Bab Ii

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 22

5

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Pengertian Belt Conveyor

Belt Conveyor adalah pesawat angkat sederhana yang mana pesawat tersebut

sangat dibutuhkan oleh suatu perusahaan atau industri (khususnya di PT. Famili Raya)

dimana pesawat tersebut digunakan sebagai alat Mengangkat karet masuk ke dalam mesin

Breaker, Hammermill, Cleaning Tank dan Mixing Tank .

Belt Conveyor digunakan sebagai komponen dalam warehousing dan distribusi

terautomasi, membuat lebih efisien dalam manufacturing dan distribution. Merupakan

sistem penghematan tenaga kerja yang memperkenankan volume besar bergerak cepat

dalam proses, memperkenankan perusahaan dalam proses produksi yang lebih besar

dan pengeluaran untuk tenaga kerja yang lebih rendah.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian Belt Conveyor adalah

sebagai berikut :

1 Sifat material yang dibawa.

2 Kapasitas yang harus dibawa.

3 Metode penyimpanan material.

4 Karakteristik proses produksi.

5 Kondisi lingkungan tempat alat transport.

Belt Conveyor dapat digunakan untuk mengangkut bermacam-macam bahan,

khusus di PT. Famili Raya digunakan sebagai pengangkut karet masuk ke dalam mesin
6

Breaker, Hammermill, Cleaning Tank dan Mixing Tank . Keuntungan Belt Conveyor adalah

kapasitas angkutnya tinggi, desainnya sederhana, ringan dan mudah perawatannya.

2.2 Prinsip Kerja Belt Conveyor

Prinsip kerja dari Belt Conveyor ini adalah bahan material dimasukkan kecorong

pengisian dan material berada di atas belt dan berjalan karena putaran pulley yang

digerakkan oleh motor penggerak, kemudian secara tidak langsung idler (pulley kecil)

dibawah dan diatas belt ikut bergerak sebagai penyangga langsung belt dengan bahan

material.

2.3 Bagian Utama Belt Conveyor

Bagian utama dari Belt Conveyor dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Konstruksi Elemen Belt Conveyor


Sumber :PT.Famili Raya
Untuk supaya bisa melihat lebih jelas dari layout Belt Conveyor dapat dilihat pada

lampiran 3.

2.3.1 Belt adalah merupakan komponen utama dalam desain sistem belt conveyor

karena:
7

1 Belt merupakan komponen yang membawa material.

2 Belt merupakan komponen yang bersentuhan langsung dengan material dan

menerima segala perlakuan dari material contohnya pembebanan impact, abrasi dan

lainnya.

3 Belt adalah komponen yang akan aus. Desain yang tidak baik akan mengakibatkan

belt cepat aus dan sobek dan akan menyebabkan biaya yang mahal dalam

perawatan.

Dalam standar lebar belt, PT. Famili Raya memakai lebar belt : 900, 1200, 1400,

1800, 2000. Bahan dasar dari belt conveyor adalah carcas, carcass juga terbuat dari

bermacam-macam bahan yang disesuaikan dengan penggunaannya. Umumnya bahan

tersebut adalah : cotton, staple rayon, cotton nylon, rayon nilon dan polyester nylon.

Adapun syarat–syarat umum dari sebuah belt adalah sebagai berikut :

1. Tahan terhadap beban tarik.

2. Tahan terhadap beban kejut.

3. Perpanjangan spesifik yang rendah.

4. Harus fleksibel.

5. Tidak menyerap air.

Setelah dapat mengetahui syarat-syarat umum sebuah Belt, maka dapat juga

mengetahui tingkatan lapisan dari Belt. Adapun tingkatan lapisan itu adalah sebagai

berikut :

1. Top Cover (lapisan karet atas).

2. Skim coat (lapisan karet tipis).

3. Carcass (lapisan penguat).


8

4. Bottom cover (karet penutup bagian bawah).

Untuk melihat tingkatan lapisan belt dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Tingkat Lapisan Belt


Sumber :PT.Famili Raya
Ada dua tipe carcass. Textile fabric dan steel cord. Berdasarkan hal tersebut ada

dua tipe belt yang penamaannya dihubungkan dengan jenis carcass pada belt. Dua tipe

dari belt tersebut adalah Textile fabric belt dan Steel cord belt.

