Oleh :
JEFRI SONI
NIM. 8126132055
Mahasiswa Pascasarjana Prodi Administrasi Pendidikan
Konsentrasi Kepengawasan
A. Latar Belakang
Persoalan penting yang dihadapi oleh bangsa indonesia pada saat ini adalah
kualitas sumber daya manusia dan mutu pendidikan. Salah satu faktor utama yang
sangat menentukan dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah tersedianya guru
profesional yang mampu melaksanakan tugas pembelajaran dengan penuh tanggung
jawab, karena guru menduduki posisi yang sangat strategis, utamanya pada jenjang
pendidikan menengah. Pada kenyataannya, tenaga pengajar memegang pernan
penting dalam mensukseskan pembelajaran disekolah yang berimplikasi pada
peningkatan mutu pendidikan, sebab tenaga pengajar merupakan unsur manusiawi
yang sangat dekat untuk berhubungan langsung dengan siswa dalam pendidikan.
Dalam meningkatkan mutu guru, salah satu usaha adalah meningkatkan kinerja
guru dalam pelaksanaan tugasnya. Mutu dan keberhasilan guru selalu ditunjukkan
melalui tindakan dan perlakuan guru yang dirasakan baik di sekolah maupun di
masyarakat sekitarnya.Tingginya kompetensi seorang guru menandakan bahwa ia
mampu memberikan kontribusi efektif terhadap keberhasilan tujuan pendidikan.
Dengan kemampuan dan profesionalitasnya, guru akan melaksanakan
tanggungjawabnya sebagai pendidik dengan penuh dedikasi dan kinerja yang baik.
Dengan kinerja yang baik itu pula seorang guru dapat memberikan kontribusi bagi
peningkatan mutu pendidikan. Menurut Suriadi (2001), bahwa guru yang memiliki
kinerja yang baik itulah yang disebut dengan guru profesional yang dicita-citakan tujuan
pendidikan nasional. Dengan demikian, telah tergambar secara utuh dan detail bahwa
mutu pendidikan dapat tercapai dalah satunya melalui kinerja guru yang baik. Kinerja
tersebut berasal dari guru-guru yang memiliki kompetensi dan memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi.
Kepemimpinan seorang kepala sekolah merupakan sesuatu yang sangat penting,
karena merupakan motor penggerak bagi segenap sumber daya yang tersedia di
lingkungan organisasi sekolah, terutama terhadap komponen sumber daya manusia yang
terdiri dari para karyawan dan guru. Begitu besarnya peranan kepemimpinan dalam
proses pencapaian tujuan organisasi, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
sukses tidaknya penyelenggaraan aktivitas suatu unit kerja organisasi sebagian besar
ditentukan oleh kualitas kepemimpinan. Kepala sekolah sebagai pimpinan dan pengelola
sumber daya sekolah, harus mampu mengelola budaya organisasi sekolahnya baik
dalam segi SDM maupun potensi-potensi sekolah lainnya.
Kepala sekolah dituntut untuk mampu beradaptasi dengan keadaan di
sekolahnya, serta dapat menjabarkan kondisi sekolahnya ke dalam visi, misi dan
aksi dengan tujuan agar mampu mencapai target kurikulum di sekolahnya.
Sekolah, sebagai organisasi pendidikan memerlukan pemimpin yang menaruh
perhatian terhadap aspek kinerja guru. Namun pada kenyataannya kepemimpinan
kepala sekolah dalam suatu sekolah terkadang memunculkan sikap pro dan kontra di
kalangan guru dan karyawan. Jika seorang guru merasa kepemimpinan kepala
sekolah tidak memuaskan maka kinerja guru tersebut akan menjadi tidak optimal,
tetapi jika kepemimpinan kepala sekolah tersbut sangat memuaskan maka kinerja
guru dan karyawan akan meningkat.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan organisasi pendidikan yang
mempunyai beberapa unsur yang terkandung dalam sistem pendidikan, yaitu: tujuan,
personel, fasilitas dan aktivitas pengelolaan. Apabila ditinjau dari unsur sistem
organisasi, sekolah akan merjadi berkualitas apabila memiliki tujuan yang jelas,
personel yang baik, sarana yang memadai, budaya organisasi yang kondusif atau
adanya kegiatan pengelolaan yang efektif. Hal ini disebabkan karena budaya
organisasi akan memberikan pengaruh yang kuat pada kinerja individu dan
organisasi melebihi faktor-faktor lain, seperti sistem, struktur, strategi, peralatan dan
sebagainya (Kotter & Heskett, 1992).
