Anda di halaman 1dari 32

DAULAT UMAYAH II

(TAHUN 756-1492 MASEHI)


Oleh : Zaenal Abidin, S.Ag, MSI

A. Penaklukan Spanyol Oleh Islam


Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan, Islam
telah menguasai wilayah Afrika Utara sampai ke daerah Tripoli dan
Barkah (wilayah sebelah barat Mesir, sekarang Libia). Namun
pasukan Bizantium masih menguasai wilayah Afrika Utara Bagian
Barat, dan ini dianggap merupakan acaman bagi kekuasaan Islam di
Afrika Utara.1
Pada masa pemerintahan Bani Umayah I, khususnya pada
masa pemerintahan Khalifah Muawiyah Bin Abi Sufyan, dimana
beliau (Muawiyah Bin Abi Sufyan) bertekad akan mengusir
kekuasaan Romawi. Oleh karena itu, Muawiyah Bin Abi Sufyan
menugaskan Uqbah Ibn Nafi Al-Fihr, yang sudah menetap di Barqah,
menyiapkan pasukan dalam rangka mengusir pasukan Romawi.
Akhir-nya Uqbah Ibn Nafi Al-Fihr dapat menguasai wilayah Afrika
Utara Bagian Barat sampai ke pedalaman bagian selatan yang dikuasai
oleh Barbar (daerah Fazzan). Selanjutnya Muawiyah Bin Abi Sufyan
memerintahkan Uqbah Ibn Nafi Al-Fihr untuk membangun kota
sebagai pusat kegiatan Umat Islam di wilayah Afrika Utara Bagian
Barat. Uqbah Ibn Nafi Al-Fihr, kemudian membangun kota Qairawan
pada tahun 50 Hijriyah. Kota Qairawan terletak jauh disebelah barat
Barqah. 2
Qairawan dan wilayah yang dikuasai oleh Uqbah Ibn Nafi
Al-Fihr, sempat direbut kembali oleh bangsa Romawi dengan bantuan

1
Harun Nasution, Islam Ditimjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid I, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1974), p. 150
2
Suparman Usman, Islam di Spanyol (Asal-usul, Perkembangan dan
Kehancuran, (Serang, Al-Qolam STAIN “SMHB” Serang, 1998), P. 83
1
Barbar. Wilayah Qairawan baru bisa direbut kembali oleh Islam, yaitu
pada masa pe-merintahan Khalifah Abdul Malik Bin Marwan.
Gerakan perebutan wilayah Qairawan ini dilakukan oleh pasukan
Islam di bawah pimpinan Hasan Ibn Nu’man Al-Ghassani. Kemudian
Hasan Ibn Nu’man Al-Ghassani membangun daearah tersebut
(Qairawan). Setelah Hasan Ibn Nu’man Al-Ghassani digantikan oleh
Musa Ibn Nushair sebagai penguasa diwilayah Qairawan pada akhir
masa peme-rintahan Abdul Malik Bin Marwan atau pada awal masa
pemerintahan Al-Walid Bin Abdul Malik, Musa Ibn Nushair memakai
gelar “Amir Qairawan”. 3
Musa Ibn Nushair terus memperluas wilayahnya ke Afrika
bagian barat sampai ke daerah Septah dan berhasil menguasai daerah
tersebut (Kota Septah/Ceuta) secara damai. Kota Ceuta adalah sebuah
kota yang terletak dibagian ujung barat Afrika Utara berhadapan
dengan semenanjung Andalusia. Kota Ceuta semula berada di bawah
kekuasaan Kerajaan Gothia di Andalusia. Islam berhasil mengadakan
persekutuan dengan penguasa Ceuta yang bernama Count Julian.
Alasan Count Julian meng-adakan persekutuan dengan Musa Ibn
Nushair, sebab Count Julian ingin menuntut balas terhadap Raja
Gothia yang bernama Roderrick, yang telah menodai anak gadisnya
(Count Julian) yang bernama Florinda.
Menurut Prof. Dr.H. Suparman Usman, SH, (1998:84)
wilayah Spanyol berada disebuah semenanjung yang dulu namanya
“Liberia”. Sejak abad ke-5 (lima) Masehi, wilayah Spanyol dikuasai
oleh bangsa Vandals. Oleh karena itu wilayah Liberia bagian selatan
disebut Vandalusia. Menjelang kedatangan Islam, daerah Vandalusia
dikuasai oleh bangsa Vicigoth (atau disebut juga bangsa Gothia atau
1
bangsa Got).
Pada awal abad ke-8 Masehi, menjelang run-tuhnya Bani
Umayah I, daerah Spanyol sudah dikuasai oleh pemerintahan Islam.
Tercatat tiga pahlawan Islam yang terkenal berkaitan dengan
penaklukan terhadap daerah Spanyol, yaitu Tarif Ibn Malik, Tarik Bin
Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Tarif Ibn Malik dapat dikatakan sebagai
perintis masuknya Islam ke daerah ini. Pada tahun 91 Hijriyah Tarif
Ibn Malik bersama pasukannya menyeb-rangi selat menuju

3
Suparman Usman, Ibid.. 83
2
semenanjung Andalusia, menaiki empat buah kapal yang disediakan
Count Julian, penguasa wilayah Ceuta. Dalam penyerbuan ke
Andalusia, Tarif Ibn Malik memperoleh kemenangan dan kembali ke
Afrika Utara dengan membawa harta rampasan perang yang cukup
banyak4
Pada tahun 711 Masehi, pasukan umat Islam yang dipimpin
oleh Tarik Bin Ziyad yang didukung oleh pasukan Barbar bergerak
menuju Andalusia. Tarik Bin Ziyad bersama pasukannya menyebrangi
selat dan mendarat di sebuah gunung, yang kemudian dikenal dengan
nama Gibraltar (Jabal Tarik). Tarik Bin Ziyad terus memasuki wilayah
Spanyol dan dalam pertempuran di Bakkah, Raja Roderik penguasa
Spanyol berhasil dikalahkan oleh Pasukan Tarik Bin Ziyad.
Langkah selanjutnya setelah menguasai Spanyol, Tarik Bin
Ziyad bersama pasukannya dan dibantu oleh penduduk setempat
(Spanyol) mulai mengadakan penak-lukan terhadap wilayah lain yang
berada di Spanyol, seperti kota Cordova, kota Granada dan kota
Toledo yang merupakan Ibu kota kerajaan Ghotia (saat itu) 5.
Sementara Tarik Bin Ziyad telah memperoleh kemenangan,
khusunya dalam perang Bakkah, di sisi lain, pasukan Musa Bin
Nushair mencoba menaklukan daerah-daerah lain yang belum dikuasai
oleh Tarik Bin Ziyad. Pada tahun 712 Masehi, Musa Bin Nushair
berhasil me-naklukan daerah-daerah yang juga berada di wilayah
Spanyol, seperti Kota Median, Kota Sidonia, Kota Kar-monia, Kota
Seville dan Kota Merida. Kemudian pasukan Musa Bin Nushair
bergabung dengan pasukan Tarik Bin Ziyad di Kota Toledo, yang
kemudian pasukan Tarik Bin Ziyad dan psukan Musa Bin Nushair
berangkat menuju utara wilayah Spanyol dan berhasil menaklukan
wilayah Aragon, Castille, Galicia, Saragosa, Barcelona dan wilayah
Praus 6.
Pada waktu Tarik Bin Ziyad dan Musa Bin Nushair
memenangkan berbagai pertempuran di wilayah Spanyol dan
menguasai Kota Andalusia, maka sejak itulah Spanyol mulai dikuasai

4
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1993), p. 19
5
Suparman Usman, Op.cit…85
6
Zainal Abidin Ahmad, Ilmu Politik Islam V (Sejarah Islam dan Umatnya
Sampai Sekaran,), ( Jakarta : Bulan Bintang, 1979), p. 97
3
oleh umat Islam di bawah kekuasaan Bani Umayah yang berpusat di
Damskus 7.
Menurut Prof. Dr. Suparman Usman, SH (1998:85)
Pemerintahan Islam di wilayah Spanyol sejak penaklukan pada awal
abad ke-8 Masehi sampai jatuhnya Bani Umayah, dapat dikatakan
tidak stabil. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai gangguan,
baik gangguan yang datang dari luar maupun gangguan yang datang
dari umat Islam itu sendiri.
Gangguan yang datang dari luar Islam adalah datang dari
sisa-sisa kerajaan Kristen yang ingin kembali berkuasa di wilayah
Andalusia (Spanyol). Sedangkan gangguan dari dalam umat Islam itu
sendiri adalah disebabkan karena adanya pertentangan etnis antara
Suku Barbar dan Suku Arab serta pertentangan etnis antar Suku Arab.
Disamping itu juga, adanya pertentangan, terutama perbedaan
pandangan antara penguasa Islam di kota Damaskus dengan penguasa
Islam di kota Qairawan yang masing-masing merasa paling berhak
terhadap wilayah Spanyol yang dianggapnya sangat menguntungkan
bagi daerahnya masing-masing, baik penguasa Islam di kota Damskus
maupun penguasa Islam di kota Qairawan, Karena perbedaan
pandangan inilah (tentang status Spanyol) telah terjadi dua puluh kali
pengganti wali (Gubernur) dalam waktu yang sangat singkat.
Pertentangan dalam internal suku Arab juga terjadi, yaitu
antara Suku Mudhari dengan Suku Yaman. Suku Mudhari dan Suku
Yaman selalu berselisih untuk memperebutkan kekuasaan. Masing-
masing suku, baik Suku Mudhari maupun Suku Yamani selalu
berusaha untuk menarik simpati Suku Barbar. 8
Menjelang kedatangan Abdurrahman Ad-Dakhil, Emir
terakhir yang berkuasa di wilayah Spanyol adalah Amir Yusuf
Abdurrahman Al-Fihri yang berasal dari suku Mudhari, musuh suku
Yamani. Sewaktu Bani Abbas merebut kekuasaan Bani Umayah,
Amir Yusuf Abdurrahman Al-Fihri yang merupakan penguasa Bani
Umayah di wilayah Toledo menyatakan tunduk kepada pemerintahan
Bani Abbas. 9
7
Suparman Usman, Opcit..85
8
Yoesof Souyb, Sejarah Daulat Abbasiyah II, (Jakarta : Bulan Bintang,
1977), P. 8
9
Suparman Usman, Op.cit…86
4
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Daulah Umayah II
Menurut Badri Yatim (1996:93), sejarah panjang yang
dilalui oleh umat Islam di wilayah Spanyol khususnya Daulat Umayah
II dapat diklasifikasi menjadi lima periode, yaitu Periode Pertama
(Tahun 756-912 Masehi), Periode Kedua (Tahun 912-1013 Masehi),
Periode Ketiga (Tahun 1013-1086 Masehi), Periode Keempat (Tahun
1086-1248 Masehi), dan Periode Kelima (Tahun 1248-1492 Masehi).

Periode Pertama (756-912 M)


Periode pertama pemerintahan Daulah Umayah II
berlangsung mulai dari masa pemerintahan Khalifah Abdurrahman I
(Tahun 756-788 M), Khalifah Hisyam I (Tahun 788- 796 M), Khalifah
Hakam I (Tahun 796-822 M), Khalifah Abdurrahman II (Tahun 822-
852 M), Khalifah Muhammad I (Tahun 852-886), Khalifah Munzir
(Tahun 886-888 M) dan Khalifah Abdullah (Tahun 888-912).

1. Khalifah Abdurrahman I (756-788 M)


Pada tahun 750 Masehi, Bani Abbas berhasil
menumbangkan kekuasaan Bani Umayah I yang berpusat diwilayah
kota Damaskus. Keturunan Bani Umayah I dan pendukungnya
dihancurkan oleh keturunan Bani Abbas. Namun seorang keturunan
Bani Umayah yang lolos dari pengejaran dan pembunuhan Keturunan
Bani Abbas, ia adalah seorang pangeran yang masih muda, berusa 20
tahun, lahir pada tahun 731 Masehi, namanya Abdurrahman. 10
Abdurrahman Ibn Muawiyah Ibn Hisyam Ibn Abdul Malik
bersama ajudannya yang bernama Badar, telah dapat meloloskan diri
dalam suatu pengejaran yang sangat tragis dan memilukan.
Abdurrahman bersama Badar melarikan diri dalam situasi yang
diancam bahaya, karena keturunan Bani Abbas selalu mengejarnya.
Abdurrahman melarikan diri melalui daerah pegunungan dan padang
pasir yang berbelit-belit, akhirnya sampailah Abdurrahman ke daerah
Mesir.
Merasa tidak aman di wilayah Mesir, Abdurrahman dan
Badar meneruskan pelariannya ke arah Barat menuju Barcah dan terus

10
Suparman Usman, Ibid…86
5
melanjutkan ke barat menuju Maghribi. Maghribi adalah wilayah yang
tunduk di bawah kekuasaaan pemerintahan Amir Andalusia yang
berpusat di Toledo. Dengan demikian Abdurrahman dan Badar sudah
masuk ke wilayah Andalusia. Oleh karena itulah Abdurrahman diberi
gelar “Al-Dakhil” yang artinya “orang yang masuk ke Andalusia”.11
Dari wilayah Maghribi, Abdurrahman Al-Dakhil bersama
Badar melanjutkan perjalannya menuju ke sebelah barat Andalusia
dan sampai ke Kota Melilla, yaitu wilayah Ceuta. Pada saat
Abdurrahman dan Badar datang ke Kota Melilla, Abdurrahman
mendapatkan situasi pertentangan yang sengit antara suku-suku Arab
di daerah kekuasaan Andalusia. Disamping itu juga terdapat sejumlah
tokoh Bani Umayah yang dipecat oleh penguasa dan pendukung
Abbasiyah karena mereka tidak senang kepada pemerintahan Dinasti
Abbasiyah.
Kemudian Abdurahman bersama Badar menghimpun
kekuatan yang terdiri dari Suku Yamani dan para tokoh Bani Umayah
untuk menggulingkan Amir Yusuf Ibn Abdurrahman penguasa di
wilayah Andalusia. Pada tahun 756 Masehi para pendukung
Abdurrahman membai’atnya dan menyatakan kesetiaan mereka
kepada Abdurrahman Al-Dakhil di kota Melilla, sebuah kota sebelah
timur wilayah Ceuta .12
Pada tahun itu juga (tahun 756 Masehi) Abdurrahman
berhasil menyebrangi Selat Giblatar, menguasai Kota Algeciras,
sebuah kota di pantai selatan semenanjung Andalusia, menguasai Kota
Sevilla, meng-uasai Kota Sidonia, Kota Moron dela Frontera. Pada
saat itu, Amir Yusuf Bin Abdurrahman yang merupakan penguasa
wilayah Andalusia. Mendengar Abdurrahman dan pasukannya datang
ke wilayah-wilayah bagian wilayah kekuasaan Andalusia, maka Amir
Yusuf Bin Abdurrahman segera menyusun kekuatan untuk meng-
hadapi pasukan Abdurrahman Ad-Dakhil.
Pada tahun 756 Masehi terjadi pertempuran antara pasukan
Abdurrahman Ad-Dakhil dengan pasukan Amir Yusuf Bin
Abdurrahman di daerah Cordova. Dalam pertempuran di Cordova
inilah Abdurrahman Ad- Dakhil berhasil mengalahkan pasukan Amir

11
Joesoef Souyb, op.cit..9
12
Suparman Usman, Op.cit..87
6
Yusuf Bin Abdurrahman dan sekaligus menyatatakan proklamasi
tentang berdirinya “Daulah Umayah” (Daulah Umayah II).
Selama beberapa tahun memegang kekuasaan di wilayah
Spanyol, Abdurrahman I selalu dihadapkan kepada berbagai
pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Barbar, Yamaniah
dan orang-orang Tahiriyah. Untuk menghadapi gelombang pem-
berontakan tersebut dan sebagai upaya menjaga stabilitas dalam negeri
Spanyol, maka Abdurrahman I mengambil langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Menumpas gerakan pemberontakan yang dilakaukan oleh Abu
Sabah dan Matari (Kepala Suku Yamaniah).
b. Menumpas gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh
Hisyam Bin Urwah (Mantan Gubernur Toledo).
c. Menumpas gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh
Syaqna dari keturunan orang-orang Barbar.

Setelah berhasil mengkonsolidasikan wilayah Andalusia


menjadi wilayah yang aman dan damai, maka Abdurrahman Ad-
Dakhil mulai menata berbagai kebijakan, baik kebijakan dalam negeri
maupun kebijakan luar negeri untuk mempertahankan kekuasaannya.
Kebijakan dalam negeri yang dijalankan oleh Abdurrahman
Ad-Dakhil yang merupakan penguasa pertama Daulah Umayah II
adalah sebagai berkut :
a. Memindahkan ibu kota Spanyol dari wilayah Toledo ke
wilayah Cordova dan membagi wi-layah negara menjadi
enam wilayah adminis-tratif yang dikepalai oleh seorang
Amir.
b. Pada tahun 788 Masehi, Abdurahman Ad-Dakhil
mendirikan Mesjid Agung Al-Hamra yang berada di
Cordova dan proses penye-lesaiannya diselesaikan oleh
para penggantinya.
c. Mendirikan sebuah jembatan di atas Guadalquiver.
d. Mendirikan sebuah taman hiburan, yang diberi nama
“Munyal Al-Rusafa”.
e. Membangun gedung-gedung pendidikan, lembaga-lembaga
ilmiah, irigasi pertanian dan menghidupkan jalur per-
dagangan (Suparman Usman, 1998:88-89).
7
f. Memberikan perlindungan terhadap seni dan sastra yang
berkembang di Andalusia. Sehingga pada masa
Abdurrahman Ad-Dkhil muncul para pujangga yang
bergerak dibidang seni dan sastra, diantaranya adalah Abu
Al-Mutasya, Abu Musa Hawari, Isa Bin Dinar, Yahya Bin
Yahya dan Said Bin Hasan.
g. Menjadikan Kota Cordova sebagai pusat gerakan keilmuan
dan kebudayaan di Eropa.
h. Dalam bidang Administrasi tata pemerintahan,
Abdurrahman I membagi pemerintahan kedalam tiga badan
pemerintahan, yaitu Badan Yudikatif, Badan Perpajakan
dan Badan Sipil.

Kebijakan politik luar negeri yang dijalankan oleh


Abdurrahman Ad-Dakhil adalah menaklukan beberapa raja-raja
kerajaan kecil di luar wilayah Andalusia, seperti Raja Freula I (tahun
757-768 Masehi) di Austria. Kerajaan Austria ini merupakan
penyangga antara daerah kekuasaan Islam di selatan dengan kerajaan
Frank yang beragama Keristen yang berada di bagian utara.

