal dengan komplikasi lebih berat


diantaranya usia yang sangat muda, laki-laki, proses perjalanan penyakit yang
lebih cepat dan hernia pada sisi kanan.

C. Etiologi Hernia

1) Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya
procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang
dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya
jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan
peningkatan tekanan dalam rongga perut .

2) Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi.
Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena
faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang
sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya
peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari
otot yang lemah tersebut
3) Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau
pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis
dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada
abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah.

4) Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
5) Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.

6) Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya
hernia.

7) Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang.
Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-
menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi
pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.

8) Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal
daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum
sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau
usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena
hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.

D. Patofisiologi Hernia

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan


seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar
atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ- organ selalu selalu saja
melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat
parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi
atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat
menyebabkan ganggren

Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya
penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang
berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang
membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen
tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut
berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis
tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada
orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah
tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan
peningkatan tekanan intra abdomen

Menurut Mansjoer, A kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.
Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga
terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun beberapa hal,
seringkali kanalis tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka
kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka.

Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul
hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup.
Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka
kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Keadaan yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah kehamilan, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi dan mengejan pada
saat miksi misalnya hipertrofi prostat.

E. Klasifikasi Hernia

Klasifikasi dari Hernia Femoralis menurut Oswari adalah :

a) Berdasarkan proses terjadinya, hernia terbagi atas :

1) Hernia Inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha.
2) Hernia Femoralis adalah hernia isi perut yang nampak di daerah fosa
femoralis.
3) Hernia Umbilicus adalah hernia isi perut yang tampak di daerah pusar.

4) Hernia Diafragma adalah hernia isi perut yang masuk melalui diafragma ke
dalam rongga dada.
5) Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dalah hernia yang terjadi pada sumsum
tulang belakang.
b) Hernia dapat pula dibagi berdasarkan dapat tidaknya isi hernia masuk kembali:
1) Hernia Reversible adalah bila isi hernia dapat keluar masuk.

2) Hernia Irreversible adalah bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam.
3) Hernia Strangulata adalah hernia irreversible yang pembeku darah, yang
menuju ke alat-alat yang keluar, terjepit dan tersumbat.

c) Hernia dapat pula di bagi berdasarkan dapat tidaknya terlihat dari luar:

1) Hernia Interna adalah hernia terjadi didalam rongga badan, misal : hernia
diafragma.
2) Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol keluar sehingga tampak dari
luar.
d) Pembagian menurut isi :

1) Hernia Adipose adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak.

2) Hernia Littre adalah hernia inkarsetara atau strangulata yang sebagian dinding
ususnya saja terjepit didalam cincin hernia.
3) Sliding Hernia adalah hernia yang isi hernia menjadi sebagian dari dinding
kantong hernia.
4) Hernia Scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum
secara lengkap
e) Macam-macam hernia menurut penyebabnya

1) Hernia kongenital : Hernia yang disebabkan karena kelemahan dinding otot


abdomen yang bersumber dari lahir atau bawaan.
2) Hernia traumatik atau didapat : Hernia yang disebabkan karena adanya
trauma seperti peningkatan tekanan intra abdominal (batuk kronis, sering
mengejan dan mengangkat benda berat).
3) Hernia insisionalis : Hernia yang disebabkan karena dinding abdomen lemah
akibat sayatan atau pembedahan sebelumnya, seperti post laparatomi dan
prostatektomi.
f) Macam-macam hernia menurut lokasinya

1) Hernia opigastrika : Hernia yang keluar defek di linea alba umbilikus dan
procesus xipoideus.
2) Hernia umbilikalis : Hernia keluar melalui umbilikus akibat peningkatan
tekanan intraabdomen.
3) Hernia inguinalis : Penonjolan organ intraabdomen melalui lubang amulus
inguinalis, karena bagian lemah dari dinding rongga abdomen yang terjadi
karena didapat atau juga kongenital.

4) Hernia skrotalis : Hernia inguinalis lateralis yang mencapai skrotum.

F. Manifestasi klinis
1. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan sering tampak benjolan di lipatan paha
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi

4. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit diatasnya menjadi merah dan panas
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan di bawah sela pah
6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sesak
nafas
7. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.

G. Pemeriksaan Fisik

Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi. Sering


benjolan muncul dalam lipat paha dan terlihat cukup jelas. Pada inspeksi
diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau labia
dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga
adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam
keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong
apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk
atau jari kelingking pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat diraba berupa
anulus inguinalis yang melebar.

