Anda di halaman 1dari 27

Tugas

“METODOLOGI PENELITIAN”
Tinjauan Pustaka Dan Landasan Teori

YUSRIL IRMAWAN
E1F1 18 003

REKAYASA INFRASTRUKTUR DAN LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu


Berdasarkan Penelitian oleh Duta Andhika Jawa Dwipa tahun 2013 tentang air
minum dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro yang
berjudul “Kadar Sisa Chlor Dan Kandungan Bakteri E.Coli Perusahaan Air
Minum Tirta Moedal Semarang Sebelum Dan Sesudah Pengolahan“. Bahwa
kadar sisa chlor dan kandungan bakteri E.Coli yang ada dalam air hasil PDAM
Tirta Moedal Semarang sebelum dan sesudah proses pengolahan belum
memenuhi persyaratan kualitas sesuai dengan standar kualitas air minum dan
ada hubungan antara kada rsisa chlor dan kandungan bakteri E.Coli sesudah
pengolahan. Penelitian ini dilaksanakan selama 8 hari dengan besar sampel
sebanyak 32 sampel,baik sampel air sebelum dan sampel air sesudah
pengolahan di PDAM Tirta Moedal Semarang. Hasil Penelitian kandungan bakteri
E.Coli sebelum pengolahan adalah 922,56 dan sesudah pengolahan adalah 7,28/
100 ml sampel air, sedangkan kadar sisa chlor sebelum adalah 0,000 dan sesudah
pengolahan adalah 0,13. Hasil uji statistik yang digunakan adalah uji sampel
berpasangan yaitu suatu uji statistik untuk mengetahui perbedaanantara
kandungan bakteri E.Coli dan kadar sisa chlor sebelum dan sesudah pengolahan
serta Uji korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antara kandungan bakteri
E.Coli dan kadar sisa chlor sesudah pengolahan. Darihasil uji statistik diperoleh
p = 0,000 dengan _ = 0,05, pada kandungan bakteri E.Coli dan kadar sisa
chlor terdapat perbedaan yang bermakna antara kandungan bakteri E.Coli dan
kadar sisa chlor sebelum dan sesudahpengolahan.

Berdasarkan Penelitian oleh Benny Syahputra tentang air minum tahun 2012
dari Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik UNISSULA yang berjudul
“Analisa Sisa Chlor Pada Jaringan Distribusi Air Minum PDAM Kota Semarang“.
Bahwa Konsentrasi sisa chlor pada jaringan distribusi air minum PDAM Kota
Semarang daerah layanan Perumahan BSB Jatisari belum memenuhi standar
baku mutu. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menentukan konsentrasi sisa
chlor di setiap node dan untuk mengetahui pengaruh dari jarak reservoir ke
konsumen terhadap konsentrasi sisa chlor. Penelitian ini menggunakan analisis
kuantitatif menggunakan analisis korelasi dan regresi, sedangkan analisis deskriptif
dijelaskan melalui tabel dan grafik. Variabel bebas yang digunakan adalah jarak
distribusi (jarak reservoir ke konsumen), sedangkan variabel terikatnya adalah
konsentrasi sisa chlor. Hasil penelitian juga menunjukkan konsentrasi sisa chlor
pada node terdekat pompa injeksi adalah 1,19 mg/l, sedangkan pada node terjauh
adalah 0,27 mg/l, adanya hubungan negatif antara jarak reservoir ke konsumen
terhadap konsentrasi sisa chlor, dimana semakin bertambah jarak reservoir ke
konsumen maka konsentrasi sisa chlor akan semakin berkurang. Hubungan ini
mempunyai korelasi yang tidak kuat, artinya ada faktor-faktor lain yang juga
ikut mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut yaitu debit aliran, kecepatan aliran,
dimeter pipa dan koefisien kekasaran dinding pipa. Dari perhitungan regresi
didapatkan persamaan y=-0,002+1,17, itu artinya setiap jarak reservoir ke konsumen
bertambah 1 meter maka konsentrasi sisa chlorakan berkurang 0,002 mg/l.
Dengan demikian, sisa chlor akan habis padajarak 585 meter dari reservoir.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Air
Air merupakan zat yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Air yang
dimaksud adalah air tawar atau air bersih yang akan secara langsung dapat dipakai di
kehidupan. Batasan air bersih adalah air yang dapat digunakan oleh manusia untuk
keperluan sehari-harinya yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak, (Kumalasari dan Satoto, 2011).

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.32 tahun 2017 dinyatakan bahwa yang
dimaksud dengan air adalah Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media
Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia
yang dapat berupa parameter wajib dan parameter tambahan Air untuk Keperluan
Higiene Sanitasi tersebut digunakan untuk memeliharaan kebersihan perorangan
seperti mandi dan sikat gigi, serta untuk keperluan cuci bahan pangan, peralatan
makan, dan pakaian. Selain itu Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi dapat
digunakan sebagai air baku air minum Sedangkan didalam UU No. 7 tahun 2004
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada,
diatas ataupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air
permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat. Air permukaan
adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.Air tanah adalah air yang
terdapat dalam lapisan tanah atau bantuan dibawah permukaan tanah.Sumber air
adalah tempat atau wadah air alami dan buatan yang terdapat pada, diatas ataupun
dibawah permukaan tanah.

Selain untuk tubuh, air juga digunakan untuk menunjang kegiatan kehidupan
manusia. Misalnya untuk irigasi pertanian, pendinginan dan pencucian mesin industri
dan proses industri, transportasi laut dan sungai, serta untuk kegiatan rumah tangga
seperti memasak, mencuci dan mandi. (Kumalasari dan Satoto, 2011) Namun tidak
semua air yang tersedia tersebut dapat digunakan begitu saja terutamaoleh manusia,
melainkan hanya yang telah memenuhi kriteria tertentu dan air bersih yang benar-
benar dapat langsung dimanfaatkan oleh manusia. Sesuai dengan Permenkes No. 416
Tahun 1990 tentang air bersih, air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari adalah
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Sedangkan air minum sendiri yaitu air yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Syarat kesehatan dari kualitas air tersebut
meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika kimia, dan radioaktif. Hal ini menjadikan
air bersih terutama air minum sesuatu yang penting untuk selalu ada bagi manusia.
Sejalan dengan peningkatan jumlah populasi manusia ditambah beberapa factor
seperti rusaknya daerah tangkapan air dan pencemaran lingkungan telah
mengakibatkan terjadinya krisis air bersih baik secara global maupun di Indonesia
sendiri. Potensi sebagai negara yang kaya air, ternyata tidak mampu menghindarkan
Indonesia dari krisis air bersih. Setiap kali musim kemarau tiba berbagai daerah
mengalami kekeringan air. Bahkan ketika musim penghujan pun krisis air bersih
tetap mengintai lantaran surplus air yang kerap mengakibatkan banjir sehingga
sumber air tidak dapat dimanfaatkan. Krisis air bersih membuat sebagian besar
penduduk Indonesia terutama di daerah-daerah sulit air mengkonsumsi air yang
seharusnya tidak layak minum.