2. Khalifah Hisyam I (788-796 M)


Setelah Khalifah Abdurrahman I wafat pada tahun 788
Masehi, tahta singgasana Daulah Umayah II dikendalikan oleh
puteranya yang bernama Hisyam I. Pada masa pemerintahan Khalifah
Hisyam I, Daulah Umayah II ditandai oleh sejumlah gelombang
pemberontakan yang berhasil dihancurkan oleh Khalifah Hisyam I.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
Pertama : Khalifah Hisyam I harus menghadapi pem-
berontakan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya sendiri, yaitu
Abdullah dan Sulaiman. Abdullah dan Sulaiman memproklamirkan
kemerdekaan wilayah Toledo dan berusaha memobilisasi kesatuan-
kesatuan mereka di wilayah Toledo. Pada tahun 790 Masehi, Khalifah
Hisyam I, mengadakan penyerangan terhadap Sulaiman disebuah
daerah dekat Boulk. Setelah berhasil menghancurkan gerakan
pemeberontakan yang dilakukan oleh Sulaiman, langkah selanjutnya
Khalifah Hisyam I bergerak maju untuk merebut wilayah Toledo yang

8
dipertahankan oleh Abdullah. Karena tidak mampu melawan pasukan
imperium Khalifah Hisyam I yang kuat, maka Abdullah menyerah.
Kedua : Khalifah Hisyam I menumpas gerakan
pemberontakan yang dilakukan oleh Matrup (Anak Sulaiman) yang
bersekutu dengan Charlemagne. Dengan keberhasilan ini, wilayah
Saragosa dan wilayah Barcelona mengakui kembali kekuasaan Daulah
Umayah II dibawah pimpinan Khalifah Hisyam I.
Ketiga : Khalifah Hisyam I berhasil mengatasi gerakan
pemberontakan yang dilakukan oleh Kaum Yamaniah di bawah
pimpinan Said Bin Husain pada tahun 778 Masehi di Tortosa.
Gerakan penumpasan terhadap Said Bin Husain dipimpin oleh Musa
Bin Fortunio. Untuk menghargai jasa-jasa Musa Bin Fortunia,
Khalifah Hisyam I mengangkatnya (Musa Bin Fortunia) sebagai
Gubernur di wilayah Saragosa.
Setelah memulihkan stabilitas dalam negeri, Khalifah
Hisyam I mengalihkan perhatiannya ke arah utara. Penindasan oleh
suku-suku Kristen di wilayah perbatasan telah menjadi masalah yang
serius bagi Khalifah Hisyam I, karena serangan-serangan yang
dilancarkan oleh suku-suku Keristen berlangsung terus menerus.
Mereka (suku-suku Keristen) membakar, membantai warga muslim
yang berada di wilayah perbatasan. Khalifah Hisyam I menganggap
perlu memberikan pela-jaran kepada orang-orang Franka yang
penguasa-penguasanya melaksanakan kebijakan-kebijakan yang licik
terhadap Spanyol Sarasen. Khalifah Hisyam I mengirimkan dua
pasukan menuju Caalonia, masuk ke Perancis dan menyerang
Cerdagne.
Menurut Syed Mahmudunnasir (1991:289) Khalifah Hisyam
I adalah seorang penguasa yang adil, lemah lembut dan dermawan.
Khalifah Hisyam I menduduki tahta Daulah Umayah II selama 8
tahun, tetapi selam masa yang singkat itu, Khalifah Hisyam I banyak
melakukan kebaikan bagi orang-orang miskin dan orang-orang cacat.
Kedermawanannya terhadap rakyatnya me-limpah. Dengan pakaian
yang sangat sederhana Khalifah Hisyam I ditemukan dijalan-jalan
Cordova, bercampur dengan rakyat untuk mengetahui sendiri keluhan
dan penderitaan mereka. Khalifah Hisyam I sering menjaga di
samping tempat tidur orang sakit dan rakyat jelata, dan mendengarkan
cerita tentang kesusahan dan beban mereka. Pemerintahannya kuat
9
dan penuh semangat, kekacauan ditindas dengan tangan besi, dan
Khalifah Hisyam I tidak membiarkan kejahatan bebas dari hu-kuman.
Para pejabat yang korup dipecat dan tidak pernah diangkat kembali.
Khalifah Hisyam I menghentikan pengumpulan pajak yang tidak
Syah.
Daulah Umayah II pada masa kekhalifahan Hisyam I
mengalami berbagai kemajuan, khusunya dalam bidang ilmu
pengetahuan, yaitu dengan dibangunnya berbagai lemabaga
pendidikan untuk pengaajaran Bahasa Arab.

3. Khalifah Hakam I (796-822 M)


3.1. Pemberontakan Kaum Faqih
Setelah Khalifah Hisyah I meninggal dunia, kekuasaan
Daulah Umayah II digantikan oleh Khalifah Hakam I. Khalifah
Hakam I menjadi penguasa Daulah Umayah II pada tahun 796
Masehi. Khalifah Hakam I memiliki prilaku yang kurang terpuji.
Khalifah Hakam I suka dikelilingi oleh kemegahan duniawi, ber-
senang-senang dan menikmati kehidupan yang diperolehnya serta
mencintai minuman anggur. 13
Setelah pelantikan dirinya menjadi khalifah dalam
singgasana Daulah Umayah II, Khalifah Hakam I dihadapkan pada
pemberontakan yang sangat hebat dari para pembelot kerajaan yang
dipimpin oleh seorang Faqih. Orang-orang faqih mempengaruhi para
pembelot lainnya yang tinggal di pinggiran kota Cordova sebelah
selatan dan menjadikan kaum Faqih menjadi sebuah kekuatan yang
solid di wilayah Spanyol. Kaum Faqih menghindarkan diri dari segala
urusan kenegaraan, karena mereka merasa “Frustasi” dalam
memperoleh kekuasaan, mereka menjadi penghasut dengan berbagai
pidato yang mencela Khalifah Hakam I sebagai orang yang tidak
beragama. Kaum Faqih berusaha “membakar” kepanatikan orang-
orang Spanyol Muslim, khususnya kaum muslimin mu’allaf.
Pemimpin kaum Faqih, Yahya Bin Yahya mengadakan
koalisi dengan kaum bangsawan untuk menggulikan kedudukan
Khalifah Hakam I dari tahta Daulah Umayah II dan menggantinya
13
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung : PT
Rosdakarya, 1991), p. 290
10
dengan pamannya Khalifah Hakam I. Gerakan kaum Faqih ini
“tercium” oleh khalifah Hakam I, sehingga tokoh-tokoh kaum Faqih
dan tokoh-tokoh bangsawan yang berjumlah 72 orang dibu-nuh,
sementara Yahya Bin Yahya selamat dari gerakan pembunuhan.

3.2. Pemberontakan Penduduk Toledo


Toledo masih merupakan kota yang penting di Spanyol
Muslim. Orang-orang Toledo tidak pernah lupa bahwa kota mereka
pernah menjadi Ibukota Spanyol dan kenangan kepada kejayaan masa
lampaunya menyayat hati mereka dan meningkatkan rasa permusuhan
mereka terhadap Bangsa Arab. Mereka menolak perintah-perintah dari
para penguasa atau mengakui siapapun sebagai gubernur mereka yang
tidak diterima oleh mereka.
Pemberontakan komunitas Toledo terhadap pemerintahan
Daulah Umayah II pada masa pemerintahan Khalifah Hakam I terjadi
pada tahun 797 Masehi di bawah pimpinan Ubaidah Bin Hamid.
Khalifah Hakam I menugaskan Amru Bin Yusuf untuk menghadapi
gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh Ubaidah Bin Hamid.
Sebagai seorang yang bijaksana dan administrator yang baik, Amru
Bin Yusuf berhasil mendapatkan dukungan beberapa tokoh penduduk
Toledo, dan dengan bantuan tokoh-tokoh masyarakat Toledo, Amru
Bin Yusuf dapat membujuk warga Toledo untuk mengakui kekuasaan
Kekhalifahan Hakam I.
Pada tahun 807 Masehi, terjadi lagi pemberontakan warga
Toledo yang dipimpin oleh Gharbib, seorang ahli syair Neo-Muslim.
Amru Bin Yusuf yang mendapat perintah dari khalifah Hakam I untuk
memulihkan keamanan dan ketertiban di wilayah Toledo berhasil
menggagalkan pemberontakan yang dipimpin oleh Gharbib.

4. Khalifah Abdurrahman II (Tahun 822-852)


Khalifah Abdurrahman II naik tahta Daulah Umayah II pada
tahun 822 Masehi menggantikan Khalifah Hakam I yang wafat pada
tahun 822 Masehi. Pada masa pemerintahan Kekhalifahan
Abdurrahman II telah terjadi pemeberontakan yang dilakukan oleh
Abdullah yang merupakan putera Abdurrahman I. Gerakan pemberon-
takan yang dilakukan oleh Abdullah berhasil diatasi oleh Khalifah
Abdurrahman II.
11
Menurut Syed Mahmudunnasir, kemajuan-kemajuan yang
telah dicapai Daulah Umayah II pada masa pemerintahan
Kekhalifahan Abdurrahman II adalah seba-gai berikut :
a. Munculnya pengarang music, seperti Ziryab.
b. Menjadikan Kota Cordova sebagai Kota Baghdad kedua
dengan cara memperindah kota-kota dan gedung-gedung
yang berada disekitar daerah Cordova.
c. Mengadakan pengaturan jalur irigasi di Kota Cordova.

