Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
a. Sistem pembangkit
b. Sistem transmisi
c. Sistem distribusi
d. Konsumen
Sistem tenaga listrik modern merupakan sistem yang komplek terdiri dari
pusat pembangkit, saluran transmisi dan jaringan distribusi yang berfungsi untuk
menyalurkan daya dari pusat pembangkit ke pusat beban. Untuk memenuhi tujuan
operasi sistem tenaga listrik, ketiga bagian yaitu pembangkit, penyaluran dan
distribusi tersebut satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan seperti terlihat
pada gambar dibawah ini :
Untuk menyalurkan tenaga listrik dari suatu sumber daya baik berupa
pusat pembangkit maupun Gardu Induk sampai ke pusat-pusat beban digunakan
jaringan tegangan menengah 20 kV. Konsumen yang memiliki daya tersambung
yang besar tidak dapat disambung melalui Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
6
A. Pengaman Utama
Pengaman utama merupakan pengaman yang paling berperan didaerah
pengamanan atau daerah yang dilindungi dan sebagai pengaman utama, maka
bekerjanya selektif serta lebih cepat mengisolasi bagian sistem yang diamankan
dari gangguan yang terjadi.
B. Pengaman Cadangan
Pengaman cadangan (back-up) merupakan pengaman cadangan pada batas
tertentu bekerjanya lebih lambat dari pengaman utama. Maksudnya adalah
pengaman ini bekerja jika pengaman utama gagal operasi. Pengaman ini dapat
dibedakan menjadi dua yaitu:
Keterangan;
1. Reliabilitas (Reliability)
Relay dapat beroperasi seketika diperlukan dan tidak beroperasi jika tidak
diperlukan. Reliabilitas terbagi atas 2 karakteristik:
a. Dependabilitas: Kemampuan beroperasi sesuai kebutuhan (tidak gagal
beroperasi jika terjadi gangguan).
b. Security: Tetap dalam kondisi tidak beroperasi ketika tidak ada
gangguan yang terkait dengan sistem yang diproteksi (tidak salah
kerja).
2. Selectivitas (Selectivity)
Kemampuan mengisolasi bagian sistem yang mengalami gangguan, yang
tidak mengalami gangguan tetap beroperasi. Mekanisme ini dicapai dengan
pengaturan daerah proteksi (zona proteksi).
3. Kecepatan operasi (Speed of Operation)
Relay harus beroperasi secepat mungkin sehingga:
a. Waktu penghilangan gangguan (fault clearance time) tidak berlebihan.
b. Kerusakan peralatan sistem (akibat pemanasan berlebih/efek thermal
gangguan) dapat dihindari.
c. Resiko penurunan tegangan dikurangi.
d. Resiko keselamatan berkurang.
e. Ketidakstabilan sistem berkurang.
4. Fleksibel (Flexibility)
Kemampuan untuk mengakomodasi kondisi sistem yang berbeda dan
kemungkinan perluasan sistem yang ada.
5. Sensitivitas (Sensitivity)
11
Sistem pengaman harus peka dan mampu beroperasi pada kondisi gangguan
minimum sekalipun.
6. Diskriminasi (Discrimination)
Relay mampu membedakan kondisi operasi ketika gangguan minimal pada
daerah proteksinya dan tidak beroperasi ketika pembebanan maksimum dan
gangguan diluar daerahnya. Dicapai melalui beberapa cara:
a. Time grading : cepat untuk daerah dalam zona, lambat diluar zona.
b. Sensitivity grading : sensitive untuk daerah dalam zona, kuran
sensitive untuk luar zona.
c. Unit Protection : zona didefinisikan per unit.
d. Kombinasi metode diatas.
7. Pertimbangan Ekonomis
Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hamper mengatasi aspek teknis, oleh
karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja
persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam sistem-sistem transmisi
justru aspek teknis yang penting. Proteksi relative mahal, namun demikian
pula sistem atau peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan
peralatan sistem adalah vital. Biasanya digunakan dua sistem proteksi yang
terpisah, yaitu proteksi primer atau proteksi utama dan proteksi pendukung
(back up).
