Anda di halaman 1dari 22

29

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisa Kerusakan Pada Belt Conveyor (Belt, Idler dan Pulley)

Belt Conveyor pada suatu Industri sangat dibutuhkan sekali, karena daya

angkutnya lebih besar dan bisa mengurangi dari kegiatan personil serta

mempermudah personil dalam bekerja. Khususnya di PT. Famili Raya Belt

Conveyor ini digunakan untuk Mengangkat karet masuk ke dalam mesin Breaker,

Hammermill, Cleaning Tank dan Mixing Tank.

Selama beroperasi Belt Conveyor ini tentunya akan menimbulkan gejala

kerusakan, gejala kerusakan ini bisa di sebabkan karena lamanya beroperasi maka

komponen-komponen yang ada pada bagian dari Belt Conveyor ini mengalami suatu

permasalahan.

Setelah penulis mengamati dan meninjau ke lokasi, serta pengalaman Kuliah

Kerja Praktek selama 2 bulan, penulis dapat menyimpulkan bahwa kerusakan yang

sering terjadi pada Belt Conveyor ini terdapat pada : Belt, Idler dan Pulley .

Adapun jenis kerusakan pada Belt, Idler dan Pulley ini adalah sebagai berikut :

1 Kerusakan Pada Belt.

Kerusakan yang sering terjadi pada Belt ini adalah sobek pada pinggir Belt

dan terkelupasnya Belt pada bagian tengah Belt. seperti yang ditunjukkan

oleh panah pada gambar 4.1 (a) dan (b).


30

(a) (b)

Gambar 4.1 (a) Sobek Pada Pinggir Belt (b) Terkelupas Pada Tengah Belt.

Sumber: PT. Famili Raya

2 Kerusakan Pada Idler.

Kerusakan yang terjadi pada Idler ini adalah rusaknya Bearing pada Idler.

Seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.2 di tunjuk pada panah

merupakan tempat sering terjadi rusak Bearing pada Idler.

Gambar 4.2 Bagian Sering Rusak Pada Idler.

Sumber: PT. Famili Raya


31

3 Kerusakan Pada Pulley.

Kerusakan yang terjadi pada Pulley ini adalah rusaknya Bearing Pulley dan

terkelupasnya bagian Laging pada Pulley. Seperti yang ditunjukkan oleh

panah pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Terkelupasnya Laging Pada Pulley

Sumber: PT. Famili Raya

Setelah mengetahui kerusakan yang terjadi pada Belt, Idler dan Pulley maka

penulis dapat menganalisa kerusakan yang terjadi pada Belt, Idler dan Pulley sebagai

berikut :

4.1.1 Analisa Kerusakan Pada Belt

Setelah mengetahui data kerusakan pada Belt maka dapat mengetahui proses

dari kerusakan pada Belt, mengapa Belt mengalami kerusakan seperti yang telah di

perlihatkan pada data kerusakan yang di bahas pada sebelumnya.


32

Belt Bagian sobek

Adany
a gaya
tarik
pada
belt

Lapisan 1 Lapisan 2 Lapisan 3 Lapisan 4

Gambar 4.4 Sket Proses Terjadinya Rusak Pada Pinggir Belt

Seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.4 menjelaskan kenapa terjadi

kerusakan pada Belt. Belt merupakan suatu komponen karet dan terdapat unsur-unsur

material pada belt tersebut. Seperti dilihat pada bagian sobek bagian pinggir belt,

terjadi karena pada saat beroperasi belt ini mengalami sway (tidak pada jalurnya) hal

ini dikarenakan hentakan serta benturan dari material setiap saat, maka belt

mengalami kemiringan dan bergesekan dengan frame (kedudukan dari conveyor).

Belt terdiri dari beberapa lapisan seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.4 yaitu

lapisan 1, 2. 3 dan 4, yang mana lapisan 1 merupakan lapisan karet paling atas dari

belt, lapisan 2 merupakan lapisan karet tipis, lapisan 3 merupakan lapisan penguat

dari belt dan lapisan 4 karet penutup bagian dari bawah belt. karena belt bergesekan
33

terus menerus pada frame (kedudukan dari conveyor) dan adanya gaya yang

ditimbulkan dari luar maka akan menimbulkan panas terhadap belt, dengan terjadinya

panas pada belt maka unsur material penguat dari belt tidak tahan terhadap panas

tersebut. Karena bahan dari unsur penguat ini terbuat dari benang yang disusun

dengan saling selang seling dan adanya panas yang ditimbulkan tadi maka unsur

penguat dari belt ini mengalami kelelahan dan mengakibatkan merenggangnya dari

benang tersebut. Dengan telah tejadinya kelelahan pada unsur penguat dari belt ini,

maka lapisan lain dari belt ini akan ikut mengalami kelelahan. Dengan terus menerus

belt ini beroperasi awalnya sobek sedikit maka belt menjadi sobek lebih besar.

