Anda di halaman 1dari 27

EKONOMI MAKRO

“KEBIJAKAN MONETER”

Disusun oleh:

1. Desi Nadia Natalia (1862201032)

2. Elfi Junitha (1862201001)

3. Wati (1762201035)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WIDYAGAMA MAHAKAM

SAMARINDA
KEBIJAKAN MONETER

A. Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang

beredar baik uang primer maupun kredit perbankan untuk mencapai

tujuan tertentu, seperti menahan inflasi dan mencapai kesempatan

kerja penuh.

Secara luas kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai

keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi tinggi, stabilitas harga,

pemerataan pembangunan) dan eksternal (keseimbangan neraca

pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga

stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,

kestabilitasan harga harga serta neraca pembayaran internasional

yang seimbang.

B. Tujuan Kebijakan Moneter

1. Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (medium of

exchange) dalam perekonomian.

2. Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas

perekonomian dan stabilitas tigkat harga.

3. Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka meencapai target

pertumbuan ekonomi pada berbagai sektor ekonomi .

4. Membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak

dapat terealisasi melalui sumber penerimaan yang normal.


5. Menjaga kestabilan ekonomi, artinya pertumbuhan arus barang

dan jasa seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan jasa

yang tersedia .

6. Menjaga kestabilan harga, harga suatu barang merupakan hasil

interaksi antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang

yang tersedia dipasar.

7. Meningkatkan kesempatan kerja, pada saat perekonomian stabil

pengusaha akan mengadakan investasi untuk menambah jumlah

barang dan jasa sehingga adanya investasi akan membuka

lapangan kerja baru sehingga memperluas kesempatan kerja

masyarakat.

8. Memperbaiki neraca Perdagangan Kerja Masyarakat dengan jalan

meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negerii yang

masuk ke dalam negeri atau sebaliknya.

C. Ukuran Keberhasilan Kebijakan Moneter

1. Kesempatan Kerja

Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan

mengakibatkan peningkatan produksi. Peningkatan produksi ini

akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal ini berarti akan

terjadinya peningkatan kesempatan kerja dan kesejahteraan

karyawan.

2. Kestabilan Harga
Apa kestabilan harga tercapai maka akan menimbulkan

kepercayan di masyarakat. Masyarakat percaya bahwa barang

yang mereka beli sekarang akan sama dengan harga mmasa

datang.

3. Keseimbangan neraca pembayaran internasional

Neraca pembayaran internasional yang seimbang

menunjukkann stabilitas ekonomi disuatu negara. Agar neraca

pembayaran internasional seimbang, maka pemerintah sering

melakukan kebijakan-kebijakan moneter.

4. Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat

Diatur dengan cara menambahkan atau mengurangi jumlah

uang yang beredar.

D. Jenis-jenis dan Golongan Kebijakan Moneter

Jenis kebijakan moneter antara lain kebijakan moneter ketat dan

longgar, yaitu:

1. Kebijakan moneter ketat (tight money policy) untuk mengurangi/

menatasi uang jumlah beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat

perekonomian mengalami inflasi.

2. Kebijakan moneter longgar (easy money policy) untuk

menambahkan jumlah uang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk

mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat

(permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami

resesi atau depresi.


Penggolongan kebijakan moneter

Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu

kebijakan moneter ekspansif dan kontraktif sebagai berikut:

1. Kebijakan moneter ekspansif / monetary expansive policy

adalah suatu kebijakan dalam rangka menambahkan jumlah

uang beredar.

2. Kebijakan moneter kontratif / monetary contractive policy

adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang

yang beredar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight

money policy).

E. Instrumen Kebijakan Moneter

Instrumen kebijakan moneter dapat bersifat kuantitatif dan kulitatif,

sebagai sebagai berikut:

1. Instrumen kuantitatif, antara lain:

a. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan jumlah uang

beredar dengan menjual atau membeli surat berharga

pemerintah (government securities).

b. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang

beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada

bank umum.

c. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)


Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang

beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan

yang harus disimpan pada pemerintah.

2. Instrumen kualiitatif, antara lain:

a. Himbauan Moral (Moral Persuasian)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur

jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan keppada

pelaku ekonomi.

b. Kredit selektif

Politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar

dengan cara memperketat pemberian kredit. Dalam dunia

perbankan pertimbangan yang lazim digunakan untuk

mengevaluasi calon nasabah sering disebut dengan prinsip 5C,

yaitu:

1) Character adalah data tentang kepribadian dari calon

nasabah seperti sifat-sifat pribadi, kebiasaan-

kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang

keluarga maupun hobinya.