8. Kecepatan Operasi
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin
besar kerusakan peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya membuka
bagian-bagian yang terganggu sebelum generator-generator yang dihubungkan
sinkron kehilangan sinkronisasi dengan sistem selebihnya. Waktu pembebasan
gangguan yang tipikal dalam sistem-sistem tegangan tinggi adalah 140 ms.
Dimana mendatang waktu ini hendak dipersingkat menjadi 80 ms sehingga
12
memerlukan relay dengan kecepatan yang sangat tinggi (very high speed
relaying).
9. Proteksi Pendukung
Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah
dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi
utama tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini sedapat mungkin independent
seperti halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo dan relay-relay tersendiri.
Seringkali hanya triping dan trafo-trafo tegangan yang dimiliki Bersama oleh
keduanya. Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona
sistem daya tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-zona
yang berdekatan misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker tidak
dilindungi.
Berikut ini akan ditinjau bentuk yang paling sederhana dari suatu relay
arus elektromagnetik yang disiapkan untuk merespon magnitude arus yang
mengalir dalam rangkaian yang dikontrol.
Dalam rangkaian listrik terdiri dari tiga elemen, arus I adalah arus yang
diserap relay dan sumber DC adalah sumber untuk rangkaian pen-trip. Besar arus
ini dibatasi sampai harga tertentu, apabila melewati harga yang ditentukan maka
jaringan akan diputus oleh circuit breaker (CB) atau dikirim sinyal impuls kepada
alarm atau menunjukan telah mengalir arus yang besar dalam rangkaian. Agar
operasi rangkaian diatas berlangsung demikian, suatu peralatan khusus yang
disebut relay harus dilibatkan dalam rangkaian.
X s 1= ………………………………...(2.2)
MVA hs
Dengan demikian Zs1 = jXs1
Zs1 = Impedansi sumber sisi primer
Xs1 = Reaktansi sumber sisi primer
ETT = Tegangan sisi primer
MVAhs = Kapasitas hubung singkat
2.9.1 Transformtor
Transformator adalah alat untuk memindahkan daya listrik arus bolak balk
dari satu rangkaian ke rangkaian lainnya dengan cara induksi elektromagnetik.
Dilihat dari jumlah kumparannya, transformator ada dua jenis yaitu transformator
satu fasa dan transformator tiga fasa. Rasio perbandingan trafo per fasanya
dihitung dengan persamaan (n) (Sarimun,2014):
N 1 V 1 I2
n= = = ……………………..(2.3)
N 2 V 2 I1
2.9.2 Sistem Pendingin Transformator
Sistem pendingin transformator ada dua jenis yaitu:
1. ONAN (Oil Natural Air Natural)
Pada jenis sirkulasi minyak secara alamiah dan sirkulasi udara pendingin
juga alamiah. Dalam hal ini terjadinya sirkulasi minyak pada radiator
karena adanya perbedaan berat jenis antara minyak dingin dengan minyak
panas (SPLN 77: 1987).
15
Zt= ……………………………..(2.4)
MVAtrafo
16
Dimana:
Zt = Impedansi trafo (Ω)
ETT2 = Tegangan sisi primer trafo tenaga (kV)
MVA = Kapasitas daya trafo (MVA)
2.9.4.2 Reaktansi Transformator
Reaktansi urutan positif (XT1) tercantum pada papan nama (nameplate)
transformator, besarnya tergantung dari kapasitas transformator tenaga,
dimana XT1 = XT2. Sedangkan reaktansi urutan negatif (XT0), diperoleh dari
data transformator tenaga itu sendiri, yaitu adanya belitan delta sebagai
belitan ketiga dalam transformator tersebut:
a. Untuk transformator tenaga dengan hubungan belitan NY, dimana
kapasitas belitan delta (Ñ) sama besar dengan kapasitas belitan Y,
maka XT0 = XT1.
