Anda di halaman 1dari 84

BAHAN AJAR

INTERAKSI KERUANGAN DESA DAN KOTA

Identitas
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Geografi
Kelas / Semester : XII / I
Materi Pokok : Interaksi Keruangan Desa dan Kota

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif, sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar :
3.2 Menganalisis struktur keruangan desa dan kota, interaksi desa dan kota,
serta kaitannya dengan usaha pemerataan pembangunan
4.2 Membuat makalah tentang usaha pemerataan pembangunan di desa dan
kota yang dilengkapi dengan peta, bagan, tabel, grafik, dan / atau diagram

C. Indikator

1. Mengidentifikasi ciri-ciri desa


2. Mengidentifikasi unsur-unsur pembentuk desa

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 1


3. Menjelaskan sejarah, istilah dan perkembangan desa
4. Mengklasifikan potensi desa
5. Mengidentifikasi tipe desa
6. Menganalisis potensi desa
7. Mengidentifikasi tingkat perkembangan desa
8. Mengidentifikasi ciri-ciri kota
9. Menjelaskan pengertian kota
10. Menjelaskan sejarah pertumbuhan kota
11. Menjelaskan tahap-tahap perkembangan kota
12. Menganalisis bentuk dan pola pedesaan
13. Menganalisis struktur keruangan kota
14. Menjelaskan fungsi desa dan kota
15. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi interaksi wilayah
16. Menghitung kekuatan interaksi desa kota berdasarkan teori
17. Menganalisis Dampak pembangunan kota terhadap desa dan kota
18. Mengidentifikasi penyebab terjadinya urbanisasi
19. Menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan terhadap dampak urbanisasi
20. Mengidentifikasi usaha-usaha dalam rangka pemerataan pembangunan
desa dan kota oleh pemerintah di Indonesia

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 2


INTERAKSI KERUANGAN DESA DAN KOTA

A. STRUKTUR KERUANGAN SERTA PERKEMBANGAN DESA DAN


KOTA
1. Struktur Keruangan Serta Perkembangan Desa
a. Ciri-ciri Desa

Gambar 1: Daerah desa Maninjau Gambar 2: Daerah desa NagariTuaPariangan


Sumber: WordPress.com Sumber: Liputan6 Lifestyle

Gambar 3: Desa Silungkang(Sawahlunto) Gambar 4: Desa Ranah Kayu Ambun


Sumber: s683.photobucket.com Sumber: WordPress.com

1) Menurut Paul H. Landis


a) Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara
ribuan jiwa
b) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap
kebiasaan
c) Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang
sangat dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan, alam, kekayaan
alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat
sambilan

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 3


d) Sistem kehidupannya berkelompok
e) Termasuk kedalam masyarakat homogen dalam hal mata
pencaharian, agama, adat-istiadat
f) Homogenitas Sosial
g) Hubungan primer
h) Kontrol sosial yang ketat
i) Gotong-royong
j) Ikatan sosial
k) Magis religious
Sumber: modul masyarakat perdesaan dan perkotaan, google.com
2) Menurut Roucek & Warren ( 1963 : 78 ) ciri-ciri desa adalah:
a) Mereka memiliki sifat yang homogen dalam hal (mata
pencaharian, nilai– nilai dalam kebudayaan , serta dalam sikap dan
tingkah laku).
b) Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai
unit ekonomi..
c) Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada
(misalnya keterkaitan anggota masyarakat dengan tanah atau desa
kelahirannya).
d) Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet
daripada di kota, serta jumlah anak yang ada dalam anggota
keluarga inti lebih besar atau banyak.
Sumber: http://dee-jieta.blogspot.com/2011/03/ciri-ciri-desa-menurut-para-
ahli.html
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut ciri-ciri desa dapat disimpulkan,
yaitu:
1) Interaksi antar manusia yang sangat kuat
2) Memiliki pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan dan perasaan
3) Keluarga di desa-desa merupakan satu unit sosial dan unit kerja

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 4


4) Mata pencaharian penduduknya bersifat agraris yang sangat dipengaruhi
oleh kegiatan alam, seperti iklim dan kekayaaan alam
5) Pekerjaan-pekerjaan yang tidak bersifat agraris hanyalah pekerjaan
sambilan
6) Iklim berpengaruh pada kehidupan petani sehingga warga desa banyak
bergantung pada musim
7) Jumlah penduduk desa relatif sedikit
8) Proses sosial berjalan lambat
9) Kontrol sosial di dasarkan pada hukum informal
Bedasarkan ciri-ciri desa di atas, maka dapat didefenisikan desa adalah suatu
kesatuan permukiman penduduk yang letaknya diluar kota, yang biasanya mata
pencaharian penduduk bersifat agraris yang sangat dipengaruhi oleh keadaan alam
seperti iklim dan tanah, serta mempunyai interaksi antar manusia yang sangat kuat
dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit.
Menurut Bintarto (1983: 11-12), desa adalah suatu hasil perpaduan antara
kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil perpaduan itu adalah
perwujudan geografis, yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis sosial, ekonomi,
politik dan budaya dan memiliki hubungan timbal balik dengan daerah lain.
Undang-undang No 6 Tahun 2014 desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Unsur-Unsur Pembentuk Desa


Sebuah desa memiliki unsur pokok, yaitu wilayah, penduduk, dan
perilaku.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 5


1) Wilayah

Gambar 7: Daerah desa Nagari Solok Selatan


Sumber: Indovasi.or.id
Daerah yang dimaksud berupa lahan yang produktif maupun yang
tidak produktif, termasuk penggunaan tanah, letak, luas, batas lahan di
lingkungan setempat. Unsur daerah meliputi lahan di desa, misalnya lahan
pekarangan, persawahan, tegalan, dan permukiman. Wilayah atau daerah
merupakan tempat bagi manusia untuk dapat melakukan berbagai aktivitas,
baik sosial, ekonomi, maupun budaya. Pemilihan daerah atau wilayah sebagai
tempat aktivitas tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti iklim,
topografi, keadaan tanah, dan air. Adanya perbedaan kondisi fisik
antarwilayah menyebabkan terjadinya perbedaan perkembangan wiayah.
Contohnya, daerah yang relatif datar dan terletak di dekat daerah perkotaan
akan berkembang lebih cepat daripada daerah pegunungan yang jauh dari
perkotaan

2) Penduduk
Penduduk merupakan salah satu unsur penting dalam suatu wilayah. Di
dalam upaya mengembangkan wilayah penduduk akan bertindak sebagai tenaga
kerja, perencana, atau pelaksana sekaligus yang akan memanfaatkan segala
potensi yang ada. Hal-hal yang berkaitan dengan kependudukan dalam suatu
wilayah antara lain jumlah, pertumbuhan, kepadatan, persebaran, dan mata
pencaharian penduduk. Hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pola
penggunaan lahan yang ada di pedesaan.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 6


Gambar 8: Kegiatan penduduk desa
Sumber: blog.umy.ac.id
3) Perilaku
Perilaku kehidupan masyarakat pedesaan meliputi pola tata pergaulan dan
ikatan-ikatan yang melatar belakangi masyarakat desa. Perilaku masyarakat desa
ditunjukkan oleh adanya ikatan antarwarga yang sangat erat. Hal itu dapat dilihat
dengan adanya sikap gotong royong yang mengutamakan kepentingan bersama
daripada kepentingan pribadi.

Gambar 9: Kegiatan gotong royong (usung rumah)


Sumber: duniaitu.blogspot.com

c. Sejarah, Istilah, Dan Perkembangan Desa

Sejarah Perkembangan Pemerintahan Desa di Indonesia


1) Masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda

Gambar 10: zaman kolonial hindia belanda


Sumber: www.google.com/imgres

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 7


(Buku Harto Hadikusumo) Pada zaman penjajahan Belanda terdapat peraturan
perundang-undangan mengenai desa yaitu Inlandshe Gemeente Ordonantie (IGO)
yang berlaku untuk Jawa dan Madura serta Inlandshe Gemeente Ordonantie voor
Buitengewesten yang berlaku untuk daerah-daerah di luar Jawa dan Madura pada
tahun 1906. Aturan ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 71 regerings reglement
(RR) yang dikeluarkan tahun 1854 yang merupakan bentuk pengakuan terhadap
adanya desa, demokrasi, dan otonomi desa. Pada tahun 1854, Pemerintah kolonial
Belanda mengeluarkan “Regeeringsreglement” yang merupakan cikal-bakal
pengaturan tentang daerah dan desa. Dalam pasal 71 (pasal 128.I.S.) tentang
kedudukan desa, yakni: Pertama, bahwa desa yang dalam peraturan itu disebut
“inlandsche gemeenten” atas pengesahan kepala daerah (residen), berhak untuk
memilih kepala desa. Kedua, bahwa kepala desa itu diserahkan hak untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan memperhatikan peraturan-peraturan
yang dikeluarkan oleh gubernur jenderal atau dari kepala daerah (residen). Gubernur
Jenderal menjaga hak tersebut terhadap segala pelanggarannya.
Dalam ordonansi itu juga ditentukan keadaan dimana Kepala Desa dan anggota
pemerintah Desa diangkat oleh penguasa yang ditunjuk untuk itu. Kepala Desa
bumiputera diberikan hak mengatur dan mengurus rumah tangganya dengan
memperhatikan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal,
pemerintah wilayah dan residen atau Pemerintah otonom yang ditunjuk dengan
ordonansi.
Selain itu, dalam ordonansi diatur wewenang dari Desa Bumiputera untuk
memungut pajak di bawah pengawasan di dalam batas-batas tertentu menetapkan
hukuman terhadap pelanggaran atas aturan yang diadakan oleh desa.
Ada 3 hak desa yang bisa diperhatikan dalam Pasal 71 tersebut, antara lain:
a) Desa berhak memilih sendiri Kepala desa
b) Desa berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
c) Desa yang terletak di kota (kota praja) dihapus

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 8


2) Zaman Jepang
Pada zaman pemerintahan Jepang, pengaturan mengenai Desa diatur dalam
Osamu Seirei No. 7 yang ditetapkan pada tanggal 1 Maret Tahun 1944. Dari
ketentuan Osamu Seirei ini ditegaskan bahwa Kucoo (Kepala Ku, Kepala Desa)
diangkat dengan jalan pemilihan. Sedangkan dewan yang berhak untuk menentukan
tanggal pemilihan dan syarat-syarat lain dalam pemilihan Kucoo adalah Guncoo.
Sedangkan untuk masa jabatan Kucoo adalah 4 tahun. Kucoo dapat dipecat oleh
Syuucookan.
Selanjutnya menurut Suhartono (2001: 49 dalam galihsaputra.blogspot.co.id),
pada jaman penjajahan Jepang, desa ditempatkan setingkat di atas kampung yang
merupakan institusi paling rendah di pemerintahan desa. Pada pendudukan Jepang
ini, otonomi desa kembali dibatasi bahkan desa dibawah pengaturan dan
pengendalian yang sangat ketat. Rakyat desa dimobilisasi untuk keperluan perang,
menjadi satuan-satuan milisi, seperti Heiho, Kaibodan, Seinendan, dan lain-lain.
Kepala desa difungsikan sebagai pengawas rakyat untuk menanam tanaman yang
dikehendaki Jepang, seperti jarak, padi dan tebu.
Pemerintah desa pada jaman pendudukan Jepang terdiri dari 9 (sembilan)
pejabat: Lurah, Carik, 5 (lima) orang Mandor, Polisi desa dan Amir (mengerjakan
urusan agama). Artinya, pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, pengaturan desa
tidak terlalu banyak. Sehingga, desa berjalan dan sesuai dengan IGO 1906 yang
ditetapkan pada masa pemerintahan Belanda. Satu-satunya perauran mengenai desa
yang dikeluarkan oleh penguasa Jepang adalam Osamu Seirei No. 7 tahun 1944
diatas. Peraturan ini hanya mengatur tentang pemilihan kepala desa (Ku-tyoo) yang
menetapkan masa jabatan kepala desa menjadi empat (4) tahun.

3) Sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga Lahirnya Orde Baru


Pada tanggal 17 Agustus 1945 bersamaan waktunya dengan
diproklamasikannya kemerdekaan, berakhirlah sudah lembaran buku sejarah
kehidupan bangsa Indonesia yang penuh dengan penderitaan dan kenistaan sejak awal
penjajahan oleh Belanda dan berakhir oleh militer Jepang.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 9


Kemerdekaan membawa perubahan di segala bidang kehidupan menuju ke
arah kemajuan yang telah sekian lama didambakan. Berbagai peraturan perundang-
undangan yang mengandung prinsip kejiwaan bertentangan dengan martabat bangsa
yang merdeka, secara bertahap dihapuskan, dan diganti dengan yang selaras dan
serasi sebagaimana layaknya di alam kemerdekaan, walaupun dengan berbagai
kesulitan karena situasi pilitik dan keamanan pada awal Indonesia merdeka belum
stabil.
Barulah pada tahun-tahun setelah pemulihan kedaulatan, mulai banyak terlihat
berbagai kegiatan untuk menyiapkan Undang-Undang yang mengatur pemerintahan
Desa sebagai pengganti I.G.O dan I.G.O.B. Maka hal-hal yang sudah tidak sesuai
dengan perkembangan zaman yang terdapat dalam I.G.O. dan I.G.O.B. diatasi oleh
berbagai peraturan yang derajatnya di bawah undang-undang. Artinya ada beberapa
ketentuan dalam IGO dan IGOB yang masih digunakan. Pengertian tentang Desa atau
yang semacam dengan Desa masih tetap seperti pada masa dahulu, dengan sedikit
penambahan di sana-sini. Barulah kemudian setelah keluar Undang-Undang Desa
praja (sebagai pengganti I.G.O. dan I.G.O.B) pada tahun 1965, didapatlah pengertian
resmi tentang desa berdasarkan undang-undang Republik Indonesia.
Pada pasal 1 Undang-Undang Desapraja (No. 19 Tahun 1965) dijelaskan apa
yang dimaksud dengan desapraja yaitu: Desapraja adalah kesatuan masyarakat hukum
yang tertentu batas-batas daerahnya, berhak mengurus rumah tangganya sendiri,
memilih penguasanya dan mempunyai harta benda sendiri. Jadi desapraja pada
undang-undang tersebut di atas itu hanyalah nama baru bagi desa yang sudah ada
sejak berabad-abad yang lampau, yang memiliki pengertian sama seperti di atas.
Undang-Undang desapraja tidak berumur lama,sebab ketika orde baru lahir,
undang-undang yang jiwanya dan sistem pengaturannya akan dapat membawa ke
arah ketidakstabilan politik di desa-desa, dinyatakan tidak berlaku oleh Undang-
Undang No. 6 Tahun 1969.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 10


4) Sejak Lahirnya Orde Baru hingga Sekarang
Sejak Undang-Undang Desapraja dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Undang-
Undang No. 6 tahun 1969, sampai saat lahir dan berlakunya Undang-Undang tentang
Pemerintahan Desa (Undang-Undang No. 5 Tahun 1979) maka selama 10 tahun desa-
desa di seluruh Indonesia tidak memiliki landasan hukum berupa undang-undang.
Selama 10 tahun itu pengertian tentang Desa diambil dari berbagai sumber baik dari
peraturan-peraturan maupun dari pendapat para ahli.
Pengertian Desa yang didasarkan kepada undang-undang yang dapat
dipergunakan sebagai pegangan atau patokan bagi berbagai kepentingan baik bagi
kalangan masyarakat maupun aparatur pemerintah terdapat pada pasal 1 huruf a dari
Undang-undang tentang Pemerintahan Desa (Undang-Undang No 5 Tahun 1979)
yaitu suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat, termasuk di dalamnya esatuan Masyarakat Hukum, yang mempunyai
organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak
menyelenggarakan urusan rumahtangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Dengan adanya secara resmi pengertian tentang Desa sebagaimana tersebut di
atas, maka pengertian atau batasan-batasan tentang Desa tidak perlu lagi dirumuskan
oleh berbagai pihak maupun dalam berbagai peraturan yang derajatnya di bawah
undang-undang.
Sebagai akibat logis adanya pengertian atau batasan Desa secara resmi
sebagaimana tersebut di atas, maka sekaligus terjadi pula keseragaman sebutan atau
nama yaitu Desa bagi bermacam bentuk atau corak Kesatuan-kesatuan Masyarakat
Hukum yang memiliki hak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri dengan
sebutan atau nama setempat seperti Marga, Nagari, Kuria, Nagorey dan lain-lainnya,
yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sekalipun demikian masih harus dimaklumi bilamana masyarakat awam yang
berada di luar Jawa, Madura dan Bali masih menyebut Desanya dengan nama atau
sebutan yang dahulu, karena setiap perubahan sekalipun hanya perubahan sebutan
memerlukan waktu untuk bisa diterima sehingga membudaya. Telah dimaklumi