2) Capacity merupakan kemampuan calon nasabah dalam

mengelolah usahanya yang dapat dilihat dari

pendidikannya, pengalaman mengelolah usahanya

(business record), sejarah perusahaan yang pernah


dikelolah (pernah mengalami masa sulit apa tidak,

bagaimana mengatasi kesulitan).

3) Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh

peerusahaan yang dikelolahnya. Hal ini bisa dilihat dari

neraca, laporan rugi laba, struktur permodalan, ratio-ratio

keuntungan yang diperoleh seperti return on equity dan

return on investment.

4) Collateral adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila

ternyata calon pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi

kewajibannya.

5) Condition merupakan pembayaran yang diberikan juga

perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan

dengan prospek usaha calon nasabah.

Selain kebijakan diatas ada beberapa kebijakan moneter yang

dapat dilakukan pemerintah antara lain:

1. Devaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menurunkan nilai

rupiah terhadap mata uang asing.

2. Revaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menaikkan nilai

mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing.

3. Senering adalah kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank

sentral dengan cara pengguntingan (pemotongan) uang.

F. Tenggang Wakktu (Lag) Efek Kebijakan Moneter


Tenggang waktu (lag) dalam kebijakan moneter adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan dari saat kebijakan moneter diambil sampai

terjadinya efek dari kegiatan ekonomi.

Kebijakan moneter → kegiatan ekonomi → efek dari kegiatan

ekonomi.

Inside lag : tenggang waktu yang dibutuhkan dari mulai kebijakan

moneter diibuat sampai padda kegiatan ekonomi yang terjadi,

contohnya: saat tingkat bunga diturunkan maka investasi naik dan

pengangguran turun. Lamanya waktu dari saat tingkat bunga

diturunkan sampai investasi naik.

Outside impact lag : lamanya waktu yang dibutuhkan saat investasi

naik sampai pengangguran turun

Inside lag dan outside impact lag dipengaruhi oleh kuat/lemahnya

hubungan kebijakan moneter dengan kegiatan ekonomi.

Kegiatan yang diperlukan dalam inside lag adalah rekognition lag

dan administrative lag. Rekognition lag adalah kegiatan

mengumpulkan data berkaitan dengan waktu tunggu antara kebijakan

moneter sampai menunggu hasil/respon dari kegiatan ekonomi yang

terjadi, sedangkan administrative lag adalah kegiatan menganalisis

kebijakan yang terjadi dan pengaruhnya bagi kegiatan ekonomi.

G. Pengendalian Moneter
Usaha pencapaian target dalam kebijakan moneter, kondisi

moneter selalu dikendalikan dan pengendalian ini dilaksanakan

dengan 2 cara:

1. Cara Langsung

Pengendalian moneter dengan cara langsung merupakan

cara yang konnvensional dan banyak dianut di berbagai negara

yang sedang berkembang karena pasar dalam negeri masih

terkotak-kotak atau tersegmentasii dan belum cukup kompetitif.

Cara langsung dengan target kuantitas uang beredar dapat

dilakukan dengan alat atau peranti atau instrumen pengendalian

moneter, seperti:

a. Penetapan suku bunga

Penetapan suku bunga merupakan instrumen pengendalian

moneter langsung oleh bank sentral terhadap pinjaman

maupun simpanan dalam sistem perbankan.

b. Pagu kredit (credit ceiling)

Penetapan jumlah atau kuantitas maksimum kredit yang

dapat disalurkan oleh perbankan karena bank sentral ingin

mengendalikan jumlah atau kuantitaas uang beredar dengan

cara langssung, yaitu dengan memngaruhi kredit domestik

yang dapat disalurkan oleh perbankan.

c. Rasio Likuiditas
Bank-bank diwajibkan memelihara cadangan primer setiap

saat juga memelihara surat-surat berharga tertentu atau mata

uang tertentu dengan persentase tertentu.

d. Kredit langsung/prioritas

Penyaluran kredit secara langsung atau melalui agen

pemerintah kepada sektor, program, proyek, atau kegiatan

tertentu.

e. Kuota rediskonto

Instrumen ini mirip dengan kredit langsung (yang dijamin

dengan surat berharga pasar uang) melalui kuota untuk

memberikan insentif pengembangan sektor tertentu.

f. Instrumen lain

1) Pengguntingan uang

Pengguntingan uang ditujukan untuk mengurangi jumlah

uang beredar dan pernah digunakan di Indonesia tahun

1950 yang dikenal dengan nama “Gunting Syafruuddin”.

