Identitas
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Geografi
Kelas / Semester : XII / I
Materi Pokok : Interaksi Keruangan Desa dan Kota
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif, sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar :
3.2 Menganalisis struktur keruangan desa dan kota, interaksi desa dan kota,
serta kaitannya dengan usaha pemerataan pembangunan
4.2 Membuat makalah tentang usaha pemerataan pembangunan di desa dan
kota yang dilengkapi dengan peta, bagan, tabel, grafik, dan / atau diagram
C. Indikator
2) Penduduk
Penduduk merupakan salah satu unsur penting dalam suatu wilayah. Di
dalam upaya mengembangkan wilayah penduduk akan bertindak sebagai tenaga
kerja, perencana, atau pelaksana sekaligus yang akan memanfaatkan segala
potensi yang ada. Hal-hal yang berkaitan dengan kependudukan dalam suatu
wilayah antara lain jumlah, pertumbuhan, kepadatan, persebaran, dan mata
pencaharian penduduk. Hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pola
penggunaan lahan yang ada di pedesaan.
Ruang lingkup dan jenis data potensi desa selengkapnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel. 1 Ruang Lingkup dan Jenis Data Potensi Desa
NO POTENSI JENIS DATA
1 a. potensi umum yang meliputi batas
dan luas wilayah, iklim, jenis dan
kesuburan tanah, orbitasi, bentangan
wilayah dan letak
b. pertanian
c. perkebunan
d. kehutanan
sumber daya alam
e. peternakan
f. perikanan
g. bahan galian
h. sumber daya air
i. kualitas lingkungan
j. ruang publik/taman
k. wisata
2 a. Jumlah
b. Usia
c. Pendidikan
d. mata pencaharian pokok
sumber daya manusia e. agama dan aliran kepercayaan
f. kewarganegaraan
g. etnis/suku bangsa
h. cacat fisik dan mental; dan
i. tenaga kerja.
3 a. Lembaga pemerintahan desa dan
kelurahan
b. lembaga kemasyarakatan desa dan
Kelembagaan
kelurahan
c. lembaga social kemasyarakatan
d. organisasi profesi
e. partai politik
Data potensi desa dan kelurahan dilakukan pengukuran dan analisis untuk
menentukan tingkatan potensi umum, potensi pengembangan dan tipologi desa
dan kelurahan.
e. Tipe-Tipe Desa
Tipologi desa dan kelurahan adalah karakteristik desa dan kelurahan
berdasarkan potensi sumber daya alam dan interaksi dengan kegiatan sosial ekonomi
masyarakat (pola nafkah). Tipologi desa dan kelurahan mempertemukan konsep
sumber daya alam, konsep pemberdayaan masyarakat, dan pola nafkah, dan aspek
kewilayahan.
Acuan dalam menentukan tipologi desa dan kelurahan adalah berdasarkan
pada karakteristik desa yang secara alami tidak akan berubah atau jika mengalami
perubahan membutuhkan waktu yang sangat lama. Oleh karena itu, berdasarkan
sensus Potensi Desa (Podes), data karakteristik desa yang memenuhi kriteria tersebut
diatas dan dapat digunakan sebagai dasar pembentukan tipologi adalah sebagai
berikut :
1) Letak geografis
Berdasarkan karakteristik dan potensi desa, maka tipe desa juga dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Tipe Desa Berdasarkan Sistem Ikatan Kekerabatan
Berdasarkan ciri-ciri fisik desa dalam sistem kehidupan masyarakat, maka
terbentuklah ikatan-ikatan kekerabatan di dalam wilayah pemukiman
penduduk. Setidaknya ada tiga sistem ikatan kekerabatan yang membentuk
tipe-tipe desa di Indonesia, yakni:
a) Tipe Desa Geneologis
Suatu desa yang ditempati oleh sejumlah penduduk dimana
masyarakatnya mempunyai ikatan secara keturunan atau masih
mempunyai hubungan pertalian darah. Desa yang terbentuk secara
geneologis dapat dibedakan atas tipe patrilineal, matrilineal, dan
campuran.
b) Tipe Desa Teritorial
Suatu desa yang ditempati sejumlah penduduk atas dasar suka rela. Desa
teritorial terbentuk menjadi tempat pemukiman penduduk berdasarkan
kepentingan bersama, dengan demikian mereka tinggal di suatu desa yang
menjadi suatu masyarakat hukum dimana ikatan warganya didasarkan atas
ikatan daerah, tempat atau wilayah tertentu.
c) Tipe Desa Campuran
Suatu desa dimana penduduknya mempunyai ikatan keturunan dan
wilayah. Dalam bentuk ini, ikatan darah dan ikatan wilayah sama kuatnya.