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 11


bahwa Desa dalam perjalanan sejarahnya telah mengalami perubahan baik yang
menyangkut aspek yuridis formal maupun yang berkaitan dengan luas wilayah,
sistem dan pola ketahanan masyarakat, prasarana dan sarana, sumber-sumber
penghasilan, sistem administrasi pemerintahan, lembaga-lembaga kemasyarakatanm
susunan organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa dan lain-lainnya, namun pada
hakikatnya ada anasir penting yang melekat pada setiap Desa yang tidak mungkin
mudah berubah karena perubahan zaman yaitu :
a) Pada zaman atau masa manapun Desa merupakan satuan organisasi
ketatanegaraan (sekalipun terkecil dan paling sederhana) dalam suatu
negara (Kerajaan atau Republik)
b) Pemerintah Desa merupakan pemerintahan terendah dalam susunan
pemerintahan negara (Kerajaan atau Republik).
c) Adanya hak untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri.
d) Berada dalam suatu wilayah yang batas-batasnya jelas dan tertentu.
e) Ada penduduknya atau masyarakat dalam jumlah yang cukup besar sesuai
persyaratan, yang hidup secara tertib dan bertempat tinggal pada lokasi-
lokasi yang sudah tetap.
f) Kepalanya dipilih secara langsung, bebas dan rahasia oleh penduduk Desa
yang berhak.
g) Memiliki kekayaan sendiri (fisik ekonomis dan non fisik ekonomis).
h) Ada Landasan Hukum (tertulis dan tidak tertulis) yang ditaati oleh
masyarakatnya bersama aparatur Pemerintah Desa.
i) Mempunyai nama, yang tetap dan lestari serta mengandung makna
tertentu bagi masyarakatnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan msyarakat setempat berdasarkan asal usuk dan adapt istiadat setempat
yang diakui dalam sistim pemerintahan nasional dan berada didalan daerah
kabupaten. Sedangkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa
sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 12


untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-
usul dan adat istiadat setempat

d. Klasifikasi Potensi Desa


Potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah tentu akan mempengaruhi
perkembangan wilayah tersebut.

Ruang lingkup potensi desa terdiri dari empat variabel, yaitu:

1) Potensi sumber daya alam


Komponen-komponen alam yang ada di desa adalah sebagai berikut:
a) lokasi desa, lokasi desa dapat menjadi indicator bagi perkembangan desa
tersebut. Desa yang berada pada lokasi strategis memiliki potensi untuk lebih
berkembang dan maju dibandingkan desa yang terletak di daerah terpencil.
b) Luas desa, wilayah desa meliputi luas lahan pertanian, permukimamn, dan
penggunaan lahan lainnya.
c) Keadaan tanah, keadaan tanah dapat mencirikan kesuburan lahan pertanian
d) Keadaan iklim, mencakup curah hujan, temperature, kelembapan,
penyinaran, matahari, dan angin.
e) Ketersediaan sumber daya nabati, jenis hewan, dan produksinya
f) Keadaan bentang alam. Bentang alam suatu daerah merupakan factor alam
yang penting karena mempunyai hubungan erat dengan persebaran
penduduk serta member cirri pada bentuk ruamg gerak manusia.
2) Potensi sumber daya manusia
Penduduk desa merupaka potensi bagi desa itu sendiri. Semakin banyak
jumlah penduduk desa, terlebih penduduk usia produktif, semakin besar potensi
desa tersebut. Kegiatan penduduk yang ditekuni setiap hari memberikan
sumbangan bagi pendapatan desa tersebut.
Apabila suatu wilayah desa mempunyai potensi cukup baik, termasuk tingkat
pendidikan penduduknya yang sudah tinggi, desa tersebut akan cepat
berkembang. Penduduk memiliki karakteristik atau ciri-ciri khusus seperti:

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 13


a) Komposisi umur, jenis kelamin, dan rasio ketergantungan
b) Organisasi masyarakat
c) Tingkat pendidikan, jumlah siswa, dan jumlah guru
d) Tingkat kesehatan, tingkat kematian, tingkat kelahiran, dan kualitas
lingkungan
e) Swadaya masyarakt dan gotong royong untuk pembangunan daerah
f) Adat istiadat dan kebiasaan
3) Potensi Kelembagaan
Desa merupakan landasan bagi ketahanan nasional. Agar desa menjadi kuat,
setiap desa harus memiliki lembaga. Data sumber daya kelembagaan yang
diperlukan untuk menganalisis potensi desa menurut Peraturan Mentri Dalam
Negeri Nomor 12 Tahun 2007 meliputi:
a) lembaga pemerintahan desa dan kelurahan
b) lembaga kemasyarakatan desa dan kelurahan
c) lembaga social kemasyarakatan
d) organisasi profesi
e) partai politik
f) lembaga perekonomian
g) lembaga pendidikan
h) lembaga adat
i) lembaga keamanan dan ketertiban.
4) Potensi Prasarana dan Sarana
Data prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi:
a) transportasi
b) informasi dan komunikasi
c) prasarana air bersih dan sanitasi
d) prasarana dan kondisi irigasi
e) prasarana dan sarana pemerintahan
f) prasarana dan sarana lembaga kemasyarakatan
g) prasarana peribadatan

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 14


h) prasarana olah raga
i) prasarana dan sarana kesehatan
j) prasarana dan sarana pendidikan
k) prasarana dan sarana energi dan penerangan
l) prasarana dan sarana hiburan dan wisata
m) prasarana dan sarana kebersihan.

Ruang lingkup dan jenis data potensi desa selengkapnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel. 1 Ruang Lingkup dan Jenis Data Potensi Desa
NO POTENSI JENIS DATA
1 a. potensi umum yang meliputi batas
dan luas wilayah, iklim, jenis dan
kesuburan tanah, orbitasi, bentangan
wilayah dan letak
b. pertanian
c. perkebunan
d. kehutanan
sumber daya alam
e. peternakan
f. perikanan
g. bahan galian
h. sumber daya air
i. kualitas lingkungan
j. ruang publik/taman
k. wisata
2 a. Jumlah
b. Usia
c. Pendidikan
d. mata pencaharian pokok
sumber daya manusia e. agama dan aliran kepercayaan
f. kewarganegaraan
g. etnis/suku bangsa
h. cacat fisik dan mental; dan
i. tenaga kerja.
3 a. Lembaga pemerintahan desa dan
kelurahan
b. lembaga kemasyarakatan desa dan
Kelembagaan
kelurahan
c. lembaga social kemasyarakatan
d. organisasi profesi
e. partai politik

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 15


f. lembaga perekonomian
g. lembaga pendidikan
h. lembaga adat
i. lembaga keamanan dan ketertiban.
4 a. transportasi
b. informasi dan komunikasi
c. prasarana air bersih dan sanitasi
d. prasarana dan kondisi irigasi
e. prasarana dan sarana pemerintahan
f. prasarana dan sarana lembaga
kemasyarakatan
Prasarana dan Sarana g. prasarana peribadatan
h. prasarana olah raga
i. prasarana dan sarana kesehatan
j. prasarana dan sarana pendidikan
k. prasarana dan sarana energi dan
penerangan
l. prasarana dan sarana hiburan dan
wisata
m. prasarana dan sarana kebersihan.
(Sumber : Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007)

Data potensi desa dan kelurahan dilakukan pengukuran dan analisis untuk
menentukan tingkatan potensi umum, potensi pengembangan dan tipologi desa
dan kelurahan.

a) Tingkatan potensi umum terdiri atas:


(1) potensi tinggi, jika skor total mencapai nilai lebih dari 80% dari skor
nilai maksimal.
(2) potensi sedang jika skor total mencapai nilai antara 60% sampai 80%
dari skor nilai maksimal
(3) potensi rendah, jika skor total mencapai nilai kurang dari 60% dari
skor nilai maksimal
b) Potensi pengembangan terdiri atas:
(1) Sangat Potensial Dikembangkan jika perolehan skor indikator lebih
dari 80% dari skor maksimal dari potensi yang diukur
(2) Potensial Dikembangkan jika perolehan skor indikator antara 70%
sampai 80% dari skor maksimal dari potensi yang diukur;

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 16


(3) Cukup Potensial Dikembangkan jika perolehan skor indikator antara
60 sampai 70% dari skor maksimal dari potensi yang diukur;
(4) Kurang Potensial Dikembangkan jika perolehan skor indikator kurang
dari 60% dari skor maksimal dari potensi yang diukur
c) Tipologi desa dan kelurahan. Hasil scoring potensi umum dan potensi
pengembangan menentukan tipologi desa dan kelurahan yang terdiri
terdiri atas:
(1) Tipologi desa dan kelurahan persawahan
(2) Tipologi desa dan kelurahan perladangan
(3) Tipologi desa dan kelurahan perkebunan
(4) Tipologi desa dan kelurahan peternakan
(5) Tipologi desa dan kelurahan nelayan
(6) Tipologi desa dan kelurahan pertambangan/galian
(7) Tipologi desa dan kelurahan kerajinan dan industri kecil
(8) Tipologi desa dan kelurahan industri sedang dan besar;
(9) Tipologi desa dan kelurahan jasa dan perdagangan.

e. Tipe-Tipe Desa
Tipologi desa dan kelurahan adalah karakteristik desa dan kelurahan
berdasarkan potensi sumber daya alam dan interaksi dengan kegiatan sosial ekonomi
masyarakat (pola nafkah). Tipologi desa dan kelurahan mempertemukan konsep
sumber daya alam, konsep pemberdayaan masyarakat, dan pola nafkah, dan aspek
kewilayahan.
Acuan dalam menentukan tipologi desa dan kelurahan adalah berdasarkan
pada karakteristik desa yang secara alami tidak akan berubah atau jika mengalami
perubahan membutuhkan waktu yang sangat lama. Oleh karena itu, berdasarkan
sensus Potensi Desa (Podes), data karakteristik desa yang memenuhi kriteria tersebut
diatas dan dapat digunakan sebagai dasar pembentukan tipologi adalah sebagai
berikut :
1) Letak geografis

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 17


2) Peruntukan lahan
3) Pola nafkah/mata pencaharian
Berdasar karateristik diatas maka tipe desa itu terbagi atas:
1) Desa Pesisir/Nelayan ( DNL)
Desa pesisir adalah desa/kelurahan termasuk nagari dan atau lainnya yang
memiliki wilayah berbatasan langsung dengan garis pantai/laut (atau
merupakan desa pulau) dengan corak kehidupan masyarakatnya, baik
tergantung maupun tidak tergantung pada potensi laut.
2) Desa Persawahan (DPS)
Desa yang bila sebagian besar penduduknya tergantung dari usaha
persawahan
3) Desa Perladangan (DPL)
Desa yang bila bagian terbesar penduduknya hidup tergantung dari usaha
pertanian ladang (palawija/padi gogo/hortikultural)
4) Desa Perkebunan (DRS)
Desa yang bila sebagian besar penduduknya hidup tergantung kepada usaha
perkebunan (karet, kelapasawit, cengkeh,dll)
5) Desa Peternakan (DPT)
Desa yang merupakan desa dimana penduduknya mempunyai mata
pencaharian sebagai peternak.
6) Desa Perdagangan (DJP)
Desa dimana orang-orang dari berbagai jurusan dapat bertemu satu dengan
yang lain untuk menjual dan membeli barang-barang yang dihasikan
masyarakat sehingga terjadilah pasar.
7) Desa Pertambangan (DPG)
Desa yang tumbuh di dekat wilayah yang menghasilkan hasil-hasil
pertambangan.
8) Desa Industri Kecil dan kerajinan (DIK)
Desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang industri
kecil kerajinan.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 18


9) Desa Industri Sedang dan Besar ( DIB)
Desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang industri
sedang dan besar.

Berdasarkan karakteristik dan potensi desa, maka tipe desa juga dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Tipe Desa Berdasarkan Sistem Ikatan Kekerabatan
Berdasarkan ciri-ciri fisik desa dalam sistem kehidupan masyarakat, maka
terbentuklah ikatan-ikatan kekerabatan di dalam wilayah pemukiman
penduduk. Setidaknya ada tiga sistem ikatan kekerabatan yang membentuk
tipe-tipe desa di Indonesia, yakni:
a) Tipe Desa Geneologis
Suatu desa yang ditempati oleh sejumlah penduduk dimana
masyarakatnya mempunyai ikatan secara keturunan atau masih
mempunyai hubungan pertalian darah. Desa yang terbentuk secara
geneologis dapat dibedakan atas tipe patrilineal, matrilineal, dan
campuran.
b) Tipe Desa Teritorial
Suatu desa yang ditempati sejumlah penduduk atas dasar suka rela. Desa
teritorial terbentuk menjadi tempat pemukiman penduduk berdasarkan
kepentingan bersama, dengan demikian mereka tinggal di suatu desa yang
menjadi suatu masyarakat hukum dimana ikatan warganya didasarkan atas
ikatan daerah, tempat atau wilayah tertentu.
c) Tipe Desa Campuran
Suatu desa dimana penduduknya mempunyai ikatan keturunan dan
wilayah. Dalam bentuk ini, ikatan darah dan ikatan wilayah sama kuatnya.

2) Tipe Desa Berdasarkan Hamparan Tempat Tinggal Berdasarkan hamparan


tempat tinggal, maka desa dapat diklasifikasikan atas:
a) Desa Pedalaman

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 19


Desa-desa yang tersebar di berbagai pelosok yang jauh dari kehidupan
kota. Suasana ideal desa pedalaman pada umumnya lebih diwarnai dengan
nuansa kedamaian, yaitu kehidupan sederhana, sunyi, sepi dalam
lingkungan alam yang bersahabat.
b) Desa Pegunungan
Desa Terdapat di daerah pegunungan, Pemusatan tersebut didorong
kegotong royongan penduduknya.
c) Desa Dataran Tinggi
Desa yang berada di daerah pegunungan.
d) Desa Dataran Rendah
Desa yang letaknya berada di dataran rendah dan mata pencaharian dari
desa dataran rendah biasanya bergantung pada sektor pertanian.
e) Desa Pesisir/ Pantai
Desa yang berada di daerah pantai yang landai.

3) Tipe Desa Berdasarkan Pola Pemukiman


Menurut Paul Landis pada dasarnya terdapat empat tipe desa pertanian:
a) Farm Village Type
Suatu desa dimana orang bermukim secara besama-sama dalam suatu tempat
dengan sawah ladang yang berada di sekitar tempat mereka.
b) Nebulous Farm Village Type
Suatu desa dimana penduduknya bermukim bersama di suatu tempat, dan
sebagian lainnya menyebar di luar pemukiman tersebut bersama sawah
ladangnya.
c) Arranged Isolated Farm Type
Suatu desa dimana penduduknya bermukim di sekitar jalan-jalan yang
menghubungkan dengan pusat perdagangan (trade center) dan selebihnya
adalah sawah ladang mereka.
d) Pure isolated farm type

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 20


Suatu desa di mana penduduknya bermukim secara tersebar bersama sawah
ladang mereka masing-masing.

Soekandar Wiriaatmadja membagi pola pemukiman di pedesaan ke dalam


empat pola, yakni:
a) Pola Permukiman Menyebar
Rumah-rumah para petani tersebar berjauhan satu sama lain. Pola ini terjadi
karena belum adanya jalan-jalan besar, sedangkan orang-orang harus
mengerjakan tanahnya secara terus menerus. Dengan demikian, orang-orang
tersebut terpaksa harus bertempat tinggal didalam lahan mereka.
b) Pola Permukiman Memanjang
Bentuk pemukiman yang terlentak di sepanjang jalan raya atau di sepanjang
sungai, sedangkan tanah pertaniannya berada di belakang rumahnya masing-
masing.
c) Pola Permukiman Berkumpul
Bentuk pemukiman dimana rumah-rumah penduduk berkumpul dalam sebuah
kampung, sedangkan tanah pertaniannya berada di luar kampung.
d) Pola Permukiman Melingkar
Bentuk pemukiman dimana rumah-rumah penduduk melingkar mengikuti tepi
jalan, sedangkan tanah pertaniannya berada di belakangnya.

f. Analisis Potensi Desa


Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa maka menjadi peluang
yang sangat besar bagi setiap desa yang ada di Indonesia untuk bisa mengembangkan
setiap potensi yang dimilikinya secara mandiri sesuai kebutuhan masing-masing
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Pengaturan desa antara lain bertujuan mendorong prakarsa, gerakan, dan


partisipasi masyarakat desa untuk pengembangan potensi dan aset desa guna
kesejahteraan bersama serta memajukan perekonomian masyarakat Desa serta
mengatasi kesenjangan pembangunan nasional (UU nomor 6 th 2014 pasal 4).

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 21


Potensi desa merupakan segala sesuatu yang ada di desa yang dapat
dioptimalkan untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Untuk mengetahui
potensi yang ada di desa dapat dilakukan analisis potensi desa. Analisis potensi
umumnya dimulai dengan klasifikasi dan verifikasi data sumber daya alam,
sumberdaya manusia, prasarana dan sarana serta kelembagaan yang sudah
dikumpulkan dalam daftar isian masing-masing. Data potensi yang valid dan reliable
itu selanjutnya diolah baik menggunakan program aplikasi maupun secara manual.
Analisis potensi desa juga ditujukan untuk mengetahui faktor penghambat
pengembangan yang dihadapi desa baik penghambat penduduk, faktor penghambat
kelembagaan, faktor penghambat kelembagaan, faktor prnghambat sarana dan
prasarana. Berikut merupakan jenis data potensi desa.
Tabel. 2 Jenis Data Potensi Desa
Analisis Data yang dibutuhkan
Sumber daya alam 1. Data potensi pertanian
2. Data potensi kehutanan
3. Data potensi lingkungan dan udara
4. Data potensi peternakan
5. Potensi perkebunan
6. Potensi bahan galian/pertambangan
7. Potensi sumber daya air
8. Potensi kelautan dan perikanan
9. Potensi ruang publik/taman dan potensi
wisata
Sumber daya manusia 1. Jumlah penduduk dan genre
2. Potensi umur dan jenis kelamin
3. Potensi pendidikan dan mata
pencahrian/pekerjaan
4. Potensi agama
5. Potensi keragaman etnis dan suku bangsa,
tenaga kerja, dan jumlah penduduk
menurut kecacatan

Kelembagaan 1. Lembaga pemerintahan desa/kelurahan


2. Lembaga kemasyarakatan desa dan
kelurahan
3. Lembaga sosial kemasyarakatan
4. Organisasi profesional
5. Partai politik

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 22


6. Lembaga perekonomian
7. Lembaga pendidikan
8. Lembaga adat
9. Lembaga keamanan/ketertiban
Prasarana dan sarana 1. Transportasi
2. Informasi dan komunikasi
3. Air bersih dan sanitasi
4. Prasarana dan kondisi irigasi
5. Pemerintahan
6. Kemasyarakatan
7. Peribadatan
8. Olahraga
9. Kesehatan
10. Pendidikan
11. Energi dan penerapan
12. Hiburan dan wisata
13. Kebersihan

g. Tingkat Perkembangan Desa


Berdasarkan tingkat perkembangannya (yaitu tingkat pendapatan, peran serta
masyarakat dalam pembangunan, tingkat kesehatan, dan tingkat pendidikan
masyarakat), desa dapat dikelompokkan ke dalam desa swadaya, swakarya, dan
swasembada.
1) Desa swadaya
Desa swadaya adalah desa yang masyarakatnya telah mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri. Penduduknya masih jarang dan kurang berkomunikasi
dengan masyarakat luar, sehingga proses kemajuan yang diperoleh sebagai hasil
interaksi dengan wilayah berjalan lambat. Menurut Wardiyatmoko (2012) adapun
ciri-ciri desa swadaya sebagai berikut:
a) Penduduknya jarang
b) Pendidikan masyarakat rendah,
c) Masih terikat kebiasaan adat
d) Sebagian besar penduduk hidup bertani
e) Produktivitas tanah rendah
f) Daerahnya bergunung-gunung atau daerah perbukitan
g) Lokasinya terpencil
h) Produktivitas masyarakat rendah

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 23


i) Lembaga-lembaga yang ada masih sederhana
j) Kegiatan ekonomi di tujukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan
kebutuhan sehari – hari
k) Masyarakatnya cenderung tertutup
l) Sistem perhubungan dan pengangkutan kurang berkembang
Contoh Desa swadaya: Kegiatan masyarakat di desa swadaya masih
dipengaruhi keadaan alam.

Gambar 7.1 Desa Swadaya


Sumber : http://simplenews05.blogspot.co.id/2014/12/ciri-dan-tipe-desa-berdasarkan.html.

2) Desa Swakarya
Desa swakarya adalah desa yang masyarakatnya sudah lebih maju
dibandingkan dengan desa swadaya. Selain untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri, kelebihan produksi yang dihasilkan penduduk sudah mulai dijual ke
daerah lain. Desa swakarya mulai mengadakan kontak atau hubungan dengan
warga lain, walaupun intensitasnya masih sedikit. (Fahmi : 2014)

Ciri-ciri desa swakarya adalah sebagai berikut:


a) Mata pencaharian beragam jenisnya
b) Adat istiadat sedang mengalami perubahan
c) Gotong royong untuk membangun desa sudah meningkat
d) Pengaruh dari luar sudah masuk sehingga terjadi perubahan cara
berpikir
e) Pemerintahan desa mulai berkembang
f) Bantuan pemerintah hanya sebagai perangsang

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 24


g) Lapangan kerja bertambah
h) Masyarakat telah mampu meningkatkan kehidupannya.
i) Jadi dapat disimpulkan desa swakarsa merupakan desa yang memiliki
tingkat perkembangannya lebih maju.
Contoh desa swakarya:

Gambar 7.2 Desa swakarsa


Sumber : http://wikipedia.com

3) Desa swasembada
Desa swasembada adalah desa yang sudah mampu mengembangkan semua
potensi yang ada secara optimal. Masyarakat desa ini sudah mulai
mengadakan interaksi atau hubungan dengan masyarakat luar untuk
melakukan tukar menukar barang dengan wilayah lain. Hasil dari interaksi
tersebut menyebabkan masyarakat yang tinggal didesa swasembada mampu
menyerap teknologi baru untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki,
sehingga proses pembangunan dapat berjalan dengan baik.

Ciri-ciri desa swasembada:


a) Keperluan hidup pokok desa telah tersedia
b) Ikatan adat yang berhubungan dengan perekonomian tidak
berpengaruh lagi
c) Lembaga-lembaga ekonomi dianggap lebih modern
d) Biasanya terletak di sekitar ibu kota kecamatanx
e) Ibu kota kabupaten, atau ibu kota provinsi
f) Alat-alat teknis sudah modern
g) Mata pencaharian beraneka ragam

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 25


h) Tingkat pendidikan dan keterampilan tinggi
i) Lembaga ekonomi, sosial, dan kebudayaan sudah dapat menjaga
kelangsungan hidupnya
j) Hubungan dengan kota sekitarnya berjalan lancar
k) Kondisi perhubungan, produksi, pemasaran, dan kegiatan sosial sudah
baik

Gambar. 7.3 Desa Swasembada


Sumber : www.wikipedia.com
Berikut tabel Klasifikasi desa berdasarkan tingkat perkembangannya
Swadaya Swakarya Swasembada
Sebagai besar kehidupan Mata pencaharian mulai Mata pencaharian
penduduknya masih bearagam penduduk sebagaian
menggantungkan pada besar di bidang jasa dan
alam perdagangan

Hasilnya untuk Adat-istiadat mulai Pola pikir masyarakat


mencukupi kebutuhan longgar lebih rasional
sehari
Administrasi desa belum Administrasi desa Pengelolaan administrasi
dilaksanakan dengan sudah berjalan telah dilaksanakan
baik dengan baik
Lembaga-lembaga desa Lembaga social desa Lembaga social desa
belum berfungsi dengan dan pemerintahan sudah dan pemerintahan sudah
baik berfungsi berfungsi dengan baik

Tingkat pendidikan dan Sudah ada hubungan Sarana dan prasarana


produktivitas dengan daerah desa lengkap
penduduknya masih sekitarnya
rendah

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 26


Belum mampu dalam Sudah mampu Sudah mampu
menyelenggarakan menyelenggarakan urusan menyelenggarakan
urusan pemerintahan rumah tangga sendiri urusan rumah tangga
sendiri sendiri

2. STRUKTUR KERUANGAN SERTA PERKEMBANGAN KOTA

a. Ciri-Ciri Kota
Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community yang ciri-ciri
dan sifatnya lebih ditekankan pada kehidupan yang berbeda dengan masyarakat
pedesaan.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 27


Gambar 1: Kota Paris Gambar 2: Kota Jakarta
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kota Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Kota

Gambar 3: kota padang Gambar 4: Kota di India, NewDelhi


Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kota Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kota

1) Menurut Bintarto, ciri-ciri kota dibedakan menjadi dua sebagai berikut.


a) Ciri-Ciri Fisik
Di wilayah kota terdapat:
1) Sarana perekonomian seperti pasar atau supermarket.
2) Tempat parkir yang memadai.
3) Tempat rekreasi dan olahraga.
4) Alun-alun.
5) Gedung-gedung pemerintahan.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 28


Gambar; Super market
Sumber: www.google.com/images
2) Ciri-Ciri Sosial
a) Masyarakatnya heterogen.
b) Bersifat individualistis dan materialistis.
c) Mata pencaharian nonagraris.
d) Corak kehidupannya bersifat gesselschaft (hubungan kekerabatan mulai
pudar).
e) Terjadi kesenjangan sosial antara golongan masyarakat kaya dan masyarakat
miskin.
f) Norma-norma agama tidak begitu ketat.
g) Pandangan hidup lebih rasional.
h) Menerapkan strategi keruangan, yaitu pemisahan kompleks atau kelompok
sosial masyarakat secara tegas.

Masyarakat kota
Sumber: www.google.com/images

b. Ciri kehidupan kota adalah sebagai berikut:

1) Adanya pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat penghasilan,


tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.
2) Adanya jarak sosial dan kurangnya toleransi sosial di antara warganya.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 29


3) Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalah dengan
pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan.
4) Warga kota umumnya sangat menghargai waktu.
5) Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan berprinsip
ekonomi.
6) Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial
disebabkan adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar.
7) Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat
solidaritas dan gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi. (stereotip ini
kemudian menyebabkan penduduk kota dan pendatang mengambil sikap acuh
tidak acuh dan tidak peduli ketika berinteraksi dengan orang lain. Mereka
mengabaikan fakta bahwa masyarakat kota juga bisa ramah dan santun dalam
berinteraksi)

c. Ciri Masyarakat Kota

Masyarakat kota dibentuk dari gabungan beberapa masyarakat daerah yang terletak
di sekitar wilayah tersebut. Ciri-ciri perilaku dan kebiasaan masyarakat kota yang
dapat kita saksikan saat ini antara lain:
1) Egois. Tumbuhnya sikap egois disebabkan karena adanya pengaruh
individualis sehingga melahirkan persaingan antar warga.
2) Memiliki pekerjaan yang beraneka ragam. Pekerjaan masyarakat kota pada
umumnya bergerak di bidang jasa dan perdagangan.
3) Masyarakat kota berfungsi sebagai agent of change (agen perubahan) karena
pola pikir masyarakat kota terbuka dalam menerima budaya pengaruh dari luar.
4) Kehidupan keagamaan masyarakat kota sudah berkurang karena kesibukan
kerja, masyarakat menjadi materialistis, memiliki kontrol sosial rendah, dan
emosi keagamaan berkurang.
5) Kota memiliki kesempatan kerja yang luas. Pekerjaan di kota meliputi
pekerjaan formal dan non formal dengan berbagai bidang kehidupan yang ada.
6) Penduduk kota tidak mengenal gotong-royong dalam menyelesaikan
permasalahan seperti halnya warga desa.
7) Kehidupan penduduk kota bersifat glamour (mewah) karena masyarakat kota
memiliki banyak uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
8) Antar masyarakat kota terdapat kesenjangan sosial tinggi. Perbedaan antara
kaya dan miskin sangat mencolok dan memberi status sosial bagi masyarakat.
9) Penduduk kota umumnya memiliki tingkat pendidikan tinggi karena kesadaran
untuk memenuhi kualifikasi lapangan pekerjaan yang tersedia.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 30


10) Sebagian besar masyarakat kota bekerja di bidang industri. Tidak terdapat
pekerjaan bidang agraris di wilayah kota.

Kota merupakan suatu kawasan yang dihuni oleh penduduk yang biasanya memiliki
ciri modern. Penduduk yang menempati kawasan perkotaan umumnya memiliki
pencaharian di bidang nonagraris yang beraneka ragam. Kegiatan ekonomi yang
menggunakan lahan perkotaan antara lain :

1) Perumahan
Pemanfaatan lahan di kota lebih kompleks dari pedesaan karena struktur dan
kondisi masyarakatnya pun lebih beragam. Lahan perumahan di perkotaan
biasanya sangat rapat, karena jumlah penduduknya banyak.

Gambar: perumahan diperkotaan


Sumber: www.google.com/images

2) Industri
a) Industri berhaluan bahan (bahan mentah harus diperhitungkan secara
khusus) berlokasi ditempat terdapatnya bahan mentah tersebut.
b) Di tempat pemasaran
c) Industri berhaluan pekerja, berlokasi ditempat tenaga kerja yaitu
pengerjaan bahan industri yang memerlukan keahlian khusus seperti
membatik, membordir

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 31


Gambar: industri semen padang
Sumber: www.google.com/images

3) Jasa
Jasa yang menggunakan lahan kota adalah jalan, terminal, rel kereta api,
stasiun dan sebagainya.

Gambar: suasana jalan lalu lintas di kota


Sumber: www.google.com/images

4) Sarana Pemerintahan
Selain perumahan dan perkantoran, lahan di kawasan perkotaan juga
biasadigunakan untuk membangun sarana-sarana pemerintahan. Ini terjadi
karenakota biasanya menjadi pusat pemerintahan.

5) Tempat Pemasaran
Keberadaan kawasan perkotaan sebagai pusat pemerintahan akhirnya
mendorong masyarakat untuk lebih banyak melakukan transaksi perdagangan
di perkotaan. Oleh karena itu, ada pula sebagian lahan yang dimanfaatkan
untuk keperluan perdagangan (pasar, mall, grosir, dan sebagainya).

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 32


Gambar: tempat-tempat berdagang atau pemasaran
Sumber: www.google.com/images

6) Pusat pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, Rekreasi dan Olahraga.


Adapun beberapa jenis pemanfaatan lahan lainnya digunakan untuk
keperluan-keperluan lain yang dibutuhkan oleh penduduk kota sepertisekolah,
sarana rekreasi, kesehatan, sarana olahraga, sarana peribadatan, dan sarana
hiburan.

Gambar: ruang terbuka tempat rekreasi


Sumber: www.google.com/images

d. Pengertian Kota
Para ahli memberi pengertian tentang kota sesuai dengan sudut pandang
keilmuannya masing-masing. Pengertian kota menurut beberapa ahli sebagai
berikut.

1) Bintarto
Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan
kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi
yang heterogen serta coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 33


penduduk asli daerah tersebut dan pendatang. Masyarakat kota merupakan
suatu masyarakat yang heterogen, baik dalam hal mata pencaharian, agama,
adat, dan kebudayaan
2) Max Weber
Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar
kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya pasar sebagai
benteng serta mempunyai sistem hukum tersendiri dan bersifat kosmopolitan.
3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987, pasal 1
Disebutkan kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang
mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan,
serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan
perkotaan.

e. Struktur Keruangan Kota


1) Pengertian Struktur Ruang Kota
Kota merupakan pusat berbagai kegiatan, seperti kegiatan ekonomi,
pemerintahan, kebudayaan, pendidikan dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan
seperti ini umumnya dilakukan di daerah inti kota (core of city), dan disebut
Daerah Pusat Kegiatan (DPK), atau Central Business Districts (CBD). DPK
berkembang terus meluas ke arah daerah di luarnya, terbentuk daerah Selaput
Inti Kota. Adanya berbagai kegiatan di pusat kota, akan menimbulkan adanya
pengelompokan (segregasi) dan penyebaran jenis-jenis kegiatan. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:
a) Ketersediaan ruang dalam kota;
b) Jenis-jenis kebutuhan warga kota;
c) Tingkat teknologi yang ada;
d) Perencanaan pembangunan perkotaan;
e) Faktor geografis setempat.
Mengingat kota yang mempunyai fungsi sebagai pusat kegiatan, maka penataan
ruangnya harus melalui perencanaan yang cermat, agar tidak menimbulkan
permasalahan dikemudian hari. Perencanaan penataan ruang perlu
memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
a) Aspek sosial seperti ,kependudukan, sosial budaya, pendidikan, agama, status
sosial, struktur sosial masyarakat;
b) Aspek ekonomi seperti pendapatan per kapita, produksi, perdagangan,
pertambangan dll;
c) Aspek fisik seperti relief, tanah dll.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 34


Ketiga aspek ini penting untuk penyusunan master plan dan detail plan kota.
Penataan ruang kota yang baik perlu didasarkan pada kondisi fisik, pemerintah kota
sebagai pengatur kebijakan, dan tingkat perekonomian.

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan serta


sistem prasarana maupun sarana. Semua hal itu berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial-ekonomi yang secara hirarki berhubungan fungsional. Tata ruang
merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan
maupun tidak. Wujud struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur
pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang
secara hirarkis dan struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata
ruang. Dalam suatu kota terdapat hierarki pusat pelayanan kegiatan perkotaan, seperti
pusat kota, pusat bagian wilayah kota, dan pusat lingkungan yang ditunjang dengan
sistem prasarana jalan seperti jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal.

Ilmu Struktur Ruang Kota merupakan ilmu yang membahas tentang


bagaimana pola-pola penggunaan lahan di kawasan kota. Menurut Hadi Sabari Yunus
dalam buku Struktur Ruang Kota (2000) berpendapat bahwa ada 5 (lima) kategorisasi
pendekatan-pendekatan tentang penggunaan lahan kota, yaitu:

1. Pendekatan Ekologikal (Ecological Approach).


2. Pendekatan Ekonomi (Economic Approach).
3. Pendekatan Morfologikal (Urban Morphological Approach).
4. Pendekatan Sistem Kegiatan (Activity Systems Approach).
5. Pendekatan Ekologi Faktoral (Factoral Ecology Approach).

2) Unsur-unsur Pembentukan Struktur Tata Ruang Kota


Unsur-unsur pembentuk struktur tata ruang kota telah dikemukakan oleh banyak
pakar. Menurut Doxiadis, perkotaan atau permukiman kota merupakan totalitas
lingkungan yang terbentuk oleh 5 unsur, yakni alam (nature), individu manusia
(antropos), masyarakat (society), ruang kehidupan (shells), dan jaringan
(network). Dalam perspektif yang berbeda, menurut Patrick Geddes, karakteristik

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 35


permukiman sebagai suatu kawasan memiliki unsur yaitu place (tempat tinggal);
work (tempat kerja); folk (tempat bermasyarakat).
Adapun elemen-elemen yang membentuk struktur ruang kota (Sinulingga,
2005:97) yaitu:
a) Kumpulan dari pelayanan jasa termasuk di dalamnya perdagangan,
pemerintahan, keuangan yang cenderung terdistribusi secara berkelompok
dalam pusat pelayanan.
b) Kumpulan dari industri sekunder (manufaktur) pergudangan dan perdagangan
grosir yang cenderung untuk berkumpul pada suatu tempat.
c) Lingkungan permukiman sebagai tempat tinggal dari manusia dan ruang
terbuka hijau.
d) Jaringan transportasi yang menghubungkan ketiga tempat di atas.

3) Bentuk dan model struktur ruang


Bentuk struktur ruang kota apabila ditinjau dari pusat pelayanan (retail) terbagi
menjadi tiga, yaitu (Sinulingga, 2005:103-105)
a) Monocentric City
Monocentric City adalah kota yang belum berkembang pesat, jumlah
penduduknya belum banyak, dan hanya mempunyai satu pusat pelayanan
yang sekaligus berfungsi sebagai Central Bussines District (CBD).
b) Polycentric City
Perkembangan kota mengakibatkan pelayanan oleh satu pusat pelayanan tidak
efisien lagi. Kota-kota yang bertambah besar membutuhkan lebih dari satu
pusat pelayanan yang jumlahnya tergantung pada jumlah penduduk kota.
c) Kota Metropolitan
Kota Metropolitan adalah kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit
yang terpisah cukup jauh dengan urban fringe dari kota tersebut, tetapi
semuanya membentuk satu kesatuan sistem dalam pelayanan penduduk
wilayah metropolitan. Adapun model struktur ruang apabila dilihat
berdasarkan pusat-pusat pelayanan diantaranya adalah:
(1) Mono Centered. Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat yang tidak
saling terhubung antara sub pusat yang satu dengan sub pusat yang lain.

(2) Multi Nodal. Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat daan sub-sub
pusat yang saling terhubung satu sama lain. Sub-sub pusat selain

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 36


terhubung langsung dengan sub pusat juga terhubung langsung dengan
pusat.

(3) Multi Centered. Terdiri dari beberapa pusat dan sub pusat yang saling
terhubung satu sama lain.

(4) Non Centered. Pada model ini tidak terdapat node sebagai pusat maupun
sub pusat. Semua node memiliki hirarki sama dan saling terhubung antara
satu dengan yang lain.

4) Teori Konsentris (The Consentric Theory)

Gambar. Teori Konsentris

Sumber: http://www.bbc.co.uk

Teori Ini dikembangkan oleh Ernest W. Burgess yang menyatakan bahwa


perkembangan suatu kota akan mengikuti pola lingkaran-lingkaran konsentrik.
Masing-masing zone tumbuh sedikit demi sedikit kea rah luar pada semua bagian
sehingga pada akihirnya akan terbentuk pola keruangan yang berlapis-lapis dengan
daerah Central Bussinis District (CBD) sebagai pusat. (Rostam, dalam
Bakaruddin,2012: 173)

Berdasarkan nilai tanah atau kriteria status sosial kawasan tempat kediaman,
dalam keadaan biasa, kota membentuk lima zone sepusat sebagai berikut :
a) Daerah Pusat Bisnis (Central Bussiness Distric)
Lapisan ini merupakan pusat bagi segala kegiatan perniagaan dan
perdagangan, pengangkutan serta kegiatan pusat lainnya. Zone pusat niaga
ini terbagi dua :

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 37


(1) Inti kota dimana terdapat gedung-gedung, kedai-kedai besar hotel, bank,
restoran, bioskop atau hiburan lainnya, kantor.
(2) Kawasan perniagaan barang yang diselang selingi oleh gedung-gedung
penyimpanan barang yang terletak mengelilingi pusat inti
b) Daerah Transisi (Zone of Transition)
Zone pada lapisan ini banyak dihuni oleh golongan penduduk
berpenghasilan rendah, para migran yang datang dari desa, sehingga
kawasan ini berkembang sebagai kawasan sesak atau slum area.
c) Daerah tempat tinggal para pekerja (zones of Working men’s home)
Perumahan pada zone ini pada umumnya lebih baik serta sudah mulai
teratur. Kebanyakan penghuninya adalah bekas penghuni zone kedua sebagai
pekerja pabrik, buruh dan lain sebagainya.
d) Daerah tempat tinggal kelas menengah (zone of middle class dwellers)
Kawasan ini dihuni oleh kelas menengah yang terdiri dari orang-orang
profesional, pemilik sendiri, pengusaha, para pegawai dsb. Perumahan
penduduknya terdiri dari rumah-rumah pribadi, rumah bangsa rendah dan
terdapat pusat perniagaan kecil untuk memenuhi kebutuhan warga setempat.
e) Daerah tempat tinggal para penglaju (commuters of zone)
Merupakan bagian terluar dari suatu kota dan merupakan kawasan
perumahan mewah. Pada lapisan ini hanya ditempati oleh mereka yang
mempunyai kendaraan pribadi yang mampu berulang alik ke tempat kerja di
pusat kota, zone ini berkembang sebagai kawasan subur da nada yang
berkembang sebagai kota-kota satelit, tergantung waktu dan luas dan
aktivitas penduduknya. Contoh-contoh negara dengan teori kosentris.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 38


Gambar : Kota Amsterdam

Gambar : Kota Adelaide (Autralia)

5) Teori Sektor

Sumber : http://www.lewishistoricalsociety.com

Keterangan gambar :
a) Biru : Pusat niaga sekaligus pusar kota (CBD)

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 39


b) Ungu : Kawasan industri ringan dan perdagangan
c) Orange : Sektor murbawisma, yaitu tempat tinggal kaum murba atau kaum
buruh
d) Hijau : Kawasan pemukiman kelas menengah
e) Kuning : Kawasan tempat tinggal golongan atas

Diperkenalkan oleh Homer Hoyt (1930) yang menyatakan bahwa


perkembangan unit-unit kegiatan di daerah kota tidak mengiukuti zone-zone
yang teratur secara konsentris, tetapi dengan membentuk sektor-sektor
tertentu. Sector-sektor tersebut bisa terjadi di sepanjang jalur transportasi
darat maupun air, sehingga perkembangan kota lebih menyerupai gurita.
a) Daerah Industri Kecil dan Perdagangan
Terdiri dari kegiatan pabrik ringan, terletak diujung kota dan jauh dari
kota menjari ke arah luar. Persebaran zona ini dipengaruhi oleh peranan
jalur transportasi dan komunikasi yang berfungsi menghubungkan zona
ini dengan pusat bisnis.
b) Daerah pemukiman kelas rendah
Dihuni oleh penduduk yang mempunyai kemampuan ekonomi lemah.
Sebagian zona ini membentuk persebaran yang memanjang di mana
biasanya sangat dipengaruhi oleh adanya rute transportasi dan
komunikasi. Walaupun begitu faktor penentu langsung terhadap
persebaran pada zona ini bukanlah jalur transportasi dan komunikasi
melainkan keberadaan pabrik-pabrik dan industri-industri yang
memberikan harapan banyaknya lapangan pekerjaan.
c) Daerah pemukiman kelas menengah
Kemapanan Ekonomi penghuni yang berasal dari zona 3
memungkinkanya tidak perlu lagi bertempat tinggal dekat dengan tempat
kerja. Golongan ini dalam taraf kondisi kemampuan ekonomi yang
menanjak dan semakin baik.
d) Daerah pemukiman kelas tinggi

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 40


Daerah ini dihuni penduduk dengan penghasilan yang tinggi. Kelompok
ini disebut sebagai “status seekers”, yaitu orang-orang yang sangat kuat
status ekonominya dan berusaha mencari pengakuan orang lain dalam hal
ketinggian status sosialnya.
Pertumbuhan atau sector-sektor yang terjadi dari perkembangan kota
dapat berupa:
a) Pertumbuhan Vertikal, yaitu daerah ini dihuni oleh struktur keluarga tunggal
dan semakin lama akan didiami oleh struktur keluarga ganda. Hal ini karena
ada factor pembatas, yaitu : fisik, social, ekonomi dan politik.
b) Pertumbuhan Memampat, yaitu apabila wilayah suatu kota masih cukup
tersedia ruang-ruang kosong untuk bangunan tempat tinggal dan bangunan
lainnya.
c) Pertumbuhan Mendatar ke Arah Luar (Centrifugal), yaitu biasanya terjadi
karena adanya kekurangan ruang bagi tempat tinggal dan kegiatan lainnya.
Pertumbuhannya bersifat datar centrifugal, karena perembetan
pertumbuhannya akan kelihatan nyata pada sepanjang rute transportasi.
Pertumbuhan datar centrifugal ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
(1) Pertumbuhan Datas Aksial, pertumbuhan kota yang memanjang ini
terutama dipengaruhi oleh adanya jalur transportasi yang
menghubungkan KPB dengan daerah-daerah yang berada diluarnya.
(2) Pertumbuhan Datar Tematis, pertumbuhan lateral suatu kota tipe ini
tidak mengikuti arah jalur transportasi yang ada, tetapi lebih banyak
dilatarbelakangi oleh keadaan khusus, sebagai cintih yaitu dengan
didirikannya beberapa pusat pendidikan, sehingga akan menarik
penduduk untuk bertempat tinggal di daerah sekitarnya.
(3) Pertumbuhan Datar Kolesen, perkembangan lateral ketiga ini terjadi
karena adanya gabungan dari perkembangan tipe satu dan dua.
Sehubungan dengan adanya perkembangan yang terus-menerus dan
bersifat datar pada kota (pusat kegiatan), maka mengakibatkan
terjadinya penggabungan pusat-pusat tersebut satu kesatuan kegiatan.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 41


Contoh- contoh negara yang memakai teori sektoral adalah :

Gambar : Kota Boston

Gambar. Kota California

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 42


Gambar . Kota Los Angeles

6) Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory)

Dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945. Pertumbuhan kota
berawal dari pusat pertumbuhan kemudian menjadi bentuk kompleks karena
muncul nukleus-nukleus baru sebagai kutub pertumbuhan, seperti perguruan
tinggi, kompleks industri, dan terminal bus. Dalam teori ini tidak ada urutan-
urutan yang teratur dari zona-zona kota seperti halnya pada teori konsentris dan
sektoral.

Gambar. Struktur kota teori ganda

a) CBD (Cenral Bussines District) : Merupakan Pusat Daerah Kegiatan


yang merupakan inti kota.
b) Industry : Industri mengikuti aliran sungai, jalur kereta api, jalan raya.
Pekerja kelas bawah bekerja di daerah ini memproduksi barang kebutuhan
kota.
c) Low Class Residential : Merupakan pemukiman pekerja kelas bawah,
dekat dengan lokasi pabrik untuk mengurangi biaya transport. Tingkat
polusi di daerah ini sangat tinggi dan lingkungan yang buruk karena
pengaruh pabrik.
d) Middle Class Residental : Merupakan zona pemukiman terluas, dihuni
pekerja dengan taraf ekonomi menengah. Kondisi lingkukngan lebih baik
karena agak jauh dari daerah pabrik.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 43


e) High Class Residental : Merupakan zona pemukiman kelas atas, kondisi
lingkungan sangat baik dan sarana transportasi sangat nyaman tanpa
kemacetan. Akses menuju pusat kota sangat lancar.

7) Teori Konsektoral (Tipe Eropa)


Teori konsektoral tipe Eropa dikemukakan oleh Peter Mann pada tahun 1965
dengan mengambil lokasi penelitian di Inggris. Teori ini mencoba menggabungkan
teori konsentris dan sektoral, namun penekanan konsentris lebih ditonjolkan.

Gambar. Teori Konsektoral

8) Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin)

Teori konsektoral tipe Amerika Latin dikemukakan oleh Ernest Griffin dan
Larry Ford pada tahun 1980 berdasarkan penelitian di Amerika Latin. Teori ini dapat
digambarkan sebagai berikut.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 44


Gambar. Teori Konsektoral

9) Teori Poros
Teori poros dikemukakan oleh Babcock (1932), yang menekankan pada
peranan transportasi dalam memengaruhi struktur keruangan kota. Teori poros
ditunjukkan pada gambar sebagai berikut.

Gambar. Struktr Kota Menurut Teori Poros


10) Teori Historis
Dalam teori historis, Alonso mendasarkan analisisnya pada kenyataan historis
yang berkaitan dengan perubahan tempat tinggal penduduk di dalam kota. Teori
historis dari Alonso dapat digambarkan sebagai berikut.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 45


Gambar. Struktur Kota Menurut Teori Historis
11) Teori Pusat Pelayanan (Christaller)
Walter Christaller seorang geograf jerman (1933) mengemukakan teori lokasi
yang dikenal sebagai teori tempat sentral (central place theory). Christaller
memperkenalkan teori ini tahun 1933 dalam tulisannya yang berjudul ”Die Zentralen
Orte la Suddeutschland”. Tempat yang sentral diasumsikan sebagai tempat yang
memberikan peluang kepada manusia yang jumlahnya maksimum untuk
berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan, baik sebagai pelayannya maupun sebagai
pihak yang dilayani.
Teori lainnya yang mendasari struktur ruang kota adalah Teori Ketinggian
Bangunan; Teori Konsektoral; dan Teori Historis.

f. Kebijakan terkait Struktur Ruang Kota

Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Nasional Dalam Undang-undang No. 26


Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan dalam arahan kebijakan bahwa
muatan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota mencakup :

a) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Rencana Wilayah Kota;


b) Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota;
c) Rencana Pola Ruang Wilayah Kota;
d) Penetapan Kawasan Strategis Kota;

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 46


e) Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota (Penyediaan dan Pemanfaatan
RTH, Non Hijau, Sarana Prasarana); dan
f) Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional,
Kabupaten Majalengka difungsikan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Dalam Pasal 1 PP No. 26/2008 pengertian dari PKL adalah Pusat Kegiatan
Lokal adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.

Menurut Christaller, pusat-pusat pelayanan cenderung tersebar di dalam


wilayah menurut pola berbentuk heksagon (segi enam). Christaller menggunakan
bentuk hexagon untuk menggambarkan wilayah-wilayah yang saling
bersambungan. Lingkaran yang mencerminkan wilayah yang saling bertindih lalu
dibelah dua dengan garis lurus, sehingga dapat dipilih lokasi yang paling efisien.
Sehingga dengan membayangkan hexagonal-hexagonal tersebut terciptalah
hierarki pemukiman dan wilayah pasaran.
Sesuai dengan luas kawasan pengaruhnya, hierarki tempat sentral dapat
dibedakan sebagai K=3, K=4 dan K=7. Untuk melihat tempat-tempat sentral
berdasarkan hierarkinya, ikutilah gambar-gambar berikut :
a) Tempat Sentral yang Berhierarki 3 (K=3)
Tempat sentral yang berhierarki 3 adalah pusat pelayanan berupa pasar yang
senantiasa menyediakan barang-barang konsumsi bagi penduduk yang tinggal
daerah sekitarnya. Hierarki 3 sering disebut sebagai kasus pasar optimal yang
memiliki pengaruh 1/3 bagian dari wilayah tetangga di sekitarnya yang
berbentuk heksagonal, selain memengaruhi wilayahnya itu sendiri.

K=3
= 6 (1/3 + 1) = 3

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 47


Gambar 7. Berhierarki 3 dengan kekuatan pengaruh sepertiga wilayah
sekitarnya, yang disebut Kasus pasar optimum
b) Tempat Sentral yang Berhierarki 4 (K=4)
Tempat sentral yang berhierarki 4 dinamakan situasi lalu lintas yang optimum,
artinya di daerah tersebut dan daerah-daerah di sekitarnya yang terpengaruh
tempat sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan rute lalu lintas yang
paling efisien. Situasi lalu lintas optimum ini memiliki pengaruh ½ bagian
dari wilayah-wilayah lain di sekitarnya yang berbentuk segi enam
selain mempengaruhi wilayah itu sendiri.

K=4
= 6 (1/2 + 1) = 4

Gambar 8. Berhierarki 4 dengan kekuatan pengaruh setengah wilayah


sekitarnya, yang disebut Situasi lalu lintas yang optimum

c) Tempat Sentral yang Berhierarki 7 (K=7)


Tempat sentral yang berhierarki 7 dinamakan situasi administratif yang
optimum. Tempat sentral ini memengaruhi seluruh bagian (satu bagian)
wilayah-wilayah tetangganya, selain memengaruhi wilayah itu sendiri. Contoh
tempat sentral berhierarki 7 antara lain kota yang berfungsi sebagai pusat
pemerintahan.

K=7
= 6 (1) + 1 = 7

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 48


Gambar 9. Berhierarki 7 dengan kekuatan pengaruh seluruh wilayah, yang
disebut juga Situasi administrasi yang optimum

Untuk dapat menerapkan teori Christaller dalam suatu wilayah, terdapat dua
syarat utama yang harus terpenuhi, yaitu sebagai berikut.
a) Topografi atau bentuk lahan di wilayah tersebut relatif seragam atau homogen
sehingga tidak ada bagian-bagian wilayah yang mendapat pengaruh lereng
atau pengaruh lainnya yang berhubungan dengan bentuk muka bumi.
b) Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen.

g. Sejarah Pertumbuhan Kota Di Indonesia


Pada mulanya, kota hanya diharapkan untuk menampung jumlah penduduk
yang terbatas sehingga sarana kegiatan ekonomi pun terbatas. Akibatnya, sarana lalu
lintas dari kota ke desa pun terbatas. Wilayah pusat usaha pada kota-kota di Indonesia
umunya dipadati oleh perumahan, gudang, pabrik, dan ditambah pasar-pasar
tradisional. Keadaan itu membuat pusat usaha kota di Indonesia menjadi sangat sibuk
dan ramai.
Wilayah pusat usaha yang terdapat di Eropa dan Amerika terutama berisi
pedagang eceran, bank, pelayanan dokter, jasa hukum, hotel dan hiburan. Pada
umumnya tidak terdapat perumahan, pabrik, atau pedagang besar. Menurut Dewi
(2009), kota-kota yang terdapat di negeri kita mulanya hanya merupakan sebuah
pemukiman penduduk biasa, seperti desa. Lama-kelamaan tumbuh dan berkembang
berdasarkan latar belakang atau sejarahnya masing-masing.
Dari uraian di atas, adanya perkembangan aktivitas penduduk di Indonesia
yang tumbuh mengakibatkan munculnya kota-kota atas dasar sebagai berikut : ada
yang berkembang karena tempat tersebut merupakan kawasan perdagangan, karena
merupakan pusat perkebunan, pertambangan, atau karena dijadikan pusat administrasi
pemerintahan.
h. Tahap-Tahap Perkembangan Kota

1. Lewis Munford mengklasifikasikan perkembangan kota dari segi fisik dan


budayanya ke dalam enam tahap yaitu:
a) Eopolis

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 49


Tahap ini merupakan awal pembentukkan benih sebuah kota yang
dicirikan dengan adanya perkampungan. Kegiatan masyarkat pada tahap
ini masih terfokus pada sektor pertanian, pertambangan, perkebunan dan
perikanan.
b) Polis
Tahap ini dicirikan dengan munculnya pasar di tengah perkampungan
serta mulai berdirinya industri kecil. Pengaruh industri pada tahap ini
masih belum begitu besar.
c) Metropolis
Tahap ini kenampakan struktur ruang kota sudah berkembang cukup
besar. Pengaruh kota sudah terasa hingga daerah sekitarnya sehingga
banyak ditemukan kota satelit atau daerah penyokong kota utama.
d) Megalopolis
Tahap ini dicirkan dengan perilaku manusia di atasnya yang hanya
berorientasi materi. Sistem birokrasi yang buruk dan standarisasi produk
lebih dipentingkan pada tahap ini. Contoh tahap ini adalah Kota Paris
pada abad ke 18, New York pada awal abad ke 20.
e) Tiranopolis
Tahap ini merupakan awal kehancuran suatu kota. Kondisi perdagangan
mulai menurun secara signifikan.
f) Nekropolis
Tahap ini disebut juga the city of dead, yaitu kehancuran total kota karena
berbagai faktor seperti kelaparan, perang, bencana atau sistem tata kota
yang buruk. Kenyamanan sudah tidak ditemukan pada kota seperti ini

2. Menurut teknologi dan peradaban ada 3 fase perkembangan kota :


a) Fase Mezo Teknik
Perkembangan kota yang menyandarkan eksploitasi manusia atas sumber
daya angin dan air .
b) Fase Paleo Teknik
Perkembangan kota yang sumber tenaga yang digunakan uap air dan
mesin – mesinnya dikonstruksi dari besi dan baja
c) Fase Neo Teknik
Perkembangan kota yang sumber tenaga yang digunakan bensin dan uap
air

3. Menurut Griffith Taylor , tingkat perkembangan kota ada 4 tahap :


a) Tahap infantile
Pada tahap ini ditandai dengan tidak adanya tempat pemisah antara pusat
perekonomian dengan tempat perumahan sehingga biasanya dijadikan
satu antara toko dan perumahan. Lalu lintas menjadi terganggu. Trotoar
dan jalur jalan sempit akan menjadi halaman warga. Selain itu batas
antara daerah miskin dan daerah kaya semakin sulit untuk digambarkan.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 50


Gambar . Sepanjang jalan KZ, Bengkulu
(Sumber;http://prayudibrillian.blogspot.co.id/2016/09/tahap-
perkembangan-kota.html)

b) Tahap Juvenile
Pada tahap ini ditandai dengan munculnya rumah-rumah baru diantara
rumah-rumah lama atau tua dan mulai nampak terpisahnya antara toko
atau perusahaan atau perumahan.

Gambar. Pecinan – Semarang


(Sumber;http://prayudibrillian.blogspot.co.id/

c) Tahap Mature
Pada tahap ini ditandai adanya pengaturan tempat ekonomi dan
perumahan atau sudah adanya perencanaan tata kota yang baik

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 51


Gambar. Jawa Timur
(Sumber;http://prayudibrillian.blogspot.co.id

d) Tahap sinile
Pada tahap ini kota kembali menjadi rumit karena adanya pengembangan-
pengembangan kota yang lebih luas lagi sehingga terjadi pembongkaran
dan penggusuran perumahan maupun untuk dipindahkan keluar kota.

Gambar 4. Bantaran Waduk Pluit, Jakarta


Sumber;http://prayudibrillian.blogspot.co.id

B. POLA DAN FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI DESA DAN KOTA

1. Bentuk Dan Pola Desa

a) Bentuk-bentuk Desa
Bentuk- bentuk desa secara sederhana dapat dikemukakan sebagai beikut :
1) Bentuk Desa Menyusur Sepanjang Pantai

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 52


Gambar. Pemukiman penduduk menyusur sepanjang pantai
Sumber: sobriyaacob.com
Di daerah pantai yang landai dapat tumbuh suatu permukiman, yang mata
pencarian penduduknya dibidang perikanan, perkebunan kelapa, dan
perdagangan. Jika desa pantai seperti itu berkembang, maka tempat tinggal
meluas dengan cara menyambung yang lama dengan menyusur pantai, sampai
bertemu dengan desa pantai lainnya.
2) Bentuk Desa Terpusat

Gambar. Pemukiman penduduk terpusat


Sumber: s683.photobucket.com
Pola keruangan desa yang terpusat terdapat didaerah pergunungan. Pola desa
terpusat di jumpai pada suatu desa yang permukiman penduduknya berdekatan antara
yang satu dengan yang lain dan membentuk suatu kelompok besar. Faktor yang
mempengaruhi pola memusat antara lain :
a) Daerah yang memiliki tanah yang subur dan dapat mengikat permukiman
penduduk dalam suatu kelompok.
b) Daerah dataran rendah yang luas.
c) Daearah dengan permukaan air tanah yang dalam sehingga pembuatan
sumur sulit karena memakan waktu dan biaya.
d) Daerah yang keamanannya belum terjamin dari berbagai gangguan, baik
dari kelompok lain maupun binatang buas.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 53


Penduduk umumnya terdiri atas mereka yang seketurunan, pemusatan tempat
tinggal tersebut didorong oleh kegotong royongan mereka, jika jumlah penduduk
kemudian bertambah lalu pemekaran desa pegunungan itu mengarah kesegala
jurusan, tanpa adanya rencana. Sementara itu pusat-pusat kegiatan penduduk pun
dapat bergeser mengikuti pemekaran.

3) Bentuk Desa Linear di Daratan Rendah

Gambar. Pemukiman penduduk linear di daratan rendah


Sumber: idkf.bogor.net
Pemukiman penduduk didataran rendah umumnya memanjang sejajar dengan
rentangan jalan raya yang menembus desa yang bersangkutan. Jika kemudian secara
wajar artinya tanpa direncanakan desa mekar, tanah pertanian diluar desa sepanjang
jalan desa menjadi pemukiman baru memang ada kalanya juga pemekaran kearah
pedalaman sebelah menyebelah jalan raya. Maka harus dibuatkan jalan baru
mengelilingi desa, jadi semacam ring road dengan maksud agar kawasan pemukiman
baru tak terpencil.
4) Bentuk Desa yang Mengelilingi Fasilitas Tertentu

Gambar. Pemukiman penduduk mengelilingi sungai


Sumber: Pustaka Pedia
Jenis ini terdapat didataran rendah, yang dimaksudkan dengan fasilitas
misalnya mata air, waduk, lapangan terbang, dan lain-lain. Arah pemekarannya dapat
kesegala jurusan, sedang fasilitas-fasilitas untuk industri kecil dapat disebarkan

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 54


dimana-mana sesuai dengan keinginan setempat. Bentuk-bentuk desa seperti
diuraikan diatas bertalian erat dengan usaha pengembangan dan penggalian sumber
dayanya secara optimal. Dengan cara yang bijaksana perkembangan pemukiman
dalam arti pemekarannya juga harus direncanakan secara khusus, sehingga terjamin
wajah pemukiman yang baik dalam arti yang menguntungkan.

b. Pola-pola Desa
Menurut R. Bintarto ada 6 pola desa yang dikemukakan yaitu :
1) Memanjang jalan: Susunan desanya mengikuti jalur-jalur jalan dan sungai.
Contohnya: terdapat didaerah Bantul, Jokyakarta
2) Memanjang sungai : Susunan desanya mengikuti jalur-jalur jalan dan sungai.
Contohnya terdapat didaerah Bantul, Yogyakarta
3) Radial : Pola desa ini berbentuk radial terhadap gunung dan memanjang
sepanjang sungai dilereng gunung
4) Tersebar : Pola desa didaerah gunung kidul – yogyakarta merupakan nucleus
yang berdiri sendiri.
5) Memanjang pantai : Didaerah pantai susunan desa nelayan berbentuk
memanjang sepanjang pantai.
6) Sejajar jalan kereta api.
keterangan :
a. Memanjang jalan
b. Memanjang sungai
c. Radial
d. tersebar
e. memanjang pantai

Gambar. Pola Keruangan Desa (R. Bintarto)


Sumber: http://cullend17nov.blogspot.co.id

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 55


2. Fungsi Desa Dan Kota
a. Fungsi Desa
Masyarakat desa pada umumya memiliki pemikiran yang belum modern.
Karena mempertahankan budaya dan kearifan lokal, jadi masyarakat desa belum
berkembang diberbagai bidang contohnya bidang pendidikan, komunikasai, sarana
dan prasarana, perekonomian. Penduduk yang berada di pedesaan biasanya
beraktifitas sesuai dengan potensi desa. Desa pertanian penduduknya beraktifitas
sebagai petani, desa nelayan penduduk mayorotas sebagai nelayan.
Kebudayan yang ada di desa masih sangat terjaga sebagian besar masyarakat
desa masih tetap mempertahankan budaya yang ada disana. Seiring berkembangnya
zaman masyarakat desa sudah mulai berkembang dan sebagian besar sudah mulai
keluar dari desa untuk mencari pekerjaan dan pendidikan yang layak. Desa memiliki
potensi alam dan manusia yang sangat melimpah, potensi alam dan manusia ini
memberikan fungsi tersendiri bagi desa.

Adapun fungsi desa adalah:


1) Hinterland ialah daerah penyokong atau penyuplai kebutuhan masyarakat kota.
2) Raw Material and Man Power, desa berfungsi sebagai penghasil bahan mentah
untuk industri, dan tenaga kerja.
3) segi kegiatan kerja, desa dapat berfungsi sebagai desa agraris, desa industri, desa
nelayan, dan sebagainya
4) sebagai bentuk pemerintahan terendah, artinya desa diharapkan mampu
menjalankan kebijakan-kebijakan yang telah digariskan oleh pemerintah yang
lebih tinggi (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Desa#Fungsi_Desa)

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 56


Gambar . Fungsi desa sebagai penyuplai kebutuhan masyarakat kota dan masyarakat
desa sebagai tenaga kerja
Sumber: Sumber:https://www.google. fungsi+desa

b. Fungsi Kota
Kota memiliki banyak fungsi, misalnya: sebagai pusat pemerintahan, pusat
pendidikan, dan pusat hiburan (pariwisata), atau pun sebagai fungsi-fungsi lainnya.
Tidak setiap kota memiliki fungsi yang sama, mungkin ada yang berfungsi sebagai
pusat kebudayaan saja, sebagai pusat perdagangan saja, atau fungsi-fungsi khusus
lainnya. Tapi, tidak sedikit pula kota yang memiliki banyak fungsi. Misalnya kota
Jakarta. Di samping sebagai pusat pemerintahan, Jakarta juga merupakan pusat
pendidikan dan pusat rekreasi.
Lebih rinci lagi, fungsi-fungsi kota itu ialah sebagai berikut.
1) Kota sebagai pusat produksi, baik barang setengah jadi maupun barang jadi.
2) Kota sebagai pusat perdagangan, yakni melayani daerah sekitarnya. Contohnya:
Rotterdam, Singapura, dan Hamburg.
3) Kota sebagai pusat pemerintahan atau ibu kota negara. Contohnya: Jakarta,
London, Kairo.
4) Kota sebagai pusat kebudayaan. Contohnya: Mekah, Yerusalem, dan Vatikan.
5) Kota sebagai pusat pengobatan dan rekreasi. Contohnya: Monaco, Palm Beach,
Florida, dan Puncak- Bogor
6) Kota yang berfungsi ganda. Kota-kota di abad sekarang banyak yang termasuk
kategori ini. Contohnya: Jakarta, Tokyo, dan Surabaya yang mencanangkan diri

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 57


sebagai kota industri, perdagangan, maritim, dan pendidikan, di samping
sebagai pusat pemerintahan (Sumber:https://desacilayung.blogspot.co.id

Gambar. Fungsi desa sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan pusat perindustrian

Sumber:https://www.google. fungsi+kota

3. Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Desa Dan Kota

Beberapa pengertian yang ada hubungannya dengan interaksi menurut


Bintarto (1983), adalah sebagai berikut
a. Relationship: hubungan antar dua gejala, dua komponen, dua individu atau
lebih yang menimbulkan pengaruh

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 58


b. Interelation : hubungan berpengaruh antar dua gejala atau lebih dalam satu
wilayah
c. Interaction : kontak atau hubungan antar dua wilayah atau lebih yang dapat
menimbulkan gejala atau masalah hidup
d. Integration : bertemunya beberapa unsur yang saling mengisi, sehingga dapat
dicapai suatu keserasian dan kelengkapan
Selain dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan ada juga teori interaksi
yang bertujuan untuk mengukur kekuatan antar dua wilayah atau lebih. Reilly (1929)
berpendapat bahwa “kekuatan interaksi antar dua wilayah atau lebih dapat diukur
dengan memperhatikan jumlah penduduk masing-masing wilayah serta jarak mutlak
antar wilayah”. Dari teori tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa kekuatan antar
wilayah ditentukan oleh :
a. Jarak antar dua wilayah, Semakin dekat jarak antar dua wilayah maka
interaksinya semakin besar, dan sebaliknya.
b. Jumlah penduduk, Semakin besar jumlah penduduk, maka semakin besar
kekuatan interaksinya
c. Keterjangkauan transportasi
d. Fasilitas yang terdapat di suatu wilayah
e. Banyaknya kesempatan bekerja dan berusaha
f. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan IPTEK di suatu
wilayah
Menurut Daljoeni (1997) selain faktor yang mempengaruhi interaksi yang
dijelaskan di atas, ada juga faktor spatial transfer ability yang dipengaruhi oleh hal-
hal berikut ini:
a. Jarak mutlak
b. Jarak relative
c. Biaya angkutan/biaya transportasi
d. Kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi antar wilayah.
Interaksi keruangan menandakan bahwa gejala-gejala, sifat gejala dan
sebagainya dipengaruhi oleh sifat keruangan dan non keruangan dari gejala yang

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 59


bersangkutan. Interaksi keruangan menyatakan dirinya dalam bentuk perpindahan
manusia, materi, informasi dan energi. Interaksi keruangan menyajikan dasar untuk
menerangkan lokasi, relokasi, distribusi dan difusi pemencaran dari gejala-gejala
tersebut.
Pengertian-pengertian pokok cara interaksi keruangan menurut Schoenmaker
manusia

Gerakan Hasil Lokasi


-Komplementaritas materi
nyata pada arus Relokasi
-Transferabilitas
Distribusi
-Intervening energi Difusi
opportunities

informasi

Bagan. Interaksi Keruangan menurut Schoenmaker

Pola dan kekuatan interaksi antara dua wilayah atau lebih sangat dipengaruhi
oleh keadaan alam dan sosial daerah tersebut, serta kemudahan yang mempercepat
proses hubungan kedua wilayah itu. Menurut Edward Ullman, ada tiga faktor utama
yang mendasari atau mempengaruhi timbulnya interaksi antar wilayah, yaitu sebagai
berikut:
a. Regional Complementary
Yaitu adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi. Regional
Complementary adalah terdapatnya wilayah-wilayah yang berbeda dalam
ketersediaan atau kemampuan sumber daya. Di satu pihak ada wilayah yang
kelebihan (surplus) sumber daya, seperti produksi pertanian dan bahan galian,
dan di lain pihak ada daerah yang kekurangan (minus) jenis sumber daya alam
tersebut. Adanya dua wilayah yang surplus dan minus sumber daya tersebut
sangat memperkuat terjadinya interaksi, dalam arti saling melengkapi kebutuhan,
di mana masing-masing wilayah berperan sebagai produsen dan konsumen.
Perhatikan bagan berikut.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 60


Bagan. Regional Complementary
b. Intervening Opportunity
Adanya kesempatan untuk berintervensi, artinya adanya suatu kemungkinan
perantara yang dapat menghambat timbulnya interaksi antar wilayah. Amatilah
bagan berikut ini.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 61


Bagan. Intervening Opportunity
Pada bagan di atas dapat dilihat bahwa secara potensial antara wilayah A dan B
sangat memungkinkan terjalin interaksi karena masing-masing wilayah memiliki
kelebihan dan kekurangan sumber daya sehingga dapat berperan sebagai produsen
dan konsumen. Akan tetapi, karena ada wilayah lain yaitu wilayah C yang menyuplai
kebutuhan wilayah A dan B, maka kekuatan interaksi antara A dan B menjadi lemah.
Dalam hal ini, wilayah C berperan sebagai intervening area atau wilayah perantara.
Intervening Opportunity dapat diartikan sebagai suatu hal atau keadaan yang dapat
melemahkan jalinan interaksi antar wilayah karena adanya sumber alternatif
pengganti kebutuhan. Untuk lebih jelasnya perhatikan bagan berikut:

Bagan. Melemahnya Interaksi akibat Sumber Daya Alternatif


c. Spatial Transfer Ability
Adanya kemudahan transfer atau pemindahan, baik itu manusia, barang dan jasa,
gagasan dan informasi antara satu wilayah dan wilayah lainnya. Kemudahan
pergerakan antar wilayah sangat berkaitan dengan beberapa hal berikut ini:
1) Jarak antarr wilayah (jarak mutlak dan relatif)
2) Biaya transportasi
3) Kemudahan dan kelancaran prasarana dan sarana tranportasi antar wilayah.

4. Zona Interaksi Desa-Kota


Menurut Bintarto, zona-zona interaksi antara wilayah perkotaan dan
perdesaan membentuk pola-pola konsentrik, yaitu sebagai berikut.
a. City diartikan sebagai pusat kota.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 62


b. Suburban (sub daerah perkotaan) yaitu suatu wilayah yang lokasinya
berdekatan dengan pusat kota. Wilayah ini merupakan tempat tinggal para
penglaju (penduduk yang melakukan mobilitas harian ke kota untuk bekerja).
c. Suburban fringe (jalur tepi subdaerah perkotaan), yaitu suatu wilayah yang
melingkari sub-urban, atau peralihan antara kota dan desa.
d. Urban fringe (jalur tepi daerah perkotaan paling luar) yaitu semua batas
wilayah terluar suatu kota. Wilayah ini ditandai dengan sifat-sifatnya yang
mirip dengan wilayah kota, kecuali dengan wilayah pusat kota.
e. Rural urban fringe (jalur batas desa dan kota) yaitu suatu wilayah yang
terletak antara kota dan desa yang ditandai dengan pola penggunaan lahan
campuran antara sektor pertanian dan nonpertanian.
f. Rural (daerah perdesaan).

C. PENGARUH INTERAKSI DESA DAN KOTA


Wujud interaksi desa-kota yang paling sering dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari antara lain sebagai berikut:
1. Pergerakan barang dari desa ke kota, atau sebaliknya
2. Pergerakan gagasan dan informasi, terutama dari kota ke desa
3. Adanya komunikasi penduduk antara kedua wilayah
4. Pergerakan manusia, baik dalam bentuk bekerja, rekreasi, menuntut ilmu,
ataupun keperluan-keperluan lainnya.
1. Dampak Interaksi Bagi Desa
Interaksi antara dua wilayah atau lebih yang berbeda akan berpengaruh pada
masing-masing wilayah sehingga hal ini memicu terjadinya perubahan. Seberapa
besar perubahan yang terjadi tergantung dari jarak, jumlah penduduk dan berbagai
faktor pendukung lainnya seperti sarana transportasi, komunikasi, listrik dan lain-lain.
a. Dampak Positif Bagi Desa
1) Pengetahuan desa menjadi meningkat karena banyak sekolah telah dibangun

di desa, demikian pula informasi perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan


yang diterima penduduk kota dengan mudah menyebar ke desa.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 63


2) Jumlah guru dan sekolah sudah banyak terdapat di desa.

3) Perluasan jalur jalan desa-kota dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor

telah menjangkau daerah pedesaan sehingga hubungan desa-kota semakin


terbuka.
4) Produktivitas desa semakin meningkat dengan hadirnya teknologi tepat guna,

kehadiran teknologi tepat guna akan meningkatkan kesejahteraan penduduk


desa.
5) Pelestarian lingkungan hidup pedesaan (seperti pencegahan erosi dan banjir,

penyediaan air bersih, serta pengaturan pengairan) bisa dilakukan dengan


hadirnya para ahli dari berbagai disiplin ilmu.
6) Dengan peningkatan kegiatan wiraswasta yang menghasilkan produk yang

berkualitas, seperti kerajinan tangan, industri rumah tangga, teknik


perhubungan dan perbengkelan serta peternakan bisa dilakukan karena
pemerintah turun tangan.
7) Adanya pengetahuan tentang kependudukan sehingga kesadaran memiliki

keluarga kecil telah diterima oleh masyarakat desa.


8) Adanya seperti koperasi dan organisasi sosial yang berkembang di pedesaan

telah memberi manfaat dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dan


pembangunan desa.
b. Dampak Negatif Bagi Desa
1) Modernisasi kota telah melunturkan orientasi pertanian yang menjadi pokok

kehidupan mereka, misalnya budaya kontes kecantikan, peragaan busana dan


foto model.
2) Siaran televisi yang bissa ditangkap di pelosok desa bisa meningkatkan

konsumerisme dan kriminalitas.


3) Pengurangan tenaga produktif bidang pertanian di desa, karena banyak tenaga

muda yang lebih tertarik bekerja di kota..


4) Perubahan tata guna lahan di pedesaan akibat perluasan wilayah kota dan

banyak orang kota membeli lahan di wilayah perbatasan desa-kota.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 64


5) Tata cara dan kebiasan yang menjadi budaya kota telah masuk ke pelosok

desa dan cenderung mengubah budaya desa


6) Ketersediaan bahan pangan yang berkurang, peningkatan pengangguran dan

pencemaran lingkungan menjadi masalah penting akibat interaksi desa-kota.


2. Dampak Interaksi Bagi Kota
Urbanisasi ialah salah satu bentuk dari interaksi desa-kota. Menurut Hope
Tisdale Eldrige ( 1956 ) pengertian urbanisasi ialah sebuah proses perpindahan
penduduk ke kota atau dari daerah permukiman padat.
a. Dampak Positif Bagi Kota
1) Tercukupinya kebutahan bahan pangan bagi penduduk perkotaan yang

sebagian besar berasal dari daerah perdesaan, seperti sayuran, buah-buahan,


beras dan lain-lain.
2) Jumlah tenaga kerja di perkotaan melimpah karena banyaknya penduduk dari

desa yang pergi ke kota.


3) Produk-produk yang dihasilkan di daerah perkotaan bisa dipasarkan hingga ke

pelosok desa sehingga keuntungan yang diperoleh lebih besar.


b. Dampak Negatif Bagi Kota
1) Jumlah penduduk desa yang pergi ke kota tanpa keahlian menimbulkan

permasalahan bagi daerah perkotaan yaitu meningkatnya jumlah


pengangguran dan penduduk miskin.
2) Penduduk dengan pendapatan rendah kesulitan mencukupi kebutuhan
hidupnya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, hiburan dan
lain-lain.
3) Nilai lahan di perkotaan yang mahal, memaksa warga menggunakan lahan

atau tempat yang tidak layak untuk permukiman, misalnya di bataran sungai,
pinggiran rel kereta api, kuburan dan kolong jembatan. Umumnya
permukiman yang terbentuk ialah permukiman kumuh.
Menurut para geografi, wilayah perkampungan kumuh memiliki empat ciri
khas yaitu:
a) Tidak tersedia air bersih untuk diminum.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 65


b) Tidak ada saluran pembuangan air.
c) Penumpukan sampah dan kotoran.
d) Serta akses ke luar perkampungan yang sulit.
4) Terjadi degradasi kualitas lingkungan, peningkatan jumlah penduduk kota

yang pesat mendorong pembangunan rumah-rumah di wilayah kota.


Permukiman baru muncul di kota-kota seperti di Jakarta, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Surabaya, Medan, Balikpapan dan Makassar. Pertumbuhan
permukiman yang sangat cepat di perkotaan sangat berpengaruh terhadap
penurunan atau degradasi kualitas lingkungan.

