Materi Dinasti Umyah Ii
Materi Dinasti Umyah Ii
1
Harun Nasution, Islam Ditimjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid I, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1974), p. 150
2
Suparman Usman, Islam di Spanyol (Asal-usul, Perkembangan dan
Kehancuran, (Serang, Al-Qolam STAIN “SMHB” Serang, 1998), P. 83
1
Barbar. Wilayah Qairawan baru bisa direbut kembali oleh Islam, yaitu
pada masa pe-merintahan Khalifah Abdul Malik Bin Marwan.
Gerakan perebutan wilayah Qairawan ini dilakukan oleh pasukan
Islam di bawah pimpinan Hasan Ibn Nu’man Al-Ghassani. Kemudian
Hasan Ibn Nu’man Al-Ghassani membangun daearah tersebut
(Qairawan). Setelah Hasan Ibn Nu’man Al-Ghassani digantikan oleh
Musa Ibn Nushair sebagai penguasa diwilayah Qairawan pada akhir
masa peme-rintahan Abdul Malik Bin Marwan atau pada awal masa
pemerintahan Al-Walid Bin Abdul Malik, Musa Ibn Nushair memakai
gelar “Amir Qairawan”. 3
Musa Ibn Nushair terus memperluas wilayahnya ke Afrika
bagian barat sampai ke daerah Septah dan berhasil menguasai daerah
tersebut (Kota Septah/Ceuta) secara damai. Kota Ceuta adalah sebuah
kota yang terletak dibagian ujung barat Afrika Utara berhadapan
dengan semenanjung Andalusia. Kota Ceuta semula berada di bawah
kekuasaan Kerajaan Gothia di Andalusia. Islam berhasil mengadakan
persekutuan dengan penguasa Ceuta yang bernama Count Julian.
Alasan Count Julian meng-adakan persekutuan dengan Musa Ibn
Nushair, sebab Count Julian ingin menuntut balas terhadap Raja
Gothia yang bernama Roderrick, yang telah menodai anak gadisnya
(Count Julian) yang bernama Florinda.
Menurut Prof. Dr.H. Suparman Usman, SH, (1998:84)
wilayah Spanyol berada disebuah semenanjung yang dulu namanya
“Liberia”. Sejak abad ke-5 (lima) Masehi, wilayah Spanyol dikuasai
oleh bangsa Vandals. Oleh karena itu wilayah Liberia bagian selatan
disebut Vandalusia. Menjelang kedatangan Islam, daerah Vandalusia
dikuasai oleh bangsa Vicigoth (atau disebut juga bangsa Gothia atau
1
bangsa Got).
Pada awal abad ke-8 Masehi, menjelang run-tuhnya Bani
Umayah I, daerah Spanyol sudah dikuasai oleh pemerintahan Islam.
Tercatat tiga pahlawan Islam yang terkenal berkaitan dengan
penaklukan terhadap daerah Spanyol, yaitu Tarif Ibn Malik, Tarik Bin
Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Tarif Ibn Malik dapat dikatakan sebagai
perintis masuknya Islam ke daerah ini. Pada tahun 91 Hijriyah Tarif
Ibn Malik bersama pasukannya menyeb-rangi selat menuju
3
Suparman Usman, Ibid.. 83
2
semenanjung Andalusia, menaiki empat buah kapal yang disediakan
Count Julian, penguasa wilayah Ceuta. Dalam penyerbuan ke
Andalusia, Tarif Ibn Malik memperoleh kemenangan dan kembali ke
Afrika Utara dengan membawa harta rampasan perang yang cukup
banyak4
Pada tahun 711 Masehi, pasukan umat Islam yang dipimpin
oleh Tarik Bin Ziyad yang didukung oleh pasukan Barbar bergerak
menuju Andalusia. Tarik Bin Ziyad bersama pasukannya menyebrangi
selat dan mendarat di sebuah gunung, yang kemudian dikenal dengan
nama Gibraltar (Jabal Tarik). Tarik Bin Ziyad terus memasuki wilayah
Spanyol dan dalam pertempuran di Bakkah, Raja Roderik penguasa
Spanyol berhasil dikalahkan oleh Pasukan Tarik Bin Ziyad.
Langkah selanjutnya setelah menguasai Spanyol, Tarik Bin
Ziyad bersama pasukannya dan dibantu oleh penduduk setempat
(Spanyol) mulai mengadakan penak-lukan terhadap wilayah lain yang
berada di Spanyol, seperti kota Cordova, kota Granada dan kota
Toledo yang merupakan Ibu kota kerajaan Ghotia (saat itu) 5.
