635 959 3 PB99999
635 959 3 PB99999
E-mail: arief.rahmana@widyatama.ac.id
ABSTRAK
Paradigma yang mendasari penelitian ini adalah bahwa UKM telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi, yang ditunjukkan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 99,74% dari total serapan nasional dan
memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp 1.013,5 triliun atau 56,73%. Namun demikian,
dalam pengembangannya menghadapi beberapa masalah di antaranya adalah kurang permodalan, kesulitan dalam
pemasaran, struktur organisasi sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku, kualitas manajemen rendah, SDM
terbatas dan kualitasnya rendah, kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan, aspek legalitas lemah, dan rendahnya
kualitas teknologi. Berdasarkan hal ini, diperlukan strategi yang komprehensif agar UKM berkembang lebih cepat,
permasalahan yang dihadapi dapat direduksi, dan memiliki keunggulan kompetitif. Rumusan strategi pengembangan
yang diusulkan adalah menggunakan integrasi pendekatan location quotient (LQ), diamond cluster model, dan analisis
SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UKM yang mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan adalah
sektor Industri Pengolahan karena memiliki nilai indeks LQ terbesar yaitu 4,277. Selanjutnya strategi pengembangan
UKM adalah strategi ST, yaitu strategi menggunakan kekuatan (strength) untuk mengatasi ancaman (threat). Dengan
strategi ini, sebaiknya UKM melakukan diversifikasi produk presisi dengan menggunakan teknologi CNC, CAD, dan
CAM, meningkatkan kualitas produk, dan membina kerja sama yang intensif dengan para supplier untuk memperoleh
pasokan bahan baku yang memadai.
Kata kunci: UKM, industri pengolahan, location quotient, diamond cluster model, analisis SWOT
ABSTRACT
The paradigm underlying this research is that SME has contribution to economic growth, that is indicated by their
contribution to employment and Gross Domestic Product. SMEs contribute to employment more than 99,7 per cent of
national employment and contribute to more IDR 1,013.5 trillion or 56,73 per cent. Nevertheless, the developing of SME's
facing some problems namely lack of capital, difficulties in marketing, simple organizational structure with unstandard
job description, low of quality management, limited human resource, generally it has no finanacial accounting, low of
legality aspect, and low of technology quality. According to this matter, a comprehensive strategy for developing SME's is
very crusial to develop in order to fasten SME's growth, to eliminate SME's problems, and to make SME's competitive. The
strategy composed based on integration of location quotient, diamond cluster model, and SWOT analysis approach. The
result indicated that SME's which have big potential to develop are manufacturing industry sector, because it has the biggest
value of LQ is about 4,277. Then, strategy for developing SME's is ST strategy, namely using some strength to overcome
some threats. According to this strategy, SME's should carry out product diversification by using CNC, CAD, and CAM
technology, improve quality of product, and cooperate with suppliers to get supply raw material.
Key words: SMEs, manufacturing industry, location quotient, diamond cluster model, SWOT analysis
14
(a) kurang permodalan, (b) kesulitan dalam pemasaran, Dengan adanya strategi pengembangan yang
(c) struktur organisasi sederhana dengan pembagian terintegrasi diharapkan UKM menjadi kegiatan
kerja yang tidak baku, (d) kualitas manajemen ekonomi yang memiliki nilai tambah dan berdaya
rendah, (e) SDM terbatas dan kualitasnya rendah, saing tinggi, tidak hanya memiliki keunggulan
(g) kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan, komparatif melainkan keunggulan kompetitif.