5. Khalifah Muhammad I (Tahun 852-886 M)


Setelah wafatnya Khalifah Abdurrahman II tahun 852
Masehi, pemerintahan kekhalifahan Daulah Umayah II dipegang oleh
Muhammad I. Khalifah Muhammad I adalah merupakan penguasa
Daulah Umayah II yang memiliki moral kurang baik, seperti bakhil,
suka mengumpulkan uang dengan segala cara, mengurangi honor atau
gaji pengawai, memotong anggaran belanja negara, seoraang
peminum dan cinta kemewahan dunia.
Ekses dari prilaku yang dimiliki oleh Khalifah Muhammad I,
mengakibatkan kekhalifahan Daulah Umayyah II selalu diguncang
oleh berbagai gerakan pemberontakan yang mengancam terhadap
eksistensi ke-kuasaan Daulah Umayah II. 14

6. Khalifah Munzir (Tahun 886-888 M)


Khalifah Munzir naik tahtaa Daulah Umayah II pada tahun
886 Masehi menggantikan ayahnya (Khalifah Muhammad I yang
wafat pada tahun 886 Masehi). Pada masa pemerintahan Kekhalifahan
Munzir, Daulah Umayah II tidak dalam keadaan tidak stabil, karena
rakyat Spanyol tidak setia dan selalu siap untuk memberontak
terhadap Khalifah Munzir, diantaranya adalah gerakan pem-
berontakan yang dilakukan oleh Ibnu Hafsun. Khalifah Munzir
memimpin langsung gerakan penyerangan terhadap gerakan
pemberontakan yang dilakukan oleh Ibnu Hafsun, namun sebelum
usahanya ini berhasil, Khalifah Munzir meninggal dunia pada tahun
888 Masehi.

14
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid II , (Jakarta : PT. Al-
Husna Dzikra, 1993), p. 52
12
7. Khalifah Abdullah (Tahun 888-912 M)
Setelah Khalifah Munzir wafat pada tahun 888 Masehi,
Kekhalifahan Daulah Umayah II dipegang oleh Khalifah Abdullah.
Pada masa permulaan pemerintahan Khalifah Abdullah, huru-hara
pecah diantara bangsa Arab dan Bangsa Spanyol di distrik-distrik
Elvira dan Seville. Kepala-kepala suku Arab memperkukuh diri di
beberapa puri yang terkuat dan menentang kekuasaan raja. Sawwar
yang merupakan pemimpin bangsa Arab di Elvira mulai mengadakan
perjanjian dengan bangsa-bangsa Arab diluar daerah Elvira seperti
Regio, Jean dan Calatrava. Suatu Negara baru yang merdeka didirikan
di Seville oleh Ibrahim Bin Hajjah.
Sambil memanfaatkan keadaan yang kacau di dalam negeri
Spanyol Umar Bin Hafsun berusaha untuk memperluas kekuasaannya
ke semua jurusan yang ada di wilayah Spanyol. Umar Bin Hafsun
memperluas pengaruhnya kea arah utara spanyol dan berhasil
menduduki benteng utama di sebelah selatan Guadalquivir.
Merasa kekuasaannya terancam, Khalifah Abdullah
mengirimkan pasukannya di bawah pimpinan Ubaidillah untuk
menyerang pasukan Umar Bin Hafsun, dan Ubaidillah berhasil
mengalahkan Umar Bin Hafsun pada tahun 901 Masehi. Setelah
memimpin suatu pemerintahan yang dipenuhi dengan kerusuhan
selama 25 tahun, Khalifah Abdullah meninggal dunia pada tahun 912
Masehi .15

Periode Kedua (Tahun 912-1013 M)


Periode Kedua Kekhalifahan Daulah Umayah II berlangsung
mulai dari masa pemerintahan Khalifah Abdurrahman III (tahun 912-
961 Masehi), Khalifah Hakam II (tahun 961-976 Masehi) dan
Khalifah Hisyam II (tahun 976-1009 Masehi).

1. Khalifah Abdurrahman III (Tahun 912-961 M)


1.1. Peristiwa-peristiwa penting Pada Masa Peme-rintahan
Abdurrahman III

15
Syed Mahmudunnasir, Ibid…299
13
Abdurrahman III menduduki singgasana Kekha-lifahan
Daulah Umayah II di wilayah Spanyol pada tahun 912 Masehi, pada
saat usia Abdurrahman III menginjak usia 23 tahun. Khalifah
Abdurrahman III memiliki kepribadian yang kuat, keteguhan hati,
keberanian dan pertimbangan yang tepat.
Menurut Syed Mahmudunnasir (1991:299), pemerintahan
Khalifah Abdurrahman III dalam Daulah Umayah II membuka
pertanda yang menggembirakan bagi kaum muslimin, karena Khalifah
Abdurrahman III menandai adanya fajar masa kedamaian,
kemakmuran dan kemegahan dalam dunia Islam yang sebelumnya
(pada masa pemerintahan Khalifah Abdullah) keadaan imperium
Spanyol sangat menyedihkan, karena kebijakan pemerintahan
Khalifah Abdullah yang sangat lemah dan selalu mementingkan diri
sendiri.
Ketika Abdurrahman III menduduki tahta Kekhalifahan
Daulah Umayah II di wilayah Spanyol, situasi dan kondisi Bani
Umayah dalam keadaan yang lemah, karena banyak provinsi-provinsi
yang melepaskan diri dari kekuasaan Daulah Umayah II. Kemudian
Khalifah Abdurrahman III memberikan suatu pernyataan kepada
seluruh kaum muslimin di wilayah Spanyol, khususnya dunia Islam
yang berada di bawah kekuasaan Daulah Umayah II. Isi pernyataan
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Menuntut semua warganya yang berada di bawah
kekuasaan Daulah Umayah II tanpa memandang kelas
dan kepercayaan agar tunduk tanpa syarat kepada
pemerintahan Kekhalifahan Daulah Umayah II di bawah
pimpinan Khalifah Abdurrahman III.
b. Memberhentikan para pejabat dan pembangkang yang
berada di dalam lingkaran peme-rintahan Daulah
Umayah II.
c. Membasmi seluruh penyeleweng dan pengacau
ketentraman masyarakat.
d. Menjaga dan mengusahakan terjadinya keseimbangan
politik, memulihkan perdamaian dan stabilitas imperium
Bani Umayah.
Menurut Syed Mahmudunnasir (1991:301), bahwa pada
masa pemerintahan Khalifah Abdurrahman III, Kekhalifahan Daulah
14
Umayah II mengalami beberapa peristiwa penting dalam sejarah dunia
Islam, yaitu penggunaan gelar Khalifah, peperangan dengan Dinasti
Fatimiyah dan pertempuran dengan raja-raja Kristen.

1.1.1. Penggunaan Gelar Khalifah


Sekalipun Abdurrahman Ad-Dakhil telah meng-umumkan
bahwa Kekhalifahan Daulah Umayah II bebas dari kekuasaan Dinasti
Abbasiyah pada tahun 763 Masehi, tetapi Abdurrahman Ad-Dakhil
tidak menganggap dirinya sebagai kelanjutan dari Khalifah Bani
Umayah yang berpusat di wilayah Damaskus. Baru 170 tahun
kemudian, Kekhalifahan Daulah Umayah II yang dipimpin oleh
Khalifah Abdurrahman III mulai mengumumkan penamaan gelar
“Khalifah” bagi para pemimpin Daulah Umayah II.
Abdurrahman III memproklamirkan dirinya menjadi khalifah
Dunia Islam, khususnya Kekahlifahan Daulah Umayah II pada tahun
929 Masehi dengan gelar “Khalifah An-Nashir Li Dinillah”. Faktor-
faktor yang menyebabkan Abdurrahman III memproklamirkan peng-
gunaan gelar “Khalifah” bagi Kekhalifahan Daulah Umayah II adalah
sebagai berikut :
a. Khalifah-khalifah Dinasti Abbasiyah yang berpusat di
wilayah Baghdad dipandang telah lemah dan hanya
menjadi “boneka” Dinasti Buwaihi.
b. Menurut penguasa Islam di wilayah Spanyol (Daulah
Umayah II), bahwa khalifah Amirul Mu’minin adalah
pelindung kota suci Mekkah dan Madinah, tetapi saat itu
kota Suci Mekkah dan Madinah berada di bawah
kekuasaan Daulat Fatimiyah.
c. Daulat Fatimiyah yang berkuasa di wilayah Mesir yang
telah berhasil mengalahkan Bani Aghlabiyah telah
menyatakan diri terlepas dari Dinasti Abbasiyah yang
berpusat di wilayah Baghdad.
d. Perluasan Daulat Fatimiyah di wilayah Afrika Utara
bagian barat merupakan ancaman bagi Kekhalifahan
Daulah Umayah II di wilayah Spanyol. 16

16
Supraman Usman, Locit….90
15
Penggunaan gelar khalifah dalam Kekhalifahan Daulah
Umayah II diteruskan oleh para pengganti Khalifah Abdurrahman III
sampai hancurnya kekuasaan Kekahlifahan Daulah Umayah II pada
tahun 1031 Masehi.