Sementara Tarik Bin Ziyad telah memperoleh kemenangan,
khusunya dalam perang Bakkah, di sisi lain, pasukan Musa Bin
Nushair mencoba menaklukan daerah-daerah lain yang belum dikuasai
oleh Tarik Bin Ziyad. Pada tahun 712 Masehi, Musa Bin Nushair
berhasil me-naklukan daerah-daerah yang juga berada di wilayah
Spanyol, seperti Kota Median, Kota Sidonia, Kota Kar-monia, Kota
Seville dan Kota Merida. Kemudian pasukan Musa Bin Nushair
bergabung dengan pasukan Tarik Bin Ziyad di Kota Toledo, yang
kemudian pasukan Tarik Bin Ziyad dan psukan Musa Bin Nushair
berangkat menuju utara wilayah Spanyol dan berhasil menaklukan
wilayah Aragon, Castille, Galicia, Saragosa, Barcelona dan wilayah
Praus 6.
Pada waktu Tarik Bin Ziyad dan Musa Bin Nushair
memenangkan berbagai pertempuran di wilayah Spanyol dan
menguasai Kota Andalusia, maka sejak itulah Spanyol mulai dikuasai
4
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1993), p. 19
5
Suparman Usman, Op.cit…85
6
Zainal Abidin Ahmad, Ilmu Politik Islam V (Sejarah Islam dan Umatnya
Sampai Sekaran,), ( Jakarta : Bulan Bintang, 1979), p. 97
3
oleh umat Islam di bawah kekuasaan Bani Umayah yang berpusat di
Damskus 7.
Menurut Prof. Dr. Suparman Usman, SH (1998:85)
Pemerintahan Islam di wilayah Spanyol sejak penaklukan pada awal
abad ke-8 Masehi sampai jatuhnya Bani Umayah, dapat dikatakan
tidak stabil. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai gangguan,
baik gangguan yang datang dari luar maupun gangguan yang datang
dari umat Islam itu sendiri.
Gangguan yang datang dari luar Islam adalah datang dari
sisa-sisa kerajaan Kristen yang ingin kembali berkuasa di wilayah
Andalusia (Spanyol). Sedangkan gangguan dari dalam umat Islam itu
sendiri adalah disebabkan karena adanya pertentangan etnis antara
Suku Barbar dan Suku Arab serta pertentangan etnis antar Suku Arab.
Disamping itu juga, adanya pertentangan, terutama perbedaan
pandangan antara penguasa Islam di kota Damaskus dengan penguasa
Islam di kota Qairawan yang masing-masing merasa paling berhak
terhadap wilayah Spanyol yang dianggapnya sangat menguntungkan
bagi daerahnya masing-masing, baik penguasa Islam di kota Damskus
maupun penguasa Islam di kota Qairawan, Karena perbedaan
pandangan inilah (tentang status Spanyol) telah terjadi dua puluh kali
pengganti wali (Gubernur) dalam waktu yang sangat singkat.
Pertentangan dalam internal suku Arab juga terjadi, yaitu
antara Suku Mudhari dengan Suku Yaman. Suku Mudhari dan Suku
Yaman selalu berselisih untuk memperebutkan kekuasaan. Masing-
masing suku, baik Suku Mudhari maupun Suku Yamani selalu
berusaha untuk menarik simpati Suku Barbar. 8
Menjelang kedatangan Abdurrahman Ad-Dakhil, Emir
terakhir yang berkuasa di wilayah Spanyol adalah Amir Yusuf
Abdurrahman Al-Fihri yang berasal dari suku Mudhari, musuh suku
Yamani. Sewaktu Bani Abbas merebut kekuasaan Bani Umayah,
Amir Yusuf Abdurrahman Al-Fihri yang merupakan penguasa Bani
Umayah di wilayah Toledo menyatakan tunduk kepada pemerintahan
Bani Abbas. 9
7
Suparman Usman, Opcit..85
8
Yoesof Souyb, Sejarah Daulat Abbasiyah II, (Jakarta : Bulan Bintang,
1977), P. 8
9
Suparman Usman, Op.cit…86
4
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Daulah Umayah II
Menurut Badri Yatim (1996:93), sejarah panjang yang
dilalui oleh umat Islam di wilayah Spanyol khususnya Daulat Umayah
II dapat diklasifikasi menjadi lima periode, yaitu Periode Pertama
(Tahun 756-912 Masehi), Periode Kedua (Tahun 912-1013 Masehi),
Periode Ketiga (Tahun 1013-1086 Masehi), Periode Keempat (Tahun
1086-1248 Masehi), dan Periode Kelima (Tahun 1248-1492 Masehi).