(h) aspek legalitas lemah, dan (j) rendahnya kualitas Menurut Tambunan (2002) karakteristik UKM
teknologi. Permasalahan ini mengakibatkan yang memiliki keunggulan kompetitif adalah
lemahnya jaringan usaha, keterbatasan kemampuan sebagai berikut: (a) memiliki kualitas SDM yang
penetrasi pasar dan diversifikasi pasar, skala ekonomi baik, (b) pemanfaatan teknologi yang optimal,
terlalu kecil sehingga sukar menekan biaya, margin (c) mampu melakukan efisiensi dan meningkatkan
keuntungan sangat kecil, dan lebih jauh lagi UKM produktivitas, (d) mampu meningkatkan kualitas
tidak memiliki keunggulan kompetitif. produk, (e) memiliki akses promosi yang luas,
Melihat berbagai permasalahan yang dihadapi (f) memiliki sistem manajemen kualitas yang
dalam pengembangan UKM, maka dibutuhkan terstruktur, (g) sumber daya modal yang memadai,
suatu strateg i pengemba nga n U K M aga r (h) memiliki jaringan bisnis yang luas, dan (i)
perkembangan UKM di Indonesia berjalan dengan memiliki jiwa kewirausahaan.
cepat, permasalahan yang dihadapi UKM dapat
direduksi, dan UKM mempunyai keunggulan yang METODE
lebih kompetitif (Hafsah, 2004). Dengan demikian, Penelitian ini menggunakan strategi penelitian
semua permasalahan yang dihadapi UKM sebaiknya studi kasus (case study). Studi kasus ini dilaksanakan
dijadikan input atau bahan pertimbangan dalam di beberapa UKM yang secara spasial berada di
merumuskan strategi pengembangannya agar Kotamadya Bandung, Propinsi Jawa Barat. UKM
strategi tersebut bersifat komprehensif dan dapat yang dipilih menjadi sampel adalah UKM yang sudah
berjalan secara efektif dan efisien. Berbagai penelitian mampu ekspor, subkontraktor Usaha Besar, dan
tentang strategi pengembangan UKM di Indonesia memiliki nilai penjualan yang cenderung meningkat.
telah dilakukan, di antaranya oleh Winarni (2006), Pengumpulan data dilakukan dari bulan Agustus
Hafsah (2004), dan Situmorang (2008). Pada dasarnya 2010 sampai dengan bulan Desember 2010, dengan
strategi pengembangan UKM yang diusulkan oleh menggunakan multiple source of evidence, yaitu
para peneliti tersebut tidak berbasis keunggulan wawancara, studi arsip dan observasi langsung.
atau potensi lokal (potensi UKM) dan peluang- Wawancara digunakan sebagai sumber data utama.
peluang eksternal, serta strategi pengembangan Para stakeholders yang menjadi responden untuk
yang diusulkan masih didasarkan pada pendekatan pemerolehan data penelitian adalah perwakilan
kualitatif. dari Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Jawa
Penelitian ini mencoba membuat suatu strategi Barat, pemilik, manajer, dan para karyawan UKM.
pengembangan UKM yang mengintegrasikan Pendekatan yang digunakan untuk merumuskan
keunggulan atau potensi lokal UKM dengan peluang- strategi pengembangan UKM adalah (1) location
peluang eksternal yang ada. Secara makro, strategi quotient, (2) diamond cluster model, dan (3) Analisis
yang dirumuskan dalam penelitian ini diawali SWOT. Ketiga pendekatan tersebut adalah sebagai
dengan melakukan analisis potensi dan masalah berikut:
terhadap setiap sektor UKM yang ada, sehingga
mampu mengidentifikasi sektor UKM mana yang Location Quotient
lebih berpotensi dan tepat untuk dikembangkan, Miller dan Wright (1991), Isserman (1997), dan
kemudian dirumuskan strategi pengembangannya Hood (1998) mengemukakan bahwa metode Location
berdasarkan pada pendekatan kualitatif dan Quotient (LQ) digunakan untuk mengidentifikasi
kuantitatif. Strategi pengembangan UKM didasarkan komoditas unggulan di suatu wilayah. Teknik LQ
pada integrasi tiga metode, yaitu location quotient, merupakan salah satu pendekatan yang umum
diamond cluster model, dan analisis SWOT. Location digunakan dalam model ekonomi basis sebagai
quotient merupakan metode yang akan digunakan langkah awal untuk memahami sektor kegiatan
untuk menginisiasi sektor UKM mana yang menjadi yang menjadi pemacu pertumbuhan. Teknik ini
