Anda di halaman 1dari 10

FISIOLOGI TUMBUHAN

(JCKK 141) Maret 2019

PEMATAHAN DORMANSI BIJI DAN PERKECAMBAHAN


OLIVIA ANAFARIDA

Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,


Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, 70714

ABSTRAK

Dormansi benih dapat diatasi dengan berbagai perlakuan pendahuluan.


Perlakuan pendahuluan yang banyak digunakan antara lain mengikir, mengasah,
memukul kulit benih merendam benih di dalam air hangat dan merendam benih di
dalam larutan kimia. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini
adalah biji kacang hijau (Vigna radiata), larutan H2SO4, larutan NaOH, air panas
±80ºC, akuades, kapas, dan tissue. Percobaan ini menggunakan biji kacang hijau
(Vigna radiata) sebagai objek pengamatan. Selain itu juga menggunakan larutan
H2SO4, larutan NaOH, air panas ±80ºC, dan akuades. Prosedur pada percobaan
ini yaitu membersihkan alat yang digunakan, kemudian mengeringkannya.Kedua
yaitu menyiapkan biji kacang hijau, kemudian membaginya menjadi 4 perlakuan.
Perlakuan terhadap biji tersebut yaitu dengan merendamnya ke dalam beberapa
larutan berikut: (a) Kontrol, (b) Air panas, (c) Larutan H2SO4, (d) Larutan NaOH
selama 5 menit lalu meniriskannya. Ketiga adalah menyiapkan 8 buah cawan petri
yang dilapisi dengan media berupa kapas lembab. Keempat yaitu meletakkan biji
kacang hijau tersebut ke dalam cawan petri masing-masing sebanyak 5 biji,
kemudian menutupnya dengan tutup cawan petri. Tahapan terakhir dari percobaan
kali ini yaitu mengamati proses perkecambahannya selama 1 minggu. Perlakuan
paling cepat untuk membuat biji kacang hijau berkecambah adalah perlakuan
dengan H2SO4 yang menunjukan perkecambahan sejak hari pertama perlakuan.
Semua perlakuan memberikan persentase 100%, yang artinya semua biji dapat
tumbuh dengan baik.

Kata kunci : Dormansi, Vigna radiata, Efektif

PENDAHULUAN
Berdasarkan penafsiran yang dilakukan oleh proyek Inventarisasi Hutan
Nasional dari seluruh hutan yang ada, seluas ± 31,7 juta ha sudah tidak berhutan
lagi. Dalam pengembangan hutan tanaman, benih memainkan peranan yang
sangat penting, karena benih yang digunakan untuk pertanaman akan menentukan
mutu tegakan yang dihasilkan dimasa mendatang. Benih-benih hutan berbeda
dengan benih-benih pertanian, sebagian besar benih-benih hutan mempunyai
kondisi kulit biji yang keras, terutama pada family Leguminosae, untuk itu jenis
yang termasuk dalam kelompok family Leguminosae ini dalam upaya permudaan
perlu ditunjang oleh teknik silvikultur yang sesuai. Teknik silvikultur yang dapat
mengatasi sifat dormansi kulit benih sangat diperlukan untuk mempercepat
perkecambahan benih sekaligus menjamin ketersediaan bibit dalam jumlah yang
cukup, waktu yang tepat dan dengan mutu yang tinggi (Kaya & Rehatta, 2013).
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2019