10
Suparman Usman, Ibid…86
5
melanjutkan ke barat menuju Maghribi. Maghribi adalah wilayah yang
tunduk di bawah kekuasaaan pemerintahan Amir Andalusia yang
berpusat di Toledo. Dengan demikian Abdurrahman dan Badar sudah
masuk ke wilayah Andalusia. Oleh karena itulah Abdurrahman diberi
gelar “Al-Dakhil” yang artinya “orang yang masuk ke Andalusia”.11
Dari wilayah Maghribi, Abdurrahman Al-Dakhil bersama
Badar melanjutkan perjalannya menuju ke sebelah barat Andalusia
dan sampai ke Kota Melilla, yaitu wilayah Ceuta. Pada saat
Abdurrahman dan Badar datang ke Kota Melilla, Abdurrahman
mendapatkan situasi pertentangan yang sengit antara suku-suku Arab
di daerah kekuasaan Andalusia. Disamping itu juga terdapat sejumlah
tokoh Bani Umayah yang dipecat oleh penguasa dan pendukung
Abbasiyah karena mereka tidak senang kepada pemerintahan Dinasti
Abbasiyah.
Kemudian Abdurahman bersama Badar menghimpun
kekuatan yang terdiri dari Suku Yamani dan para tokoh Bani Umayah
untuk menggulingkan Amir Yusuf Ibn Abdurrahman penguasa di
wilayah Andalusia. Pada tahun 756 Masehi para pendukung
Abdurrahman membai’atnya dan menyatakan kesetiaan mereka
kepada Abdurrahman Al-Dakhil di kota Melilla, sebuah kota sebelah
timur wilayah Ceuta .12
Pada tahun itu juga (tahun 756 Masehi) Abdurrahman
berhasil menyebrangi Selat Giblatar, menguasai Kota Algeciras,
sebuah kota di pantai selatan semenanjung Andalusia, menguasai Kota
Sevilla, meng-uasai Kota Sidonia, Kota Moron dela Frontera. Pada
saat itu, Amir Yusuf Bin Abdurrahman yang merupakan penguasa
wilayah Andalusia. Mendengar Abdurrahman dan pasukannya datang
ke wilayah-wilayah bagian wilayah kekuasaan Andalusia, maka Amir
Yusuf Bin Abdurrahman segera menyusun kekuatan untuk meng-
hadapi pasukan Abdurrahman Ad-Dakhil.
Pada tahun 756 Masehi terjadi pertempuran antara pasukan
Abdurrahman Ad-Dakhil dengan pasukan Amir Yusuf Bin
Abdurrahman di daerah Cordova. Dalam pertempuran di Cordova
inilah Abdurrahman Ad- Dakhil berhasil mengalahkan pasukan Amir
11
Joesoef Souyb, op.cit..9
12
Suparman Usman, Op.cit..87
6
Yusuf Bin Abdurrahman dan sekaligus menyatatakan proklamasi
tentang berdirinya “Daulah Umayah” (Daulah Umayah II).
Selama beberapa tahun memegang kekuasaan di wilayah
Spanyol, Abdurrahman I selalu dihadapkan kepada berbagai
pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Barbar, Yamaniah
dan orang-orang Tahiriyah. Untuk menghadapi gelombang pem-
berontakan tersebut dan sebagai upaya menjaga stabilitas dalam negeri
Spanyol, maka Abdurrahman I mengambil langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Menumpas gerakan pemberontakan yang dilakaukan oleh Abu
Sabah dan Matari (Kepala Suku Yamaniah).
b. Menumpas gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh
Hisyam Bin Urwah (Mantan Gubernur Toledo).
c. Menumpas gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh
Syaqna dari keturunan orang-orang Barbar.
8
dipertahankan oleh Abdullah. Karena tidak mampu melawan pasukan
imperium Khalifah Hisyam I yang kuat, maka Abdullah menyerah.
Kedua : Khalifah Hisyam I menumpas gerakan
pemberontakan yang dilakukan oleh Matrup (Anak Sulaiman) yang
bersekutu dengan Charlemagne. Dengan keberhasilan ini, wilayah
Saragosa dan wilayah Barcelona mengakui kembali kekuasaan Daulah
Umayah II dibawah pimpinan Khalifah Hisyam I.
Ketiga : Khalifah Hisyam I berhasil mengatasi gerakan
pemberontakan yang dilakukan oleh Kaum Yamaniah di bawah
pimpinan Said Bin Husain pada tahun 778 Masehi di Tortosa.
Gerakan penumpasan terhadap Said Bin Husain dipimpin oleh Musa
Bin Fortunio. Untuk menghargai jasa-jasa Musa Bin Fortunia,
Khalifah Hisyam I mengangkatnya (Musa Bin Fortunia) sebagai
Gubernur di wilayah Saragosa.
