bukti otentik (akta PPAT). Dalam pembuatan akta PPAT baik dalam bentuk
partij akta maupun relaas akta, PPAT bertanggungjawab supaya setiap akta
mengetahui hukum apa yang berlaku terhadap para pihak yang datang kepada
Hal tersebut sangat penting agar supaya akta yang dibuat oleh PPAT
tersebut memiliki otentisitasnya sebagai akta otentik karena sebagai alat bukti
a. Kesalahan ketik pada salinan PPAT, dalam hal ini kesalahan tersebut
dapat diperbaiki dengan membuat salinan baru yang sama dengan yang
asli dan hanya salinan yang sama dengan yang asli baru mempunyai
127
128
b. Kesalahan bentuk akta PPAT, dalam hal ini dimana seharusnya dibuat
berita acara rapat tapi oleh PPAT dibuat sebagai pernyataan keputusan
rapat.
c. Kesalahan isi akta PPAT, dalam hal ini mengenai keterangan dari para
Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut “acte” atau
subekti, akta berbeda dengan surat, yaitu suatu tulisan yang memang dengan
suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk
pembuktian.3
pembuktian sesuatu.
1
Mudofr Hadi, Varia Peradilan Tahun VI Nomor 72, Pembatalan Isi Akta Notaris/PPAT
Dengan Putusan Hakim, 2004, Rieneka Perkasa, Bandung, hlm. 142-143.
2
Subekti, Hukum Pembuktian, PT. Pradnya Paramitha, Jakarta, 2005, hal.25.
3
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2006, hal
149.
129
Akta otentik adalah akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi
yang mencatat apa yang dimintakan untuk dimuat di dalamnya oleh yang
monumenta atau akta publica. Akta-akta tersebut dibuat oleh seorang pejabat
dibuat untuk dipakai sebagai bukti, dan dipergunakan oleh orang, untuk
akta adalah surat yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa-peristiwa,
yang menjadi dasar dari suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula
menyebutkan bahwa suatu akta otentik adalah suatu akta yang dibuat dalam
pejabat umum yang berkuasa untuk itu dan di tempat di mana akta dibuatnya.
4
Muhammad Adam, Ilmu Pengetahuan Notariat, Sinar Baru, Bandung, 1985, hlm 252
5
Daeng Naja, Teknik Pembuatan Akta, Pustaka Yustisia,Yogyakarta, 2012, hlm 1
130
1. Perbedaan antara tulisan dan akta terletak pada tanda tangan yang tertera
dibawah tulisan.
tulisan di bawah tangan adalah akta di bawah tangan, surat, register atau
daftar, surat rumah tangga, serta tulisan lain yang dibuat tanpa
mengenai Sifat dan Bentuk Akta. Dalam Pasal 1 Angka 7 PP No. 37/1998
dan PP No. 24/1997 menentukan bahwa akta PPAT adalah akta otentik yang
dibuat oleh atau dihadapan PPAT menurut bentuk dan tata cara yang
ditetapkan dalam PP No. 37/1998 dan PP No. 24/1997, dan secara tersirat
dalam Pasal 58 ayat (2) PP No. 37/1998 dan PP No. 24/1997 disebutkan
bahwa PPAT wajib membuat Daftar Akta dan mencatat semua akta yang
Akta yang dibuat oleh (door) PPAT dalam praktek PPAT disebut
Akta Relaas atau Akta Berita Acara yang berisi berupa uraian PPAT yang
dilihat dan disaksikan PPAT sendiri atas permintaan para pihak, agar
PPAT disebut Akta Pihak (Akta Partij), yang berisi uraian atau keterangan,
pernyataan para pihak yang diberikan atau yang diceritakan dihadapan PPAT.
Pembuatan akta PPAT baik Akta Relaas maupun Akta Pihak (Akta
Partij), yang menjadi dasar utama atau inti dalam pembuatan akta PPAT,
yaitu harus ada keinginan atau kehendak (wilsvorming) dan permintaan dari
para pihak, jika keinginan dan permintaan para pihak tidak ada, maka PPAT
tidak akan membuat akta yang dimaksud. Untuk memenuhi keinginan dan
permintaan para pihak, PPAT dapat memberikan saran dengan tetap berpijak
oleh para pihak yang bersepakat dalam perikatan atau antara para pihak yang
adalah akta yang sengaja dibuat untuk pembuktian oleh para pihak tanpa
bantuan dari seorang pejabat. Jadi semata-mata dibuat antara pihak yang
berkepentingan.6
sebagai berikut:
oleh Undang-Undang;
6
Sudikno Mertokusumo, Op Cit hlm 125.
132
c. Tanggal dari akta yang dibuat di bawah tangan tidak selalu pasti
kekuatan eksekutorial
lebih besar
tangan, surat, daftar, surat urusan rumah tangga dan tulisan-tulisan yang lain
pihak yang bersangkutan, setelah isi akta dijelaskan oleh PPAT kepada
melegalisasi.
diberikan kepada PPAT untuk didaftarkan dan beri tanggal yang pasti.
mempunyai kepastian tanggal saja dan tidak ada kepastian tanda tangan.
Apabila ada akta PPAT dipermasalahkan oleh para pihak atau yang
kebatalan dan pembatalan akta PPAT sebagai suatu alat bukti yang
PPAT akan dikoreksi oleh hakim pada saat akta PPAT tersebut diajukan ke
pengadilan sebagai alat bukti. Alat bukti sah atau yang diterima dalam suatu
perkara (perdata), pada dasarnya terdiri dari ucapan dalam bentuk keterangan
ini (untuk perkara pidana dan perdata) telah diterima juga alat bukti
elektronik atau yang terekam atau yang disimpan secara elektronis sebagai
penjelasan terdapat alat bukti tertulis dapat berupa tulisan yang mempunyai
nilai pembuktian. Secara tertulis tersebut dapat berupa Surat (secara umum)
dan Surat dalam bentuk tertentu serta tata cara pembuatan dengan pejabat
untuk menyatakan suatu akta PPAT tersebut batal demi hukum, dapat
sebagai akta di bawah tangan atau akta menjadi batal demi hukum, maka
pihak yang dirugikan dapat menuntut penggantian biaya, ganti rugi dan
dapat dituntut untuk memberikan ganti rugi, sepanjang hal tersebut terjadi
disebabkan oleh karena kesalahan PPAT. Namun dalam hal pembatalan akta
maka para pihak yang berkepentingan tidak dapat menuntut PPAT untuk
hukum apabila akta otentik yang dibuatnya dan atau dibuat di hadapannya
hukum yang dilakukan oleh PPAT dalam pembuatan akta otentik pada
No. 37/1998 dan PP No. 24/1997 dan seorang klien atau penghadap lainnya
akta otentik yang dibuat oleh PPAT dapat menjadi batal atau dapat
dibatalkan.
hukum perjanjian yang tercantum dalam akta tersebut akan tetap berlaku atau
sah. Setelah adanya putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap atas
gugatan penuntutan pembatalan akta tersebut maka akta itu tidak lagi
hakim perdata akan menyatakan bahwa akta tersebut batal demi hukum. Dan
136
Perjanjian yang batal mutlak dapat juga terjadi, jika suatu perjanjian
yang dibuat tidak dipenuhi, padahal aturan hukum sudah menentukan untuk
perbuatan hukum tersebut harus dibuat dengan cara yang sudah ditentukan
sudah dianggap tidak ada, maka sudah tidak ada dasar lagi bagi para pihak
untuk saling menuntut atau menggugat dengan cara dan bentuk apapun.7
intelektualnya atau PPAT turut serta ikut melakukan pemalsuan surat yang
yuridis tidak dapat ditolelir bukan hanya berdasarkan ketentuan pidana saja,
tetapi juga oleh peraturan dalam KUHPerdata serta PP No. 37/1998 dan PP
No. 24/1997.
7
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, 2005, Jaya Internusa, Jakarta, hlm. 22.
137
Akibat hukum terhadap akta otentik yang dibuat oleh PPAT secara
tangan serta akta tersebut dapat dibatalkan telah sejalan dengan kewenangan
37/1998 dan PP No. 24/1997. Terjadinya suatu akibat hukum yaitu berupa
akta otentik menjadi akta di bawah tangan dan akta tersebut dibatalkan
(HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada
hukum.8
lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh
dikemukan oleh para sarjana maka akibat hukum berupa pembatalan akta
8
Satijipto Raharjo
138
otentik dapat melindungi para pihak yang merasa dirugikan oleh perbuatan
di bawah tangan, dibatalkan oleh para pihak sendiri dan dibatalkan oleh
penerapan asas praduga sah. Kelima kedudukan akta PPAT tersebut tidak
dapat dilakukan secara bersama-sama, tetapi hanya berlaku satu saja. Jika
pengadilan umum (Negeri) dan telah ada putusan pengadilan umum yang
kududukan pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau akta PPAT batal
demi hukum, atau akta PPAT dibatalkan oleh para pihak itu sendiri dengan
adanya akta PPAT lagi, maka pembatalan akta PPAT yang lainnya tidak
berlaku.
keotentikkan akta tersebut dan menjadi akta di bawah tangan sesuai dengan
ketentuan Pasal 41 PP No. 37/1998 dan PP No. 24/1997 serta akta otentik
akta otentik harus memuat ketiga unsur tersebut di atas (lahiriah, formil dan
139
materiil) atau salah satu unsur tersebut tidak benar dan menimbulkan perkara
pada ketentuan undang-undang dan akta tersebut dibuat oleh dan di hadapan
PPAT sesuai dengan prosedur dan tata cara pembuatan akta untuk agar
keotentikannya tidak menjadi akta di bawah tangan atau akta tidak sampai
dibatalkan.
Duduk Perkara
(lima ratus meter persegi) yang terletak di RT.003 Kelurahan Pasir Putih
2. Bahwa pada tahun 2007, Penggugat dan ibu Penggugat meminta bantuan
kepada Tergugat IV, untuk mengurus turun waris SHM nomor 168/1977
menjadi SHM Nomor 3422 sisa seluas 242 M 2 (dua ratus dua
dan 1 (satu) bagian lainnya dengan SHM Nomor 3460/2007 seluas 164
(alm).
bahawa:
menyatakan bahwa:
dan III sebagai milik S. Achpi Lubis (alm)/ Suami Tergugat IV,
secara sepihak diakui oleh tergugat II dan III adalah pemilik objek
143
hibah pada saat akta hibah dibuat ternyata dalam kondisi sudah
akta
Tergugat IV.
144
dan merubah luasan asal tanah hak milik Penggugat 500 M2 menjadi
2 (dua) bagian.
dan tekanan mental sebagai akibat kejadian ini, menanggung malu dan
menjadi dua bagian tanah hak milik Penggugat menjadi dua Sertifikat
Hak Milik (SHM), masing-masing SHM Nomor 3422 sisa seluas 242
(alm) /Ibu Penggugat dan 1 (satu) bagian lainnya dengan SHM Nomor
3460/2007 seluas 164 M2 (seratus enam empat meter persegi) atas nama
MENGADILI :
(ontrechtmatige daad);
April 2007 dan Akta Nomor 581/2007 tanggal 26 September 2007 yang
Hak Malik Nomor 3460/2007 atas 1 (satu) bidang tanah seluas 164 M 2
putih Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi atas nama Tergugat II dan
Sertifikat Hak Milik Nomor 3422/2007 atas 1 (satu) bidang tanah seluas
putih Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi atas nama Penggugat dan
Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi dalam keadaan baik dan kosong
500 M2 (lima ratus meter persegi) yang terletak di Kelurahan Pasir Putih
Kecamatan Jambi selatan kota Jambi untuk diproses turun waris oleh
juta rupiah);
saat ini ditetapkan sejumlah Rp. 2.391.000 (dua juta tiga ratus sembilan
Analisis Kasus
ini adalah:
menguasai dengan cara tidak sah dari sebagian objek yang dipercayakan
“pengelapan”.10
9
Tongat, Hukum Pidana Materiil. UMM Press Malang, 2006, hlm, 57
10
Ibid, hlm, 60.
149
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain dan yang ada
pidana penggelapan.12
Pasal 372 KUHP dari titel XXIV buku II sebagai berikut: Dengan
seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dan yang ada di bawah
11
Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu dalam KUHP, Sinar Grafika,
Jakarta, 2014, hlm. 107.