Dormansi adalah atribut umum dari banyak populasi benih gulma dan ini
biasanya menghambat tugas memprediksi waktu dan luasnya gulma munculnya
Dormansi benih dapat diatasi dengan berbagai perlakuan pendahuluan. Perlakuan
pendahuluan yang banyak digunakan antara lain mengikir, mengasah, memukul
kulit benih merendam benih di dalam air hangat dan merendam benih di dalam
larutan kimia. Tujuan perlakuan pendahuluan adalah mendorong proses
pematangan embrio, pengaktifan enzim-enzim di dalam embrio dan peningkatan
permeabilitas kulit benih yang memungkinkan penyerapan/imbibisi air dan gas-
gas yang diperlukan dalam proses-proses perkecambahan. beberapa biji tanaman
tertentu, walaupun embrio telah terbentuk sempurna dan kondisi lingkungan
optimum untuk perkecambahan, namun biji tetap gagal untuk berkecambah.
Benih-benih yag demikian memerlukan suatu jangka waktu tertentu agar dapat
berkecambah (Hafizah, 2013).
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun
pada embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan
kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan
dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi
digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi
digunakan untuk mengatasi dormansi embrio (Suyitno, 2010).
Perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya radikula dan plumula
dari benih atau biji. Secara visual dan morfologis suatu benih yang berkecambah
ditandai dengan terlihatnya radikula dan plumula dari biji. Menurut Bewley
(2010), tanda yang terlihat bahwa perkecambahan selesai biasanya penetrasi
struktur mengelilingi embrio oleh radikula. Tipe perkecambahan benih terbagi dua
yaitu perkecamahan hipogeal dan epigeal. Perkecambahan hipogeal menghasilkan
kotiledon yang tenggelam di dalam tanah sedangkan tipe epigeal ditandai dengan
perkecambahan yang menghasilkan kecambah dengan kotiledon muncul
dipermukaan tanah (jika ditanam pada media tanah). Proses perkecambahan
terjadi proses inbibisi, aktivasi enzim, insiasi pertumbuhan embrio, retaknya kulit
biji dan munculnya kecambah. Faktor genetik yang berpengaruh adalah komposisi
kimia, enzim dalam benih dan susunan fisik/kimia dari kulit biji. Adapun faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap proses perkecambahan adalah air, gas,
suhu dan cahaya. Benih tumbuh dengan temperatur optimum antara 26,5oC
sampai dengan 35oC. Air mutlak diperlukan untuk suatu perkecambahan namun
kelebihan air akan merusak benih karena membatasi respirasi. Selain itu kelebihan
air akan mendorong perkembangan penyakit akibat jamur (Kaya & Rehatta,
2013).

METODE
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah biji kacang
hijau (Vigna radiata), larutan H2SO4, larutan NaOH, air panas ±80ºC, akuades,
dan kapas.
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2019

Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah cawan petri dan
penutupnya, termometer larutan, dan pipet tetes.

Cara Kerja
Percobaan ini menggunakan biji kacang hijau (Vigna radiata) sebagai objek
pengamatan. Selain itu juga menggunakan larutan H2SO4, larutan NaOH, air panas
±80ºC, dan akuades sebagai variabel terikat. Tahap pertama pada percobaan ini
yaitu membersihkan alat yang digunakan, kemudian mengeringkannya. Tahap
kedua yaitu menyiapkan biji kacang hijau sebanyak 40 biji, kemudian
membaginya menjadi 4 perlakuan secara duplo, masing-masing 5 biji. Perlakuan
terhadap biji tersebut yaitu dengan merendamnya ke dalam beberapa larutan
berikut: (a) Kontrol, (b) Air panas, (c) Larutan H2SO4, (d) Larutan NaOH selama
5 menit lalu meniriskannya. Tahapan ketiga adalah menyiapkan 8 buah cawan
petri yang dilapisi dengan media berupa kapas lembab. Tahapan keempat yaitu
meletakkan biji kacang hijau tersebut ke dalam cawan petri masing-masing
sebanyak 5 biji, kemudian menutupnya dengan tutup cawan petri. Tahapan
terakhir dari percobaan kali ini yaitu mengamati proses perkecambahannya selama
1 minggu.

HASIL
Grafik 1. Perkecambahan Kacang Hijau

5
Jumlah Benih yang Berkecambah

3 Kontrol
Air Panas
H2SO4
2 NaOH

0
1 2 3 4 5 6 7
Hari
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2019

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 1. (a) Kontrol, (b) Air panas, (c) Larutan H2SO4, (d) Larutan NaOH

PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan benih menjadi
kecambah pada perlakuan yang berbeda, mengetahui persentase perkecambahan
setiap perlakuan, mengetahui perlakuan yang menunjukkan persentase
perkecambahan terbaik, hari ke berapa benih berkecambah terbanyak dan jumlah
hari yang diperlukan untuk berkecambah dari perlakuan yang diberikan. Bahan
yang digunakan adalah benih kacang hijau karena mudah didapatkan serta
pertumbuhannya cepat dan mudah diamati. Praktikum ini menggunakan benih
yang direndam di empat larutan berbeda, yaitu larutan 0,1 M H2SO4, 0,1 M
NaOH, dan air panas bersuhu ± 800C dan pada setiap perlakuan ditumbuhkan
masing-masing 5 benih kacang hijau pada cawan petri.
Perkecambahan biji kacang hijau yang sangat rendah karena secara
morfologi memiliki kulit biji yang keras dengan masa dormansi yang lama.
Dormansi benih merupakan suatu keadaan benih tidak memiliki kemampuan
untuk berkecambah dalam jangka waktu tertentu meskipun pada lingkungan yang
memenuhi syarat perkecambahan. Kacang hijau memiliki benih yang termasuk
benih ortodoks dan memiliki kadar air rendah, yaitu berkisar 5-15%. Benih
dengan kadar air yang rendah dapat menurunkan laju perkecambahan,
menyebabkan benih menjadi dorman dan keras sehingga menyebabkan kematian
embrio benih. Dormansi dapat terbagi ke dalam dormansi embrio, dormansi kulit
benih, dan kombinasi keduanya. Perlakuan perendaman dengan air dapat
dilakukan untuk memecah kulit biji dan memudahkan embrio menyerap air.
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2019

Metode skarifikasi secara mekanis dan kimia (perendaman air panas dan bahan
kimia) merupakan teknik yang digunakan untuk memecah dormansi (Hidayat &
Marjani 2017).
Benih yang dormansi biasanya disebabkan oleh rendahnya atau tidak
adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur benih (kulit benih) yang
keras, sehingga mempersulit keluarmasuknya air kedalam biji. Respirasi yang
tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit benih yang terlalu
keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi terhambat dan
menyebabkan rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi cadangan makanan
dalam benih. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio juga
dapat menyebabkan dormansi, karena kulit biji yang cukup kuat sehingga
menghalangi pertumbuhan embrio pada biji. Dormansi sering terjadi pada benih
padi, semangka non biji dan biji kacang hijau (Sadjad, 2010).
Perkecambahan merupakan proses metabolisme biji hingga dapat
menghasilkan pertumbuhan. Presentase perkecambahan adalah presentase
kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang
dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang menguntungkan dalam
jangka waktu yang sudah ditetapkan. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan
ada 2 yaitu faktor dalam berupa gen, persediaan makanan dalam
biji,hormon,ukuran dan kekerasan biji. Hormon yang berperan dalam
perkecambahan biji adalah giberelin yang berperan dalam pembentangan dan
pembelahan sel, pemecahan dormansi biji sehingga biji dapat berkecambah,
mobilisasi endosperm cadangan selama pertumbuhan awal embrio, pemecahan
dormansi tunas, pertumbuhan dan perpanjangan batang, perkembangan bunga dan
buah, pada tumbuhan roset mampu memperpanjang internodus sehingga tumbuh
memanjang (Imansari, 2017).
Dipandang dari segi ekonomis terdapatnya keadaan dormansi pada benih
dianggap tidak menguntungkan. Oleh karena itu diperlukan cara-cara agar
dormansi dapat dipecahkan atau sekurang-kurangnya lama dormansi dapat
dipersingkat. Beberapa cara yang telah diketahui yaitu skarifikasi mencakup cara-
cara seperti mengikir atau menggosok kulit benih dengan kertas ampelas,
melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan impaction (goncangan) untuk benih-
benih yang memiliki sumbat gabus. Dimana semuanya bertujuan untuk
melemahkan kulit biji yang keras, sehingga lebih permeable terhadap air atau gas.
Dormansi juga dapat diatasi dengan penggunaan zat kimia dalam perangsangan
perkecambahan benih, dengan bahan kimia misalnya: KNO3 sebagai pengganti
fungsi cahaya dan suhu serta untuk mempercepat penerimaan benih akan O2,
untuk mengatasi dormansi digunakan juga sitokinin serta 2,4-D dan giberelin
(GA) dapat digunakan untuk memulihkan kembali vigor benih yang telah
menurun, HCl untuk mengurangi senyawa kalsium oksalat pada biji. Metode
pematahan dormansi yang disebabkan faktor fisik adalah skarifikasi yaitu
pelukaaan kulit benih agar air dan nutrisi bisa masuk ke dalam benih. Sedangkan
pematahan dormansi faktor fisiologis pada kasus after-ripening adalah dengan
perendaman dengan senyawa kimia tertentu (Manurung dkk, 2013).
Perlakuan pertama adalah perendaman biji kacang hijau selama 5 menit
dalam air biasa (akuades). Perendaman ini berfungsi agar biji dapat menyerap air,
ketika biji direndam terjadi proses imbibisi yaitu proses penyerapan air ke dalam
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2019