Belt Bagian terkelupas

Adanya
gaya
tarik
pada
belt

Lapisan 1 Lapisan Lapisan 3 Lapisan 4


2

Gambar 4.5 Sket Proses Terkelupasnya Belt Bagian Tengah

Seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.5 menjelaskan proses terkelupasnya

pada belt bagian tengah, hal ini dikarenakan dari unsur material yang di angkut oleh
34

belt, material yang dibawa oleh belt ini ada unsur ketajaman. Saat material di

tumpahkan dari corong pengisian dan akan membentur belt dengan sangat keras, saat

ada material yang ada unsur ketajaman maka material tersebut tertancap pada belt dan

seiring terus beroperasinya conveyor ini maka mengakibatkan terkelupasnya belt.

Awalnya belt ini terkelupasnya sedikit. Lapisan yang terkelupas ini adalah lapisan

karet paling atas. Saat belt berjalan kembali, maka yang terkelupas tersebut

bersentuhan dengan alat pembersih (scraper) terus menerus menyebabkan unsur

material dari belt ini mengalami kelelahan serta mengakibatkan kelelahan pada

unsure lapisan belt yang lainnya, maka hal ini menyebabkan terkelupasnya belt lebih

bertambah besar.

4.1.2 Analisa Kerusakan Pada Idler

Proses terjadinya kerusakan pada Idler ini halnya pada pembebanan dari

material, saat Belt dalam keadaan tidak berisi material dengan berisi material

tentunya berbeda pembebanannya. Seperti konstruksi pada Idler ini berbentuk huruf

“V” dimana terdapat 3 Idler. Rusaknya pada Bearing ini dikarenakan poros dan Boll

pada Bearing mendapat tekanan yang tidak sama, dengan miringnya konstruksi Idler

ini maka pembebenan pada Bearing Idler ini tidak sempurna. Seperti yang

diperlihatkan oleh panah pada gambar 4.4 (a) dan (b).


35

(a) (b)
Gambar 4.6 (a) dan (b) Proses Gesekan Atau Pembebanan Pada Idler.

Sumber: PT. Famili Raya

Karena tidak seimbangnya pembebanan pada Bearing dan terus bergesekan

maka Bearing mengalami panas dan disertai dengan sering tertumpahnya material

pada permukaan Bearing maka selama Idler ini terus berputar mengalami panas dan

bearing mengalami aus dan juga rompalnya pada permukaan bearing ini.

4.1.3 Analisa kerusakan pada Pulley

Proses dari keruskan Bearing pada Pulley ini karena lamanya beroperasi maka

itu Bearing mengalami kelelahan pada unsur material dari Bearing tersebut. Bearing

ini dilengkapi dengan Housing karena pembersihan tidak di lakukan disekitar

Housing, maka kotoran-kotoran yang ada pada Housing masuk kedalam permukaan

Housing. Dengan bercampurnya kotoran dan Grease ini maka menyebabkan

rusaknya kinerja dari Bearing tersebut dan karena beasarnya Cleareance (celah)

antara Spie dengan drum (Salf Pulley) maka Bearing mengalami getaran sehingga
36

Housing serta Bearing akan menjadi panas, dengan hal tersebut Bearing mengalami

kerusakan.

Adapun proses terjadinya kerusakan pada Lagging Pulley ini dikarenakan

pembersih tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Dengan tidak berfungsinya alat pembersih (Scraper) ini dengan baik maka saat

Belt, balik material yang masih lengket pada permukaan Belt masuk kecelah antara

bagian Belt dan Laging, dengan seiring terus berputarnya Pulley ini maka material

yang terjebak antara Belt dan lagging ini mengalami penyempitan dan bergesekan

terus menerus maka terdapatlah kerusakan pada Lagging ini berupa terkelupasnya

Lagging atau terkikisnya permukaan Lagging.