2) Desa Swakarya
Desa swakarya adalah desa yang masyarakatnya sudah lebih maju
dibandingkan dengan desa swadaya. Selain untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri, kelebihan produksi yang dihasilkan penduduk sudah mulai dijual ke
daerah lain. Desa swakarya mulai mengadakan kontak atau hubungan dengan
warga lain, walaupun intensitasnya masih sedikit. (Fahmi : 2014)
3) Desa swasembada
Desa swasembada adalah desa yang sudah mampu mengembangkan semua
potensi yang ada secara optimal. Masyarakat desa ini sudah mulai
mengadakan interaksi atau hubungan dengan masyarakat luar untuk
melakukan tukar menukar barang dengan wilayah lain. Hasil dari interaksi
tersebut menyebabkan masyarakat yang tinggal didesa swasembada mampu
menyerap teknologi baru untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki,
sehingga proses pembangunan dapat berjalan dengan baik.
a. Ciri-Ciri Kota
Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community yang ciri-ciri
dan sifatnya lebih ditekankan pada kehidupan yang berbeda dengan masyarakat
pedesaan.
Masyarakat kota
Sumber: www.google.com/images
Masyarakat kota dibentuk dari gabungan beberapa masyarakat daerah yang terletak
di sekitar wilayah tersebut. Ciri-ciri perilaku dan kebiasaan masyarakat kota yang
dapat kita saksikan saat ini antara lain:
1) Egois. Tumbuhnya sikap egois disebabkan karena adanya pengaruh
individualis sehingga melahirkan persaingan antar warga.
2) Memiliki pekerjaan yang beraneka ragam. Pekerjaan masyarakat kota pada
umumnya bergerak di bidang jasa dan perdagangan.
3) Masyarakat kota berfungsi sebagai agent of change (agen perubahan) karena
pola pikir masyarakat kota terbuka dalam menerima budaya pengaruh dari luar.
4) Kehidupan keagamaan masyarakat kota sudah berkurang karena kesibukan
kerja, masyarakat menjadi materialistis, memiliki kontrol sosial rendah, dan
emosi keagamaan berkurang.
5) Kota memiliki kesempatan kerja yang luas. Pekerjaan di kota meliputi
pekerjaan formal dan non formal dengan berbagai bidang kehidupan yang ada.
6) Penduduk kota tidak mengenal gotong-royong dalam menyelesaikan
permasalahan seperti halnya warga desa.
7) Kehidupan penduduk kota bersifat glamour (mewah) karena masyarakat kota
memiliki banyak uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
8) Antar masyarakat kota terdapat kesenjangan sosial tinggi. Perbedaan antara
kaya dan miskin sangat mencolok dan memberi status sosial bagi masyarakat.
9) Penduduk kota umumnya memiliki tingkat pendidikan tinggi karena kesadaran
untuk memenuhi kualifikasi lapangan pekerjaan yang tersedia.
Kota merupakan suatu kawasan yang dihuni oleh penduduk yang biasanya memiliki
ciri modern. Penduduk yang menempati kawasan perkotaan umumnya memiliki
pencaharian di bidang nonagraris yang beraneka ragam. Kegiatan ekonomi yang
menggunakan lahan perkotaan antara lain :
1) Perumahan
Pemanfaatan lahan di kota lebih kompleks dari pedesaan karena struktur dan
kondisi masyarakatnya pun lebih beragam. Lahan perumahan di perkotaan
biasanya sangat rapat, karena jumlah penduduknya banyak.
2) Industri
a) Industri berhaluan bahan (bahan mentah harus diperhitungkan secara
khusus) berlokasi ditempat terdapatnya bahan mentah tersebut.
b) Di tempat pemasaran
c) Industri berhaluan pekerja, berlokasi ditempat tenaga kerja yaitu
pengerjaan bahan industri yang memerlukan keahlian khusus seperti
membatik, membordir
3) Jasa
Jasa yang menggunakan lahan kota adalah jalan, terminal, rel kereta api,
stasiun dan sebagainya.
