Anda di halaman 1dari 70

PROPOSAL

TUGAS AKHIR

HIGIENITAS DEPOT AIR MINUM DI KECAMATAN BALIKPAPAN


UTARA KOTA BALIKPAPAN

Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan


Pada Universitas Balikpapan

MURSALIN
10.11.106.701501.0284

PROGRAM STUDI DIPLOMA EMPAT


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
2015
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Higienitas Depot Air Minum Di Kecamatan Balikpapan


Utara Kota Balikpapan
Nama : Mursalin
NIM : 10.11.106.701501.0284
Program Studi : D4-K3
Jurusan : Fakultas Teknik D4-K3

Balikpapan, Juli 2015

Menyetujui, Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II

Sri Purwanti, M.Si Widya Mulia, ST.,M.Si


Nip 011 007 010 013 007 022

2
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan curahan

rahmat dan kesehatan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat berjalan

dengan baik sesuai dengan yang direncanakan oleh penulis.


Selama proses penelitian tentu banyak kendala-kendala yang penulis

hadapi, akan tetapi berkat bantuan, saran dan masukan dari semua pihak yang

terkait menjadikan penelitain ini dapat dilaksanakan. Olehnya itu penulis

bermaksud menyampaikan ucapan terima kasih kepada:


1. Dr. H. Suhartono. SE, MM selaku Rektor Universitas Balikpapan.
2. Ir. Maslina, MM, MT selaku Direktur Diploma Empat dan
Kesehatan Kerja Universitas Balikpapan.
3. Komeyni Rusba S.Si. M.Sc. Selaku Ketua Program Studi Diploma
Empat dan Kesehatan Kerja Universitas Balikpapan.
4. Semua Dosen serta staff fakultas Diploma Empat Keselamatan dan

Kesehatan Kerja yang memberikan bekal ilmu dan arahan-arahan

selama ini.
5. Kedua orang yang senantiasa memberikan dukungan sehingga

penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai rencana.


6. Rekan-rekan Mahasiswa/Mahasiswi Fakultas Teknik Diploma Empat

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Balikpapan angkatan

2010 yang juga senantiasa memberikan motivasi dan dukungan agar

penelitian ini dapat terlaksana dengan tepat waktu dan sesuai dengan

harapan.

Namun sejalan dengan proses penerbitan penelitian ini, penulis

menyadari bahwa di dalamnya terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran

dan masukan dari pembaca dan pihak yang terkait sangat kami harapkan demi

perbaikan. Mudah-mudahan dengan terbitnya penelitian ini dapat memberikan

3
manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan bagi peneliti mendatang pada

khususnya serta pihak-pihak yang terkait lainnya.

Balikpapan, Juli 2015

Penulis

4
Daftar Isi

Lembar Pengesahan...............................................................................................ii
Kata Pengantar.....................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................v
Daftar Gambar.....................................................................................................vii
Daftar Tabel.........................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................10
C. Batasan Masalah.........................................................................................10
D. Tujuan Penelitian........................................................................................10
E. Manfaat Penelitian......................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................12
A. Air Minum...................................................................................................12
1. Pengertian Dan Fungsi Air Bagi Tubuh.............................................12
2. Air Sebagai Senyawa Kimia...............................................................13
B. Pengolahan Air Minum Isi Ulang..............................................................15
C. Good Manufacturing Practice (GMP)........................................................20
D. Hygiene Dan Sanitasi Depot Air Minum..................................................22
1. Lokasi....................................................................................................23
2. Bangunan..............................................................................................24
3. Fasilitas Sanitasi..................................................................................26
4. Sarana Pengolahan Air Minum..........................................................27
5. Air Baku...............................................................................................29
6. Pelayanan Konsumen..........................................................................29
7. Karyawan.............................................................................................29
8. Pekarangan...........................................................................................30
9. Pemeliharaan.......................................................................................30

5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................32
A. Rancangan Penelitian.................................................................................32
B. Tempat, Waktu Dan Objek Penelitian......................................................36
1. Tempat Penelitian................................................................................36
2. Waktu Penelitian..................................................................................36
3. Objek Penelitian..................................................................................36
C. Definisi Operasional Variabel....................................................................37
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................................37
E. Metode Analisis Data..................................................................................38
Daftar Pustaka......................................................................................................40

6
Daftar Gamba

Gambar 2. 1 Contoh Bagan Proses Air Minum Isi Ulang............20Y


Gambar 3. 1 Peta Kota Balikpapan..............................................34
Gambar 3. 2 Diagram Alir Proses Penelitian................................35

7
Daftar Tabel

Tabel 1. 1 Data Populasi Penduduk Kota Balikpapan.....................8


Tabel 3. 1 Data Populasi Penduduk Kota Balikpapan...................36
Tabel 3. 2 Tabel Kategori Tingkat Higienitas................................44

8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 tahun 2010

bahwa Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa

proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung

diminum. Pengertian air minum dapat dilihat juga dalam Keputusan

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor :

651/MPP/Kep/10/2004 yaitu tentang persyaratan teknis Depot air minum

dan perdagangannya. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa Air

minum adalah air baku yang telah diproses dan aman untuk diminum.

Air merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda

pemenuhannya. Manusia membutuhkan air terutama untuk minum.

Ketersediaan air didunia ini begitu melimpah ruah, namun yang dapat

dikonsumsi oleh manusia untuk keperluan air minum sangatlah sedikit.

Dari total jumlah air yang ada, hanya 5% saja yang tersedia sebagai air

minum, sedangkan sisanya adalah air laut. Namun di dunia,

kecenderungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya

ketersediaan air bersih itu dari hari ke hari. Semakin meningkatnya

populasi, semakin besar pula kebutuhan akan air minum. Sehingga

1
ketersediaan air bersih pun semakin berkurang (Kumalasari, Satoto.

2011, dalam Dian, 2012).

2
3

Notoatmodjo (2007: 172) menjelaskan bahwa tubuh orang

dewasa, sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak

sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%. Fungsi air dalam tubuh manusia

memegang peranan yang sangat penting dan tidak tergantikan untuk

menjamin kelancaran proses metabolisme di dalam tubuh. Air yang

dibutuhkan adalah air bersih yang bebas dari pencemaran, belum

terkontaminasi dengan zat – zat kimia, dan telah memenuhi syarat untuk

dikonsumsi. (Iin, 2012)

Standar kualitas air minum yang memenuhi syarat menurut

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 di lihat

dari unsur mikrobiologi, fisik, maupun kimiawi. Air minum dapat kita

peroleh dengan berbagai macam cara pengolahan salah satunya adalah

pengolahan depot air minum isi ulang. Konsumsi Depot Air Minum

(DAM) pada beberapa tahun terakhir ini sudah meningkat, utamanya di

kalangan masyarakat perkotaan. (Dian, 2012)

Salah satu alternatif untuk mengkonsumsi air minum saat ini

yang banyak beredar di masyarakat adalah Air Minum Isi Ulang (AMIU).

Selain murah, mudah diperoleh, air minum isi ulang dianggap praktis

karena masyarakat langsung dapat mengkonsumsi air tersebut tanpa

dimasak lagi. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas air minum

isi ulang yaitu hygiene dan sanitasi depot, sarana pengolahan, dan proses

pengolahan air minum isi ulang. Proses pengolahan air minum isi ulang
4

yang saat ini dilakukan diberbagai depot yang ada di masyarakat yaitu

proses ozonisasi, ultraviolet (UV), dan reversed osmosis (RO). (Iin,

2012)

Pengusaha Depot Air Minum menjual air minum dengan harga

relatif murah dan bagi konsumen dirasa lebih praktis, karena air tersebut

bisa langsung diminum tanpa memasaknya terlebih dahulu. Namun

konsumen tidak menyadari bahwa telah banyak usaha DAM yang dalam

pelayanannya tidak memenuhi syarat, seperti tidak memperhatikan

hygiene perorangan dimana saat proses pengisian air minum

ditemukannya petugas yang merokok pada saat melayani konsumen serta

tidak menggunakan pakaian kerja. Kualitas air minum juga di pengaruhi

oleh keadaan sekitar depot yang kurang bersih, sanitasi yang kurang baik

dan pengolahan air yang kurang maksimal. Hal ini dapat menimbulkan

pencemaran air baik fisik, kimia maupun bakteriologi, yang nantinya

dapat berpengaruh pada kualitas air minum sehingga dapat merugikan

konsumen itu sendiri. (Dian,2012)

Dengan melihat hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasrin

Djou (2011) yang berjudul Studi Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di

Wilayah Kecamatan Bolango Selatan Kabupaten Bone Bolango dapat

dilihat bahwa hasil yang diperoleh adalah pada ke empat depot yang

diteliti, tiga depot diantaranya (depot 1,2 dan 4) menunjukkan negatif

coliform dan E.coli dikarenakan ke tiga depot tersebut menggunkan ultra


5

violet (UV) dan ozon untuk proses sterilisasi pengolahan air minum,

namun pada salah satu depot (depot 3) menunjukkan positif coliform dan

E.coli, ini dibuktikan dengan adanya fermentasi pada laktosa broth (uji

penduga) dan adanya koloni bakteri berwarna hijau metalik pada media

EMBA dan hanya menggunkan UV untuk proses sterilisasi pengolahan

air minum. (Dalam Dian, 2012)

Berdasarkan pemeriksaan BPOM (dalam Andriyani, 2003)

mengenai mutu air produksi depot air minum isi ulang di 5 Kota (95

depot) Indonesia bahwa depot AMIU yang menggunakan proses UV

sebanyak 53 depot, proses ozonisasi 2 depot, proses UV + ozon sebanyak

28 depot, dan proses UV + ozon + RO sebanyak 1 depot, dengan 19

produk yang tidak memenuhi syarat mikroba, dan 9 produk yang

mengandung cadmium melebihi batas yang diperbolehkan, kemudian

dalam penelitian Suprihatin dkk (2003) mengenai analisis AMIU di 10

Kota besar di Indonesia menyatakan bahwa kualitas AMIU bervariasi,

dengan 34 % sampel tidak memenuhi sedikitnya satu parameter kualitas

air minum berdasarkan Kepmenkes RI No.907/Menkes/SK/VII/2002,

dan 16% sampel tercemar bakteri coliform. (dalam Dian, 2012)

Dalam penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sitorus (2009)

mengenai analisis kualitas air minum melalui proses ozonisasi,

ultraviolet, dan reserve osmosis di Kota Samarinda, dengan jumlah

sampel yang diperiksa sebanyak 10 sampel AMIU masing-masing 6


6

sampel AMIU dari pengolahan secara UV, 2 sampel AMIU dari

pengolahan secara ozonisasi, dan 2 sampel AMIU dari pengolahan secara

RO. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Sitorus (2009) menyimpulkan

bahwa dari berbagai parameter yang diperiksa, AMIU yang diolah

melalui UV, ozon, dan RO masih sesuai dengan standar baku mutu

Kepmenkes RI No.907/Menkes/SK/VI/2002, dan air minum yang terbaik

berdasarkan hasil analisisnya adalah air minum yang diolah melalui

proses RO. (dalam Dian, 2012)

Di DKI Jakarta secara estetika performance dari segi fisik

etalase untuk kegiatan tersebut 90 % sudah menunjukkan kebersihan dan

hygienitas yang baik. Selebihnya (10%) masih kurang memenuhi syarat

kebersihan dan hygienitas. Sementara itu pada bagian dalam, yaitu sistem

pengolahan air, seperti peralatan pompa-pompa, tabung filter pasir dan

karbon aktif, catridge filter, tangki-tangki air baku dan air hasil

pengolahan masih tidak tertata rapi dan memberikan kesan kurang

terpelihara/terawat, sehingga tampak agak kotor.