Dari gambaran diatas, diketahui bahwa terdapat faktor meningkatnya kinerja
guru disekolah, salah satunya adalah budaya organisasi. Budaya organisasi disekolah
menggambarkan suasana dan hubungan kerja antara sesama guru, antara guru dengan
kepala sekolah, antara guru dengan tenaga kependidikan lainnya, serta antara dinas
dilingkungannya, hubungan kerja yang kondusif ini sangat dibutuhkan guru untuk
dapat melaksanakan pekerjaannya dengan lebih efektif. Budaya organisasi sekolah
merupakan keyakinan, sikap dan nilai yang dimiliki sehingga menjadi identitas
organisasi sekolah. Budaya organisasi dapat dibentuk, diciptakan dan direkayasa agar
sinergis dengan cita-cita organisasi. Oleh karenanya, tugas pimpinan sekolah adalah
membangun budaya organisasi agar sejalan dengan visi dan misi sekolah. Jika hal ini
berjalan dengan efektif, diharapkan nantinya guru disekolah dapat berkerja dengan
rela, senang hati, nyaman, aman dan tentunya memiliki motivasi untuk berprestasi
serta memiliki kinerja yang tinggi.
Berbagai fakta yang banyak ditemukan didunia pendidikan saat ini adalah
kepemimpinan kepala sekolah yang dinilai kurang profesional sehingga
memunculkan sikap yang positif dan negatif bagi sebagian guru. Jika sebagian guru
menilai bahwa kepemimpinan kepala sekolah mereka belum memuaskan dan masih
sangat perlu ditingkatkan, akan sangat memungkinkan motivasi berprestasi guru
menjadi rendah dan budaya organisasi disekolah tersebut tidak berjalan sebagaimana
mestinya ini juga akan mengakibatkan kinerja guru menjadi sangat rendah dan
sebaliknya.
Sehubungan dengan uraian diatas maka masalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja guru perlu dibuktikan dengan melakukan penelitian mengenai
“ Hubungan antara Sikap terhhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi
Berprestasi dan Budaya Organisasi dengan Kinerja Guru SMAN di Kabupaten Aceh
Timur”.
B. Identifikasi Masalah
Salah satu faktor yang turut menentukan mutu pendidikan nasional adalah
kinerja guru yang tinggi dan baik, sedangkan kinerja ini dapat tumbuh dan
berkembang bila diimpuls (didorong) oleh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi
berprestasi, dan budaya organisasi para guru. Sebaliknya, jika kinerja guru tersebut
rendah maka mutu pendidikan tidak akan tercapai secara optimal. Oleh sebab itu,
masalah yang teridentifikasikan dalam penelitian ini adalah seputar faktor-faktor
yang dapat meningkatkan kinerja guru dalam menyelenggarakan proses belajar dan
pembelajaran. Masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah: 1) adakah
hubungan antara sikap terhadap kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru;
2) adakah hubungan antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru; 3) adakah
hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja guru; 4) adakah hubungan antara
sikap terhadap kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara
bersama-sama dengan kinerja guru. 5) adakah hubungan antara motivasi berprestasi
dan budaya organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru. 6) adakah
hubungan antara sikap terhadap kepemimpinan kepala sekolah dan budaya
organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru. 7) adakah hubungan antara
sikap terhadap kepemimpinan kepala sekolah, motivasi berprestasi dan budaya
organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru. Di samping itu masalah dalam
penelitian ini juga membicarakan bagaimana peran kepemimpinan kepala sekolah,
motivasi berprestasi dan budaya organisasi, sehingga dapat meningkatkan kinerja
guru-guru dalam kegiatan belajar mengajarnya agar tercipta mutu pendidikan yang
baik.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat kompleksnya permasalahan pada identifikasi masalah diatas
keterbatasan kemampuan untuk meneliti keseluruhan permasalahan yang ada, maka
masalah dalam penelitian ini dibatasi pada :
Untuk meneliti hubungan antara sikap terhadap kepemimpinan kepala
sekolah, motivasi berprestasi, budaya organisasi dengan kinerja guru ini memiliki
banyak variabel yang harus diperhatikan, misalnya jenis kompetensi yang harus
dimiliki guru, peran dan tanggung jawab kepala sekolah, budayanya dan dari segi
daerahnya, sehingga di sini perlu peneliti membatasi masalahnya. Lingkup penelitian
ini dibatasi pada kinerja guru dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu
sikap terhadap kepemimpinan kepala sekolah, motivasi berprestasi, dan budaya
organisasi dalam sekolah itu sendiri.