1) Textile Fabric Belt

Belt tipe ini mempunyai carcass pabrikan. Pada umumnya cover terbuat dari rubber

(karet). Cover dapat juga terbuat dari bahan PVC. Meurut penamaan dari belt

dikenal luas sebagai “Textile fabric belt“, textile fabric PVC belt dan lainnya.

2) Steel Cord Belt

Belt tipe Steel Cord memiliki carcass (terisi bearing) terbuat dari steel cord

(kadang-kadang ini disebut sebagai sling atau kabel baja). Steel cord diletakkan

paralel dalam satu lapisan dan dilapisi karet untuk membentuk permukaan belt yang

menyambung. Di PT. Famili Raya hanya menggunakan tipe belt jenis “ TEXTILE

FABRIC BELT”
9

2.3.2 Idler

Conveyor Belt membutuhkan penopang antara Head dan Tail Pulley yang berada

berdekatan. Saat belt bergerak, penopang ini harus berada dalam bentuk roller untuk

menghindari belt keluar jalur dari penopangnya. Pergerakan belt sama dengan

pergerakan berputar roller pada kecepatan yang sama, sehingga belt bergerak di atas

roller penopang tanpa keluar dari jalur. Pada dasarnya roller sangat penting bagi

conveyor belt.

Roller menopang belt tanpa memiliki daya, dan berputar didasari karena

pergerakan dari belt. Oleh karena itu roller ini disebut Idler Roler. Penopang yang

menopang belt memiliki satu atau lebih roller dan juga frame untuk dudukan Idler ini.

Umumnya mereka dinamakan : “ idler” atau “set idler” yang artinya penopang

sempurna berdasarkan pada unit roller bersama dengan mounting frame nya atau

sambungan mounting.

Adapun fungsi dari sebuah Idler adalah :

a. Untuk menopang belt sekaligus bersama material yang dibawanya, tanpa

memperlambat pergerakan belt.

b. Untuk menopang belt pada saat kembali, tanpa memperlambat pergerakan belt.

c. Untuk membentuk belt dengan bentuk tertentu, agar memudahkan belt

membawa material yang dibawanya.

d. Menyediakan penopang khusus pada belt saat loading point, bertujuan

memberikan penempatan yang tepat bagi material di atas belt, dengan resiko

kerusakan yang minimum pada belt.


10

e. Belt merubah bentuknya dari rata menjadi sesuai dengan bentuk Tail Pulley dan

berubah lagi menjadi rata di Head Pulley. Transition idler lah yang merubah

bentuk belt pada lokasi–lokasi ini, dengan peregangan minimal pada belt. Idler

dibutuhkan untuk memperbaiki kesejajaran belt, contohnya, idler harus secara

otomatis menempatkan belt centerline dengan conveyor center line. Ini sangat

penting karena kesejajaran yang dilakukan oleh Head dan Tail pulley hanya

berjarak kurang dari 10 meter dari Head dan Tail pulley.

Ada beberapa tipe dari Fixed Frame Idler berdasarkan pada fungsi khusus. Di

bawah ini ada beberapa macam idler yang biasanya digunakan pada belt conveyor di

PT. Famili Raya sebagai berikut :

1. Troughing Idler

Biasanya, “Troughing Idler” berisi 3 roller tipe trough idler untuk menahan belt

yang bergerak. Central roller ditempatkan horizontal, sementara side roller

diposisikan pada sudut 20°, 25°,30°,35°,40° atau 45°. Inklinasi side roller dari garis

horizontal dikenal sebagai sudut troughing. Untuk belt dengan lebar yang pendek

atau sedang, sudut bending nya dalam jangkauan yang rendah karena membending

belt akan menjadi lebih sulit. Aplikasi standar untuk Troughing Idler adalah ke-tiga

roller identik dan dapat ditukar, sehingga mengurangi stok spare-part. Seperti yang

diperlihatkan pada gambar 2.3 (a).