1.1.2. Peperangan Dengan Dinasti Fatimiyah


Setelah Dinasti Fatimiyah dari Sekte Syi’ah ekstrem berhasil
menggulingkan penguasa Bani Aghla-biyah yang sekaligus menjadi
penguasa dominan di wilayah Afrika Utara, maka langkah
selanjutnya, Dinasti Fatimiyah mengirimkan agen-agennya, yaitu Al-
Mahdi dan Ibnu Hafsun ke wilayah Spanyol untuk menentang para
penguasa Kekhalifahan Daulah Umayah II.
Menurut Syed Mahmudunnasir, (1991:303), pada tahun 917
Masehi, Khalifah Abdurrahman III memimpin suatu expedisi ke
wilayah Afrika dan berhasil menguasai wilayah Maroko pada tahun
918 Masehi dan wilayah Ceuta pada tahun 931 Masehi. Selain itu
juga, Khalifah Abdurrahman III mengirimkan armada ke pantai
Barbari (sekarang Al-Jazair dan Tunisia) untuk menyerang dan
mengganggu pelayaran Dinasti Fatimiyah dan terjadilah pertempuran
di antara dua kekuatan dalam Dunia Islam yaitu kekutana Bani
Umayah dan kekuatan Bani Fatimiyah. Pertempuran tersebut
dimenangkan oleh Dau-lah Umayah II. 17

1.1.3. Peperangan dengan Raja-Raja Kristen


Orang-orang Kristen merupakan musuh bebuyutan orang-
orang Islam. Orang-orang Kristen yang berada di wilayah utara
Spanyol yang telah meng-organisasikan diri dan mempunyai beberapa
kerajaan kecil bertekad untuk memerangi orang-orang Islam. Tidak
seorangpun yang dapat mengalahkan mereka (orang-orang Kristen)
berperang demi tanah air dan agama. 18
Pada tahun 914 Masehi, kepala suku Leon yang bernama
Ordono II mengadakan eksvansi ke wilayah-wilayah Islam di
17
Umar Asaudin Sokah, Abdurrahman II dan Sultan Akbar, (Jogjakarta :
IAIN SUKA Jogjakarta, 1991), p. 85
18
Syed Mahmudunnasir, Loc. It.., 301
16
Spanyol. Khalifah Abdurrahman III yang pada saat itu sedang
berselisih dengan Khalifah Al-Muiz (penguasa Dinasti Fatimiyah)
mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Ahmad Bin Abdi Abdah
untuk melawan pasukan Ordono II. Dalam peperangan tersebut,
pasukan Islam mengalami kekalahan dan panglima Ahmad Bin Abdi
Abdah terbunuh.
Pada Bulan Juli tahun 920 Masehi, Khalifah Abdurrahman
III beserta pasukannya menyerang pasukan Ordono II yang
merupakan penguasa suku Leon. Dalam penyerangan tersebut,
Khalifah Abdurrahman III berhasil menyebrangi Sungai Ebro, Osma,
San, Estevana, Clunca dan berhasil mengalahkan pasukan Ordono II.
Setelah berhasil mengalahkan pasukan Ordono II pada tahun
920 Masehi, Khalifah Abdurrahman III mengadakan eksvansi ke
wilayah Navare (pada saat itu kepala suku Navare dipimpin oleh
Sancho) dan berhasil menguasai wilayah Navare pada bulan
September tahun 920 Masehi. 19
Berdasarkan realitas tersebut di atas, nampaknya
ketangguhan Khalifah Abdurrahman III tidak dapat diragukan lagi.
Khalifah Abdurrahman III adalah seorang khalifah yang paling
berbakat diantara seluruh khalifah yang ada dalam Kekhalifahan
Daulah Umayah II. Khalifah Abdurrahman III telah menyelamatkan
wilayah Spanyol dari keadaan yang kacau, terkoyak-koyak oleh
golongan-golongan dan terbagi-bagi diantara sejumlah kepala suku
feodal, menjadi suatu wilayah yang bersatu di bawah naungan Daulah
Umayah II.
Setelah wilayah Spanyol berada dalam kondisi yang damai,
maka Khlaifah Abdurrahman III mulai mengkonsentrasikan
Kekhalifahannya pada pembangunan ilmu pengetahuan. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Dozy, yang mengatakan bahwa “sepertiga dari
pendapatan negara setiap tahun dibelanjakan untuk kemajuan penga-
jaran dan kebudayaan”. Para sejarawan, ahli Astronomi, para Filosof
dan ahli Kedokteran, seperti Ibnu Quthiyah, Ahmad Bin Nasar, Ibnu
Masarah dan Yahya Bin Ishak mendapat motivasi dari Khalifah
Abdurrahman III untuk mengembangkan kahliannya seoptimal
mungkin. Universitas-universitas di Cordova dan beberapa kota lain

19
Syed Mahmudunnasir, Ibid…301
17
tumbuh dan berkembang serta mencapai kemajuan yang pesat pada
masa Khalifah Abdurrahman III.20
Selain itu juga, pada masa Khalifah Ab-durrahman III,
dibangun sebuah istana di Cordova dengan nama “Al-Zahra” yang
merupakan salah satu kebanggaan kesenian Islam .21
Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila Khalifah
Abdurrahman II dikatakan sebagai seorang pembangun besar
“Cordova”. Menurut Philip K. Hitti, “Dengan setengah juta penduduk,
tujuh ratus mesjid, dan tiga ratus pemandian umum, keagungganya
hanya kalah oleh Baghdad dan Konstantinopel”. Di Dekat Cordova,
Khalifah Abdurrahman III membangun sebuah istana yang indah yang
disebut Al-Zahra dan dianggap sebagai suatu keajaiban kesenian
Isalam.
Khalifah Abdurrahman III wafat pada tanggal 2 Ramadhan
tahun 350 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 15 Oktober tahun 961
Masehi.22

2. Khalifah Hakam II (Tahun 961-976)


2.1. Kebijakan-kebijakan Khalifan Hakam II
Setelah Khalifah Abdurrahman III wafat pada tanggal 2
Ramadhan 350 Hijriyah atau tanggal 15 Oktober tahun 961 Masehi, 23
kekuasaan Kekhalifahan Daulah Umayah II dipegang oleh Khalifah
Hakam II pada tahun 961 Masehi dengan gelar “Al-Mustansir Billah”.
Menurut Syed Mahmudunnasir (1991:307), kebijakan-
kebijakan yang dijalankan oleh Khalifah Hakam II dalam menjaga
stabilitas Kekhalifahan Daulah Umayah II adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan upacara-upacara keagamaan dengan
secara ketat dan melaksanakan ajaran-ajaran Sunnah di
seluruh wilayah kekuasaan Kekhalifahan Daulah
Umayah II.
b. Mengikuti Sholat berjama’ah setiap hari Jum’at dan
membagikan derma kepada fakir miskin.

20
Syed Mahmudunnasir, ibid..304-305
21
Syed Mahmudunnasir, Ibid 304-305
22
Umar Asaudin Sokah, Abd. Rahman III dan Sultan Akbar, (Yogyakarta :
IAIN Sunan Kalijaga, 1991), p.86
23
Umar Asaudin Sokah, Ibid…86
18
c. Melarang penggunaan minuman anggur.
d. Menegakan ketentraman semua negeri yang berada di
bawah kekuasaan Kekhalifahan Daulah Umayah II.
e. Menerapkan sistem ajaran toleransi terhadap agama-
agama yang berkembang di wilayah kekuasaan
Kekhalifahan Daulah Umayah II.
f. Mengadakan pengelolaan sumber daya alam untuk
mendukung kemajuan Kekhalifahan Daulah Umayah II,
khususnya dalam bidang pertanian dan perdagangan.
g. Mengadakan pembangunan sarana transportasi.
h. Mengadakan pembangunan sarana pemukiman,
khususnya sarana pemondokan bagi orang-orang fakir
miskin.
i. Mendirikan rumah sakit umum, sebagai sarana pelayanan
kesehatan kepada ma-syarakat.