2.2.2 Karasteristik Air


1. Karasteristik fisik air :
a) Kekeruhan: dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan
organic yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang
dihasilkan oleh buangan industri.
b) Temperatur: kenaikan temperature air menyebabkan penurunan kadar
oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan
menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang
mungkin saja terjadi.
c) Warna air: dapat ditimbulkan oleh kehadiran mikoorganisme, bahan-
bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa
organik serta tumbuh-tumbuhan.
d) Solid (zat padat): kandungan zat padat menimbulkan baubusuk, juga
dapat meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat
menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air.
e) Bau dan rasa: dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti
alga serta olehadanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi
anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu.

2. Karsteristik kimia air :


a) pH : pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa,
korosivitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa
lebih toksik dalam bentuk molekul, Disosiasi senyawa-senyawa tersebut
dipengaruhi oleh pH. Tingkat keasaman suatu larutan yang diukur
dengan skala 0 s/d 14. Tinggi rendahnya pH air sangat dipengaruhi oleh
kandungan mineral lain yang terdapat dalam air. pH air standar adalah
6,5 s/d 8,5. Air dibawah 6,5 disebut asam, sedangkan di atas 8,5 disebut
basa.
b) DO (dissolved oxygen) : jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesis dan absorbs atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO
maka kualitas air semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam
persentase saturasi (Kristianto, 2014).
c) BOD (biological oxygen demand) : banyaknya oksigen dalam ppm atau
miligram/liter (mg/l) yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk
menguraikan bahan – bahan organic (zat pencerna) yang terdapat di
dalam air buangan secara biologi. BOD dan COD digunakan untuk
memantau kapasitas self purification badan air penerima
(Kristianto,2014).
d) COD (chemical oxygen demand) : banyaknya oksigen dalam ppm atau
miligram/liter (mg/l) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik
secara kimia (Kristianto, 2014). Reaksi: + 95% terurai Zat Organik + O2
→ CO2 + H2O
e) Kesadahan : kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektivitas
pemakaian sabun, tetapi sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar.
Di dalam pemakaian untuk industry (air ketel, air pendingin, atau
pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan
yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang
tinggi dalam air.
f) Senyawa-senyawa kimia yang beracun : kehadiran unsur arsen (As) pada
dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap manusia sehingga
perlu pembatasan yang agak ketat (± 0,05 mg/l). Kehadiran besi (Fe)
dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau logam,
menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen
terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia.
2.2.3 Sumber Air Baku
Ada beberapa sumber air baku yang digunakan dalam penyediaan air bersih
antara lain sebagai berikut :
a. Air laut
Air laut mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar garam
NaCl dalam air laut sebesar 3%, dengan ini maka air laut tidak memenuhi
syarat untuk air bersih (Sutrisno, 2006).
b. Air Hujan
Air hujan dalam keadaan murni sangat bersih, karena adanya pengotoran dari
udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya,
maka untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu
menampung air hujan, jangan dimulai pada saat hujan mulai turun karena
masih banyak mengandung kotorankotoran. (Sutrisno, 2006).
c. Air Permukan
Air permukaan adalah air yang terdapat dipermukaan tanah seperti sungai,
danau rawa dan sebagainya. Dibanding dengan sumber-sumber air lainnya air
permukaan mudah sekali mengalami Disamping pencemaran disebabkan oleh
kegiatankegiatan manusia dan juga oleh flora dan fauna. Adapun yang
dikatakan air permukaan adalah : pencemaran. Disamping pencemaran
disebabkan oleh kegiatankegiatan manusia dan juga oleh flora dan fauna.
Adapun yang dikatakan air permukaan adalah :
1) Air Sungai
Penggunaan air bersih haruslah diolah terlebih dahulu, mengingat air
bersihh ini pada umumnya derajat pengetorannya lebih tinggi.
2) Air Rawa/Danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna kuning-coklat yang disebabkan oleh
adanya zat-zat organisme yang telah membusuk misalnya asam humus
dalam air. Dengan adanya pembusukan kadar zat organisme sangat
tinggi, maka umunya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula.
3) Air Tanah
Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah, terdapat di antara
butir-butir tanah atau dalam retakan bebatuan. Ciri-ciri air tanah yaitu
memiliki suspended solid rendah dan dissolved solid tinggi.
Permasalah yang timbul pada air tanah adalah tingginyaangka
kandungan total dissolved solid (TDS) besi, mangan, dan kesadahan
air tanah dapat berasal dari mata air kaki gunung, ataudi sepanjang
aliran air sungai atau berasal dari air tanah dangkal dengan
kedalaman 15-30 m, yaitu air sumur gali, sumur bortangan, serta
yang berasal dari tanah dalam yaitu air sumur bor yang dalamnya
lebih dari 30 m atau bahkan terkadang mencapai 100 m ( Pitojo,
2002 ).

2.2.4 Proses Pengolahan Air Bersih


Tujuan pengolahan air bersih merupakan upaya untuk mendapatkan air
bersih dan sehat sesuai dengan standard mutu air. Proses pengolahan air bersih
merupakan proses fisik, kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat
untuk digunakan sebagai airminum (Mulia, 2005). Sumber air untuk keperluan
domestik dapat berasal dari beberapasumber, misalnya dari aliran sungai
yang relatif masih sedikit terkontaminasi, berasal dari mata air pegunungan,
berasal dari danau,berasal dari tanah, atau sumber lain, seperti air laut. Air tersebut
harus terlebih dahulu diolah di dalam wadah pengolahan air sebelum di
distribusikan kepada pengguna. Variasi sumber air akan mengandung senyawa
yang berbeda, maka sudah menjadi kewajiban pengelola air untuk menjadikan
air aman untuk dikonsumsi, yaitu airyang tidak mengandung bahan berbahaya
untuk kesehatan berupa senyawa kimia untuk mikroorganisme (Manihar, 2007).