Jika jari tangan tak dapat melewati anulus inguinalis profundus karena
adanya massa, maka umumnya diindikasikan adanya hernia. Gambaran yang
menyokong adanya hernia indirek mencakup turunnya ke dalam skrotum yang
sering ditemukan dalam hernia indirek, tetapi tak lazim dalam bentuk hernia
indirek. Hernia direk lebih cenderung timbul sebagai massa yang terletak pada
anulus inguinalis superfisialis dan massa ini biasanya dapat direposisi ke dalam
kavitas peritonealis, terutama jika pasien dalam posisi terbaring. Pada umumnya
dengan jari tangan pemeriksa di dalam kanalis inguinalis, maka hernia inguinalis
indirek maju menuruni kanalis pada samping jari tangan sedangkan penonjolan
yang langsung ke ujung jari tangan adalah khas dari hernia direk.

H. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mansjoer, A pemeriksaan penunjang pada hernia adalah :


1) Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi
usus.
2) Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000–
18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.

I. Komplikasi

Menurut Mansjoer, A komplikasi pada hernia adalah :

1) Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga
isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia
inguinalis irreponibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi
usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan irreponibilis adalah
omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi
lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan
irreponibilis daripada usus halus.
2) Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang
masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan
gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis
strangulata. Pada keadaan strangulata akan timbul gejala illeus, yaitu perut
kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat
dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah dan pasien menjadi gelisah.

J. Penatalaksanaan Umum

1. Menurut Mansjoer, A, penatalaksanaan medis pada hernia yaitu :

a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat


dinding belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi,
kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan
menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus
dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
2. Sedangkan penatalaksanaan Keperawatan yaitu :

a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat
dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Celana penyangga

d. Istirahat baring

e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya


asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja
untuk mencegah sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan
mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman
beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
K. Pathways
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pola Pemeliharaan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi
terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun
tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.

b. Pola Nurtisi–Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu makan,
pola makan, diet, mual / muntah.

c. Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit. Kebiasaan defekasi,
ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri, dll), penggunaan
kateter, Karakteristik urin dan feses, pola input cairan dll.

d. Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan / gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain.

e. Pola Kognitif Perseptual


Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan
kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya
mengandung kemampuan daya ingat pasien terhadap persitiwa yang telah lama
terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi pasien terhadap waktu,
tempat, dan nama (orang, atau benda yang lain). Tingkat pendidikan, pemakaian
alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat
kesadaran, adakah gangguan penglihatan, pendengaran, persepsi sensori (nyeri),
penciuman dan lain-lain.
f. Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepasi tentang energi. Jumlah jam
tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau

mimpi buruk, mengeluh letih.


g. Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.
Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas
dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana keseluruhan bagian
manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping sebagai system
terbuka, manusia juga sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural spriritual dan
dalam pandangan secara holistik. Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian
terhadap diri., dampak sakit terhadap diri, kontak mata, isyarat non verbal,
ekspresi wajah, merasa tak berdaya, gugup atau rileks.

h. Pola Peran dan Hubungan


Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran pasien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal pasien.

i. Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan dengan
seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, riwayat penyakit
hubungan seksual, pemeriksaan genital.

j. Pola mekanisme koping


Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan penggunaan system
pendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi dengan orang
terdekat, menangis, metode koping yang biasa digunakan, efek penyakit terhadap
tingkat stress.
k. Pola Keyakinan Dan Spiritual
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk spiritual.
Menerangkan sikap dan keyakinan pasien dalam melaksanakan agama yang
dipeluk dan konsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan dan budaya,berbagi
dengan orang lain, bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan
spiritual dan pantangan dalam agama selama sakit.

2. Diagnosa Keperawatan Intervensi

a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleksi spasme sekunder
akibat operasi.

Kriteria hasil : Klien akan melaporkan penurunan progresif dari nyeri dan
peningkatan dalam aktifitas.

Tujuan : Nyeri dapat berkurang atau hilang. Intervensi :


1) Pantau tanda-tanda vital, intensitas atau skala nyeri.

Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan


keperawatan.

2) Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.

Rasional : Istirahat untuk mengurangi intensitas nyeri.

3) Atur posisi pasien senyaman mungkin.

Rasinal : Posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan


otot serta mengurangi nyeri.

4) Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam

Rasional : Relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih


nyaman.

5) Kolaborasi
Rasional : Analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien
menjadi lebih nyaman.

b. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan terhadap luka.


Tujuan: tidak terjadi infeksi Kriteria Hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti.
Luka bersih dan tidak kotor.
Tanda-tanda vital normal Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital

Rasional : Jika ada tanda-tanda vital yang tidak normal, besar kemungkinan
adanya infeksi karena tubuh berusaha untuk melawan mikroorganisme asing
yang masuk, maka terjadi peningkatan tanda vital.