2.2. Peristiwa Peperangan


Pada masa kekhalifahan Hakim II, orang-orang Kristen dari
wilayah utara mulai bangkit untuk melakukan gerakan perlawanan
terhadap kekuasaan Kekhalifahan Daulah Umayah II. Kepala Suku
Leon yang bernama Garcia dan kepala Suku Navare yang bernama
Sancho mulai melepaskan diri dari ikatan perjanjian damai yang
pernah dilakukan orang-orang Kristen pada masa pemerintahan
Kekhalifahan Daulah Uamayah II dipimpin oleh Khalifah
Abdurrahman III.
Pada tahun 966 Masehi, Khalifah Hakam II mengirimkan
pasukan yang dipimpin oelh Ghalib untuk menghadapi Raja Kristen
Leon dan penguasa Kristen di wilayah Navaree. Jendral Ghalib
dengan bantuan gubernur muslim di wilayah Saragosa, akhirnya
berhasil menga-lahkan pasukan Kristen Leon dan Kristen Navaree
pada tahun 966 Masehi. Dengan keberhasilan ini, menurut Dozy,
“Kekhalifahan Daulah Umayah II, praktis menguasai wilayah Kristen
dari utara” 24
Setelah berhasil menguasai Kristen di wilayah utara, langkah
selanjutnya, pada tahun 972 Masehi Khalifah Hakam II mengirimkan

24
Syed Mahmudunnasir, Locit…307
19
suatu ekspedisi ke wilayah bagian barat Afrika utara yang dipimpin
oleh Jendral Ghalib. Ekspedisi yang dipmpin oleh Jendral Ghalib ini
bertujuan untuk menghentikan kemajuan Dinasti Fatimiyah di wilayah
Kairo yang dipimpin oleh Khalifah Al-Mu’iz.
Pada tahun 975 Masehi, Khalifah Hakam II memperluas
wilayah kekuasaan Kekhalifahan Daulah Umayah II ke seluruh
wilayah Maroko dan berhasil mengalahkan Dinasti Idrisiyah25

2.3. Kemajuan Kekhalifahan Daulah Umayah II Pada Masa


Khalifah Hakam II.
Menurut Ibnu Khaldun “Khalifah Hakam II terkenal karena
pengembangan ilmu dan kebudayaannya, mencintai kesusastraan dan
ilmu pengetahuan serta membiarkan kemewahan hatinya kepada para
cendekiawan”
Josep Mc Cabe mengatakan bahwa “Khalifah Hakam II
menyempurnakan peradaban Spanyol dan membuat Cordova
bercahaya bagaikan mercusuar di atas kegelapan Eropa”
Kemajuan Kekhalifahan Daulah Umayah II, pada masa
Khalifah Hakam II, lebih didominasi oleh kemajuan dalam bidang
ilmu pengetahuan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
2.3.1. Munculnya Para Cendikiawan Muslim
a. Al-Faraj, seorang cendekiawan muslim yang berhasil
mengarang “Kitabul Aghani”
b. Hamadiyah, seorang sejarawan muslim
2.3.2. Munculnya Lembaga-lembaga Pendidikan

Menurut Syed Mahmudunnasir (1991:307), d ibu kota


Kekhalifahan Daulah Umayah II terdapat 27 sekolah gratis, salah
satunya adalah Universitas Cordova. Pada masa Khalifah Hakam II,
Universitas Cordova mengalami perkembangan yang cukup pesat di
bawah kekuasaan Kekhalifahan Daulah Umayah II. Mahasiswa-
mahasiswa Kristen, Yahudi dan Islam yang berasal dari wilayah
Spanyol, Afrika dan wilayah Asia datang ke Cordova untuk menuntut
ilmu.

25
Syed Mahmudunnasir, Ibid…307
20
3. Khalifah Hisyam II (Tahun 976-1009 M)
Setelah Khalifah Hakam II wafat pada tahun 976 Masehi,
kekuasaan Kekhalifahan Daulah Umayah II dipegang oleh Khalifah
Hisyam II yang berusia 10 tahun dengan gelar “Al-Mu’ayyid”. Karena
usia Khalifah Hisyam II relative masih muda, maka ibunya yang
bernama Subh dan sekretaris Khalifah Hisyam II yang bernama
Muhammad Ibn Amir mengambil alih roda pemerintahan yang
berjalan di Kekhalifahan Daulah Umayah II. Muhammad Ibn Amir
yang bergelar Khajib Al-Mansur merupakan seorang yang tangkas dan
berambisi untuk mengambil semua kekuasaan Kekha-lifahan Daulah
Umyah II.
Strategi yang dilakukan Muhammad Ibn Amir (Khajib Al-
Mnsur) dalam rangka merelisasikan ambisinya rmenguasai
Kekhalifahan Daulah Umayah II adalah dengan cara menguasai
militer Kekhalifahan Daulah Umayah II, disamping mengadakan
konsolidasi dengan kekuatan-kekuatan Barbar dari wilayah Afrika
Utara dan kekuatan orang-orang Kristen dari wilayah utara Spanyol.
Untuk menghilangkan kecemburuan masyarakat Dunia Arab, maka
disebarlah orang-orang Arab beberapa divisi Barbar dan Kristen
disertai pengawasan secara militer. Dengan strategi ini, Khajib Al-
Mansur dengan mudah dapat merontokan gerakan para pemberontak
yang merasa tidak puas terhadap kepemimpinannya (Khajib Al-
Mansur).
Gerakan pembangunan yang dilakukan Kekhalifahan Daulah
Umayah II pada masa Khalifah Hisyam II yang pemerintahannya
didominasi Khajib Al-Mansur lebih menitik beratkan kepada
pengembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Dalam bidang Ilmu
Penge-tahuan, muncul para pengarang sastra, salah satunya adalah
Abu Al-‘Ala’ Said Bin Al- Khasan.
Pada tahun 1002 Masehi, Khajib Al-Mansur wafat dan
digantikan oleh anaknya yang bernama Abdul Malik dengan gelar
“Al-Muzaffar”. Setelah Abdul Malik wafat pada tahun 1008 Masehi,
penguasa Kekhalifahan Daulah Umayah II, dalam hal pejabat
Sekretaris Negara dipegang oleh Abdurrahman. Abdurrahman tidak
memiliki kualitas sebagai Sekretaris Negara, sehingga dalam beberapa
tahun saja Kekhalifahan Daulah Umayah II berada dalam kondisi yang

21
menghawatirkan, karena wilayah Spanyol sudah mulai terpecah
menjadi negara-negara kecil yang berpusat di kota-kota kecil. 26.

Periode Ketiga (Tahun 1013-1086 M)


Pada periode ketiga ini, Kekhalifahan Daulah Umayah II
terpecah menjadi 20 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja
golongan (Al-Muluk Al-Thawaif) yang berpusat di beberapa kota
kecil. Seperti Dinasti Hamudiyah di Malaga, Dinasti Abadiyah di
Seville, Dinasti Dhunniyah di Toledo, Dinasti Jahwariyah di Cordova,
Dinasti Afthasiyah di Badajaz, Dinasti Amriyah I di Valencia, Dinasti
Amriyah II di Tujbiyah, Dinasti Amriyah III di Saragosa .27
Dunia Islam pada periode ketiga ini, kembali memasuki
masa perpecahan internal. Ironisnya apabila terjadi perang saudara,
maka ada diantara pihak yang bertikai itu meminta bantuan kepada
raja-raja Kristen. Raja-raja Kristen memanfaatkan situasi yang rawan
itu untuk menyusun kekuatan dalam rangka menyerang kekuatan
Islam. Namun demikian, meskipun kehidupan politik dunia Islam,
khususnya Kekhalifahan Daulah Umayah II tidak dalam kondisi
stabil, tetapi gerakan pengembangan intelektual tetap berkembang.

Periode Keempat (Tahun 1086-1248 M)


Menurut Hamka (1975:152), periode keempat Kekhalifahan
Daulah Umayah II ditandai dengan ter-pecahnya dunia Islam menjadi
beberapa negara kecil dan munculnya dua kekuatan yang
mengendalikan dunia Islam di Spanyol, yaitu Kekhalifahan Dinasti
Murabithun (Tahun 1086-1143 M) dan Kekhalifahan Dinasti
Muwaihhidun (tahun 1146-1235 Masehi).
Kekhalifahan Dinasti Murabithun, pada mulanya adalah
gerakan keagaman yang didirikan oleh Yusuf Ibn Tasyfin di wilayah
Afrika Utara. Pada tahun 1062 Masehi Masehi Yusuf Ibn Tasyfin
berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesyi
(Maroko).

26
W. Monttgomery, The Majed That Was Islam, Terjemahan Hartono
Hadikusumo, Kejayaan Islam, (Yogyakarta : Tiara Kencana, 1990), p.217-218
27
Nourozzaman Shiddieq, Tamaddun Islam, Bunga Rampai Kebudayaan
Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1986), p.70
22
Pada tahun 1062 Masehi Yusuf Ibn Tasyfin dan pasukannya
mulai memasuki wilayah Spanyol atas undangan kaum muslimin di
wilayah Spanyol, karena pada saat itu wilayah Spanyol berada dalam
tekanan kaum Kristen, Yusuf Ibn Tasyfin berhasil mematahkan
dominasi kaum Kristen dan terus mengembangkan kekuatannya di
wilayah Spanyol.
Setelah Yusuf Ibn Tasyfin wafat pada tahun 1147 Masehi,
Kekhalifahan Dinasti Murabithun berakhir, dan digantikan oleh
Kekhalifahan Dinasti Muwahhidun yang didirikan oleh Ibnu Tumart.
Kekhalifahan Dinasti Muwaihhidun datang ke wilayah
Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun’im. Pada rentang waktu
antara tahun 114 sampai 1154 Masehi beberapa kota muslim, seperti
Cordova, Almeria dan Granada jatuh kepada kekuasaan Kekhalifahan
Dinasti Muwahhidun dan kekuatan Kristen dapat dipukul mundur dari
wilayah Spanyol.
Akan tetapi, tidak lama setalah penguasaan terhadap wilayah
Cordova, wilayah Almeria dan wilayah Granada, pada tahun 1212
Masehi Kekhalifahan Dinasti Muwahhidun mengalami kelemahan dan
kaum Kristen mulai bangkit dan berhasil menguasai Las Navas de
Toleso.
Kekalahan yang dialami oleh Kekhalifahan Dinasti
Muwahhidun menyebabkan para penguasa Kekhalifahan Dinasti
Muwahhidun memilih meninggalkan wilayah Spanyol dan kembali ke
wilayah Afrika Utara pada tahun 1235 Masehi. Pada tahun 1248
Masehi seluruh wilayah Spanyol, kecuali wilayah Granada lepas dari
kekuasaan Duni Islam.