D. Rumusan Masalah
Setelah dilakukan identifikasi dan pembatasan masalah, maka masalah utama
dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara sikap terhadap
kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru mata pelajaran SMA Negeri
di Kabupaten Aceh Timur?
2. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi
dengan kinerja guru mata pelajaran SMA Negeri di Kabupaten Aceh Timur?
3. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara budaya organisasi
dengan kinerja guru mata pelajaran SMA Negeri di Kabupaten Aceh Timur?
4. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara sikap terhadap
kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi dengan kinerja guru mata
pelajaran SMA Negeri di Kabupaten Aceh Timur?
5. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara sikap terhadap
kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi dengan kinerja guru mata
pelajaran SMA Negeri di Kabupaten Aceh Timur?
6. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dan
budaya organisasi dengan kinerja guru mata pelajaran SMA Negeri di Kabupaten
Aceh Timur?
7. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara sikap terhadap
kepemimpinan kepala sekolah, motivasi berprestasi, dan budaya organisasi
dengan kinerja guru mata pelajaran SMA Negeri di Kabupaten Aceh Timur?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara sikap terhadap kepemimpinan
kepala sekolah dengan kinerja guru mata pelajaran SMA Negeri di Kabupaten
Aceh Timur.
2. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara motivasi berprestasi terhadap
kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Aceh Timur.
3. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja
guru SMA Negeri di Kabupaten Aceh Timur.
4. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara sikap terhadap kepemimpinan
kepala sekolah dan motivasi berprestasi dengan kinerja guru SMA Negeri di
Kabupaten Aceh Timur.
5. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara sikap terhadap kepemimpinan
kepala sekolah dan budaya organisasi dengan kinerja guru SMA Negeri di
Kabupaten Aceh Timur.
6. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara motivasi berprestasi dan budaya
organisasi dengan kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Aceh Timur.
7. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara sikap terhadap kepemimpinan
kepala sekolah, motivasi berprestasi dan budaya organisasi dengan kinerja guru
di SMA Negeri Kabupaten Aceh Timur.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan praktis:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan
khazanah ilmu pengetahuan mengenai peningkatan kinerja guru.
b. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang variabel yang sama
dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Timur dan
bahan evaluasi tentang kinerja guru.
b. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah SMA Negeri dalam mengevaluasi
tentang kepemimpinannya dalam suatu sekolah.
c. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk lebih meningkatkan motivasi
berprestasi, budaya organisasi dan kinerjanya dalam bertugas.
BAB II
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Definisi Sikap
Mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai
perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku individu terhadap
manusia lainnya atau sesuatu yang sedang dihadapi oleh individu, bahkan terhadap
diri individu itu sendiri disebut fenomena sikap. Fenomena sikap yang timbul tidak
saja ditentukan oleh keadaan objek yang sedang dihadapi tetapi juga dengan
kaitannya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, oleh situasi di saat sekarang,
dan oleh harapan-harapan untuk masa yang akan datang. Sikap manusia, atau untuk
singkatnya disebut sikap, telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli
(Azwar, 2007).