Setelah memulihkan stabilitas dalam negeri, Khalifah
Hisyam I mengalihkan perhatiannya ke arah utara. Penindasan oleh
suku-suku Kristen di wilayah perbatasan telah menjadi masalah yang
serius bagi Khalifah Hisyam I, karena serangan-serangan yang
dilancarkan oleh suku-suku Keristen berlangsung terus menerus.
Mereka (suku-suku Keristen) membakar, membantai warga muslim
yang berada di wilayah perbatasan. Khalifah Hisyam I menganggap
perlu memberikan pela-jaran kepada orang-orang Franka yang
penguasa-penguasanya melaksanakan kebijakan-kebijakan yang licik
terhadap Spanyol Sarasen. Khalifah Hisyam I mengirimkan dua
pasukan menuju Caalonia, masuk ke Perancis dan menyerang
Cerdagne.
Menurut Syed Mahmudunnasir (1991:289) Khalifah Hisyam
I adalah seorang penguasa yang adil, lemah lembut dan dermawan.
Khalifah Hisyam I menduduki tahta Daulah Umayah II selama 8
tahun, tetapi selam masa yang singkat itu, Khalifah Hisyam I banyak
melakukan kebaikan bagi orang-orang miskin dan orang-orang cacat.
Kedermawanannya terhadap rakyatnya me-limpah. Dengan pakaian
yang sangat sederhana Khalifah Hisyam I ditemukan dijalan-jalan
Cordova, bercampur dengan rakyat untuk mengetahui sendiri keluhan
dan penderitaan mereka. Khalifah Hisyam I sering menjaga di
samping tempat tidur orang sakit dan rakyat jelata, dan mendengarkan
cerita tentang kesusahan dan beban mereka. Pemerintahannya kuat
9
dan penuh semangat, kekacauan ditindas dengan tangan besi, dan
Khalifah Hisyam I tidak membiarkan kejahatan bebas dari hu-kuman.
Para pejabat yang korup dipecat dan tidak pernah diangkat kembali.
Khalifah Hisyam I menghentikan pengumpulan pajak yang tidak
Syah.
Daulah Umayah II pada masa kekhalifahan Hisyam I
mengalami berbagai kemajuan, khusunya dalam bidang ilmu
pengetahuan, yaitu dengan dibangunnya berbagai lemabaga
pendidikan untuk pengaajaran Bahasa Arab.
14
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid II , (Jakarta : PT. Al-
Husna Dzikra, 1993), p. 52
12
7. Khalifah Abdullah (Tahun 888-912 M)
Setelah Khalifah Munzir wafat pada tahun 888 Masehi,
Kekhalifahan Daulah Umayah II dipegang oleh Khalifah Abdullah.
Pada masa permulaan pemerintahan Khalifah Abdullah, huru-hara
pecah diantara bangsa Arab dan Bangsa Spanyol di distrik-distrik
Elvira dan Seville. Kepala-kepala suku Arab memperkukuh diri di
beberapa puri yang terkuat dan menentang kekuasaan raja. Sawwar
yang merupakan pemimpin bangsa Arab di Elvira mulai mengadakan
perjanjian dengan bangsa-bangsa Arab diluar daerah Elvira seperti
Regio, Jean dan Calatrava. Suatu Negara baru yang merdeka didirikan
di Seville oleh Ibrahim Bin Hajjah.
Sambil memanfaatkan keadaan yang kacau di dalam negeri
Spanyol Umar Bin Hafsun berusaha untuk memperluas kekuasaannya
ke semua jurusan yang ada di wilayah Spanyol. Umar Bin Hafsun
memperluas pengaruhnya kea arah utara spanyol dan berhasil
menduduki benteng utama di sebelah selatan Guadalquivir.
Merasa kekuasaannya terancam, Khalifah Abdullah
mengirimkan pasukannya di bawah pimpinan Ubaidillah untuk
menyerang pasukan Umar Bin Hafsun, dan Ubaidillah berhasil
mengalahkan Umar Bin Hafsun pada tahun 901 Masehi. Setelah
memimpin suatu pemerintahan yang dipenuhi dengan kerusuhan
selama 25 tahun, Khalifah Abdullah meninggal dunia pada tahun 912
Masehi .15
15
Syed Mahmudunnasir, Ibid…299
13
Abdurrahman III menduduki singgasana Kekha-lifahan
Daulah Umayah II di wilayah Spanyol pada tahun 912 Masehi, pada
saat usia Abdurrahman III menginjak usia 23 tahun. Khalifah
Abdurrahman III memiliki kepribadian yang kuat, keteguhan hati,
keberanian dan pertimbangan yang tepat.
