Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

“Permasalahan Pendidikan di Era Digital”

Disusun Oleh :

M. Nuri Afriyandi (20100041)

Guru Pembimbing : Febri Yanti, M.Pd

PROGAM PENDIDIKAN INFORMATIKA STKIP PGRI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di era digital merupakan pendidikan yang harus


mengintegrasikan Digital Informasi dan Komunikasi ke dalam seluruh mata
pelajaran. Dengan berkembangnya pendidikan era digital maka memungkinkan
siswa mendapatkan pengetahuan yang berlimpah ruah serta cepat dan mudah.
Menjawab tantangan pendidikan di era digital ini, maka guru dan siswa di abad 21
harus mampu berkomunikasi dan beradaptasi mengikuti perkembangan jaman,
dalam hal ini adalah perkembangan digital, selain itu dengan terus
berkembangnya jaman, maka berbanding lurus dengan berkembangnya
permasalahan-permasalahan yang membutuhkan penyelesaian dengan pemikiran
tingkat tinggi. Permasalahan yang dihadapi adalah globalisasi, pertumbuhan
perekonomian, kompetisi internasional, permasalahan lingkungan, budaya, dan
politik, permasalahan kompleks ini menyebabkan sangat pentingnya
mengembangkan kemampuan dan pengetahuan untuk sukses di abad ke 21.

Siswa perlu memiliki kemampuan berpikir untuk dapat menjawab


permasalahan-permasalahan yang dihadapinya dan pendidikan harus mampu
memfasilitasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir ini. Sejalan dengan hal
tersebut, maka pembelajaran IPA adalah salah satu solusinya. IPA merupakan
pembelajaran yang berhubungan langsung dengan alam dan berbagai fenomena
serta permasalahannya. Dengan mempelajari IPA siswa tidak hanya berlatih untuk
memiliki keterampilan, namun juga kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir
inilah yang dapat membantu siswa menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang akan dihadapinya dimasa yang akan datang. Berdasarkan survey yang
dilakukan peringkat dan capaian nilai Programme for Internasional Student
Assessment (PISA), menunjukan adanya peningkatan kemampuan siswa di
Indonesia dalam tahun-tahun terakhir ini. Peringkat dan capaian nilai PISA
Indonesia untuk 2015 naik dari peringkat 71 pada 2012 menjadi 64 pada 2015.
Penilaian ini diukur dari 72 negara anggota Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD). Dimana lonjakan tertinggi adalah bidang sains yaitu dari
327 poin menjadi 359 poin. Peningkatan prestasi ini sangat membanggakan, dan
harus mendapatkan apresiasi lebih, namun disisi lain hasil yang didapatkan belum
dapat menunjukan bahwa pembelajaran yang dilakukan sudah baik sepenuhnya.
Hasil yang didapatkan tersebut masih membutuhkan perbaikanperbaikan lagi agar
peringkat tersebut dapat terus mengalami peningkatan. Salah satunya adalah
dengan meningkatkan pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan HOT
siswa, karena berdasarkan hasil observasi di kelas menunjukan bahwa guru
kebanyakan hanya terfokus pada tingkatan taksonomi C1-C3. Pengembangan
kemampuan berpikir siswa yang HOT (High Order Thinking) khususnya
kemampuan analisis belum banyak muncul dalam pembelajaran. Apabila
pembelajaran HOT terus diajarkan kepada siswa, bukan tidak mungkin jika setiap
tahunnya Indonesia mendapatkan hasil yang terus menerus mengalami
peningkatan.