4) Sarana Pemerintahan
Selain perumahan dan perkantoran, lahan di kawasan perkotaan juga
biasadigunakan untuk membangun sarana-sarana pemerintahan. Ini terjadi
karenakota biasanya menjadi pusat pemerintahan.
5) Tempat Pemasaran
Keberadaan kawasan perkotaan sebagai pusat pemerintahan akhirnya
mendorong masyarakat untuk lebih banyak melakukan transaksi perdagangan
di perkotaan. Oleh karena itu, ada pula sebagian lahan yang dimanfaatkan
untuk keperluan perdagangan (pasar, mall, grosir, dan sebagainya).
d. Pengertian Kota
Para ahli memberi pengertian tentang kota sesuai dengan sudut pandang
keilmuannya masing-masing. Pengertian kota menurut beberapa ahli sebagai
berikut.
1) Bintarto
Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan
kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi
yang heterogen serta coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas
(2) Multi Nodal. Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat daan sub-sub
pusat yang saling terhubung satu sama lain. Sub-sub pusat selain
(3) Multi Centered. Terdiri dari beberapa pusat dan sub pusat yang saling
terhubung satu sama lain.
(4) Non Centered. Pada model ini tidak terdapat node sebagai pusat maupun
sub pusat. Semua node memiliki hirarki sama dan saling terhubung antara
satu dengan yang lain.
Sumber: http://www.bbc.co.uk
Berdasarkan nilai tanah atau kriteria status sosial kawasan tempat kediaman,
dalam keadaan biasa, kota membentuk lima zone sepusat sebagai berikut :
a) Daerah Pusat Bisnis (Central Bussiness Distric)
Lapisan ini merupakan pusat bagi segala kegiatan perniagaan dan
perdagangan, pengangkutan serta kegiatan pusat lainnya. Zone pusat niaga
ini terbagi dua :
5) Teori Sektor
Sumber : http://www.lewishistoricalsociety.com
Keterangan gambar :
a) Biru : Pusat niaga sekaligus pusar kota (CBD)
Dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945. Pertumbuhan kota
berawal dari pusat pertumbuhan kemudian menjadi bentuk kompleks karena
muncul nukleus-nukleus baru sebagai kutub pertumbuhan, seperti perguruan
tinggi, kompleks industri, dan terminal bus. Dalam teori ini tidak ada urutan-
urutan yang teratur dari zona-zona kota seperti halnya pada teori konsentris dan
sektoral.
Teori konsektoral tipe Amerika Latin dikemukakan oleh Ernest Griffin dan
Larry Ford pada tahun 1980 berdasarkan penelitian di Amerika Latin. Teori ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
9) Teori Poros
Teori poros dikemukakan oleh Babcock (1932), yang menekankan pada
peranan transportasi dalam memengaruhi struktur keruangan kota. Teori poros
ditunjukkan pada gambar sebagai berikut.
K=3
= 6 (1/3 + 1) = 3
K=4
= 6 (1/2 + 1) = 4
K=7
= 6 (1) + 1 = 7
Untuk dapat menerapkan teori Christaller dalam suatu wilayah, terdapat dua
syarat utama yang harus terpenuhi, yaitu sebagai berikut.
a) Topografi atau bentuk lahan di wilayah tersebut relatif seragam atau homogen
sehingga tidak ada bagian-bagian wilayah yang mendapat pengaruh lereng
atau pengaruh lainnya yang berhubungan dengan bentuk muka bumi.
b) Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen.
b) Tahap Juvenile
Pada tahap ini ditandai dengan munculnya rumah-rumah baru diantara
rumah-rumah lama atau tua dan mulai nampak terpisahnya antara toko
atau perusahaan atau perumahan.
c) Tahap Mature
Pada tahap ini ditandai adanya pengaturan tempat ekonomi dan
perumahan atau sudah adanya perencanaan tata kota yang baik
d) Tahap sinile
Pada tahap ini kota kembali menjadi rumit karena adanya pengembangan-
pengembangan kota yang lebih luas lagi sehingga terjadi pembongkaran
dan penggusuran perumahan maupun untuk dipindahkan keluar kota.
a) Bentuk-bentuk Desa
Bentuk- bentuk desa secara sederhana dapat dikemukakan sebagai beikut :
1) Bentuk Desa Menyusur Sepanjang Pantai
b. Pola-pola Desa
Menurut R. Bintarto ada 6 pola desa yang dikemukakan yaitu :
1) Memanjang jalan: Susunan desanya mengikuti jalur-jalur jalan dan sungai.