2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic.

Rasional : Perawatan dengan teknik aseptic mencegah resiko infeksi.

3) Lakukan perawatan dengan prosedur infasif seperti infus, kateter, dan drainase
luka dan lain-lain.
Rasional : Untuk mengurangi resiko infeksi nosocomial.

4) Jika ditemukan infeksi, kolaborasi untuk pemeriksaan darah seperti


haemoglobin dan leukosit.
Rasional : Penurunan haemoglobin dan peningakatan leukosit dari normal
membuktikan adanya tanda-tanda infeksi.

5) Kolaborasi untuk pemeriksaan antibiotik.

Rasional : Antinbiotik mencegah perkembangan mikroorganisme pathogen.

c. Ketidakse imbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


penurunan masukan oral, mual.
Tujuan : Kebutuhan atau asupan nutrisi dapat terpenuhi secara adekuat.
Kriteria Hasil: Mempertahankan BB yang tepat, mnelaporkan mual, muntah,
menunjukkan tingkat energy biasa.
intervensi :

1) Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan atau hilangnya suara yang
hiperaktif.
Rasional : Identifikasi pemberian obat.

2) Timbang berat badan secara teratur. Rasional : identifikasi pemberian obat.


3) Awasi masukan diet atau jumlah kalori, berikan makanan sedikit tapi sering
dan tawarkan makan pagi paling banyak.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan.

4) Obsevasi dan catat kejadian mual dan muntah. Rasional : Identifikasi


haluaran.
5) Berikan bantuan hygiene mulut yang baik.

Rasional : Mulut bersih meningkatkan nafsu makan

6) Kolaborasi dengan medis dalam pemberian antiemetic.

Rasional: Antiemetik mengurangi mual, antisida menetralkan dari asam


lambung.

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri


Tujuan : Klien dapat melakuakan aktifitas secara mandiri. Kriterial Hasil :
Klien akan meningkatkan toleransi aktifitas dibuktikan oleh ambulasi, progresif
kemampuan untuk melakukan aktifitas.
Intervensi:

1) Dorong kemajuan tingkat kemampuan klien.

Rasional: Mengidentifikasi tingkat atau kebutuhan


tingkat intervensi yang dibutuhkan.

2) Rencanakan aktifitas atau kunjungan dengan priode istirahat edekuat sesuai


kebutuhan.
3) Lengkapi partisipasi dalam perawatan diri dan aktifitas rekreasi. Rasional:
meningkatkan kemandirian dan kepercayaan diri mungkin meningkatkan
keinginan untuk berpartisipasi.
4) Catat respon emosional atau tigkah laku untuk mengubah kemampuan.
Rasional : Perubahan fisik dan kehilangan kemandirian sering kali
menciptakan persaan murah, frustasi, dan depresi yang dapat menimbulkan
keengganan untuk berpartisipasi dalam berkreataifitas.

5) Ukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktifitas. Rasional:


Untuk mengetahui kondisi atau keadaan klien.
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pendarahan pembatasan
pemasukan cairan secara oral.
Tujuan: Input dan output dapat seimbang
Kriteria Hasil: Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh tidak
adanya perdarahan, tanda-tanda vital stabil, turgor kulit baik, membran mukosa
lembut.
Intervensi:

1) Monitor pengeluaran dan pemasukan cairan.

Rasional: Indikasi dari hidrasi organ dan pedoman untuk pergantian cairan.

2) Monitor tanda-tanda vital.

Rasional: Untuk menngetahui keadaan umum atau kondisi pasien.

3) Kaji tanda-tanda kekurangan cairan. Rasional: Indikator keadaan sirkulasi


perifer.
4) Berikan cairan parenteral sesuai kondisi. Rasional: Menggantikan cairan yang
keluar.
5) Cek pemeriksaan Hb dan Ht Rasional: Indikator hidrasi sirkulasi.
DAFTAR PUSTAKA

Long, Barbara C. (2002). Perawat Medical Bedah. Volume I. (terjemahan).


Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II.
Media Aesculapius FKUI: Jakarta

Poppy Kumala, dkk. (2005). Kamus Saku Kedokteran Dorland. EGC: Jakarta

R. Sjamsuhidayat & Wim, D.J. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
LAPORAN KASUS
Tn. M DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERAL

Tanggal Masuk : 29 Desember 2020


Ruang : Meranti
No. Kamar :4
Diagnosa Medis : Hernia Inguinalis Lateral

a. Identitas Pasien
1. Nama : Tn. M
2. Umur : 43 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Melayu
6. Pendidikan : SMA
7. Pekerjaan : Swasta
8. Alamat : Tanjung Sari, Jambi Timur
9. Penangung Jawab : Tn. W
10. Hubungan dengan Pasien : Kakak kandung

b. Riwayat Sakit dan Kesehatan


1. Keluhan Utama : klien mengeluh nyeri pada lipatan paha kanan
dan terdapat benjolan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengatakan ± 3 bulan SMRS terdapat
benjolan pada area lipatan paha kanan klien dan terasa nyeri. Benjolan pada
lipatan paha kanan klien terlihat jelas pada saat klien batuk, mengejan dan
mengangkat beban berat. Nyeri bertambah berat 2 minggu SMRS. Setelah
dilakukan tindakan operasi, area bekas jahitan terasa nyeri. Nyeri yang
dirasakan saat melakukan pergerakan secara spontan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit
maag sejak ± 2 tahun yang lalu
4. Riwayat Alergi : Klien tidak memiliki riwayat alergi obat atau
makanan.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien mengatakan tidak ada aggota keluarga
yang memiliki penyakit serupa dengan klien.
6. Susunan Keluarga (Genogram) :

Keterangan :

: Perempuan : Meninggal

: Laki-laki : Klien

c. Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola Nutrisi
a. Makan
Pengkajian Sebelum Sakit Saat Sakit
Jenis Makanan padat Makanan lunak
Porsi 1 Porsi ½ Porsi
Frekuensi 3 kali sehari 3 kali sehari
Diet Khusus Tidak Ada Tinggi kalori tinggi
protein
Makanan yang disukai Makanan pedas Tidak ada
Pantangan Tidak ada Tidak ada
Nafsu makan Baik Menurun
Kesulitan menelan Tidak ada Tidak ada
Gigi palsu Tidak ada Tidak ada
Data tambahan lain Tidak ada Tidak ada

b. Minum
Pengkajian Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 8 kali 6 kali
Jumlah (cc) ±2000 cc ± 1500 cc
Jenis Air putih Air putih
Data Tambahan lain Tidak ada Tidak ada

c. Antropometri
Berat Badan
Sebelum sakit : 65 Kg
Saat sakit : 65 Kg
Tinggi Badan : 160 cm

Pemeriksaan BB Ideal IMT Presentase Penurunan


BB
Hasil 108,33% 25,3 -
Keterangan Normal Overweight -

Keterangan:
BB Ideal = BB/TB – 100 x 100%
>120 % obesitas
110-120% overweigth
80-109% normal
<80% underweigth
Indeks Masa Tubuh (IMT)= BB(kg)/TB (m)2
<20 under W
20-24 Normal
25-30 Overweight
>30 Obesitas
Persentase penurunan BB = BB sblm skt-BB saat ini x 100%
BB sblm skt

Masalah Keperawatan: Tidak ada

2. Persepsi/penatalaksanaan Kesehatan (pandangan pasien terhadap penyakitnya)


Klien mengatakan sehat itu penting, dan klien yakin bahwa penyakitnya akan
segara membaik dan klien dapat beraktivitas seperti biasa.

Masalah Keperawatan: Tidak ada

3. Pola Istirahat/Tidur
Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jml jam tidur siang - ± 1 Jam
Jml jam tidur malam ± 7 jam ± 6 Jam
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu bangun Segar Terasa lemah

Masalah Keperawatan: Tidak ada

4. Pola aktivitas latihan


Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Alat Bantu 0 2
Mandi 0 2
Gosok Gigi 0 1
Keramas 0 1
Potong Kuku 0 1
Berpakaian 0 2
Eliminasi 0 2
Mobilisasi 0 2
Ambulasi 0 2
Naik/Turun Tangga 0 2
Rekreasi 0 0

Masalah Keperawatan: Tidak Ada

Skor
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu

5. Pola konsep diri


a. Body image : klien menyukai seluruh bagian tubuhnya, meskipun terdapat
luka bekas operasi pada bagian lipatan paha klien.
b. Ideal diri : klien mengatakan ingin segera pulih dan beraktivitas lagi
c. Harga diri : klien tidak merasa minder dengan penyakitnya.
d. Peran : klien sangat menikmati perannya saat ini yaitu sebagai suami
dan ayah dari 3 orang anak.
e. Identitas diri : klien seorang kepala keluarga

Masalah Keperawatan: Tidak Ada


6. Pola Eliminasi
Pemeriksaan Eliminasi Sebelum Sakit Saat Sakit
Urin
Frekuensi/hari 4 kali sehari 6 kali
Pancaran (Kuat, lemah, Kuat Kuat
menetes)
Jumlah/BAK 250 cc 250 cc
Bau Khas urin Khas urin
Warna Kuning jernih Kuning pekat
Perasaan stlh BAK Tuntas Tuntas
Total Produksi urin/hari ±1000 cc ± 1500 cc
(cc)
Kesulitan BAK Tidak ada Tidak ada