3. Menghitung Kekuatan Interaksi Desa Kota


Model-Model Interaksi Desa Kota
a. Interaksi desa kota menggunakan model gravitasi
Teori ini diterapkan dalam Geografi oleh W.J. Reilly untuk mengukur
kekuatan interaksi keruangan antara 2 wilayah atau lebih. Kekuatan interaksi
antara dua wilayah dapat di ukur dengan memperhatikan jumlah penduduk
masing-masing wilayah, serta jarak mutlak antara wilayah-wilayah tersebut.

Rumus : IAB = k. PA . PB
(dAB)2
Keterangan
IAB : kekuatan interaksi antara daerah A dengan daerah B
k : nilai konstanta empiris, biasanya angka 1
PA : jumlah penduduk daerah A
PB : Jumlah penduduk daerah B
dAB: : Jarak mutlak yang menghubungkan daerah A dan B

Contoh Soal :

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 66


Jumlah penduduk kota A adalah 40.000 orang, penduduk kotaB adalah
10.000 orang. Jarak dari kota A ke kota B adalah 20 km. Berapakah kekuatan
interaksi kedua kota tersebut?

Jawab : A dAB : 20 km B

Diketahui :
PA = 40.000
PB = 10.000
dAB = 20 km
interaksi antara kota A dan B adalah :

P A . PB
IAB =k.
(dAB)2
(40.000) . (10.000)
=1.
(20)2
= 400.000.000
400

= 1.000.000
Jadi kekuatan interaksi antara kota A ke kota B adalah 1.000.000

Model gravitasi dapat diestimasikan sebagai ukuran arus diantara dua region
dengan mengalihkan kedua masa dari kedua region yang bersangkutan yang
kemudian dibagi oleh kelipatan jarak diantara dua region. Teori gravitasi oleh W.J
Reilly yang mengadopsi teori Issac Newton Bahwa kekuatan interaksi antar wilayah
dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan jarak, dengan Ketentuan :

a. Kondisi penduduknya relatif sama (MP,Pddk,mobilitas,kondisi sosial


ekonomi)
b. Kondisi alam relatif sama (bentuk wilayah dan relif)
c. Kondisi sarana dan prasarana yang menghubungkan wilayah juga sama
Rumus model gravitasi .

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 67


Tij =

Keterangan :

Tij = kekuatan gravitasional antara kecamatan pusat SSWP dengan hinterlandny


a.
Pi = jumlah penduduk kecamatan pusat SSWP
Pj = jumlah penduduk kecamatan hinterland
dij = jarak antara antara kecamatan pusat SSWP dengan kecamatan hinterland.
K = suatu konstan

b. Interaksi desa kota menggunakan model titik henti


Bahwa jarak titik henti dari pusat perdagangan yang lebih kecil ukurannya
berbanding lurus dengan jarak antara kedua pusat perdagangan tsbdan
berbanding terbalik dgn satu ditambah akar kwadrat jumlah penduduk dari
wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi dgn jumlah penduduk pada
wilayah yang jumlah penduduknya lebih kecil.

dab
Dab =
Pb
Rumus: 1+
Pa

Keterangan :
Dab = jarak lokasi titik henti, yang diukur dari kota atau wilayah lebih kecil ( dari
kota A)
dab = jarak antara kota A dan B
Pa = jumlah penduduk yang lebih kecil (penduduk kota A)
Pb = jumlah penduduk yang lebih besar (penduduk kota B)
Contoh soal :

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 68


Jumlah penduduk kota A sebanyak 500.000 orang, kota B sebanyak 20.000
orang. Jarak kota A dan B 36 km, lokasi titik henti antara kota A dan kota B
adalah….
Pembahasan :
Diketahui :
Pb = 500.000 orang
Pa = 20.000 orang
Ditanya : lokasi titik henti antara kota A dan kota B ?
Jawab :
dab
Dab =
Pb
1+ P
a

Dab =
1+
Dab =
1+√
THab=

THab = 6 km, jadi jarak lokasi titik henti dari kota A dan kota B adalah :
6 km

c. Interaksi desa kota menggunakan model Grafik indeks konektifitas


Untuk mengetahui kekuatan interaksi antar kota dilihat dari jaringan jalan.
Pola jaringan jalan yang menghubungkan kota-kota dibedakan dengan nilai
Indek selalu lebih kecil dari 1, dan bentuk sirkuit dengan Nilai indek sama
atau lebih dari 1 (Kekuatan interaksi pola sirkuit Lebih tinggi dari pola
cabang). Teori ini dikemukan oleh K.J. Kansky. Kekuatan interaksi antarkota
dalam suatu daerah dapat menggunakan jaringan jalan dengan rumus indeks
konektivitas.

Keterangan :
= d (kelancaran interaksi

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 69


= d
e = jumlah jaringan jalan yang menghubungkan wilayah tersebut
contoh :
Manakah wilayah di bawah ini yang paling tinggi interaksinya?

Jawab:
Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa yang paling tinggi tingkat
interaksinya adalah wilayah A

D. DAMPAK PEMBANGUNAN KOTA TERHADAP MASYARAKAT DESA DAN


KOTA

1. Dampak Pembangunan Kota Terhadap Masyarakat Desa Dan Kota

Setiap segala sesuatu pasti memiliki sebab dan akibat. Begitupun dengan
pembangunan sebuah kota, baik berdampak bagi daerah sekelilingnya ataupun bagi
kota itu sendiri. Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu
aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi
(Soemarwoto, 2001). Aktifitas pembangunan akan menghasilkan dampak, baik pada
manusia ataupun lingkungan hidup.
Dampak terhadap manusia yakni meningkat atau menurunnya kualitas hidup
manusia, sedangkan dampak bagi lingkungan yakni meningkat atau menurunnya daya
dukung alam yang akan mendukung kelangsungan hidup manusia (Wardhana, 2001).

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 70


Identifikasi dampak merupakan langkah yang sangat penting. Langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam mengidentifikasi dampak adalah:
a. Menyusun berbagai dampak yang menonjol yang diperkirakan akan timbul
b. Menuliskan semua aktivitas pembangunan yang menimbulkan dampak
sebagai sumber dampak (Fandeli, 2004).

Pembangunan merupakan upaya sadar untuk mengelola dan memanfaatkan


sumber daya, guna meningkatkan mutu kehidupan rakyat (Kuncoro, M, 2003).
Sedangkan menurut Tadaro dalam (Munir, 2002) menyatakan bahwa pembangunan
merupakan proses menuju perbaikan taraf kehidupan masyarakat secara menyeluruh
dan bersifat dinamis.

Beberapa aspek yang dapat menentukan pertumbuhan dan perkembangan


suatu kota, yaitu:

a. Perkembangan penduduk perkotaan menunjukan pertumbuhan dan intensitas


kegiatan kota,
b. Kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh kota dapat menunjukan adanya
tingkat pelayanan bagi masyarakatnya,
c. Tingkat investasi yang hasilnya dapat menunjukan tingkat pertumbuhan kota
hanya dapat tercapai dengan tingkat ekonomi yang tinggi.

Adapun dampak perkembangan kota terhadap desa dan kota itu sendiri adalah:
a. Aspek Fisik
Dampak dari upaya pengembangan suatu kota yang dilakukan berdasarkan
pada peran dan fungsi kota melalui suatu kebijakan pembangunan kota pada
aspek fisik dapat meliputi meningkatnya intensitas penggunaan lahan kota,
meningkatnya penyediaan sarana dan prasarana kota, serta menurunnya
kualitas lingkungan kota (Bintarto dalam Khairuddin, 2000).
1) Penggunaan Lahan
2) Lingkungan Hidup

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 71


b. Aspek Sosial
1) Penduduk
Pertambahan penduduk biasanya dikaitkan dengan tingginya arus
urbanisasi yang masuk kedaerah tersebut. Khairuddin (2000), menyatakan
bahwa urbanisasi selain berdampak positif juga berdampak negatif. Dampak
positif dari urbanisasi itu diantaranya:
a) Urbanisasi merupakan faktor penting dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan
b) Urbanisasi merupakan suatu cara untuk menyerap pengetahuan dan
kemajuan yang ada di kota
c) Urbanisasi yang menyebabkan terjadinya perkembangan kota.
Fandeli (2004), mengatakan bahwa pertambahan penduduk yang terus
terjadi dengan cepat meyebabkan beberapa masalah lingkungan yaitu: a)
proses urbanisasi akan terjadi sehingga menyebabkan persoalan pencemaran
di wilayah perkotaan, b) tekanan penduduk terhadap lahan akan semakin
tinggi, akibatnya terjadi sedimentasi dan erosi, dan c) tekanan penduduk
terhadap kawasan hutan, meyebabkan menurunnya kualitas hutan yang
menyebabkan erosi dan banjir pada musim hujan dan kekeringan di musim
kemarau.

2) Tenaga Kerja
Sukirno (dalam Khairuddin, 2000) menyatakan bahwa dilihat dari sisi
peluang, pertumbuhan ekonomi telah menciptakan banyaknya peluang usaha
baru bagi masyarakat. Namun permasalahan juga muncul akibat daya pikat
ekonomi yang mendorong migrasi tenaga kerja dari luar yang tidak selalu
dibekali keahlian yang memadai.

3) Masalah Sosial

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 72


Disamping kerusakan lingkungan yang bersifat biofisik terdapat pula
kerusakan lingkungan sosial budaya. Orang desa yang bermigrasi ke kota
biasanya mempunyai pendidikan yang rendah dan tidak terampil sehingga
mereka susah untuk ditampung bekerja dengan upah layak sehingga tidak
sedikit dari mereka yang terperangkap kedalam profesi prostitusi.
Pengangguran, kurang makan dan prostitusi merupakan media yang subur
untuk berkembangnya kejahatan (Soemarwoto, 2001).

c. Aspek Ekonomi
1) Pertumbuhan Ekonomi
Arsyad (1999), juga mengatakan bahwa faktor ekonomi juga
mempunyai kontribusi yang besar dalam menjadikan suatu kota kecil
menjadi kota besar karena pertumbuhan ekonomi suatu kota tentu saja
tidak terlepas dari potensi dan aktivitas ekonomi yang berjalan di kota
tersebut.
2) Pemerataan Ekonomi
Kuncoro (2003), menyatakan bahwa proses pembangunan pada
dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi semata. Pembangunan tidak
sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh
suatu negara, namun lebih dari itu pembangunan mempunyai perspektif
yang lebih luas. Dalam proses pembangunan selain mempertimbangkan
aspek pertumbuhan dan pemerataan juga mempertimbangkan dampak
aktivitas ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat.
Menurut kriteria Bank Dunia (dalam Arsyad 1999), mendasarkan
penilaian pendapatan yang diterima oleh 40% penduduk berpendapatan
terendah. Kesenjangan distribusi pendapatan dikategorikan:
a) Tinggi, bila 40% penduduk berpendapatan terendah menerima kurang
dari 12% bagian pendapatan
b) Sedang, bila 40% penduduk berpendapatan terendah menerima 12% -
17% bagian pendapatan, dan

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 73


c) Rendah, bila 40% penduduk berpendapatan terendah menerima lebih
dari 17% bagian pendapatan

2. Penyebab Terjadinya Urbanisasi

a. Pengertian
urbanisasi mengandung banyak makna bergantung dari sudut mana kita
mengkajinya, diantaranya:5
1) Urbanisasi diartikan sebagai proses pembengkakan kota yang diakibatkan
oleh peningkatan jumlah penduduk yang sangat cepat. Peningkatan ini
disebabkan oleh pertumbuhan alami penduduk kota dan adanya
perpindahan penduduk dari desa ke kota. Dari pengertian ini sering
diartikan bahwa urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota.
2) Urbanisasi diartikan juga sebagai proses bertambahnya jumlah kota pada
suatu wilayah atau negara yang disebabkan oleh perkembangan sosial,
ekonomi dan teknologi.
3) Urbanisasi diartikan sebagai proses berubahnya suasana kehidupan
pedesaan menjadi suasana perkotaan.
4) Urbanisasi bisa pula diartikan sebagai pemekaran wilayah perkotaan.

Gambar. Urbanisasi Penduduk


Sumber : http://www.ensikloblogia.com.

b. Faktor-faktor yang menyebabkan urbanisasi:


1) Faktor penarik (pull factors)

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 74


Kota memiliki daya tarik tersendiri bagi desa untuk berurbanisasi,
diantaranya:
a) Mudah untuk mendapatkan pekerjaan (lapangan pekerjaan banyak).
b) Tingkat upah yang lebih tinggi.
c) Kelengkapan fasilitas baik sekolah, hiburan dan kesehatan.
d) Kebebasan pribadi lebih terjamin.
e) Pengaruh adat agak longgar.
f) Anggapan yang bersifat budaya.

2) Faktor pendorong (push factors)


a) Lahan garapan semakin sempit
b) Lapangan kerja makin terbatas akibat iptek (modernisasi)
c) Pendapatan lebih kecil
d) Kurangnya fasilitas baik sosial, pendidikan, olah raga, rekreasi, dsb
e) Meningkatnya pengangguran.
f) Tekanan adat istiadat.
g) Alasan memasarkan produk.

c. Dampak positif urbanisasi

Beberapa dampak positif yang terjadi akibat adanya urbanisasi sebagai berikut:
1. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja di kota yang terjadi dengan sendirinya
karena banyaknya masyarakat desa yang memang membutuhkan pekerjaan.
Kota memerlukan banyak tenaga kerja untuk bidang industri, transportasi,
perdagangan, jasa, dan lain-lain.
2. Meningkatnya aktivitas perekonomian kota seiring dengan semakin ramainya
kota sehingga kegiatan perdagangan menjadi lebih terdorong dengan adanya
pendatang-pendatang baru dari desa.
3. Meluasnya kesempatan untuk membuka usaha-usaha baru karena semakin
meningkatnya masyarakat yang ingin kebutuhannya terpenuhi. Seperti usaha
bengkel, warung, transportasi, dan lain-lain.
4. Meningkatnya tingkat kesejahteraan warga desa yang berurbanisasi ke kota.
Dengan demikian, warga desa tersebut akan mengirimkan sebagian kerja
kerasnya untuk keluarganya di desa yang berdampak pada pembangunan desa.
5. Meningkatnya tarf hidup keluarga yang ditinggalkan di desa karena telah
mendapat sokongan ekonomi dari keluarga mereka yang berurbanisasi ke
kota.
6. Lapangan kerja di pedesaan semakin sesuai dengan jumlah angkatan kerja
yang ada sehingga tidak akan ditemukan pengangguran terselubung

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 75


d. Dampak negatif urbanisasi

Pada awalnya urbanisasi memang membawa dampak positif. Namun, lambat


laun urbanisasi juga bisa membawa dampak negatif dengan berkurangnya penduduk
di daerah pedesaan dan bertambahnya jumlah penduduk di daerah kota. Di negara-
negara maju urbanisasi sudah berlangsung sejak lama sehingga tidak heran jumlah
penduduk kota lebih banyak dari pada penduduk desa.

e. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Terhadap Dampak Urbanisasi

Upaya pemerintah untuk mencegah atau mengurangi terjadinya urbanisasi antara


lain sebagai berikut :
1) Melaksanakan pembangunan secara desentralisasi, yaitu pembangunan yang
merata atau menyebar berpusat pada daerah-daerah
2) Mengadakan modernisasi desa dengan program pembangunan.
3) Memperbanyak fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan, seperti
fasilitas kesehatan, sekolah, tempat hiburan, dan transportasi.
4) Mengendalikan pertumbuhan penduduk di pedesaan melalui program keluarga
berencana.
5) Meningkatkan perekonomian rakyat pedesaan, antara lain membangun irigasi,
menggiatkan koperasi unit desa atau KUD
6) Meningkatkan keamanan di pedesaan dengan lehih mengaktifkan system
keamanan lingkungan atau siskamling.
7) Mengeluarkan peraturan untuk mempersulit perpindahan penduduk desa
kekota, misalnya izin pindah ke kota sulit, Jakarta dinyatakan tertutup bagi
pendatang baru.