2) Pembersih uang

Dengan pembersih uang, nilai uang langsung diturunkan

tanpa penggantian untuk jumlah yang diturunkan tersebut.

3) Penetapan uang muka impor

Ketetapan ini berlaku bagi para importir yang akan

melakukan transaksi pembelian dari luar negeri.


2. Cara tidak langsung

Pengendalian dengan cara tidak langsung umumnya

dilaksanakan melalui alat atau peranti atau instrumen

pengendalian moneter, seperti:

a. Penentuan cadangan wajib minimum

Cadangan wajib minimum adalah jumlah alat likuid

minimum yang wajib dipelihara oleh bank. Cadangan ini

dikelompokkan menjadi 2 yaitu cadangan primer dan cadangan

sekunder.

 Cadangan primer

Cadangan primer yang dikenal juga dengan reserve

requirement adalah instrumen tidak langsung yang

merupakan ketentuan bank sentral yang mewajibkan

bank-bank memelihara sejumlah alat likuid sebesar

persentase tertentu dari kewajiban lancarnya.

 Cadangan sekunder

Fasilitas diskonto merupakan fasilitas kredit yang

diberikan oleh bank sentral kepada bank-bank dengan

jaminan surat-surat berharga dan tingkat diskonto yang

ditetapkan oleh bank sentral sesuai dengan arah kebiakan

moneter.

b. Fasilitas diskonto
Fasilitas diskonto adalah fasilitas kredit dan/atau simpanan

yang diberikan oleh bank sentral kepada bank-bank dengan

jaminan surat berharga dan tingkat diskonto yang ditetapkan

oleh bank sentral sesuai dengan arah kebijakan moneter.

c. Fasilitas rediskonto

Fasilitas rediskonto adalah instrumen tidak langsung

serupa dengan fasilitas diskonto dalam bentuk fasilitas

pinjaman jangka pendek hanya berbeda pada surat berharga

yang digunakan bukan surat berharga bank sentral melainkan

berupa surat berharga pasar uang yang merupakan ketentuan

bank sentral dalam menetapkan tingkat rediskonto surat

berharga pasar uang yang dapat digunakan dan

dirediskontokan ke bank sentral.

d. Operasi pasar terbuka

Dengan operasi pasar terbuka, bank sentral dapat

mempengaruhi sasaran operasionalnya, yaitu suku bunga atau

jumlah uang beredar secara lebih efektif karena sinyal arah

kebijakan moneter dapat disampaikan melalui operasi pasar

terbuka yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara terbuka

dan pembentukan suku bunganya ditentukan berdasarkan

mekanisme pasar.

e. Fasilitas simpanan bank sentra


Fasilitas bank sentral merupakan salah satu instrumen

tidak langsung yang berbentuk simpanan bank-bank di bank

sentral yang berjangka sangat pendek.

f. Intervensi valuta asing

Operasi valuta asing merupakan salah satu instrumen tidak

langsung yang dapat digunakan dalam operasi pasar terbuka.

g. Fasilitas overdraft

Fasilitas overdraft adalah instrumen tidak langsung berupa

fasilitas pemberian pinjaman (dengan atau tanpa jaminan) yang

berjangka sangat pendek kepada bank-bank yang mengalami

kesulitan likuuiditas jangka sangat pendek (kalah kliring).

h. Simpanan sektor pemerintah

Simpanan sektor pemerintah merupakan instrumen tidak

langsung yang dapat digunakan oleh bank sentral terutama

untuk pengendalian likuiditas jangka pendek.

i. Lelang kredit

Lelang kredit merupakan instrumen sementara yang

digunakan dalam masa awal transisi ke penggunaan instrumen

tidak langsung untuk mengubah dari pemberian kredit

langsung ke alokasi pasar.

j. Imbauan

Imbauan atau suasion merupakan suatu usaha berupa

imbauan dari bank sentral dengan menggunakan otoritasnya


atau kuasanya, memengaruhi bank-bank dan lembaga

keuangan yang ada untuk melakukan sesuatu yang berlainan

atau berbeda dengan yang mereka (bank-bank atau lembaga

keuangan) rencanakan sebelumnya.

k. Instrumen lainnya

Bank sentral dapat juga menjual surat berharga yang

berdasarkan syariah.salah satunya adalah surat berharga

wadiah bank sentral. Instrumen ini pada awalnya disediakan

oleh bank sentral sebagai fasilitas simpanan bagi bank-bank

syariah, sehingga mempunyai kemiripan dengan fasilitas

simpanan bank sentral yang berdasarkan syariah.

H. Kelembagaan Kebijakan Moneter

Perkembangan kelembagaan setelah tahun1966 mengalami

perubahan, hal ini menyadari kegagalan kebijakan yang

mengandalkan campur tangan pemerintah dimasa lampau. Orde Baru

berusaha mengurangi peranan negara dalam kehidupan ekonomi

dengan mengandalkan kekuatan-kekuatan pasar dan peranan sektor

swasta.

Di Indonesia dikenal dengan tiga kelompok lembaga keuangan

bukan bank, yaitu:

1. Lembaga Pembiayaan Pembangunan

Lembaga pembiayaan pembangunan didirikan dengan tugas

utama memberikan pinjaman jangka menengah dan jangka


panjang serta penyertaan modal. Sumber utama dana

pembiayaan bagi lembaga-lembaga jenis ini adalah pinjaman

jangka panjang dan modal sendiri.

2. Lembaga Investasi Keuangan

Lembaga investasi keuangan mempunyai kegiatan utama

sebagai lembaga perantara dalam penerbitan dan pinjaman surat-

surat berharga. Sumber utama pembiayaan lembaga ini berasal

dari penerbitan surat berharga dan pinjaman, sedangkan

penggunaan dananya dipakai untuk memberikan pinjaman jangka

menengah dan jangka panjang, disampinng dapat juga

menanamkan modalnya dalam bentuk surat berharga janngka

pendek yang diterbitkan perusahaan-perusahaan.

3. Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan bukan bank lainnya umumnya bergerak

dibidang keuangan dan perkreditan, serta beroperasi dalam

lingkungan dan sasaran yang berbeda-beda. Namun, sebagian

besar mereka bergerak dalam bidang asuransi, leasing, lembaga

pembiayaan pemilikan perumahan, pajak piutang, modal ventura

dan lembaga perkreditan rakyat baik formal maupun informal.

I. Sarana Pendukung Kebijakan Moneter

Pelaksanaan kebijakan moneter dapat berhasil dengan baik jika

sarananya berfungsi dengan baik. Sarana kebijakan moneter terdiri

dari:
1. Sistem Keuangan

Sistem keuangan (financial system) terdiri dari sistem

keuangan moneter dan sistem keuangan nonmoneter, dimana

sistem keuangan moneter mencakup sistem otoritas moneter,

yaitu bank sentral dan sistem perbankan yang mencakup bank

umum dan bank perkreditan rakyat serta sistem otoritas

nonmoneter mencakup asuransi, pegadaian, leasing, modal

ventura, dan dana pensiun.

2. Sistem Keuangan Moneter

Sistem keuangan moneter terbagi menjadi 2, yaitu:

b. Otoritas Moneter

Otoritas moneter diemban oleh bank sentral dengan

kelembagaannya, organisasinya, dan kebijakannya.

Kelembagaan bank sentral mengalami perubahan (struktur

maupun bentuknya) dari waktu ke waktu, sehingga juga

mengalami perubahan baik tujuan dan tugasnya, hubungan

bank sentral dengan pemerintah, hubungan internasional,

tentang gubernur bank sentral, independensinya dan

akuntabilitas serta transparansi.

c. Perbankan

Sistem perbankan terdiri atas bank umum dan bank

pengkreditan rakya yang dibina oleh bank sentral. Bank

sentral memiliki otoritas dibidang moneter sehingga tidak


melakukan kegiatan sebagaimana yang dilakukan oleh bank

umum dan bank perkreditan rakyat.

3. Sistem Keuangan Nonmoneter

Sistem keuangan nonmoneter terdiri dari lembaga keuangan

bukan bank seperti lembaga pembiayaan (sewa guna usaha atau

leasing, anjak piutang atau factoring, pembiayaan konsumen atau

consumer finance, dan kartu kredit), asuransi, dana pensiun,

perusahaan efek, reksa dana, modal ventura, pegadaian, dan

lembaga keuangan nonmoneter lainya.