11

(a) (b)

Gambar 2.3 (a) Through Carrying Idler (b) Through Impact Idler

2. Impact Idler

Impact Idler umumya terdiri dari 3 roller yang dibending. Sudut bending

impact idler, panjang roller, atau kuantitas roller normalnya sama dengan idler-idler

lain yang dibending dalam sebuah conveyor. Impact idler digunakan untuk menopang

belt pada zona penerimaan material. Impact idler dapat diandalkan saat menangani

tumpahan dari material berat dengan menyerap daya benturan yang dihasilkan dari

material yang jatuh dan untuk melindungi belt dari kerusakan. Idler ini terdiri dari 3

nos roller dan penopang frame baja.

Roller-roller ini standar dengan konstruksinya, akan tetapi memiliki komponen

yang lebih kuat untuk menyamai kapasitas loading. Roller ini dipasang pada frame baja

yang terukur untuk menyediakan sudut bending dari 20°,25°.30°,35°,40°, atau 45°.

Dapat dilihat pada gambar 2.4 (b).

3. V-Trough Carrying Idler

Idler ini digunakan di tempat yang biasanya menggunakan 3 roller Idler. Idler

seperti berbiaya lebih rendah karena tipikal, termasuk hanya menggunakan 4 bearing

daripada 6 bearing. Bagaimanapun juga, kelebihannya akan terlihat apabila ukuran

bearing tidak berubah dari ukuran minimum yang digunakan. Idler ini tidak
12

menyediakan penopang untuk bongkahan material, yang berakibat terpusatnya tekanan

pada belt, yang menyebabkan cepatnya belt menjadi terkikis. Idler ini menggunakan

sudut 20° inklinasi. Idler ini biasanya digunakan untuk belt dengan ukuran yang kecil,

dan untuk menghantarkan material ukuran yang terbatas. Seperti yang diperlihatkan

pada gambar 2.4 (a) .

(a) (b)

Gambar 2.4 (a) V-Type Carrying Idler (b) Self-Aligning Carrying Idler
Sumber :PT.Famili Raya
4. Self-Aligning Carriying Idler

Idler ini digunakan pada belt yang bergerak dengan interval antara 15 sampai 21

meter berdasarkan standart untuk idler conveyor. Idler ini menggunakan 3 roller, 2

roller atau single roller yang sangat tepat untuk idler carrying. Idler ini memiliki

roller atas yang dipasang diatas Frame Swiveling, yang tentunya berputar pada

frame stationary. Roller pengarah berbentuk vertical disediakan pada tiap ujung

swiveling-frame, yang akan mendorong belt kearah conveyor center line. Seperti

yang diperlihatkan pada gambar 2.5 (b)

5. Flat Return Idler (Single Roll Return Idler)

Flat return idler memiliki single roller untuk member support pada saat belt

conveyor berjalan kembali. Idler ini terdiri dari single roller dan 2 nos bracket yang
13

dipasang di bawah conveyor stinger. Idler ini sangat luas di pakai untuk belt dengan

jangkauan rendah dan juga murah. Seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.5 (a).

(a) (b)

Gambar 2.5 (a) Flat Return Idler (b) Self-Aligning Return Idler
Sumber :PT.Famili Raya

6. Self-Aligning Return Idler

Idler ini digunakan pada belt bergerak dengan interval antara 21 sampai 30

meter, pada tempat yang biasanya return idler berada. Idler ini menggunakan

kekuatannya pada return belt yang bergerak pada saat belt keluar dari garis pusat

conveyor. Idler ini menggunakan single roller atau dua roller yang standar dengan yang

digunakan pada conveyor umumnya. Roller atas dipasang pada swiveling frame, yang

tentunya bergerak pada frame stationary. Frame stationary di mur dengan kuat pada

badan conveyor. Roller pengarah yang berbentuk vertical dipasang pada tiap sisi

swiveling frame, untuk mendorong belt agar mencapai kesejajaran.