Usaha-usaha untuk mengatasi akibat urbanisasi di kota besar sebagai berikut :


a. Menertibkan pemukiman kumuh, pembuangan sampah, dan air limbah.
b. Mengadakan penghijauan kota, yaitu mengadakan jalur hijau dan taman kota.
c. Memperluas pemukiman dengan membangun kota satelit, yaitu kota kecil di
sekitar kotabesar.
d. Menambah perumahan rakyat dengan membangun rumah murah, yaitu rumah
susun, menambah sarana angkutan, jaringan listrik, air minum,
dan sebagainya.
e. Menciptakan kutub pertumbuhan baru.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 76


E. Usaha-Usaha Dalam Rangka Pemerataan Pembangunan Desa dan Kota
Oleh Pemerintah Indonesia

Gambar . Perbandingan pembangunadan kota dan desa


Sumber: https://desfiannn.wordpress.com
Hakikat pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya, dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedoman
pembangunan nasional. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu
masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan yang merata materiil adalah perwujudan
Kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi, bahwa kekayaan wilayah
Nusantara, baik potensial maupun efektif, adalah modal dan milik bersama bangsa,
dan bahwa keperluan hidup sehari-hari harus tersedia merata di seluruh wilayah
tanah air.

Gambar : lingkaran setan (Vicious Circle)

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 77


Upaya pemerataan pembangunan telah dilakukan sejak awal PJP I, dengan
berbagai upaya di berbagai sektor seperti pertanian, kependudukan, pendidikan,
kesehatan, dan transmigrasi serta pembangunan desa. Sebagai bagian dari Trilogi
Pembangunan, sejak Repelita III upaya pemerataan lebih digalakkan lagi yang
dilaksanakan melalui kebijaksanaan delapan jalur pemerataan, yaitu:
1. pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya
pangan, sandang, dan perumahan.
2. pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
3. pemerataan pembagian pendapatan
4. pemerataan kesempatan kerja
5. pemerataan kesempatan berusaha
6. pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi
generasi muda dan kaum wanita
7. pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh tanah air
8. pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
(sumber:http://elianor-antonius.blogspot.co.id)

Ketimpangan hasil pembangunan yang cukup besar antara desa dan kota,
membuat pengembangan wilayah pedesaan dirasakan sangat penting, karena
struktur ekonomi pedesaan berada dalam keadaan yang tidak menguntungkan
dibandingkan dengan struktur perkotaan. Karena itu permasalahan mendasar
adalah bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan pembangunan di
pedesaan sekaligus upaya-upaya apa yang yang harus dilakukan untuk mencapai
keserasian/kesamaan dengan wilayah kota.

1. Pembangunan Wilayah Pedesaan

Pembangunan wilayah pedesaan dan perkotaan yang tidak seimbang


sebagaimana selama ini terjadi akan menimbulkan kesenjangan sosial dan
ekonomi dalam kehidupan. Persoalan-persoalan yang dihadapi wilayah desa dan
kota adalah masalah-masalah yang spesifik, sebab masing-masing wilayah
mempunyai potensi yang berlainan. Desa yang lebih berkesan sebagai kelompok
masyarakat yang hidup secara tradisional, mempunyai banyak ketertinggalan
dibanding dengan dengan kota. Salah satu tujuan pembangunan wilayah
pedesaan adalah menyeterakan kehidupan masyarakat desa dan kota sesuai
dengan potensi yang dimiliki desa.
Untuk melakukan pembangunan desa, ada beberapa hal yang tidak dapat
diabaikan diantaranya adalah latar belakang, pendekatan, konsep maupun
kenyataan-kenyataan yang terjadi di setiap desa. Beberapa hal yang perlu untuk
mendapat perhatian dalam pembangunan wilayah pedesaan adalah:

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 78


a. Pembangunan masyarakat desa masih bersifat dekonsentrasi. Disisi lain, sifat
ragam dan hakikat desa sangat beranekaragam yang secepatnya membutuhkan
penanganan. Disamping itu, titik berat pelaksanaan otonomi daerah yang
terletak pada kabupaten menggambarkan kebulatan karakter pedesaan
wilayahnya.
b. Perangkat desa perlu mendapat bantuan teknis dan insentif. Perangkat desa
yang menjadi tulang punggung pelaksanaan pembangunan desa, keadaannya
secara umum masih membutuhkan bantuan teknis yang efektif. Bantuan teknis
dan efektif yang dibutuhkan diantaranya adalah:
1) kesejahteraan, artinya pendapatan para kepala desa dan perangkatnya yang
masih menjadi masalah, kualitas ketrampilan, kewibawaan, kemampuan,
kejujuran dan dedikasi para perangkat desa masih perlu ditingkatkan
dengan bantuan pemerintah.
2) Kemampuan membangun masyarakat desa mulai dari merencanakan,
melaksanakan sampai mengawasi masih dilakukan dengan cara yang
sangat sederhana atau dalam banyak hal masih tanpa mekanisme
manajemen sama sekali.
3) Mekanisme kerja antara pemerintah desa dan pemerintahan diatasnya perlu
dimantapkan. Hal ini dimaksudkan agar rencana yang dipersiapkan desa
beserta masyarakatnya disambut baik dan terwujud dalam pelaksanaannya
tanpa modifikasi ataupun penghilangan yang pokok demi kepentingan
desa. Dan agar pembangunan jangan berlangsung secara birokratis yang
berlebihan.

c. Dana pembangunan desa secara lintas sektoral masih belum bermanfaat bagi
masyarakat desa. Karena itu dibutuhkan usaha dan dorongan yang kuat,
sehingga mekanisme proyek pembangunan desa yang berlangsung dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat desa melalui pemerintahan paling bawah.
d. Kurangnya keterpaduan kepentingan antar sektor, sehingga dibutuhkan
koordinasi lintas sektoral tentang pemerintahan desa melalui penyatuan
program, misi dan visi pembangunan. Hal ini dikarenakan setiap sektor
mempunyai visi dan misi yang ideal mengenai pembangunan wilayah
pedesaan. Sehingga masing-masing sektor cenderung untuk berpegang teguh
secara prinsip pada fungsi pokoknya dan memegang asumsi bahwa secara
fungsional tidak ada kewenangan untuk mencampuri sektor lain.

2. Sasaran Pembangunan Pedesaan

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 79


Perlu untuk disadari bahwa proses pembangunan adalah suatu proses
perubahan masyarakat. Proses perubahan ini mencerminkan suatu gerakan dari situasi
lama (tradisional) menuju suatu situasi baru yang lebih maju (modern) dan belum
dikenal oleh masyarakat. Perubahan yang dilakukan tersebut akan melalui proses
transformasi dengan mengenalkan satu atau beberapa fase antara. Pembangunan
masyarakat (pedesaan) memerlukan suatu proses dan model tranformasi dari model
lama menuju model baru (tujuan). Di sisi lain perlu pula untuk dipahami bahwa
proses pembangunan merupakan suatu konsep yang optimistik dan memberikan
pengharapan kepada mereka yang secara sukarela berpartisipasi dalam proses
pembangunan. Sehingga perencanaan pembangunan baik sosial maupun budaya
selalu perlu menyadari dan menemukan indikasi-indikasi perubahan tuntutan.
Agar pembangunan wilayah pedesaan menjadi terarah dan sesuai dengan apa
yang menjadi kepentingan masyarakat desa, maka perencanaan mekanisme
pelaksanaan pembangunan desa dilakukan mulai dari bawah. Proses pembangunan
yang dilaksanakan merupakan wujud keinginan dari masyarakat desa. Dalam hal ini
koordinasi antara pemerintah desa dengan jajaran di atasnya (Pemerintahan
Kecamatan, Pemerintahan Kabupaten) harus terus menerus dilakukan dan di
mantapkan. Apalagi pelaksanaan otonomi daerah dititikberatkan pada Pemerintah
Kabupaten.
Pelaksanaan pembangunan pun hendaknya tidak hanya menjadikan desa
sebagai obyek pembangunan tetapi sekaligus menjadikan desa subyek pembangunan
yang mantap. Artinya obyek pembangunan adalah desa secara keseluruhan yang
meliputi potensi manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA) dan teknologinya, serta
mencakup segala aspek kehidupan dan penghidupan yang ada di pedesaan. Sehingga
menjadikan desa memiliki klasifikasi desa swasembada. Yaitu suatu desa yang
berkembang dimana taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya menunjukkan
kenyataan yang makin meningkat.

Oleh karena masyarakat pedesaan sebagian besar berada di sektor pertanian,


maka sasaran yang ingin dicapai adalah membantu pemenuhan kebutuhan pangan

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 80


dengan mengacu pada peningkatan taraf hidup masyarakat desa dan peningkatan
ketrampilan pada sektor pertanian, pertukangan kayu, dan kesejahteraan keluarga.
3. Pemberdayaan Potensi Desa dalam Rangka Pengembangan Pedesaan
Munculnya Kesenjangan tingkat pertumbuhan dan kemajuan yang terjadi
antara pedesaan dan perkotaan telah melahirkan kesenjangan. Kondisi
kesenjangan ini semakin diperburuk lagi dengan adanya krisis ekonomi yang
mempengaruhi berbagai bidang kehidupan masyarakat desa baik ekonomi, sosial
maupun budaya.
Pembinaan terhadap masyarakat desa dilakukan dengan pendekatan sosial
budaya yang mempergunakan sistem sosisal politik masyarakat setempat untuk
berkomunikasi. Walaupun memperhitungkan kemungkinan perubahan sosial
secara sosial pula. Pengetahuan masyarakat tentang bertani pun juga masih
sangat tradisional sekali.

4. Solusi dalam Memelihara Keseimbangan Desa dan Kota


Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam rangka menyerasikan/
menyamakan perkembangan desa dan kota
a. Pasar Kerja di Desa
Jumlah tenaga kerja yang memasuki pasaran kerja semakin bertambah
banyak. Kualitas diantara mereka pun beranekaragam, mulai dari tenaga
kasar, terampil sampai tenaga akademik. Karena itu langkah pertama yang
harus ditempuh adalah membuka kesempatan kerja untuk menyerap tenaga
kerja pasaran di desa. Hal ini dimaksudkan supaya mereka tidak lari atau pergi
ke pusa-pusat pertumbuhan ekonomi lain, yaitu kota-kota kecil, kota-kota
sedang, atau kota-kota besar.

b. Modal usaha kecil


Pasaran kerja atau kesempatan kerja ini biasanya digerakkan oleh
perorangan atau kelompok di desa. Usaha semacam ini biasanya disesuaikan
dengan kondisi dan kualitas dari tenaga kerja. Teknologi yang digunakan

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 81


tidak terlalu tinggi bahkan dapat dilakukan transfer teknologi kepada
masyarakat desa. Karena bentuknya yang perorangan (kalaupun ada yang
kelompok) biasanya modal usahanya pun kecil. Untuk mendorong keberadaan
usaha ini, maka pemerintah perlu untuk memberikan bantuan kredit kecil ala
desa, seperti BKD (Bank Kredit Desa)

c. Teknologi kurang terampil


Tenaga kerja di desa biasanya mempunyai kualitas yang rendah, karena
itu untuk mengatasi masalah maka perlu diadakan berbagai macam
penyuluhan, pelatihan, dan berbagai macam bentuk pembinaan. Mulai dari
perangkat desa (aparat desa) sampai pada anggota masyarakat pekerja.
Pengembangan keterampilan tenga kerja di desa perlu diorientasikan pada
mata pencaharian masyarakat desa yang bersangkutan agar potensi yang ada
bisa langsung digarap.

d. Pemasaran hasil produksi


Kendala utama usaha-usaha yang dirintis di pedesaan adalah situasi harga
yang fluktuatif atau karena hilang atau berkurangnya kesempatan.
Kesempatan pasar atau pemasaran hasil produksi desa merupakan motor
penggerak pertumbuhan ekonomi desa. Membaiknya pemasaran hasil
produksi di desa akan mendukung masuknya modal ke daerah pedesaan. Dan
sebaliknya, lesunya pemasaran akan menghambat perekonomian dan
produktivitas desa. Karena itu, dalam sistem pemasaran produk desa perlu
adanya suatu sistem yang mampu menumbuhkan kebijaksanaan pemerintah,
mampu mengikuti mekanisme atau tata niaga ekonomi pasar yang berlaku.
Program-program dan usaha pembangunan desa yang dapat menciptakan
suasana pra-conditioning untuk tumbuh dan berkembang adalah:
1) Sistem kepemimpinan di desa
Sistem kepemimpinan di desa baik yang bersifat kepemimpinan formal
maupun informal, baik yang berdasarkan agama maupun organisasi

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 82


masyarakat adalah sistem yang mampu menggerakkan partisipasi
masyarakat dan menghidupkan inisiatif, kreativitas, dan produktivitas
masyarakat desa. Jiwa dan ide kepemimpinan dengan dasar apapun selalu
mengutamakan inspirasi dan aspirasi masyarakat dan harus mampu
menyalurkan menjadi landasan pembangunan oleh, dari dan untuk
masyarakat. Karena itu, seorang pemimpin masyarakat desa harus mampu
melihat kebutuhan dan kepentingan masyarakat secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Pembinaan kelembagaan
Pembinaan kelembagaan ini adalah merupakan usaha menggerakkan
sesuai dengan kepentingan masing-masing. Karena lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang tumbuh atas inisiatif masyarakat desa, perlu terus
dibina dan dilestarikan keberadaannya agar lebih tumbuh dan
berkembang. Sehingga mampu lebih efektif dalam mendukung program
dan rencana masyarakat maupun pemerintah.
3) Peningkatan kualitas SDM
Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat sangat didukung oleh
kualitas aparat pemerintah desa dan masyarakat yang turut sebagai pelaku
pembangunan. Karena itu perlu disusun sebuah rencana program
peningkatan kualitas dan kemampuan masyarakat yang berupa
pendidikan, pelatihan umum, pelatihan tenaga kerja, penyuluhan,
kegiatan stimulasi dan demonstrasi-demonstrasi. Di sisi lain transfer
teknologi kepada aparatur pemerintah dan fungsionaris pembangunan
perlu juga untuk dilakukan.
4) Bantuan teknis
Bantuan teknis ini merupakan unsur pendukung proses pembangunan
masyarakat desa. Hal ini dibutuhkan dalam hal masyarakat memiliki
sedemikian rupa rendahnya kualitas sumberdaya, potensi alam, dan
kesempatan ekonomi sehingga perlu mendapatkan dukungan dari luar
masyarakat setempat.

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 83


DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah.2011.Memahami Perkembangan Desdi Indonesia. (Jurnal Online)


http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/academica/article/view/2284
Diakses Tanggal 27 April 2017

Aminah,Aam.2014.Intisari Geografi untuk SMA Kelas X,XI.XII.Bandung: Pustaka


Setia

Antonius.2012. Pemerataan Pembangunan Perekonomian Indonesi. (online).


http://elianor-antonius.blogspot.co.id)

Dewi,Nurmala.2009.Geografi3 untuk SMA dan MA kelas XII.Jakarta: CV Epsilon


Grup https://desasentonorejo.wordpress.com/bab-ii/

Endarto, Danang ,dkk. 2006. Geografi untuk Kelas XII SMA/MA. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional

Handayani, Selvia. 2014. Jenis dan tipologi desa. (online).


http://shelviahandayani.blogspot.co.id Diakses pada 01 Mei 2017

Lishowabi, Mila. 2013. Interaksi Desa dan Kota. (Online)


https://www.slideshare.net/milawahib/mila-lishowabi-mpg. Diakses tanggal
7 mei 2017

Utoyo, Bambang. 2006. Geografi untuk Kelas XII SMA/MA. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional

Wardiyatmoko, K. 2012. GEOGRAFI untuk SMA kelas XII. Jakarta: Erlangga

Interaksi Keruangan Desa dan Kota 84

Anda mungkin juga menyukai