Penelitian sejenis lain menunjukkan dari 38 Depot Air Minum di

Demak yang diteliti higienitasnya terdapat 8 depot yang tidak baik

(21,1%) dan 30 depot yang baik (78,9%) sedangkan parameter sanitasi

terdapat 16 depot yang tidak baik 42,1%) dan 22 depot yang baik

(57,9%). (Muhammad Navis, 2013). Pada penelitian lain yang dilakukan

oleh Ari Khoeriyah dkk (2013) dalam aspek kondisi hygiene sanitasi
7

fisik, dari 7 depot yang diteliti terdapat 2 depot (28,6%) yang tidak

memenuhi syarat dan 5 depot (71,4%) yang memnuhi syarat.

Selain itu kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) sebagian besar

pengelola maupun operator kurang menguasai betul sayarat-syarat SOP

(Standard Operasion Procedure) untuk pengoperasian unit usaha

tersebut. Umumnya operator atau yang juga sekaligus merangkap sebagai

pelayan penjualan hanya melakukan pembilasan, pengisian dan

penutupan botol galon.

Sementara dalam hal manajemen pengelolaan, secara umum

usaha ini dilaksanakan dengan sistem kekeluaragaan, sehingga disiplin

operator atau penjual terkesan kurang profesional atau kurnag cepat dan

tanggap dalam pelayanan kepada calon pembeli atau calon pembeli.

(Satmoko & P. Nugroho, 2005)

Keberadaan DAM saat ini bukan hanya terdapat di kota-kota

besar di Indonesia saja namun telah sampai juga ke Balikpapan.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan bahwa

jumlah depot air minum hingga tahun 2015 adalah sebanyak 120 Depot

yang tersebar di 6 Kecamatan yaitu ;Kecamatan Balikpapan Timur (9

Depot), Kecamatan Balikpapan Selatan (38 Depot), Kecamatan

Balikpapan Kota (0 Depot), Kecamatan Balikpapan Tengah (29 Depot),

Kecamatan Balikpapan Utara (30 Depot), Kecamatan Balikpapan Barat

(14 Depot). (Sumber: Bagian PSDK DKK Kota Balikpapan)


8

Data hasil pemantauan dan pengawasan yang dilakukan oleh

Bagian Puskesmas Setempat dan dilaporkan ke bagian P2PL DKK

Balikpapan pada tahun 2014 (form 14 dalam frofil 2014 tentang “Jumlah

Dan Persentase Sampel Air Bersih Yang Memenuhi Persyaratan Secara

Fisik, Kimiawi Dan Bakteriologis”) bahwa pemeriksaan fisik, kimia dan

bakterilogis yang memenuhi syarat dapat dilihat di masing-masing

Kecamatan:

1. Pemeriksaan fisik; Kecamatan Balikpapan Timur (tidak

dilaporkan); Kecamatan Balikpapan Selatan (100%);

Kecamatan Balikpapan Kota (78%); Kecamatan Balikpapan

Tengah (100%); Kecamatan Balikpapan Utara (69%); dan

Kecamatan Balikpapan Barat (100%)

2. Pemeriksaan kimiawi; Kecamatan Balikpapan Timur (tidak

dilaporkan); Kecamatan Balikpapan Selatan (100%);

Kecamatan Balikpapan Kota (tidak dilaporkan); Kecamatan

Balikpapan Tengah (tidak dilaporkan); Kecamatan

Balikpapan Utara (tidak dilaporkan); dan Kecamatan

Balikpapan Barat (tidak dilaporkan)

3. Pemeriksaan Bakteriologis; Kecamatan Balikpapan Timur

(tidak dilaporkan); Kecamatan Balikpapan Selatan (100%);

Kecamatan Balikpapan Kota (50%); Kecamatan Balikpapan

Tengah (tidak dilaporkan); Kecamatan Balikpapan Utara


9

(tidak dilaporkan); dan Kecamatan Balikpapan Barat (tidak

dilaporkan)

Berdasarkan data dari Pusat Statistik Kota Balikpapan bahwa

terjadi peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun yang cukup

siknifikan khususnya di Balikpapan Utara dan juga sekaligus merupakan

tingkat populasi penduduk terbanyak di Kota Balikpapan. Dengan

meningkatnya jumlah penduduk maka jumlah pengguna Depot Air

Minum Isi ulang juga semakin meningkat. Sehingga semakin banyak

pengguna air minum isi ulang berarati tingkat produksi dari Depot Air

Minum juga akan meningkat. Dengan meningkatnya produksi tersebut

tentunya akan menyebabkan kondisi dari bahan ataupun peralatan life

time-nya semakin singkat, selain itu bahan/alat tidak dapat lagi bekerja

optimal. Dengan demikian jika Pengolahan Air Minum Isi Ulang tidak

dilakukan dengan benar dan sesuai dengan persyaratan maka akan

berimbas terhadap masyarakat sekitar. Yang mana semakin banyak

pengguna berarti tinkat penyebaran efek yang dihasilkan juga akan

semakin meluas.

Tabel 1. 1 Data Populasi Penduduk Kota Balikpapan


Balikpapa Balikpapan Balikpapa Balikpapan Balikpapan Balikpapa Jumlah/
Tahun
n Selatan Timur n Utara Tengah Barat n Kota Total
2002 155 960 48 204 87 128 110 503 80 778 - 482 573
2003 162 854 47 546 90 514 102 783 82 883 - 486 580
2004 166 116 48 597 94 028 103 770 82 803 - 495 314
2005 168 768 49 010 94 184 104 810 83 634 - 500 406
2006 173 040 49 665 94 433 106 184 84 798 - 508 120
2007 177 133 49 906 96 103 106 776 85 611 - 515 529
2008 180 923 51 311 98 541 108 056 88 132 - 526 963
10

2009 183 858 52 611 102 471 109 754 89 831 - 538 525
2010 190 529 60 088 122 098 98 498 83 364 - 554 577
2011 191 737 60 664 123 214 98 552 83 412 - 557 579
2012 116 909 65 335 125 759 103 904 89 084 87 780 588 771
2013 121 323 65 597 130 698 103 529 90 183 86 355 599 685

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Satmoko Yuo dan P.

Nugroho Rahardjo (2005) bahwa alasan terbesar dari responden (DKI

Jakarta) yang membeli Air Minum Isi Ulang adalah karena praktis dan

tidak perlu dimasak (68,09%) alasan lain adalah; alasan lainnya

(14,89%); lebih baik kualitas air minumnya (8,51%); lebih murah dari

minum lainnya (6,38%) dan yang terendah adalah karena tidak ada

pilihan lain (2,13%).

Dari hasil uraian tersebut di atas dapat bahwa masyarakat yang

mengkonsumsi air minum isi ulang sekitar 68,09 % yang mengkonsumsi

dengan alasan praktis tanpa perlu adanya proses lebih lanjut lagi sebelum

diminum. Hal ini tentu sangat berbahaya jika Depot Air Minum selaku

penyedia air minum isi ulang ini tidak menggunakan baha/peralatan yang

bukan tara pangan dan dalam kondisi yang tidak optimal, serta kondisi

higienitas selama proses produksi tidak diperhatikan. Hal ini dapat terjaid

karena tidak ada kontrol dari pemerintah secara serius, hal ini terlihat dari

data depot yang terdata pada Dinas Kesehatan Kota Balikpapan dari

tahun 2003 sampai tahun 2015 tercatat ada sebanyak 120 depot akan

tetapi yang memiliki izin yang masih berlaku sampai hari ini (31 Juli
11

2015) hanya 4 depot. Hal menunjukkan kepedulian pelaku usaha Depot

Air Minum kurang memperhatikan kualitas air yang mereka jual kepada

konsumen.

Hal tersebut di atas adalah merupakan alasan peneliti untuk

mengambil topik penelitian yang berjudul “ Hygienitas Depot Air Minum

di Kecamatan Balikpapan Utara Kota Balikpapan”.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah kondisi Higienitas Sanitasi Depot Air Minum di

Kecamatan Balikpapan Utara?

2. Bagaimanakah kondisi fisik Depot Air Minum di Kecamatan

Balikpapan Utara?

C. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang muncul dalam

penelitian ini maka peneliti hanya akan membahas tentang kondisi


12

higiene sanitasi, dan kondisi fisik Depot Air Minum (DAM) di

Balikpapan Utara.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Kondisi Higienitas Sanitasi Depot Air Minum di Kecamatan

Balikpapan Utara.

2. Kondisi fisik Depot Air Minum di Kecamatan Balikpapan Utara.


13

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

Memberi pengalaman dalam melaksanakan penelitian di masyarakat

serta menambah wawasan dan pengetaguan dalam mengembangkan

ilmu pengetahuan yang dimiliki. Serta dalam rangka menyelesaikan

tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Terpan pada Universitas Balikpapan Jrusan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.