Contohnya: terdapat didaerah Bantul, Jokyakarta
2) Memanjang sungai : Susunan desanya mengikuti jalur-jalur jalan dan sungai.
Contohnya terdapat didaerah Bantul, Yogyakarta
3) Radial : Pola desa ini berbentuk radial terhadap gunung dan memanjang
sepanjang sungai dilereng gunung
4) Tersebar : Pola desa didaerah gunung kidul – yogyakarta merupakan nucleus
yang berdiri sendiri.
5) Memanjang pantai : Didaerah pantai susunan desa nelayan berbentuk
memanjang sepanjang pantai.
6) Sejajar jalan kereta api.
keterangan :
a. Memanjang jalan
b. Memanjang sungai
c. Radial
d. tersebar
e. memanjang pantai
b. Fungsi Kota
Kota memiliki banyak fungsi, misalnya: sebagai pusat pemerintahan, pusat
pendidikan, dan pusat hiburan (pariwisata), atau pun sebagai fungsi-fungsi lainnya.
Tidak setiap kota memiliki fungsi yang sama, mungkin ada yang berfungsi sebagai
pusat kebudayaan saja, sebagai pusat perdagangan saja, atau fungsi-fungsi khusus
lainnya. Tapi, tidak sedikit pula kota yang memiliki banyak fungsi. Misalnya kota
Jakarta. Di samping sebagai pusat pemerintahan, Jakarta juga merupakan pusat
pendidikan dan pusat rekreasi.
Lebih rinci lagi, fungsi-fungsi kota itu ialah sebagai berikut.
1) Kota sebagai pusat produksi, baik barang setengah jadi maupun barang jadi.
2) Kota sebagai pusat perdagangan, yakni melayani daerah sekitarnya. Contohnya:
Rotterdam, Singapura, dan Hamburg.
3) Kota sebagai pusat pemerintahan atau ibu kota negara. Contohnya: Jakarta,
London, Kairo.
4) Kota sebagai pusat kebudayaan. Contohnya: Mekah, Yerusalem, dan Vatikan.
5) Kota sebagai pusat pengobatan dan rekreasi. Contohnya: Monaco, Palm Beach,
Florida, dan Puncak- Bogor
6) Kota yang berfungsi ganda. Kota-kota di abad sekarang banyak yang termasuk
kategori ini. Contohnya: Jakarta, Tokyo, dan Surabaya yang mencanangkan diri
Gambar. Fungsi desa sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan pusat perindustrian
Sumber:https://www.google. fungsi+kota
informasi
Pola dan kekuatan interaksi antara dua wilayah atau lebih sangat dipengaruhi
oleh keadaan alam dan sosial daerah tersebut, serta kemudahan yang mempercepat
proses hubungan kedua wilayah itu. Menurut Edward Ullman, ada tiga faktor utama
yang mendasari atau mempengaruhi timbulnya interaksi antar wilayah, yaitu sebagai
berikut:
a. Regional Complementary
Yaitu adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi. Regional
Complementary adalah terdapatnya wilayah-wilayah yang berbeda dalam
ketersediaan atau kemampuan sumber daya. Di satu pihak ada wilayah yang
kelebihan (surplus) sumber daya, seperti produksi pertanian dan bahan galian,
dan di lain pihak ada daerah yang kekurangan (minus) jenis sumber daya alam
tersebut. Adanya dua wilayah yang surplus dan minus sumber daya tersebut
sangat memperkuat terjadinya interaksi, dalam arti saling melengkapi kebutuhan,
di mana masing-masing wilayah berperan sebagai produsen dan konsumen.
Perhatikan bagan berikut.
atau tempat yang tidak layak untuk permukiman, misalnya di bataran sungai,
pinggiran rel kereta api, kuburan dan kolong jembatan. Umumnya
permukiman yang terbentuk ialah permukiman kumuh.
Menurut para geografi, wilayah perkampungan kumuh memiliki empat ciri
khas yaitu:
a) Tidak tersedia air bersih untuk diminum.