4.2 Faktor penyebab Kerusakan pada Belt conveyor (Belt, Idler dan Pulley)

4.2.1 Belt

Adapun faktor yang menyebabkan dari kerusakan Belt ini adalah :

1. Belt Tension

Belt Tension adalah ketegangan Belt pada sistem ban berjalan (belt

conveyor). Belt tension timbul akibat gaya tarik dari pulley penggerak (drive

pulley) dan pengaruh daya berat dari material yang dibawa oleh belt tersebut.

Belt Tension dapat mempengaruhi kinerja Belt berupa terjadinya slip, slip

terjadi karena ketegangan belt, material yang basah atau berupa hal lainnya.

Slip yang terjadi dapat membahayakan proses pengoperasiannya

dikarenakan gesekan dengan perbedaan kecepatan Pulley dengan Belt akan

menghasilkan panas, dan karena kekuatan yang besar dari motor penggerak

tentunya akan menghasilkan temperatur yang tinggi pada Belt yang akan
37

menimbulkan panas terhadap Belt. Lemahnya tegangan Belt menjadi faktor

utama yang menimbulkan slip. Ketegangan Belt ini dapat di atur dengan

memajukan atau memundurkan Take Up Device pada Return Pulley, seperti

yang diperlihatkan pada gambar 2.8 (a) namun ada juga batasan pada

tegangan Belt untuk menghindari rusaknya Belt (bagian paling lemah yaitu

pada sambungan) dimana belt dapat rusak akibat tegangan yang berlebihan.

Ketidak samaan tegangan kiri dan kanan juga dapat menyebabkan Belt

bergerak kesalah satu pinggir Conveyor sehingga kedudukan Belt tidak lurus

terhadap Pulley.

Maka fungsi sistem pengencangan adalah :

a. Untuk menjamin bahwa tegangan terendah yang terjadi pada sabuk

lebih besar dari tegangan minimum yang diperlukan untuk mencegah

terjadinya slip antara Pulley penggerak dan sabuk.

b. Untuk mengkompensasikan perubahan panjang sabuk akibat

mulurnya sabuk.

c. Sebagai cadangan panjang sabuk, akibat terjadinya penyambungan

ulang.

Sistem pengencangan ini mempunyai keunggulan dibandingkan dengan yang

lainnya yaitu sederhana dan mudah. Akan tetapi sistem pengencangan ini memiliki

panjang pergerakan yang terbatas, oleh karena itu sistem pengencangan ini lebih

digunakan untuk Conveyor berjarak pendek. Jika pengencangan dilakukan dengan


38

sistem ini maka pengencangan harus selalu dicek, karena adanya mulur pada Belt

sehingga pengencangan Belt menjadi berkurang.

4.2.2 Idler

Adapun faktor yang menyebabkan dari kerusakan Idler ini adalah :

1. Kedudukan dari frame Idler tidak sesuai sebagaimana mestinya.

Idler ini mempunyai tempat kedudukan seperti terlihat pang diperlihatkan

pada gambar 4.9 di mana apabila kedudukan frame tidak sesuai atau tidak

center antara bagian kiri dan kanan maka juga dapat mempengaruhi kinerja

dari Idler tersebut.

2. Sering tertumpahnya material, sehingga dapat merusak dari pada Idler

3. Kurangnya pengecekan dan pembersihan pada sekitar Idler

4.2.3 Pulley

Adapun faktor yang menyebabkan dari kerusakan Pulley ini adalah :

1. Rusaknya permukaan Laging Pulley yang di karenakan oleh sering

lengketnya material, hal ini di karenakan alat pembersih (Scraper) pada

Conveyor tidak berfungsi dengan baik.

2. Kurangnya pembersihan pada sekitar Housing bearing, maka hal tersebut

dapat mengakibatkan rusaknya pada bearing.


39

4.3 Perawatan Pada Belt Conveyor (Belt, Idler dan Pulley)

Pada umumnya suatu benda pasti mempunyai batas kemampuannya untuk

melakukan sesuatu, begitu juga halnya dengan belt conveyor (Belt, Idler dan Pulley)

ini. Seharusnya Belt Conveyor (Belt, Idler dan Pulley) yang digunakan ini bisa

bertahan 4 bulan beroperasi, namun pada kenyataannya di lapangan belt conveyor

(Belt, Idler dan Pulley) tersebut hanya bertahan paling lama 3 bulan, bahkan bisa

dilakukan kurang dari 3 bulan beroperasi.