PDAM di Indonesia umumnya menggunakan instalasi pengolahan air (IPA)


secara fisika dan kimiawi. Pada dasarnya, pengolahan air tersebut dibagi menjadi 3
bagian yaitu :
1. Intake Building
Sesuai dengan namanya, bangunan ini berfungsi sebagai tempat pertama
masuknya air dari sumber air. Bangunan ini dilengkapi dengan screen bar yang
berfungsi untuk menyaring benda-benda asing yang terdapat dalam air. Selanjutnya
air akan masuk ke dalam bak besar sebelum dipompakan ke water treatment plant.

2. Water Treatment Plant


WTP merupakan instalasi utama pengolahan air bersih. Terdapat beberapa
bagian pengolahan pada STP yang membuat air menjadi layak digunakan. Adapun
bagian tersebut :
1. Koagulasi
Bagian pertama kita kenal dengan bak koagulasi. Di bak ini air akan di
destabilisasi dari partikel koloid/kotoran. Proses destabilisasi dapat dilakukan
secara kimiawi dengan penambahan zat tawas (aluminium sulfat) maupun
dengan cara fisika yaitu dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis
(terjunan atau hydrolic jump) dan secara mekanis (batang pengaduk) agar
tawas bercampur merata dengan air.
2. Flokulasi
Proses selanjutnya adalah flokulasi untuk membentuk dan memperbesar flok
(kumpulan kotoran). Prosesnya air akan diaduk perlahan agar tawas yang
tercampur di air dapat mengikat partikel kotoran dan membentuk flok yang
lebih besar agar lebih mudah mengendap.
3. Sedimentasi
Setelah flok terbentuk (biasanya berbentuk lumpur), air akan masuk ke bak
sedimentasi dimana berat jenis flok yang lebih berat akan otomatis mengendap
di dasar bak dan air bersih dapat terpisah dari lumpur.
4. Filtrasi
Setelah air terpisah dari lumpur, air akan disaring lagi agar benar-benar bersih
dengan dimasukkan ke bak filtrasi. Bak filtrasi dapat menggunakan teknologi
membran, namun dapat pula disubtitusi dengan media lainnya seperti pasir dan
kerikil silica. Proses ini dilakukan dengan bantuan gaya grafitasi.
5. Desinfektasi
Setelah proses pengolahan selesai, biasanya juga dilakukan proses tambahan
(disinfeksi) berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dll untuk
menghindari adanya potensi kuman dan bakteri yang terkandung di dalam air