Thurstone mendefinisikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif
terhadap suatu objek psikologis (dalam Azwar, 2007). Sikap atau Attitude senantiasa
diarahkan pada suatu hal, suatu objek. Tidak ada sikap tanpa adanya objek
(Gerungan, 2004). LaPierre mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku,
tendensi, atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam
situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang
telah terkondisikan. Definisi Petty & Cacioppo secara lengkap mengatakan sikap
adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain,
objek atau isu-isu (dalam Azwar, 2007).
Menurut Fishben & Ajzen, sikap sebagai predisposisi yang dipelajari untuk
merespon secara konsisten dalam cara tertentu berkenaan dengan objek tertentu.
Sherif & Sherif menyatakan bahwa sikap menentukan keajegan dan kekhasan
perilaku seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-
kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya
suatu perbuatan atau tingkah laku (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003).
Azwar (2007), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran.
Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis
Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu
bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah
perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung
atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Kedua, kerangka pemikiran
ini diwakili oleh ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport.
Menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi
terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan
kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Ketiga, kelompok
pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic
schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen
kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam memahami, merasakan
dan berperilaku terhadap suatu objek.
Jadi berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
kecenderungan individu untuk memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku
terhadap suatu objek yang merupakan hasil dari interaksi komponen kognitif, afektif
dan konatif. Azwar (2007) menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen yaitu:
a. Komponen kognitif
Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan seseorang
mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
b. Komponen afektif
Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut masalah emosional
subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini
disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
c. Komponen perilaku
Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan
bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
5. Kinerja Guru
Kinerja merupakan hasil kerja seluruh aktivitas dari seluruh komponen
sumber daya yang ada. Kinerja atau performance adalah hasil kerja yang dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum sesuai dengan norma maupun
etika (Suryadi, 2001).
Guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan dan sebagai orang yang banyak digugu dan ditiru. Menurut UU No.
20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik (guru) merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Guru adalah seorang tenaga
profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan,
menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi (Syafrudin Nurdin, 2005).
Seorang guru tidak hanya terbatas pada status sebagai pengajar saja, namun
peranan guru lebih luas lagi yaitu seabgai penyelenggara pendidikan untuk
meningkatkan mutu pendidikan/mutu produktivitas. Kinerja seseorang sangat
ditentukan oleh pengalaman, latihan, pendidikan dan karakteristik mental serta fisik,
di samping itu kinerja juga dipengaruhi oleh aspek bahasa, aspek hukum,
kebudayaan setempat yang merupakan tambahan spesifik penting lainnya.
Untuk penilaian kinerja oleh dapat ditujukan pada berbagai aspek yaitu; 1)
kemampuan kerja, 2) kerajinan, 3) disiplin, 4) hubungan kerja, 5) prakarsa dan
kepemimpinan atau hal-hal khusus sesuai dengan bidang dan level pekerjaan yang
dijabatnya. Hal yang mudah mempengaruhi kinerja adalah imbalan yang diperoleh,
hadiah yang diberikan baik hadiah dari luar maupun dari dalam akan dapat
mempengaruhi kinerja seseorang. Hadiah tersebut dapat memotivasi seseorang untuk
melakukan pekerjaan lebih baik. Sesuatu yang paling berperan untuk memotivasi
seseorang untuk melakukan pekerjaan lebih baik adalah adanya hadiah. Disamping
hal tersebut juga diperlukan kemampuan menciptakan lingkungan kerja yang
kondusif dan pemberian penghargaan.
Kinerja guru sebagai tenaga kependidikan dan sebagai karyawan/ pegawai
negeri sipil baik di lembaga/yayasan sekolah, berperan sebagai pengelola pendidikan.