4. Kondisi Perekonomian

a. Laju inflasi

Inflasi di dalam negeri akan mempengaruhi penentuan

dan pelaksanaan kebijakan moneter. Jika dalam suatu negara

terjadi kenaikan harga yang terus menerus atau terjadi inflasi

yang sangat tinggi atau mungkin inflasi yang tinggi tidak dapat

dikendalikanm, akan dapat mengganggu upaya lembaga

keuangan bank dalam menghimpun dana masyarakat karena

dengan inflasi menyebabkan suku bunga uang secara riil

menjadi menurun sehingga masyarakat tidak mau menyimpan

dananya di bank atau sebaliknya.

b. Suku Bunga Uang


Perkembangan tingkat bunga uang yang tidak wajar akan

secara langsung akan menyebabkan terganggunya lembaga

keuangan bank. Dengan suku bunga uang yangg tinggi akan

mendorong masyarakat untuk menyimpan dananya di bank

sehingga bank memiliki dana yang sangat sangat besar

sehingga kemampuan bank menyalurkan kredit juga menjadi

besar.

c. Ekspektasi Masyarakat Terhadap Perekonomian

Masyarakat selalu melakukan ekspektasi terhadap

perkembangan ekonomi dengan dasar perkembangan

beberapa variabel seperti perkembangan tingkat, tingkat

harga, dan kurs valuta asing.

d. Nilai Tukar Mata Uang

Pengelolaan nilai tukar mata uang domestik, yaitu rupiah

yang realistis dan dengan perubahan yang cukup rendah

dapat memberikan kepastian kepada dunia usaha untuk

meningkatkan investasi maupun kegiatan yang berorientasi

kepada ekspor.

J. Kebijakan Moneter di Indonesia

Besarnya peran kebijakan moneter tercermin pada

kemampuannya dalam mempengaruhi stabilitas harga, pertumbuhan

ekonomi, perluasan kesempatan kerja, dan keseimbangan nereca

pembayaran. Semua pengaruh ini sering di pakai sebagai sasaran


akhir yang ideal, walaupun pencapaiannya secara bersamaan sangat

jarang karena masing-masing sasaran akhir mengandung unsur

kontradiktif. Misalnya,usah mendorong tingkat pertumbuhan ekoonomi

dan memperluas kesempatan kerja dapat berdampak negatif terhadap

kestabilan harga dan keseimbangan neraca pembayaran dalam

jangka panjang kebijakan moneter bersifat netral sehingga hanya

dapat memengaruhi harga barang dan jasa. Oleh karena itu dengan

UU no 3 tahun 2004 tentang bank sentral, bank sentral memiliki satu

sasaran akhir atau sasaran tunggal yaitu menciptakan stabilitas harga

sehingga dapat mencapai dan memelihara kesetabilan nilai

rupiah.sasarn tunggal ini dapat mencapai oleh bank sentral dengan

pendekatan harga atau rice base structure. Pendekatan harga

perlengkapan bahwa dengan pengendalian tingkat harga secara

efektif akan dapat mengendalikan perekonomian. Sebaliknya, jika

sasarannya tidak tunggal atau multiperpose, pendekatan yang di

lakukan adalah pendekatan kuantitas atau quantity base structure.

Pendekatan kuantitas beranggapan bahwa pengendalian besara

moneter akan dapat mengendalikan stabilitas perekonomian yang

perlu di perhatikan bahwa tidak hanya melalui satu jalur tertentu saja

suatu kebijakan atau memengaruhi sasarannya.

1. Kebijakan Monneter Selama Tahun 2004-2011

Krisis moneter telah berubah cepat menjadi krisis ekonomi,

krisis sosial budaya, krisis politik atau krisis multidimensi. Salah


satu pemicu utama krisis tersebut adalah adanya kelangkaan

dana perbankan sebagai akibat dari penarikan dana oleh

masyarakat yang sangat besar, bersamaan dengan melemahnya

nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, kepercayaan

masyarakat terhadap rupiah semakin berkurang sehingga nilai

rupiah terus mengalami penurunan yang sangat tajam. Untuk

mencegah kehancuran sektor perbankan, Bank Indonesia

mnyuntik dana ke sektor perbankan dalam jumlah yang sangat

besar, yang selanjutnya berakibat pada lonjaknya laju inflasi.