Pemeriksaan Eliminasi Sebelum Sakit Saat Sakit


Alvi
Frekuensi 1 kali sehari Belum ada BAB
Konsistensi Lunak -
Bau Khas feses -
Warna Kuning -
Kesulitan BAB Tidak ada -

Balance Cairan

Pemeriksaan Jenis (cc) Total


Intake Makan:500 cc 3500 cc
Minum: 1500 cc
Infus: 1500 cc
Transfusi: -
Output Urine: 1500 cc
Feses: 3095 cc
Muntah:
Drainage:
Pendarahan :
IWL: 1595 cc
Balance Cairan Total intake-total + 450 cc
output

Masalah Keperawatan: Tidak Ada


7. Pola Nilai Kepercayaan
a. Larangan agama : tidak ada
b. Keterangan lainnya : klien rajin beribadah
c. Lainnya :-

Masalah Keperawatan: Tidak Ada

8. Pola Kognitif perceptual


a. Bicara : Normal dan jelas
b. Bahasa : bahasa daerah jambi
c. Kemampuan membaca : baik
d. Tingkat ansietas : rendah
e. Perubahan sensori : tidak ada

Masalah Keperawatan: tidak ada


9. Pola Koping
a. Pola koping : klien mengatakan saat sakit sering
menceritakan keluhannya pada keluarga
b. Pola peran dan berhubungan : klien berhubungan baik dengan
keluarga

Masalah Keperawatan: Tidak ada

10. Pola Peran – Hubungan


a. Pekerjaan : Swasta
b. Hub. Dengan orang lain : Klien berhubungsn baik dengan warga
sekitar rumah dan tempat kerjanya.
c. Kualitas bekerja : Baik
d. System pendukung : anak dan istri

Masalah Keperawatan: Tidak ada

11. Pola Seksual Reproduksi


a. Status perkawinan : Menikah
b. Pola seksual reproduksi : klien memiliki 3 orang anak
c. Masalah yang terkait dengan kesehatan reproduksi : tidak ada

Masalah Keperawatan: tidak ada


d. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran : compos mentis
2. Tanda Vital dan Respon Nyeri
a. Nadi : 80 x/i
b. Suhu : 38,9°C
c. RR : 17 x/i
d. Tekanan Darah : 130/80 mmhg
e. Nyeri
 Palliative : klien mengatakan nyeri berkurang saat istirahat
 Profokatif : nyeri bertambah berat saat mengangkat beban berat,
mengejan dan batuk.
 Quality : tumpul
 Region : pada lipatan paha kanan

Depan Belakang
 Scale :6
 Time : 5 menit, dan hilang timbul

Masalah Keperawatan:

 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


 Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

3. Kepala :
a. Kulit : kulit kepala tampak bersih, tidak ada edema, tidak ada lesi
b. Rambut : rambut berwarna hitam dan persebaran rambut rata
c. Muka : klien tampak meringis

4. Sistem Sensori Persepsi


 Mata
Inspeksi
Konjungtiva : ananemis
Sklera : anikterik
Pupil : isokor
Palpebra : normal
Lensa : normal
Palpasi
Tekanan intra Okuler : normal

 Hidung : hidung tampak simetris, tidak ada polip dan


penciuman baik
 Gigi : tidak ditemukan karies pada gigi
 Bibir : mukosa bibir tampak kering
 Leher : simetris, tidak ada pembesaran KGB
 Telinga
Lubang Telinga : terdapat serumen
Membran Tympani : baik
Gangguan Pendengaran : tidak ada

Masalah Keperawatan: tidak ada

5. Sistem Respirasi
a. Inspeksi
Bentuk : pengembangan dada simetris, tidak ada penggunaan
otot bantu pernafasan.
b. Palpasi
Tractil Fremitus : simetris
c. Perkusi : sonor
d. Auskultasi
Suara Nafas : vesikuler
Suara Nafas tambahan: tidak ada

Masalah Keperawatan: tidak ada


6. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Bentuk : dada tampak simetris
b. Palpasi
Iktus Cordis : Normal
c. Perkusi
Batas Jantung : Normal

Pembesaran Jantung : tidak ada


d. Auskultasi
Bunyi normal : BJ I : normal
BJ II : normal
BJ III :-
BJ IV : -
Bunyi tambahan : tidak ada
e. Cappilary Refill : < 2 detik