Menurut Syed Mahmudunnasir (1991:299), pemerintahan
Khalifah Abdurrahman III dalam Daulah Umayah II membuka
pertanda yang menggembirakan bagi kaum muslimin, karena Khalifah
Abdurrahman III menandai adanya fajar masa kedamaian,
kemakmuran dan kemegahan dalam dunia Islam yang sebelumnya
(pada masa pemerintahan Khalifah Abdullah) keadaan imperium
Spanyol sangat menyedihkan, karena kebijakan pemerintahan
Khalifah Abdullah yang sangat lemah dan selalu mementingkan diri
sendiri.
Ketika Abdurrahman III menduduki tahta Kekhalifahan
Daulah Umayah II di wilayah Spanyol, situasi dan kondisi Bani
Umayah dalam keadaan yang lemah, karena banyak provinsi-provinsi
yang melepaskan diri dari kekuasaan Daulah Umayah II. Kemudian
Khalifah Abdurrahman III memberikan suatu pernyataan kepada
seluruh kaum muslimin di wilayah Spanyol, khususnya dunia Islam
yang berada di bawah kekuasaan Daulah Umayah II. Isi pernyataan
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Menuntut semua warganya yang berada di bawah
kekuasaan Daulah Umayah II tanpa memandang kelas
dan kepercayaan agar tunduk tanpa syarat kepada
pemerintahan Kekhalifahan Daulah Umayah II di bawah
pimpinan Khalifah Abdurrahman III.
b. Memberhentikan para pejabat dan pembangkang yang
berada di dalam lingkaran peme-rintahan Daulah
Umayah II.
c. Membasmi seluruh penyeleweng dan pengacau
ketentraman masyarakat.
d. Menjaga dan mengusahakan terjadinya keseimbangan
politik, memulihkan perdamaian dan stabilitas imperium
Bani Umayah.
Menurut Syed Mahmudunnasir (1991:301), bahwa pada
masa pemerintahan Khalifah Abdurrahman III, Kekhalifahan Daulah
14
Umayah II mengalami beberapa peristiwa penting dalam sejarah dunia
Islam, yaitu penggunaan gelar Khalifah, peperangan dengan Dinasti
Fatimiyah dan pertempuran dengan raja-raja Kristen.
16
Supraman Usman, Locit….90
15
Penggunaan gelar khalifah dalam Kekhalifahan Daulah
Umayah II diteruskan oleh para pengganti Khalifah Abdurrahman III
sampai hancurnya kekuasaan Kekahlifahan Daulah Umayah II pada
tahun 1031 Masehi.
19
Syed Mahmudunnasir, Ibid…301
17
tumbuh dan berkembang serta mencapai kemajuan yang pesat pada
masa Khalifah Abdurrahman III.20
Selain itu juga, pada masa Khalifah Ab-durrahman III,
dibangun sebuah istana di Cordova dengan nama “Al-Zahra” yang
merupakan salah satu kebanggaan kesenian Islam .21
Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila Khalifah
Abdurrahman II dikatakan sebagai seorang pembangun besar
“Cordova”. Menurut Philip K. Hitti, “Dengan setengah juta penduduk,
tujuh ratus mesjid, dan tiga ratus pemandian umum, keagungganya
hanya kalah oleh Baghdad dan Konstantinopel”. Di Dekat Cordova,
Khalifah Abdurrahman III membangun sebuah istana yang indah yang
disebut Al-Zahra dan dianggap sebagai suatu keajaiban kesenian
Isalam.
Khalifah Abdurrahman III wafat pada tanggal 2 Ramadhan
tahun 350 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 15 Oktober tahun 961
Masehi.22
20
Syed Mahmudunnasir, ibid..304-305
21
Syed Mahmudunnasir, Ibid 304-305
22
Umar Asaudin Sokah, Abd. Rahman III dan Sultan Akbar, (Yogyakarta :
IAIN Sunan Kalijaga, 1991), p.86
23
Umar Asaudin Sokah, Ibid…86
18
c. Melarang penggunaan minuman anggur.
d. Menegakan ketentraman semua negeri yang berada di
bawah kekuasaan Kekhalifahan Daulah Umayah II.
e. Menerapkan sistem ajaran toleransi terhadap agama-
agama yang berkembang di wilayah kekuasaan
Kekhalifahan Daulah Umayah II.
f. Mengadakan pengelolaan sumber daya alam untuk
mendukung kemajuan Kekhalifahan Daulah Umayah II,
khususnya dalam bidang pertanian dan perdagangan.
g. Mengadakan pembangunan sarana transportasi.
h. Mengadakan pembangunan sarana pemukiman,
khususnya sarana pemondokan bagi orang-orang fakir
miskin.
i. Mendirikan rumah sakit umum, sebagai sarana pelayanan
kesehatan kepada ma-syarakat.