Perawatan yang dilakukan pada Belt Conveyor (Belt, Idler dan Pulley) ini

adalah perawatan terencana, dimana perawatan ini merupakan perawatan yang

terorganisir dan dilaksanakan dengan pemikiran sebelumnya dengan pengawasan dan

catatan-catatan untuk melaksanakan tindakan pemeliharaan. Tujuan perawatan

tersebut adalah untuk menghindari kerusakan fasilitas yang tiba-tiba dan

mempertahankan fungsi aset yang tersedia. Perawatan ini dioperasikan secara berkala

berdasarkan kondisi atau waktu yang telah ditentukan.

4.3.1 Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance)

Perawatan pencegahan adalah perawatan yang dilakukan dengan interval

tertentu dengan maksud untuk meniadakan kemungkinan terjadinya gangguan,

kemacetan atau kerusakan mesin.

Perawatan pencegahan meliputi pemeriksaan yang berdasarkan :

a. Inspeksi dengan cara melihat, mendengar dan memeriksa.

b. Penyetelan mesin pada selang waktu yang telah ditentukan.


40

Dari pembahasan mengenai perawatan pencegahan ini, maka yang

dikategorikan atau komponen Conveyor yang termasuk dalam perawatan ini adalah

Idler, di mana Idler ini sebelum mengetahui kerusakan nya maka terlebih dahulu

dapat mengetahui gejala dari kerusakan tersebut, seperti yang telah dijelaskan pada

pembahasan pada perawatan pencegahan di atas.

Adapun cara-cara dalam melakukan perawatan terhadap Idler ini adalah :

1 Pengecekan keseluruhan dari Idler.

2 Memeriksa keadaan disekitar Idler.

3 Menyetel kedudukan dari Frame Idler.

4 Pemberian pelumas pada Bearing Idler.

4.3.2 Perawatan korektif (corective maintenance)

Perawatan korektif adalah perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu

bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah berhenti untuk memenuhi

suatu kondisi yang bisa diterima.

Didalam perawatan korektif ini terbagi tiga macam, yaitu Shutdown

Maintenance, Breakdown Maintenance dan Running Maintenance. Yang dimaksud

dengan Shutdown Maintenance adalah suatu pekerjaan Maintenance yang hanya

dilakukan apabila fasilitas yang bersangkutan tidak bekerja atau berhenti, dan

Breakdown Maintenance adalah suatu pekerjaan yang dilakukan berdasarkan

perencanaan sebelumnya atas suatu fasilitas yang telah diduga, sedangkan Running
41

Maintenance adalah perawatan berjalan yang merupakan sistem perawatan yang

dilakukan pada saat perawatan sedang beroperasi, cara perawatan ini termasuk jenis

perawatan yang direncanakan.

a. Reparasi

Reparasi adalah suatu bentuk perawatan dengan melakukan penggantian pada

bagian komponen-komponen yang tidak layak pakai.

b. Overhoul

Overhoul adalah pengujian dan perbaikan menyeluruh dari suatu peralatan,

sampai kondisi yang lebih baik. Overhoul biasanya dilakukan dengan

melakukan pembongkaran dan pemasangan secara keseluruhan atau beberapa

bagian dari peralatan.

Dari pembahasan mengenai perawatan korektif di atas maka komponen

Conveyor yang di katagorikan masuk dalam perawatan korektif ini adalah bagian

Belt dan Idler. Di mana seperti penjelasan tersebut, penggantian dan reparasi pada

komponen Belt dan Idler ini di lakukan pada saat sistem Conveyor tidak sedang

beroperasi. Maka sebab itu kedua komponen ini (Belt dan Idler) di katagorikan pada

perawatan Corective Maintenance.

Adapun yang dilakukan pada perawatan korektif terhadap kedua komponen

Belt dan Idler ini adalah :

1 Memeriksa setiap saat kelayakan dari Belt

2 Saat ada pergantian setiap komponen Conveyor harap dikonfirmasi pada

operator.
42

3 Rencanakan perbaikan pada Idler yang sudah diduga rusak pada

sebelumnya.

4 Periksa keseluruhan dari bagian Conveyor tersebut.

4.3.3 Perawatan Prediktif

Perawatan Prediktif adalah usaha perawatan dengan cara pemantauan peralatan

yang ada untuk memperkirakan lebih awal kerusakan yang akan terjadi.

Dari perawatan Prediktif ini penulis bisa mengatagorikan bahwa komponen

yang termasuk dalam perawatan prediktif ini adalah Belt, Idler dan Pulley. Dengan

cara pemantauan dan pengecekan terhadap komponen, maka dapat memperkirakan

kerusakan lebih awal seperti yang telah di jelaskan pada penjelasan perawatan

prediktif.

Adapun yang dilakukan pada perawatan Prediktif terhadap komponen belt,

idler dan pulley ini adalah :

a. Pelumasan.

b. Cleaning (pembersihan).

c. Inspection/Adjusment (penyetelan).

d. Cek kondisi.

e. Replacement (penggantian).

Dengan adanya Maintenance yang terencana dengan baik, maka kapasitas

produksi karet basah dapat sesuai dengan yang di harapkan.

4.4 Tujuan Perawatan Pada Belt Conveyor (Belt, Idler dan Pulley)
43

Pekerjaan perawatan harus mulai dilakukan sejak awal dan kita harus

menyadari bahwa pekerjaan perawatan itu adalah pekerjaan yang sangat penting dan

sangat mendasar dalam suatu mesin atau komponen pada suatu pabrik tersebut.

Begitu juga halnya dengan Belt Conveyor (Belt, Idler dan Pulley) ini juga perlu

perawatan supaya produksi karet basah dapat bejalan dengan lancar dan baik.

Adapun tujuan dari perawatan pada Belt Conveyor (Belt, Idler dan Pulley) ini

adalah :

1 Supaya Belt Conveyor (Belt, Idler dan Pulley) ini bisa dipakai atau

dipergunakan dalam jangka waktu yang cukup lama.

2 Supaya komponen pendukung dari Belt Conveyor masih tetap beroperasi,

karena apabila Belt Conveyor rusak maka hal ini dapat mengakibatkan

produksi pada pengiriman material berhenti.

3 Meningkatkan hasil produksi.

4 Memperpanjang umur dari suatu komponen atau peralatan pabrik.

4.4.1 Komponen-Komponen Yang Harus Dirawat

4.4.1.1 Perawatan Belt Conveyor secara umum yaitu :

a. Pengamatan semua kendali pada instrumen yang menandakan kelainan

kerja pada kerja dari Belt Conveyor.

b. Pemeriksaan dan jika perlu set kecepatan dari Main Drive dengan

menggunakan alat persetingan.

c. Pemeriksaan, penggantian dan penambahan pelumas berdasarkan tabel

pelumasan.
44

d. Pemeriksaan suara berisik yang terjadi disekitar Belt Conveyor (Belt,

Idler dan Pulley) merupakan hal yang tidak normal.

e. Pemeriksaan dari sistem pengencangan belt.

4.4.1.2 Perawatan Belt Conveyor secara khusus yaitu :

1. Belt

Perawatan pada Belt ini hanyalah menjaga Belt agar tetap dalam

keadaan baik. Memeriksa sambungan pada Belt, memeriksa kelayakan

Belt dan juga memperhatikan keadaan yang ada pada disekitar Belt

tersebut.

2. Idler

Yang dilakukan dalam perawatan Idler adalah memeriksa keadaan pada

sekeliling Idler dan juga kedudukan dari pada Idler tersebut, supaya

Idler berjalan dengan stabil dan juga membersihkan Idler dari tumpahan

material. Juga memberi pelumasan pada Bearing Idler.

3. Pulley

Perawatan yang dilakukan pada pulley ini menjaga bearing pada pulley

yang kemasukan kotoran yang dapat menyebabkan bearing pulley cepat

aus dan memriksa komponen pembersih supaya tetap berfungsi supaya

material tidak ada yang lengker pada permukaan Lagging Pulley, jika

hal tersebut terjadi maka akan mengakibatkan terkelupasnya Laging

Pulley.
45

4.5 Data Kerusakan, waktu failure dan waktu preventive belt conveyor

Berdasarkan data–data masa lalu dari PT. Famili Raya diketahui selama periode

bulan 2013 sampai dengan 2014, mesin belt conveyor mengalami lebih banyak

kerusakan dibandingkan mesin lainnya yaitu sebanyak 25 kali kerusakan, pada tabel

berikut dapat dilihat data kerusakan belt conveyor

Tabel 4.1
Data kerusakan belt conveyor periode bulan 2013 sampai dengan 2014
Bulan Jumlah Kerusakan Waktu Failure (jam) Waktu Preventive (jam)
1 5 43,76 157,00
2 1 55,35 170.31
3 3 43,56 167,91
4 1 29,32 156,98
5 1 31,61 130,90
6 1 61,24 128,75
7 - - -
8 5 54,48 136,98
9 3 26,55 137,90
10 1 35,25 156,42
11 3 10,91 132,67
12 - - -
Total 25 392,03 1428,51
Rata-rata 39,20 142,85

Sumber: PT. Family Raya

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata waktu kerusakan mesin belt

conveyor periode 2013 sampai dengan 2014 adalah sebanyak 39,20 jam, sementara

rata-rata waktu pencegahan adalah sebanyak 142,85 jam.


46

4.6 Biaya Tenaga Kerja


Pekerja yang bekerja pada mesin belt conveyor berjumlah 19 orang yang dibagi

kedalam 3 shift perharinya dengan waktu kerja per shifnya adalah sebanyak 6 jam.

Sementara gaji pekerja dari teknisi yang bekerja di PT. Famili Raya per bulannya

adalah sebesar Rp. 2.500.000 dengan total jam kerja seharinya adalah 6 jam, maka

gaji pekerja per jamnya dengan waktu kerja 6 hari adalah :

6x 6 = 36 jam x 4 minggu = 144 jam/ bulan

Gaji pekerja per jam = Rp. 2.500.000 : 144 jam

= Rp. 17.361.11 per jam

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biaya tenaga kerja pada PT. Famili

Raya adalah Rp.17.361.11 /jam/orang.

4.7 Biaya Kehilangan Produksi


Berhenti beroperasinya suatu mesin karena adanya perbaikan atau penggantian

komponen, akan mengakibatkan perusahaan tersebut mengalami kehilangan produksi

karena jumlah produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang telah

ditetapkan/dijadwalkan.dalam seharinya PT. Famili Raya mengolah bahan baku karet

sebanyak 190 ton/hari. Dengan demikian dalam satu jam yang dapat dihasilkan

adalah sebanyak 7.92 ton. Harga 1 kg harga bahan jadi adalah Rp. 8000/kg.

Jadi biaya kehilangan produksi per jamnyaadalah:

= 7.92 ton/jam x Rp. 8.000

= Rp. 63.360 /jam


47

Dapat disimpulkan bahwa jika mesin produksi terhenti maka perusahaan akan

kehilangan produksi sebesar Rp. 63.360/jam Besarnya angka kehilangan membuat

perusahaan mencari alternatif demi mengurangi kerugian. Terhentinya proses

produksi secara langsung akan mendatangkan kerugian bagi perusahaan karena hal

tersebut akan membuat jumlah barang yang diproduksi jadi berkurang, dan untuk

mencegah terjadinya kerugian tersebut paska perawatan dan perbaikan mesin maka

PT. Famili Raya menyediakan 1 unit mesin belt conveyor untuk dipakai secara

bergantian dengan mesin belt conveyor yang lainnya.

4.8 Biaya perawatan Preventive, biaya Failure belt conveyor

Perawatan yang baik akan dilakukan dalam jangka waktu, semakin sering

perawatan suatu mesin dilakukan akan meningkatkan biaya perawatan. Disisi lain bila

perawatan tidak dilakukan akan mengurangi performa kerja dari mesin tersebut.Pola

maintenance yang optimal perlu dicari supaya antara biaya perawatan dan biaya

kerusakan bisa seimbang pada total cost yang paling minimal. Preventive Cost

merupakan biaya yang timbul karena adanya perawatan mesin yang memang sudah

dijadwalkan. Sedangkan FailureCost merupakan biaya yang timbul karena terjadi

kerusakan di luar perkiraan yang menyebabkan mesin produksi terhenti waktu

produksi sedang berjalan.

Dari data yang telah diperoleh sebelumnya maka dapat diketahui biaya dari

preventive maintenance dan failure maintenance dari mesin belt conveyor, yaitu

sebgai berikut :
48

Tabel 4.2
Biaya perawatan Preventive,biaya Failure belt conveyor periode bulan
2013 sampai dengan 2014
Jumlah Waktu Preventive Waktu Failure Biaya Perawatan Biaya Kerusakan
Bulan Kerusakan (jam) (jam) Preventive Failure
1 5 43,76 157,00 Rp 759.717 Rp 9.947.520
2 1 55,35 123,00 Rp 960.931 Rp 7.793.280
3 3 43,56 167,91 Rp 756.245 Rp 10.638.778
4 1 29,32 156,98 Rp 509.025 Rp 9.946.253
5 2 31,61 130,90 Rp 548.781 Rp 8.293.824
6 1 61,24 128,75 Rp 1.063.188 Rp 8.157.600
7 - - - - -
8 5 54,48 136,98 Rp 945.827 Rp 8.679.053
9 3 26,55 137,90 Rp 460.935 Rp 8.737.344
10 1 35,25 156,42 Rp 611.975 Rp 9.910.771
11 3 10,91 132,67 Rp 189.409 Rp 8.405.971
12
Total 25 392,03 1428,51 Rp 6.806.033 Rp 90.510.394

Sumber: diolah sendiri

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa biaya preventive yang dikeluarkan oleh

PT.Famili Raya lebih kecil dibandingkan biaya kerusakan ( failure ). Dimana total

biaya preventive pada satu periode 2013 sampai dengan 2014 adalah Rp. 6.806.033

sementara biaya untuk kerusakan failure adalah sebesar Rp. 90.510.394 disimpulkan

untuk menghemat biaya perawatan preventive dengan baik di karenakan biaya yang

di keluarkan lebih kecil.


49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan pada bab sebelumnya.

Adapun kesimpulan yang dapat penulis buat adalah sebagai berikut:

1. Kerusakan yang sering terjadi pada saat pengoperasian Belt Conveyor ini

terdapat pada “Belt, Idler dan Pulley”.

a. Kerusakan yang terjadi pada Belt adalah sobeknya bagian pinggir dari

belt, dikarenakan akibat adanya gaya dari faktor jatuhnya material dari

corong penumpahan.

b. Kerusakan yang terjadi pada pada Idler adalah rusaknya bearing pada

idler yang dikarenakan oleh faktor kurangnya pembersihan pada sekitar

idler, sehingga kotoran masuk ke dalam permukaan bearing dan

bercampur dengan grese.

c. Kerusakan yang terjadi pada Pulley adalah rusaknya bearing Pulley yang

dikarenakan oleh faktor kurangnya pembersihan pada sekitar Housing

dari Bearing tersebut.

2. Perawatan yang dilakukan pada Belt Conveyor (Belt, Idler dan Pulley) ini adalah

perawatan terencana : perawatan pencegahan, yang termasuk dari perawatan ini


50

adalah komponen idler, cara melakukan perawatan pada idler ini adalah

pengecekan serta pemberian pelumas pada bearing.

3. Perawatan (maintenance) belt conveyor dibagi kedalam 3 bagian yaitu : (a)

Pemeliharan pencegahan (Preventive Maintenance), (b) Perbaikan kecil

(reparasi) (Correrctive Maintenance), (c) Perbaikan besar.

4. Total biaya preventive pada satu periode 2013 sampai dengan 2014 adalah

sebesar Rp. 6.806.033 sementara biaya untuk kerusakan (failure) adalah sebesar

Rp. 90.510.394 Disimpulkan biaya yang dikeluarkan untuk perawatan preventive

lebih kecil dibandingkan biaya kerusakan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan saran kepada

perusahaan sebagai bahan pertimbangan adalah:

1 Dari analisa yang dilakukan pada kerusakan yang terjadi pada Belt Conveyor

dan faktor-faktor penyebab kerusakan pada Belt Conveyor dapat dianalisa

penyebabnya adalah kurangnya perawatan pada Belt Conveyor secara efesien.

2 Sebaiknya pihak Repair/maintenance yang ada di PT. Famili Raya agar lebih bisa

mengoptimalkan perawatan secara efesien pada Belt Conveyor agar dapat

meminimalisirkan dampak kerusakan pada Belt Conveyor sehinga lancarnya

produksi karet.

3 Disarankan kepada perusahaan untuk melakukan penjadwalan perawatan

preventive dengan baik dikarenakan biaya yang dikeluarkan lebih kecil.

Anda mungkin juga menyukai