Reorientasi sasaran Bank Indonesia yaitu menstabilkan nilai

rupiah merupakan bagian dari kebijakan pemulihan daan

reformasi perekonomian untuk keluar dari krisis ekonomi yang

tengah melanda Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia

melaksanakan tiga tugas, antara lain:

a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.

b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.

c. Mengatur dan mengawasi sistem perbankan.

Ketiga tugas tersebut berkaitan dengan upaya pencapaian

kestabilan nilai rupiah. Misalnya, efektivitas pelaksanaan tugas

kebijakan moneter memerlukan dukungan sistem pembayaran

yang efisien, cepat, aman, dan andal.

Dalam menetapkan kebijakan moneter, sasaran moneter

ditetapkan oleh Bank Indonesia daan dikendalikan dengan cara:


a. Penetapan cadangan wajib bank atau minimum reserve

requirement bank.

b. Operasi pasar terbuka atau open market operation.

c. Penetapan tingkat diskonto atau discount window.

d. Pengaturan kredit atau pembiayaan.

Untuk mencapai laju inflasi yang rendah, Bank Indonesia

secara periodik memantau perkembangan berbagai variabel

ekonomi riil, moneter, dan keuangan dengan cara:

a. Pemantauan terhadap variabel ekonomi riil dilakukan dari sisi

permintaan seperti konsumsi, investasi, ekspor-impor, dan

dari sisi penawaran seluruh sektor ekonomi.

b. Pemantauan terhadap ekonomi moneter dilakukan dengan

menentukan jalannya mekanisme transmisi kebijakan moneter

ke sektor riil, yang umumnya berjalan melalui uang, krredit,

suku bunga, nilai tukar, harga asets, dan jalur ekspektasi

inflasi.

c. Pemantauan terhadap sektor keuangan mencakup

perkembangan dana perbankan, kredit dan pembiayaan lain,

kondisi kesehatan perbankan dan pasar modal.

Mekanisme transmisi kebijakan moneter hingga saat ini terus

dikaji dan menyimpulkan bahwa transmisi kebijakan moneter

langsung melelui uang primer (MO) dan uang beredar (M1 dan

M2) masih di pandang cukup relevan. Mekanisme transmisi ini


juga dipengaruhi oleh perubahan struktural dan kebijakan

ekonomi keuangan.

Dengan pengendalian uang primer sebagai sasaran

operasional, maka jumlah uang beredar di masyarakat (M1 dan

M2) dapat di pengaruhi untuk mencapai sasaran akhir, yaitu

kestabilan harga. Penggunaan target besaran moneter (M1 dan

M2) disebut dengan pndekatan kuantitas atau quantity based

approach.

Pendekatan kuantitas dilakukan dengan pertimbangan:

a. Bank Indonesia perlu memegang salah satu indikator yang

paling dapat dikendalikan, yaitu uang primer dalam kondisi

ekonomi dan keuangan yang sedang mengalami perubahan

struktural.

b. Uang primer juga berpengaruh kepada perkembangan uang

beredar, output, dan inflasi.

Dengan penetapan uang primer sebagai sasaran operasional,

oprasi pasar terbuka dapat dilakukan sebagai instrumen utama

dalam pengendalian moneter. Operasi pasar terbuka dilakukan

denngan tiga cara, yaitu:

a. Lelang SBI

Lelang SBI tiap minggu (hari rabu) dimaksud untuk

mencapai target uang primer yang di tetapkan kemudian


dapat diperkirakan (umumnya setiap minggu) sehingga dapat

di ketahui likuiditas pasar uang yang harus di serap.

b. Penggunaan fasilitas Bank Indonesia di pasar uang rupiah

Kegiatann secara langsung di pasar uang jika target uang

primer tidak tercapai Bank Indonesia berjangka waktu

overnight hingga satu minggu atau dengan cara membeli

kembali SBI secara reopurchase agreement (repo) dipasar

uang antarbank.

c. Melakukan sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing

Intervensi ini dilakukan jika pemerintah akan membiayai

sutau proyek dengan mengunakan uang rupiah dari dana

asing yang ada di Bank Indonesia.

Dengan sistem nilai tukar, kebijakan nilai tukar dilakukan:

a. Devaluasi atau revaluasi mata uang rupiah terhadap mata

uang asing dalam sistem nilai tukar.

b. Intervensi dipasar valuta asing dilakukan dalam sistem nilai

tukar mengambang.

c. Penetapan nilai tukar harian dan lebar kisaran intervensi

dalam sistem nilai tukar mengambang terkendali.