23
Priode Kelima (Tahun 1248-1492)
Menurut Nourouzzaman Shiddieqy, (1986:75), pada periode
kelima kekuatan Islam di wilayah Spanyol , khususnya Kekhalifahan
Daulah Umayah II hanya berada di wilayah Granada di bawah
pimpinan Bani Ahmar yang didirikan oleh Muhammad Ibn Yusuf Ibn
Nashir.
Kekuasan Dinasti Bani Ahmar ini berakhir karena adanya
perselisihan diantara keluarga Bani Ahmar itu sendiri, yaitu
perselisihan antara Muhammad Ibnu Sa’ad dengan Abu Abdullah.
Abu Abdullah meminta bantuan kepada dua orang penguasa Kristen,
yaitu Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkan Muhammad Ibn
Sa’ad. Ferdenand dan Isabella berhasil mengalahkan Muhammad Ibn
Sa’ad dan menggantikan kekuasaan Bani Ahmar kepada Abu
Abdullah.
Dengan naiknya Abu Abdullah, membuka jalan bagi
Ferdenand dan Isabella untuk merebut Granada yang merupakan
benteng terakhir umat Islam di wilayah Spanyol. Pada tahun 1492
Masehi wilayah Granada berhasil dikuasai oleh Ferdenand dan
Isabella, yang secara otomatis berakhirnya kekuasaan Kekhalifahan
Daulah Umayah II di wilayah Spanyol.

C. Kemajuan Daulah Umayah II


Pada saat Islam mencapai puncak kemajuannya, peradaban
dan kebudayaan Islam di wilayah Spanyol merupakan salah satu pusat
peradaban dan kebudayaan Islam, disamping pusat peradaban Islam
lainnya, yaitu di Kota Baghdad dan Kota Mesir. Kemajuan peradaban
dan kebudayaan Islam di Spanyol tidak hanya memiliki arti penting
bagi perkembangan ilmu dan teknologi dalam lingkup peradaban dan
kebudayaan Dunia Islam, namun juga tercatat mempunyai arti penting
dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan manusia pada
umumnya.
Perkembangan kemajuan peradaban dan kebudayaan yang
melahirkan kemajuan ilmu dan teknologi pada masa kejayaan Islam di
Spanyol, terutama melalui sumbangan berpikir secara rasional, telah
mampu membangkitkan dan mengangkat benua Eropa dari keter-
belakangannya, yang semula dibelanggu oleh cara berpikir dogmatis
24
dan statis yang berlaku di lingkungan gereja. Kebebasan berpikir
dalam Islam yang dikembangkan oleh para ulama dan cendekiawan
muslim pada masa kemajuan peradaban dan kebudayaan Islam di
Spanyol, merupakan sumbangan besar bagi kemajuan dan
perkembangan Eropa khususnya dan kemajuan dunia barat pada
umumnya.
Menurut Harun Nasution, pada saat Islam sudah mengalami
perkembangan dan kemajuan dalam dunia ilmu pengetahuan, bangsa-
bangsa di Eropa masih ter-belakang dan masih berada pada zaman
kegelapan. Mereka yang terpandang terpelajar (intelektual) adalah
orang-orang gereja. Sumber kebenaran ilmu adalah gereja (Paus) yang
dogmatis. Setiap informasi yang bertentangan dengan dogma gereja
harus ditolak.
Setelah banyak orang Eropa belajar ke Andalusia (Spanyol),
mereka menyerap pemikiran rasional antara lain melalui filsafat Ibnu
Rusyd (Averroes). Sejak saat itulah muncul bibit-bibit kebangkitan
pemikiran rasional di bumi Eropa, sampai berkembangnya dunia
sains. Namun pada saat kebenran ilmu pengetahuan mulai diyakini,
ternyata mendapat tantangan dari pihak gereja. Pertentangan dogma
dengan ilmu pengetahuan ini, kelak menjadi bibit penyebab
munculnya faham sekuler, karena dogma gereja tidak mau mengakui
kebenaran ilmu penge-tahuan.
Islam di Spanyol melahirkan berbagai kemajuan peradaban
dan kebudayaan, berbarengan dengan kemajuan peradaban dan
kebudayaan yang dicapai oleh Islam di belahan timur, yaitu Baghdad
dan Mesir. Kemajuan-kemajuan peradaban dan kebudayaan pada
masa Kekhalifahan Daulah Umayah II (Islam di Spanyol) adalah
sebagai berikut:

1. Bidang Ilmu Pengetahuan :


1.1. Munculnya nama-nama tokoh Islam dalam berbagai ilmu
pengetahuan, antara lain:
1.1.1. Bidang Historiografi
a. Abu Bakr Ibn Umar (wafat tahun 977 Masehi).
Abu Bakr Ibn Umar terkenal dengan nama Ibnu Al-
Quthayah, lahir di Cordova. Abu Bakr Ibn Umar
merupakan tokoh ahli sejarah disamping ahli ilmu nahwu.
25
Karya Abu Bakr Ibn Umar adalah kitab “Tarikh Iftitah Al-
Andalusi” yang berisi tentang masuknya Islam ke wilayah
Spanyol.
b. Abu Marwan Hayyan Ibn Khalaf (wafat pada tahun 1076
Masehi) .
Abu Marwan Hayyan Ibn Khalaf terkenal dengan gelar Ibn
Hayyan. Abu Marwan Hayyan Ibn Khalaf berhasil menulis
sebuah kitab yang berjudul “Al-Muqtabas fi Tarikh Rijal
Al-Andalus”
c. Abu Walid Abdullah Ibn Muhammad Ibn Al-Farabi
Abu Walid Abdullah Ibn Muhammad Ibn Al-Farabi lahir
pada tahun 962 Masehi, karya Abu Walid Abdullah Ibn
Muhammad Ibn Al-Farabi yang terkenal adalah kitab
“Tarikh Ulama’ Al-Andalus”.
d. Abu Qasim Said Ibn Muhammad Al-Andalus (wafat pada
tahun 1270 Masehi).
Abu Qasim Said Ibn Muhammad Al-Andalus berhasil
mengarang Kitab yang dikenal dengan kitab “Tabaqat al-
Umam”.
e. Abd. Rahman Ibn Khaldun (tahun 1332-1406 Masehi).
Diantara kitab-kitab yang berhasil dikarang oleh Abd.
Rahman Ibn Khaldun adalah kitab Al-Ibar Wa Diwan Al-
Mubtada Wa Al-Khabar Fi Ayyam Al-Arab Wa Al-Ajam
Wa Al-Barbar dan kitab Al-Muqaddimah 28

1.1.2. Bidang Geografi


a. Abu Ubaid Abdullah Ibn Al-Azizi Al-Bakri (wafat tahun
1094 Masehi).
Abu Ubaid Abdullah Ibn Al-Azizi Al-Bakri berhasil
mengarang Kitab yang dikenal dengan nama kitab Al-
Masalik wa Al-Mamalik.
b. Abu Abdullah Muhammad Ibn Muhammad Al Idrisi
(Tahun 1099-1153 Masehi).
c. Abu Hamid Muhammad Al-Muzini (Granada tahun 1080-
1170 Masehi).

28
Amin Omar Hosein, Kultur Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1981), p.116
26
Abu Hamid Muhammad Al-Muzini berhasil membuat
karya sebuah Kitab yang dikenal dengan nama kitab
Tuhfatul Albab Wa Tuhfatul I’jab.
d. Ibnu Batutah (tahun 1304-1378 Masehi).
Kitab yang berhasil dikarang Ibnu Batutah adalah kitab
Tuhfatul Nuzzar Fi Gharaib Al-Anshar Wa Ajaib Al-
Ashfar. 29

1.1.3. Bidang Astronomi dan Matematika


a. Abu Al-Qasim Muhammad Al-Majriti (wafat tahun 1007
Masehi)
b. Abu Ishaq Ibrahim Ibn Yahya Al-Zarqalim (tahun 1028-
1087 Masehi)
c. Nasruddin Abu Ishaq Al-Bithruji (wafat tahun 1204
Masehi). Kitab yang berhasil dikarang Nasruddin Abu
Ishaq Al-Bithruji adalah kitab Al-Hai’ah, yaitu kitab yang
berisi tentang teori-teori baru mengenai perjalanan bintang.

1.1.4. Biang Kedokteran


a. Abu Al-Qasim Khalaf Ibn Abbas Al- Zahrawi (wafat tahun
1013 Masehi).
Kitab yang berhasil dikarang Abu Al-Qasim Khalaf Ibn
Abbas Al- Zahrawi adalah kitab Al-Tashirif Li Man ‘Ajaz
‘an al-Ta’alif. Kitab ini berisi ilustrasi alat-alat bedah yang
menjadi dasar perkembangan alat dan ilmu bedah di Eropa.
b. Abu Marwan Abd Malik Ibn Abi Al-A’la’. (Lahir di
Sevilla tahun 1094 Masehi).
Abu Marwan Abd Malik Ibn Abi Al-A’la’ dilahirkan di
Sevilla tahun 1094 Masehi. Kitab yang berhasil dikarang
Abu Marwan Abd Malik Ibn Abi Al-A’la’ adalah Kitab al-
Taisir Fi Al-Mudwah wa al-Tadbir.