14

2.3.3 Unit Penggerak

Unit penggerak adalah sumber tenaga untuk memutar dan menggerakkan Belt

Conveyor. Bagian ini terdiri dari Drive Pulley atau Head Drum, Gear Box dan Drive

Pulley berbentuk silinder dengan poros yang dihubungkan melalui coupling dengan gear

box dan motor penggerak. Permukaan pulley dilapisi dengan karet untuk memperbesar

koefisien gesek, sebab fungsi pulley ini untuk menarik belt dengan prinsip gaya gesek.

Gambar 2.6 Unit Penggerak Belt Conveyor


Sumber :PT.Famili Raya

2.3.4 Tael Pulley dan Take Up Pulley

Fungsi alat ini untuk memberikan tegangan awal, menghilangkan dan

mengkompresikan perpanjangan yang disebabkan oleh beban berlebih. Jenis-jenis yang

biasa digunakan adalah grafity type (counterweight), dipasang untuk belt panjang dan

mendaki dengan menambah pemberat pada gravity pulley. Gelundungan atau pulley

yang dipasang pada akhir sabuk/belt yang berfungsi untuk menahan serta menstabilkan

arah perputaran sabuk/belt disepanjang knostruksi kedudukan komponen Belt Conveyor.


15

Serta menstabilkan tegangan sabuk/belt, seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.8 (a).

Beberapa metode pemasangan Take Up Pulley sebagai berikut :

1. Counterweighted Carriage take Up dipasang pada tael dan Belt Conveyor, setelah

itu di gantung pemberat/beban yang disesuaikan dengan panjang belt Conveyor.

2. Vertical Counterweihted Take Up, dipasang pada pertengahan atau mendekati drive

unit dan menggunakan tiga pulley, dua sebagai pembantu Belt dan satu lagi untuk

penegang, letak Take Up ini pada return Idler.

Gambar 2.7 (a) Drive Pulley

Sumber :PT.Famili Raya

2.3.5. Drive pulley


Drive pulley Berfungsi untuk mendukung sabuk/belt dan memutar atau menarik

sabuk/belt sehingga belt berjalan diatas rol-rol (carrying idler) yang mendukung belt,

dimana putaran tersebut diterima dari motor penggerak melalui coupling/v-belt dan roda

gigi untuk transmisi. Dapat dilihat pada gambar 2.7 (a).


16

2.3.6 Feed Hopper dan Head Chute

Berfungsi sebagai cerobong penerima dan mencurahkan material, sehingga

muatan tidak berdasarkan saat Belt Conveyor menerima dan mencurahkan muatan dari

unit Belt Conveyor lainnya.

2.3.7 Belt Cleaner

Berfungsi untuk membersihkan material yang lengket dari permukaan Belt saat

balik, biasanya dipasang saat Belt balik. Dapat dilihat pada gambar 2.8 (a) dan (b).

(a) (b)

Gambar 2.8 (a) dan (b) Belt Cleaner.


Sumber :PT.Famili Raya

2.4 Bantalan (Bearing)


Pada suatu peralatan/mesin dapat dipastikan bahwa terdapat banyak komponen

yang bergerak baik dalam bentuk gerakan angular maupun gerakan linear. Gerakan

relatif antar komponen mesin akan menimbulkan gesekan, dimana gesekan ini dapat

menurunkan efisiensi mesin, meningkatnya temperatur, keausan, dan berbagai efek

negatif lainya. Gesekan antara komponen mesin tersebut dapat diminimalkan dengan

menggunakan bantalan atau bearing. Terdapat dua jenis mekanisme yang digunakan

bantalan dalam mengatasi gesekan yaitu mekanisme sliding dan mekanisme rolling.
17

Untuk mekanisme sliding, dimana terjadi gerakan relatif antar permukaan, maka

penggunaan pelumas memegang peranan yang sangat penting. Sedangkan mekanisme

rolling, dimana tidak boleh terjadi gerakan relatif antara pemukaan yang berkontak,

peran pelumas lebih kecil. Bentuk pelumas dapat berupa gas, cair maupun padat.