b. Untuk transformator tenaga dengan hubungan belitan YyÑ, dimana
kapasitas belitan delta (Ñ), sepertiga dari kapasitas belitan Y (belitan
yang dipakai untuk menyalurkan daya, sedangkan belitan delta tetap
ada dalam transformator, tetapi tidak dikeluarkan kecuali satu terminal
delta untuk ditanahkan). Maka nilai (sutarjana,2015)
X T 0=3 × X n……………………..…(2.5)
c. Untuk transformator tenaga dengan hubungan belitan YY dan tidak
mempunyai belitan delta didalamya, maka besarnya XT0 berkisar antara
9 s/d 14 × XT1.
E TT 2
X T 1=% X T × …………………….(2.6)
MVATR
17
Dengan:
Z = (R + jX) Ω/km…………………………(2.7)
Dengan:
Z = Impedansi saluran
R = Resistansi saluran
X = Reaktansi saluran
Dengan demikian nilai impedansi saluran untuk lokasi gangguan yang dalam
perhitungan ini disimulasikan terjadi pada lokasi dengan jarak 0%, 25%, 50%,
75%, dan 100% panjang saluran (Sarimun, 2012).
kV ln
Tegangan dasar dalam pu (Ea) = ………………………………..…(2.11)
kV ¿ dasar
KVA 3 ∅ dasar
Arus dasar (Ibase) = …..………………………………..
√ 3 × tegangan dasar (kV )
¿
(2.12)
1. Komponen urutan positif yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,
terpisah satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120 o, dan mempunyai
urutan fasa yang sama seperti fasor aslinya (Gonen, Turan. 1988).
Gambar 2.7 Fasor Urutan Positif
(Sumber : Gonen, Turan. 1988)
Dari gambar 2.7 diperoleh
Ia1 =I 1....................................................................................... (2.18)
Ib 1=a2 Ia 1=a2 I 1
Ic 1=a I a 1=a I 1
Va1=V 1 ...................................................................................... (2.19)
2 2
Vb1=a Va1=a V 1
Vc1 =a V a 1=a V 1
2. Komponen urutan negatif yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,
terpisah satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120 o, dan mempunyai
urutan fasa yang berlawanan dengan fasor aslinya (Gonen, Turan. 1988).
Gambar 2.8 Fasor Urutan Negatif
(Sumber : Gonen, Turan. 1988)
Dari gambar 2.8 diperoleh
Ia1 =I 1…………………………………………………………. (2.20)
❑❑=❑❑ ❑❑ =❑❑❑❑
❑❑=❑❑=❑❑
❑❑=❑❑
❑❑=❑❑ ❑❑ =❑❑❑❑
❑❑=❑❑=❑❑
3. Komponen urutan nol yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan
dengan pergeseran fasa nol antara fasor yang satu denga yang lainnya.
22
(2.19)
Karena Va1 = V1
Vb1 = a2V1
Vc1 = a V1
Karena Va2 = V2
23
Vb2 = a V2
Vc2 = a2V2
Sehingga diperoleh :
Vab = Va - Vb ………………………………………………..(2.27)
Vbc = Vb - Vc ………………………………………………...(2.28)
Vca = Vc – Va ………………………………………………..(2.29)
Keterangan:
Va = besarnya tegangan fasa “a” Va1 = tegangan fasa “a” urutan positif
Vc = besarnya tegangan fasa “c” Va0 = tegangan fasa “a” urutan nol
Persamaan untuk kuantitas tegangan tersebut dia atas, dapat juga diganti
dengan kuantitas arus, dengan mengganti kuantitas tegangan (V) dengan kuantitas
Arus (I). (Stevenson, 1990)
1
Ia1 = ( I a +aI b +a 2 I c ) …………………………………………………….(2.31)
3
1
I a 2= ( I a +a 2 I b+ aI c )…………………………………………………..(2.32)
3
1
I a 0= ( I a + I b+ I c ) …………………………………………………...…(2.33)
3
Dalam sistem tiga fasa, jumlah arus saluran sama dengan residu (Ir) dalam
alur kembali lewat netral. Sehingga:
I a + I b + I c =I r …………………………………………………………...(2.34)
I r=3 I a 0 …………………………………….………………………….....(2.35)
Keterangan:
Ia1 = Arus fasa “a” urutan positif Ib0 = Arus fasa “b” urutan nol
Ia2 = Arus fasa “a” urutan negatif Ic1 = Arus fasa “c” urutan positif
Ia0 = Arus fasa “a” urutan nol Ic2 = Arus fasa “c” urutan negatif
Ib1 = Arus fasa “b” urutan positif Ic0 = Arus fasa “c” urutan nol
If = Ia (pu) × Idasar…………………………………………………………..
(2.36)
25
Jika tidak ada jalur kembali melalui netral pada sistem tiga fasa, maka Ir
sama dengan nol dan arus tidak mengandung komponen nol.
Dimana:
I = Arus yang mengalir pada hambatan Z (A)
V = Tegangan sumber (V)
26
Yang membedakan antara gangguan hubugan singkat tiga fasa, dua fasa dan satu
fasa ketanah adalah impedansi yang terbentuk sesuai dengan macam gangguan itu
sendiri, dan tegangan yang memasok arus ke titik gangguan. Impedansi yang
terbentuk dapat ditunjukan seperti berikut ini:
Dimana:
Z1 = Impedansi urutan positif (ohm)
Ia 0 1 1 1 1 Ia
[ ] [
Ia 1 = 1 a a2 0
Ia 2
3
1 a2 a 0 ][ ]
1
Diperoleh Ia0 = Ia1 = Ia2 = I ……………………………………………….(2.41)
3 a
28
Relay hubung tanah yang lebih dikenal GFR (Ground Fault Relay) pada
dasarnya mempunyai prinsip kerja sama dengan relay arus lebih (OCR) namun
memiliki perbedaan dalam kegunaannya. Bila relay OCR mendeteksi adanya
hubungan singkat antar phasa, maka GFR mendeteksi hubung singkat ke tanah.
ii. Prinsip Kerja GFR
Pada kondisi normal beban seimbang Ir, Is, It sama besar, sehingga pada
kawat netral tidak timbul arus dan relay hubung tanah tidak dialiri arus. Bila terjadi
ketidakseimbangan arus atau terjadi gangguan hubung singkat ketanah, maka akan
timbul arus urutan nol pada kawat netral, sehingga relay hubung tanah akan
bekerja.
c. Relay DEF (Directional Earth Fault)
DEF merupakan relay gangguan tanah berarah yang dipasang pada saluran
transmisi 150 kV sebagai pengaman unuk mengamankan gangguan satu fasa ke
tanah. Jenis relay ini dirancang untuk dapat mendeteksi selain besar arus juga arah
arus, supaya relay akan bekerja bila arus lebih itu arahnya ke depan, dan arah
sebaliknya. Relay ini bekerja berdasarkan dua besaran, yaitu arus I0 dideteksi ZCT
(Zero Current Transformer) yang baru muncul jika ada gangguan tanah dan
tegangan V0 dideteksi GPT (Ground Potential Transformer). Bila salah satu
komponen tidak terpenuhi maka relay tidak akan bekerja. Jika terjadi
ketidakseimbangan pada tegangan GPT akan mendeteksi V0. Jika terjadi
ketidakseimbagan pada arus maka ZCT akan mendeteksi I0. (Setiadji, 2006).
i. Prinsip Kerja DEF (Directional Earth Fault)
Relay ini mendeteksi jika terjadi gangguan satu fasa ke tanah, relay DEF
sangat sensitive karena arus gangguan fasa ke tanah pada sistem listrik relative
kecil akibat adanya netral ground resistance. Relay pengaman yang bekerja
karena adanya besaran arus dan tegangan yang dapat membedakan arah arus
gangguan ke depan atau arah arus ke belakang. Relay ini merupakn pengaman
cadangan dan relay akan bekerja jika nilai cos (φ – θ) positif, yaitu jika sudut (φ –
θ) nilainya antara -90o sampai 90o, dan relay akan restraint jika cos (φ – θ)
negatif.
ii. Setting GPT pada DEF
30
DEF mempunyai tap tegangan urutan nol (V0) 5 – 10 Volt. Tap setting
tegangan pada DEF menampilkan harga maksimum tegangan urutan nol pada
primer GPT yaitu sebesar 20 kV.
Apabila disetting pada tap V0 = 5 Volt, apabila ada sinyal 5 Volt maka ini
menunjukan bahwa tegangan urutan nol pada tegangan menengah (kV 0) sebesar
20 kV, dan untuk seiap 1 volt sinyal tegangan menunjukkan tegangan urutan nol
(kV0) sebesar 4 kV. Demikian pula untuk setting tegangan pada tap 10 Volt, maka
untuk setiap 1 volt sinyal tegangan menunjukan tegangan urutan nol (kV 0) sebesar
2 kV. Dengan mengetahui besarnya tegangan urutan nol yang timbul maka dapat
pula diketahui letak terjadinya gangguan satu fasa ke tanah, dimana apabila
tegangan urutan nol yang terbaca pada display DEF adalah maksimum, maka
gangguan satu fasa ke tanah terjadi pada daerah dekat dengan Gardu Induk. Telah
diketahui bahwa besaran tegangan residu (Vr) adalah sebesar 3 kali tegangan fasa
netral pada kondisi normal. Nilai tegangan GPT dapat diukur dengan
menggunakan rumus (Chen, Kao.1990).
Vr = 3Vr – n ……………………………………(2.43)
Sehingga
Tegangan
VR – N = 3 × …………………………
√3
(2.44)
iii. Setting Arus ZCT pada DEF
Penyetelan arus kerja DEF di dapatkan dari 10% I f maksimum. DEF
menyediakan tap setting unuk arus sebesar 1-2-3-4-5 A pada kumparan primer
ZCT yang dibulatkan 2A sama dengan 20A.
Untuk setting arus kerja DEF harus mengetahui besaran arus gangguan
maksimum dan minimum. Setting-an ini dapat di hitung dengan persamaan
sebagai berikut (Setiadji, 2006):
Iset = 10% × If maksimum ………………………...(2.45)
Penyetelan relay GFR pada sisi primer dan sisi sekunder transformator tenaga
terlebih dahulu harus dihitung arus nominal tansformator tenaga. Arus setting
untuk relay GFR baik pada sisi primer maupun pada sisi sekunder
transformator tenaga adalah:
Iset (primer) = 0,2 × Inominal trafo………………………………
(2.46)
Nilai tersebut adalah nilai primer, untuk mendapatkan nilai setelan sekunder
yang dapat disetkan pada relay GFR, maka harus dihitung dengan
mengunakan rasio trafo arus (CT) yang terpasang pada sisi primer maupun sisi
sekunder transformator tenaga.
1
Iset (sekunder) = Iset (primer) × …………………….
Ratio CT
(2.47)
Arus yang masuk ke relay GFR, dalam keaadan normal adalah sebesar arus
incoming atau outgoing dari trafo tenaga, sehingga arus normal yang terbaca
sama dengan arus trafo baik di sisi primer maupun sisi sekunder. Saat terjadi
gangguan satu fasa ke tanah, arus yang masuk ke relay GFR sama dengan arus
normal ditambah dengan arus hubung singkat yang terjadi.
Ir GFR = Ip + Ihs …………………………………………………….(2.48)
dimana:
Dengan I adalah arus gangguan hubung singkat yang terjadi di dalam ampere.
α
If
TMS =
tx
I set(( ) ) −1
………………………….
β
(2.53)
Dan
β × tms
α
t = I fault ………………………………...
[ ]
I set
−1
(2.54)
Dimana:
Tms = Time Multiple Setting
T = Waktu Kerja
If = Arus Gangguan
Iset = Arus Setting
α dan β = Konstanta jenis karakteristik relay inverse