24
Syed Mahmudunnasir, Locit…307
19
suatu ekspedisi ke wilayah bagian barat Afrika utara yang dipimpin
oleh Jendral Ghalib. Ekspedisi yang dipmpin oleh Jendral Ghalib ini
bertujuan untuk menghentikan kemajuan Dinasti Fatimiyah di wilayah
Kairo yang dipimpin oleh Khalifah Al-Mu’iz.
Pada tahun 975 Masehi, Khalifah Hakam II memperluas
wilayah kekuasaan Kekhalifahan Daulah Umayah II ke seluruh
wilayah Maroko dan berhasil mengalahkan Dinasti Idrisiyah25
25
Syed Mahmudunnasir, Ibid…307
20
3. Khalifah Hisyam II (Tahun 976-1009 M)
Setelah Khalifah Hakam II wafat pada tahun 976 Masehi,
kekuasaan Kekhalifahan Daulah Umayah II dipegang oleh Khalifah
Hisyam II yang berusia 10 tahun dengan gelar “Al-Mu’ayyid”. Karena
usia Khalifah Hisyam II relative masih muda, maka ibunya yang
bernama Subh dan sekretaris Khalifah Hisyam II yang bernama
Muhammad Ibn Amir mengambil alih roda pemerintahan yang
berjalan di Kekhalifahan Daulah Umayah II. Muhammad Ibn Amir
yang bergelar Khajib Al-Mansur merupakan seorang yang tangkas dan
berambisi untuk mengambil semua kekuasaan Kekha-lifahan Daulah
Umyah II.
Strategi yang dilakukan Muhammad Ibn Amir (Khajib Al-
Mnsur) dalam rangka merelisasikan ambisinya rmenguasai
Kekhalifahan Daulah Umayah II adalah dengan cara menguasai
militer Kekhalifahan Daulah Umayah II, disamping mengadakan
konsolidasi dengan kekuatan-kekuatan Barbar dari wilayah Afrika
Utara dan kekuatan orang-orang Kristen dari wilayah utara Spanyol.
Untuk menghilangkan kecemburuan masyarakat Dunia Arab, maka
disebarlah orang-orang Arab beberapa divisi Barbar dan Kristen
disertai pengawasan secara militer. Dengan strategi ini, Khajib Al-
Mansur dengan mudah dapat merontokan gerakan para pemberontak
yang merasa tidak puas terhadap kepemimpinannya (Khajib Al-
Mansur).
Gerakan pembangunan yang dilakukan Kekhalifahan Daulah
Umayah II pada masa Khalifah Hisyam II yang pemerintahannya
didominasi Khajib Al-Mansur lebih menitik beratkan kepada
pengembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Dalam bidang Ilmu
Penge-tahuan, muncul para pengarang sastra, salah satunya adalah
Abu Al-‘Ala’ Said Bin Al- Khasan.
Pada tahun 1002 Masehi, Khajib Al-Mansur wafat dan
digantikan oleh anaknya yang bernama Abdul Malik dengan gelar
“Al-Muzaffar”. Setelah Abdul Malik wafat pada tahun 1008 Masehi,
penguasa Kekhalifahan Daulah Umayah II, dalam hal pejabat
Sekretaris Negara dipegang oleh Abdurrahman. Abdurrahman tidak
memiliki kualitas sebagai Sekretaris Negara, sehingga dalam beberapa
tahun saja Kekhalifahan Daulah Umayah II berada dalam kondisi yang
21
menghawatirkan, karena wilayah Spanyol sudah mulai terpecah
menjadi negara-negara kecil yang berpusat di kota-kota kecil. 26.
26
W. Monttgomery, The Majed That Was Islam, Terjemahan Hartono
Hadikusumo, Kejayaan Islam, (Yogyakarta : Tiara Kencana, 1990), p.217-218
27
Nourozzaman Shiddieq, Tamaddun Islam, Bunga Rampai Kebudayaan
Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1986), p.70
22
Pada tahun 1062 Masehi Yusuf Ibn Tasyfin dan pasukannya
mulai memasuki wilayah Spanyol atas undangan kaum muslimin di
wilayah Spanyol, karena pada saat itu wilayah Spanyol berada dalam
tekanan kaum Kristen, Yusuf Ibn Tasyfin berhasil mematahkan
dominasi kaum Kristen dan terus mengembangkan kekuatannya di
wilayah Spanyol.
Setelah Yusuf Ibn Tasyfin wafat pada tahun 1147 Masehi,
Kekhalifahan Dinasti Murabithun berakhir, dan digantikan oleh
Kekhalifahan Dinasti Muwahhidun yang didirikan oleh Ibnu Tumart.
Kekhalifahan Dinasti Muwaihhidun datang ke wilayah
Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun’im. Pada rentang waktu
antara tahun 114 sampai 1154 Masehi beberapa kota muslim, seperti
Cordova, Almeria dan Granada jatuh kepada kekuasaan Kekhalifahan
Dinasti Muwahhidun dan kekuatan Kristen dapat dipukul mundur dari
wilayah Spanyol.
Akan tetapi, tidak lama setalah penguasaan terhadap wilayah
Cordova, wilayah Almeria dan wilayah Granada, pada tahun 1212
Masehi Kekhalifahan Dinasti Muwahhidun mengalami kelemahan dan
kaum Kristen mulai bangkit dan berhasil menguasai Las Navas de
Toleso.
Kekalahan yang dialami oleh Kekhalifahan Dinasti
Muwahhidun menyebabkan para penguasa Kekhalifahan Dinasti
Muwahhidun memilih meninggalkan wilayah Spanyol dan kembali ke
wilayah Afrika Utara pada tahun 1235 Masehi. Pada tahun 1248
Masehi seluruh wilayah Spanyol, kecuali wilayah Granada lepas dari
kekuasaan Duni Islam.
23
Priode Kelima (Tahun 1248-1492)
Menurut Nourouzzaman Shiddieqy, (1986:75), pada periode
kelima kekuatan Islam di wilayah Spanyol , khususnya Kekhalifahan
Daulah Umayah II hanya berada di wilayah Granada di bawah
pimpinan Bani Ahmar yang didirikan oleh Muhammad Ibn Yusuf Ibn
Nashir.
Kekuasan Dinasti Bani Ahmar ini berakhir karena adanya
perselisihan diantara keluarga Bani Ahmar itu sendiri, yaitu
perselisihan antara Muhammad Ibnu Sa’ad dengan Abu Abdullah.
Abu Abdullah meminta bantuan kepada dua orang penguasa Kristen,
yaitu Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkan Muhammad Ibn
Sa’ad. Ferdenand dan Isabella berhasil mengalahkan Muhammad Ibn
Sa’ad dan menggantikan kekuasaan Bani Ahmar kepada Abu
Abdullah.
Dengan naiknya Abu Abdullah, membuka jalan bagi
Ferdenand dan Isabella untuk merebut Granada yang merupakan
benteng terakhir umat Islam di wilayah Spanyol. Pada tahun 1492
Masehi wilayah Granada berhasil dikuasai oleh Ferdenand dan
Isabella, yang secara otomatis berakhirnya kekuasaan Kekhalifahan
Daulah Umayah II di wilayah Spanyol.
28
Amin Omar Hosein, Kultur Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1981), p.116
26
Abu Hamid Muhammad Al-Muzini berhasil membuat
karya sebuah Kitab yang dikenal dengan nama kitab
Tuhfatul Albab Wa Tuhfatul I’jab.
d. Ibnu Batutah (tahun 1304-1378 Masehi).
Kitab yang berhasil dikarang Ibnu Batutah adalah kitab
Tuhfatul Nuzzar Fi Gharaib Al-Anshar Wa Ajaib Al-
Ashfar. 29
3. Bidang Militer
Pembangunan dan perkembangan militer pada masa kejayaan
Islam di Spanyol, khususnya pada masa Kekhalifahan Daulah
Umayah II nampak pesat seperti juga perkembangan di wilayah Islam
lainnya. Hal ini berkaitan dengan upaya pertahanan Negara
menghadapi dunia luar. Permbangunan dan perkembangan militer
pada masa Kekhalifahan Daulah Umayah II adalah sebagai berikut :
a. Pembangunan pangkalan armada dan pabrik senjata di
Cartagena dan Cadis.
b. Membangun benteng-benteng pertahanan di beberapa kota di
wilayah Spanyol.
c. Pembentukan birokrasi kepolisian sampai ke distrik yang jauh
terpencil.
d. Membangun angkatan bersenjata yang kuat, terutama
pembangunan armada angkatan laut yang terbesar pada waktu
itu (masa pemerintahan Khalifah Abdurrahman III).
