Anda di halaman 1dari 11

Fraktur Terbuka Pergelangan Kaki: Pilihan Terapi dan Faktor yang

Mempengaruhi Hasil

1
Uttam C Saini, 2Mandeep S Dhillon, 3Udai Cheema, 4Rajesh K Rajnish

1
Assistant Professor, 2Professor and Head, 3,4
Senior Resident 1-4
Department of
Orthopaedics, Postgraduate Institute of Medical Education and Research,
Chandigarh, India

ABSTRAK

Fraktur terbuka pergelangan kaki merupakan salah satu cedera yang jarang terjadi
di antara semua fraktur pergelangan kaki dan biasanya terjadi akibat trauma
kecelakaan lalu lintas berkecepatan tinggi yang mengakibatkan hilangnya
sejumlah jaringan lunak, periosteal, kontaminasi mikroba, kerusakan tulang, dan
cedera vaskular. Penanganan fraktur terbuka pergelangan kaki menjadi tugas yang
menakutkan karena kompleks osseo-ligamentous complex, dimana jaringan
lunaknya yang relatif tipis di sekitar sendi, sehingga berisiko terjadinya infeksi
pada luka dan komplikasi, serta risiko terhadap gangguan kemampuan fungsional.
Penanganan di ruang gawat darurat meliputi stabilisasi awal pada pasien,
menanyakan riwayat kejadian, dan evaluasi klinis secara rinci untuk menentukan
tingkat dan jenis cedera, luasnya kontaminasi luka, hilangnya jaringan lunak
dan/atau tulang, dan status neurovaskular dari anggota tubuh yang cedera disertai
evaluasi radiografi. Pemberian antibiotik awal dan penilaian luka, irigasi, tindakan
aseptik, dan pembidaian sementara menjadi dasar untuk stabilisasi ortopedi awal
pada fraktur terbuka. Terdapat kesepakatan umum bahwa semua fraktur terbuka
pergelangan kaki memerlukan debridemen dan fiksasi dini untuk mengembalikan
posisi artikular dan fragmen fraktur walaupun waktu fiksasi internal/definitif
fraktur terbuka pergelangan kaki masih bisa diperdebatkan. Komplikasi yang
sering terjadi meliputi infeksi superfisial dan dalam, nekrosis tepi kulit, sindrom
kompartemen, nonunion/malunion, dan osteoartritis sekunder. Penanganan yang
tepat waktu meningkatkan hasil ortopedi yang baik terhadap pasien.
Kata kunci: Fraktur pergelangan kaki, Debridemen, Penutupan flap, Fraktur kaki,
fraktur terbuka.

PENDAHULUAN

Cedera kaki dan pergelangan kaki merupakan cedera yang paling sering terjadi
(10%) di pusat trauma ortopedi di rumah sakit tersier.1,2 Mayoritas cederanya
berat, sering terjadi pada pria dewasa muda, dan sering diabaikan pada kasus
politrauma. Cedera tulang pada pergelangan kaki (30,6%) paling sering terjadi di
antara cedera kaki diikuti fraktur metatarsal (27,9%) dan fraktur kalkaneus
(21,4%).1,3 Fraktur terbuka pergelangan kaki merupakan cedera yang jarang
terjadi (3 sampai 6%) di antara semua fraktur pergelangan kaki dan juga semakin
sering terjadi pada populasi lansia selain pada pasien muda yang mengalami
trauma. Biasanya terjadi akibat trauma kecelakaan lalu lintas berkecepatan tinggi,
yang mengakibatkan hilangnya sejumlah jaringan lunak, periosteal, kontaminasi
mikroba, kerusakan tulang, dan cedera vaskular. Klasifikasi fraktur terbuka
pergelangan kaki berdasarkan Gustilo dan Anderson5 dan dimodifikasi oleh
Gustilo et al6 membantu dalam deskripsi cedera, keputusan terapi, dan
memprediksi hasil akhir dari cedera.