Pendekatan yang cocok untuk pengembangan kemampuan HOT terutama


kemampuan analisis ini adalah inkuiri karena di dalam tahapantahapan inkuiri
sebenarnya menuntut siswa untuk berpikir analisis, selain itu inkuiri merupakan
pembelajaran aktif, dimana pencarian dan penemuan konsep dilakukan melalui
proses berpikir yang sistematis. Pengetahuan bukan lagi guru menyiapkan materi
untuk dihafal, namun lebih dari itu karena siswa sendirilah yang harus berproses
untuk menemukan sendiri konsepnya. Sejalan dengan hal tersebut, maka
pendekatan inkuiri ini sangat cocok untuk diterapkan pada pembelajaran IPA. IPA
merupakan materi yang sangat potensial untuk memberikan pengalaman
langsung kepada siswa agar siswa dapat belajar menemukan sendiri konsep yang
ia pelajari. Inkuiri terbimbing terjadi ketika siswa diberikan kesempatan untuk
merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara
mandiri, sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator dalam menentukan
topik, pertanyaan dan bahan penunjang.
Pendekatan Inkuiri ini biasanya diaplikasikan di dalam pembelajaran dalam
bentuk kegiatan eksperimen di laboratorium. Namun pada kenyataannya,
kegiatan eksperimen di laboratorium ini memiliki berbagai kendala, yakni
keterbatasan alat, waktu, dan kondisi alam. Fakta lain hasil obsevasi di SMP N 1
Imogiri yaitu siswa melaksanakan eksperimen selalu dalam kelompok besar
karena keterbatasan alat yang ada dan tidak semua siswa melaksanakan kegiatan
eksperimen dengan baik sehingga tidak semua siswa paham terhadap materi yang
dieksperimenkan. Dampaknya, kompetensi siswa kurang merata antara siswa
yang aktif dan kurang aktif dalam belajar.

Permasalahan-permasalahan tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan


media pembelajaran berbasis komputer, dimana alat yang tidak ada dalam
laboratorium riil dapat divisualkan di dalam media berbasis komputer, selain itu
media pembelajaran dengan komputer ini juga lebih efektif dan efisien waktu
serta tidak tergantung pada cuaca. Sejalan dengan hal tersebut maka di dalam
kurikulum 2013 ini menuntut guru untuk memiliki kemampuan dalam
memanfaatkan Digital Informasi dan Komunikasi ke dalam proses pembelajaran.
Guru bukan hanya dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan mengajar dengan
kompleksitas peran sesuai dengan tugas dan fungsi yang diembannya, tetapi juga
harus kreatif dalam proses pembelajaran. Tuntutan kurikulum ini belum dapat
dilaksanakan sepenuhnya karena pada kenyataan di lingkungan pendidikan adalah
terjadinya perbedaan atau kekontrasan antara guru dan siswa, dimana siswa
sudah sangat maju dengan kemajuan digital sedangkan berdasarkan observasi
yang dilakukan beberapa guru kurang dapat memaksimalkan kemajuan digital
sebagai sarana pembelajaran. Alasannya beragam, dari kesulitan mencari media
yang tepat, tidak dapat membuat media, dan kebiasaan guru dalam menggunakan
media LKS, modul, dan buku paket berbentuk cetak dan dijilid.

Penggunaan media berbasis komputer ini sebenarnya juga sudah didukung


oleh fasilitas di sekolah. Sebagaimana hasil observasi di SMP N 1 Imogiri fasilitas
yang dibutuhkan tersebut sudah terpenuhi. Fasilitas pendukung yang ada di
sekolah adalah tersedianya LCD di beberapa kelas, terdapat laboratorium
komputer, selain itu seluruh guru mata pelajaran disana 5 juga telah memiliki
fasilitas laptop masing-masing. Meskipun demikian, pemanfaatan fasilitas
laboratorium komputer & LCD kurang dioptimalkan oleh guru, dimana guru
cenderung menggunakan media papan tulis dibandingkan LCD.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, menyebutkan bahwa


pemanfaatan laboratorium komputer memang tidak optimal sama sekali.
Guruguru IPA disana tidak dapat membuat media pembelajaran berbasis
komputer. Padahal menurut pemaparan guru, siswa sebenarnya lebih tertarik
pada pembelajaran yang menggunakan multimedia berbasis komputer
dibandingkan media pembelajaran cetak, hal ini terlihat dari antusias siswa dalam
pembelajaran, pada saat diberikan media pembelajaran cetak siswa kebanyakan
bosan karena sudah sering menemui media tersebut dalam pembelajaran
sehingga mereka tidak fokus terhadap pembelajaran, berbeda halnya saat guru
melaksanakan pembelajaran dengan media berbasis komputer, mereka lebih
tertarik dan fokus terhadap pembelajaran. Siswa di SMP N 1 Imogiri telah terbiasa
dalam penggunaan media pembelajaran cetak namun masih minim penggunaan
media berbasis komputer sebagai sarana pembelajaran.