30
Suparman Usman, Ibid…98
29
D. Kemunduran Daulah Umayah II
Kekhalifahan Dinasti Bani Umayah II berkuasa di wilayah
Spanyol dapat mempertahankan kekuasaannya sampai tahun 1031
Masehi, sesudah itu, kekuasaan di semenanjung Andalusia terpecah ke
dalam beberapa kerajaan kecil yang selalu berperang diantara mereka.
Kerajaan-kerajaan kecil itu umpamanya Dinasti Ibadiyah, Dinasti
Murabit (Murabithun), Diasti Muwahid (Muwahhidun), Bani
Nashiriyah (Bani Ahmar), Hamudiyah, Jawariyah, Amriyah. Jumlah
kerajaan kecil ini sangat banyak.
Menurut A.R. Nykl ada dua puluh tiga, yang sebagian
diantaranya hanyalah penguasa-penguasa kota tertentu di wilayah
bekas Dinasti Umayah. Mereka terdiri dari kelompok Barbar, Sicilia
dan Arab. Masa ini disebut masa Muluk Al-Thawaif. Kerajaan-
kerajaan kecil tersebut menyatakan berdiri sendiri, bebas dari kerajaan
pusat. 31
Sebab-sebab yag membawa kemunduran Daulah Umayah II,
menurut Prof. Dr.H Suparman Usman, SH (1998:103) adalah sebagai
berikut :
1. Konflik Internal
Terjadi persaingan dalam lingkungan keluarga istana dalam
memperebutkan kursi kerajaan. Keadaan ini selalu dimanfaatkan oleh
pihak luar yang memecah belah mereka untuk mengambil keuntungan
yang pada dasarnya merugikan kepentingan Islam. Konflik internal
juga terjadi dalam intern umat Islam yang terdiri dari kelompok
Barbar, Sicilia dan Arab. Mereka satu sama lain saling berebut
kekuasaan Kekhalifahan Bani Umayah II di wilayah Spanyol.
31
Suparman Usman, Ibid…100
30
2. Fanatisme Arab yang Berlebihan
Kekhalifahan Bani Umayah II mempertahankan Islam non
Arab sebagai penduduk kelas dua, yang menyebutnya dengan istilah
‘ibad atau Muwalladun (satu ungkapan yang dinilai merendahkan).
Karena fanastisme yang berlebihan ini, maka tidak terjadi pembaruan
sosial politik dan budaya antara kelas penguasa (Arab) yang merasa
sebagai tuan dengan kelas pribumi yang dianggap rendah derajatnya.
3. Tidak Terjadi Islamisasi
Para penguasa muslim lebih banyak memusatkan perhatian
mereka kepada masalah politik. Mereka tidak melaksanakan da’wah
dalam arti penanaman Islam secara ideologis. Rakyat pribumi Spanyol
umumnya dibiarkan tetap berpegang kepada agama, hukum dan adat
kebiasaannya. Keadaan demikian menyebabkan antara penguasa
muslim tidak terdapat hubungan ideologis dengan rakyat yang
mayoritas non muslim. Pada sisi lain keadaan di atas menyebabkan
rasa patriotism dan nasionalisme orang-orang Spanyol tetap kuat.
4. Faktor Ekonomi
Perekonomian Islam Spanyol pada awal kejayaannya
menunjukan kemajuan pesat, karena tanahnya yang subur dan
kegiatan perdagangannya yang berkembang dengan pesat. Namun
pada paruh kedua kekuasaan Islam di Spanyol sumber perekonomian
negara sangat lemah, karena hanya mengandalkan pada pajak atau
upeti.
5. Konflik Islam dan Kristen
Kerajaan Kristen di Spanyol sebagian besar telah
menyatakan tunduk pada penguasa Islam, dan sebagian kecil
menyingkir ke bagian utara. Sekalipun mereka telah tunduk dan
mengakui kekalahan serta bersedia membayar upeti, namun mereka
pada dasarnya tetap selalu mencari kesempatan dan kelengahan untuk
mengadu domba dan menghancurkan umat Islam.
Pada saat kemunduran Islam dipenghujung kekuasaan
Kekhalifahan Daulah Umayah II yang diteruskan dengan masa Muluk
Al-Thawaif, kerajaan Kristen mulai bangkit dan bersatu melaksanakan
31
penghancuran Islam. Sampai pada satu saat secara terang-terangan,
mereka mengusir umat Islam dari bumi Spanyol secara paksa. Jadi
setelah Islam berkuasa di Spanyol selama lebih kurang dari 700 tahun,
akhirnya sampai pada satu kenyataan, mereka dipaksa oleh Kristen
harus memilih, tinggal di Spanyol dengan memeluk agama Kristen,
atau tetap beragama Islam tetapi harus meninggalkan Spanyol.
32