Penatalaksanaan fraktur terbuka pergelangan kaki tetap menjadi hal yang


menakutkan untuk ahli bedah ortopedi karena kompleks osseo-ligamentous
complex, dimana jaringan lunaknya yang relatif tipis di sekitar sendi yang mudah
rusak, kecenderungan infeksi dan komplikasi luka, dan berisiko terjadinya infeksi
pada luka dan komplikasi, serta risiko terhadap gangguan kemampuan fungsional
pada pasien yang menjalani beberapa tindakan pembedahan. Oleh karena itu,
tujuan tatalaksana seperti perawatan luka dini dan fiksasi segera atau bertahap
tergantung pada kondisi luka untuk mengurangi komplikasi. Tujuan dari tinjauan
singkat ini adalah untuk membahas pilihan terapi, komplikasi, dan faktor yang
mempengaruhi hasil dari fraktur terbuka pergelangan kaki.

EPIDEMIOLOGI

Cedera kaki dan pergelangan kaki telah tercatat sebanyak 10% dari total kasus
trauma ortopedi di rumah sakit tersier dari negara berkembang. 1 Sebagian besar
cedera disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas berkecepatan tinggi diikuti oleh
terjatuh dan kecelakaan industri dan merupakan fraktur terbuka. Tinjauan singkat
penelitian yang berkaitan dengan fraktur terbuka pergelangan kaki ditunjukkan
pada Tabel 1.

MEKANISME CEDERA DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


HASIL

Mekanisme fraktur pergelangan kaki terbuka biasanya terjadi akibat benturan


langsung atau cedera seperti pada kecelakaan kendaraan berkecepatan tinggi dan
cedera akibat tabrakan. Terkadang, fraktur terbuka dapat terjadi akibat robeknya
kulit oleh karena sharp bone spike yang disebut sebagai inside-out compounding.
Jenis fraktur ini biasanya merupakan low-energy trauma dengan kerusakan
jaringan lunak yang minimal dan memiliki prognosis yang baik. Beberapa faktor
mempengaruhi hasil dari fraktur terbuka pergelangan kaki, seperti derajat
kontaminasi, derajat kerusakan, faktor sistemik, seperti usia, nutrisi, imunitas,
penyakit sistemik, seperti diabetes dan aterosklerosis, penyalahgunaan obat-
obatan dan alkohol, waktu dan kualitas reduksi dan fiksasi fraktur, penanganan
jaringan lunak, dan penutupan luka. Tindakan yang dilakukan di bawah kontrol
ahli bedah adalah reduksi dan fiksasi fraktur, penanganan jaringan lunak dan
penutupan luka yang akan dibahas secara rinci di bawah ini. Mayoritas faktor lain
tidak dapat dimodifikasi; oleh karena itu, perbaikan dalam penanganan luka dan
fiksasi fraktur menjadi hal utama untuk penelitian di masa yang akan datang.

PENATALAKSANAAN

Meskipun rencana tatalaksana untuk setiap cedera berbeda tiap individual, tujuan
akhir dari tatalaksana fraktur terbuka pergelangan kaki adalah untuk
menyelamatkan nyawa dan anggota tubuh pasien serta mencegah kecacatan
fungsional. Tatalaksana fraktur terbuka pergelangan kaki meliputi:

Primary Care

Penanganan fraktur terbuka pergelangan kaki di dalam ruang gawat darurat


meliputi stabilisasi pasien seperti jaga jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi diikuti
riwayat kejadian bagaimana terjadinya cedera, evaluasi klinis secara rinci untuk
menentukan tingkat dan jenis cedera, luasnya kontaminasi luka, hilangnya
jaringan lunak dan/atau tulang, dan status neurovaskular dari anggota tubuh yang
mengalami cedera.

Stabilisasi Ortopedi

Pemberian antibiotik awal dan penilaian luka, irigasi, tindakan aseptik, dan
pembidaian sementara perlu dilakukan setelah stabilisasi awal dilakukan. Evaluasi
radiografi pada sendi pergelangan kaki dengan dua proyeksi ortogonal harus
dilakukan untuk mengevaluasi luasnya cedera tulang. Posisi tungkai yang sulit
selama tindakan radiografi oleh karena nyeri dan luka yang terbuka dapat
memberikan hasil pencitraan yang kurang optimal dan mempersulit keputusan
dalam terapi yang optimal. Pemeriksaan radiologi tambahan apa pun, seperti CT
scan untuk mengevaluasi fraktur dengan lebih baik dapat dilakukan apabila
anggota tubuh yang cedera telah dibidai .

Terapi antibiotik awal, bahkan pada kasus dimana debridemen


pembedahan telah ditunda selama lebih dari 6 jam, secara signifikan mengurangi
tingkat infeksi.17 Jenis, dosis, dan durasi antibiotik masih kontroversial.
Organisme penyebab infeksi luka tergantung pada lingkungan trauma dan flora
normal kulit individu itu sendiri.18,19 Organisme yang paling sering diisolasi dari
fraktur terbuka pergelangan kaki yaitu organisme gram positif diikuti gram
negatif, anaerobik, dan organisme yang membentuk gas. 20 Oleh karena itu,
antibiotik profilaksis spektrum luas, seperti sefalosporin generasi pertama
direkomendasikan untuk fraktur terbuka. Penggunaan tambahan aminoglikosida
direkomendasikan pada fraktur terbuka derajat III.21,22 Pada periode post-operatif,
tidak ada manfaat tambahan dalam melanjutkan terapi antibiotik lebih dari 24
hingga 48 jam untuk mencegah infeksi di area pembedahan, dan penggunaan
antibiotik yang berkepanjangan dapat menyebabkan resistensi dan respon yang
buruk terhadap agen antimikroba.23,24

Tujuan irigasi luka adalah untuk membersihkan kontaminasi, dan jaringan


yang nekrotik dan nonviable yang dapat mengurangi kontaminasi bakteri. Namun,
pertanyaan tentang "seberapa banyak irigasi?" masih tidak terjawab. Ajaran
ortopedi tradisional menekankan "Dilution is the solution to pollution" dan “If a
llittle is good, more must be better.” Gustilo dan Anderson5 merekomendasikan
irigasi dengan 10L normal saline untuk menurunkan tingkat infeksi pada fraktur
terbuka. Minimal 9L normal saline direkomendasikan untuk luka derajat III.
Irigasi luka fraktur terbuka dengan larutan antibiotik belum terlihat
menguntungkan dibandingkan penggunaan larutan sabun nonsteril dalam uji coba
terkontrol secara acak, dan dapat meningkatkan risiko masalah penyembuhan
luka.25,26 Diperkirakan bahwa penggunaan larutan antiseptik dengan normal saline
seperti iodin, klorheksidin, dan hidrogen peroksida dapat mengurangi jumlah
bakteri, karena memiliki sifat bakterisidal. Namun, penggunaan larutan antiseptik
belum didukung dalam literatur saat ini karena efek toksiknya pada jaringan yang
cedera. Baru-baru ini, penelitian yang besar, multisentris (41 pusat klinis), dan
acak didanai oleh Canadian Institues of Health Research, penulis meneliti efek
irigasi normal saline vs sabun castile dengan tekanan irigasi yang tinggi, rendah,
atau sangat rendah.27 Total 2.551 pasien dengan fraktur terbuka pada ekstremitas
secara acak mendapatkan irigasi dengan satu dari tiga tekanan irigasi (tekanan
tinggi >20 psi, tekanan rendah 5 sampai 10 psi, atau tekanan sangat rendah 1
sampai 2 psi) dan satu dari dua larutan irigasi (sabun castile atau normal saline).
Penulis menyimpulkan bahwa tingkat pembedahan ulang terjadi lebih tinggi pada
kelompok sabun daripada kelompok saline dan tidak dipengaruhi oleh tekanan
irigasi, sehingga hal ini menunjukkan bahwa irigasi fraktur terbuka dengan
tekanan yang sangat rendah merupakan suatu alternatif yang dapat diterima dan
hemat biaya.27