Media pembelajaran berbasis komputer yang dapat digunakan dalam


kegiatan eksperimen adalah virtual laboratory. Virtual laboratory ini dapat
menjawab keterbatasan-keterbatasan dan kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan
laboratorium di sekolah. Virtual laboratory ini dipilih karena dapat memfasilitasi
siswa melaksanakan kegiatan percobaan secara individu, tidak bergantung pada
cuaca, lebih efektif dan efisien waktu, serta memungkinkan 6 siswa mendapatkan
pengalaman yang sama, karena dapat melaksanakan kegiatan secara sendiri-
sendiri. Ahmad Suwandi (2014: 33) mengemukakan virtual laboratory adalah
serangkaian program komputer yang dapat memvisualisasikan fenomena yang
abstrak atau percobaan yang rumit dilakukan di laboratorium nyata, sehingga
dapat meningkatkan aktivitas belajar dalam upaya mengembangkan keterampilan
yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah.
Media pembelajaran berbasis komputer yang dapat digunakan dalam
kegiatan eksperimen adalah virtual laboratory. Virtual laboratory ini dapat
menjawab keterbatasan-keterbatasan dan kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan
laboratorium di sekolah. Virtual laboratory ini dipilih karena dapat memfasilitasi
siswa melaksanakan kegiatan percobaan secara individu, tidak bergantung pada
cuaca, lebih efektif dan efisien waktu, serta memungkinkan 6 siswa mendapatkan
pengalaman yang sama, karena dapat melaksanakan kegiatan secara sendiri-
sendiri. Ahmad Suwandi (2014: 33) mengemukakan virtual laboratory adalah
serangkaian program komputer yang dapat memvisualisasikan fenomena yang
abstrak atau percobaan yang rumit dilakukan di laboratorium nyata, sehingga
dapat meningkatkan aktivitas belajar dalam upaya mengembangkan keterampilan
yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah.

Virtual laboratory termasuk ke dalam multimedia berbasis komputer. Namun


penggunaan multimedia ternyata belum dioptimalkan, padahal dengan
menggunakan multimedia ini banyak keuntungan yang diperoleh, yakni media
yang dihasilkan dapat dibuat sesuai keinginan, karena mampu memadukan
animasi, suara, gambar, grafik, audio, video dalam satu media yang menjadikan
media pembelajaran yang dikembangkan bervariasi, tidak membosankan,
menarik, dan memudahkan siswa memahami materi. Keuntungan lain
pengembangan mutimedia ini lebih flexibel karena dapat dikembangkan sesuai
keinginan pembuat, dan dapat digunakan berulang-ulang karena berupa softfile
computer.

Salah satu pembelajaran yang dapat mengoptimalkan multimedia audio


visual adalah pembelajaran IPA, karena di dalam materi IPA terdapat beberapa
materi yang harus divisualisasikan karena sifatnya yang abstrak atau sulit diamati,
kompleksitas skill yang harus di aplikasikan, dan butuh pengalaman langsung yang
kompleks, namun masih terdapat beberapa hambatan yakni keterbatasan indra,
waktu, ruang, dan sarana prasarana.
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai
berikut:

1. Kurikulum 2013 mengharuskan siswa aktif dalam pembelajaran tetapi pada


kenyataannya di dalam pembelajaran siswa masih belum aktif 8 sepenuhnya, hal ini
didasarkan pada observasi yang dilakukan, terlihat bahwa guru masih mendominasi
pembelajaran.

2. Pembelajaran IPA dengan eksperimen penting dalam rangka membentuk sendiri


pengetahuannya tetapi di dalam pelaksanaannya masih banyak keterbatasan-
keterbatasan yang menjadikan guru tidak mampu melaksanakan kegiatan eksperimen
pada materi-materi tersebut padahal kegiatan eksperimen itu sangat penting di dalam
IPA.

3. Kegiatan praktikum di dalam pembelajaran IPA kebanyakan dilakukan secara


berkelompok namun pada kenyataannya dalam satu kelompok tersebut tidak semua
siswa berperan aktif dalam kegiatan eksperimen.

4. Pembelajaran IPA secara inkuiri penting diimplementasikan di dalam proses


pembelajaran, namun pada praktiknya guru masih kesulitan di dalam menemukan media
pembelajaran yang berpendekatan inkuiri untuk digunakan di dalam proses
pembelajaran.

5. Guru seharusnya menerapkan pembelajaran berdasarkan tingkat kemampuan C1-C6,


namun pada kenyataannya di lapangan guru masih berorientasi pada pembelajaran C1-
C3.

6. Pendidikan era digital mengharuskan adanya integrasi TIK ke dalam proses


pembelajaran, tetapi belum banyak media pembelajaran yang mendukung pendidikan di
era digital ini.

7. Beberapa objek pembelajaran dalam IPA tidak dapat diamati langsung sehingga
membutuhkan media pembelajaran, tetapi media pembelajaran yang dibutuhkan masih
kurang tersedia.

8. Fasilitas sekolah untuk menggunakan media pembelajaran audio visual sudah tersedia,
namun pemanfaatannya kurang optimal.
C. Tujuan Penelitian

Berpedoman pada rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian,
yaitu:

1. Mengetahui kelayakan media pembelajaran virtual laboratory IPA berpendekatan


inkuiri untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa 10 dengan materi Global Warming
ditinjau dari aspek pembelajaran, aspek materi, aspek rekayasa perangkat lunak, dan
aspek komunikasi visual.

2. Mengetahui respon siswa terhadap media pembelajaran virtual laboratory IPA


berpendekatan inkuiri untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa dengan materi
Global Warming.

3. Mengetahui peningkatan kemampuan analisis siswa setelah menggunakan media


virtual laboratory IPA berpendekatan inkuiri pada materi Global Warming.

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Pendidikan dan Pengertian Era Digital

Pengertian Pendidikan Dilihat dari pandangan antropologik, melihat


pendidikan dari aspek budaya antara lain pemindahan pengetahuan dan nilai nilai
kepada generasi berikutnya. Pendekatan sistem perlu dipergunakan dalam
menjelaskan pendidikan, karena pada era global sekarang ini dunia pendidikan
telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi hal ikhwal. Proses
pendidikan merupakan upaya yang mempunyai dua arah yaitu yang pertama
bersifat menjaga kelangsungan hidupnya (Maintenance synergy) dan kedua
menghasilkaan sesuatu (Effective synergy). Rogers, Burdge, Korsching dan Donner
Meyer (1988:437) menyatakan bahwa pendidikan sebagai proses trasmisi dudaya
mengacu kepada setiap bentuk pembelajaran budaya (culturale learning) yang
berfungsi sebagai transmisi pengetahuan, mobilitas sosial, pembentukan jati diri
dan kreasi pengetahuan.
Toffler (dalam Sonhadji, 19993 : 4) menyatakan bahwa sekolah atau lembaga
pendidikan masa depan harus mengarahkan peserta didiknya untuk belajar
bagaimana belajar (learn how learn). Kebutaan dalam era global adalah
ketidakmampuan belajar bagaimana belajar. Raka Joni merumuskan bahwa ciri
utama manusia masa depan Indonesia adalah manusia yang mendidik diri sendiri
sepanjang hayat dan masyarakat belajar yang terbuka tetapi memiliki pandangan
hidup yang mantap. Maka peserta didik harus dibekali informasi tentang latar
belakang yang memberi dampak pengganda pada pembelajarannya sehingga
dapat memberikan motivasi yang besar untuk membaca dan mempelajari
informasi dari berbagai sumber. Kita harus siapkan kompetensi agar siswa eksis di
era global yang sangat kompetitif, maka sangat strategis dalam pembudayaan
pembelajaran di sekolah dengan siswa menjadi pusat pembelajaran dalam proses
pencarian informasi. Hal senada juga dikemukakan oleh Makagiansar yang
menyatakan bahwa agar pendidik dapat mempersiapkan peserta didik yang eksis,
maka pendidik harus mengenbangkan kemampuan mengantisipasi, mengerti dan
mengatasi situasi, mengakomodasi serta mereorientasi kepada peserta didik.
Pengertian Era Digital Secara etimologi, menurut kamus besar bahasa Indonesia
era diartikan sejumlah tahun dalam jangka waktu antara beberapa peristiwa
penting dalam sejarah atau masa.Sedangkan menurut kamus ilmiah popular era
berarti zaman, masa atau kurun waktu.

Pendidikan Di Era Digital

Perkembangan digital dan komunikasi dalam bidang pendidikan, menurut


Rosenberg, dengan berkembangnya ini ada lima pergeseran dalam proses
pembelajaran yaitu :

(1) dari pelatihan ke penampilan,

(2) dari ruang kelas ke tempat dimana dan kapan saja,

(3) dari kertas ke online atau saluran,


(4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,

(5) dari waktu siklus ke waktu nyata.

Mengenai asumsi di atas bahwa pergeseran proses pembelajaran yang


mengalami perubahan dari kertas ke online untuk saat ini telah dapat dirasakan
maupun dilihat keberadaannya ketika sebuah instansi pendidikan menerapkan
system komputerisasi. Banyak hal serta manfaat dari keberadaannya itu. Semisal
ketika segala kegiatan yang berbasis pendidikan dapat di akses secara mudah
lewat sebuah jaringan computer ataupun jaringan internet yang tentunya hal
tersebut berkat adanya satelit yang dioperasikan, maka siswa, mahasiswa, guru,
dosen ataupun seluruh warga dalam lingkup pendidikan tersebut mampu
memperoleh segala informasi yang ingin didapatkan. Misalnya yang paling
mutakhir adalah berkembangnya Cyber Teaching atau pengajaran maya, yaitu
proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan media internet. Istilah
lain yang popular saat ini ialah e-learning yaitu sebuah model pembelajaran
dengan menggunakan media digital komunikasi (internet). Menurut Rosenberg, e-
learning merupakan satu penggunaan digital internet dalam penyampaian
pembelajaran dalam jangkauan luas dengan landasan berdasarkan tiga kriteria
diantaranya yaitu : E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk
memperbaharui, menyimpan, mendistribusi, dan membagi materi atau informasi,
Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui computer dengan menggunakan
digital internet yang standar, Memfokuskan pada pandangan yang paling luas
tentang pembelajaran dibalik paradigma pembelajaran tradisional. Saat ini e-
learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK
seperti : CBT (Computer Baseb Training), CBI (Computer Based Instruction),
Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment),
Dekstop Videoconferencing dan sebagainya. Istilah lain yang lebih popular dari
perkembangan digital komunikasi ini yaitu system virtual. Dalam hal ini, kegiatan
yang menyangkut komunitas virtual dapat dianggap sebuah hal yang lebih banyak
digunakan dalam lingkungan akademis. Ini tentu dapat mempermudah tingkat
keefektifan dari sebuah system pembelajaran, dimana siswa atau mahasiswa
dapat mengakses materi-materi pendidikan secara lebih detail tanpa lewat
interaksi secara langsung (face to face) dengan guru, tutor ataupun dosen yang
bersangkutan. Untuk sekarang ini, banyak contoh lain yang seperti diatas akan
tetapi diluar lingkup sekolah ataupun kampus, misalnya ada lembaga pendidikan
semacam kursus atau bimbingan-bimbingan belajar dengan menggunakan media
computer (internet) dalam mengakses materi-materinya maupun ujian serta
tesnya lewat internet. Tentunya hal ini merupakan langkah yang maju dalam
konteks pendidikan. Selain perkembangan digital komunikasi dalam dunia
pendidikan telah menjamah lingkup system pembelajaran dalam bidang
akademis, sebenarnya juga telah merambah pada aspek lain (meskipun masih
dalam lingkup pendidikan). Misalnya dengan adanya computer, telepon, internet,
mesin fotocopy dan segala perangkat dari sebuah digital komunikasi itu sendiri
mampu membantu pekerjaan bagian tata usaha atau bagian-bagian yang lain.
Dengan adanya digital library diperpustakaan instansi pendidikan, orang dapat
mengakses buku atau literatur dengan cepat.

Pengaruh Era Digital dalam Pendidikan

Arus berkembangnya digital begitu derasnya sehingga menuntut kita untuk


lebih aktif didalam mengikuti perkembangan informasi tersebut, dengan adanya
internet merupakan salah satu bentuk digital yang seharusnya dapat memotivasi
sekaligus memberikan inspirasi untuk menghasilkan kreasi serta informasi yang
bermanfaat. Seiring roda-roda kehidupan manusia terus berputar, perkembangan
digital semakin hari semakin berkembang, tidak menutup kemungkinan setiap
detik digital baru muncul dengan kelebihan dan keunggulan yang berbeda satu
sama lain atau mungkin saling melengkapi dan menutupi kekurangan yang ada.
Baik selanjutnya akan saya bahas lebih rinci satu pembahasan khusus mengenai
dampak atau pengaruh Digital dalam Dunia Pendidikan. Dalam dunia pendidikan
perkembangan digital informasi sudah sangat mempunyai dampak yang begitu
positif karena dengan berkembangnya digital informasi dunia pendidikan mulai
memperlihatkan perubahan yang cukup signifikan, walaupun dibalik kelebihan
sesuatu pasti disana juga akan ada kelemahannya. Kenyataan saat sini
menunjukkan akan ketergantungan masyarakat terhadap digital sehingga tak
jarang setiap melakukan sesuatu tidak pernah luput dari yang namanya digital itu
sendiri. Kita dapat mengambil contoh real, seperti segala sesuatu kembalinya
kepada digital, kita jarang sekali melihat belakangan ini seorang pelajar membawa
buku di setiap aktifitas belajarnya, persentase pelajar hampir lebih besar
rujukannya adalah internet. Berikut poin-poin pengaruh Positif Digital di bidang
pendidikan Sangat membantu proses pembelajaran itu sendiri, lebih cepat dan
mudah di akses. Berfungsinya virtual kelas, yang dimana sangat memudahkan para
pelajar untuk saling berkomunikasi dengan sang pengajar dengan system tanpa
bertatap [face to face]. Memudahkan sistem usaha serta kegiatan administrasi
pada sebuah lembaga pendidikan karena penerapannya. Adapun pengaruh
negatifnya adalah, berikut poin-poinnya : Terdapatnya berbagai macam situs-situs
yang tidak mendidik, dan membuat pengguna menjadi rusak atau terpengaruh
akal pikirannya, seperti situs porno, perjudian dan lain sebagainya. Membuat
penggunanya menjadi malas dalam satu sisi yang lain, akibat kecanggihan digital
ini, sehingga membuat pengguna malas dalam aktifitas membantu orangtua.
Tindak kriminal, seperti Cybercrime yang dimana kejahatan ini dilakukan
seseorang dengan perantara digital internet ini, sehingga mencetak generasi yang
berpengetahuan tetapi mempunyai moral yang rendah. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan digital mempengaruhi pada pelajaran dan pemebelajaran di
sekolah serta pada kebutuhan masyarakat terhadap lulusan yang dihasilkan
sekolah. Kurikulum yang dianggap sesuai pun disusun untuk menjawab kebutuhan
ini.

Namun, seperti yang sudah kita ketahui bahwa setiap kurikulum berubah
atau berganti, biasanya akan membawa kehebohan dan keribetan kepada para
pelaksana kurikulum di lapangan. Misalnya, terjadi kehebohan berkaitan dengan
dicanangkannya Kurikulum 2013. Di lapangan banyak ditemukan berbagai
permasalahan dalam penerapannya.
Kurikulum 2013
Permasalahan pendidikan selalu menjadi bahan perhatian masyarakat,baik
pelaku pendidikan maupun pemerhati pendidikan. Namun, khusus masalah yang
berkaitan denagn kurikulun, tentunya yang akan banyak memperbincangkan,
mendiskusikan, sampai memperdebatkannya adalah pelaku pendidikan dan yang
terkait.

Harapan masyarakat tentang pendidikan adalah agar sekolah menghasilkan


lulusan yang berkualitas yang mampu beradaptasi sesuai dengan jenjang usia,
jenjang pendidikan, dan perkembangan zaman saat itu. Mewujudkan harapan itu
nampaknya bukan pekerjaan yang mudah.

Karena itu, salah satu cara untuk memenuhi harapan masyarakat tadi yaitu
dengan selalu meninjau ulang kurikulum pendidikan nasional yang dipakai di
sekolah-sekolah.

Dari peninjauan tersebut kita mengenal ada beberapa nama kurikulum yang
digunakan di sekolah yang berbasis nasional, entah negri atau swasta. Kurikulum
tersebut antara lain Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), dan yang paling baru adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP), hingga akhirnya kita mengenal Kurikulum 2013.

Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-


Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Secara singkatnya, undang-undang tersebut berharap pendidikan dapat


membuat peserta didk menjadi kompeten dalam bidangnya. Di mana kompeten
tersebut, sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang telah disampaikan di
atas, harus mencakup kompetensi dalam ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan pasal 35 undang-undang
tersebut.

Sejalan dengan arahan undang-undang tersebut, telah pula ditetapkan visi


pendidikan tahun 2025 yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan
kompetitif. Cerdas yang dimaksud disini adalah cerdas komprehensif, yaitu cerdas
spiritual dan cerdas sosial/emosional dalam ranah sikap, cerdas intelektual dalam
ranah pengetahuan, serta cerdas kinestetis dalam ranah keterampilan.

Dengan demikian Kurikulum 2013 adalah dirancang dengan tujuan untuk


mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warganegara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara dan peradaban dunia.

Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat membawa insan Indonesia


memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dapat
menjadi pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

Tantangan Bukan Halangan


Era digitalisasi yang pesat tidak hanya ditangkap oleh industri, namun juga
pendidikan. Saat ini dunia digital memberi nilai lebih bagi pemasaran produk,
komunikasi, manajemen dan bisnis, hingga pengelolaan usaha secara integratif.

Dalam survei perusahaan perekrutan internasional, Robert Walters, bertajuk


Salary Survey 2018 menyebutkan bahwa fokus pada transformasi bisnis ke
platform digital telah membantu memicu permintaan bagi para profesional
sumber daya manusia (SDM) yang memiliki pengalaman akan perubahan
manajemen.
Hal ini tentunya juga berdampak bukan hanya pada bisnis, tapi juga pendidikan.
Era digital yang kini telah menjadi bagian kehidupan keseharian masyarakat,
khususnya generasi muda memang akan mengubah pola kehidupan. Termasuk
pola belajar dan pola penyebaran informasi. Saya meyakini, era kertas pelan tetapi
pasti akan tergeser.

Ketika kamus digital dapat diperoleh dengan mudah dan murah, misalnya
dapat dimasuk ke dalam HP, maka kamus tercetak akan terancam. Saya sendiri
sekarang sudah jarang memegang kamus. Jika memerlukan terjemahan dapat
membuka “Pocket Dict” di HP. Baru jika tidak memadai kemudian mencari kamus
tercetak.

Seiring dengan kemajuan digital, ketika kemampuan HP semakin baik dan jenis
kamus digital makin lengkap, maka pocket dict akan menjelma menjadi semacam
kamus bahasa Inggris Hassan Shadily yang sekarang banyak dipakai, namun dalam
versi digital. Jika itu terjadi, saya yakin tidak banyak lagi orang memerlukan kamus
bahasa tercetak. Bukankah kamus digital lebih murah dan lebih fleksibel
penggunaanya.

Tidak hanya itu. Setahap demi setahap, jurnal, majalah, buku dan bahkan koran
juga telah digeser oleh versi digital. Jurnal ilmiah yang biasanya mahal karena
jumlah cetakannya tidak banyak, kini sudah mulai beralih ke bentuk digital.
Perpustakaan dengan senang berlangganan jurnal online karena murah dan tidak
memakan tempat.

Hampir semua koran sekarang sudah punya versi online. Dan buku teks juga sudah
mulai masih ke versi digital. Jika itu terjadi, maka penyebaran informasi benar-
benar melalui versi baru yaitu digitalisasi informasi.