Masalah Keperawatan: tidak ada

5. Sistem Persyarafan (Neurogical )


a. GCS
Eye :4
Verbal :5
Motorik :6
b. Sistem sensorik
Tajam : normal
Tumpul : normal
Halus : normal
Kasar : normal

c. Sistem motorik
Keseimbangan : baik

Koordinasi gerak : baik


d. Reflek
Bisep : normal
Trisep : normal

Patella : normal
Meningeal : normal
Babinsky : normal
Chaddock : normal

Masalah Keperawatan: tidak ada

6. Sistem Gastrointestinal
a. Inspeksi
Bentuk : simetris dan datar
Tepi Perut : normal
Bendungan pembuluh darah: normal
Ascites : tidak ditemukan asites

b. Auskultasi
Peristaltik : normal

c. Palpasi
Nyeri : nyeri tekan (-)
Massa : tidak ada massa

Benjolan : tidak ada benjolan


Pembesaran hepar : tidak ada
Pembesaran Lien : tidak ada
Titik Mc. Burney : tidak ada nyeri tekan
d. Perkusi : timpani
e. Rektum : tidak terkaji

Masalah Keperawatan: tidak ada

7. Sistem Musculoskeletal
a. ROM : baik
b. Keseimbangan : baik
c. Kekuatan otot
Ekstremitas superior dextra :5
Ekstremitas superior sinistra : 5
Ekstremitas inferior dextra :5
Ekstremitas inferior sinistra :5

Masalah Keperawatan: tidak ada

8. Sistem Integument
a. Inspeksi : kulit pada area lipatan paha kiri klien tampak terdapatluka
post operasi. Kulit diarea sekitar post op berwarna kemerahan.
b. Palpasi : kulit teraba hangat
c. Pitting Oedem : tidak ada
d. Akral : teraba hangat

Masalah Keperawatan: Gangguan Integritas Kulit

Sistem Reproduksi
a. Pria
Inspeksi : tidak terkaji
Palpasi : tidak terkaji
b. Wanita
Inspeksi :-
Palpasi :-

Masalah Keperawatan: tidak ada


12. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Hari/Tgl/Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
29 Desember Hemoglobin 14,5 12.0-17.0 g/dl
2020 Leukosit 10,93 4.000-10.000 103/mm3 High
Hematokrit 42,4 36-47 %
Trombosit 245 150.000-350.000 103/mm3
Eritrosit 5,03 4.00-5.00 106/mm3
MCV 84,4 80-100 μm3
MCH 28,8 27-34 pg
MCHC 34,2 32-36 g/dl
RDW 12,0 11.0-16.00 %
Basofil 0,2 0-1 %
Eosinofil 3,0 0.5-5.0 %
Neutrofil% 85,8 50-70% High
Limfosit% 7,6 20-40% Low
Monosit% 3,4 3.0-12.0%
Glukosa Sewaktu 118 70-200 mg/dl

b. USG/EKG/EEG/MRI/Pemeriksaan lain
Hari/Tgl/Jam Kesan
- -

13. Terapi
1. Cairan IV (Jenis, fungsi, dosis)
 Rl 20 tpm + ketorolac 2 amp : cairan kristaloid yang berfungsi untuk mengganti
cairan tubuh yang hilang ditambah dengan keterolac yang berfungsi sebagai
analgetik (pereda nyeri) dengan dosis 60 mg/2ml.
 PCT : cairan infus antipiretik dan analgetik dengan dosis 1gr/100 ml berfungsi
untuk meredakan gejala hipertermi klien.
2. Obat peroral (Jenis, fungsi, dosis)
Tidak ada
c. Obat Parenteral (Jenis, fungsi, dosis)
 Cefotaxime : obat golongan antibiotik yang berfungsi untuk membunuh
bakteri penyebab infeksi. Dosis yang diberikan 2 gr/5 ml.
 Ranitidine: obat untuk menurunkan sekresi asam lambung. Dosis yang
diberikan 25 mg/2 ml.
d. Obat jebis lain atau pengobatan lainnya
Tidak ada
DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


1. klien mengeluh nyeri pada area 1. klien tampak meringis
lipatan paha kanan bekas operasi. 2. skala nyeri 6
2. Klien mengatakan nyeri hilang timbul 3. TD : 130/80 mmHg
3. Klien mengeluh tubuhnya terasa 4. Kulit teraba hangat
panas. 5. Suhu tubuh 38,9°C
6. Leukosit 10,93
4. - 7. Kulit pada area post op hernia
tampak kemerahan
8. Terdapat luka post operasi pada area
lipatan paha kiri.
9. Kulit teraba hangat