prioritas untuk dikembangkan. Diamond cluster menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan
model digunakan untuk mengidentifikasi faktor- suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan
faktor yang menjadi keunggulan bersaing UKM. kemampuan yang sama pada daerah yang lebih
Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan luas. Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk
strategi pengembangan UKM sektor unggulan. menghasilkan koefisien LQ adalah jumlah tenaga
Dari matriks analisis SWOT seperti yang dan restoran, (g) pengangkutan dan komunikasi,
tersaji pada Tabel 1, dapat diidentifikasi terdapat 4 (h) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan
(empat) strategi, yaitu: Pertama, strategi SO yang (i) jasa lainnya. Untuk menentukan sektor UKM
merupakan strategi untuk menggunakan semua unggulan dari 9 sektor tersebut digunakan indeks
kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan LQ. Perhitungan dan analisis LQ didasarkan dengan
peluang yang ada. Kedua, strategi WO yang membandingkan data PDRB setiap sektor UKM
merupakan strategi mengatasi semua kelemahan dengan akumulasi data PDRB untuk semua sektor
dengan memanfaatkan peluang yang ada. Ketiga, di Kotamadya Bandung. Nilai PDRB yang menjadi
strategi ST yang merupakan strategi menggunakan dasar perhitungan digunakan nilai PDRB atas dasar
semua kekuatan untuk menghindari dari semua harga konstan. Hasil hitungan nilai LQ yang berupa
ancaman. Keempat, strategi WT yang merupakan nilai indeks tersaji pada Tabel 2. Berdasarkan hasil
strategi menekan semua kelemahan dan mencegah hitungan yang tersaji pada Tabel 2, sektor UKM
semua ancaman. yang menjadi unggulan untuk dikembangkan adalah
Dengan menggunakan tiga pendekatan tersebut, sektor industri pengolahan (sebut IKM) dengan
maka tahapan penelitian yang dikembangkan besarnya nilai indeks LQ adalah 4,277. Nilai indeks
adalah sebagai berikut: (a) menginisiasi sektor LQ UKM sektor industri pengolahan merupakan
UKM unggulan yang paling berpotensi untuk nilai terbesar di antara indeks sektor-sektor lainnya.
dikembangkan. Indeks LQ akan dijadikan pedoman Dengan demikian, berdasarkan nilai indeks LQ ini
untuk menginisasi sektor unggulan UKM tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa UKM sektor
(b) mengidentifikasi keunggulan bersaing UKM Industri Pengolahan yang paling memiliki potensi
berdasarkan pendekatan diamond cluster model. untuk terus dikembangkan.
Keunggulan bersaing ini akan mencakup faktor
input, kondisi permintaan, industri pendukung Tabel 2. Indek LQ Sektor UKM
dan terkait, dan strategi perusahaan dan pesaing,
Sektor Indek LQ
(c) mengklasifikasikan keunggulan bersaing UKM
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan 1,083
menjadi faktor internal dan eksternal, (d) menentukan Perikanan
faktor-faktor yang menjadi kekuatan (strength), Pertambangan dan Penggalian
0,000
kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan Industri Pengolahan
4,277
ancaman (threats), yang selanjutnya disajikan Listrik, Gas dan Air Bersih
0,829
Bangunan
dalam matrik SWOT, (e) merumuskan strategi Perdagangan, Hotel dan Restoran
0,617
berdasarkan kombinasi dari kekuatan (strength), 0,527
Pengangkutan dan Komunikasi
0,235
kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
0,801
ancaman (threats), dan (f) penetapan prioritas Jasa Lainnya
0,616
strategi pengembangan UKM, dan (g) implementasi
Sumber: Rahmana dkk. (2010)
strategi terpilih.
Pengembangan sistem
penjaminan kualitas (ISO)
Pembuatan produk presisi
berbasis CNC-CAD-CAM
Kerjasama dengan lembaga
pendidikan terkemuka (ITB dan
Polman)
Pelayanan konsumen 24 jam
Strategi
Perusahaan dan
Pesaing
Industri
Pendukung dan
Terkait
Telah menjadi subcontractor
industri-industri besar
Ketersediaan bahan baku
menurun
Outsourching pekerjaan