12
Subekti, Kamus Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1982, hlm. 111.
13
Mahfud Junaedi, Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Islam, Depok:
Kencana, 2017, hlm. 302.
150
dilakukan itu.
empat syarat:14
orang berarti pengambil barang itu tidak berhak sama sekali atas
14
Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta: Pasca Sarjana FH
Universitas Indonesia, 2003, hlm. 117.
151
Dengan demikian suatu barang yang tidak ada kepunyaan orang lain
dan dapat diketahui barang yang digelapkan itu adalah milik orang
lain.15
15
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, cet
ke-4, Bandung: Eresco,1985, hlm. 31-32.
Ketentuan Pasal 1 Angka 20 Peraturan Pemerintah Nomor
bahawa:
menyatakan bahwa:
secara sepihak oleh tergugat II dan III adalah pemilik objek hibah
pada saat akta hibah dibuat ternyata dalam kondisi sudah meninggal
152
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) selaku pejabat yang
153
f. obyek perbuatan hukum yang bersangkutan sedang
dalam sengketa mengenai data fisik dan atau data
yuridis; atau
g. tidak dipenuhi syarat lain atau dilanggar larangan
yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan yang bersanggkutan.
Namun demikian, PPAT tidak melakukan upaya penolakan
menyatakan bahwa :
154
f. Sesuatu perbuatan atau tidak berbuat sesuatu yang
secara bertentangan dengan hukum melanggar hak
orang lain yang diciptakan oleh hukum, dan karenanya
suatu ganti rugi dapat dituntut oleh pihak yang
dirugikan.
akta
suatu kecelakaan.
155
Fakta hukum yang terungkap adalah penggugat pernah
Tergugat IV.
156
168/1977 atas 1 (satu) bidang tanah seluas 500 M 2 (lima ratus
dan merubah luasan asal tanah hak milik Penggugat 500 M2 menjadi
2 (dua) bagian.
melawan hukum adalah telah sesuai dengan Pasal 1365 KUHPerdata, yaitu
157
157
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pembahasan tersebut diatas maka dalam hal ini penulis menarik suatu
oleh hakim dapat berbentuk batal demi hukum atau dapat dibatalkan,
syarat obyektif (adanya suatu hal tertentu dan sebab yang halal).
maupun pidana. Apabila akta tersebut menjadi batal demi hukum dan
penerbitan akta tersebut. Apabila terbukti notaris tersebut secara sah dan
158
B. Saran
masih hidup, dan pembuatan akta hibah harus dilakukan sesuai dengan
Undang.
2. Bagi notaris atau pejabat pembuat akta yang terlibat dalam pembuatan
hukum.
159
DAFTAR PUSTAKA
Buku.
Habib Adjie. Merajut Pemikiran Dalam Dunia PPAT dan PPAT. Citra Aditya
Bakti. Bandung. 2014.
Hans Kelsen. Teori Hukum Murni. Terj. Raisul Muttaqien. Nusa Media. Bandung.
2016.
Hans Kelsen. Teori Umum Hukum dan Negara. Terj. Raisul Muttaqien. Nusa
Media. Bandung. 2010.
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja. Perikatan yang Lahir dari Perjanjian.
Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2010.
Munir Fuady. Hukum Kontrak (dari sudut pandang hukum bisnis). Citra Aditya
Bakti. Bandung. 2014.
160
Nico. Tanggung Jawab PPAT Selaku Pejabat Umum. Center for Documentation
and Studies of Business Law (CDBL). Yogyakarta. 2013.
Jurnal:
Kunni Afifah. Tanggung Jawab dan Perlindungan Hukum bagi PPAT secara
Perdata Terhadap Akta yang Dibuatnya Magister Kenotariatan fakultas
Hukum Univeristas Islam Indonesia. Jurnal Lex Renaissance No. 1 VOL.
2 JANUARI 2017.
Rhizky Dewan Hutomo. Tanggung Jawab PPAT yang Aktanya Dibatalkan karena
Cacat Yuridis (Studi Kasus Putusan Kasasi MA No. 320 K/PDT/2013).
Jurnal Al-Qānūn. Vol. 21. No. 1. Juni 2018