Ada banyak cara untuk pengolahan air untuk keperluan air bersih, tergantung
pada jenis senyawa atau partikel yang terdapat di dalam air yang akan diolah dan
jenis sumber bahan baku air. Modifikasi pengolahan air dan pemilihan serta
penambahan bahan pengendap dapat dilakukan untuk efisiensi pengolahan air
bersih. Menurut Manihar (2007), beberapa bagian atau langkah penting
pengolahan air (bukan hanya air minum) yang sering dilakukan untuk mendapatkan
air bersih adalah :
1. Kaporit Chlorin bila ditambahkan ke dalam air akan terhidrolisisdengan
cepat menghasilkan ionchlordan asam hipochlorit.
2. Ozon atau O3 bersifat mudah larut dalam air dan mudahterdekomposisi
pada temperatur dan pH tinggi. Penggunaanozon lebih aman dibanding
kaporit, terutama bagi mereka yangsensitif terhadapchlor. Pengolahan dengan
proses ozonisasidilakukan dengan cara menyaring air,
mendinginkannya,tekanan ditinggikan, dan ozon dipompakan ke dalam wadah
airselama 10-15 menit. Permasalahannya adalah kelarutan ozondi dalam
air relatif kecil sehingga kekuatan desinfektannyasangat terbatas. Ozon
sangat bereaksi dengan cepat yangmenyebabkan persistensinya di dalam
air hanya sebentar saja.
3. Iodine dan Bromin Sudah sejak lama senyawa ini digunakan sebagai antiseptik
pada luka, meskipun penggunaanya sebagai disinfektan tidakatau kurang
populer sampai saat ini. Dibandingkan dengan chlorin, penggunaan ion
memerlukan biaya lebih besar. Seperti halnya chlorin dan bromine, efektifitas
iodine dalam membinasakan bakteri dan kista sangat tergantung pada
pH.Tetapi dalam membinasakan virus iodin lebih efektif daripadachlorin
dan bromine. Bromin merupakan bakterisida dan virusida yang efektif.Karena
kehadiran ammonia dalam air bromin masih lebih efektif bila dibandingkan
dengan chlorin.
4. Desinfektan Beberapa desinfektan belum atau tidak banyak digunakankarena
kurang efektifatau karena penggunaannya masihmerupakan hal baru.
Desinfektan tersebut adalah :
a. Ferrat merupakan garam dari asam ferric (H2FeO4) dimana Fe
bervalensi 6. Sebagai bakterisida dan virusida, ferrat lebih baik
daripadachloramin.
b. Hidrogen Peroksida (H2O2) adalah oksidator kuat yang digunakan pula
sebagai desinfektan. Penggunaannya tidak populer, karena harganya
mahal dan konsentrasi yang diperlukan sebagai desinfektan cukup tinggi.
c. Kalium Permanganat Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan
oksidator kuat yang sudah lama digunakan. Dalam prosespengolahan
air bersih, penggunaan KMnO4 adalah sebagai oksidator untuk
mengurangi kadar Fe dan Mndalam air, serta untuk menghilangkan
rasa dan bau dari airyang diolah. Selain itu, kalium permanganat
digunakanpula sebagai algisida. Penggunaannya sangat terbataskarena
harganya mahal, daya bakterisidanya rendah sertawarnanya mengganggu
bila digunakan pada konsentrasi tertentu.
5. Chlorinisasi adalah proses pemberian chlorin ke dalam air yang telah
menjalani proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam proses
purifikasi air. Chlorin banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri,
air kolam renang, dan air minum di negara-negara sedang berkembang
karena sebagai disinfektan, biayanya relatif lebih murah, mudah, dan
efektif. Senyawa-senyawa chlor yang umum digunakan dalam proses
chlorinasi, antara lain, gaschlorin, senyawa hipochlorit, chlordioksida,
brominchlorida, di hidroisosianurat dan chloramin (Chandra, 2006). Chlorinasi
akhir, yaitu pemakaian chlorin setelah pengolahan, merupakan metode yang
umum. Chlorinasi awal, yaitu pemakaian chlorin sebelum pengolahan, akan
menyempurnakan koagulasi, mengurangi beban filter dan mencegah
tumbuhnya ganggang (Linsley,1991).
Adapun kegunaan darichlorin menurut Chandra, 2006 antara lain:
1) Memiliki sifat bakterisidal dan gerimisidal
2) Dapat mengoksidasi zat besi, mangan, dan hidrogen sulfida
3) Dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air
4) Dapat mengontrol perkembangan alga dan organismepembentukan
lumut yang dapat mengubah bau dan rasa padaair
5) Dapat membantu proses koagulasi
Berdasarkan fungsi di atas, maka untuk kondisi tertentu chlorinasi
juga dapat dibubuhkan sebelum proses pengolahan atau disebut juga dengan
proses pre chlorinasi. Sedangkan untuk keperluan disinfeksi, pembubuhan
chlorine yang dilakukan direservoi rdikenal sebagai prosespost chlorinasi
( Darmasetiawan, 2004). Senyawa chlor dalam air akan bereaksi dengan
senyawa organik maupun anorganik tertentu membentuk senyawa baru.
Beberapa bagian chlorakan tersisa yang disebut sisachlor. Pada mulanya
sisa chlor merupakan chlorterikat, selanjutnya jika dosischlor ditambah maka
sisa chlorterikat akan semakin besar, danpada suatu ketika tercapai kondisi
break point chlorination (titik batas). Pertambahan dosis chlor setelah titik ini
akan memberi sisa chlor yang sebanding dengan penambahan chlor
(Nasrullah,2005).
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan ketika melakukan proses
chlorinasi menurut Chandra 2006, antara lain:
1) Air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada airakan
menghambat proses chlorinasi.
2) Kebutuhan chlorin harus diperhitungkan secara cermat agardapat
dengan efektif mengoksidasi bahan-bahan organik dandapat
membunuh kuman patogen dan meninggalkan sisa chlorin bebas
dalam air.
3) Tujuan chlorinasi pada air adalah untuk mempertahankan sisachlorin
bebas sebesar 0,2 mg/l di dalam air. Nilai tersebut merupakan
margin of safety (nilai batas keamanan) pada air untuk membunuh
kuman patogen yang mengkontaminasi padasaat penyimpanan dan
pendistribusian air.
4) Dosischlorin yang tepat adalah jumlahchlorin dalam airyangdapat
dipakai untuk membunuh kuman patogen serta untuk mengoksidasi
bahan organik dan untuk meninggalkan sisachlorin bebas sebesar 0,2
mg/l dalam air.
Pemberian chlorin pada disinfeksi air dapat dilakukan melalui
beberapa cara yaitu dengan pemberian gaschlorin, chloramin, atau
perchloron. Gaschlorin merupakan pilihan utamakarena harganya
murah, kerjanya cepat, efisien, dan mudah digunakan. Gaschlorin
harus digunakan secara hati-hati karena gasini beracun dan dapat
menimbulkaniritasi pada mata. Alatchlorinasi berbahan gaschlorin
ini disebut sebagai chlorinating equipments.Alat yang sering dipakai
adalah Paaterson’s Chloronome yang berfungsi untuk mengukur dan
mengatur pemberian gaschlorin pada persediaan air (Chandra, 2006).
Menurut Waluyo (2009), Kecepatan dan keampuhan dalam proses
chlorinasi tergantung dari beberapa faktor yaitu : Keadaan
Mikroorganisme Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan
mikroorganisme, Jenis dan Konsentrasi Desinfektan, Waktu Kontak.