Guru sebagai tokoh utama dalam dunia pendidikan di sekolah harus mampu
menanggapi keadaan ini. Kurikulum pun berangsur-anngsur disesuakan denagn
kebutuhan zaman. Secara bertahap, topik yang dipelajari dapat diarahkan untuk
memecahkan masalah. Misalnya bagaimana menemukan cara menanam sayuran
yang mudah, murah, dan menguntungkan.

Bagaimana menemukan rute jalan Jakarta – Surabaya yang tercepat kalau naik
mobil pribadi. Bagaimana mengatur agar sampah di sekitar sekolah dapat diubah
menjadi uang. Bagaimana berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda bangsa
dan negara.

Intinya memecahkan masalah kehidupan sehari-hari dengan menerapkan


pengetahuan pada level sekolah yang di tempuh. Belajar untuk hidup dan dari
permasalahan yang dihadapi pada kehidupan nyata.

Pola kerja seperti itu yang dilakukan orang dewasa dewasa ini. Bukankah pola pikir
seperti itu yang diterapkan para ilmuwan saat melakukan penelitian? Jadi dengan
pola belajar seperti di atas, sebenarnya siswa sedang belajar bagaimana cara
belajar/bekerja yang baik.

Itulah yang mungkin disebut dengan problem based learning. Authentic problem
based learning. Learning how to learn. Learning how to work effectively. Belajar
dan bekerja yang efektif di era digital. Dan itulah sebenarnya belajar kehidupan
yang diperlukan di era mendatang.
Dengan demikian tujuan untuk mencapai pendidikan Indonesia menjadi lebih baik
bukan hanya sekedar wacana. Tujuan itu akan tercapai bila dari setiap tingkat
satuan pendidikan melaksanakan pembelajaran dengan bertanggung jawab.

Keberhasilan ini tidak akan tercapai bila tidak ada kerja sama dengan pihak lain
dalam hal ini pemerintah, masarakat, guru, peserta didik, dan pendukung yang
lain. Media adalah salah satu yang bisa dijadikan fasilitas dan sarana untuk meraih
tujuan tersebut.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan dan digital berkembang terus, bahkan dewasa ini
berlangsung dengan pesat. Perkembangan itu bukan hanya dalam hitungan tahun,
bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit atau detik, terutama berkaitan
dengan teknologi informasi dan komunikasi yang ditunjang dengan teknologi
elektronika. Pengaruhnya meluas ke berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang
pendidikan. Perkembangan teknologi itu kemudian berimbas pada dunia
pendidikan yaitu mempermudah dunia pendidikan dimana kini telah ada E-
learning. E-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam
penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas dengan landasan berdasarkan
tiga kriteria diantaranya yaitu : E-learning merupakan jaringan dengan
kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi, dan membagi
materi atau informasi, Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui computer
dengan menggunakan teknologi internet yang standar, Memfokuskan pada
pandangan yang paling luas tentang pembelajaran dibalik paradigma
pembelajaran tradisional. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat cepat ini memberikan dampak positif dan dampak negatif.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak positif dengan
semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh
dunia menembus batas ruang dan waktu. Dampak negatifnya yaitu terjadinya
perubahan nilai, norma, aturan, atau moral kehidupan yang bertentangan dengan
nilai, norma, aturan, dan moral kehidupan yang dianut masyarakat. Menyikapi
keadaan ini, maka peran pendidikan sangat penting untuk mengembangkan
dampak positif dan memperbaiki dampak negatifnya. Pendidikan tidak antipati
atau alergi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun
sebaliknya menjadi subyek atau pelopor dalam pengembangannya.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun
dari para pembaca.

Daftar Pustaka :
Erna Nur Elihidayah, Makalah Perkembangan IPTEK dalam Bidang Pendidikan
http://ernawannurelihidayah.blogspot.com/2013/11/babi-pendahuluan-a.html
Syukron Zahidi, TANTANGAN PENDIDIKAN DI ERA GLOBAL
http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/tantangan-pendidikan-di-era-global.html
www.dapoedu.com
eprints.uny.ac.id
anafuadah.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai