Skripsi
oleh
Wisnu Bayu Aji
NIM 2302416048
PENDAHULUAN
Ada berbagai macam evaluasi yang dapat dilakukan oleh guru, tetapi guru
harus menguasai apakah evaluasi yang akan atau telah dilakukan sesuai
dengan proses pengajaran yang telah dilakukan. Guru dapat mengetahui
ketercapaian hasil belajar siswa dengan melakukan tes. Evaluasi dengan tes
digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan oleh guru. (Widoyoko,
2008:67) mengemukakan bahwa, “Tes merupakan salah satu cara untuk
menaksirkan besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu
melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan”. Dapat
disimpulkan bahwa evaluasi dapat dilakukan salah satunya dengan
menggunakan tes. Dalam pembuatan tes seorang guru tidak begitu saja dapat
membuat dan memberikannya kepada siswa guna untuk mengetahui
kemampuan siswa tersebut. Tes yang diberikan oleh guru kepada siswa
hendaknya telah dilakukan uji coba dan telah sesuai dengan kriteria tes yang
baik. Tes yang baik juga tentunya harus sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai, sehingga dengan hasil tersebut dapat menjawab tujuan yang
diinginkan. Adapun kriteria tes yang baik yaitu harus melalui berbagai
tahapan berikut; seperti yang dikemukakan oleh Jihad dan Haris (2013: 179-
182) yaitu “kesahihan/validitas, keajegan reliabilitas, daya pembeda, tingkat
kesukaran, dan menguji kelayakan soal.” Gambaran mengenai baik buruknya
suatu perangkat tes juga dapat dilihat dari karakteristik soal yang digunakan.
Tes dengan kualitas yang baik akan memiliki butir-butir soal yang baik.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas tes yang telah
dibuat adalah dengan cara menganalisis butir soal. Analisis butir soal
dilakukan dari tingkatan tes terkecil yaitu ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester dan ujian sekolah. Melalui analisis butir soal,
guru dapat memperoleh informasi tentang kelayakan sebuah soal dan petunjuk
dalam mengadakan perbaikannya. Fokus dalam analisis butir soal adalah
tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecohnya. Menganalisis
tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal dari segi kesukarannya sehingga
dapat diperoleh soal mana yang termasuk mudah, sedang dan sukar.
Menganalisis daya pembeda artinya mengkaji soal dari segi kesanggupan soal
tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk tinggi prestasinya.
2. Bagaimana daya pembeda soal yang diberikan kepada siswa kelas X SMA
Negeri 1 Kendal?
2. Analisis butir soal yang diteliti adalah tingkat kesukaran dan daya
pembeda soal ulangan harian mata pelajaran bahasa Jepang di
SMA Negeri 1 Kendal Tahun Ajaran 2019/2020.
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memperbaiki soal yang diberikan supaya teruji
reliabilitasnya.
b. Dapat diketahui hasil tes dengan menggunakan tes tersebut, apakah
sudah sesuai dengan tes yang baik atau belum.
2. Manfaat Praktis
2.2.Landasan Teoritis
Landasan teoritis yang terdapat pada penelitian ini yaitu tes,
evaluasi pembelajaran dan analisis soal.
2.2.1 Hakikat Tes Sebagai Alat Pengukur
1) Pengertian Tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis
Kuno yaitu testum yang artinya piring untuk menyisihkan logam-
logam mulia. Selanjutnya dalam bahasa Inggris ditulis dengan kata
test yang diartikan dalam bahasa Indonesia menjadi “tes”,
“ulangan”, atau “percobaan” (Sudjiono, 2012:66). Tes adalah salah
satu bentuk pengukuran, tes merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan informasi (kompetensi, pengetahuan, ketrampilan)
tentang peserta didik (Nurgiyantoro, 2012:105). Suharno (1984:3)
menyatakan bahwa tes merupakan serentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, intelligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok. Pendapat lain disampaikan oleh
Arifin (2012:18), tes merupakan suatu teknik atau cara yang
digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang
didalamnya terdapat pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian
tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur aspek perilaku peserta didik. Berdasarkan beberapa
pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tes merupakan teknik
pengukuran berupa pertanyaan yang diajukan untuk mendapatkan
informasi berupa kompetensi, kemampuan, dan pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang (peserta didik).
2) Fungsi Tes
Menurut Sudijono (2012:67), mengemukakan bahwa secara
umum ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
1) Sebagai alat ukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan
ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau
kemajuan yang telah dicapai peserta didik setelah mereka
menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu
tertentu.
2) Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran,
sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa
jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat
dicapai.
3) Macam-macam Tes
Tes merupakan salah satu evaluasi yang digunakan untuk
mengetahui perkembangan belajar peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajaran serta untuk mengukur
keberhasilan/ketercapaian tujuan pembelajaran oleh guru.
Berdasarkan tujuan mengetahui perkembangan belajar siswa, tes
diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu tes formatif
(formative assessment), tes sumatif (summative assessment), tes
penempatan (placement assessment), dan tes diagnostik (diagnostic
assessment) (Endaryanto dan Harumurti, 2014:20-23).
1. Tes Formatif (Formative Assessment)
Tes formatif bertujuan untuk mengukur perkembangan
belajar siswa dari waktu ke waktu dimana seluruh metode atau
teknik yang digunakan menyediakan informasi perkembangan
belajar siswa.
2. Tes Sumatif (Summative Assessment)
Tes sumatif merupakan penilaian belajar siswa setelah
siswa menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada
periode tertentu. Pada jenjang pendidikan formal, tes sumatif
digunakan untuk menentukan kelulusan, penjurusan, dan
kenaikan kelas.
3. Tes Penempatan (Placement Assessment)
Tes penempatan dilaksanakan sebelum kegiatan belajar-
mengajar berlangsung. Tujuan tes ini adalah menentukan posisi
setiap siswa di dalam desain instuksional dan model pem
belajaran yang akan dilakukan di kelas.
4. Tes Diagnostik (Diagnostic Assessment)
Tes diagnostik merupakan tes yang menggunakan prosedur
yang telah dispesialisasikan secara komprehensif dan rinci. Tes
diagnostik digunakan untuk mendeteksi kesukaran belajar yang
dialami siswa secara terus-menerus dan tidak bisa dipecahakan
berdasarkan tindakan korektif pada penilaian formatif.
Selanjutnya, Arikunto (2012:47-55) menyampaikan bahwa
berdasarkan segi kegunaan untuk mengukur siswa, tes dibagi
menjadi tiga, yaitu tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.
1. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga guru dapat
melakukan penanganan yang tepat.
2. Tes Formatif
Tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
siswa telah terbentuk setelah mengikuti program tertentu. Tes
formatif diberikan pada akhir setiap program.
3. Tes Sumatif
Tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian
sekelompok atau sebuah program yang besar. Tes sumatif
dapat disamakan dengan ulangan umum yang dilaksanakan
pada tiap akhir semester. Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa tes menurut tujuannya mengukur
kemampuan dan mengetahui perkembangan siswa dibagi
menjadi empat, yaitu tes formatif, tes sumatif, tes diagnostik,
dan tes penempatan.
4) Prinsip Tes
Menurut Sudijono (2012:97-99), menuturkan ada beberapa
prinsip dasar yang perlu dicermati dalam menyusun tes hasil
belajar, diantaranya:
1) Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar
(learning outcomes) yang telah ditetapkan sesuai tujuan
instruksional.
2) Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang
representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan.
3) Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus
dibuat bervariasi.
4) Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya
untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
5) Tes hasil belajar harus memiliki realibilitas yang dapat
diandalkan.
6) Tes hasil belajar di samping harus dapat dijadikan alat pengukur
keberhasilan siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari
informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan
cara mengajar guru itu sendiri.
5) Bentuk Tes
Secara garis besar, bentuk tes dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu tes uraian, tes objektif, dan tes uraian objektif.
1. Bentuk Tes Uraian
Bentuk tes uraian (esai) adalah suatu bentuk pertanyaan yang
menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk uraian dengan
mempergunakan bahasa sendiri. Tes uraian memungkinkan
peserta didik untuk menunjukkan kemampuan peserta didik
dalam menerapkan pengetahuan, menganalisis,
menghubungkan, dan mengevaluasi informasi baru
(Nurgiyantoro, 2012:117).
2. Bentuk Tes Objektif
Bentuk tes objektif adalah tes yang terdiri dari butir-butir
soal yang dapat dijawab, oleh peserta didik dengan jalan
memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa kemungkinan
jawaban yang telah dipasangkan dengan masing-masing item
dengan jalan menuliskan (mengisi) jawabannya berupa kata-
kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang
telah disediakan untuk masing-masing butir item yang
bersangkutan (Sudjiono, 1996:106). Adapun macam-macam tes
obyektif adalah sebagai berikut:
a) Tes Melengkapi (completion test)
Tes melengkapi adalah salah satu bentuk tes jawaban
bebas, dimana butirbutir soalnya berupa satu kalimat
dimana bagian-bagian tertentu yang dianggap penting
dikosongkan, kepada peserta didik diminta untuk mengisi
bagian-bagian yang ditiadakan tersebut (Toha, 2003:67).
b) Tes benar-salah (true-false test)
Soal pada tes benar-salah berupa pernyataan-pernyataan
(statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada
yang salah. Peserta didik bertugas untuk menandai masing-
masing pernyataan itu dengan meligkari huruf B jika
pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari
huruf S jika pernyataan itu salah (Arikunto, 2012:166).
c) Tes pilihan ganda (multiple choice test)
Tes pilihan ganda terdiri dari sebuah pertayaan atau
kalimat (stem) yang belum lengkap yang kemudian diikuti
oleh sejumlah pertanyaan atau bentuk yang dapat
melengkapinya. Dari sejumlah pelengkap teresebut, hanya
sebuah pilihan yang tepat sedangkan yang lain merupakan
pengecoh (distractors) atau jawaban salah (Nurgiyantoro,
2012:129).
d) Menjodohkan (matching test)
Tes bentuk menjodohkan merupakan bentuk khusus
dari pilihan jamak. Bentuk ini terdiri atas dua macam
kolom paralel, tiap kolom berisi statement yang satu
menempati posisi sebagai soal dan satunya sebagai jawaban,
kemudian peserta didik diminta untuk menjodohkan
kesesuaian antar dua statement tersebut. Tes ini sering
digunakan untuk mengukur informasi tentang fakta,
pengertian, hubungan, dan pengertian simbol tertentu (Toha,
2003:84).
3. Bentuk Tes Uraian Objektif
Bentuk tes uraian objektif merupakan perpaduan antara tes
uraian dan objektif. Maksudnya, dilihat dari jawaban
pertanyaan yang menghendaki peserta.
Keterangan:
P: Indeks kesukaran
B: Banyaknya siswa yang menjawab dengan benar
JS: jumlah seluruh siswa peserta tes
b) Daya Pembeda
D = 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵
Keterangan :
D : Daya pembeda yang dicari
𝐵𝐴 : Batas atas
𝐵𝐵 : Batas bawah
𝐽𝐴 : Jumlah batas bawah
𝐽𝐵 : Jumlah batas bawah
𝐵𝐴
𝑃𝐴 = : Proporsi atas yang benar (ingat P, sebagai
𝐽𝐴
indeks kesukaran)
𝐵𝐵
𝑃𝐵 = : Proporsi kelompok bawah yang mejawab
𝐽𝐵
benar
Setelah mendapatkan hasil daya pembeda maka hasil
tersebut di klarifkasi berdasarkan kualitas soal. Ini dilakukan untuk
mempermudah dalam penentuan kualitas soal yang telah dibuat
sesuai dengan hasil perhitungan tersebut. Kemudian Arikunto
(2013: 218) mengklarifikasi butir soal sesuai dengan hasil
perhitungan diatas yaitu sebagai berikut
Tingkat
Daya Pembeda
Kesukaran
Hasil Analisis
Soal yang Tidak
Soal yang Layak
Layak
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
b) Analisis data
8) Bila file sudah tersimpan, klik opsi “Baca File”. Pilih file
input yang sudah tersimpan.
9) Kemudian klik opsi “Kembali ke Menu Utama”. Di kolom
bagian penyekoran, pilih opsi “Olah Semua Otomatis”.
Kemudian akan muncul hasil analisis data dilihat dari daya
pembeda, dan tingkat kesukaran.