rongga jaringan melalui pori-pori secara pasif, terutama karena daya serap
senyawa polisakarida, seperti hemiselulosa, pati, dan selulosa (Sadjad, 2010).
Setelah perendaman selama 5 menit, biji dipilih sebanyak 5 biji. Biji yang dipilih
adalah biji yang tenggelam, karena biji yang tenggelam memiliki kualitas yang
baik dikarenakan air dapat masuk kedalam pori-pori biji dan biji tersebut masih
memiliki cadangan makanan yang tersimpan yang menandakan biji tersebut
tenggelam. Biji yang tenggelam ini dipindahkan kedalam cawan petri yang telah
berisi media tanam berupa kapas yang telah diberi air. Air berfungsi untuk
melembabkan dan menjaga kondisi biji agar tetap dalam suhu yang optimal
sehingga biji dapat berkecambah dengan baik. Hari pertama dan hari kedua
pengamatan menunjukan bahwa biji kacang hijau dengan perlakuan kontrol belum
berkecambah. Semua biji mulai berkecambah pada hari ketiga.
Perlakuan kedua menggunakan air yang dipanaskan menggunakan hot
plate. Biji direndam dalam air panas selama 5 menit. Perendaman benih
menggunakan air panas selama 5 menit bertujuan untuk meningkatkan kecepatan
imbibisi melalui pelunakan kulit benih sehingga benih mampu berkecambah
dengan cepat. Setelah direndam selama 5 menit, biji dipindahkan pada cawan petri
yang berisi media kapas yang telah dibasahi. Perlakuan ini menunjukan bahwa
pada hari pertama biji kacang hijau yang dapat tumbuh adalah 1 biji, sedangkan
pada hari kedua biji yang dapat tumbuh ada empat biji. Hari ketiga dan seterusnya
biji yang dapat tumbuh ada 5 biji.
Perlakuan ketiga menggunakan H2SO4, yang berfungsi untuk mempercepat
proses pemecahan dormansi pada tipe benih berkulit tebal. Larutan asam kuat
seperti H2SO4 sering digunakan dengan konsentrasi yang bervariasi sampai pekat
tergantung jenis benih yang diperlakukan. Lamanya perlakuan larutan asam harus
memperhatikan dua hal yaitu kulit biji atau pericarp yang bisa diretakkan untuk
memungkinkan imbibisi serta larutan asam tidak mengenai embrio yang
menyebabkan benih rusak total (Satya dkk, 2015). Perendaman dengan H2SO4
konsentrasi 0,1 M selama 5 menit, proses perendaman hanya lima menit karena
biji kacang hijau memiliki kulit yang tidak terlalu tebal. Setelah direndam selama
5 menit, biji dipindahkan kedalam cawan petri yang berisi media kapas yang telah
dibasahi. Perlakuan ini menunjukan bahwa, pada hari pertama semua biji sudah
berkecambah.
Perlakuan terakhir menggunakan NaOH yang berfungsi untuk melunakkan
biji sehingga memudahkan terjadinya peristiwa perkecambahan. NaOH yang
diberikan dengan konsentrasi 0,1 M. Biji direndam kedalam larutan NaOH selama
5 menit dan di tanam pada cawat petri dengan media berupa kapas yang telah
dibasahi. Perlakuan dengan NaOH menunjukan pada hari pertama dan kedua biji
yang berkecambah ada 4 biji, sedangkan pada hari ketiga dan seterusnya semua
biji berkecambah.
Semua perlakuan memberikan persentase 100%, yang artinya semua biji
dapat tumbuh dengan baik, namun semua perlakuan menunjukan hasil yang
berbeda dalam hari mulai berkecambah benih. Perlakuan paling efektif untuk
membuat biji kacang hijau berkecambah adalah perlakuan dengan H 2SO4 yang
menunjukan perkecambahan sejak hari pertama perlakuan. Perlakuan H 2SO4
dengan konsentrasi yang sesuai dan tidak terlalu pekat yaitu 0,1 M dapat
melunakan dan meretakan kulit biji sehingga imbibisi dapat berjalan dengan baik
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2019

dan cepat. Perlakuan yang tidak efektif adalah menggunakan air biasa (kontrol),
karena perendaman yang dilakukan hanya 5 menit sehingga efek yang diberikan
tidak terlalu cepat, yakni perkecambahan yang dimulai pada hari ketiga, sehingga
perlakuan kontrol ini merupakan perlakuan yang tidak efektif dalam percobaan
ini.

KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum pematahan dormansi biji dan perkecambahan
yaitu, dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun
kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Perkecambahan
adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi tanaman baru. Hasil
yang didapat pada air biasa (kontrol), air panas, H2SO4 dan NaOH persentase yang
didapat 100% biji kecambah dapat tumbuh dengan baik. H2SO4 paling efektif
dalam pemecahan dormansi, tetapi penggunaannya haruS disesuaikan terhadap
biji yang digunakan atau biji yang ingin dipecah dormansinya. Kacang hijau
memiliki kulit yang tipis, maka disarankan untuk menggunakan perlakuan NaOH,
karena NaOH berfungsi untuk melunakkan biji sehingga memudahkan terjadinya
peristiwa perkecambahan Perlakuan yang tidak efektif adalah menggunakan air
biasa (kontrol), karena perkecambahan dimulai pada hari ketiga, sehingga
perlakuan kontrol ini merupakan perlakuan yang tidak efektif dalam percobaan
ini.
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2019

DAFTAR PUSTAKA
Bewley, J. D. (2010). Seed germination and dormancy. The plant cell, 9(7): 1055.
Hafizah, N. 2013. Pematahan Dormansi Benih Aren (Arenga Pinnata Merr)
dengan Pengasahan Biji dan Berbagai Konsentrasi Asam Sulfat. Jurnal
Media Sains 6(2): 43-52.

Hidayat, T. R. S., & Marjani. 2017. Teknik Pematahan Dormansi untuk


Meningkatkan Daya Berkecambah Dua Aksesi Benih Yute ( Corchorus o
litorius L.). Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri. 9(2): 73-
81.

Kaya, M. E. & H. Rehatta. 2013. Pengaruh Perlakuan Pencelupan dan


Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Sengon (Paraserianthes
Falcataria L.). Jurnal Agrologia 2(1):10-16.

Manurung, D., Lollie, A. P., & Mbue, K. B. 2013. Pengaruh Perlakuan Pematahan
Dormansi Terhadap Variabilitas Benih Aren (Arenga pinnata Merr.). Jurnal
Online Agroekoteknologi. 1(3): 768-782.

Sadjad, S., 2010. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo, Jakarta.

Suyitno. 2010. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar. UNY,


Yogyakarta.
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2019

Lampiran
Tabel 1. Hasil Perkecambahan Benih Kacang Hijau

Jumlah Benih yang Berkecambah


Hari ke (T)
Kontrol Air Panas H2SO4 NaOH
1 0 1 5 4
2 0 4 5 4
3 5 5 5 5
4 5 5 5 5
5 5 5 5 5
6 5 5 5 5
7 5 5 5 5
(PP) % 100% 100% 100% 100%
PPa % 100%
Perhitungan:
1. Persentase Perkecambahan (PP) Kacang Hijau
 Persentase perkecambahan perlakuan Kontrol

5
PP = ×100 % = 100 %
5

 Persentase perkecambahan perlakuan Air Panas

5
PPa = ×100 % = 100 %
5

 Persentase perkecambahan perlakuan H2SO4

5
PPa = ×100 % = 100 %
5

 Persentase perkecambahan perlakuan NaOH

5
PPa = ×100 % = 100 %
5

PPa = PPA(1) + PPA(2) + PPA(3) + PPA(4)


4
= 100% +100% +100% +100%
4
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2019

= 100%

Anda mungkin juga menyukai