LP DM Fiks
LP DM Fiks
Oleh :
Noer Amaliyah
14901.07.20029
PROBOLINGGO
2020
LEMBAR PENGESAHAN
DIABETES MELITUS
A. Anatomi Fisiologi
1. Pankreas
2. Anatomi pancreas
pertama.
menyentuh limfa.
3. Fisiologi pancreas
intestinum.
darah.
dinding duodenum.
1) Ekstraksi glukosa
2) Sintesis glukosa
Wilson, 2015).
B. Definisi
C. Etiologi
kecil atau sebagian besar dari sel-sel beta dari pulau-pulau langerhans
kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau sebab
lain yang belum diketahui. (Smeltzer dan Bare, 2015) Diabetes mellitus
1. Pola makan
diabetes mellitus.
2. Obesitas (kegemukan)
Gen penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang
Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama
diabetes mellitus.
6. Pola hidup
D. Klasifikasi
1. DM tipe 1
onset yang akut dan biasanya terjadi pada usia 30 tahun (Smeltzer
2. DM tipe 2
pasien dengan DM. Insidensi terjadi lebih umum pada usia 30 tahun,
genetik pada fungsi sel-β, defek genetik pada kerja insulin, penyakit
2015).
4. DM gestasional
kehamilan. Terjadi pada 2-5% semua wanita hamil tetapi hilang saat
E. Patofisologi
yang sangat penting dalam munculnya DM tipe 2. Faktor genetik ini akan
rendahnya aktivitas fisik, diet, dan tingginya kadar asam lemak bebas
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
pada kulit yang lama-lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur
Insufisiensi Insulin
Resistensi insulin
DM Tipe I DM Tipe II
Menurut Riyadi ,S. dan Sukarmin, (2011) manifestasi klinis dijumpai pada
a. Penurunan penglihatan
mengikuti ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti
d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat kataboisme protein di otot dan
kelelahan
katabolisme protein dan lemak dan kelaparan relatif sel. Sering terjadi
i. Perubahan kulit, khususnya pada tungkai dan kaki akibat kerusakan sirkulasi
perifer, kemungkinan kondisi kulit kronis seperti selulitis atau luka yang tidak
kunjung sembuh, turgor kulit buruk dan membran mukosa kering akibat
dehidrasi
j. Penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan reflek, dan kemungkinan nyeri
k. Hipotensi ortostatik
e. Pelisutan otot dapat terjadi kerena protein otot digunakan untuk memenuhi
penurunan unik kadar glukosa darah di malam hari, kemudian di pagi hari
sirkadian kadar glukosa di pada pagi hari. Fenomena ini dapat dijumpai pada
pengidap diabetes Tipe I atau Tipe II. Hormone-hormon yang memperlihatkan
variasi sirkadian pada pagi hari adalah kortisol dan hormon pertumbuhan,
diabetes Tipe II, juga dapat terjadi di pagi hari, baik sebagai variasi sirkadian
kortisol.
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Riyadi ,S. dan Sukarmin (2011). Pemeriksaan gula darah pada pasien
Kriteria diagnostik untuk Diabetes melitus > 140 mg/dl paling sedikit dalam dua
kali pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl disertai gejala klasik hiperglikemia, atau IGT
GD < 115 mg/dl ½ jam , 1 jam, 1 ½ jam < 200 mg/dl,2 jam < 140 mg/dl. TTGO
dilakukan hanya pada pasien yang telah bebas dan diet . Beraktivitas fisik 3 hari
pil KB,steroid.
6. Glyeosatet hemoglobin
Berguna untuk memantau kadar glukosa darah rata – rata selama lebih dari 3
glukosa untuk mengukur proinsulin (produk saping yang tidak aktif secara
I. Penatalaksanaan
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk
darah, berat badan, dan profil lipid (mengukur kadar lemak dalam darah), melalui
dengan latihan jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2-4 minggu). Bila
setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar sasaran
metabolik yang diinginkan, baru dilakukan intervensi farmakologik dengan obat - obat
anti diabetes oral atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi. Dalam keadaan
badan yang menurun dengan cepat, insulin dapat segera diberikan. Pada keadaan
tertentu obat-obat anti diabetes juga dapat digunakan sesuai dengan indikasi dan
dosis menurut petunjuk dokter. Pemantauan kadar glukosa darah bila dimungkinkan
dapat dilakukan sendiri di rumah, setelah mendapat pelatihan khusus untuk itu
(PERKENI, 2015)
pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa
komplikasi.