1.1.5. Bidang Filsafat


Philip K. Hitti, Sejarah Bangsa Arab (History Of The Arabs), (London :
29

Mac Milen, 1958) p. 568-570


27
a. Sulaiman Ibn Yahya Ibn Jabirul (wafat tahun 1058
Masehi). Kitab yang berhasil dikarang Sulaiman Ibn Yahya
Ibn Jabirul adalah kitab “Yanbu Al Hayat” yang
ditejemahkan kedalam bahasa latin dengan nama Fons
Vitae.
b. Abu Bakar Muhammad Ibn Yahya Ibn Bajjah (lahir di
Saragosa tahun 1085 Masehi). Ibn Bajjah terkenal di Eropa
dengan nama Avempace. Kitab yang berhasil dikarangnya
adalah kitab Ta’bir Al-Mutawahhid.
c. Abu Al-Walid Muhammad Ibn Ahmad Bin Rusyd (lahir di
Cordova tahun 1126 Masehi). Ibnu Rusyd di Eropa
terkenal dengan nama Averroes. Kitab yang berhasil
dikarangnya adalah kitab Tahafut Al-Tahafut.

1.1.6. Bidang Tasawuf


a. Abu Bakr Muhammad Ibn Ali Muhyidin Ibn ‘Arabi (lahir
di Murcia tahun 1165 Masehi).
Kitab yang berhasil dikarang Abu Bakr Muhammad Ibn
Ali Muhyidin Ibn ‘Arabi dalah kitab Futukhat Al-
Makkiyah Fi Ma’rifat Al-Asrar Al-Malikiyah Wa Al-
Malikiyah.
b. Abu Muhammad Abd Al-Haqq Ibn Sabi’in (wafat tahun
1269 Masaehi).
Kitab yang berhasil dikarang Abu Muhammad Abd Al-
Haqq Ibn Sabi’in adalah kitab Al-Ajwibah ‘an As’ilah Al-
Shiqliyah.

1.1.7. Bidang Musik


a. Ali Ibn Nafi’i (tahun 789-875 Masehi). Ali Ibn Nafi’I
dikenal dengan julukan Zaryab.
1.2. Pembangunan perguruan Tinggi dan berbagai pusat penelitian
ilmu pengetahuan.
Pada masa Kekhalifahan Daulah Umayah II terjadai Pem-
bangunan perpustakaan di wilayah Granada. Khalifah Abdurrahman
III membangun perpustakaan besar di Granada dengan dilengkapi
600.000 jilid buku. Selain itu juga terdapat pengembangan kegiatan
menyalin naskah ilmiah dari bahasa Grik dan Latin.
28
2. Bidang Ekonomi
Sejalan dengan perkembangan dunia islam, baik di belahan
barat dan belahan timur dan perkembangan di luar dunia Islam, maka
pada masa Kekhalifahan Daulah Umayah II, kegiatan ekonomipun
mendapat perhatian dan mengalami kemajuan pesat. Hal ini nampak
antara lain dalam kegiatan ekonomi sebagai berikut :
a. Meningkatkan kegiatan perdagangan dengan dunia luar
b. Cordova, Seville, Granada, Almeria dan kota-kota lainnya
menjadi penghasil permadani, wol, katun, kertas dan kulit.
c. Pada masa Kekhalifahan Amir Muhammad I, Spanyol telah
dapat menghasilkan belerang, air raksa, tembaga dan besi.
d. Pembangunan kilang minyak zaitun.
e. Dibidang pertanian, Spanyol telah mengembangkan irigasi dan
talah mampu menghasilkan berbagai hasil pertanian dan
perkebunan seperti kapas, tebu, jeruk dan buah-buahan. Kota
Malaga dan kota Cartagena menjadi kota yang merupakan
penghasil buah-buahan terbesar di Spanyol.30

3. Bidang Militer
Pembangunan dan perkembangan militer pada masa kejayaan
Islam di Spanyol, khususnya pada masa Kekhalifahan Daulah
Umayah II nampak pesat seperti juga perkembangan di wilayah Islam
lainnya. Hal ini berkaitan dengan upaya pertahanan Negara
menghadapi dunia luar. Permbangunan dan perkembangan militer
pada masa Kekhalifahan Daulah Umayah II adalah sebagai berikut :
a. Pembangunan pangkalan armada dan pabrik senjata di
Cartagena dan Cadis.
b. Membangun benteng-benteng pertahanan di beberapa kota di
wilayah Spanyol.
c. Pembentukan birokrasi kepolisian sampai ke distrik yang jauh
terpencil.
d. Membangun angkatan bersenjata yang kuat, terutama
pembangunan armada angkatan laut yang terbesar pada waktu
itu (masa pemerintahan Khalifah Abdurrahman III).

30
Suparman Usman, Ibid…98
29
D. Kemunduran Daulah Umayah II
Kekhalifahan Dinasti Bani Umayah II berkuasa di wilayah
Spanyol dapat mempertahankan kekuasaannya sampai tahun 1031
Masehi, sesudah itu, kekuasaan di semenanjung Andalusia terpecah ke
dalam beberapa kerajaan kecil yang selalu berperang diantara mereka.
Kerajaan-kerajaan kecil itu umpamanya Dinasti Ibadiyah, Dinasti
Murabit (Murabithun), Diasti Muwahid (Muwahhidun), Bani
Nashiriyah (Bani Ahmar), Hamudiyah, Jawariyah, Amriyah. Jumlah
kerajaan kecil ini sangat banyak.
Menurut A.R. Nykl ada dua puluh tiga, yang sebagian
diantaranya hanyalah penguasa-penguasa kota tertentu di wilayah
bekas Dinasti Umayah. Mereka terdiri dari kelompok Barbar, Sicilia
dan Arab. Masa ini disebut masa Muluk Al-Thawaif. Kerajaan-
kerajaan kecil tersebut menyatakan berdiri sendiri, bebas dari kerajaan
pusat. 31
Sebab-sebab yag membawa kemunduran Daulah Umayah II,
menurut Prof. Dr.H Suparman Usman, SH (1998:103) adalah sebagai
berikut :
1. Konflik Internal
Terjadi persaingan dalam lingkungan keluarga istana dalam
memperebutkan kursi kerajaan. Keadaan ini selalu dimanfaatkan oleh
pihak luar yang memecah belah mereka untuk mengambil keuntungan
yang pada dasarnya merugikan kepentingan Islam. Konflik internal
juga terjadi dalam intern umat Islam yang terdiri dari kelompok
Barbar, Sicilia dan Arab. Mereka satu sama lain saling berebut
kekuasaan Kekhalifahan Bani Umayah II di wilayah Spanyol.

31
Suparman Usman, Ibid…100
30
2. Fanatisme Arab yang Berlebihan
Kekhalifahan Bani Umayah II mempertahankan Islam non
Arab sebagai penduduk kelas dua, yang menyebutnya dengan istilah
‘ibad atau Muwalladun (satu ungkapan yang dinilai merendahkan).
Karena fanastisme yang berlebihan ini, maka tidak terjadi pembaruan
sosial politik dan budaya antara kelas penguasa (Arab) yang merasa
sebagai tuan dengan kelas pribumi yang dianggap rendah derajatnya.
3. Tidak Terjadi Islamisasi
Para penguasa muslim lebih banyak memusatkan perhatian
mereka kepada masalah politik. Mereka tidak melaksanakan da’wah
dalam arti penanaman Islam secara ideologis. Rakyat pribumi Spanyol
umumnya dibiarkan tetap berpegang kepada agama, hukum dan adat
kebiasaannya. Keadaan demikian menyebabkan antara penguasa
muslim tidak terdapat hubungan ideologis dengan rakyat yang
mayoritas non muslim. Pada sisi lain keadaan di atas menyebabkan
rasa patriotism dan nasionalisme orang-orang Spanyol tetap kuat.
4. Faktor Ekonomi
Perekonomian Islam Spanyol pada awal kejayaannya
menunjukan kemajuan pesat, karena tanahnya yang subur dan
kegiatan perdagangannya yang berkembang dengan pesat. Namun
pada paruh kedua kekuasaan Islam di Spanyol sumber perekonomian
negara sangat lemah, karena hanya mengandalkan pada pajak atau
upeti.
5. Konflik Islam dan Kristen
Kerajaan Kristen di Spanyol sebagian besar telah
menyatakan tunduk pada penguasa Islam, dan sebagian kecil
menyingkir ke bagian utara. Sekalipun mereka telah tunduk dan
mengakui kekalahan serta bersedia membayar upeti, namun mereka
pada dasarnya tetap selalu mencari kesempatan dan kelengahan untuk
mengadu domba dan menghancurkan umat Islam.
Pada saat kemunduran Islam dipenghujung kekuasaan
Kekhalifahan Daulah Umayah II yang diteruskan dengan masa Muluk
Al-Thawaif, kerajaan Kristen mulai bangkit dan bersatu melaksanakan
31
penghancuran Islam. Sampai pada satu saat secara terang-terangan,
mereka mengusir umat Islam dari bumi Spanyol secara paksa. Jadi
setelah Islam berkuasa di Spanyol selama lebih kurang dari 700 tahun,
akhirnya sampai pada satu kenyataan, mereka dipaksa oleh Kristen
harus memilih, tinggal di Spanyol dengan memeluk agama Kristen,
atau tetap beragama Islam tetapi harus meninggalkan Spanyol.

32

Anda mungkin juga menyukai