2. Bagi Institusi pendidikan

Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam hal Depot

Air Minum

3. Bagi Masyarakat.

Untuk memberikan informasi terhadap masyarakat setempat dalam

memilih Depot Air Minum.


a. BAB II

b. TINJAUAN PUSTAKA

c.

A. Air Minum

1. Pengertian dan fungsi air bagi tubuh

d. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom Hidrogen (H)

dan satu atom Oksigen (O) yang berikatan secara kovalen yang

sangat penting fungsinya. Dengan adanya penyediaan air yang

bersih dan sehat dapat membantu dalam upaya meningkatkan

kesehatan masyarakat. (D. Dwijosaputro, 1984)

e. Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia.

Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah

tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung

mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam

berat. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan

ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan

dan dapat langsung di minum (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

492/MENKES/PER/IV/2010) Walaupun air dari sumber alam dapat

diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar

oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat kimia

berbahaya lainnya.

14
f. Menurut KEPMENPERINDAG NOMOR 651/MPP/ kep/10/2004

bahwa air minum adalah air baku yang telah diproses dan aman

untuk diminum.

15
16

g. Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia

dan fungsinya tidak dapat tergantikan oleh senyawa lain (Arpah,

1993). Tubuh dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

makanan tetapi hanya beberapa hari tanpa air. Air atau cairan tubuh

merupakan bagian utama tubuh, yaitu 55-60% dari berat badan

orang dewasa. Konsumsi air terdiri atas air yang diminum dan yang

diperoleh dari makanan. (Almatsier, 2001)

h.

2. Air sebagai senyawa kimia

i. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul

air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen

pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa

dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu padatekanan 100 kPa

(1 bar) and temperatur 273,15 K (0°C). Zat kimia ini merupakan

suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk

melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula,

asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.

j. Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang

tidak umum dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan

memperhatikan hubungan antara hidrida-hidrida lain yang mirip

dalam kolom oksigen pada tabel periodik, yang mengisyaratkan

bahwa air seharusnya berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida.

Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat bahwaunsur-unsur


17

yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor, dan fosfor, sulfur

dan klor. Semua elemen-elemen ini apabila berikatan dengan

hidrogen akan menghasilkan gas pada temperatur dan tekanan

normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen

membentuk fase berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih

bersifat elektronegatif ketimbang elemen-elemen lain tersebut

(kecuali flor).

k. Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat

dari pada yang dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan

jumlah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah

muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap

atom tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah momen

dipol. Gaya tarik-menarik listrik antar molekul-molekul air akibat

adanya dipol ini membuat masing-masing molekul saling

berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang pada

akhirnya menaikkan titik didih air. Gaya tarik-menarik ini disebut

sebagai ikatan hidrogen.

l. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan

banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara

fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar.

Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion

hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion

hidroksida (OH-).
18

m.
19

B. Pengolahan Air Minum Isi Ulang

n. Depot Air Minum adalah usaha industri yang melakukan proses

pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung

kepada konsumen (KEPMENPERINDAG NOMOR 651/MPP/

kep/10/2004).

o. Pengolahan air dilakukan beberapa cara antara lain pengolahan

secara sederhana, pengolahan dengan saringan pasir lambat,

pengolahan dengan cara koagulasi, pengolahan dengan biofilter.

(Suriawiria, 1996). Sedangkan proses pengolahan air terdiri dari

beberapa tahap. (Azwar, 1979), yakni:

(1) Tahap pertama, merupakan pengolahan pendahuluan, meliputi;

penyaringan bahanbahan kasar dalam air baku, dan

penyimpanan air baku lalu akan terbentuk sedimen.


(2) Pada tahap kedua, meliputi pembubuhan bahan kimia (seperti

koagulan dan penetral pH) dan pengadukan dan pengendapan.


(3) Sedangkan tahap ketiga, air bersih hasil pengendapan, disaring

memakai saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, atau zeolit.


(4) Tahap keempat, Proses desinfeksi guna membunuh

mikroorganisme memakai, seperti : kaporit, pendidihan (suhu

1000C), atau gabungan keduanya.

p. Pada proses pengolahan air minum pada depot minum isi ulang,

dilakukan sistem peengolahan tanpa pemanasan. Bahan baku air

bersih diolah dengan cara filtrasi dan desinfeksi. Terdapat

kesamaan peralatan pada sistem pengolahan air pada depot air

minum isi ulang. Sedangkan media penyaring yang digunakan,


20

umumnya terdiri dari : pasir silika dan karbon aktif/cartridge

microfilter berupa gulungan serat putih halus terbuat dari bahan

polypropylene. Air baku depot air minum isi ulang Sumber air baku

depot air minum isi ulang dapat berasal dari berasal dari air tanah,

mata air/artesis, atau air PDAM. Sumber ini menentukan

peralatannya. Bila berasal dari air tanah, prosesnya meliputi filtrasi

menjadi air bersih (sesuai standar), lalu filtrasi menjadi air minum.

(Rinawati, 2003)

q. Sedangkan apabila air baku dari hasil olahan, peralatan yang

diperlukan meliputi. (Depperin, 2006) :

(1) Tangki air sesuai kapasitas produksi tiap harinya, terbuat dari

stainless steel, fiber glass, atau plastik.


(2) Pompa memakai jenis pompa semi jet berbahan stainless atau

plastik.
(3) Filter air, seperti:jenis absorbsi, untuk menyaring dan

menyeimbangkan unsur air agar diperoleh kesetimbangan baru

berstandar air murni.


(4) Ozon untuk mensterilisasi media/tempat filtrasi, air, tabung

filter, tangki air, dan instalasi lainnya agar terhindar dari

kontaminasi.
(5) Sinar ultraviolet berfungsi membunuh mikroorganisme pada air.
(6) Cartridge microfilter berupa saringan berpori berukuran mikron

untuk menyaring partikel kecil dalam air .


(7) Kran outlet merupakan kran keluaran air dari proses, harus

maksimal sesuai kapasitas produksi yang dibutuhkan.


21

r. Pada umumnya, proses pengolahan air pada depot air minum isi

ulang melalui tahap secara ringkas sebagai berikut :

(1) Tanki air baku


(2) Tahap filtrasi, merupakan tabung filter-saringan pasir dan

karbon aktif,
(3) Tanki penampungan, dilengkapi dengan Catridge (saringan air

dari polypropylene fiber)


(4) Water purifer
(5) Tahap sterilisasi, umumnya merupakan tabung Ultraviolet
(6) Pengisian, wadah galon

s. Bedasarkan diagram diatas dapat dijelaskan, secara garis besar

proses pengolahan air pada depot air minum isi ulang sebagai

berikut:

(1) Air baku dalam tangki dialirkan ke tabung filter memakai

pompa, tabung ini terdiri dari media saringan pasir dan karbon

aktif.
(2) Air hasil filtrasi dialirkan ke catridge (saringan air dari

polypropylene fiber) berpori-pori berdiameter 10 , 5 , dan 1

mikron. Selanjutnya air ditampung dalam tangki berbahan

stainless steel, lalu dialirkan ke Cartridge lainnya dengan pompa

dan didesinfeksi ultraviolet.


(3) Tahap terakhir air diisikan ke galon air yang telah terbilas

dengan air produknya.

t. Sejalan perkembangan teknologi pengolahan air, beberapa depot air

minum isi ulang memakai sistem reverse osmosis dalam mengolah

airnya (Nesca, 2006). Sistem reverse osmosis pada prinsip

menyaring air bersih (air baku) didorong pompa penguat (booster


22

pump) dengan melewatkan pada membran berpori-pori 10 -4 mikron

(setara10-7 mm) sehingga dihasilkan air yang mendekati air murni

karena sebagian besar zat zat terlarut di dalam media air tidak dapat

melewati membran tersebut (Prima Coco A.N.,2006). Sistem ini

menyediakan saluran pembuangan untuk zat-zat terlarut (beserta air

pelarutnya) yang tidak mampu menembus membran tersebut

sehingga keluar dari sistem pengolahan air sebagai air

sortiran/buangan.(Nesca, 2006) Pengolahan air secara reverse

osmosis melalui beberapa tahap antara lain :

(1) Air baku dialirkan ke tabung filter (poripori 0,1 mikron) guna

memisahkan dari partikel fisik (debu, karat, dan lumpur),

kemudian dialirkan ke granular karbon aktif guna menyerap zat

kimia
(2) Air dialirkan ke blok karbon aktif (menyempurnakan fungsi

granular karbon aktif) atau resin (menyerap kapur dan

magnesium dalam air sadah), lalu air dialirkan ke membran

dengan bantuan pompa penguat. Pada membran ini, air

mengalami reverse osmosis, yakni pemisahan air dari polutan

terlarut melalui membran berporipori 10-4 mikron dan

membuang residu dan polutan terlarutnya, kemudian air

tersaring dialirkan ke biokeramik.


(3) Pada biokeramik, terjadi pemecahan molekul air dengan sinar

FarInfra Red agar memiliki bioenergi guna meningkatkan

ketahanan dan kesehatan tubuh;


23

(4) Air hasil dari biokeramik dialirkan ke magnetic energy, tempat

penyusunan molekul air supaya dihasilkan air heksagonal aktif

untuk meningkatkan ketahanan dan kesehatan tubuh.


(5) Air dialirkan ke pascakarbon untuk menyerap bau,

mengembalikan rasa, dan menghambat pertumbuhan

mikroorganisme, lalu air dialirkan melalui kran angsa dan siap

dikonsumsi.

u. Kedua jenis teknologi pengolahan air tersebut seharusnya mampu

melenyapkan semua polutan dalam air baku sehingga dihasilkan air

minum yang sesuai standar kesehatan. Namun, hasil penelitian

Athena, et al.(2003) menunjukkan kurang optimalnya alat pengolah

air guna menghilangkan polutan pada produk depot air minum isi

ulang, terutama untuk air baku yang mengandung sangat banyak

total coli maupun fecal coli. Diperlukan berbagai usaha untuk

melindungi masyarakat dari dampak mengkonsumsi air minum

kurang layak, terutama dari aspek bakteriologis ini. Beberapa usaha

dimaksud seperti pemeriksaan secara berkala, baik pada bahan

baku air bersih maupun hasil olahannya. Hal ini terutama harus

dilakukan secara mandiri oleh pengusaha depot air minum isi

ulang, karena usaha mereka langsung terkait dengan kesehatan

masyarakat, mereka juga melakukan bisnis pada bidang itu.