2.4.1 Klasifikasi dan Kriteria Pemilihan Bantalan

Secara umum bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan arah beban dan

berdasarkan konstruksi atau mekanismenya mengatasi gesekan. Berdasarkan arah

beban yang bekerja pada bantalan, seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.10,

bantalan dapat diklasifikasikan menjadi :

1 Bantalan radial/radial bearing : menahan beban dalam arah radial.

2 Bantalan aksial/thrust bearing : menahan beban dalam arak aksial.

3 Bantalan yang mampu menahan kombinasi beban dalam arah radial dan arah

aksial.
18

Gambar 2.9 Arah Beban Pada Bantalan

Sumber :PT.Famili Raya


19

Berdasarkan konstruksi dan mekanisme mengatasi gesekan, bantalan dapat

diklasifikasikan menjadi dua yaitu bantalan luncur (sliding bearing) dan bantalan

gelinding (rolling bearing).

1 Bantalan luncur yang sering disebut sliding bearing atau plain bearing

menggunakan mekanisme sliding, dimana dua permukaan komponen mesin

saling bergerak relatif. Diantara kedua permukaan terdapat pelumas sebagai agen

utama untuk mengurangi gesekan antara kedua permukaan. Bantalan luncur

untuk beban arah radial disebut journal bearing dan untuk beban arah aksial

disebut plain thrust bearing. Contoh konstruksi bantalan luncur yang

diperlihatkan pada gambar 2.10 (a). Berdasarkan jenis pelumasan antara

permukaan sliding, bantalan luncur juga diklasifikasikan menjadi rubbing plain

bearing, plain bearing, hydrodynamic plain bearing, dan hydrostatic plain

bearing.

2 Bantalan gelinding menggunakan elemen rolling untuk mengatasi gesekan antara

dua komponen yang bergerak. Diantara kedua permukaan ditempatkan elemen

gelinding seperti misalnya bola, rol, taper, dll. Kontak gelinding terjadi antara

elemen ini dengan komponen lain yang berarti pada permukaan kontak tidak ada

gerakan relatif. Contoh konstruksi bantalan gelinding yang diperlihatkan pada

gambar 2.10 (b).


20

(a) (b)

Gambar 2.10 (a) Konstruksi Bantalan Luncur (b) Bantalan Gelinding


Sumber :PT.Famili Raya

Variasi bentuk geometri dan fungsi bantalan untuk masing-masing tipe sangat

banyak jenisnya. Karena itu, untuk menjamin interchangeability dan simplifikasi,

bantalan telah distandarkan dan berbagai data-datanya dipresentasikan dalam katalog.

2.5 Pengertian Perawatan

Menurut Antony Corder (1992), Perawatan Adalah suatu kombinasi dari setiap

tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang untuk memperbaikinya sampai

suatu kondisi bisa diterima. Perawatan juga ditujukan untuk mengembalikan suatu

sistem pada kondisinya agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan

memperpanjang usia kegunaan mesin. Perawatan juga menyangkut usaha pencegahan

dan perbaikan. Pekerjaan yang dilakukan dalam perawatan adalah pekerjaan yang

paling mendasar dalam perawatan, misalnya membersihkan peralatan dari debu maupun

kotoran-kotoran. Debu ini yang menjadi awal penyebab terjadinya proses kondensasi
21

dengan butiran air yang terdapat pada udara. Apabila terjadi kondensasi maka lambat

laun akan merusak pada permukaan komponen mesin.