2.2.5 Sumber Pencemaran Air Bersih


Ada beberapa penyebab terjadinya pencemaran air diantaranya sebagai berikut
a. Limbah Pertanian
Pada bidang pertanian, banyak digunakan zat kimia untuk memelihara dan
menyuburkan pertanian. Misalnya penggunaan senyawa organoklor yang
difungsikan sebagai insektisida (pembasmi hama serangga), penggunaan
fungisida (pembasmi cendawan), dan penggunaan herbisida (pembasmi
rumputrumputan). (Kumalasari dan Satoto, 2011) Pupuk pertanian di satu
pihak membantu kita untuk meningkatkan produksi pangan. Namun, kelebihan
penggunaan pupuk pun akan menyeb abkan pencemaran air. Kelebihan pupuk
tersebut tidak berguna bagi tanaman, bahkan kalau terlarut dalam air akan
terbawa oleh aliran air, pupuk akan terkumpul di suatu tempat, misalnya
empang danau, dan waduk. Pupuk tersebut akan menyuburkan tumbuhan-
tumbuhan air. Jenis tumbuhan tersebut tumbuhnya begitu cepat sehingga
sifatnya mengganggu. (Kumalasari dan Satoto, 2011).
b. Limbah Industri
Limbah industri jika tidak diolah terlebih dahulu dapat merusak lingkungan.
Berikut beberapa limbah industri yang cukup berbahaya bagi manusia :
a. Pencemaran Merkuri (Hg dan senyawa Hg) Merkuri dan senyawanya
digunakan di dalam industri pembuatan gas Cl2 dan soda api dari larutan
NaCl. Gas klor banyak digunakan untuk zat pemutih pada industri kertas,
kain, pencuci hama, dan sebagainya. Limbah industri tersebut dibuang ke
laut atau sungai, tanpa pengolahan terlebih dahulu, sehingga Hg serta
senyawa Hg terbawa aliran sungai dan tenggelam di dasar laut atau
sungai, dimana berat jenis Hg dan senyawanya lebih besar daripada berat
jenis air laut dan air sungai (Kumalasari dan Satoto, 2011). Bakteri di
dasar sungai aktif terhadap Hg dan senyawanya membentuk senyawa Hg
yang larut dalam air. Bakteri yang mengandung senyawa Hg ada yang
dimakan oleh ikan kecil di air, yang kemudian dimakan oleh ikan yang
lebih besar atau binatang laut lainnya. Ikan dan binatang laut tersebut
dimakan manusia. Jadi, perpindahan senyawa Hg dari dasar laut atau
sungai berpindah melalui rantai makanan dari binatang kecil sampai pada
manusia. (Kumalasari dan Satoto, 2011).
b. Minyak sebagai pencemar air
Sebagian besar minyak pencemar berasal dari cara kerja kapal. Kapal
atau tanker yang minyaknya sudah di pompa ke luar saat berlabuh
menjadikannya dalam keadaan tidak stabil dan tidak seimbang. Untuk
mencapai kestabilan kembali, air laut dipompa kembali ke dalam tangki
minyak yang kosong, dimana air laut akan bercampur dengan sisa
minyak dalam tangki tersebut. Ketika kapal tersebut kembali mengangkut
minyak, air laut yang bercampur dengan minyak yang beada di dalam
tanker langsung dipompa ke lepas pantai. (Kumalasari dan Satoto, 2011)
Akibat dari peristiwa tersebut, minyak yang berat jenisnya lebih kecil
daripada berat jenis air laut akan mengapung dan menutupi permukaan
air laut. Karena lapisan tipis minyak akan mengurangi daya serap gas
oksigen serta karbondioksida dari udara, bahkan menghalangi sinar
matahari yang akan masuk ke dalam air laut. Hal tersebut sangat
mengganggu proses fotosintesis tumbuhan laut. Berkurangnya oksigen
yang terlarut akan mengganggu kehidupan ikan dan binatang laut
lainnya. (Kumalasari dan Satoto, 2011)
c. Limbah Rumah Tangga
Penduduk yang tinggal di pemukiman, perumahan, dan perkampungan
dalam kesehariannya menggunakan detergen untuk mencuci pakaian,
perkakas rumah tangga, bahkan mungkin kendaraan bermontor. Detergen
mempunyai daya larut terhadap minyak maupun lemak cukup baik,
sehingga daya bersihnya terhadap kotoran minyak cukup tinggi. Namun,
limbah detergen suli diuraikan oleh bakteri mikroorganisme. (Kumalasari
dan Satoto, 2011)
Senyawa detergen yang mengandung fosfat bersifat sebagai pupuk
sehingga dapat menyuburkan tumubuhan air, seperti eceng gondok yang
mengganggu. Peristiwa tersebut disebut dengan istilah eutrofikasi
(ledakan jumlah alga dan fitoplankton). Ledakan jumlah alga dan
fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk fotosintesis.
Karena terlalu banyak alga dan fitoplankton akan mengalami kematian
secara massal, serta terjadi kompetisi dalam mengkonsumsi O2 karena
terlalu banyak organisme pada tempat tersebut. Sisa respirasi akan
menghasilkan banyak CO2 sehingga kondisi perairan menjadi anoxic dan
menyebabkan kematian massal pada hewan-hewan di perairan tersebut.
(Kumalasari dan Satoto, 2011).
c. Limbah Rumah Tangga
Penduduk yang tinggal di pemukiman, perumahan, dan perkampungan dalam
kesehariannya menggunakan detergen untuk mencuci pakaian, perkakas rumah
tangga, bahkan mungkin kendaraan bermontor. Detergen mempunyai daya
larut terhadap minyak maupun lemak cukup baik, sehingga daya bersihnya
terhadap kotoran minyak cukup tinggi. Namun, limbah detergen suli diuraikan
oleh bakteri mikroorganisme. Senyawa detergen yang mengandung fosfat
bersifat sebagai pupuk sehingga dapat menyuburkan tumubuhan air, seperti
eceng gondok yang mengganggu. Peristiwa tersebut disebut dengan istilah
eutrofikasi (ledakan jumlah alga dan fitoplankton). Ledakan jumlah alga dan
fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk fotosintesis. Karena
terlalu banyak alga dan fitoplankton akan mengalami kematian secara massal,
serta terjadi kompetisi dalam mengkonsumsi O2 karena terlalu banyak
organisme pada tempat tersebut. Sisa respirasi akan menghasilkan banyak CO2
sehingga kondisi perairan menjadi anoxic dan menyebabkan kematian massal
pada hewan-hewan di perairan tersebut (Kumalasari dan Satoto, 2011).

2.2.6 Kebutuhan Air Bersih Penduduk


Kebutuhan/permintaan air adalah jumlah air yang diperlukan untuk menunjang
segala kegiatan manusia. Kebutuhan air penduduk meliputi kebutuhan air bersih
domestik dan non domestik (Kodoatie, 2003). Air domestik adalah air yang
digunakan untuk keperluan rumah tangga. Kebutuhan air domestik sangat ditentukan
oleh jumlah penduduk dan konsumsi perkapita. Kecenderungan populasi dan sejarah
populasi dipakai sebagai dasar perhitungan kebutuhan air domestik terutama dalam
penentuan kecenderungan laju pertumbuhan. Pertumbuhan ini juga tergantung dari
rencana pengembangan dari tata ruang wilayah. Daerah permukiman di perkotaan
dengan daerah permukiman dipedesaan dalam kebutuhan airnya sangat berbeda
karena mempunyai karakterstik yang berbeda. Dalam pedoman tentang kualitas air
minum, WHO mendefinisikan air domestik sebagai air yang digunakan untuk semua
keperluan domestik termasuk konsumsi, mandi, dan persiapan makanan (WHO
dalam howard dan bartram, 2003).
Ini berarti bahwa kebutuhan akan kecukupan air digunakan untuk semua
kebutuhan dan tidak semata-mata untuk konsumsi air saja. Air merupakan nutrisi
dasar dari tubuh manusia dan berperan penting bagi kehidupan manusia yang
mendukung dalam proses pencernaan makanan, adsorpsi, transportasi, dan lain-lain
dalam tubuh manusia. Air juga berperan penting dalam persiapan pangan dan
makanan, yang semuanya itu termasuk dalam kebutuhan konsumsi. Dengan
mempertimbangkan kebutuhan minum dan memasak, maka sekitar 7,5 liter per hari
dapat dikalkulasi sebagai dasar minimum air yang diperlukan (Howard & Bartram,
2003). Perlunya tambahan volume untuk menjaga kebersihan makanan dan personal
seperti mencuci tangan dan makanan, mandi, dan mencuci pakaian Secara kuantitas
jumlah kebutuhan air untuk rumah tangga per kapita tidaklah sama di setiap daerah,
di Indonesia Standar Kebutuhan Air Bersih per kapita dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Standar Kebutuhan Air Per-kapita

Di dalam lingkungan rumah tangga peranan air dibutuhkan untu kelangsungan


hidup secara fisik, higienis, dan kenyamanan. Bila kepentingan untuk fisik dan
higienis terpenuhi, maka fungsi air untuk kenyamanan kemudian berkembang sejalan
dengan cara hidup dan sulit untuk menyatakan ukuran kebutuhan air untuk
kenyamanan tersebut. Dalam memperkirakan jumlah kebutuhan air untuk rumah
tangga sehari-hari dihitung berdasarkan standar kebutuhan minimum penduduk yang
meliputi kebutuhan air untuk makan, minum, mandi, kebersihan rumah dan
menyiram tanaman. Air non domestik adalah air yang digunakan untuk keperluan
perkantoran, pariwisata, tempat ibadah, tempat sosial serta tempat komersil dan
umum lainnya. Kebutuhan air komersil untuk suatu daerah cenderung meningkat
sejalan dengan peningkatan penduduk dan perubahan tataguna lahan. Kebutuhan air
ini dapat mencapai 20 persen sampai dengan 25 persen dari total suplai (produksi)
air. Kebutuhan air bersih untuk saat ini dapat diidentifikasi namun untuk untuk
kebutuhan industri yang akan datang cukup sulit untuk diperkirakan karena kesulitan
mendapat data yang akurat (Kodoatie, 2003).

2.2.7 Kebutuhan Air Bersih Penduduk


Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum bahwa penyediaan air bersih
dilakukan dengan 2 (dua) tipe yaitu air bersih dengan perpipaan dan non-perpipaan
dimana kedua tipe ini merupakan ketentuan yang menggambarkan kondisi yang
layak dalam penyediaan air bersih penduduk. Penyediaan air bersih dengan sistem
perpipaan terdiri atas sambungan rumah tangga atau perkantoran, hidran/kran umum
dan hidran kebakaran. Dalam buku penjelasan Program Perbaikan Lingkungan
Perumahan Kota (PLPK) diterangkan bahwa standar untuk pelayanan hidran umum
yaitu: Setiap kampung terdiri dari 3-10 unit hidran untuk melayani masyarakat antara
30-50 ltr/org/hr. Jarak antar kran 100 s.d 150 m disesuaikan kondisi, satu kran
umum/ ha dapat melayani 300-400 orang (DJCK PU dalam Eda, 2007). Sedangkan
untuk sistem bukan perpipaan, penyediaan air bersih penduduk berupa sumur gali,
sumur bor, bak penampungan air hujan, terminal air, dan bangunan perlindungan
mata air.

Untuk sebuah sistem penyediaan air minum, perlu diketahui besarnya


kebutuhan dan pemakaian air. Kebutuhan air dipengaruhi oleh besarnya populasi
penduduk, tingkat ekonomi dan faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, data mengenai
keadaan penduduk daerah yang akan dilayani dibutuhkan untuk memudahkan
permodelan evaluasi sistem distribusi air minum. Kebutuhan air bersih berbeda
antara kota yang satu dengan kota yang lainnya. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan air bersih menurut Linsey and Franzini (1986) adalah :

1) Iklim
Kebutuhan air untuk mandi, menyiram taman, pengaturan udara dan
sebagainya akan lebih besar pada iklim yang hangat dan kering daripada di
iklim yang lembab. Pada iklim yang sangat dingin, air mungkin diboroskan di
keran-keran untuk mencegah bekunya pipa-pipa.
2) Ciri-ciri Penduduk
Pemakaian air dipengaruhi oleh status ekonomi dari para langganan.
Pemakaian perkapita di daerah miskin jauh lebih rendah daripada di
daerahdaerah kaya. Di daerah-daerah tanpa pembuangan limbah, konsumsi
dapat sangat rendah hingga hanya sebesar 10 galon per kapita atau setara 40
liter / kapita per hari.
3) Masalah Lingkungan Hidup Meningkatnya perhatian masyarakat terhadap
berlebihannya pemakaian sumber-sumber daya telah menyebabkan
berkembangnya alat-alat yang dapat dipergunakan untuk mengurangi jumlah
pemakaian air di daerah pemukiman.
4. Keberadaan Industri dan Perdagangan Keberadaan industri dan perdagangan
dapat mempengaruhi banyaknya kebutuhan air perkapita dari suatu kota.
5. Iuran Air dan Meteran Bila harga air mahal, orang akan lebih menahan diri
dalam pemakaian air dan industri mungkin mengembangkan persediaannya
sendiri dengan biaya yang lebih murah. Para langganan yang jatah airnya
diukur dengan meteran akan cenderung untuk memperbaiki kebocoran-
kebocoran dan mempergunakan air dengan jarang. Pemasangan meteran pada
beberapa kelompok masyarakat telah menurunkan pengguanaan air hingga
sebanyak 40 persen.
6. Ukuran Kota Penggunaan air perkapita pada kelompok masyarakat yang
mempunyai jaringan limbah cenderung untuk lebih tinggi di kota-kota besar
daripada di kota kecil. Secara umum, perbedaan itu diakibatkan oleh lebih
besarnya pemakaian sektor industri, lebih banyaknya taman-taman, lebih
banyaknya pemakaian air untuk perdagangan dan barang kali juga lebih banyak
kehilangan dan pemborosan di kota-kota besar.