1. Edukasi
gula darah, tekanan darah, kadar lemak darah, serta berat badan ideal. Dengan
kenikmatan proses makan itu sendiri. Pada prinsipnya, makanan perlu dikonsumsi
teratur dan disebar merata dalam sehari. Seperti halnya prinsip sehat umum,
jenuh, kaya akan karbohidrat kompleks yang berserat termasuk sayur dan buah
dalam porsi yang secukupnya, serta seimbang dengan kalori yang dibutuhkan
membutuhkan aktivitas fisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga memiliki efek
sangat baik meningkatkan sensitivitas insulin pada tubuh penderita sehingga
dengan porsi makanan dan obat sehingga tidak mengakibatkan kadar gula darah
yang terlalu rendah. Panduan umum yang dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan
Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila gula darah tetap
tidak terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba menerapkan gaya hidup sehat
tertentu seperti pada komplikasi akut diabetes, atau pada keadaan kadar gula
J. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat DM Tipe II, antara lain:
1. Hipoglikemia
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes yang di obati dengan
insulin atau obat-obatan antidiabetik oral. Hal ini mungkin di sebabkan oleh
pemberian insulin yang berlebihan, asupan kalori yang tidak adekuat, konsumsi
alkohol, atau olahraga yang berlebihan. Gejala hipoglikemi pada lansia dapat
berkisar dari ringan sampai berat dan tidak disadari sampai kondisinya
mengancam jiwa.
2. Ketoasidosis diabetic
diabetes Tipe 1, tetapi kadang kala dapat terjadi pada individu yang menderita
diabetes Tipe 2 yang mengalami stress fisik dan emosional yang ekstrim.
atas 280 mOSm/L), dan dehidrasi berat akibat deuresis osmotic. Tanda gejala
mencakup kejang dan hemiparasis (yang sering kali keliru diagnosis menjadi
4. Neuropati perifer
Biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat menyebabkan kebas atau nyeri
lambung yang menyebabkan perasaan mual dan penuh setelah makan), diare
5. Penyakit kardiovaskuler
Pasien lansia yang menderita diabetes memiliki insidens hipertensi 10 kali lipat
dari yang di temukan pada lansia yang tidak menderita diabetes. Hasil ini lebih
dan neuropati progresif, kerusakan kognitif, serta depresi sistem saraf pusat.
6. Infeksi kulit
glukosa epidermis dan urine mendorong pertumbuhan bakteri. Hal ini membuat
lansia rentan terhadap infeksi kulit dan saluran kemih serta vaginitis.
(Soewondo,2011)
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
b. Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi
komplikasi kulit terasa gatal.
f. Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa
kesemutan
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa
terasa baal
j. Pemeriksaan Neurologi
GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC).
2. Diagnosa Keperawatan
3. RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
O
1 Ketidakstabila Setelah dilakukan tindakan
n gula darah keperawatan selama 1x 24 jam Manajemen hiperglikemia
b.d resistensi maka ketidakstabilan gula
insulin darah membaik Observasi :
KH : - Identifikasi kemungkinan penyebab
Kestabilan kadar glukosa hiperglikemia
darah membaik - Monitor tanda dan gejala
Status nutrisi membaik hiperglikemia
Tingkat pengetahuan
meningkat Terapeutik :
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
- Ajurkan kepatuhan terhadap diet
dan olah raga
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian insulin 6 Iu
Observasi :
- Identifikasi pengobatan yang
direkomendasi
Terapeutik :
- Berikan dukungan untuk menjalani
program pengobatan dengan baik dan
Benar
Edukasi:
- Jelaskan mamfaat dan efek samping
pengobatan
- Anjurkan mengosomsi obat sesuai
indikasi
Terapeutik :
- Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab dan periode
dan pemicu nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan mamafaat
teknik nafas dalam
- Jelaskan prosedur teknik nafas
dalam
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
Perawatan luka
Observasi :
- Monitor karakteristik luka
(drainase, warna ukuran, bau)
- Monitor tanda tanda infeksi
Terapeutik :
- Lepaskan balutan dan plester
seccara perlahan
- Bersihkan dengan Nacl
- Bersihkan jaringan nikrotik
- Berikan salaf yang sesuai kekulit
- Pertahan teknik steril saat
melakkanperawtan luka
Edukasi:
- Jelaskan tanda,gejala infeksi
Kolaborasi:
- Kolaborasi prosedur debridement
Terapeutik :
- Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuiakan lingkungan
untuk mengakomodasi
aktivitas yang di pilih
- Libatkan keluarga dalam
aktivitas
Edukasi:
- Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
Manajenen program
latihan
Observasi :
- Identifikasi pengetahuan
dan pengalaman aktivitas
fisik sebelumnya
- Identifikasi kemampuan
pasien beraktivitas
Terapeutik :
- Motivasi untuk memulai/
Edukasi:
- Jelaskan mamnfaat
aktivitas fisik
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
5. EVALUASI
EGG
Hasdianah, H.R. 2012. Mengenal Diabetes Melitus pada Orang Dewasa dan
Anak-Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika.