Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN HARIAN MATA

PELAJARAN BAHASA JEPANG KELAS X SMA


NEGERI 1 KENDAL TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Skripsi

oleh
Wisnu Bayu Aji
NIM 2302416048

PRODI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu kegiatan yang memiliki elemen penting dalam


kehidupan manusia. Untuk mewujudkan keberhasilan tujuan pendidikan di
Indonesia, pekerjaan ini menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat,
keluarga, dan sekolah. Bukti konkret yang dapat dilihat untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan prestasi belajar peserta didik dapat dilihat melalui
kegiatan evaluasi. Evaluasi hasil belajar tidak hanya bermaksud untuk
mengukur capaian peserta didik melainkan keberhasilan guru dalam mengajar.
Kegiatan evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh
pendidikan yang berupa berbagai kompetensi yang ditetapkan dapat dicapai
lewat pembelajaran yang dilakukan (Nurgiyantoro, 2012:30). Sejalan dengan
hal tersebut, evaluasi hasil belajar digunakan untuk memperoleh data
pembuktian yang menjadi acuan guru untuk mengetahui ketercapaian
pembelajaran sesuai dengan kompetensi-kompetensi yang terdapat dalam
kurikulum dalam periode tertentu.

Evaluasi hasil belajar melibatkan banyak kegiatan teknis dalam


menentukan metode dan format penilaian yang dapat digunakan untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Informasi tersebut diperlukan dalam
menafsir dan menetapkan keputusan untuk kepentingan pendidikan. Penilai
membutuhkan keterampilan dalam mengidentifikasi dan memahami berbagai
macam perspektif penilaian, baik penilaian kontekstual dan proses maupun
penilaian hasil. Karena penilaian merupakan pusat kontrol keberhasilan
program pendidikan, maka terdapat dua syarat utama yang harus dipenuhi
oleh suatu instrumen penilaian, yaitu: validitas, reliabilitas, objektivitas,
praktibilitas dan ekonomis (Arikunto, 2012:58).

Ada berbagai macam evaluasi yang dapat dilakukan oleh guru, tetapi guru
harus menguasai apakah evaluasi yang akan atau telah dilakukan sesuai
dengan proses pengajaran yang telah dilakukan. Guru dapat mengetahui
ketercapaian hasil belajar siswa dengan melakukan tes. Evaluasi dengan tes
digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan oleh guru. (Widoyoko,
2008:67) mengemukakan bahwa, “Tes merupakan salah satu cara untuk
menaksirkan besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu
melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan”. Dapat
disimpulkan bahwa evaluasi dapat dilakukan salah satunya dengan
menggunakan tes. Dalam pembuatan tes seorang guru tidak begitu saja dapat
membuat dan memberikannya kepada siswa guna untuk mengetahui
kemampuan siswa tersebut. Tes yang diberikan oleh guru kepada siswa
hendaknya telah dilakukan uji coba dan telah sesuai dengan kriteria tes yang
baik. Tes yang baik juga tentunya harus sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai, sehingga dengan hasil tersebut dapat menjawab tujuan yang
diinginkan. Adapun kriteria tes yang baik yaitu harus melalui berbagai
tahapan berikut; seperti yang dikemukakan oleh Jihad dan Haris (2013: 179-
182) yaitu “kesahihan/validitas, keajegan reliabilitas, daya pembeda, tingkat
kesukaran, dan menguji kelayakan soal.” Gambaran mengenai baik buruknya
suatu perangkat tes juga dapat dilihat dari karakteristik soal yang digunakan.
Tes dengan kualitas yang baik akan memiliki butir-butir soal yang baik.

Di Kabupaten Kendal, khususnya sekolah tingat SMA yang memiliki mata


pelajaran bahasa Jepang, salah satunya SMA Negeri 1 Kendal, melalui hasil
nilai rata-rata siswa dan wawancara dengan guru bahasa Jepang dari SMA 1
Kendal, menuturkan bahwa hasil dari ulangan harian peserta didik belum
begitu memuaskan. Rata-rata nilai peserta didik adalah 67 dengan nilai kriteria
ketuntasan minimal 80 untuk ulangan harian. Hal ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor di antaranya soal ulangan harian tersebut belum diuji
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya dengan baik. Beradsarkan
hasil wawancara dengan guru bahasa Jepang di SMA Negeri 1 Kendal,
analisis butir soal ulangan harian bahasa Jepang di SMA Negeri 1 Kendal
belum dilakukan analisis butir soal. Padahal analisis butir soal ulangan harian
bahasa Jepang penting dilakukan untuk memperbaiki kualitas dan mutu soal
yang akan diujikan pada tahun-tahun berikutnya.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas tes yang telah
dibuat adalah dengan cara menganalisis butir soal. Analisis butir soal
dilakukan dari tingkatan tes terkecil yaitu ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester dan ujian sekolah. Melalui analisis butir soal,
guru dapat memperoleh informasi tentang kelayakan sebuah soal dan petunjuk
dalam mengadakan perbaikannya. Fokus dalam analisis butir soal adalah
tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecohnya. Menganalisis
tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal dari segi kesukarannya sehingga
dapat diperoleh soal mana yang termasuk mudah, sedang dan sukar.
Menganalisis daya pembeda artinya mengkaji soal dari segi kesanggupan soal
tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk tinggi prestasinya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul


“Analisis Butir Soal Ulangan Harian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
Kelas X SMA Negeri 1 Kendal Tahun 2019/2020”.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah


sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kesukaran soal yang diberikan kepada siswa kelas X


SMA Negeri 1 Kendal?

2. Bagaimana daya pembeda soal yang diberikan kepada siswa kelas X SMA
Negeri 1 Kendal?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang ditetapkan, maka tujuan penelitian ini


adalah:

1. Mendeskripsikan tingkat kesukaran soal yang diberikan kepada siswa


kelas X SMA Negeri 1 Kendal.

2. Mendeskripsikan daya pembeda soal yang diberikan kepada siswa kelas X


SMA Negeri 1 Kendal.

1.4. Batasan Masalah


Adapun batasan masalah yang diteliti sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menganalisis soal tes ulangan harian tema 1
yang berisi pembelajaran tentang aisatsu, instruksi, angka dan
hiragana, yang diberikan kepada siswa kelas X di SMA Negeri 1
Kendal. Ulangan harian tema 1 merupakan salah satu materi yang
telah diajarkan peneliti sewaktu PPL.

2. Analisis butir soal yang diteliti adalah tingkat kesukaran dan daya
pembeda soal ulangan harian mata pelajaran bahasa Jepang di
SMA Negeri 1 Kendal Tahun Ajaran 2019/2020.

1.5. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memperbaiki soal yang diberikan supaya teruji
reliabilitasnya.
b. Dapat diketahui hasil tes dengan menggunakan tes tersebut, apakah
sudah sesuai dengan tes yang baik atau belum.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, dapat menjadi bahan pertimbangan dan acuan dalam


pembuatan soal tes untuk evaluasi belajar siswa.

b. Bagi sekolah, dapat menjadi masukan sebagai bahan untuk


menentukan kebijakan dan langkah-langkah yang dipandang
efektif dibidang pendidikan, terutama yang berhubungan dengan
evaluasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS

2.1. Tinjauan Pustaka


Dalam tinjauan pustaka ini, penelitian terdahulu yang
terkait tentang penelitian ini, di antaranya dilakukan oleh Rini
(2017) yang berjudul, “Analisis Butir Soal Ujian Akhir Semester
Bahasa Jepang Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bukateja Kabupaten
Purbalingga”. Hasil penelitian menunjukan bahwa soal yang
termasuk kategori layak 13 soal (26%), kategori tidak layak 37 soal
(74%). Berdasarkan analisis faktor penyebab ketidaklayakan yang
sering muncul yaitu: 1). Distraktor pada soal Ulangan Akhir
Semester bahasa Jepang tergolong tidak baik sehingga
memudahkan siswa untuk menjawab pertanyaan ada 24 soal. 2).
Indikator pada soal Ulangan Akhir Semester bahasa Jepang tidak
jelas apa yang akan diukur ada 17 soal. 3). Soal jenis bacaan yang
jawabannya langsung dapat ditebak tanpa harus berfikir
mengetahui makna ada 14 soal. Perbedaan penelitian Rini (2017)
dengan penelitian ini terletak pada aspek analisis butir soal.
Berdasarkan aspek analisis butir soal, selain menganalisis tingkat
kesukaran ada aspek lain yang juga dianalisis. Perbedaan lain
penelitian Rini (2017) dengan penelitian ini adalah daya pembeda
soal. Selain itu soal ulangan harian dipilih menjadi objek penelitian.
Persamaan penelitian Rini (2017) dengan penelitian ini adalah
sama-sama meneliti di tingkat Sekolah Menengah Atas.
Penelitian kedua merupakan penelitian yang dilakukan oleh
Wijaya (2016) melakukan penelitian yang berjudul, “Analisis Butir
Soal Ujian Akhir Semester Bahasa Jepang Kelas XI SMA N 1
Girimarto”. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa tingkat
kesukaran soal ujian akhir semester yang telah dibuat oleh guru
mata pelajaran bahasa jepang SMA N 1 Girimarto, terdapat 16
butir soal dengan kriteria sangat mudah, 11 soal dengan kriteria
mudah, 10 soal kriteria sedang dan 3 soal kriteria sukar. Sedangkan
berdasarkan hasil analisis daya diketahui bahwa dari 40 soalyang
di analisis terdapat 37 soal kategori jelek dan 3 soal kategori cukup.
Soal tersebut tergolong dalam kategori mudah dan kurang baik
kualitasnya karena tidak ada proporsi tingkat kesukaran butir soal
yang seimbang. Sedangkan berdasarkan tingkat daya pembeda soal
tersebut sangat sulit untuk membedakan antara siswa pandai dan
siswa kurang pandai. Persamaan penelitian Wijaya (2016) dengan
penelitian ini terletak pada topik penelitian yang dilakukan yaitu
menganalisis soal evaluasi untuk mengetahui kualitas soal evaluasi
yang digunakan. Persamaan lain diantaranya yaitu tempat
penelitian, penelitian dilaksanakan pada jenjang Sekolah
Menengah Atas. Selain kedua hal tersebut, persamaan lain terletak
pada aspek butir soal yang dianalisis yaitu menganalisis tingkat
kesukaran soal. Perbedaan penelitian Wijaya (2016) dengan
penelitian ini terletak pada soal ulangan yang diteliti, Wijaya
(2016) menggunakan soal ulangan akhir semester sedangkan pada
penelitian ini menggunakan soal ulangan harian.
Penelitian yang ketiga merupakan penelitian yang
dilakukan oleh Lisdianingrum (2015) yang berjudul “Analisis Soal
Dan Hasil Tes Evaluasi Pada Pembelajaran Bahasa Jepang Di
SMA Negeri 10 Bandung”. Penelitian ini diketahui mengenai hasil
analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.
Untuk dapat meningkatkan hasil dari hasil evaluasi dari
pembelajaran siswa. Persamaan penelitian Lisdianingrum (2015)
dengan penelitian ini adalah sama sama meneliti mengenai analisis
validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran pada
item soal yang diberikan kepada siswa. Perbedaan penelitian
Lisdianingrum (2015) dengan penelitian ini adalah penelitian
Lisdianingrum (2015) secara keseluruhan menganalisis 3 soal yang
diberikan kepada siswa yakni, soal ulangan harian 1, soal ulanga
harian 2 dan ujian tenah semester. Penelitian ini menggunakan
perhitungan analisis secara manual tanpa menggunakan software.
Penelitian keempat merupakan penelitian yang dilakukan
oleh Suminarsih (2012) yang berjudul “Analisis Kualitas Butir
Soal Ulangan Tengah Semester Genap Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Siswa Kelas 3 MI Negeri Jejeran Bantul Yogyakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penelitian Suminarsih (2012)
bertujuan untuk untuk Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kualitas butir soal mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa MI
Negeri Jejeran, Bantul, Yogyakarta apabila ditinjau dari analisis:
validitas, reliabilitas, daya pembeda, fungsi pengecoh, derajat
kesukaran, dan pencapaian kompetensi. Persamaan penelitian
Suminarsih (2012) dengan penelitian ini adalah sama sama
meneliti mengenai analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan
tingkat kesukaran menggunakan software ANATES. Perbedaan
penelitian Suminarsih (2012) dengan penelitian ini adalah
penelitian Suminarsih (2012) menggunakan ulangan tengah
semester pelajaran Bahasa Indonesia kelas 3 MI.

2.2.Landasan Teoritis
Landasan teoritis yang terdapat pada penelitian ini yaitu tes,
evaluasi pembelajaran dan analisis soal.
2.2.1 Hakikat Tes Sebagai Alat Pengukur
1) Pengertian Tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis
Kuno yaitu testum yang artinya piring untuk menyisihkan logam-
logam mulia. Selanjutnya dalam bahasa Inggris ditulis dengan kata
test yang diartikan dalam bahasa Indonesia menjadi “tes”,
“ulangan”, atau “percobaan” (Sudjiono, 2012:66). Tes adalah salah
satu bentuk pengukuran, tes merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan informasi (kompetensi, pengetahuan, ketrampilan)
tentang peserta didik (Nurgiyantoro, 2012:105). Suharno (1984:3)
menyatakan bahwa tes merupakan serentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, intelligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok. Pendapat lain disampaikan oleh
Arifin (2012:18), tes merupakan suatu teknik atau cara yang
digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang
didalamnya terdapat pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian
tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur aspek perilaku peserta didik. Berdasarkan beberapa
pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tes merupakan teknik
pengukuran berupa pertanyaan yang diajukan untuk mendapatkan
informasi berupa kompetensi, kemampuan, dan pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang (peserta didik).

2) Fungsi Tes
Menurut Sudijono (2012:67), mengemukakan bahwa secara
umum ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
1) Sebagai alat ukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan
ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau
kemajuan yang telah dicapai peserta didik setelah mereka
menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu
tertentu.
2) Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran,
sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa
jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat
dicapai.

3) Macam-macam Tes
Tes merupakan salah satu evaluasi yang digunakan untuk
mengetahui perkembangan belajar peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajaran serta untuk mengukur
keberhasilan/ketercapaian tujuan pembelajaran oleh guru.
Berdasarkan tujuan mengetahui perkembangan belajar siswa, tes
diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu tes formatif
(formative assessment), tes sumatif (summative assessment), tes
penempatan (placement assessment), dan tes diagnostik (diagnostic
assessment) (Endaryanto dan Harumurti, 2014:20-23).
1. Tes Formatif (Formative Assessment)
Tes formatif bertujuan untuk mengukur perkembangan
belajar siswa dari waktu ke waktu dimana seluruh metode atau
teknik yang digunakan menyediakan informasi perkembangan
belajar siswa.
2. Tes Sumatif (Summative Assessment)
Tes sumatif merupakan penilaian belajar siswa setelah
siswa menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada
periode tertentu. Pada jenjang pendidikan formal, tes sumatif
digunakan untuk menentukan kelulusan, penjurusan, dan
kenaikan kelas.
3. Tes Penempatan (Placement Assessment)
Tes penempatan dilaksanakan sebelum kegiatan belajar-
mengajar berlangsung. Tujuan tes ini adalah menentukan posisi
setiap siswa di dalam desain instuksional dan model pem
belajaran yang akan dilakukan di kelas.
4. Tes Diagnostik (Diagnostic Assessment)
Tes diagnostik merupakan tes yang menggunakan prosedur
yang telah dispesialisasikan secara komprehensif dan rinci. Tes
diagnostik digunakan untuk mendeteksi kesukaran belajar yang
dialami siswa secara terus-menerus dan tidak bisa dipecahakan
berdasarkan tindakan korektif pada penilaian formatif.
Selanjutnya, Arikunto (2012:47-55) menyampaikan bahwa
berdasarkan segi kegunaan untuk mengukur siswa, tes dibagi
menjadi tiga, yaitu tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.
1. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga guru dapat
melakukan penanganan yang tepat.
2. Tes Formatif
Tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
siswa telah terbentuk setelah mengikuti program tertentu. Tes
formatif diberikan pada akhir setiap program.
3. Tes Sumatif
Tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian
sekelompok atau sebuah program yang besar. Tes sumatif
dapat disamakan dengan ulangan umum yang dilaksanakan
pada tiap akhir semester. Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa tes menurut tujuannya mengukur
kemampuan dan mengetahui perkembangan siswa dibagi
menjadi empat, yaitu tes formatif, tes sumatif, tes diagnostik,
dan tes penempatan.

4) Prinsip Tes
Menurut Sudijono (2012:97-99), menuturkan ada beberapa
prinsip dasar yang perlu dicermati dalam menyusun tes hasil
belajar, diantaranya:
1) Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar
(learning outcomes) yang telah ditetapkan sesuai tujuan
instruksional.
2) Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang
representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan.
3) Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus
dibuat bervariasi.
4) Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya
untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
5) Tes hasil belajar harus memiliki realibilitas yang dapat
diandalkan.
6) Tes hasil belajar di samping harus dapat dijadikan alat pengukur
keberhasilan siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari
informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan
cara mengajar guru itu sendiri.

5) Bentuk Tes
Secara garis besar, bentuk tes dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu tes uraian, tes objektif, dan tes uraian objektif.
1. Bentuk Tes Uraian
Bentuk tes uraian (esai) adalah suatu bentuk pertanyaan yang
menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk uraian dengan
mempergunakan bahasa sendiri. Tes uraian memungkinkan
peserta didik untuk menunjukkan kemampuan peserta didik
dalam menerapkan pengetahuan, menganalisis,
menghubungkan, dan mengevaluasi informasi baru
(Nurgiyantoro, 2012:117).
2. Bentuk Tes Objektif
Bentuk tes objektif adalah tes yang terdiri dari butir-butir
soal yang dapat dijawab, oleh peserta didik dengan jalan
memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa kemungkinan
jawaban yang telah dipasangkan dengan masing-masing item
dengan jalan menuliskan (mengisi) jawabannya berupa kata-
kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang
telah disediakan untuk masing-masing butir item yang
bersangkutan (Sudjiono, 1996:106). Adapun macam-macam tes
obyektif adalah sebagai berikut:
a) Tes Melengkapi (completion test)
Tes melengkapi adalah salah satu bentuk tes jawaban
bebas, dimana butirbutir soalnya berupa satu kalimat
dimana bagian-bagian tertentu yang dianggap penting
dikosongkan, kepada peserta didik diminta untuk mengisi
bagian-bagian yang ditiadakan tersebut (Toha, 2003:67).
b) Tes benar-salah (true-false test)
Soal pada tes benar-salah berupa pernyataan-pernyataan
(statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada
yang salah. Peserta didik bertugas untuk menandai masing-
masing pernyataan itu dengan meligkari huruf B jika
pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari
huruf S jika pernyataan itu salah (Arikunto, 2012:166).
c) Tes pilihan ganda (multiple choice test)
Tes pilihan ganda terdiri dari sebuah pertayaan atau
kalimat (stem) yang belum lengkap yang kemudian diikuti
oleh sejumlah pertanyaan atau bentuk yang dapat
melengkapinya. Dari sejumlah pelengkap teresebut, hanya
sebuah pilihan yang tepat sedangkan yang lain merupakan
pengecoh (distractors) atau jawaban salah (Nurgiyantoro,
2012:129).
d) Menjodohkan (matching test)
Tes bentuk menjodohkan merupakan bentuk khusus
dari pilihan jamak. Bentuk ini terdiri atas dua macam
kolom paralel, tiap kolom berisi statement yang satu
menempati posisi sebagai soal dan satunya sebagai jawaban,
kemudian peserta didik diminta untuk menjodohkan
kesesuaian antar dua statement tersebut. Tes ini sering
digunakan untuk mengukur informasi tentang fakta,
pengertian, hubungan, dan pengertian simbol tertentu (Toha,
2003:84).
3. Bentuk Tes Uraian Objektif
Bentuk tes uraian objektif merupakan perpaduan antara tes
uraian dan objektif. Maksudnya, dilihat dari jawaban
pertanyaan yang menghendaki peserta.

2.2.2 Evaluasi Pembelajaran


1) Pengertian evaluasi pembelajaran
Dalam dunia pembelajaran menurut Djiwandono (2011:11)
sebagai bagian dari penyelenggaraan pembelajaran, evaluasi
merupakan suatu kegiatan untuk melaksanakan penilaian
terhadap seluruh penyelenggaraan pembelajaran agar, bila perlu,
dapat dilakukan langkah-langkah penyesuaian dan perbaikan.
Seiring dengan pendapat Djiwandono menurut Arifin (2012: 2)
evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap
yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan
pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari evaluasi dapat
dijadikan balikan (feedback) bagi guru dalam memperbaiki dan
menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran.

2) Tujuan evaluasi pembelajaran


Djiwandono (2011:6) menyebutkan bahwa dalam hal tujuan
dan kegunaan, hasil evaluasi dianggap sebagai paling erat
kaitannya dengan gambaran tentang tingkatan kemampuan
yang dapat dicapai pada akhir penyelenggaraan suatu
pembelajaran. Seiring dengan pendapat Djiwandono, Arifin
(2012: 22) menyatakan tujuan evaluasi pembelajaran adalah
untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi system
pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi,
metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem
penilaian itu sendiri.

3) Teknik-teknik evaluasi pembelajaran


Menurut Sudijono (2009:62-63) ada dua macam teknik,
yaitu teknik tes dan teknik nontes. Dengan teknik tes, maka
evaluasi hasil proses pembelajaran dilakukan dengan jalan
menguji peserta didik. Sebaliknya, dengan teknik nontes maka
evaluasi dilakukan tanpa menguji peserta didik.

2.2.3 Hakikat Analisis Butir Soal


1) Analisis butir soal
Menurut Arikunto (2006: 205), analisis butir soal adalah
suatu prosedur yang sistematis yang akan memberikan
informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang
kita susun. Tujuan dari analisis butir soal adalah untuk
memperoleh kualitas soal yang baik sehingga dapat
memperoleh gambaran hasil belajar siswa yang sebenarnya.
Sedangkan menurut Sudjana (2013:135), “analisis butir soal
adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh
perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai”.
Pendapat lain juga diungkapkan oleh Nurgiyantoro (2012:190),
“analisis butir soal adalah identifikasi jawaban benar dan salah
tiap butir soal yang diujikan oleh peserta didik”. Menurut
Purwanto (2010:118-120), analisis soal tes ialah mencari soal
tes mana yangbaik dan mana yang tidak baik, dan mengapa
soal itu dikatakan baik atau tidak baik.
Dengan mengetahui soal-soal yang tidak baik itu
selanjutnya kita dapat mencari kemungkinan sebab-sebab
mengapa soal itu tidak baik. Dengan membuat analisis soal,
sedikitknya kita dapat mengetahui tiga hal penting yang dapat
di peroleh dari tiap soal, yaitu:
a) Sampai di mana tingkat atau taraf kesukaran soal itu
(difficulty level of an item)
b) Apakah soal itu mempunyai daya beda (discriminating
power) sehingga dapat membedakan kelompok peserta didik
yang pandai dengan kelompok peserta didik yang Kurang
Pandai.
c) Apakah semua alternatif jawaban (options) menarik
jawaban-jawaban, ataukah ada yang demikian tidak menarik
sehingga tidak perlu dimasukkan ke dalam soal.

Menurut Ngalim Purwanto (2010: 119) untuk menghitung


taraf kesukaran dan daya pembeda tiap soal dari suatu tes, kita
perlu terlebih dahulu mengelompokkan hasil tes tersebut
menjadi tiga kelompok berdasarkan peringkat dari keseluruhan
skor yang kita peroleh. Ketiga kelompok yang di maksud ialah,
(a) kelompok pandai atau upper group (25% dari peringkat
bagian atas), (b) kelompok kurang atau lower group (25% dari
peringkat bagian bawah), (c) kelompok sedang atau middle
group (50% dari peringkat bagian tengah). Dari pendapat
beberapa ahli di atas bisa diambil kesimpulan bahwa analisis
butir soal adalah proses yang sistematis dengan cara mengkaji,
mengidentifikasi benar dan salah pada pertanyaan-pertanyaan
tes agar memperoleh informasi dan hasil yang memiliki
kualitas yang baik.
Terdapat dua teori pengukuran terkait mengenai analisis
butir soal, yaitu teori pengukuran klasik (Classic Measurement
Theory) dan teori respon butir (Item Respon Theory).Meskipun
banyak anggapan yang menyebutkan bahwa teori klasik ini
memiliki banyak kelemahan, namun teori pengukuran klasik
lebih sedikit tuntutan jumlah peserta didik yang hendak
dianalisis jawabannya, misalnya jumlah satu kelas sekitar 25
sampai 40 peserta didik dan pengerjaan analisisnya juga relatif
mudah dilakukan baik itu secara manual maupun dengan
bantuan program komputer. Analisis butir soal yang dilakukan
dengan teori pengukuran klasik bertujuan untuk menghitung
indeks tingkat kesukaraan soal, dan daya pembeda soal.
Pelaksanaan proses analisis butir soal tes hasil belajar
bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi yang penting,
yang nantinya akan menjadi suatu umpan balik yang
bermanfaat untuk melakukan revisi, perbaikan, pembenahan,
penyempurnaan kembali terhadap butir-butir soal yang telah
digunakan sebagai tes hasil belajar, sehingga kedepannya tes
hasil belajar yang telah disusun oleh testeer dapat berfungsi
sebagai alat evaluasi yang baik dengan memiliki kualitas soal
yang tinggi sesuai yang diharapkan.
Dalam pelaksanaannya analisis butir soal pada umumnya
dapat dilakukan melalui dua cara yaitu analisis kuantitatif
(quantitative control) dan analisis kualitatif (qualitative
control).
a) Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif merupakan analisis yang menekankan
pada analisis karakteristik internal tes melalui data empirik dari
butir soal yang saling bersangkutan. Data empirik ini diperoleh
dari soal yang telah diujikan. Karakteristik internal secara
kuantitatif untuk soal pilihan ganda meliputi tingkat kesukaran
soal, daya pembeda, dan reliabilitas.
b) Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah analisis yang berupa penelaahan
soal yang ditinjau dari segi teknis, isi dan editorial. Analisis
teknis disini bertujuan sebagai penelaahan soal berdasarkan
prinsip-prinsip pengukuran dan format penulisan soal. Analisis
secara isi bertujuan sebagai penelaahan khusus yang berkaitan
dengan kelayakan pengetahuan yang ditanyakan.

2) Teknik analisis butir soal


a) Tingkat Kesukaran
Menurut Arifin (2013:266), “perhitungan tingkat
kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat
kesukaran suatu soal”. Berdasarkan penjelasan di atas dapat
dimaknai bahwa tingkat kesukaran ialah perbandingan
antara jumlah peserta didik yang mampu menjawab soal
dengan benar dengan jumlah peserta tes (responden).
Manakala hasilnya semakin banyak peserta didik yang
mampu menjawab dengan benar, maka butir soal tersebut
semakin memiliki tingkat kesukaran yang rendah. Tingkat
kesukaran merupakan salah satu karakteristik tenang
kualitas teori tes klasik, karakteristik tersebut akan
memiliki nilai kebaikan manakala tingkat kesukaran yang
dihasilkan bernilai sedang. Dan apabila suatu butir soal
yang bernilai rendah ataupun terlalu sukar, akan membuat
tidak adil terhadap kemampuan masing-masing peserta
didik yang nantinya akan di uji. Hal ini dikarenakan
masing-masing peserta didik memiliki kemampuan yang
berbeda-beda satu sama lain, ada yang berkemampuan
relatif tinggi dan ada pula yang berkemampuan relatif
rendah. Oleh sebab itu butir-butir soal yang memiliki
tingkat kesukaran yang sedang merupakan solusi jalan
tengah dalam melakukan proses penilaian terhadap
kemampuan peserta didik.
Menurut Sudjana (2013: 135) menyatakan asumsi
yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik,
di samping memenuhi validitas dan reliabilitas adalah
adanya keseimbangan dari tingkat kesukaran dari soal itu
sendiri. Ini diperkuat lagi oleh Arifin (2016: 266) yang
mengatakan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran
seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. menganalisis
tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal mana
yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Untuk menyusun
soal tes sebaiknya digunakan butir soal yang tingkatan
kesukarannya berimbang yaitu sukar= 25%, sedang= 50%,
dan mudah= 25%.
Rumus analisis tingkat kesukaran (Arikunto
2011:208):
𝐵
P=
𝐽𝑆

Keterangan:
P: Indeks kesukaran
B: Banyaknya siswa yang menjawab dengan benar
JS: jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Arikunto (2009:207) klasifikasi indeks


kesukaran adalah sebagai berikut :
1) Soal dengan P antara 0,00 sampai dengan 0,10
merupakan soal sangat sukar.
2) Soal dengan P antara 0,11 sampai dengan 0,30
merupakan soal sukar.
3) Soal dengan P antara 0,31 sampai dengan 0,70
merupakan soal sedang.
4) Soal dengan P antara 0,71 sampai dengan 0,90
merupakan soal mudah.
5) Soal dengan P > 0,90 merupakan soal sangat mudah.
Menurut Sudjana (2011: 137) menyatakan bahwa secara
umum indeks kesukaran suatu butir sebaiknya terletak
dalam kategori sedang yakni 0,31 – 0,70. Pada interval ini,
informasi tentang kemampuan siswa akan diperoleh secara
maksimal karena soal berada dalam kategori yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Seiring dengan
pendapat Sudjana,Arikunto (2011: 210) menyatakan Suatu
soal dianggap baik jika memiliki tingkat kesukaran antara
0,30 – 0,70 . Sedangkan Nurgiantoro (2011: 195)
menyatakan indeks yang berkisar antara 0,00 sampai
dengan 1,00. Indeks 0,00 berarti butir soal yang
bersangkutan sangat sulit karena tidak seorang peserta didik
pun dapat menjawab dengan benar .

b) Daya Pembeda

Menurut Nana Sudjana (2013:141), “analisis daya


pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa
yang tergolong mampu dengan siswa yang tergolong
kurang”. Daya pembeda dimaksudkan untuk mencari
perbedaan mengenai kemampuan peserta didik,
membedakan mana peserta didik yang memiliki
kemampuan yang tergolong relatif tinggi dan juga peserta
didik yang memiliki kemampuan tergolong relatif rendah.
Daya pembeda berbeda dengan tingkat kesukaran yang
harus memiliki indeks sedang, untuk menguji daya
pembeda ini apabila butir soal memiliki derajat yang positif
atau relatif tinggi maka semakin baik kualitas butir soal
tersebut untuk membedakan peserta didik pada golongan
relatif tinggi dan relatif rendah. Suatu pengujian butir soal
dapat dikatakan baik manakala butir soal tersebut memiliki
daya pembeda yang signifikan, maksudnya adalah jumlah
peserta didik yang mampu menjawab dengan benar harus
lebih banyak jumlahnya dibandingkan peserta didik yang
menjawab salah, apabila syarat tersebut telah terwujud
maka butir soal tersebut telah memiliki daya pembeda yang
positif.

Menurut Sudijono (2012: 385) daya pembeda adalah


kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat
membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi
dengan testee yang berkemampuan rendah, dalam
menganalisis daya pembeda soal bentuk objektif dan
bentuk uraian dilakukan dengan cara yang berbeda. Maka
akan diketahui antar peserta didik yang sudah paham terkait
materi yang telah diajarkan dan peserta didik yang belum
paham dengan materi tersebut.

Rumus analisis daya pembeda (Arikunto 2013:214):

D = 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵
Keterangan :
D : Daya pembeda yang dicari
𝐵𝐴 : Batas atas
𝐵𝐵 : Batas bawah
𝐽𝐴 : Jumlah batas bawah
𝐽𝐵 : Jumlah batas bawah
𝐵𝐴
𝑃𝐴 = : Proporsi atas yang benar (ingat P, sebagai
𝐽𝐴

indeks kesukaran)
𝐵𝐵
𝑃𝐵 = : Proporsi kelompok bawah yang mejawab
𝐽𝐵

benar
Setelah mendapatkan hasil daya pembeda maka hasil
tersebut di klarifkasi berdasarkan kualitas soal. Ini dilakukan untuk
mempermudah dalam penentuan kualitas soal yang telah dibuat
sesuai dengan hasil perhitungan tersebut. Kemudian Arikunto
(2013: 218) mengklarifikasi butir soal sesuai dengan hasil
perhitungan diatas yaitu sebagai berikut

Indeks Daya Pembeda Kategori

0,00 – 0,19 Jelek

0,20 – 0,39 Cukup

0,40 – 0,69 Baik

0,70 – 1,00 Baik Sekali

Butir item yang bersangkutan


Negatif daya pembedanya negatif (jelek
sekali)

(Anas Sudijono, 2005: 389)

2.3. Materi Soal SMA


Materi yang diajarkan di SMA Negeri 1 Kendal pada semester I
terdiri dari 3 tema yaitu: aisatsu, jiko shoukai, dan jikan.Berikut ini
merupakan tabel kisi-kisi soal ulangan harian mata pelajaran
Bahasa Jepang kelas X tahun pelajaran 2019 tema 1.

NO Soal Jenis Soal


2.4. Kerangka Berpikir
Proses kegiatan evaluasi merupakan salah satu elemen
penting yang harus dikuasai pendidik, karena melalui kegiatan
evaluasi pendidik dapat memantau perkembangan para peserta
didik dan juga sejauh mana keberhasilan pada proses pembelajaran
dalam rangka untuk mewujudkan tujuan dari pembelajaran. Hasil
yang diperoleh dari kegiatan evaluasi ini juga dapat menjadi suatu
bahan acuan yang dapat digunakan oleh pendidik dan juga bagi
pihak lain yang memiliki keperluan dalam hal pengambilan
keputusan yang berkaitan langsung dengan peserta didik.
SMA Negeri 1 Kendal merupakan salah satu sekolah di
Kabupaten Kendal yang terdapat mata pelajaran bahasa Jepang.
Selama ini guru mata pelajaran bahasa jepang belum melakukan
analisis butir soal, sehingga kualitas butir soal ulangan harian kelas
X IPS yang dibuat oleh guru mata pelajaran bahasa Jepang belum
diketahui kelayakannya.
Analisis butir soal adalah prosedur yang sistematis yang
akan memberikan informasi yang sangat khusus terhadap butir tes
yang akan disusun. Analisis soal dilakukan untuk mengetahui
berfungsi tidaknya suatu soal (alat evaluasi) dalam pencapain
tujuan pembelajaran.
Dalam menganalisis butir soal ulangan harian peneliti
memilih soal yang sudah diujikan, dilanjutkan menganalisis tingkat
kesukaran dan daya pembeda yang akan menghasilkan butir soal
yang layak dan butir soal yang tidak layak. Selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan interpretasi dari peneliti yang berpedoman
pada teori tentang kriteria atau ciri-ciri tes yang baik. Sehingga
butir soal yang tidak layak tersebut akan menjadi butir soal yang
layak. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian tentang analisis
butir soal ulangan harian.
Kegiatan analisis butir akan mampu memberikan informasi
tentang kualitas dari tes yang digunakan oleh pendidik dalam
proses mengevaluasi peserta didik. Analisis butir soal juga akan
memberikan informasi mengenai kualitas tes yang dilihat dari segi
tingkat kesukaran, daya pembeda dan relialibilitas.
Proses analisis untuk tingkat kesukaran soal yaitu
pengkajian terhadap soal-soal yang temasuk mudah, sedang, dan
sukar. Untuk tingkat kesukaran soal dapat dilihat dari nilai indeks
tingkat kesukaran soal yang berkisar antara 0,20 sampai 0,80,
manakala nilai indeks semakin mendekati angka 1,00 maka soal
tersebut masuk dalam golongan soal yang mudah. Untuk daya
pembeda soal yaitu mengkaji soal-soal tes dari segi kemampuan tes
tersebut dalam hal membedakan kelompok peserta didik yang
memiliki prestasi yang relatif tinggi dan kelompok peserta didik
yang memiliki prestasi yan relatif rendah. Setelah pendidik
melakukan analisis butir soal, informasi yang dapat digunakan
pendidik diantaranya adalah untuk mengembangkan perangkat tes
tersebut jika sudah memiliki kualitas yang baik serta dapat
memperbaiki perangkat tes jika kualitasnya masih relatif kurang
atau jelek. Dengan dilakukannya proses analisis butir soal, seorang
pendidik akan memiliki perangkat yang berkualitas baik sehingga
dapat mendeksripsikan prestasi belajar para peserta didik dengan
tepat.
Seorang pendidik yang membuat soal menggunakan kisi-
kisi sebagai acuan dalam penyusunan soal, setelah soal selesai
terlebih dahulu seorang pendidik harus mengujicobakan soal
tersebut, setelah pendidik mengujicobakan soal kemudian
dianalisis melalui lembar jawab peserta didik yang berupa tingkat
kesukaran dan daya pembeda. Apabila kriteria tersebut telah
memenuhi standar nilai yang sudah ditetapkan maka soal tersebut
sudah siap untuk disimpan dan digunakan untuk keperluan tes,
tetapi manakala dalam proses analisis tesebut soal masih berada di
bawah nilai standar dari kriteria tersebut maka soal harus
diperbaiki.

Gambar 1 Skema Kerangka Berfikir

Butir soal Ulangan Harian yang


dibuat
oleh guru bahasa Jepang SMA
Negeri 1 Kendal

Analisis Butir Soal

Tingkat
Daya Pembeda
Kesukaran

Hasil Analisis
Soal yang Tidak
Soal yang Layak
Layak

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut
Margono, (2003:8) penelitian deskripsi berusaha memberikan
dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi
tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mencari suatu informasi dan
data yang dapat digunakan untuk menggambarkan kualitas butir
soal tes ulangan harian mata pelajaran bahasa Jepang di SMA
Negeri 1 Kendal.

3.2. Variabel Penelitian


Pada penelitian ini terdapat dua buah variabel penelitian
yang digunakan yaitu sebagai berikut:
1. Variabel bebas: Soal ulangan harian bahasa Jepang
kelas X tahun ajaran 2019/2020 SMA Negeri 1 Kendal
2. Variabel terikat: Hasil analisis soal ulangan harian
bahasa Jepang kelas X tahun ajaran 2019/2020 SMA
Negeri 1 Kendal

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah soal ulangan harian
bahasa Jepang kelas X tahun ajaran 2019/2020 SMA Negeri 1
Kendal. Sedangkan, teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling (acak). Menurut
Sugiono, (2001:57) teknik simple random sampling adalah teknik
pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Sampel
yang akan diambil dari penelitian ini adalah soal ulangan harian
bahasa Jepang tema 1 kelas X tahun ajaran 2019/2020 SMA Negeri
1 Kendal.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan
untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitan.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi.
Menurut Sugiyono, (2005:82) dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Teknik
dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan soal ulangan
harian mata pelajaran bahasa Jepang SMA Negeri 1 Kendal tahun
ajaran 2019/2020 dan lembar jawaban peserta didik.

3.5. Instrumen Penelitian


Sutedi (2011:155) mengemukakan, instrumen penelitian
adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau
menyediakan data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian.
Menurut Margono, (2003:155) instrumen sebagai alat pengumpul
data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa
sehingga menghasilkan data empiris sebagai mana adanya. Dalam
penelitian ini menggunakan instrumen lembar observasi yang
berupa tabel hasil tabulasi pengamatan lembar jawaban peserta
didik dengan menggunakan program yang ada pada perangkat
komputer yaitu ANATES Versi 4.09.

3.6. Analisis Data


Soal ulangan harian mata pelajaran bahasa Jepang SMA
Negeri 1 Kendal tahun ajaran 2019/2020 yang berbentuk pilihan
ganda atau objektif dan jawaban singkat akan dianalisis
menggunakan analisis butir soal yang meliputi tingkat kesukaran
dan daya pembeda soal.
Analisis data secara kuantitatif dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan bantuan dari program komputer,
yaitu Anates versi 4.09. Anates merupakan perangkat lunak
(software) yang dibuat melalui bahasa pemprograman komputer
yang diciptakan khusus untuk analisis statistik butir soal dan tes.
Peneliti dalam analisis data menggunakan program komputer yang
khusus untuk menganalisis butir soal untuk mencari reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya pembeda. Program ini dipilih karena
dalam penggunaannya sangat efektif dalam menganalisis kualitas.
butir soal pilihan ganda maupun uraian, program ini sangat
sederhana dan mudah pengoperasiannya dibandingkan dengan
program lain. Ada tiga tahap analisis butir soal menggunakan
program Anates yang terdiri atas: memasukkan data, analisis data
dan hasil analisis.
a) Memasukkan data (input data)
1) Buka program Anates Pilihan GandaPada kolom file,
2) Pilih opsi “Buat File Baru”.
3) Kemudian muncul tampilan “Informasi Jawaban Subjek”
yang berisikan tiga kolom jawaban, yaitu: Jumlah subjek
(jumlah peserta didik yang akan dianalisis), jumlah butir
soal (jumlah soal yang akan dianalisis), dan jumlah pilihan
jawaban. Isikan sesuai dengan data yang ada. Kemudian
klik “Ok” .
4) Kemudian muncul tabel data yang masih kosong. Terdiri
dari beberapa kolom, yaitu: Nomor urut (nomor urut
peserta didik), nomor subyek (nama peserta didik), nomor
butir baru (nomor soal), nomor butir asli (nomor soal).
5) Di baris pertama, terdapat keterangan “Nama subyek I
kunci”. Isikan kunci jawaban di baris pertama sesuai
dengan nomor soal.
6) Di baris kedua isikan nama peserta didik dan jawaban
peserta didik. Begitu seterusnya hingga semua data
dimasukkan.
7) Setelah semua data berhasil dimasukkan, klik “Simpan” di
opsi paling atas diatas tabel.

b) Analisis data
8) Bila file sudah tersimpan, klik opsi “Baca File”. Pilih file
input yang sudah tersimpan.
9) Kemudian klik opsi “Kembali ke Menu Utama”. Di kolom
bagian penyekoran, pilih opsi “Olah Semua Otomatis”.
Kemudian akan muncul hasil analisis data dilihat dari daya
pembeda, dan tingkat kesukaran.

Anda mungkin juga menyukai