Untuk memproyeksi jumlah kebutuhan air bersih dapat dilakukan berdasarkan


perkiraan kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan ditambah perkiraan kehilangan
air. Adapun kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan pada umumnya dapat dibagi
dalam :

Sebagai indikator dalam perencanaan pembangunan air bersih, WHO


menetapkan kategori sumber air bersih penduduk ke dalam 2 (dua) kategori
(WHO/UNICEF, 2005) yaitu sumber yang terpelihara/terjaga (Improved Water
Source) dan sumber yang tidak terjaga (Not Improved Water Source). Kategori
sumber air yang terjaga diartikan sebagai sumber air bersih yang karena kontruksi
dan proses penyalurannya terpelihara dari bahan kontaminasi dari luar baik secara
fisik, kimia, dan bakteriologis. Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Kategori Sumber Air Bersih


2.2.8 Permasalahan Air Penduduk
Air bersih bagi penduduk di suatu wilayah merupakan suatu prasarana yang
sangat penting untuk menunjang keberlangsungan daerah tersebut untuk
berkembang. Sejalan dengan meningkatnya populasi penduduk, maka kebutuhan
untuk air bersih pun meningkat, baik dalam kualitas maupun kuantitas. Air bukan
lagi sebagai barang yang tersedia secara melimpah dan bebas digunakan, melainkan
telah menjadi komoditi ekonomi yang makin langka, sehingga diperlukan
pengelolaan yang tepat(Kodoatie & Robert, 2002). Oleh karena itu penyediaan
prasarana air bersih merupakan sesuatu yang harus direncanakan dan dipersiapkan
dengan matang. Air bersih di permukiman harus selalu tersedia dengan volume yang
sesuai kebutuhan, jarak pengambilan dan waktu pengambilan yang mudah diakses
oleh semua penduduk serta harga yang terjangkau.

Kekurangan air bersih oleh masyarakat akan menimbulkan masalah pada


beberapa aspek yang akibatnya dapat terasa secara langsung atau tidak langsung oleh
masyarakat. Bagi masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang baik
dapat memenuhi air bersih dengan membeli air dari bersih tangki yang dijual atau
membeli air kemasan isi ulang. Sedangkan masyarakat miskin, dimana mereka sudah
memiliki uang terbatas cara untuk memenuhi kebutuhan air bersih dengan cara
mengurangi jumlah konsumsi air bersih atau memakai air apa saja yang tidak jelas
kualitasnya. Seperti ini terjadi pada masyarakat yang ada di sebagian wilayah
Kabupaten Agam, mereka banyak memakai air sungai, danau, air sumur yang tidak
layak untuk keperluan sehari-harinya.

Dengan mengurangi jumlah konsumsi air dibawah standar dan sumber air
bersih yang digunakan tidak memenuhi kualitas air bersih berpengaruh pada
menurunnya tingkat kesehatan. Masyarakat yang kurang sehat tidak dapat mengikuti
pendidikan dengan baik dan tingkat produktivitasnya akan menurun karena sering
sakit, pendapatan berkurang sedangkan pengeluaran bertambah karena harus
membeli air bersih. Disini terlihat sekali pentingnya masyarakat mempunyai akses
terhadap air bersih agar mereka dapat lebih sejahtera dikemudian hari.
Menurut Johnstone dan Wood dalam Mungkasa (2006) menerangkan bahwa
masyarakat yang tidak dapat mengakses air bersih harus menanggung konsekuensi
berupa:
1. Tingginya biaya untuk memperoleh air bagi masyarakat yang tidak punya
akses. Masyarakat menghabiskan sekitar 10-40% dari penghasilannya atau
mungkin 10-100 kali lipat harga air tarif rata-rata (Black dalam Mungkasa,
2004). Sedangkan air minum dianggap mahaljika pengeluaran melampaui 3
persen dari pendapatan rata-rata penduduk (Water Academy dalam Mungkasa,
2004).
2. Konsumsi air bersih menurun. Dengan tingginya biaya, jauh jarak dan waktu
yang lama untuk mendapatkan air bersih menjadikan masyarakat tidak dapat
memenuhi kebutuhan standar air bersih. Hilangnya pendapatan karena
turunnya produktivitas dan bertambahnya biaya kesehatan. Dengan tidak
adanya akses ke air bersih berpengaruh langsung atau tidak langsung pada
pendapatan dan kesehatan karena banyak masyarakat yang terkena penyakit.

Menurut Bappenas(2007) dalam Subagyo et al, (2013) akses terhadap air bersih
meliputi 5 (lima) indikator yaitu kualitas, kuantitas, kontinuitas, kehandalan layanan,
keterjangkauan (jarak, waktu, dan harga). Capaian dari sasaran pembangunan sektor
air bersih sesuai dengan target MDG’s dikendalikan dengan indikator pemantauan
berupa proporsi/jumlah penduduk yang menggunakan sumber air bersih yang
terjaga/improved water source(UNESCO-International Hydrological Programme,
2015). Adapun untuk standar akses penduduk terhadap air bersih dapat dijelaskan
sebagaimana tabel 2.3 berikut :
Tabel 2.3 Standar Akses Penduduk Terhadap Air Bersih

Tabel 2.3 Standar Akses Air Bersih Penduduk

2.2.9 Kehilangan Air


Istilah lain yang serinng digunakan untuk kehilangan air adalah Non-Revenue
Water. Definisi dari kehilangan air adalah perbedaan jumlah air yang diproduksi oleh
produsen air dan jumlah air yang terjual ke konsumen sesuai dengan yang dicatat di
meter-meter air pelanggan (Kodoatie dan Sjarief 2005). Tingkat kehilangan air
adalah presentase perbandingan antara kehilangan air dan jumlah air yang dipasok
kedalam jaringan perpipaan air. Mengikuti pemahaman internasional, maka terdapat
dua jenis kehilangan air (Irzal Djamal, Firdaus Ali, Rian Nugroho, Agus Kretarto dan
Rusdiati Utami, 2009), yaitu :
1. Kehilangan air pada sistem distribusi, termasuk didalamnya kebocoran pipa,
fitting, kebocoran pada tangki dan reserfoir air yang melimpah keluar dari
reservoir, dan open-drain atau sistem blow-offs yang tidak memadai.
Kehilangan ini disebut dengan real losses atau disebut sebagai kehilangan
teknis. Kehilangan teknis dipahami sebagai kehilangan air secara fisik dari
sistem yang bertekanan, sampai dengan titik meter air pelanggan. Volume
kehilangan tahunan berdasarkan semua tipe kebocoran, pipa pecah, debit, dan
rata-rata lamanya kebocoran individu.
2.3 Kehilangan non fisikal, yang berakibat kepada kehilangan penerimaan atas
pengelolaan air, termasuk didalamnya meteran yang tidak akurat hingga
penggunaan air secara tidak sah dan illegal, kehilanagan itu disebut sebagai
apparet losses atau kehilangan air komersil. Kehilangan air komersil dipahami
sebagai perhitungan untuk semua tipe dari ketidakakuratan termasuk meter air
produksi dan meter air pelanggan, ditambah konsumsi tidak resmi.

2.2.Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit


Air sangat dibutuhkan oleh manusia tetapi air juga dapat menimbulkan
berbagai gangguan kesehatan terhadap pemakainya karena mengandung mineral atau
zat-zat yang tidak sesuai untuk dikonsumsi sehingga air dapat menjadi media penular
penyakit. Didalam menularkan penyakit air berperan dalam empat cara :
1. Water Borne Kuman petogen dapat berada dalam air minum untuk manusia
dan hewan. Bila air yang mengandung kuman patogen ini terminum maka
dapat menjadi penyakit pada yang bersangkutan. Penyakit menular yang
disebarkan oleh air secara langsung ini sering kali dinyatakan sebagai penyakit
bawaan air atau “Water Borne Disease”. Penyakit-penyakit tersebut
diantaranya : kholera, penyakit typhoid, penyakit hepatitis infeksiosa, penyakit
disentri basiler. Penyakit– penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikroba
penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk
kebutuhan sehari-hari.
2. Water Washed Cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan air bagi
kebersihan umum alat-alat terutama alat-alat dapur, makan, dan kebersihan
perorangan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup,
maka penyakitpenyakit tertentu dapat dikurangi pada manusia. Kelompok-
kelompok penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis. Peranan terbesar air
bersih dalam penularan cara water washed terutama berada di bidang hygiene
sanitasi.
3. Water Bashed Penyakit pada siklusnya memerlukan pejamu (host) perantara.
Pejamu/perantara ini hidup didalam air, contoh penyakit ini adalah penyakit
schistosomiasis dan dracunculus medinensis (guinea warm). Larva
schistosomiasis hidup dalam keong-keong air. Setelah waktunya, larva ini akan
berubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia yang
berada dalam air tersebut. Badan-badan air yang potensial untuk menjangkitkan
jenis penyakit ini adalah badan-badan air yang terdapat di alam yang sering
berhubungan erat dengan kehidupan manusia sehari-hari seperti menangkap
ikan, mandi, cuci, dan sebagainya.
4. Water Rellated Vektor Disease (vektor-vektor insekta yang berhubungan
dengan air). Air merupakan tempat perindukan bagi beberapa macam insekta
yang merupakan vektor beberapa macam penyakit. Air yang merupakan salah
satu unsur alam yang harus ada di lingkungan manusia merupakan media yang
baik bagi insekta untuk berkembang biak. Beberapa penyakit yang dapat
disebabkan oleh insekta ini adalah malaria, yellow fever, dengue,
onchocersiasis (river blindness). Nyamuk aedes aegypti yang merupakan
vektor penyakit dengue dapat berkembang biak dengan mudah bila pada
lingkungan terdapat tempat-tempat sementara untuk air bersih seperti gentong
air, pot, dan sebagainya .
BUATLAH 5 CONTOH KUTIPAN LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG

Kutipan tidak langsung :


1. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.32 tahun 2017 dinyatakan bahwa yang
dimaksud dengan air adalah Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk
media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi,
dan kimia yang dapat berupa parameter wajib dan parameter tambahan Air
untuk Keperluan Higiene Sanitasi tersebut digunakan untuk memeliharaan
kebersihan perorangan seperti mandi dan sikat gigi, serta untuk keperluan cuci
bahan pangan, peralatan makan, dan pakaian.
2. Menurut American Public Works Association (Stone, 1974 Dalam Kodoatie,
R., 2005), adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan
oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air,
tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan pelayanan
similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan sosial dan ekonomi
3. Menurut Husen (2009:4), proyek adalah gabungan dari sumber-sumber daya
seperti manusia material, peralatan, dan modal/ biaya yang dihimpun dalam
suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan.
4. menurut peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015,
infrastruktur adalah fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak
yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dan
mendukung jaringan struktur agar pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat
dapat berjalan dengan baik.
5. Menurut PP 74 2001 bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat
dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya
(pasal 1 ayat 1).
Kutipan langsung :
1. Air merupakan zat yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Air yang
dimaksud adalah air tawar atau air bersih yang akan secara langsung dapat
dipakai di kehidupan. Batasan air bersih adalah air yang dapat digunakan oleh
manusia untuk keperluan sehari-harinya yang memenuhi syarat-syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak, (Kumalasari dan Satoto,
2011).
2. Berdasarkan fungsi di atas, maka untuk kondisi tertentu chlorinasi
juga dapat dibubuhkan sebelum proses pengolahan atau disebut juga dengan
proses pre chlorinasi. Sedangkan untuk keperluan disinfeksi, pembubuhan
chlorine yang dilakukan direservoi rdikenal sebagai prosespost chlorinasi
( Darmasetiawan, 2004).
3. Senyawa-senyawa chlor yang umum digunakan dalam proses chlorinasi,
antara lain, gaschlorin, senyawa hipochlorit, chlordioksida, brominchlorida, di
hidroisosianurat dan chloramin (Chandra, 2006).
4. Istilah lain yang serinng digunakan untuk kehilangan air adalah Non-Revenue
Water. Definisi dari kehilangan air adalah perbedaan jumlah air yang
diproduksi oleh produsen air dan jumlah air yang terjual ke konsumen sesuai
dengan yang dicatat di meter-meter air pelanggan (Kodoatie dan Sjarief 2005).
5. Chlorinasi awal, yaitu pemakaian chlorin sebelum pengolahan, akan
menyempurnakan koagulasi, mengurangi beban filter dan mencegah
tumbuhnya ganggang (Linsley,1991).

Anda mungkin juga menyukai