24

v.

w. Gambar 2. 1 Contoh Bagan Proses Air Minum Isi Ulang


x. Sumber : Satmoko & P. Nugroho (2005)
y.

C. Good Manufacturing Practice (GMP)

z. Yang dimaksud dengan Good Manufacturing Practice (GMP)

dalam sistem produksi dan distribusi makanan termasuk minuman

adalah bagaimana menyiapkan dan mengolah makanan secara

benar dengan mutu yang telah ditentukan dan menjamin bahwa

hasil jadi (Finished Good) memenuhi standar makanan olahan, siap

konsumsi tanpa tercemar dalam kondisi apapun. (Martoatmodjo,

1995 dalam Supriyono, 2004)

aa. GMP merupakan pedoman penyelenggaraan praktek sanitasi dalam

industri pangan standar sanitasi insustri pangan biasanya

dituangkan dalam bentuk peraturan pemerintah atau undang-

undang yang memuat tata cara atau pedoman penyelenggaraan

proses industri yang bersih dan bebas dari pencemaran pada produk

pangan. (Sukarto, 1990 dalam Supriyono, 2004)


25

ab. Peraturan-peraturan yang tercantum dalam GMP atau praktek

pengolahan yang baik merupakan pelaksanaan dari sanitasi dasar

yang antara lain meliputi aspek-aspek seperti pekerja, sanitasi

pangan, sanitasi peralatan dan bangunan. Sanitasi dapat

didefinisikan sebagai faktor lingkungan yang berkaitan dengan

rantai perpindahan suatu penyakit. (Supriyono, 2004)

ac. Dalam industri pangan, sanitasi meliputi kegiatan-kegiatan secara

aseptik dalam persiapan pengolahan dan pengemasan produk

makanan, pembersihan dan sanitasi pabrik serta lingkungan pabrik

dan kesehatan pekerja. Kegiatan yang berhubungan dengan produk

makanan meliputi penawasan mutu bahan mentah, penyiapan

bahan mentah, penyiapan bahan mentah, perlengkapan suplai air

yang baik, pencegahan kontaminasi makanan dari peralatan,

pekerja dan hama pada semua tahan selama pengolahan,

pengemasan dan penggudangan produk akhir. ( Sri Laksmini, 1996.

Dalam Supriyono, 2004)

ad. Kaitannya dengan sanitasi dalam mengolah makanan bahwa

persiapan-persiapan dalam bidang higienis dan sanitasi diperlukan

agar hasil olahan dapat memenuhi standar makanan dalam kondisi

apapun. Persiapan higienis dan sanitasi tersebut meliputi:

(Martoatmodjo, 1995. Dalam supriyono, 2004)

(1) Personalia (pengawasan penyakit), kebersihan, pendidikan dan

training, supervisi.
26

(2) Struktur bangunan dan fasilitas pengolahan (halaman, gedung,

konstruksi gedung).
(3) Pengendalian sanitasi
(4) Perengkapan dan pengendalian sanitasi

ae. Penerapan GMP secara efektif pada industri makanan adalah suatu

yang tidak sulit dalam teori, namun sangat sulit dalam praktek.

(Winarno, 1993. Dalam Supriyono, 2004) Cara produk yang baik

untuk makanan dan minuman merupakan sasaran pokok dalam

kegiatan pengawasan makanan dan minuman. Tujuan dari

pengawasan tersebut adalah agar masyarakat mendapatkan

makanan yang bermutu dan aman sehingga tidak mengganggu

kesehatan atau membahayakan masyarakat. (Sri Laksmi 1996.

Dalam Supriyono, 2004)

af.

D. Hygiene dan Sanitasi Depot Air Minum

ag. Hygiene sanitasi adalah upaya kesehatan untuk mengurangi atau

menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya

pencemaran terhadap air minum dan sarana yang digunakan untuk

proses pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum. Faktor

tesebut adalah cemaran fisik seperti benda mati baik halus maupun

kasar, kondisi alam seperti suhu, cuaca, getaran, benturan dan

sejenisnya yang dapat mencemari kualitas air minum. Faktor lain

adalah cemaran kimia seperti bahan organik dan non organik yang

lewat dalam air pada waktu pengolahan, penyimpanan dan


27

pembagian air minum. Sedangkan faktor bilogis dapat berupa jasad

renik pathologis seperti bakteri, virus, kapang dan jamur yang

dapat menimbulkan penyakit atau racunan. (Supriyono. 2004)

ah. Kecenderungan penduduk untuk mengkonsumsi air minum siap

pakai demikian besar, sehingga usaha depot pengisian air minum

tumbuh subur di mana-mana. Tujuan dari hygiene sanitasi adalah

terlindunginya masyarakat dari potensi pengaruh buruk akibat

konsumsi air minum yang berasal dari Depot Air Minum. Dengan

demikian masyarakat akan terhindar dari kemungkinan terkena

risiko penyakit bawaan air. Disamping itu, upaya pembinaan dan

pengawasan terhadap usaha Depot Air Minum yang baik, akan

mempercepat pencapaian Indonesia Sehat sambil mendorong

pertumbuhan ekonomi nasional, membuka lapagan kerja dan

meningkatkan pendapatan nasional. (Depkes, 2002. Dalam

Supriyono, 2004)

ai. Persyaratan ataupun pedoman dalam hygiene dan sanitasi adalah:

(Supriyono, 2004)

aj.

1. Lokasi

ak. Bangunan yang digunakan untuk DAM harus berada di lokasi yang

bebas pencemaran, yaitu jauh dari daerah pencemaran seperti:

a) Daerah tergenang air dan rawa, tempat pembuangan kotoran dan

sampah, penumpukan bahan berbahaya dan beracun (B3) dan


28

daerah lain yang diduga dapat menimbulkan pencemaran

terhadap air minum.


b) Perusahaan lain yang menimbulkan pencemaran seperti bengkel

cat, las, kapur asbes dan sejenisnya.


c) Tempat pembuangan kotoran (tinja) umum, terminal atau daerah

padat pencemaran lainnya.


al.
2. Bangunan
a) Fisik bangunan harus kuat, aman dan mudah dibersihkan serta

mudah pemeliharaannya
b) Tata ruang usaha DAM minimal terdiri dari ruangan proses

pengolahan, ruangan tempat penyimpanan, ruangan tempat

pembagian/penyediaan, ruang tunggu pengunjung


c) Lantai depot, lantai depot harus memenuhi syarat sebagai

berikut; bahan kedap air, permukaan rata, halus tetapi tidak licin,

tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan, selalu dalam

keadaan bersih atau tidak berdebu


d) Dinding, dinding bangunan harus memenuhi syarat; bahan

kedap air, permukaan rata, halus tidak menyerap debu dan

mudah dibersihkan. Warna dinding terang dan cerah, selalu

dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari pakaian

tergantung. Khusus dinding yang berhubungan dengan

semprotan air harus rapat air setinggi minimal 2 meter dari

lantai.
e) Atap dan langit-langit dipersyaratkan; harus menutup sempurna

seluruh bangunan, bahan atap tahan terhadap air dan tidak bocor,

konstruksi atap dan langit-langit dibuat anti tikus (rodent proof),

langit-langit harus menutup sempurna seluruh ruangan, bahan


29

langit-langit harus kuat, tahan lama dan mudah dibersihkan, dan

tidak menyerap debu. Permukaan langit-langit harus rata dan

berwarna terang, dalam keadaan bersih dan tidak berdebu, tinggi

minimal 3 meter dari lantai.


f) Pintu, bahan pintu harus kuat, tahan lama dan tidak melepaskan

gas beracun, permukaan rata, halus, berwarna terang, mudah

dibersihkan, pemasangannya rapih sehingga dapat menutup

dengan baik, membuka kedua arah, selalu dalam keadaan bersih

dan tidak berdebu.


g) Jendela. Syarat yang harus dipenuhi adalah; jendela harus

terbuat dari tembus pandang sehingga proses pengolahan dapat

terlihat jelas. Dibuat dari bahan tahan lama, permukaan rata,

halus berwarna terang dan mudah dibersihkan. Tinggi sekurang-

kurangnya 1 meter dari lantai luasnya disesuaikan dengan

kegunaanya.
h) Pencahayaan; permukaan tempat kerja dan ruangan pengolahan

dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya, baik alam

maupun buatan dengan minimal 10 – 20 foot candle atau 100 –

200 lux.
i) Ventilasi; untuk kenyaman depot harus diatur ventilasi yang

dapat menjaga suhu yang nyaman dengan cara; menjamin terjadi

perdaran udara dengan baik, tidak mencemari proses pengolahan

dan kualitas air minum, menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai

kebutuhan
j) Sekat pemisah bangunan setiap sekat pemisah bangunan depot

untuk pencucian, pengisian dan pengolahan harus dari bahan


30

yang kuat, tidak melarutkan zat beracun serta mudah

dibersihkan. Konstruksi sekat pemisah harus menjamin tidak

dapat dimasuki serangga dan tikus.


k) Dampak radiasi, setiap proses yang memungkinkan terjadinya

radiasi harus dilakukan perlindungan yang dibutuhkan. Untuk

mengukur dampak radiasi, harus dilakukan pengujian secara

berkala sesuai kebutuhan.


am.
3. Fasilitas Sanitasi

an. Depot harus menyediakan fasilitas sanitasi sedikitnya fasilitas yang

meliputi; tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun

pembersih dan saluran pembuangan.

4. Sarana Pengolahan Air Minum

ao. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air

minum harus menggunakan peralatan yang disahkan pemakaiannya

oleh Departemen Kesehatan. Alat dan perlengkapan yang dimaksud

meliputi; kran air baku, pipa pengisian air baku, tandon air baku,

pompa penyedot dan penghisap, filter, mikro filter, kran pengisian

air minum curah, kran pencucian botol, tangki pembawa air, kran

penghubung (hose), peralatan sterilisasi.

ap. Dalam upaya menghilangkan atau membunuh bakteri didalam air

minum. Menurut Hartini. S (2009) di dalam depot air minum

dikenal 2 (dua) cara desinfeksi yaitu:

a) Ozon,
31

aq. adalah gas beracun dalam keadaan padat

berwarna biru hitam bila dicairkan akan berwarna biru tua

dan bila dididihkan akan menjadi biru yang akhirnya

terbentuk gas yang tidak stabil. Ozon atau O3 mudah larut

dalam air dan mudah terdekomposisi menjadi O2 pada

temperatu dan pH tinggi, karena sifat ini maka ozon harus

disiapkan/dibuat sesaat sebelum digunakan.

ar. Ozon dapat dibuat dalam dalam alat yang

dinamakan ozonizer. Ozonizer adalah suatu unit yang

menghasilkan arus listrik 5.000 – 20.000 v dan 50 – 500 Hz,

mengubah O2 yang bersih dan kering menjadi ozon (O3). Cara

pembuatan ozon tersebut dapat dilakukan dengan

melewatkan udara kering yang telah difilter melalui tabung-

tabung atau dilewatkan diantara lempengan tegangan listrik

yang tinggi.

as. Ozon mampu menguraikan komponen

organik termasuk asam humus. Dengan ozon, asam humus

akan terurai menjadi senyawa yang sederhana dan bersifat

biodegradable. Ozon bersifat baktersida, virusida, algasida

serta mengubah senyawa organik komplek menjadi senyawa

yang sederhana. Penggunaan ozon lebih banyak diterima

konsumen karena tidak meninggalkan bau dan rasa. Setelah


32

melalui proses ozonisasi, air minum ditamoung dalam tangki

bersih untuk selanjutnya siap dikonsumsi.

b) Sinar ultra violet (UV)

at. Ultra violet adalah gelombang

elektromagnetik dengan panjang gelombang diantara 100 –

400 nm. Panjang geolmbang ini menempatkan ultra violet di

luar spektrum cahaya yang dapat terlihat oleh mata. Radiasi

UV dapat membunuh bakteri tanpa meninggalkan sisa radiasi

dalam air. Radiasi UV sudah digunakan desinfeksi air sejak

pergantian abad 20. Apabila terdapat panjang gelombang

yang terus menerus hingga mencapai panjang gelombang

infra merah maka akan terjadi penurunan bahkan tidak ada

kemampuan daya bunuh terhadap bakteri.

5. Air Baku

au. Air baku adalah air bersih yang sesuai dengan Peraturan Menteri

Kesehatan no 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan

Pengawasan Kualitas Air. Jika menggunakan air baku lain harus

dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses pengolahan

yang dapat menghasilkan air minum. Untuk menjamin kualitas air

baku wajib dilakukan pengambilan sampek secara periodik.

av.

6. Pelayanan Konsumen
33

aw. Setiap prosuk air minum secara berkala dilakukan pengujian

kualitas air minum, apakah telah memenuhi persyaratan kesehatan

berdasarkan KepMenKes no 492 tahun 2010 tentang Persyaratan

Kualitas Air Minum. Setiap wadah yang akan diisi air minum harus

dalam keadaan bersih. Proses pencucian dan desinfeksi botol dapat

disediakan oleh pengusha depot. Setiap wadah yang telah diisi

ditutup dengan penutup wadah yang steril. Setiap air minum yang

telah diisi harus langsung diberikan kepada pelanggan, dan tidak

boleh disimpan di depot.

ax.

7. Karyawan

ay. Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular, bebas dari

luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi sumber

pencemaran. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan

secara berkala (minimal 2 kali setahun). Karyawan juga diwajibkan

untuk memakai pakaian bersih dan rapih, selalu mencuci tangan

setiap melayani konsumen, tidak makan, minum, merokok,

meludah dan tindakan lainyang dapat menyebabkan pencemaran.

Dismping itu juga perlu Kursus Penjaman Makanan/Air Minum

bagi karyawan.. Karyawan harus melaksanakan praktek perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS), tidak merokok sewaktu bekerja,

tidak meludah atau bersin sembarangan dan selalu membiasakan

mencuci tangan waktu melayani konsumen.


34

az.

8. Pekarangan

ba. Lokasi depot harus mempunyai halaman atau pekarangan dengan

persyaratan; cukup luas untuk parkir kendaraan, permukaan rapat

air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genanangan, selalu

dijaga kebersihannya setiap saat, bebas dari kegiatan lain atau

sumber pencemaran lainnya.

bb.

9. Pemeliharaan

bc. Pengelola dan karyawan wajib memelihara sarana dan prasarana

DAM yang menjadi tanggungjawabnya. Menyediakan tempat

sampah yang tertutup dan membuang sampah secara rutin setiap

hari. Tidak membolehkan sembarangan orang masuk ke dalam

ruang pengolahan atau ruangan pengisian air minum. Hanya orang

terlatih saja yang boleh kontak dengan air minum. Melakukan

pencatatan dan pemantauan meliputi; tugas dan kewajiban

penjamah, hasil pengujian laboratorium baik intern ataupun

ekstern, data pelanggan (untuk memudahkan investigasi dan

pembuktian).

bd.
be. BAB III

bf. METODOLOGI PENELITIAN

bg.

A. Rancangan Penelitian

bh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif. Pada

penelitian ini peneliti melakukan pemetaan untuk pengambilan

sampel depot air minum isi ulang. Dimana teknik sampling yang

digunakan adalah secara Cluster Sampling atau sampling menurut

area yakni sampling berdasarkan pada daerah atau lokasi untuk

melakukan sampling. Teknik sampling ini digunakan untuk

menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data

sangat luas. (Sugiyono, 2014).

bi. Selain itu juga menggunakan teknik Simple Random Sampling,

yakni pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak

tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

(Sugiyono, 2014)

bj. Dalam penelitian ini wilayah yang dipilih adalah Kecamatan

Balikpan Utara karena wilayah ini yang memiliki populasi

penduduk terbanyak di Kota Balikpapan dan memiliki peningkatan

jumlah penduduk dari tahun ke tahun.

35
36

bk. Berikut ini adalah data populasi penduduk Kota Balikpapan:

bl. Tabel 3. 1 Data Populasi Penduduk Kota Balikpapan


bn. bo. bp. bq. br. bs. bt.
bm.
Balikpapa Balikpapan Balikpapa Balikpapan Balikpapan Balikpapa Jumlah/
Tahun
n Selatan Timur n Utara Tengah Barat n Kota Total
bu. bv. bw. bx. by. bz. ca. cb.
2002 155 960 48 204 87 128 110 503 80 778 - 482 573
cc. cd. ce. cf. cg. ch. ci. cj.
2003 162 854 47 546 90 514 102 783 82 883 - 486 580
ck. cl. cm. cn. co. cp. cq. cr.
2004 166 116 48 597 94 028 103 770 82 803 - 495 314
cs. ct. cu. cv. cw. cx. cy. cz.
2005 168 768 49 010 94 184 104 810 83 634 - 500 406
da. db. dc. dd. de. df. dg. dh.
2006 173 040 49 665 94 433 106 184 84 798 - 508 120
di. dj. dk. dl. dm. dn. do. dp.
2007 177 133 49 906 96 103 106 776 85 611 - 515 529
dq. dr. ds. dt. du. dv. dw. dx.
2008 180 923 51 311 98 541 108 056 88 132 - 526 963
dy. dz. ea. eb. ec. ed. ee. ef.
2009 183 858 52 611 102 471 109 754 89 831 - 538 525
eg. eh. ei. ej. ek. el. em. en.
2010 190 529 60 088 122 098 98 498 83 364 - 554 577
eo. ep. eq. er. es. et. eu. ev.
2011 191 737 60 664 123 214 98 552 83 412 - 557 579
ew. ex. ey. ez. fa. fb. fc. fd.
2012 116 909 65 335 125 759 103 904 89 084 87 780 588 771
fe. ff. fg. fh. fi. fj. fk. fl.
2013 121 323 65 597 130 698 103 529 90 183 86 355 599 685

fm. Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan

fn. Selain alasan di atas, alasan lain adalah berdasarkan data dari hasil

pemantauan dan pengawasan yang dilakukan oleh Bagian

Puskesmas Setempat dan dilaporkan ke bagian P2PL DKK

Balikpapan pada tahun 2014 (form 14 dalam frofil 2014 tentang

“Jumlah Dan Persentase Sampel Air Bersih Yang Memenuhi

Persyaratan Secara Fisik, Kimiawi Dan Bakteriologis”) bahwa

pemeriksaan fisik yang memenuhi syarat hanya berkisar 69 % yang

merupakan tingkat pemenuhan syarat kualitas air minum terendah


37

dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Yaitu, Kecamatan

Balikpapan Timur (tidak dilaporkan); Kecamatan Balikpapan

Selatan (100%); Kecamatan Balikpapan Kota (78%); Kecamatan

Balikpapan Tengah (100%); Kecamatan Balikpapan Utara (69%);

dan Kecamatan Balikpapan Barat (100%).

fo.
38

fp. Penentuan titik sampling ini akan dibagi berdasarkan lokasi dan

dibagi menjadi 6 wilayah berdasarkan kelurahan yang ada di

Kecamatan Balikpapan Utara Kota Balikpapan yakni Kelurahan

Batu Ampar; Kelurahan Graha Indah; Kelurahan Gunung

Samarinda; Kelurahan Gunung Samarinda Baru; Kelurahan Karang

Joang dan Kelurahan Muara Rapak. Masing-masing kelurahan akan

diambil 5 Depot Air Minum secara acak sebagai perwakilan tiap-

tiap kelurahan. Sehingga total DAM yang akan disampling adalah

30 Depot.

fq.

fr. Gambar 3. 1 Peta Kota Balikpapan


fs. Sumber : balikpapan.go.id
ft.
39

fu.
40

fv.

fw. Gambar 3. 2 Diagram Alir Proses Penelitian


fx.

fy.
41

B. Tempat, Waktu dan Objek Penelitian


1. Tempat Penelitian

fz. Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan untuk melakukan

penelitian untuk mendapatkan data yang diinginkan. Adapun

tempat penelitian ini dilakukan pada depot air minum isi ulang

yang ada di Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan yang

tersebar di 6 wilayah berdasarkan kelurahan yaitu Kelurahan Batu

Ampar; Kelurahan Graha Indah; Kelurahan Gunung Samarinda;

Kelurahan Gunung Samarinda Baru; Kelurahan Karang Joang dan

Kelurahan Muara Rapak.

ga.

2. Waktu Penelitian

gb. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya proses penelitian

dimana penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2015.

gc.

3. Objek Penelitian

gd. Objek penelitian adalah kegiatan atau proses pembuatan air minum

isi ulang yang dilaksanakan pada depot-depot air minum yang ada

di Kota Balikpapan yang disampling secara random sehingga setiap

DAM mempunyai peluang yang sama untuk disampling..

ge.
42

C. Definisi Operasional Variabel


1. Kondisi Higiene Sanitasi DAM, adalah kondisi yang berhubungan

dengan lokasi, bangunan, akses terhadap fasilitas sanitasi, sarana

pengolahan air minum, air baku, penampungan air, desinfeksi,

pelayanan konsumen, karyawan dan pekarangan. Dimana

pengukuran dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi,

diamana setiap jawaban “Ya” mendapat skor 1, dan jawaban “Tidak”

mendapat skor 0.
2. Kondisi Fisik, adalah pemeriksaan yang berkaitan dengan sumber

air, pengawasan proses pengolahan, tabung filter, mikro filter,

peralatan pompa dan pipa penyalur air, peralatan sterilisasi,

pencucian galon, pengisian galon, operator, pengawasan tikus, lalat

dan kecoa dan pencahayaan. Dimana pengukuran dilakukan dengan

menggunakan pedoman observasi, diamana setiap jawaban “Ya”

mendapat skor 1, dan jawaban “Tidak” mendapat skor 0.


gf.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer, data primer ini dapat diperoleh dari:
a) Kuesioner yang berhubungan dengan objek yang diteli yaitu;

Karakteristik Responden, Kondisi Higienitas DAM, Kondisi

Peralatan DAM dan Kondisi Operator atau Karyawan.


b) Observasi yang dilakukan di masing-masing Depo Air Minum

yang terpilih.
2. Data sekunder adalah berbagai informasi yang terkait dengan

penelitian ini yakni jumlah populasi penduduk Kota Balikpapan

yang diperoleh dari website Badan Pusat Statistik Balikpapan, serta

data Profil Depot yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota


43

Balikpapan departemen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan (P2PL) dan Pengembangan Sumber Daya Kesehatan

(PSDK)
gg.
E. Metode Analisis Data

gh. Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, analisis

yang digunakan adalah dengan statistik deskriptif dan analisis

kualitatif. Dengan analisis ini akan dapat dihitung seberapa tinggi

tingkat higienitas dan kondisi fisik dari depot tersebut dengan

menggunakan rumus:

gi.
gj.
gk.
gl. Skor = Jumlah jawaban “Ya” x 100
gm. Jumlah soal seluruhnya
gn.
go. Sumber: Kasmadi dan Nia (2013)

gp. Dari hasil perhitungan yang dilakukan selanjutnya untuk

mengetahui tingkat kondisi higienitas dan kondisi fisik dari depot

dapat dilakukan dengan membandingkan dengan tabel kategori

tingkat higienitas depot.

gq.
44

gr. Adapun tabel kategori tingkat higienitas adalah sebagai berikut:

gs. Tabel 3. 2 Tabel Kategori Tingkat Higienitas

gt.
gu. Tingkat Kondisi Higienitas
Skor
gv.
gw. Sangat Rendah (SR)
<25
gx.
gy. Rendah (R)
25 - 50
gz.
ha. Sedang(S)
51 - 75
hb.
hc. Tinggi (T)
>75
hd. Sumber : Diadopsi dari Permenkes RI Nomor 736 tahun 2010

he.

hf.

hg.
45

hh. Daftar Pustaka


hi.
hj. Achmad, Rukaesih , 2004. Kimia Lingkungan. ANDI Yogyakarta.
Yogyakarta
hk.
hl.
hm. Asfawi, Supriyono. 2004. Analisis Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Pada Tingkat
Produsen Di Kota Semarang Tahun 2004. Universitas Diponegoro.
Semarang.
hn.
ho.
hp. Joenaidi, 2004. Evaluasi Keamanan Air Minum Isi Ulang Di
Semarang. Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang.
hq.
hr.
hs. Kasmadi dan Sunariah, Nia Siti. 2013. Panduan Modern Penelitian
Kuantitatif. Alfabeta. Bandung
ht.
hu.
hv. Latif, Iin Wahyuni. 2012. Studi Kualitas Air Minum Isi Ulang
Ditinjau Dari Proses Ozonisasi, Ultraviolet Dan Reversed Osmosis Di
Kecamatan Kota Tengah Dan Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo
Tahun 2012. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo
hw.
hx.
hy. Menperindag RI. 2004. Kepmenperindag No
651/MPP/Kep/10/2004 Tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum
Dan Perdagangannya Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Republik
Indonesia. Menperindag RI. Jakarta
hz.
ia.
ib. Menkes RI. 2010. Permenkes No 492 Tahun 2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Menkes RI. Jakarta
ic.
id.
ie. Putra, I Dewa Gede Natih Kacu, dkk, 2012. Analisis Mutu Air
Minum Isi Ulang Di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung.
Universitas Udayana, Bali.
if.
ig.
ih. Saleh, Rosmiati. Setiani, Onny dan Nurjazuli, 2013. Efektivitas
Unit Pengolahan Air Di Depot Air Minum Isi Ulang (Damiu) Dalam
Menurunkan Kadar Logam (Fe, Mn) Dan Mikroba Di Kota Pekalongan.
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Semarang
46

ii.
ij.
ik. Simbolon, Veronika Amelia. Santi, Devi Nuraini dan Ashar, Taufik.
2012. Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot dan Pemeriksaan Kandungan
Bakteri Escherichia Coli Pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan
Tanjung Pinang Barat Tahun 2012. Universitas Sumatra Utara. Medan.
il.
im.
in. Sulistyandari, Hartini, 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kontaminasi Deterjen Pada Air Minum Isi Ulang Di Depot Air
Minum Isi Ulang Di Kabupaten Kendal. Universitas Diponegoro.
Semarang.
io.
ip.
iq. Supangat, Andi, 2007. Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi
dan Nonparametrik. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
ir.
is.
it. Taib, Dian Angraini. 2012. Aspek Kualitas Air Dan Hygiene
Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kecamatan Kota Utara
Kota Gorontalo Tahun 2012. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo
iu.
iv.
iw. Tanty, Heruna, 2011. Analisis Kandungan Zat Kimia Anorganik
Pada Beberapa Proses Filtrasi Air Minum Menggunakan One-Way
Manova. Universitas Bina Nusantara. Jakarta.
ix.
iy.
iz. Yudo, Satmoko dan Rahardjo, P. Nugroho. 2005. Evaluasi
Teknologi Air Minum Isi Ulang Di DKI Jakarta. Kelompok Teknologi
Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair, Pusat Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Lingkungan – BPPT. Jakarta.
ja.
jb.
jc.
jd. LAMPIRAN I
je.
jf. KUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN HIGIENE
SANITASI DEPOT AIR MINUM DI KECAMATAN BALIKPAPAN UTARA
jg. TAHUN 2015
jh.
I. Karakteristik Responden
I.1. Nama :
I.2. Umur :
I.3. Pendidikan Terakhir :

jj. jk. jl.


ji.
SMP SMA Perguruan Tinggi
SD
I.4. Lama Usaha :
I.5. Lama Kerja :
II. Kuesioner
II.1. Pernah mengikuti higiene sanitasi
Depot Air Minum?

