Disusun Oleh :
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai
berikut:
7. Beberapa objek pembelajaran dalam IPA tidak dapat diamati langsung sehingga
membutuhkan media pembelajaran, tetapi media pembelajaran yang dibutuhkan masih
kurang tersedia.
8. Fasilitas sekolah untuk menggunakan media pembelajaran audio visual sudah tersedia,
namun pemanfaatannya kurang optimal.
C. Tujuan Penelitian
Berpedoman pada rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian,
yaitu:
BAB II
PEMBAHASAN
Namun, seperti yang sudah kita ketahui bahwa setiap kurikulum berubah
atau berganti, biasanya akan membawa kehebohan dan keribetan kepada para
pelaksana kurikulum di lapangan. Misalnya, terjadi kehebohan berkaitan dengan
dicanangkannya Kurikulum 2013. Di lapangan banyak ditemukan berbagai
permasalahan dalam penerapannya.
Kurikulum 2013
Permasalahan pendidikan selalu menjadi bahan perhatian masyarakat,baik
pelaku pendidikan maupun pemerhati pendidikan. Namun, khusus masalah yang
berkaitan denagn kurikulun, tentunya yang akan banyak memperbincangkan,
mendiskusikan, sampai memperdebatkannya adalah pelaku pendidikan dan yang
terkait.
Karena itu, salah satu cara untuk memenuhi harapan masyarakat tadi yaitu
dengan selalu meninjau ulang kurikulum pendidikan nasional yang dipakai di
sekolah-sekolah.
Dari peninjauan tersebut kita mengenal ada beberapa nama kurikulum yang
digunakan di sekolah yang berbasis nasional, entah negri atau swasta. Kurikulum
tersebut antara lain Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), dan yang paling baru adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP), hingga akhirnya kita mengenal Kurikulum 2013.
Ketika kamus digital dapat diperoleh dengan mudah dan murah, misalnya
dapat dimasuk ke dalam HP, maka kamus tercetak akan terancam. Saya sendiri
sekarang sudah jarang memegang kamus. Jika memerlukan terjemahan dapat
membuka “Pocket Dict” di HP. Baru jika tidak memadai kemudian mencari kamus
tercetak.
Seiring dengan kemajuan digital, ketika kemampuan HP semakin baik dan jenis
kamus digital makin lengkap, maka pocket dict akan menjelma menjadi semacam
kamus bahasa Inggris Hassan Shadily yang sekarang banyak dipakai, namun dalam
versi digital. Jika itu terjadi, saya yakin tidak banyak lagi orang memerlukan kamus
bahasa tercetak. Bukankah kamus digital lebih murah dan lebih fleksibel
penggunaanya.
Tidak hanya itu. Setahap demi setahap, jurnal, majalah, buku dan bahkan koran
juga telah digeser oleh versi digital. Jurnal ilmiah yang biasanya mahal karena
jumlah cetakannya tidak banyak, kini sudah mulai beralih ke bentuk digital.
Perpustakaan dengan senang berlangganan jurnal online karena murah dan tidak
memakan tempat.
Hampir semua koran sekarang sudah punya versi online. Dan buku teks juga sudah
mulai masih ke versi digital. Jika itu terjadi, maka penyebaran informasi benar-
benar melalui versi baru yaitu digitalisasi informasi.
Guru sebagai tokoh utama dalam dunia pendidikan di sekolah harus mampu
menanggapi keadaan ini. Kurikulum pun berangsur-anngsur disesuakan denagn
kebutuhan zaman. Secara bertahap, topik yang dipelajari dapat diarahkan untuk
memecahkan masalah. Misalnya bagaimana menemukan cara menanam sayuran
yang mudah, murah, dan menguntungkan.
Bagaimana menemukan rute jalan Jakarta – Surabaya yang tercepat kalau naik
mobil pribadi. Bagaimana mengatur agar sampah di sekitar sekolah dapat diubah
menjadi uang. Bagaimana berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda bangsa
dan negara.
Pola kerja seperti itu yang dilakukan orang dewasa dewasa ini. Bukankah pola pikir
seperti itu yang diterapkan para ilmuwan saat melakukan penelitian? Jadi dengan
pola belajar seperti di atas, sebenarnya siswa sedang belajar bagaimana cara
belajar/bekerja yang baik.
Itulah yang mungkin disebut dengan problem based learning. Authentic problem
based learning. Learning how to learn. Learning how to work effectively. Belajar
dan bekerja yang efektif di era digital. Dan itulah sebenarnya belajar kehidupan
yang diperlukan di era mendatang.
Dengan demikian tujuan untuk mencapai pendidikan Indonesia menjadi lebih baik
bukan hanya sekedar wacana. Tujuan itu akan tercapai bila dari setiap tingkat
satuan pendidikan melaksanakan pembelajaran dengan bertanggung jawab.
Keberhasilan ini tidak akan tercapai bila tidak ada kerja sama dengan pihak lain
dalam hal ini pemerintah, masarakat, guru, peserta didik, dan pendukung yang
lain. Media adalah salah satu yang bisa dijadikan fasilitas dan sarana untuk meraih
tujuan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan dan digital berkembang terus, bahkan dewasa ini
berlangsung dengan pesat. Perkembangan itu bukan hanya dalam hitungan tahun,
bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit atau detik, terutama berkaitan
dengan teknologi informasi dan komunikasi yang ditunjang dengan teknologi
elektronika. Pengaruhnya meluas ke berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang
pendidikan. Perkembangan teknologi itu kemudian berimbas pada dunia
pendidikan yaitu mempermudah dunia pendidikan dimana kini telah ada E-
learning. E-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam
penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas dengan landasan berdasarkan
tiga kriteria diantaranya yaitu : E-learning merupakan jaringan dengan
kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi, dan membagi
materi atau informasi, Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui computer
dengan menggunakan teknologi internet yang standar, Memfokuskan pada
pandangan yang paling luas tentang pembelajaran dibalik paradigma
pembelajaran tradisional. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat cepat ini memberikan dampak positif dan dampak negatif.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak positif dengan
semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh
dunia menembus batas ruang dan waktu. Dampak negatifnya yaitu terjadinya
perubahan nilai, norma, aturan, atau moral kehidupan yang bertentangan dengan
nilai, norma, aturan, dan moral kehidupan yang dianut masyarakat. Menyikapi
keadaan ini, maka peran pendidikan sangat penting untuk mengembangkan
dampak positif dan memperbaiki dampak negatifnya. Pendidikan tidak antipati
atau alergi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun
sebaliknya menjadi subyek atau pelopor dalam pengembangannya.
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun
dari para pembaca.
Daftar Pustaka :
Erna Nur Elihidayah, Makalah Perkembangan IPTEK dalam Bidang Pendidikan
http://ernawannurelihidayah.blogspot.com/2013/11/babi-pendahuluan-a.html
Syukron Zahidi, TANTANGAN PENDIDIKAN DI ERA GLOBAL
http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/tantangan-pendidikan-di-era-global.html
www.dapoedu.com
eprints.uny.ac.id
anafuadah.blogspot.com