Maka sebagai seorang guru dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya di sekolah dalam rangka mencapai tujuan, terkait dengan prestasi belajar
siswa. Pendidik/guru sebagai unsur yang sangat strategis dan sebagai ujung tombak
dalam merealisasikan tujuan untuk mewujudkan produktivitas sekolah yang
berkualitas. Pendidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi sebagai agen pembelajaran
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini
meliputi; 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi
profesional, dan 4) kompetensi sosial (PP 19/2005).
Dengan demikian kinerja guru merupakan hasil yang dicapai oleh seorang
guru dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya di sekolah baik
sebagai pendidik dan pengajar dalam rangka mencapai tujuan yaitu mewujudkan
lulusan/prestasi belajar siswa yang optimal.
B. KERANGKA BERPIKIR
1. Hubungan Sikap Terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja
Guru
Sikap guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah yang tepat dan baik
dalam rangka membantu peningkatan dan kualitas kompetensi para guru, akan
menciptakan kinerja guru yang tinggi dalam rangka optimalisasi tugas dan
tanggungjawabnya dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai pelaku
pendidikan sangat penting bertugas dalam suasana kinerja yang baik, sebab
dipundak merekalah tanggungjawab pelaksanaan visi pendidikan dapat terlaksana
sebagaimana mestinya, yakni mencapai tujuan pendidikan nasional sesuai dengan
undang-undang pendidikan.
Sikap guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah yang baik, diduga
akan dapat menjamin pelaksanaan tugas pembelajaran yang terwujud melalui
unjuk kerja para guru dalam melaksanakan tugasnya masing-masing di dalam
kelas, sehingga tercapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dirumuskan
melalui kurikulum masing-masing. Kinerja guru dalam kelas banyak dipengaruhi
kepemimpinan yang secara langsung maupun tidak langsung membuat suasana
nyaman dan kondusif bagi guru untuk melaksanakan tugas pendidikannya.
Sebaliknya, apabila sikap guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah tidak baik
dan malah mendatangkan sikap antipati dari para guru yang dapat mengakibatkan
tugas dan proses pembelajarannya tidak terlaksana dengan baik, sehingga tujuan
pendidikan juga tidak dapat dicapai sebagaimana yang diharapkan.
Dari uraian dan penjelasan di atas diduga terdapat hubungan positif
antara sikap terhadap kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SMA
Negeri di Kabupaten Aceh Timur.
C. PARADIGMA PENELITIAN
Keterangan :
ry1 = Koefisien korelasi Sikap terhadap kepemimpinan kepala sekolah dengan
kinerja guru
ry2 = Koefisien korelasi motivasi berprestasi dengan kinerja guru
ry1 = Koefisien korelasi budaya organisasi dengan kinerja guru
Ry12 = Koefisien korelasi Sikap terhadap kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi
berprestasi dengan kinerja guru
Ry23 = Koefisien korelasi motivasi berprestasi dan budaya organisasi dengan kinerja
guru
Ry13 = Koefisien korelasi Sikap terhadap kepemimpinan kepala sekolah dan budaya
organisasi dengan kinerja guru
Ry123 = Koefisien korelasi Sikap terhadap kepemimpinan kepala sekolah, motivasi
berprestasi dan budaya organisasi dengan kinerja guru
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan
sebelumnya maka dirumuskan hipotesis penelitian ini, yaitu:
1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara sikap terhadap kepemimpinan
kepala sekolah dengan kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Aceh Timur.
2. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan
kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Aceh Timur
3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara budaya organisasi dengan kinerja
guru SMA Negeri di Kabupaten Aceh Timur
4. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara sikap terhadap kepemimpinan
kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara bersama-sama dengan kinerja guru
SMA Negeri di Kabupaten Aceh Timur
5. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara sikap terhadap kepemimpinan
kepala sekolah dan budaya organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru
SMA Negeri di Kabupaten Aceh Timur
6. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dan budaya
organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten
Aceh Timur
7. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara sikap terhadap kepemimpinan
kepala sekolah, motivasi berprestasi dan budaya organisasi dengan kinerja guru di
SMA Negeri Kabupaten Aceh Timur.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan jenis studi korelasional yakni untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian dengan
kajian korelatif akan dapat memprediksi hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Teknik analisis yang digunakan adalah korelasi dan regresi.
Pendekatan analisisnya adalah analisis deskriptif kuantitatif yaitu menggabarkan apa
adanya tentang suatu variabel melalui angka-angka. Jenis statistik yang dipakai
adalah inferensial yaitu mengeneralisasikan hasil penelitiannya yang ada pada
sampel bagi populasi.
Data yang dikumpulkan meliputi tiga variabel bebas yakni, Sikap terhadap
kepemimpina kepala sekolah (X1), Motivasi Berprestasi (X2) dan Budaya Organisasi
(X3) serta satu variabel terikat yaitu Kinerja Guru (Y).
2. Budaya Organisasi
Budaya organisasi yaitu suatu sistem yang menekankan nilai-nilai, norma, asumsi
dan interaksi-interaksi yang diperkenankan dan diajarkan serta diberlakukan
dalam kegiatan organisasi sekolah yang mempengaruhi pola pikir, sikap dan
perilaku anggota organisasi yang ditandai dengan kebiasaan dalam berperilaku,
aturan, orientasi orang, situasi dalam sekolah dan perhatian terhadap detail.
Indikator dalam budaya organisasi ini adalah : (a) aturan perilaku, bagaimana
anggota berinteraksi satu sama lain, menggunakan bahasa, menggunakan istilah
dan ritual umum, (b) nilai dominan; kualitas produk, ansensi, efisiensi dan
pencapaian tujuan, (c) filosofi; bagaimana perlakuan sekolah terhadap
guru/pegawai dan perlakuan terhadap siswa, (d) iklim organisasi, merupakan
keseluruhan perasaan yang disampaikan denganpengaturan yang bersifat fisik.
3. Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi adalah sikap dan keinginan untuk berprestasi, sukses atas
standar diri sendiri serta bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya dan
dapat menciptakan sesuatu yang baru atau berusaha semaksimal mungkin untuk
tujuan tertentu. Indikator yang diukur adalah: (a) keinginan untuk sukses, (b)
bertanggung jawab, (c) berprakarsa, dan (d) keinginan melaksanakan pekerjaan
menantang.
Keterangan :
ry1 = Koefisien korelasi Sikap terhadap kepemimpinan kepala sekolah dengan
kinerja guru
ry2 = Koefisien korelasi motivasi berprestasi dengan kinerja guru
ry1 = Koefisien korelasi budaya organisasi dengan kinerja guru
Ry12 = Koefisien korelasi Sikap terhadap kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi
berprestasi dengan kinerja guru
Ry23 = Koefisien korelasi motivasi berprestasi dan budaya organisasi dengan kinerja
guru
Ry13 = Koefisien korelasi Sikap terhadap kepemimpinan kepala sekolah dan budaya
organisasi dengan kinerja guru
Ry123 = Koefisien korelasi Sikap terhadap kepemimpinan kepala sekolah, motivasi
berprestasi dan budaya organisasi dengan kinerja guru
DAFTAR PUSTAKA
Azwar. 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Handoko. 2001. Manajemen. Yogyakarta : BPFE
Kotter & Heskett, 1992. Corporate Culture and Performance. New York : Free Press
Koontz. 1986. Principles of Management. New York: Mc Graw-Hill Book Company.
Luthans, F. 2005. Perilaku Organisasi. Jogjakarta : Andi
Mulyasa, H.E. 2011. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara
Nurdin Syafrudin. 2005. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta : Quantum
Teaching
Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco
Suriadi, Ace dan Tilaar, H.A.R. (2001).Analisis Kebijakan Pendidikan, Suatu Pengantar.
Bandung: Remaja Rosda Karya
Wahjosumidjo. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta : Raja Grafindo Persada