jn.
jm.
Tidak
Ya
II.2. Apakah telah memiliki Surat Keterangan Laik
Hygiene Sanitasi dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat?
jo. jp.
Ya Tidak
II.3. Apakah depot air minum memiliki Surat Tanda
Izin Usaha (SITU)
jq. jr.
Ya Tidak
II.4. Apakah depot air minum memiliki Surat
Jaminan Pasok Air Baku dari PDAM atau perusahaan yang memiliki
izin Pengambilan Air dari Instansi yang berwenang?
js. jt.
Ya Tidak
II.5. Apakah depot air minum memiliki laporan hasil
uji air minum yang dihasilkan dari laboratorium pemeriksaan kualitas
air yang ditunjuk Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi?
ju. jv.
Ya Tidak
jw.
jx.
jy. Sumber : Simbolon dkk (2012)
jz. LAMPIRAN II
ka.
kb. Lembar Observasi Higiene Sanitasi Depot Air
Minum
kc. Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai!
kf. Pe
menuhan
kd. ke. Pelaksanaan Higiene
Syarat
No Sanitasi
ki. kj.
Ya Tidak
kk.
kl. Lokasi
A.
km.
kn. Bebas dari pencemaran ko. kp.
1.
kq. a. Debu kr. ks.
b. Tempat pembuangan
kt. ku. kv.
kotoran/sampah
c. Tempat penumpukan barang
kw. kx. ky.
bekas/berbahaya/beracun
d. Sistem saluran pembuangan air
kz. la. lb.
yang kurang baik
lc. e. Tergenang air dan rawa ld. le.
lf.
lg. Bangunan
B
lh.
li. Tata Ruang lj. lk.
1.
ll. a. Ruang proses pengolahan lm. ln.
lo. b. Ruang tempat penyimpanan lp. lq.
c. Ruang tempat
lr. ls. lt.
pembagian/penyediaan
lu. d. Ruang tunggu pengunjung lv. lw.
lx.
ly. Konstruksi lz. ma.
2.
mb. a. Kuat mc. md.
me. b. Aman mf. mg.
mh. c. Mudah dibersihkan mi. mj.
mk.
ml. Lantai mm. mn.
3.
mo. a. Kedap air mp. mq.
mr. b. Permukaan rata ms. mt.
mu. c. Halus mv. mw.
mx. d. Tidak licin my. mz.
na. e. Mudah dibersihkan nb. nc.
nd. f. Keadaan bersih dan tidak buruk ne. nf.
ng.
nh. Dinding ni. nj.
4.
nk. a. Terbuat dari bahan kedap air nl. nm.
nn. b. Permukaan rata no. np.
nq. c. Halus/licin nr. ns.
nv. Pe
menuhan
nt. nu. Pelaksanaan Higiene
Syarat
No Sanitasi
ny. nz.
Ya Tidak
oa. d. Tidak menyerap debu ob. oc.
od. e. Mudah dibersihkan oe. of.
og. f. Warnan dinding terang oh. oi.
oj. g. Bebas dari pakaian tergantung ok. ol.
om.
on. Atas dan langit-langit oo. op.
5.
oq. a. Halus or. os.
ot. b. Menutup sempurna ou. ov.
ow. c. Tahan terhadap air ox. oy.
oz. d. Tidak bocor pa. pb.
e. Konstruksi atap terbuat dari anti
pc. pd. pe.
tikus
f. Bahan langit-langit mudah
pf. pg. ph.
dibersihkan
pi. g. Tidak menyerap debu pj. pk.
pl. h. Pernukaan rata pm. pn.
po. i. Berwarna terang pp. pq.
pr. j. Tinggi langit-langit minimal 2,4 m ps. pt.
pu.
pv. Pintu pw. px.
6.
py. a. Bahan kuat dan tahan lamaa pz. qa.
qb. b. Permukaan rata qc. qd.
qe. c. Halus qf. qg.
qh. d. Berwarna terang qi. qj.
qk. e. Mudah dibersihkan ql. qm.
qn. f. Dapat menutup rapat qo. qp.
qq.
qr. Pencahayaan qs. qt.
7.
a. Penyinaran cahaya minimal 100-
qu. qv. qw.
200 lux
qx. b. Lampu anti hancur/ada pelindung qy. qz.
ra.
rb. Ventilasi rc. rd.
8.
a. Cukup untuk meminimalkan bau,
re. rf. rg.
gas, uap berbahaya
rh. b. Bersih ri. rj.
rk.
rl. Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi
C
rm.
rn. Tempat cuci tangan ro. rp.
1.
rq.
rr. Toilet rs. rt.
2.
ru.
rv. Tempat sampah rw. rx.
3.
ry. rz. sa. sb.
se. Pe
menuhan
sc. sd. Pelaksanaan Higiene
Syarat
No Sanitasi
sh. si.
Ya Tidak
sj.
sk. Sarana Pengolahan Air Minum
D
sl.
sm. Alat dan perlengkapan sn. so.
1.
sp. a. Terbuat dari bahan tara pangan sq. sr.
ss. b. Tahan korosi st. su.
sv. c. Tidak bereaksi dengan bahan kimia sw. sx.
sy. sz. Alat yang digunaka masih
ta. tb.
2. dalam masa pakai
tc. td. Bahan tidak terbuat dari
te. tf.
3. logam berat yang larut dalam air
tg.
th. Air Baku
E.
tj. Untuk menjamin kualitas
ti.
air baku dilakukan pengambilan dan uji tk. tl.
1.
sampel secara periodik
a. Kimia dan fisika (2 kali dalam
tm. tn. to.
setahun)
tp. b. Mikrobiologi (sekali dalam 3 bulan) tq. tr.
ts. tt. Air baku memenuhi syarat
tu. tv.
2. mutu
tw.
tx. Penampungan air baku ty. tz.
3.
ua. a. Dibuat dari bahan tara pangan ub. uc.
b. Bebas dari bahan yang dapat
ud. ue. uf.
mencemari air
ug.
uh. Desinfeksi
F.
ui.
uj. Menggunakan Ozon uk. ul.
1.
um. un. Menggunakan sinar
uo. up.
2. ultraviolet
uq.
ur. Pelayanan Konsumen
G.
us. ut. Wadah yang akan diisi
uu. uv.
1. dalam keadaan bersih
uw. ux. Proses pencucian botol
uy. uz.
2. disediakan oleh depot
va. vb. Wadah yang diisi ditutup
vc. vd.
3. dengan penutup wadah saniter
ve. vf. Wadah yang sudah diisi
vg. vh.
4. langsung diberikan kepada pelanggan
vi.
vj. Karyawan
H.
vk. vl. Bebas dari penyakit
vm. vn.
1. menular
vo.
vp. Bebas dari vq. vr.
2.
vs. a. Luka vt. vu.
vv. b. Bisul vw. vx.
vy. c. Penyakit kulit vz. wa.
wb. d. Luka lain pada angota tubuh wc. wd.
we. wf. wg. wh.
wk. Pe
menuhan
wi. wj. Pelaksanaan Higiene
Syarat
No Sanitasi
wn. wo.
Ya Tidak
wp. wq. Mencuci tangan pada saat
wr. ws.
3. melayani pelanggan
wt. wu. Pada waktu melayani
wv. ww.
4. konsumen, tidak;
wx. a. Merokok wy. wz.
xa. b. Berkuku panjang xb. xc.
xd. c. Meludah/bersin xe. xf.
xg. d. Menggaruk xh. xi.
xj. e. Mengorek hidung/telinga/gigi xk. xl.
xm. f. Makan xn. xo.
xq. Memiliki surat keterangan
xp.
telah mengikuti kursus operator depot xr. xs.
5.
air minum
xt.
xu. Menggunakan xv. xw.
6.
xx. a. Pakain kerja yang bersih dan rapi xy. xz.
ya. b. Memakai penutup kepala yb. yc.
yd. c. Memakai sepatu ye. yf.
yg.
yh. Pekarangan
I.
yi.
yj. Permukaan yk. yl.
1.
ym. a. Kedap air yn. yo.
yp. b. Cukup miring yq. yr.
ys.
yt. Dijaga kebersihannya yu. yv.
2.
yw. yx. Bebas dari pencemaran
yy. yz.
3. lain
za. Sumber: Diadopsi Dari Keputusan Menteri
Perindustrian Dan Perdagangan RI No.651/MPP/10/2004 Tentang
Persyaratan Teknis Depot Air Minum Dan Perdagangan Dan
Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot
Air Minum, Ditjen P2PL Depkes RI Tahun 2006 (dalam Simbolon
dkk, 2012)
zb. LAMPIRAN III
zc.
zd. Format Pemeriksaan Fisik
ze. Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai!
zh. Pe
menuhan
zf.
zg. Uraian Syarat
No
zk. zl.
Ya Tidak
zm.
zn. Pengawasan Proses Pengolahan
A.
zo. Tendon air bahan baku
1. zp. zq.
terlindung dari sinar matahari
zr. Bahan tendon air terbuat
dari bahan yang tidak dapat
2. zs. zt.
melepaskan zat-zat beracun ke dalam
air
zu.
zv. Tabung Filter
B.
zw. Tabung filter terbuat dari
bahan tara pangan dan mudah
3. zx. zy.
pemeliharaannya serta tahan tekanan
tinggi
zz. Dimungkinkan melakukan
4. aaa. aab.
sistem back washing
aac.
aad. Mikro Filter
C.
aae. Bahan mikro filter terbuat
5. aaf. aag.
dari bahan tara pangan
aah. Terdapat lebih dari satu
6. mikro filter dengan ukuran berjenjang aai. aaj.
maksimal 10 mikron
aak. Mikro filter masih sesuai
7. aal. aam.
masa pakai
aan.
aao. Peralatan Pompa dan Pipa Penyalur Air
D.
aap. Terdapat pompa stainless
8. aaq. aar.
yang bekekuatan tinggi
aas. Terdapat alat penunjuk
9. aat. aau.
tekanan air
aav. Pipa penyalur
10. aaw. aax.
menggunakan bahan tara pangan
aay.
aaz. Peralatan Sterilisasi atau Desinfeksi
E.
aba. Terdapat peralatan
sterilisasi berupa ultraviolet atau
11. abb. abc.
ozonisasi dan atau lainnya yang
berfungsi dan digunakan secara benar
abd. Peralatan desinfeksi masih
12. abe. abf.
dalam masa efektif membunuh kuman
abg.
abh. Pencucian Galon
F.
abi. Fasilitas pencucian galon
13. berfungsi dan digunakan dengan abj. abk.
benar
abl. Fasilitas pembilasan galon
14. berfungsi dan digunakan dengan abm. abn.
benar
abo.
abp. Pengisian Galon
G.
abq. Ada fasilitas pengisian
15. abr. abs.
galon dalam ruangan tertutup
abv. Pe
menuhan
abt.
abu. Uraian Syarat
No
aby. abz.
Ya Tidak
aca. Tersedia tutup galon yang
16. acb. acc.
bersih
acd. Tidak ada stok galon yang
17. ace. acf.
telah diisi, lebih dari 24 jam di depot
acg.
ach. Operator
H.
aci. Berperilaku Hidup Bersih
18. acj. ack.
dan Sehat
acl. Memiliki surat keterangan
19. telah mengikuti kursus operator depot acm. acn.
air minum
aco.
acp. Pengawasan Tikus, Lalat dan Kecoa
I.
acq. Terhindar dari tikus, lalat
20. acr. acs.
dan kecoa
act. Konstruksi lantai dan
21. acu. acv.
langit-langit kokoh
acw.
acx. Pencahayaan
J.
22. acy. Pencahayaan yang cukup acz. ada.
adb.
adc. Lain-lain
K.
add. Secara umum terlihat
23. ade. adf.
bersih dan rapi
adg. Sumber: Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan
Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, Ditjen P2PL Depkes RI Tahun
2006 (dalam Simbolon dkk, 2012)
A.
adh. LAMPIRAN IV
adi.
adj. Uraian Detail Obyek Pengawasan Pada
Observasi Higiene Sanitasi
adk. Depot Air Minum
adl.
A. Lokasi
1. Lokasi di Depot Air Minum harus terbebas dari pencemaran
yang berasal dari debu di sekitar Depot, daerah tempat
pembuangan kotoran/sampah, tempat penumpukan barang
bekas, tempat bersembunyi/berkembang biak serangga,
binatang kecil, pengerat, dan lain-lain, tempat yang kurang
baik sistem saluran pembuangan air dan tempat-tempat lain
yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran.
adm.
B. Bangunan
1. Ruang proses produksi menyediakan tempat yang cukup untuk
penempatan peralatan proses produksi. Area produksi harus
dapat dicapai untuk inspeksi dan pembersihan disetiap waktu.
2. Konstruksi area produksi harus baik dan selalu bersih. Dinding
ruang pengisian harus dibuat dari bahan yang licin, berwarna
terang dan tidak menyerap sehingga mudah dibersihkan.
Pembersihan dilakukan secara rutin dan dijadwalkan.
3. Lantai area produksi harus baik dan selalu bersih. Dinding
ruang pengisian harus dibuat dari bahan yang licin, berwarna
terang dan tidak menyerap sehingga mudah dibersihkan.
Pembersihan dilakukan secara rutin dan dijadwalkan.
4. Dinding area produksi harus baik dan selalu bersih. Dinding
ruang pengisian harus dibuat dari bahan yang licin, berwarna
terang dan tidak menyerap sehingga mudah dibersihkan.
Pembersihan dilakukan secara rutin dan dijadwalkan.
5. Atap dan langit-langit dipersyaratkan; harus menutup
sempurna seluruh bangunan, bahan atap tahan terhadap air
dan tidak bocor, konstruksi atap dan langit-langit dibuat anti
tikus (rodent proof), langit-langit harus menutup sempurna
seluruh ruangan, bahan langit-langit harus kuat, tahan lama
dan mudah dibersihkan, dan tidak menyerap debu. Permukaan
langit-langit harus rata dan berwarna terang, dalam keadaan
bersih dan tidak berdebu. Pembersihan dilakukan secara rutin
dan dijadwalkan.
6. Pintu, bahan pintu harus kuat, tahan lama dan tidak
melepaskan gas beracun, permukaan rata, halus, berwarna
terang, mudah dibersihkan, pemasangannya rapih sehingga
dapat menutup dengan baik, membuka kedua arah, selalu
dalam keadaan bersih dan tidak berdebu.
7. Penerangan di area proses produksi, tempat pencucian, pembilasan,
sterilisasi dan pengisian gallon harus cukup terang untuk mengetahui adanya
kontaminasi fisik, sehingga karyawan/personil mempunyai pandangan yang
terang untuk dapat melihat setiap kontaminasi produk. Dianjurkan
penggunaan lampu yang anti hancur dan atau lampu yang memakai
pelindung sehingga jika pecah, pecahan gelas lampu tidak mengkontaminasi
produksi. Pencahayaan bisa buatan (lampu) maupun secara alami dengan
dengan minimal 10 – 20 foot candle atau 100 – 200 lux.
8. Ventilasi harus cukup untuk meminimalkan bau, gas atau uap berbahaya dan
kondensat dalam ruang proses produksi, pencucian/ pembilasan/sterilisasi
dan pengisian gallon. Pengecekan terhadap perlengkapan ventilasi perlu
dilakukan secara rutin agar tidak ada debu dan dijaga tetap bersih. Semua
bagian luar yang terbuka atau lubang harus dilindungi dengan layar/screen,
pelindung lain atau pintu yang menutup sendiri untuk mencegah serangga,
burung dan binatang kecil masuk ke dalam Depot.
adn.
C. Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi
1. Depot harus menyediakan fasilitas sanitasi sedikitnya fasilitas yang
meliputi; tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan
saluran pembuangan.
ado.
D. Sarana Pengolahan Air Minum
1. Mesin dan peralatan yang berhubungan langsung dengan bahan baku
ataupun produk akhir harus dibersihkan dan dikenakan tindak sanitasi secara
teratur, sehingga tidak menimbulkan pencemaran terhadap produk akhir.
Mesin dan peralatan yang digunakan oleh Depot Air Minum harus dirawat
secara berkala dan apabila sudah habis umur pakai harus diganti sesuai
dengan ketentuan teknisnya.
adp.
E. Air Baku
1. Bahan baku utama yang digunakan adalah air yang diambil dari sumber
yang terjamin kualitasnya, untuk itu beberapa hal yang harus dilakukan
untuk menjamin mutu air baku meliputi :
a. Sumber air baku harus terlindung dari cemaran kimia dan mikrobiologi
yang bersifat merusak/mengganggu kesehatan
b. Air baku diperiksa secara berkala terhadap pemeriksaan organoleptik
(bau, rasa, warna), fisika, kimia dan mikrobiologi
2. Syarat mutu sesuai dengan permenkes No. 492 Tahun 2010
3. Bak penampung air baku harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade),
harus bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari air.
adq.
F. Desinfeksi
1. Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam
tangki atau alat pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal
0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 - 0,1
ppm.
2. Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara
penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang gelombang 254 nm atau
kekuatan 2537 0 A dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm2.
adr.
G. Pelayanan Konsumen
1. Depot air minum wajib memberikan wadah yang di bawa oleh konsumen
dan dilarang mengisi wadah yang tidak layak pakai.
2. Depot air minum harus melakukan pembilasan dan atau pencucian dan atau
sanitasi wadah yang di lakukan dengan cara yang benar
3. Proses pengisian dan penutupan dilakukan secara saniter yakni dilakukan
dalam ruang yang hygienis. Tutup wadah yang disediakan oleh Depot Air
Minum harus polos/tidak bermerek. Depot Air Minum tidak diperbolehkan
memasang segel/”shrink wrap” pada wadah.
4. Depot Air Minum hanya diperbolehkan menjual produknya secara langsung
kepada konsumen dilokasi Depot dengan cara mengisi wadah yang dibawa
oleh konsumen atau disediakan Depot. Depot Air Minum dilarang memiliki
“stock produk air minum dalam wadah yang siap dijual
ads.
H. Karyawan
adt.
1. Bebas dari penyakit yang dapat dengan mudah menular, misal
bersin dan batuk dan atau TBC selama pengisian
2. Karyawan yang berhubungan dengan produksi harus dalam
keadaan sehat, bebas dari luka, penyakit kulit atau hal lain
yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran terhadap air
minum.
3. Karyawan harus mencuci tangan sebelum melakukan pekerjaan, terutama
pada saat penanganan wadah dan pengisian
4. Karyawan tidak diperbolehkan makan, merokok, meludah atau melakukan
tindakan lain selama melakukan pekerjaan yang dapat menyebabkan
pencemaran terhadap air minum.
5. Pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi Depot Air
Minum
6. Karyawan bagian produksi (pengisian) diharuskan
menggunakan pakaian kerja, tutup kepala dan sepatu
yang sesuai.
adu.
I. Pekarangan
1. Lokasi depot harus mempunyai halaman atau pekarangan
dengan persyaratan; cukup luas untuk parkir kendaraan,
permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak
terjadi genanangan, selalu dijaga kebersihannya setiap
saat, bebas dari kegiatan lain atau sumber pencemaran
lainnya.
adv.

adw. Sumber : Kepmenperindag No. 651 Tahun 2004


Tentang Persyaratan Teknis Air Minum dan Perdagangannya Menteri
Perindustrian Dan Perdagangan Republik Indonesia
adx. LAMPIRAN V
ady.
adz. Uraian Detail Obyek Pengawasan Pada Format
Pemeriksaan Fisik
aea.
1. Tandon penyimpanan air baku tidak terkena sinar matahari secara langsung
2. Tandon air sebaiknya terbuat dari bahan food grade, seperti stainless steel atau poly-
vinyl-carbonate.
3. Tabung filter air sebaiknya terbuat dari bahan food grade, seperti stainless steel aatau
poly-vinyl-carbonate. Biasanya terdapat dua buah tabung yang berisi pasir aktif dan
karbon aktif. Tabung filter ini harus tahan tekanan tinggi.
4. System back washing adalah cara pembersihan tabung filter dengan cara
mengalirkan air tekanan tinggi secara terbalik sehingga kotoran atau residu yang
selama ini tersaring dapat terbuang keluar.
5. Bahan wadah tabung mikro filter terbuat dari bahan food grade.
6. Mikro filter terdapat lebih dari satu buah dengan ukuran berjenjang dari besar ke
kecil. Contoh 10μ, 5 μ, 1 μ, 0.4 μ (micron).
7. Masa pakai adalah umur (life time) dari mikro filter, masa pakai ini biasanya sudah
ditentukan oleh produsen (pabrik yang membuat) mikro filter.
8. Pompa air sebaiknya terbuat dari stainless, dengan kekuatan tekanan kurang lebih 3-
5 kg/cm2, tekanan ini diperlukan untuk mendorong air melalui berbagai macam filter
yang ada.
9. Alat petunjuk tekanan air adalah alat yang berfungsi untuk memonitor tekanan air
hasil pemompaan dalam pipa penyalur.
10. Pipa penyalur atau distribusi menggunakan bahan food grade.
11. Peralatan sterilisasi/desinfeksi harus ada pada sebuah depot air minum, dapat berupa
Ultra Violet atau Ozonisasi atau peralatan desinfeksi lainnya atau bisa lebih dari satu
alat sterilisasi/desinfeksi yang berfungsi dan digunakan secara benar, contohnya jika
kemampuan peralatan tersebut 8 GPM (galon per minute) berarti paling tidak, keran
pengisian depot digunakan untuk mengisi sekitar 6 – 7 galon permenitnya.
12. Masa efektif membunuh kuman adalah umur (life time) dari peralatan
sterilisasi/desinfeksi, masa efektif ini biasanya sudah ditentukan oleh produsen
(pabrik yang membuat) mikro filter.
13. Fasilitas pencucian botol (galon) adalah sarana pencucian botol untuk membersihkan
botol yang terdapat pada depot
14. Fasilitas pembilasan botol (galon) adalah sarana pembilasan botol untuk membilas
bagian dalam botol.
15. Fasilitas pengisian adalah sarana pengisian produk air minum kedalam botol (galon)
yang terdapat dalam ruang tertutup.
16. Setiap botol galon yang telah diisi, langsung beri tutup yang baru dan bersih. Tetapi
bukan dengan metode wrapping.
17. Pihak depot sebaiknya tidak membuat stock botol (galon) yang telah diisi, lebih dari
1 x 24 jam, botol yang telah diisi sebaiknya langsung dibawa oleh konsumen.
18. Perilaku hidup bersih dan sehat dari operator
19. Surat keterangan telah mengikuti kursus hygiene sanitasi Depot Air Minum bisa
didapat dari penyelenggaraan atau instansi yang melaksanakan kursus hygiene
sanitasi Depot Air Minum, seperti Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan
Propinsi, Kab/Kota atau asosiasi Depot Air Minum.
20. Depot Air Minum harus bebas dari tikus, lalat, dan kecoa, karena dapat mengotori
dan merusak peralatan.
21. Lantai dibuat dengan konstruksi yang kuat, aman dengan bahan tegel, porselen atau
keramik/kedap air begitu juga dengan dinding dan langit – langit kuat dan kokoh.
22. Cahaya yang ada tidak boleh menyiluakan, karena dapat mengganggu penglihatan
atau tidak boleh terlalu redup yang dapat membuat mata lelah.
23. Dilingkungan depot air minum secara umum tidak terdapat sampah yang berserakan
dan barang – barang tertata dengan rapi.

aeb. Sumber : Simbolon dkk, 2012

Anda mungkin juga menyukai