Devisa yang di Bank Indonesia merupakan gambaran

kemampuan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah

terhadap mata uang asing. Dengan sistem nilai tukar, jumlah


devisa menjadi terpengaruh sehinga sistem devisa dapat

dibedakan menjadi :

a. Sistem devisa terkontrol mengikuti Undang-Undang Nomor 32

Tahun 1964 bahwa setiap devisa yang diterima baik dari hasil

eksport maupun dari lain sektor wajib diserahkan kepada

negara cq Bank Indonesia atau bank-bank yang ditunjukan.

Setiap pengunaan harus mendapat ijin dari Bank Indonesia.

b. Sistem devisa seni kontrol diterapkan berdasarkan Perpu

Nomor 64 Tahun 1970 yang mengantikan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 1964. Devisa dari hasil ekspor wajib

diserahkan kepada negara dan pengunaannya harus

mendapat ijin dari Bank Indonesia sementara yang bersumber

dari sektor lain dapat secara bebas diperoleh dan dapat

digunakan.

c. Sistem devisa bebas diterapkan berdasarkan PP Nomor 1

Tahun 1982 yang menyatakan bahwa setiap penduduk dapat

dengan bebas memiliki dan mengunakan devisa. Dengan PP

ini tidak ada kewajiban melapor ke bank indonesia sehinga

sulit diarahkan. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999

mengukukan sistem devisa bebas di Indonesia.

K. Kebijakan Moneter dengan Sasaran Kebijakan Harga

Inflation targeting merupakan kerangka kerja Bank Indonesia

dalam mencapai dan memelihara kestabilan harga dengan


menentukan sasaran kebijakan moneter secara eksplisit dengan

bersarkan kepada proyeksi dan target inflasi (mengikuti Selandia Baru

tahun1990). Implikasi kerangka kerja inflation targeting adalah:

a. Bank Indonesia menyatakan bahwa tujuan akhir kebijakan

moneter adalah mencapai dan menjaga inflasi yang rendah.

b. Mengumumkan target inflasi kepada publik karena Bank Indonesia

berkomitmen dan menjamin kepada publik bahwa setiap kebijakan

Bank Indonesia akan mengacu kepada target tersebut dan bank

sentral bertanggung jawab jika target tersebut tidak tercapai.

Prinsip yang mendasari kerangka kerja tersebut adalah sasaran

akhir kebijakan moneter hanyalah mencapai dan memelihara laju

inflasi yang rendah dan stabil dengan asumsi:

a. Laju inflasi yang tinggi adalah suatu bentuk biaya yang harus

ditanggung oleh perekonomian berupah pertumbuhan ekonomi

yang rendah dan menurunnya nilai riil dan pendapatan nasional.

b. Kebijakan moneter melalui pengendalian uang beredar tidak dapat

memengaruhi pertumbuhan output riil dalam jangka panjang.

c. Bertujuan stabilisasi dan menurunkan inflasi dalam jangka

panjang.

Syarat-syarat agar berhasil melaksanakan inflation targeting

antara lain:

a. Bank Indonesia harus mandiri terutama dalam melaksanakan

kebijakan moneter.
b. Kebijakan nilai tukar adalah mengambang.

c. Keberadaan indikator harga adalah relevan dengan sasaran

kebijakan.

d. Metodologi proyeksi inflasi yang baik.

e. Tidak ada dominasi sektor fisikal.

Konsep dasar kerja tersebut antara lain:

a. Sasaran inflasi

Dimulai dengan penetapan dan diumumkannya saran inflasi yang

ingin dicapai oleh bank sentral.

b. Kebijakan moneter forward looking

Kebijakan moneter awal bersifat antisipatif atau bukan reaktif

karena adanya tenggang waktu antara pengaruh kebijakan

moneter dan inflasi.

c. Transparansi

Kunci sukses penerapan inflation targeting oleh bank sentral

adalah transparan sehingga ekspektasi inflasi masyarakat yang

terbentuk adalah sesuai dengan yang diinginkan oleh bank

sentral.

d. Akuntabilitas dan Kredibilitas

Dengan mengumumkan target inflasi kepada publik berarti

melekat akuntabilitas karena bank sentral

mempertanggungjawabkan target tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Sudirman, Wayan. 2014. Kebijakan Fiskal dan Moneter. Jakarta: Kencana

Ambarani, Lestari. 2015. Ekonomi Moneter. Bogor: In Media

Anda mungkin juga menyukai