Debridemen luka

Gustilo dan Anderson5 menunjukkan bahwa debridemen luka fraktur terbuka dan
irigasi sangat penting. Namun, literatur terkini menganjurkan tindakan
debridemen yang "dini" menggantikan tindakan debridemen yang "penting".28
Penelitian terbaru telah melaporkan bahwa debridemen yang adekuat dilakukan
melebihi "golden period" 6 jam disertai dengan terapi antibiotik yang optimal
dapat memberikan hasil yang sebanding dengan yang dilakukan dalam golden
hours saat trauma.17,29,30 Kecukupan debridemen di sekitar sendi pergelangan kaki
sulit untuk dinilai karena kurangnya ketebalan dan panjang otot, oleh karena itu,
tergantung pada jaringan lunak dan kulit di sekitarnya.
Fiksasi

Mengapa fiksasi?

Manfaat fiksasi fraktur terbuka pergelangan kaki meliputi proteksi jaringan lunak
dari cedera tambahan oleh fragmen fraktur, perbaikan perawatan luka,
penyembuhan jaringan dini, kemajuan mobilisasi dan rehabilitasi dini, dan
kemungkinan pengurangan infeksi pada luka. Fiksasi yang baik sangat penting
untuk mencapai hasil ortopedi yang baik karena hilangnya sejumlah besar tulang
dan kerusakan tulang rawan artikular, ketidakmampuan untuk mencapai reduksi
artikular, dan infeksi yang dalam. Semua masalah ini menandakan hasil yang
buruk dan terjadinya nyeri osteoartritis sekunder.16,31 Fiksasi juga membantu
dalam memulihkan kekuatan tungkai, yang kemudian meningkatkan aliran
vaskular dan limfatik. Juga membantu dalam mengidentifikasi luasnya luka dan
kebutuhan akan penutupan jaringan lunak. Selain itu, pemulihan anatomi normal
tungkai dengan fiksasi tidak hanya membantu dalam memahami pola fraktur,
tetapi juga membantu membersihkan ruang yang mati, dimana dapat menjadi
sumber hematoma dan pertumbuhan bakteri. Reduksi artikular umumnya dapat
dilakukan lebih dini, jika permukaan artikular mudah diakses melalui luka fraktur
terbuka. Jika cedera artikularnya ringan dan lukanya bersih, fiksasi segera harus
dipertimbangkan. Fiksasi dini meningkatkan akses luka. Penggunaan bidai dan
penutupan luka yang besar membuat pemeriksaan dan akses luka menjadi sulit.
Stabilisasi fraktur baik dengan perangkat fiksasi internal atau eksternal juga dapat
memudahkan perawatan luka. Intinya, stabilitas fraktur meningkatkan perawatan
pasien secara keseluruhan.

Kapan untuk fiksasi: Lebih Awal vs Ditunda?

Terdapat kesepakatan umum bahwa semua fraktur terbuka pergelangan kaki perlu
didebridemen sesegera mungkin dan difiksasi untuk mengembalikan posisi
artikular dan fraktur fragmen, tetapi masih terdapat kurangnya literatur/ konsensus
yang baik tentang waktu fiksasi internal/definitif fraktur terbuka pergelangan kaki
(Gbr. 1). Gustilo dan Anderson5 menyarankan untuk menghindari fiksasi internal
primer untuk fraktur terbuka karena risiko infeksi implan. Sebaliknya, penulis
menganjurkan fiksasi sementara dengan pin traksi disertai gips. Selama beberapa
tahun, tidak ada pedoman khusus yang dianjurkan untuk fiksasi internal fraktur
kaki dan pergelangan kaki. Franklin et al.16 melaporkan 38 kasus fraktur terbuka
pergelangan kaki ditangani dengan debridemen segera dan fiksasi internal. Penulis
tidak menemukan adanya infeksi, dan ini dikaitkan dengan stabilisasi tulang itu
sendiri, yang melindungi jaringan lunak, sehingga mengurangi risiko infeksi. 16
Bray et al15 melakukan studi perbandingan dari 31 kasus fraktur terbuka
pergelangan kaki, 16 diantaranya ditangani dengan fiksasi internal segera dan 15
dengan fiksasi internal yang ditunda. Satu infeksi dilaporkan pada setiap
kelompok; Namun, penulis mencatat adanya penurunan waktu perawatan di
rumah sakit untuk pasien yang ditangani dengan fiksasi internal segera.15

Tindakan fiksasi internal dalam tatalaksana fraktur terbuka memerlukan


perhatian yang tinggi karena tingginya risiko infeksi pada cedera tersebut.
Literatur terbaru mendukung tindakan fiksasi definitif dini untuk semua fraktur
terbuka pergelangan kaki32 disertai dengan perawatan suportif yang baik,
antibiotik yang tepat waktu, manajemen luka, balut tekanan negatif, dan
penutupan luka awal dengan local atau free flaps.7 Secara umum, fiksasi internal
segera aman dilakukan untuk pola fraktur sederhana pada luka yang bersih. 1,3
Sebagian besar fraktur terbuka derajat I dan II dapat ditangani dengan reduksi
terbuka segera dan fiksasi internal selama luka bersih dan dapat segera ditutup.
Reduksi terbuka segera dan fiksasi internal fraktur artikular derajat III pada
pergelangan kaki telah dilakukan pada beberapa kasus.15,16 Dengan adanya dan
akses untuk fiksasi eksternal, filosofi tentang penanganan pada trauma ortopedi
menjadi populer. Prinsip-prinsip penanganan pada trauma ortopedi juga dapat
diterapkan pada fraktur terbuka derajat tinggi, di politrauma, dan pasien dengan
hemodinamik yang tidak stabil. Dalam kasus seperti itu, debridemen disertai
dengan pembidaian atau ankle-spanning external fixator dapat dipertimbangkan33
(Gbr. 2).

Penutupan Luka

Pertanyaan tentang penutupan luka fraktur terbuka pergelangan kaki primer vs


ditunda telah lama dipertanyakan oleh ikatan ortopedi tanpa bukti yang kuat untuk
mendukung atau menentang salah satu modalitas. Penanganan pada 532 pasien
fraktur terbuka pada ekstremitas dengan flap dalam waktu 72 jam, antara 72 jam
dan 3 bulan, atau setelah 3 bulan menunjukkan bahwa flap dini (<72 jam)
dikaitkan dengan pengulangan prosedur tindakan yang lebih rendah secara
signifikan, infeksi post-operatif yang lebih rendah, waktu union tulang yang lebih
singkat, dan perawatan di rumah sakit yang lebih singkat. 34 Pada 84 pasien fraktur
terbuka tibia derajat IIIB atau IIIC, tindakan debridemen hingga di luar area
cedera, stabilisasi fraktur segera, dan flap segera (<24 jam), awal (<72 jam), atau
tertunda (>72 jam), menunjukkan hasil yang lebih baik dan tingkat infeksi yang
lebih rendah pada kelompok dengan flap segera dan awal.35 Benson et al36
membandingkan penutupan luka primer (44 luka) vs penutupan luka yang ditunda
(38 luka) pada rata-rata 6 hari dan tidak menemukan perbedaan tingkat infeksi
yang signifikan secara statistik. Infeksi superfisial terjadi pada tiga pasien dengan
penutupan luka primer. Infeksi yang dalam terjadi pada dua pasien dengan
penutupan luka yang ditunda. Sebuah penelitian menunjukkan 119 kasus fraktur
terbuka yang ditangani dengan berbagai teknik penutupan tidak menunjukkan
perbedaan tingkat infeksi yang signifikan secara statistik diantara kelompok
penutupan luka segera dan ditunda.37 Peran manajemen luka sementara pada
fraktur terbuka derajat IIIB sambil menunggu penutupan luka permanen
tampaknya penting. Sebuah studi retrospektif dari 229 kasus fraktur terbuka tibia
membandingkan 166 luka dengan terapi luka bertekanan negatif hingga penutupan
luka permanen dapat dilakukan dan 63 luka dengan penutupan luka konvensional
menemukan bahwa kelompok terapi luka bertekanan negatif memiliki 80%
terhadap penurunan risiko infeksi yang dalam dibandingkan dengan kelompok
dengan penutupan luka konvensional.38 Demikian juga, Liu et al39 secara
retrospektif meninjau 105 kasus dengan rekonstruksi free flap untuk trauma
ekstremitas bawah. Penulis menyimpulkan bahwa pasien yang mendapat tindakan
penutupan jaringan lunak dalam 3 hari memiliki operasi dan revisi flap, infeksi
preflap, infeksi yang dalam, dan osteomielitis yang lebih sedikit, dan perawatan di
rumah sakit yang lebih singkat secara signifikan dibandingkan dengan pasien
yang direkonstruksi diatas 7 hari.39

Kesimpulannya, penilaian klinis yang tajam diperlukan untuk penutupan


luka primer fraktur terbuka pergelangan kaki. Terutama, derajat I dan II, dan
beberapa luka derajat IIIA mungkin mendapat penutupan luka primer. Luka yang
sangat terkontaminasi memerlukan debridemen yang lebih dan menyeluruh
sebelum penutupan luka permanen dilakukan. Di area dimana kulit dan jaringan
lunaknya tipis, seperti di daerah kaki dan pergelangan kaki, bila membiarkan
lukanya terbuka seluruhnya, dapat menyebabkan retraksi kulit dan membuat
prosedur penutupan luka menjadi sulit. Jadi, perlu hati-hati untuk memperkirakan
tepi kulit pada saat pembedahan pertama, karena akan mempengaruhi prosedur
penutupan luka selanjutnya. Untuk luka yang tidak dapat ditutup segera oleh
karena kontaminasi atau kerusakan kulit dan jaringan lunak yang berat, terdapat
beberapa pilihan dan penutupan luka primer yang ditunda dapat dicoba pada hari
ke-5. Penanganan luka dengan teknik konvensional, packing, bead pouch, dan
terapi luka bertekanan negatif (Gbr. 3) harus dilakukan sampai penutupan luka
definitif dapat dilakukan. Strategi ini memungkinkan untuk dilakukan irigasi
berulang dan debridemen luka serta meminimalisasi risiko infeksi. Bila penutupan
luka segera atau penutupan luka primer yang ditunda tidak mungkin dilakukan
karena hilangnya kulit dan jaringan lunak, luka harus ditutupi dengan strategi
alternatif lainnya. Pada luka dengan vaskularisasi yang sehat dengan jaringan
granulasi yang adekuat, graft kulit merupakan pilihan yang terbaik untuk
penutupan luka. Jika terdapat kerusakan jaringan lunak yang dalam dan tulang
yang terlihat, penutupan dengan flap diperlukan. Penutupan dengan flap umumnya
tidak dilakukan pada saat debridemen awal, tetapi berfungsi dengan baik dalam
mengubah cedera terbuka menjadi cedera tertutup sehingga dapat dilakukan untuk
prosedur selanjutnya.

Penatalaksanaan Komplikasi

Komplikasi Luka Ringan

Dalam meta-analisis terbaru dari 498 kasus fraktur terbuka pergelangan kaki,
nekrosis kulit ditemukan pada 14% pasien.32 Infeksi superfisial dan nekrosis kulit
marginal membutuhkan perawatan luka yang reguler dan biasanya diberikan
antibiotik oral dalam waktu yang singkat.
Infeksi yang Dalam

Merupakan infeksi dimana mikroorganisme patogen menyerang sendi


pergelangan kaki atau jaringan lunak (Gbr. 4). Insiden yang dilaporkan bervariasi
dari 6 sampai 40%.11,12,40 Meta-analisis terbaru menyimpulkan bahwa infeksi yang
dalam terjadi pada 8% pasien fraktur terbuka.32 Disamping kebutuhan untuk
pembedahan berulang dan rawat inap, infeksi yang dalam dapat menandakan hasil
yang buruk karena tertunda atau nonunion dan artrodesis pergelangan kaki. 41
Infeksi yang seperti itu mungkin memerlukan debridemen pembedahan beberapa
kali dan pemberian antibiotik intravena dalam jangka waktu yang lama disertai
dengan pemberian antibiotik oral. Langkah-langkah pencegahannya meliputi
perawatan jaringan lunak di sekitar lokasi fraktur dengan irigasi, debridemen
menyeluruh, dan pemberian antibiotik awal.10 Fiksasi internal hanya harus
dilakukan apabila terdapat jaringan lunak yang cukup untuk menutupi implan;
fiksasi eksternal dapat dipertimbangkan sebaliknya.41

Sindrom Kompartemen

Sindrom kompartemen akut merupakan suatu kondisi nyeri yang berkembang


setelah iskemia dan pembengkakan jaringan pada kompartemen yang tertutup
rapat setelah terjadinya cedera atau fiksasi fraktur. Kondisi ini memerlukan
intervensi yang segera untuk meredakan gejala dan kemungkinan untuk terjadinya
kerusakan jaringan, fibrosis, kontraktur, dan hilangnya fungsi yang permanen.
Terjadinya sindrom kompartemen akut pada kaki setelah fraktur terbuka atau
tertutup pada pergelangan kaki mungkin berbeda pada semua pasien trauma dan
telah dijelaskan secara rinci di dalam literatur.42,43 Penggunaan tourniquet harus
diminimalisasi, dan jika digunakan, harus dipertahankan selama kurang dari satu
jam.

Non/Malunion

Nonunion lebih sering terjadi pada fraktur terbuka pergelangan kaki karena
berbagai alasan, seperti hilangnya jaringan lunak yang menutupi, gangguan suplai
darah ke tulang yang fraktur, dan infeksi yang dalam. Bila tidak sembuh dengan
cara fiksasi ulang konvensional dan bone grafting, dapat mengarah ke
osteoarthrosis sekunder dan mungkin memerlukan arthrodesis pergelangan kaki.44

Osteoartritis Sekunder

Osteoartritis sekunder atau osteoartritis pasca trauma merupakan entitas yang


dikenal yang terjadi setelah fraktur terbuka dan tertutup pergelangan kaki terlepas
dari jenis penatalaksanaannya (konservatif atau operatif).44 Faktor risiko meliputi
pergeseran talar lateral, cedera ligamen pergelangan kaki, dan malunion fibula
dengan pemendekan dan deformitas valgus.45 Pasien yang mengalami cedera berat
bahkan mungkin membutuhkan arthrodesis pergelangan kaki untuk mengontrol
rasa nyeri.

Kesimpulannya, fraktur terbuka pergelangan kaki merupakan cedera yang jarang


terjadi di antara semua fraktur pergelangan kaki dan biasanya terjadi setelah
kecelakaan lalu lintas berkecepatan tinggi sehingga menyebabkan terjadinya
hilangnya sejumlah jaringan lunak, periosteal, kontaminasi mikroba, kerusakan
tulang, dan cedera vaskular. Penanganan fraktur terbuka pergelangan kaki tetap
menjadi tugas yang menakutkan karena kompleks osseo-ligamentous complex,
dimana jaringan lunaknya yang relatif tipis di sekitar sendi, berisiko terjadinya
infeksi pada luka dan komplikasi, serta risiko terhadap gangguan kemampuan
fungsional. Pemberian antibiotik awal dan penilaian luka, irigasi, tindakan
aseptik, dan pembidaian sementara menjadi dasar untuk stabilisasi ortopedi awal
pada fraktur terbuka. Terdapat kesepakatan umum bahwa semua fraktur terbuka
pergelangan kaki memerlukan debridemen dan fiksasi dini untuk mengembalikan
posisi artikular dan fragmen fraktur walaupun waktu fiksasi internal/definitif
fraktur terbuka pergelangan kaki masih bisa diperdebatkan. Penanganan yang
tepat waktu meningkatkan hasil ortopedi yang baik terhadap pasien.

Anda mungkin juga menyukai