Rumus : IAB = k. PA . PB
(dAB)2
Keterangan
IAB : kekuatan interaksi antara daerah A dengan daerah B
k : nilai konstanta empiris, biasanya angka 1
PA : jumlah penduduk daerah A
PB : Jumlah penduduk daerah B
dAB: : Jarak mutlak yang menghubungkan daerah A dan B
Contoh Soal :
Jawab : A dAB : 20 km B
Diketahui :
PA = 40.000
PB = 10.000
dAB = 20 km
interaksi antara kota A dan B adalah :
P A . PB
IAB =k.
(dAB)2
(40.000) . (10.000)
=1.
(20)2
= 400.000.000
400
= 1.000.000
Jadi kekuatan interaksi antara kota A ke kota B adalah 1.000.000
Model gravitasi dapat diestimasikan sebagai ukuran arus diantara dua region
dengan mengalihkan kedua masa dari kedua region yang bersangkutan yang
kemudian dibagi oleh kelipatan jarak diantara dua region. Teori gravitasi oleh W.J
Reilly yang mengadopsi teori Issac Newton Bahwa kekuatan interaksi antar wilayah
dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan jarak, dengan Ketentuan :
Keterangan :
dab
Dab =
Pb
Rumus: 1+
Pa
Keterangan :
Dab = jarak lokasi titik henti, yang diukur dari kota atau wilayah lebih kecil ( dari
kota A)
dab = jarak antara kota A dan B
Pa = jumlah penduduk yang lebih kecil (penduduk kota A)
Pb = jumlah penduduk yang lebih besar (penduduk kota B)
Contoh soal :
Dab =
1+
Dab =
1+√
THab=
THab = 6 km, jadi jarak lokasi titik henti dari kota A dan kota B adalah :
6 km
Keterangan :
= d (kelancaran interaksi
Jawab:
Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa yang paling tinggi tingkat
interaksinya adalah wilayah A
Setiap segala sesuatu pasti memiliki sebab dan akibat. Begitupun dengan
pembangunan sebuah kota, baik berdampak bagi daerah sekelilingnya ataupun bagi
kota itu sendiri. Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu
aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi
(Soemarwoto, 2001). Aktifitas pembangunan akan menghasilkan dampak, baik pada
manusia ataupun lingkungan hidup.
Dampak terhadap manusia yakni meningkat atau menurunnya kualitas hidup
manusia, sedangkan dampak bagi lingkungan yakni meningkat atau menurunnya daya
dukung alam yang akan mendukung kelangsungan hidup manusia (Wardhana, 2001).
Adapun dampak perkembangan kota terhadap desa dan kota itu sendiri adalah:
a. Aspek Fisik
Dampak dari upaya pengembangan suatu kota yang dilakukan berdasarkan
pada peran dan fungsi kota melalui suatu kebijakan pembangunan kota pada
aspek fisik dapat meliputi meningkatnya intensitas penggunaan lahan kota,
meningkatnya penyediaan sarana dan prasarana kota, serta menurunnya
kualitas lingkungan kota (Bintarto dalam Khairuddin, 2000).
1) Penggunaan Lahan
2) Lingkungan Hidup
2) Tenaga Kerja
Sukirno (dalam Khairuddin, 2000) menyatakan bahwa dilihat dari sisi
peluang, pertumbuhan ekonomi telah menciptakan banyaknya peluang usaha
baru bagi masyarakat. Namun permasalahan juga muncul akibat daya pikat
ekonomi yang mendorong migrasi tenaga kerja dari luar yang tidak selalu
dibekali keahlian yang memadai.
3) Masalah Sosial
c. Aspek Ekonomi
1) Pertumbuhan Ekonomi
Arsyad (1999), juga mengatakan bahwa faktor ekonomi juga
mempunyai kontribusi yang besar dalam menjadikan suatu kota kecil
menjadi kota besar karena pertumbuhan ekonomi suatu kota tentu saja
tidak terlepas dari potensi dan aktivitas ekonomi yang berjalan di kota
tersebut.
2) Pemerataan Ekonomi
Kuncoro (2003), menyatakan bahwa proses pembangunan pada
dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi semata. Pembangunan tidak
sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh
suatu negara, namun lebih dari itu pembangunan mempunyai perspektif
yang lebih luas. Dalam proses pembangunan selain mempertimbangkan
aspek pertumbuhan dan pemerataan juga mempertimbangkan dampak
aktivitas ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat.