ANALISA DATA

No Symptomp Etiologi Problem


1. Ds : klien mengeluh tubuhnya Proses penyakit Hipertermi
terasa panas.
Do : Kulit teraba hangat, suhu
tubuh 38,9°C dan leukosit 10,93
2. DS : Agen pencedera Nyeri akut
klien mengeluh nyeri pada area fisik
lipatan paha kanan bekas operasi.
Klien mengatakan nyeri hilang
timbul.
Do :
klien tampak meringis, skala nyeri
6, TD : 130/80 mmHg
3. Do : Faktor mekanis Gangguan integritas
Kulit pada area post op hernia kulit
tampak kemerahan
Terdapat luka post operasi pada
area lipatan paha kiri.
Kulit teraba hangat
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Klien :Tn. M Nama Mahasiswa : Rina Mariani


Ruang : Meranti 4 Nim : G1B220002
No RM : 07.42.81

No Tanggal dan Diagnosa Keperawatan TTD


Jam
1. 29 desember Hipertermi berhubungan dengan proses
2020 penyakit ditandai dengan klien mengeluh
tubuhnya terasa panas, Kulit teraba
hangat, suhu tubuh 38,9°C dan leukosit Rina
10,93
2. 29 desember Nyeri akut berhubungan dengan agen
2020 pencedera fisik ditandai dengan klien
mengeluh nyeri pada area lipatan paha
kanan bekas operasi, Klien mengatakan
nyeri hilang timbul, skala nyeri 6, TD Rina
130/80 mmHg dan klien tampak
meringis
3. 29 desember Gangguan integritas kulit berhubungan
2020 dengan faktor mekanik ditandai dengan
Kulit pada area post op hernia tampak
kemerahan, terdapat luka post operasi Rina
pada area lipatan paha kiri, dan kulit
teraba hangat
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien :Tn. M Nama Mahasiswa : Rina Mariani


Ruang :Meranti 4 Nim : G1B220002
No RM : 07.42.81

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh
berhubungan tindakan keperawatan 1 2. Sediakan lingkungan yang
dengan proses x 24 jam diharapkan dingin
penyakit hipertermi klien teratasi 3. Longgarkan atau lepas pakaian
Kriteria hasil : 4. Lakukan kompres hangat pada
 Suhu tubuh dalam area leher dan aksila
rentang normal 5. Berikan cairan oral
36°C- 37,5°C. 6. Anjurkan klien untuk tirah
 Leukosit dalam baring
rentang normal 7. Anjurkan penggunaan pakaian
4.000-10.000/mm3. yang cepat menyerap keringat
8. Kolaborasikan pemberian
antipiretik (PCT 1gr/100 ml)
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Identifikasi karakteristik,
berhubungan tindakan keperawatan 1 lokasi, intensitas, frekuensi,
dengan agen x 24 jam diharapkan durasi dan intensitas nyeri
pencedera nyeri klien teratasi 2. Identifikasi skala nyeri
fisik Dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi respon nonverbal
1. Klien melaporkan klien
nyeri berkurang 4. Identifikasi faktor yang
2. Klien mampu memperberat dan
menggunakan memperingan nyeri.
teknik 5. Fasilitasi istirahat dan tidur
nonfarmakologi klien
yang di ajarkan 6. Berikan teknik nonfarmakologi
pada klien. untuk mengurangi nyeri
dengan metode nafas dalam
7. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
8. Kolaborasi pemberian
analgetik (Injeksi keterolac 60
mg/2ml)
3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien mengguakan
integritas tindakan keperawatan 3 pakaian longgar
kulit x 24 jam diharapkan 2. Jaga kulit agar tetap bersih dan
berhubungan integritas kulit klien kering
dengan faktor baik. 3. Monitor tanda dan gejala
mekanik Kriteria hasil infeksi pada area sekitar insisi
1. Tidak ditemukannya 4. Membersihkan, memntau dan
kemerahan pada meningkatkan proses
kulit sekitar area penyembuhan luka.
operasi. 5. Pertahankan teknik aseptic
2. Tidak ditemukannya pada saat pembersihan luka.
tanda-tanda infeksi 6. Kolaborasikan pemberian
antibioik cefotaxime 2 gr/5 ml
7. Kolaborasikan pemberian
ranitidine 25 mg/2 ml.
IMPLEMENTASI KEPERWATAN

Tanggal
dan Diagnosa Implementasi Respon TTD
Waktu
29 Hipertermi 1. Meonitor suhu tubuh Klien mengatakan tidak merasa
desember 2. Menyediakan lingkungan yang demam
2020 dingin Suhu tubuh normal 37,4°C
3. Melonggarkan atau lepas pakaian Kulit tidak teraba panas
4. Melakukan kompres hangat pada
area leher dan aksila
5. Memberikan cairan oral
6. Menganjurkan klien untuk tirah
baring
7. Menganjurkan penggunaan pakaian Rina
yang cepat menyerap keringat
8. Mengkolaborasikan pemberian
antipiretik (PCT 1gr/100 ml)

29 Nyeri akut 1. Mengidentifikasi karakteristik, lokasi, Klien mengatakan masih merasa


desember intensitas, frekuensi, durasi dan nyeri pada area sekitar operasi,
2020 intensitas nyeri tetapi nyeri sedikit berkurang.
2. Mengidentifikasi skala nyeri Skala nyeri 4.
3. Mengidentifikasi respon nonverbal
klien
4. Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri.
5. Memfasilitasi istirahat dan tidur klien
6. Memberikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri dengan Rina
metode nafas dalam
7. Menjelaskan strategi meredakan
nyeri
8. Mengkolaborasi pemberian analgetik
(Injeksi keterolac 60 mg/2ml)
29 Gangguan 1. Menganjurkan klien mengguakan Area luka klien masih tampak
desember integritas pakaian longgar kemerahan
2020 kulit 2. Menjaga kulit agar tetap bersih dan
kering
3. Memonitor tanda dan gejala infeksi
pada area sekitar insisi
4. Membersihkan, memntau dan
meningkatkan proses penyembuhan
luka.
5. Mempertahankan teknik aseptic pada
saat pembersihan luka. Rina
6. Mengkolaborasikan pemberian
antibioik cefotaxime 2 gr/5 ml
7. Mengkolaborasikan pemberian
ranitidine 25 mg/2 ml.
30 Nyeri akut 1. Mengidentifikasi skala nyeri Klien mengatakan saat bergerak
desember 2. Mengidentifikasi respon nonverbal area bekas jahitan masih terasa
2020 klien nyeri. Tetapi nyeri dapat diatasi
3. Memfasilitasi istirahat dan tidur klien sengan tarik nafas dalam,
4. Memberikan teknik nonfarmakologi pergerakan secara perlahan dan
untuk mengurangi nyeri dengan istirahat.
metode nafas dalam Klien tidak tampak meringis. Rina
5. Mengkolaborasi pemberian analgetik
(Injeksi keterolac 60 mg/2ml)
30 Gangguan 1. Menjaga kulit agar tetap bersih dan Kemerahan pada luka mulai
desember integritas kering berkurang, luka tampak bersih dan
2020 kulit 2. Memonitor tanda dan gejala infeksi tidak ditemukannya push.
pada area sekitar insisi
3. Membersihkan, memntau dan
meningkatkan proses penyembuhan
luka.
4. Mempertahankan teknik aseptic pada
saat pembersihan luka.
5. Mengkolaborasikan pemberian Rina
antibioik cefotaxime 2 gr/5 ml
6. Mengkolaborasikan pemberian
ranitidine 25 mg/2 ml.
31 Gangguan 1. Menjaga kulit agar tetap bersih dan Luka tampak bersih, tidak
Desember integritas kering ditemukan push, tidak ditemukan
2020 kulit 2. Memonitor tanda dan gejala infeksi tanda-tanda infeksi.
pada area sekitar insisi
3. Membersihkan, memntau dan
meningkatkan proses penyembuhan
luka.
4. Mempertahankan teknik aseptic pada
saat pembersihan luka.
5. Mengkolaborasikan pemberian
antibioik cefotaxime 2 gr/5 ml
6. Mengkolaborasikan pemberian
ranitidine 25 mg/2 ml.
EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Diagnosa Evaluasi TTD


dan Waktu
29 desember Hipertermi S : Klien mengatakan tidak merasa demam
2020/ 20.00 O : Suhu tubuh normal 37,4°C, kulit tidak
wib teraba panas
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Nyeri akut S : Klien mengatakan masih merasa nyeri


pada area sekitar operasi, tetapi nyeri sedikit
berkurang.
O : Skala nyeri 4.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Gangguan S: -
integritas O : Area luka klien masih tampak kemerahan
kulit A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
30 desember Nyeri akut S : Klien mengatakan saat bergerak area
2020 bekas jahitan masih terasa nyeri. Tetapi nyeri
dapat diatasi sengan tarik nafas dalam,
pergerakan secara perlahan dan istirahat.
O : Klien tidak tampak meringis.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Gangguan S:-
integritas O : Kemerahan pada luka mulai berkurang,
kulit luka tampak bersih dan tidak ditemukannya
push.
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
31 Gangguan S: -
Desember integritas O: Luka tampak bersih, tidak ditemukan
2020 kulit push, tidak ditemukan tanda-tanda infeksi.
A: Masalah teratasi
P: hentikan intervensi. Pasien rencana pulang.

Anda mungkin juga menyukai