Perawatan dapat digunakan untuk membuat sebuah kebijakan mengenai aktifitas

perawatan, dengan melibatkan aspek teknis dan pengendalian ke dalam sebuah program

perawatan. Pada umumnya, semakin tinggi aktivitas perbaikan dalam sebuah sistem,

kebutuhan akan dari perawatan menjadi semakin penting.

2.5.1 Tujuan Perawatan

Adapun tujuan dari sebuah perawatan adalah sebagai berikut :

a) Agar mesin dan peralatan selalu dalam keadaan siap pakai secara optimal

sehingga dapat menjamin kelangsungan pekerjaan.

b) Agar dapat menjamin keselamatan personil dalam menggunakan fasilitas

sehingga operator dapat bekerja secara optimal, nyaman dan aman.

c) Menjaga agar mesin selalu dalam keadaan stabil, sehingga mempermudah

pelaksanaan operasi.

d) Untuk menjamin kerusakan sedini mungkin, maka apabila terdapat kerusakan

yang sifatnya mendadak dapat dihindari.

e) Untuk menjamin keselamatan personal yang memakai keselamatan tersebut.

Hal–hal yang mendukung keberhasilan perawatan dalam melayani atau

memberikan layanan yang tepat pada bagian-bagian yang lainnya, seperti berikut :

a) Kemampuan personil untuk merawat dan tidak sekedar memiliki keterampilan

untuk memperbaiki mesin.

b) Ketersediaan data mesin.

c) Kelancaran arus informasi.


22

d) Kejelasan standar pengerjaan.

e) Kejelasan perintah kerja.

f) Kemampuan, kemauan untuk membuat suatu rencana perawatan.

g) Keselamatan dan keamanan kerja.

h) Ketelitian kerja.

i) Kelengkapan fasilitas kerja.

2.5.2 Klasifikasi Perawatan

Menurut Antony Corder (1992), klasifikasi perawatan dapat dikelompokkan

menjadi perawatan terencana dan tidak terencana seperti pada gambar 2.22 berikut ini.

Gambar 2.11 Bagan Perawatan

2.5.2.1 Perawatan Terencana

Perawatan terencana adalah perawatan yang terorganisir dan dilaksanakan

dengan pemikiran sebelumnya dengan pengawasan dan catatan-catatan untuk

melaksanakan tindakan pemeliharaan. Tujuan perawatan tersebut adalah untuk

menghindari kerusakan fasilitas yang tiba-tiba dan mempertahankan fungsi asset yang
23

tersedia. Perawatan ini dijalankan secara berkala berdasarkan kondisi atau waktu yang

telah ditentukan.

1) Perawatan pencegahan (Preventive Maintenance)

Adalah perawatan yang dilakukan dengan interval tertentu dengan maksud untuk

meniadakan kemungkinan terjadinya gangguan, kemacetan atau kerusakan mesin.

Perawatan pencegahan meliputi pemeriksaan yang berdasarkan :

a. Inspeksi dengan cara melihat, mendengar dan memeriksa.

b. Penyetelan mesin pada selang waktu yang telah ditentukan.

c. Penggantian suku cadang yang telah usang tetapi belum rusak.

d. Bahan setelah habis pakai diganti atau ditambah lagi, misalnya minyak

pelumas.

2) Perawatan Korektif

Perawatan korektif adalah perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki

suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah berhenti untuk

memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima.

Didalam perawatan korektif ini terbagi tiga macam, yaitu Shutdown

Maintenance, Brekdown Maintenance dan Running Maintenance. Yang dimaksud

dengan Shutdown Maintenance adalah suatu pekerjaan maintenance yang hanya

dilakukan apabila fasilitas yang bersangkutan tidak bekerja atau berhenti, dan

Breakdown Maintenance adalah suatu pekerjaan yang dilakukan berdasarkan

perencanaan sebelum atas suatu fasilitas yang telah diduga, sedangkan Running

Maintenance adalah perawatan berjalan yang merupakan sistem perawatan yang


24

dilakukan pada saat perawatan sedang beroperasi, cara perawatan ini termasuk jenis

perawatan yang direncanakan. Adapun hal tersebut sebagai berikut :

a. Reparasi

Reparasi adalah suatu bentuk perawatan dengan melakukan penggantian pada

bagian komponen-komponen yang tidak layak pakai.

b. Overhoul

Overhoul adalah pengujian dari perbaikan menyeluruh dari suatu peralatan,

sampai kondisi yang lebih baik. Overhoul biasanya dilakukan dengan

melakukan pembongkaran dan pemasangan secara keseluruhan dari peralatan.

3) Perawatan Prediktif

Perawatan prediktif adalah usaha perawatan dengan cara pemantauan

peralatan yang ada untuk memperkirakan lebih awal kerusakan yang akan terjadi.

2.5.2.2 Perawatan Tak Terencana (unplanned Maintenance)

Perawatan tak terencana adalah perawatan yang dilaksanakan di luar dari rencana

yang dijadwalkan. Yang temasuk pada perawatan tak terencana ini adalah Emergency

Maintenance. Emergency Maintenance ini dilakukan apabila mesin sama sekali tidak

hidup dikarenakan kerusakan atau kelalaian yang tidak mungkin untuk dilakukan

pengoperasian.

2.5.4 Analisa Kerusakan

Dari data-data yang terkumpul segera dilakukan tahap berikutnya, yaitu analisa.

Ketepatan dan kecepatan analisa ditentukan oleh beberapa faktor :

1) Akurasi data yang dikoleksi pada saat langkah deteksi.

2)  Penguasaan mesin yang mengalami kerusakan.


25

3)  Ketelitian dalam melakukan analisa.

4) Basik ilmu yang memadai.

5) Pengalaman.

Analisa kerusakan, apabila diterapkan secara benar melalui pendekatan sistematis

akan melengkapi cara-cara untuk menentukan penyebab kerusakan dan memberikan

saran yang membantu dalam melakukan penelitian yang diperlukan untuk menjawab

suatu problem dan banyak hal mencegah terjadinya kerusakan serupa. Esensi analisa

kerusakan pada dasarnya identifikasi, pengumpulan data dan memunculkan informasi

yang saling terkait serta interprestasi secara tepat terhadap fakta-fakta yang saling

berkaitan tersebut. Oleh karena itu kegiatan ini idealnya melibatkan integrasi berbagai

disiplin ilmu pengetahuan dan apabila diterapkan secara sistematis dapat menjawab

problem kerusakan baik yang sederhana maupun yang rumit dalam waktu singkat.

2.6 Analisa kebijakan Perawatan


Perawatan yang baik akan dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan pada waktu

proses sproduksi sedang tidak berjalan. Semakin sering perawatan suatu mesin

dilakukan akan meningkatkan biaya perawatan. Disisi lain bila perawatan tidak

dilakukan akan mengurangi performa kerja dari mesin tersebut .

Menghitung biaya tenaga kerja

gaji pekerja per jam = gaji pekerja per bulan : 1 bulan / jam

Menghitung biaya kehilangan produksi

Kehilangan produksi per jam = 1 hari hasil produksi x 1 kg harga bahan jadi
26

Untuk menentukan biaya perawatan preventive dan kerusakan failure meliputi

perawatan setiap satu bulan, dua bulan, tiga bulan dan seterusnya, harus dihitung

perkiraan jumlah kerusakan mesin dalam suatu periode, adalah :

Mengitung biaya preventive

Biaya Perawatan Preventive = waktu preventive x biaya tenaga kerja

Mengitung biaya failure

Biaya kerusakan failure = waktu failure x biaya kehilangan produksi

Anda mungkin juga menyukai