Menurut kriteria Bank Dunia (dalam Arsyad 1999), mendasarkan
penilaian pendapatan yang diterima oleh 40% penduduk berpendapatan
terendah. Kesenjangan distribusi pendapatan dikategorikan:
a) Tinggi, bila 40% penduduk berpendapatan terendah menerima kurang
dari 12% bagian pendapatan
b) Sedang, bila 40% penduduk berpendapatan terendah menerima 12% -
17% bagian pendapatan, dan
a. Pengertian
urbanisasi mengandung banyak makna bergantung dari sudut mana kita
mengkajinya, diantaranya:5
1) Urbanisasi diartikan sebagai proses pembengkakan kota yang diakibatkan
oleh peningkatan jumlah penduduk yang sangat cepat. Peningkatan ini
disebabkan oleh pertumbuhan alami penduduk kota dan adanya
perpindahan penduduk dari desa ke kota. Dari pengertian ini sering
diartikan bahwa urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota.
2) Urbanisasi diartikan juga sebagai proses bertambahnya jumlah kota pada
suatu wilayah atau negara yang disebabkan oleh perkembangan sosial,
ekonomi dan teknologi.
3) Urbanisasi diartikan sebagai proses berubahnya suasana kehidupan
pedesaan menjadi suasana perkotaan.
4) Urbanisasi bisa pula diartikan sebagai pemekaran wilayah perkotaan.
Beberapa dampak positif yang terjadi akibat adanya urbanisasi sebagai berikut:
1. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja di kota yang terjadi dengan sendirinya
karena banyaknya masyarakat desa yang memang membutuhkan pekerjaan.
Kota memerlukan banyak tenaga kerja untuk bidang industri, transportasi,
perdagangan, jasa, dan lain-lain.
2. Meningkatnya aktivitas perekonomian kota seiring dengan semakin ramainya
kota sehingga kegiatan perdagangan menjadi lebih terdorong dengan adanya
pendatang-pendatang baru dari desa.
3. Meluasnya kesempatan untuk membuka usaha-usaha baru karena semakin
meningkatnya masyarakat yang ingin kebutuhannya terpenuhi. Seperti usaha
bengkel, warung, transportasi, dan lain-lain.
4. Meningkatnya tingkat kesejahteraan warga desa yang berurbanisasi ke kota.
Dengan demikian, warga desa tersebut akan mengirimkan sebagian kerja
kerasnya untuk keluarganya di desa yang berdampak pada pembangunan desa.
5. Meningkatnya tarf hidup keluarga yang ditinggalkan di desa karena telah
mendapat sokongan ekonomi dari keluarga mereka yang berurbanisasi ke
kota.
6. Lapangan kerja di pedesaan semakin sesuai dengan jumlah angkatan kerja
yang ada sehingga tidak akan ditemukan pengangguran terselubung
Ketimpangan hasil pembangunan yang cukup besar antara desa dan kota,
membuat pengembangan wilayah pedesaan dirasakan sangat penting, karena
struktur ekonomi pedesaan berada dalam keadaan yang tidak menguntungkan
dibandingkan dengan struktur perkotaan. Karena itu permasalahan mendasar
adalah bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan pembangunan di
pedesaan sekaligus upaya-upaya apa yang yang harus dilakukan untuk mencapai
keserasian/kesamaan dengan wilayah kota.
c. Dana pembangunan desa secara lintas sektoral masih belum bermanfaat bagi
masyarakat desa. Karena itu dibutuhkan usaha dan dorongan yang kuat,
sehingga mekanisme proyek pembangunan desa yang berlangsung dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat desa melalui pemerintahan paling bawah.
d. Kurangnya keterpaduan kepentingan antar sektor, sehingga dibutuhkan
koordinasi lintas sektoral tentang pemerintahan desa melalui penyatuan
program, misi dan visi pembangunan. Hal ini dikarenakan setiap sektor
mempunyai visi dan misi yang ideal mengenai pembangunan wilayah
pedesaan. Sehingga masing-masing sektor cenderung untuk berpegang teguh
secara prinsip pada fungsi pokoknya dan memegang asumsi bahwa secara
fungsional tidak ada kewenangan untuk mencampuri sektor lain.
Endarto, Danang ,dkk. 2006. Geografi untuk Kelas XII SMA/MA. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Utoyo, Bambang. 2006. Geografi untuk Kelas XII SMA/MA. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional