Anda di halaman 1dari 123

PLUS MINUS

RAMADAN

KAROM
Judul
PLUS MINUS RAMADAN

Penulis
Karom

Desain muka
Ati Yuliati

Cetakan
Pertama, Syakban 1438 H/Mei 2017

ISBN
978-602-61721-0-5

Penerbit
PARGOL
Jl. Pagarsih, Gang Irigasi, Nomor 56/89
Bandung

Kontak Karom:
WhatsApp +62 852-842-397-60 Facebook facebook.com/karom.page/
Email salam@karom-hg.com Line @kcy7901f
Website www.karom-hg.com Instagram/Telegram @karom_hg

Mudah-mudahan penyusunan buku ini tercatat sebagai kebaikan untuk:

Ibu kami, Embay putri Dulkiram


Ibu kami, Siti Rohani
Ibu kami, Enok putri Dulkiram
Ibu kami, Syamsiah
Ayah kami, Suraya putra Yasin
Ayah kami, Ardiansyah putra Nursin
Ayah kami, Tatang Muhtar
Saudara kami, Qoys M. Iqbal Al-Halaj bin Buchori
Saudari kami, Mutoharoh binti Nur Khamid
Saudara kami, Khaidir Anwar

Ya Allah, ampunilah, muliakanlah, sayangilah, dan bahagiakanlah mereka..


Jadikan setiap kebaikan dari buku ini sebagai pahala yang mengalir tak terputus
untuk mereka.
UCAPAN KEBAIKAN

Penerbitan dan penyebarluasan buku ini tidak terlepas dari kebaikan orang-orang
berikut:

Abdul Malik Hj. Emun Munjiah


Abdul Jabbar bin 'Abdul A'la Ida Nurfaida binti Soelaeman
'Abdullah bin 'Abdurrahman Juhanah
Abing Hidayat Liez Rosellina
Abu Yais Mami Sunanik
Ade Tria Muhammad Hudzaifi
Adi Rahim Amrillah Muhammad Rifqi Fathin Fawwaz
Alief Fathomy Rahman Muhidin
Alimah Neli Nabila
Amelia Warliana Neng Meli Amalia
Anang Suyatno Nety Nuriawaty
Angga Kristianto Nurmin bin Tiwan
Annisa Setya Rini Nurul Handayani
Anton Aditrisno Pariyem
Ayi Permadi Puryadi
Budi Santoso R. Riza Ahmad Fauzi
Didi Rachmadi Rahayu Widiyati
Djinem Haryatun Rimba Yudha Adipratama
Drs. Rd. Jamhari Riyanto
E. Sobirin Sacha Mauludianita Octafira
Eko Purnomo Santoso
Elah Sumiati Sella Nurmeliana
Endun bin Madroif Siti Aminah Chairany
Eni Nurhaeni Soelaeman bin Ahmad
Erik Rudiana Sona Oktavia
Eti Nuraeti Suningsih
Ety Farida Suparman
Fathorrahman Tatang Muhtar
Fildzah Hanifati Tb. Husein Amin
Fitria Aziza Uun Maemunah
H. Ahmad Khatib Wiwi Setiawati
Hadi Purwanto bin Dulkahar Hadi Yati binti Subita
Susastro Yernim

Ya Allah, ampunilah, muliakanlah, sayangilah, dan bahagiakanlah mereka..


Jadikan setiap kebaikan dari buku ini sebagai pahala yang mengalir tak terputus
untuk mereka.
PEMBUKAAN

ُ َّ ‫إ َّن إلْ َح ْمدَ َ َّ َّلِل َ َْن َمدُ ُه َون َ ْس تَ َعي ُن ُه َم ْن َيَ ْ َد َه‬
ُ َّ ‫إّلِل فَ ََل ُم َض َّل َ َُل َو َم ْن يُضْ َل ْل فَ ََل هَا َد َي َ َُل َو َأ ْشهَدُ َأ ْن ََل إ َ ََل إ ََّل‬
‫إّلِل‬
ِ ِ ِ
ُ ُ ‫يك َ َُل َو َأ َّن ُم َح َّمدً إ َع ْبدُ ُه َو َر ُس‬
‫وَل‬ َ َ ‫َو ْحدَ ُه ََل‬
َ ‫َش‬
Sesungguhnya segala puji hanya bagi Allah. Kita memuji-Nya dan memohon
pertolongan-Nya. Barang siapa yang mendapat petunjuk baginya, maka tidak ada
yang dapat menyesatkannya. Dan barang siapa yang mendapat kesesatan baginya,
maka tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Dan aku bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah, Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.1
Hadis adalah sumber hukum kedua umat Islam. Berpegang kepadanya adalah
sebuah kewajiban bagi setiap muslim agar tidak tersesat dalam menjalankan ajaran
agama. Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
،‫ون َم ْن َأ ْ َْعا َل ُ ُْك‬َ ‫ِض َأ ْن يُ َطا َع َفميَا َس َوى َذ َ َِل َم َّما ُ َُتا َق ُر‬ َ َ ‫إلش ْي َط ُان َبأَ ْن يُ ْع َبدَ َبأَ ْر َض ُ ُْك َولَ َكن َّ ُه َر‬
َّ ‫قَدْ ي َ َئ َس‬
ُ ‫إّلِل َو ُس نَّ َة ن َب َيِ َه َص َّّل‬
‫ه‬ َ َّ ‫اب‬ َ َ‫يُك َما إ َن إ ْعتَ َص ْم ُ ُْت َب َه فَلَ ْن ت ََضلهوإ َأبَدً إ َكت‬ْ ُ ‫فَا ْح َذ ُروإ ََي َأَيه َا إلنَّ ُاس إ َ ِّن قَدْ تَ َر ْك ُت َف‬
ِ ِ
‫عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
“Sesungguhnya setan telah berputus asa untuk disembah di tanah (negeri) kalian.
Akan tetapi, mereka rela ditaati dalam perkara selain itu dari amal-amal yang kalian
anggap remeh. Maka berhati-hatilah! Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya aku
telah meninggalkan pada kalian sesuatu yang kalian tidak akan tersesat untuk
selama-lamanya asalkan kalian berpegang teguh kepadanya, yaitu kitab Allah
(Alquran) dan sunnah nabi-Nya shallallāhu ‘alaihi wasallam.”2
Ada begitu banyak hadis yang telah ditulis oleh para ulama ahli hadis di dalam
kitab-kitab mereka. Perlu diketahui bahwa di antara hadis-hadis tersebut, terdapat
hadis-hadis yang dha’if (lemah), bahkan maudhu’ (palsu). Penting bagi kita untuk
dapat memilah kualitas hadis-hadis tersebut untuk dijadikan sebagai dasar atau
rujukan dalam beramal sesuai dengan yang Rasulullah ajarkan. Menduga suatu
perkataan atau perbuatan berasal dari Rasulullah padahal Rasulullah tidak pernah
mengatakan atau melakukannya, maka yang demikian termasuk ke dalam
pendustaan atas nama Rasulullah yang akan menyebabkan pelakunya masuk ke
dalam neraka (kita berlindung kepada Allah dari perbuatan seperti ini). Rasulullah
shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:

1
Ini adalah ucapan Nabi Muhammad kepada seorang supranatural pada zaman Jahiliah,
Dhimad. Karena ucapannya inilah, Dhimad kemudian memeluk Islam. Ucapan ini dan kisah
tentang masuk Islamnya Dhimad dapat di simak pada hadis yang diriwayatkan oleh Muslim
(868) sebagaimana telah kami sampaikan pada pembukaan buku kami terdahulu, Ramadan
bukan Ramadhan.
2
Hadis riwayat Hakim (318). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya Shahīh At-Targhīb
wa At-Tarhīb (40) mengatakan bahwa hadis ini Shahih.
i
‫ََل تَ ْك َذبُوإ عَ َ ََّل فَان َّ ُه َم ْن يَ ْك َذ ْب عَ َ ََّل ي َ َل ْج إلنَّ َار‬
“Janganlah kalian berdusta atas namaku karena sesungguhnya siapa saja yang
ِ
berdusta atas namaku, dia masuk neraka.”3
Sangat disayangkan bahwa banyak orang, termasuk para dai, yang luput dari
pemilahan kualitas hadis-hadis tersebut. Yang demikian membuat hadis-hadis dha’if
bahkan maudhu’ tersebar luas di kalangan masyarakat. Karena kemasyhurannya
inilah, hadis-hadis dha’if bahkan maudhu’ tersebut diterima oleh sebagian orang
sebagai sesuatu yang benar berasal dari Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam.
Pertanyaannya, bagaimana cara kita mengetahui keotentikan suatu hadis? Syaikh
Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya Risalah Ilmiah Albani mengemukakan dua cara
untuk membuktikan keotentikan suatu hadis:
1. Seseorang dapat meneliti sanad dan periwayat hadis yang dimaksud lalu
mengambil keputusan sesuai dengan kaidah dan dasar-dasar ilmu hadis, apakah
hadis tersebut shahih atau lemah tanpa melakukan taqlid terhadap imam tertentu
dalam men-shahih-kan dan melemahkan suatu hadis. Namun, hal ini merupakan
perkara yang sangat sulit pada zaman sekarang. Hampir-hampir tidak ada yang
melakukan hal itu kecuali sebagian kecil manusia dan kondisi seperti ini sangat
disayangkan.
2. Berpedoman pada kitab tertentu yang sengaja disusun oleh penulisnya untuk
mengumpulkan hadis-hadis shahih secara khusus, seperti Shahīhain (Shahīh
Bukhari dan Shahīh Muslim) maupun kitab-kitab yang mirip dengan keduanya.
Atau dapat pula ditempuh dengan berpedoman pada perkataan para peneliti di
kalangan ulama hadis seperti Imam Ahmad, Ibnu Ma’in, Abu Hatim Ar-Razi, serta
ulama-ulama generasi terdahulu seperti mereka. Demikian pula dengan ulama-
ulama generasi berikutnya seperti An-Nawawi, Adz-Dzahabi, Az-Zaila`i, Al-
‘Asqalani, dan lainnya.
Cara kedua inilah yang paling mungkin kita tempuh dalam memilah kualitas hadis-
hadis yang beredar. Karenanya, menjadi tugas siapa saja yang memiliki kemampuan
dan keahlian untuk dapat mengingatkan umat Islam lainnya akan kualitas hadis-
hadis yang beredar di tengah-tengah masyarakat.
Permasalah pokoknya adalah bagaimana hasil penentuan kualitas hadis-hadis
tersebut dapat tersosialisasikan ke tengah-tengah masyarakat. Maka, melalui buku,
sebuah instrumen yang menyimpan sebuah informasi dalam bentuk tulisan, kami
berharap informasi akan hasil penentuan kualitas hadis-hadis tersebut dapat
tersosialisasikan ke publik. Selain itu, buku adalah instumen yang dapat diakses
kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja selama ia dapat membaca.
Menjelang Rajab 1438 Hijriah, kami dapati begitu banyak pesan-pesan yang
menyebarkan hadis-hadis dha’if, palsu, bahkan yang dibuat-buat dengan
mengatasnamakan Rasulullah. Sebagai verifikasi, kami sebarkan pula kecacatan-
kecacatan hadis yang umum beredar itu. Berangkat dari sinilah, kami berpikir untuk

3
Hadis riwayat Muslim (1).
ii
mengumpulkan hadis-hadis shahih dan dha’if seputar Ramadan. Yang demikian
dikarenakan Ramadan adalah satu-satunya bulan yang di dalamnya diwajibkan
berpuasa sebagai salah satu bagian dari rukun Islam.
Karena kedudukannya (berpuasa di bulan Ramadan) sebagai salah rukun Islam,
maka segala hal yang berhubungan dengan Ramadan harus didasarkan pada dalil
yang shahih. Dan segala dalil dha’if harus dibersihkan dari Ramadan. Untuk itulah,
buku yang kami susun ini kami beri judul “Plus Minus Ramadan”.
Dalam usaha pengumpulan materi, kami menemukan begitu banyak hadis-hadis
seputar Ramadan, baik yang Shahih maupun Dha’if. Ingin rasanya menulis semua
hadis-hadis tersebut di buku ini. Akan tetapi, jika semua hadis-hadis tadi ditulis, tentu
akan sangat banyak jumlah halaman buku ini dan tentu belum diketahui kapan
ujungnya (selesainya). Karenanya, kami cukupkan pencarian kami terhadap hadis-
hadis seputar Ramadan tersebut dan mulai menuliskannya di buku ini. Di sisi lain,
kami menyadari bahwa buku ini masih belum apa-apa. Masih banyak hadis-hadis
shahih yang belum kami tulis di buku ini. Masih banyak hadis-hadis dha’if yang
belum kami tulis di buku ini. Semoga Allah memberikan kami kesempatan untuk
menuliskannya di kemudian hari.
Pada buku ini, sesuai dengan keumuman ilmu hadis, hadis-hadis shahih dan
dha’if dibagi menjadi beberapa klasifikasi. Adapun untuk klasifikasi ke-shahih-an
hadis, kami sampaikan berdasarkan pendapatnya Syaikh nashiruddin Al-Albani, yaitu:
1. Shahih, yaitu hadis yang sanad-nya tersambung dan dinukil oleh seorang yang
adil yang memiliki dhabit (akurasi) secara sempurna sampai akhir sanad serta
terlepas dari kejanggalan dan kecacatan.
2. Hasan, yaitu hadis-hadis yang memenuhi syarat-syarat hadis Shahih. Akan tetapi,
hafalan salah seorang perawinya kurang dari (standar) hafalan perawi hadis
Shahih.
3. Hasan Shahih, yaitu hadis Hasan yang dikuatkan oleh hadis muttabi’ (hadis lain
yang diriwayatkan dengan lafaz dan makna yang sama serta diriwayatkan oleh
sahabat yang sama) dan hadis syahid (hadis lain yang diriwayatkan dengan lafaz
dan makna yang sama tapi diriwayatkan oleh sahabat yang berbeda). Istilah ini
dipopulerkan oleh Tirmidzi dalam kitab Sunan-nya. Hanya saja, beliau tidak
menjelaskan maksud istilahnya ini.
4. Shahih lighairihi, yaitu hadis di mana telah terkumpul syarat-syarat hadis shahih
tapi perawinya dari sisi dhabit (akurasi) masih kurang dan hal tersebut dapat
ditutupi dengan banyaknya jalan hadis.
5. Hasan lighairihi, yaitu hadis hasan yang perawinya dari sisi dhabit (akurasi) masih
kurang dan hal tersebut dapat ditutupi dengan beberapa jalan hadis yang lain
(tidak sebanyak jalan hadis Shahih lighairihi) sehingga tampak saling menguatkan.
Adapun untuk klasifikasi hadis dha’if, hadis dha’if memiliki banyak bagian dan akan
kami kemukakan yang masyhur saja sebagaimana disampaikan oleh ‘Abdullah bin
‘Abdurrahman Al-Bassam, yaitu:
1. Ke-dha’if-an hadis dari sisi tidak adanya ‘adalah (keadilan) dan dhabit (akurasi)

iii
a. Hadis mukhtalith, yaitu hadis di mana perawinya diduga buruk hafalannya
karena faktor usia, kebutaan, atau hilangnya catatan-catatan miliknya. Hadis-
hadis yang diriwayatkan sebelum terjadi ikhtilath (keburukan pada hafalan)
dapat diterima. Sedangkan, hadis-hadis yang tidak dapat dibedakan
keberadaannya, maka ia bersifat mauquf atau abstain.
b. Hadis munkar, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi dha’if yang
bertentangan dengan perawi tsiqah (yang dapat dipercaya). Kebalikannya
disebut ma’ruf.
c. Hadis mubham, yaitu hadis yang perawinya tidak diketahui (majhul).
d. Hadis matruk, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang sudah
terkenal dengan kebohongannya di antara manusia.
e. Hadis maudhu’, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang telah
diketahui secara sengaja telah berbohong atas nama Rasulullah.
2. Ke-dha’if-an hadis dari sisi tidak tersambungnya sanad (jalur periwayatan)
a. Hadis maqtu’, yaitu hadis yang disandarkan kepada tabi’in (generasi setelah
sahabat Nabi Muhammad) atau orang-orang yang berada setelahnya, berupa
ucapan atau perbuatan, baik yang bersambung atau terputus.
b. Hadis munqathi’, yaitu hadis di mana satu orang perawi atau lebih dari para
perawinya ada yang gugur (tidak ada) sebelum sahabat tidak secara berturut-
turut.
c. Hadis mu’dhal, yaitu hadis di mana dua orang perawi atau lebih dari para
perawinya ada yang gugur secara berturut-turut di bagian mana saja dalam
sanad.
d. Hadis mu’allaq, yaitu hadis di mana satu orang perawi atau lebih ditiadakan
dari permulaan sanad-nya.
e. Hadis mursal, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seorang tabi’in (generasi
setelah sahabat Nabi Muhammad) yang berasal dari Nabi Muhammad.
f. Hadis mudallas terbagi menjadi dua:
 Tadlis al-isnad, yaitu tatkala diduga bahwa perawi telah meriwayatkan dari
gurunya. Padahal, dia tidak mendengar darinya. Kemudian hadis tersebut
diriwayatkan dengan menggunakan shighah (ungkapan) yang masih
muhtamal (mengambang).
 Tadlis as-syuyukh, yaitu manakala sebuah hadis diriwayatkan dari seorang
guru, namun perawi menyebutnya dengan panggilan yang tidak terkenal
hingga guru tersebut tidak dapat teridentifikasi.
3. Ke-dha’if-an hadis dari sisi adanya kejanggalan atau cacat
a. Hadis syadz, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seorang yang maqbul
(diterima periwayatan hadisnya) yang menyelisihi perawi lain yang lebih tsiqah
darinya. Kebalikan hadis syadz adalah hadis mahfuzh.
b. Hadis mu’allal, yaitu hadis yang di dalamnya terdapat cacat yang tersembunyi
hingga menodai ke-shahih-annya. Padahal, secara zhahir hadis tersebut sah
dan penyebab cacatnya itu adalah para perawi hadis tersebut.

iv
Cara mengetahui kondisi hadis dan menyingkap cacatnya adalah dengan
mengumpulkan berbagai jalur hadis tersebut dan menganalisa perbedaan
para perawi dan ke-dhabit-an mereka. Cacat dalam hadis terkadang terdapat
pada matan dan terkadang pada sanad hadis. Dan itu yang lebih sering terjadi.
c. Hadis mudhtharib, yaitu hadis yang diriwayatkan secara bertolak belakang
dengan hadis lainnya dan tidak mungkin dilakukan perpaduan (diselaraskan)
di antara hadis-hadis tersebut. Idhthirab terkadang terjadi pada matan (konten
hadis) dan terkadang pada sanad. Dan itu yang lebih sering terjadi.
Buku ini kami susun berdasarkan dua tema besar, yaitu hadis-hadis shahih dan
hadis-hadis dha’if (termasuk di dalamnya hadis maudhu’). Dari kedua tema besar
tersebut, kami turunkan menjadi subtema bahasan yang erat kaitannya dengan
Ramadan. Lalu kami tulis hadis-hadis yang berkaitan dengan subtema bahasan.
Pada penyajian hadis-hadis shahih, kami lakukan dengan menuliskan langsung
matan (konten) hadis tanpa jalur periwayatannya (sanad). Sedangkan, pada penyajian
hadis-hadis dha’if, kami tuliskan pula jalur periwayatannya. Hal tersebut dikarenakan
jalur periwayatan adalah salah satu hal yang sangat krusial dalam penentuan kualitas
suatu hadis. Setelah menuliskan jalur periwayatannya, kami berusaha untuk
menyajikan letak kecacatan suatu hadis dha’if berdasarkan pendapat para ahli hadis.
Para pembaca dapat merujuk langsung kitab yang kami sebutkan jika ingin
mengetahui lebih dalam mengenai kecacatan suatu hadis.
Pada bagian akhir buku ini, kami tambahkan pula panduan fikih seputar Ramadan.
Awalnya, kami menghendaki agar buku ini murni berisi kumpulan hadis-hadis saja.
Akan tetapi, yang justru lebih dibutuhkan umat Islam adalah sebuah panduan fikih
berpuasa Ramadan, tak hanya sekadar hadis-hadis saja. Berangkat dari sinilah, kami
menambahkan bagian ketiga pada buku ini.
Mengenai panduan fikih Ramadan, sebenarnya kami telah membuat buku pada
tahun lalu yang berjudul Ramadan bukan Ramadhan. Secara kelengkapan panduan
fikih Ramadan, buku tersebut lebih kaya dibandingkan dengan panduan Ramadan
yang tertuang dalam buku ini. Panduan Ramadan pada buku ini hanya membahas
hal-hal utama saja dalam berpuasa Ramadan, yaitu: syarat puasa, rukhsah dan
konsekuensinya, qada, fidiah, dan pembatal puasa. Adapun hal-hal lainnya yang
terkait dengan panduan Ramadan, dapat dilihat di rangkaian hadis-hadis Shahih
pada bagian pertama buku ini.
Hadis-hadis yang kami tulis di buku ini kami nomori sesuai dengan urutan
keluarnya. Penomoran hadis-hadis tersebut terletak pada bagian catatan kakinya.
Selain itu, catatan kaki juga memuat periwayat hadis beserta dengan nomor hadis
pada kitabnya periwayat serta pendapat ulama ahli hadis tentang kualitas hadis
tersebut. Pada bagian panduan Ramadan, hadis-hadis yang telah ditulis pada bagian
sebelumnya, akan kami tampilkan dalam bentuk rujukan. Kami akan mengatakan,
misalnya: “Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 14 pada buku ini”.
Sesungguhnya, hanya Alquran sajalah kitab yang tak ada keraguan padanya.
Meski kami telah berusaha menyusun buku ini sesuai dengan kemampuan kami,

v
pasti pada buku ini akan ditemukan pertentangan di dalamnya. Allah berfirman
dalam surat An-Nisā` ayat 82 bahwa sesuatu yang bukan berasal dari sisi Allah, pasti
akan didapati pertentangan di dalamnya:
‫إّلِل لَ َو َجدُ وإ َفي َه إ ْخ َت ََلفًا َك َث ًْيإ‬
َ َّ ‫ون إلْ ُق ْرأ َن َولَ ْو ََك َن َم ْن َع ْن َد غَ ْ َْي‬
َ ‫َأفَ ََل يَتَدَ بَّ ُر‬
“Maka, apakah mereka tidak memerhatikan Alquran? Kalau kiranya Alquran itu bukan
dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.”
Buku ini belum seperti yang kami harapkan. Kami merasa harus ada beberapa
konten yang ditambah, dihapus, diubah tata letaknya, dan lain sebagainya. Akan
tetapi, semoga yang masih sedikit ini bermanfaat untuk siapa saja yang membacanya.
Tak lupa, penerbitan buku ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Kami
sediakan lembar khusus untuk mengabadikan mereka dalam buku ini. Kami berdoa
agar setiap bantuan mereka mendapatkan pahala tak terhenti di sisi Allah.
Sebagai penutup, kepahaman dalam beragama adalah salah satu parameter
bahwa Allah menghendaki kebaikan atas diri kita. Rasulullah shallallāhu ‘alaihi
wasallam bersabda:
‫إّلِل َب َه خ ْ ًَْيإ يُ َف َقِهْ ُه َِف ِ َإل َين‬
ُ َّ ‫َم ْن يُ َر َد‬
“Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan
memberinya kepahaman dalam urusan agama.”4
Semoga buku ini dapat menjadi jalan untuk menambah kepahaman kita dalam
beragama. Dan semoga Allah selalu memberi kita taufik dan hidayah-Nya.

Indonesia, Mei 2017 M/Syakban 1438 H

Karom

4
Hadis riwayat Bukhari (71).
vi
DAFTAR ISI

PEMBUKAAN .............................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... vii
SAHIH RAMADAN ................................................................................................................................... 1
Keutamaan Puasa, Ramadan, dan Puasa Ramadan ................................................................ 2
Kronologi Wajibnya Puasa Ramadan ......................................................................................... 13
Pra-Ramadan ...................................................................................................................................... 16
Jika tidak Berpuasa tanpa Uzur .................................................................................................... 20
Sahur...................................................................................................................................................... 21
Berbuka ................................................................................................................................................. 23
Rukhsah Puasa ................................................................................................................................... 26
Berpuasa saat Safar .......................................................................................................................... 27
Pembatal Puasa ................................................................................................................................. 30
Adab Berpuasa ................................................................................................................................... 31
Yang Diperbolehkan ........................................................................................................................ 33
Qada Puasa ......................................................................................................................................... 36
Tarawih dan Witir .............................................................................................................................. 37
Iktikaf dan Lailatulqadr ................................................................................................................... 45
Zakat Fitrah ......................................................................................................................................... 50
Hari Raya .............................................................................................................................................. 52
Salat Id .................................................................................................................................................. 54
Puasa Syawal....................................................................................................................................... 58
Lain-lain ................................................................................................................................................ 58
DAIF RAMADAN .................................................................................................................................... 60
Keutamaan Puasa, Ramadan, dan Puasa Ramadan .............................................................. 61
Pra-Ramadan ...................................................................................................................................... 73
Berbuka Puasa .................................................................................................................................... 74
Yang Diperbolehkan ........................................................................................................................ 77
Pembatal Puasa ................................................................................................................................. 77
Berpuasa saat Safar .......................................................................................................................... 79
Sahur...................................................................................................................................................... 79
Qada Puasa ......................................................................................................................................... 81
Iktikaf ..................................................................................................................................................... 83
Lailatulqadr.......................................................................................................................................... 85
Zakat Fitrah ......................................................................................................................................... 85
Idulfitri ................................................................................................................................................... 86
Puasa Syawal....................................................................................................................................... 91
Lain-lain ................................................................................................................................................ 92
PANDUAN RAMADAN ........................................................................................................................ 94
Syarat Puasa ........................................................................................................................................ 95

vii
Rukhsah dan Konsekuensinya ...................................................................................................... 96
Qada ...................................................................................................................................................... 99
Fidiah .................................................................................................................................................. 100
Pembatal Puasa .............................................................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................. 106

ِ ‫قَ يِّ ُدوا ال ِْعلْم بِال‬


ِ َ‫ْكت‬
‫اب‬ َ
“Ikatlah ilmu dengan menulis.”
– Anas bin Malik –

Diriwayatkan oleh Hakim dalam kitabnya, Al-Mustadrak ‘alā Shahīhain (361), dan di-
Shahih-kan oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Shahīh Al-Jāmi’ Ash-
Shaghīr wa Ziyādatuh (4434).
viii
SAHIH RAMADAN

ِ ‫ََل يستَطَاعُ ال ِْعلْم بِراح ِة ال‬


‫ْج ْس ِم‬ َ َ ُ ُْ
“Ilmu tidak bisa diraih dengan mengistirahatkan badan (bermalas-malasan).”
– Yahya bin Abu Katsir –

Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitabnya, Shahīh Muslim (612).

1
Sahih Ramadan

Keutamaan Puasa, Ramadan, dan Puasa Ramadan


1. Puasa adalah amal ibadah yang tak ada yang semisal dengannya.
Abu Umamah Al-Bahili berkata:
‫إّلِل َب َه قَا َل عَلَ ْي َك َِب ِ َلص َيا َم فَان َّ ُه ََل َمثْ َل َ َُل‬ َ َّ ‫قُلْ ُت ََي َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫إّلِل ُم ْر َّن َبأَ ْم ٍر ي َ ْن َف ُع َِن‬
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, ِ perintahlah aku dengan suatu perintah yang
dengannya Allah memberikan manfaat kepadaku!”
Beliau bersabda, “Hendaklah kamu berpuasa karena tidak ada yang semisal
dengannya.”5

2. Puasa dapat menghapus fitnah (ujian/cobaan) seseorang dalam keluarga, harta,


anak, dan tetangga.
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َِف إلْ َف ْتنَ َة قَا َل ُح َذيْ َف ُة َأ اَ َ َِم ْع ُت ُه‬
ُ َّ ‫إّلِل َع ْن ُه َم ْن َ َْي َفظُ َح َديثًا َع ْن إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬ ُ َّ ‫ِض‬َ َ ‫قَا َل ُ َْع ُر َر‬
‫إلصدَ قَ ُة‬
َّ ‫إلص َيا ُم َو‬ َّ ‫ول َف ْتنَ ُة َّإلر ُج َل َِف َأه َ َِْل َو َم َ َاَل َو َج َار َه تُ َك َفِ ُرهَا‬
َ ِ ‫إلص ََل ُة َو‬ ُ ‫ي َ ُق‬
'Umar radhiyallāhu ‘anhu berkata, “Siapa yang masih hafal hadis dari Nabi
shallallāhu ‘alaihi wasallam tentang masalah fitnah?”
Hudzaifah berkata, “Aku mendengarnya saat beliau bersabda, ‘Fitnah (cobaan)
seseorang akan terjadi dalam keluarganya, hartanya, anaknya, dan tetangganya.
Namun, fitnah itu akan terhapus oleh salat, puasa, dan sedekah.’”6

3. Puasa dapat menghilangkan kemarahan dada.


Salah seorang sahabat Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam berkata:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َر ُج ٌل ي َ ُصو ُم إلَّ ه َْر قَا َل َو َدد ُْت َأن َّ ُه لَ ْم ي َ ْط َع ْم إلَّ ه َْر قَالُوإ فَثُلُثَ ْي َه قَا َل َأ ْك َ ََث‬ُ َّ ‫َقي َل َللنَّ َ َ ِب َص َّّل‬
‫ك َشهْ ٍر‬ َِ ُ ‫إلصدْ َر َص ْو ُم ثَ ََلثَ َة َأ ََّي ٍم َم ْن‬ َّ ‫قَالُوإ فَ َن ْص َف ُه قَا َل َأ ْك َ ََث ُ َُّث قَا َل أَ ََل ُأخ َ ُِْبُ ُْك َب َما يُ ْذ َه ُب َو َح َر‬
Dikatakan kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam bahwa ada seseorang yang
berpuasa Dahr (puasa sepanjang waktu).
Beliau bersabda, “Aku senang jika ia puasa tidak selamanya.”
Mereka bertanya, “(Bagaimana jika) dua pertiganya?”
Beliau menjawab, “Masih terlalu banyak.”
Mereka bertanya, “(Bagaimana jika) setengahnya?”
Beliau menjawab, “Masih terlalu banyak.”
Kemudian beliau bersabda, “Maukah kuberitahukan kepada kalian sesuatu yang
bisa menghilangkan kemarahan dada? Puasa tiga hari setiap bulan.”7

4. Dijauhkan dari neraka.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:

5
Hadis riwayat Nasa`i (2221). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
6
Hadis riwayat Bukhari (1895).
7
Hadis riwayat Nasa`i (2385). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.

2
‫إّلِل َو ْ َْج ُه َع ْن إلنَّ َار َس ْب َع َني َخ َري ًفا‬ َ َّ ‫َيل‬
ُ َّ َ‫إّلِل َِبعَد‬ َ ‫َم ْن َصا َم ي َ ْو ًما َِف َسب‬
“Barang siapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan
wajahnya dari api neraka sejauh tujuh puluh musim.”8

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:


‫إّلِل َمنْ ُه َ َْجَّنَّ َ َم َس َْي َة َمائ َ َة عَا ٍم‬ َ َّ ‫َيل‬
ُ َّ َ‫إّلِل َع َّز َو َج َّل َِبعَد‬ َ ‫َم ْن َصا َم ي َ ْو ًما َِف َسب‬
“Barang siapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah ‘azza wajalla, maka Allah
menjauhkan darinya neraka Jahannam sejauh perjalanan seratus tahun.”9

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:


َّ ‫إّلِل بَيْنَ ُه َوب َ ْ َني إلنَّ َار َخنْدَ قًا َ ََك ب َ ْ َني‬
‫إلس َما َء َوإ َأل ْر َض‬ َ َّ ‫َيل‬
ُ َّ ‫إّلِل َج َع َل‬ َ ‫َم ْن َصا َم ي َ ْو ًما َِف َسب‬
“Barang siapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, maka Allah menjadikan
antara dirinya dengan neraka sebuah parit seperti antara langit dan bumi.”10

Karenanya, puasa menjadi tameng seseorang dari api neraka sebagaimana sabda
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam berikut:
َ‫إلص َيا ُم ُجن َّ ٌة َم ْن إلنَّ َار َك ُجنَّ َة أَ َح َد ُ ُْك َم ْن إلْ َقتَال‬
َِ
“Puasa adalah tameng dari api neraka sebagaimana tameng salah seorang dari
kalian dalam perang.”11

5. Puasa dapat menjadi benteng syahwat seseorang.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
َ َ ‫َم ْن ْإس َت َطا َع إلْ َب َاء َة فَلْ َي َ ََت َّو ْج فَان َّ ُه َأغَ هض َللْ َب‬
‫َص َو َأ ْح َص ُن َللْ َف ْر َج َو َم ْن لَ ْم ي َْس تَ َط ْع فَ َعلَ ْي َه َِب َّلص ْو َم فَان َّ ُه َ َُل َو َجا ٌء‬
ِ
“Barang siapa yang sudah mampu bā`ah (menafkahi keluarga lahir dan batin),
ِ
hendaklah dia menikah karena menikah itu lebih bisa menundukkan pandangan
dan lebih bisa menjaga kemaluan. Barang siapa yang tidak sanggup (menikah),
maka hendaklah dia berpuasa karena puasa itu akan menjadi benteng baginya.”12

6. Masuk surga melalui pintu Ar-Rayyān.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:

8
Hadis riwayat Muslim (1153).
9
Hadis riwayat Nasa`i (2254). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Hasan.
10
Hadis riwayat Tirmidzi (1624). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Hasan Shahih.
11
Hadis riwayat Ibnu Majah (1639). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
12
Hadis riwayat Bukhari (1905).

3
Sahih Ramadan

‫ون ي َ ْو َم إلْ َق َيا َم َة ََل يَدْ ُخ ُل َمنْ ُه َأ َح ٌد غَ ْ ُْي ُ ُْه يُقَ ُال َأ ْي َن‬ َّ ‫إ َّن َِف إلْ َجنَّ َة َِب ًِب يُقَ ُال َ َُل َّإلر ََّي ُن يَدْ ُخ ُل َمنْ ُه‬
َ ‫إلصائَ ُم‬
ِ
‫ون ََل يَدْ ُخ ُل َمنْ ُه َأ َح ٌد غَ ْ ُْي ُ ُْه فَا َذإ َد َخلُوإ ُأ ْغ َل َق فَ َ ّْل يَدْ خ ُْل َمنْ ُه َأ َح ٌد‬
َ ‫ون فَ َي ُقو ُم‬ َ ‫إلصائَ ُم‬
َّ
“Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu ِ yang disebut dengan Ar-Rayyān
yang pada hari kiamat tidak akan ada orang yang masuk ke surga melewati pintu
itu kecuali para shāimūn (orang-orang yang berpuasa). Tidak akan ada
seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut selain mereka. Lalu dikatakan
kepada mereka, ‘Mana para shāimūn?’ Maka para shāimūn berdiri menghadap.
Tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut selain mereka.
Apabila mereka telah masuk semuanya, maka pintu itu ditutup dan tidak akan
ada seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut.”13

7. Puasa adalah amal ibadah langsung untuk Allah dan Allah sendiri yang akan
membalasnya.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫إلص ْو َم فَان َّ ُه‬َّ ‫إّلِل َع َّز َو َج َّل إ ََّل‬ ُ ْ ‫ك َ َْع َل إ ْب َن أ َد َم يُضَ ا َع ُف إلْ َح َس نَ ُة ع‬
ُ َّ ‫َْش َأ ْمث َا َلهَا إ ََل َس ْبع َمائَة َض ْع ٍف قَا َل‬ ‫ُه‬
ِ‫َِل و َأ اَ َأجزي َب َه يدَ ُع َشهْوته و َطعامه َمن َأج ََل َل ِلص َاِئ فَرحتان فَرح ٌة َعندَ َف ْطر َه وفَرح ٌة َِعندَ َلقَا َء َرب َه‬
َِ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َّ ْ ْ ُ َ َ َ ُ َ َ َ َْ َ
‫إّلِل َم ْن َر َحي إلْ َم ْس َك‬َ َّ َ‫َولَ ُخلُ ُوف َفي َه َأ ْط َي ُب َع ْند‬
“Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu macam kebaikan diberi
pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah 'azza wajalla berfirman, ‘Selain puasa,
karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Aku-lah yang akan memberinya pahala.
Sebab, ia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena Aku.’
Dan bagi orang yang berpuasa, ada dua kebahagiaan. Kebahagiaan ketika ia
berbuka dan kebahagiaan ketika ia bertemu dengan Rabb-nya. Sesungguhnya,
bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wanginya
kesturi.”14

8. Perumpamaan orang-orang yang berpuasa.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bercerita tentang perintah Nabi ‘Isa kepada
kaumnya:
َّ ُ ‫َوأ ُم ُرُ ُْك َِب ِ َلص َيا َم فَا َّن َمث َ َل َذ َ َِل ََكَث ََل َر ُج ٍل َِف َع َصاب َ ٍة َم َع ُه‬
‫ُص ٌة َفهيَا َم ْس ٌك فَ ُُكهه ُْم ي َ ْع َج ُب َأ ْو يُ ْعجَ ُب ُه َر َُيهَا‬
“Aku memerintahkan kalian puasa dan perumpamaannya sepertiِ seseorang
berada di tengah-tengah sekelompok orang. Ia membawa kantong berisi minyak
kesturi. Kalian semua kagum atau dibuat kagum dengan semerbak baunya.”15

9. Orang yang berpuasa akan mendapatkan syafaat dari puasanya.

13
Hadis riwayat Bukhari (1896).
14
Hadis riwayat Muslim (1151).
15
Hadis riwayat Tirmidzi (2863). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.

4
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫إلشه ََو َإت َِبنََّّ َ َار فَشَ َفِ ْع َِن‬ َ ِ ‫ول‬
َّ ‫إلص َيا ُم َأ ْي َر َ ِب َمنَ ْع ُت ُه‬
َّ ‫إلط َعا َم َو‬ ُ ‫إلص َيا ُم َوإلْ ُق ْرأ ُن ي َْش َف َع َان َللْ َع ْب َد ي َ ْو َم إلْ َق َيا َم َة ي َ ُق‬
َِ
‫ول إلْ ُق ْرأ ُن َمنَ ْع ُت ُه إلنَّ ْو َم َِبلل َّ ْي َل فَشَ َفِ ْع َِن َفي َه قَا َل فَيُشَ فَّ َع َان‬ ُ ‫َفي َه َوي َ ُق‬
“Puasa dan Alquran kelak pada hari kiamat akan memberi syafaat kepada seorang
hamba. Puasa berkata, ‘Duhai Rabb, aku telah menahannya dari makanan dan
nafsu syahwat di siang hari. Maka, izinkahlah aku memberi syafaat kepadanya.’
Dan Alquran berkata, ‘Aku telah menahannya dari tidur di malam hari. Maka,
izinkanlah aku memberi syafaat kepadanya.’”
Beliau melanjutkan sabdanya, “Maka mereka berdua (puasa dan Alquran) pun
akhirnya memberi syafaat kepada seorang hamba.”16

10. Meninggal saat berpuasa dapat menyebabkan seseorang masuk surga.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫ َو َم ْن َصا َم ي َ ْو ًما إبْ َتغ ََاء َو ْج َه‬،‫ه ـ خ َ َُُت َ َُل ِبَ َا َد َخ َل إلْ َجنَّ َة‬ َ ‫ إبْ َتغ ََاء َو ْج َه‬:‫ه ـ قَا َل َح َس ٌن‬ ُ ‫َم ْن قَا َل ََل إ َ ََل إ ََّل‬
َ ‫ َو َم ْن ت ََصد ََّق ب ََصدَ قَ ٍة إبْ َتغ ََاء َو ْج َه‬،‫ه خ َ َُُت َ َُل ِِبَ َا ِ َد َخ َل إلْ َجنَّ َة‬
‫ه خ َ َُُت َ َُل ِبَ َا َد َخ َل إلْ َجنَّ َة‬ َ
“Barang siapa yang mengucapkan: ‘Lā iāha illallāh’”, Hasan berkata: “Untuk
mencari wajah Allah”, “lalu dengan itu ditutup hidupnya (meninggal), maka ia
masuk surga. Barang siapa yang berpuasa sehari untuk mencari wajah Allah lalu
dengan itu ditutup hidupnya (meninggal), maka ia masuk surga. Dan barang
siapa yang bersedekah dengan sedekah yang mengharapkan wajah Allah lalu
dengan itu ditutup hidupnya (meninggal), maka ia masuk surga.”17

11. Doa orang yang berpuasa tidak tertolak.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
ُ َ ‫إلص‬
‫اِئ َح ََّّت يُ ْف َط َر َو َدع َْو ُة إلْ َم ْظلُو َم‬ َّ ‫ثَ ََلثَ ٌة ََل يُ َر هد ُدعَا ُؤ ُ ُْه ْإَل َما ُم إلْ َعا َد ُل َو‬
“Tiga golongan orang yang doa mereka tidak tertolak: (1) pemimpin yang adil, (2)
ِ
orang yang berpuasa sehingga ia berbuka, dan (3) doa orang yang terzalimi.”18

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:


َِ ُ ‫ك ي َ ْو ٍم َول َ ْي َ ٍَل َل‬
‫ك َع ْب ٍد َمَّْ ُ ْم َدع َْو ٌة ُم ْس تَ َجاب َ ٌة‬ َِ ُ ‫إ َّن َ َّ َّلِل ُعتَقَ َاء َِف‬
“Pada setiap siang dan malam (di bulan Ramadan), Allah mempunyai hamba-
ِ
hamba yang dimerdekakan. Setiap dari mereka mempunyai doa yang
mustajab.”19

16
Hadis riwayat Ahmad (6626). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya Shahīh Al-Jāmi’
Ash-Shaghīr wa Ziyādatuh (3882) mengatakan bahwa hadis ini Shahih.
17
Hadis riwayat Ahmad (23324). Syaikh Syu’aib Al-Arna`uth mengatakan bahwa hadis ini
Shahih lighairihi.
18
Hadis riwayat Ahmad (9743). Syaikh Syu’aib Al-Arna`uth mengatakan bahwa hadis ini
Shahih dengan berbagai jalan dan penguatnya.

5
Sahih Ramadan

12. Berpuasa di bulan Ramadan termasuk ke dalam salah satu rukun Islam.
‘Umar bin Khaththab berkata:
ُ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َذ َإت ي َ ْو ٍم إ ْذ َطلَ َع عَلَ ْينَا َر ُج ٌل َش َديدُ ب َ َي َاض إل َث ِ َي َاب َش َديد‬ ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ َ‫بَيْنَ َما َ َْن ُن َع ْندَ َر ُسول‬
ِ
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ُ َّ ‫إلس َف َر َو ََل ي َ ْع َرفُ ُه َمنَّا َأ َح ٌد َح ََّّت َجلَ َس إ ََل إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬ َّ ‫إلش َع َر ََل يُ َرى عَلَ ْي َه َأث َُر‬ َّ ‫َس َوإ َد‬
َ َّ ‫ول‬
‫إّلِل‬ ُ ‫فَأَ ْس نَدَ ُر ْك َبت َ ْي َه إ ََل ُر ْك َبت َ ْي َه َو َوضَ َع َكفَّ ْي َه عَ َّل فَ َخ َذيْ َه َوقَا َل ََي ُم َح َّمدُ َأخ َ ِِْْب َّن َع ْن ْإَل ْس ََل َم فَقَا َل َر ُس‬
َِ َّ ‫ول‬ ِ
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫إّلِل َو َأ َّن ُم َح َّمدً إ َر ُس‬ ُ َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ْإَل ْس ََل ُم َأ ْن ت َ ْشهَدَ َأ ْن ََل إ َ ََل إ ََّل‬ ُ َّ ‫َص َّّل‬
ِ ِ
‫إلص ََل َة َوت ُْؤ َ َِت َّإلز َ َِك َة َوت َُصو َم َر َمضَ َان َو َ ُُت َّج إلْ َبيْ َت إ ْن ْإس َت َط ْع َت إل َ ْي َه َسب ًَيَل قَا َل َصدَ ْق َت قَا َل فَ َعجَ ْبنَا‬ َّ ‫َوتُ َق َمي‬
ِ ِ
‫َ َُل ي َْسأَ ُ َُل َويُ َص َِدقُ ُه قَا َل فَأَخ َ ِْْب َّن َع ْن ْإَلَم َ َان قَا َل َأ ْن ت ُْؤ َم َن َِب َّ َّلِل َو َم ََلَِ َك َت َه َو ُك ُت َب َه َو ُر ُس َ َِل َوإلْ َي ْو َم ْإأل َخ َر‬
ِ
‫إّلِل َ َكن ََّك تَ َرإ ُه فَا ْن لَ ْم‬ َ َّ َ‫َش َه قَا َل َصدَ ْق َت قَا َل فَأَخ َ ِْْب َّن َع ْن ْإَل ْح َس َان قَا َل َأ ْن تَ ْع ُبد‬ َ ِ َ ‫َوت ُْؤ َم َن َِبلْقَدَ َر خ ْ ََْي َه َو‬
‫إلسائَ َل قَا َل فَأَخ َ ِْْب َ ِّن َع ْن‬ َّ ‫ول َعَّْ َا َبأَ ْع َ َّل َم ْن‬ ُ ِ ‫إلساعَ َة قَا َل َما إلْ َم ْس ُئ‬ َّ ‫تَ ُك ْن تَ َرإ ُه فَان َّ ُه يَ َرإكَ قَا َل فَأَخ َ ِْْب َّن َع ْن‬
‫ون َِف إلْ ُبن ْ َي َان قَا َل ُ َُّث إن َْطلَ َق‬ َ ُ‫إلشا َء ي َ َت َط َاول‬َّ ‫َأ َم َارِتَ َا قَا َل ِ َأ ْن ت َ ََِل ْ َإأل َم ُة َربََّتَ َا َو َأ ْن تَ َرى إلْ ُح َفا َة إلْ ُع َرإ َة إلْ َع َ َاَل َرعَ َاء‬
‫وَل َأ ْع َ ُّل قَا َل فَان َّ ُه َج ْ َِبي ُل َأَتَ ُ ُْك يُ َع َلِ ُم ُ ُْك‬ُ ُ ‫إّلِل َو َر ُس‬
ُ َّ ‫إلسائَ ُل قُلْ ُت‬ َّ ‫فَلَ َبث ْ ُت َم َل ًّيا ُ َُّث قَا َل َِل ََي ُ َْع ُر َأتَدْ َري َم ْن‬
ِ ‫َدينَ ُ ُْك‬
Dahulu kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam. Lalu
datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam,
dan tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan. Tidak seorang pun dari kami
mengenalnya. Ia mendatangi Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam lalu menyandarkan
lututnya pada lutut Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam.
Kemudian ia berkata, “Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam!”
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam menjawab, “Kesaksian bahwa tidak ada
tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba
dan utusan-Nya, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan berpuasa di bulan
Ramadan, serta haji ke Baytullah jika kamu mampu bepergian kepadanya.”
Dia berkata, “Kamu benar!”
‘Umar berkata: Maka kami kaget terhadapnya karena ia menanyakan sesuatu dan
ia sendiri yang membenarkannya.
Ia bertanya lagi, “Kabarkanlah kepadaku tentang iman!”
Beliau menjawab, “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik mapun buruk.”
Dia berkata, “Kamu benar!”
Dia bertanya, “Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan!”

19
Hadis riwayat Ahmad (7450). Syaikh Syu’aib Al-Arna`uth mengatakan bahwa sanad hadis
ini shahih sesuai dengan syarat kesahihan Bukhari dan Muslim. Dan Syaikh Nashiruddin Al-
Albani dalam kitabnya Shahīh Al-Jāmi’ Ash-Shaghīr wa Ziyādatuh (2169) mengatakan bahwa
hadis ini Shahih.

6
Beliau menjawab, “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika
kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
Dia bertanya lagi, “Kapankah hari akhir itu?”
Beliau menjawab, “Tidaklah orang yang ditanya itu lebih mengetahui daripada
orang yang bertanya.”
Dia bertanya, “Lalu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Beliau menjawab, “Apabila seorang budak melahirkan (anak) tuannya dan kamu
melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing,
namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan.”
Kemudian dia bertolak pergi. Maka aku tetap saja heran. Kemudian Rasulullah
berkata, “Wahai ‘Umar, apakah kamu tahu siapa penanya tersebut?”
Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”
Beliau bersabda, “Itulah Jibril. Dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada
kalian tentang pengetahuan agama kalian.”20

Dalam riwayat lain, dari Thalhah bin ‘Ubaidullah:


‫إّلِل َأخ َ ِْْب َّن َما َذإ فَ َر َض‬ َ َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ََثَِ َر َّإلر ْأ َس فَقَا َل ََي َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬َ َّ َ‫َأ َّن َأع َْرإ َب ًّيا َج َاء إ ََل َر ُسول‬
ِ َ َ
ُ َّ ‫إلصلَ َو َإت إلْ َخ ْم َس إ ََّل َأ ْن ت ََّط َّو َع َشيْئًا فَقَا َل َأخ َ ِْْب َّن َما فَ َر َض‬
‫إّلِل عَ َ ََّل َم ْن‬ َّ ‫إلص ََل َة فَقَا َل‬
َّ ‫إّلِل عَ ََّل م ْن‬ ُ َّ
ِ
ُ َّ ‫إلص َيا َم فَقَا َل َشه َْر َر َمضَ َان إ ََّل َأ ْن ت ََّط َّو َع َشيْئًا فَقَا َل َأخ َ ِْْب َّن َب َما فَ َر َض‬
‫إّلِل عَ َ ََّل َم ْن َّإلز ََك َة فَقَا َل فَأَخ َ َِْب ُه‬ َِ
ِ
‫َشإئَ َع ْإَل ْس ََل َم قَا َل َو َّ َإَّلي َأ ْك َر َم َك ََل َأت ََط َّو ُع َشيْئًا َو ََل َأنْ ُق ُص َم َّما فَ َر َض‬ َ َ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫َر ُس‬
‫إّلِل ِعَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َأفْلَ َح إ ْن َصدَ َق َأ ْو َد َخ َل إلْ َجنَّ َة إ ْن َصدَ َق‬ ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬َ َّ ‫ول‬ ُ ‫إّلِل عَ َ ََّل َشيْئًا فَقَا َل َر ُس‬
ُ َّ
ِ
Seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam dalam
ِ
keadaan kepalanya penuh debu. Lalu, ia berkata, “Wahai Rasulullah, kabarkan
kepadaku apa yang telah Allah wajibkan buatku tentang salat!”
Maka beliau shallallāhu ‘alaihi wasallam menjawab, “Salat lima kali kecuali bila
kamu mau menambah dengan yang tathawwu’ (sunah).”
Orang itu bertanya lagi, “Lalu, kabarkan kepadaku apa yang telah Allah wajibkan
buatku tentang puasa!”
Maka beliau shallallāhu ‘alaihi wasallam menjawab, “Puasa di bulan Ramadan
kecuali bila kamu mau menambah dengan yang tathawwu' (sunah).”
Orang itu bertanya lagi, “Lalu, kabarkan kepadaku apa yang telah Allah wajibkan
buatku tentang zakat!”
Thalhah berkata: Maka Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam menjelaskan kepada
orang itu tentang syariat-syariat Islam.
Kemudian orang itu berkata, “Demi Zat yang telah memuliakan engkau, aku tidak
akan mengerjakan yang sunah sekalipun, namun aku pun tidak akan mengurangi
satupun dari apa yang telah Allah wajibkan buatku.”
Maka Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam berkata, “Dia akan beruntung jika
jujur menepatinya atau dia akan masuk surga jika jujur menepatinya.”21

20
Hadis riwayat Muslim (8).

7
Sahih Ramadan

13. Ramadan adalah bulan kesabaran.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
َِ ُ ‫إلص ْ َِب َوثَ ََلثَ ُة َأ ََّي ٍم َم ْن‬
‫ك َشهْ ٍر َص ْو ُم إلَّ ْه َر‬ َّ ‫َشه ُْر‬
“Bulan kesabaran (Ramadan) dan berpuasa tiga hari dalam sebulan sama dengan
puasa Dahr (sepanjang tahun).”22

14. Diampuninya dosa dengan berpuasa di bulan Ramadan.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫َم ْن قَا َم لَ ْي َ ََل إلْقَدْ َر إَمَا اً َوإ ْح َت َس ًاِب غُ َف َر َ َُل َما تَقَ َّد َم َم ْن َذنْ َب َه َو َم ْن َصا َم َر َمضَ َان إَمَا اً َوإ ْح َت َس ًاِب غُ َف َر َ َُل َما‬
ِ ِ َ َْ َ َ
‫تَق َّد َم م ْن ذن َبه‬
“Barang siapa yang menegakkan lailatul qadr (mengisi dengan ibadah) karena
iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya), maka akan
diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya. Dan barang siapa yang
melaksanakan puasa Ramadan karena iman kepada Allah dan mengharapkan
pahala (hanya dari-Nya), maka akan diampuni dosa-dosa yang telah
dikerjakannya.”23

15. Diampuninya dosa dengan salat malam di bulan Ramadan.


Abu Hurairah berkata:
ُ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل يُ َر َغِ ُب َِف َقيَا َم َر َمضَ َان َم ْن غَ ْ َْي َأ ْن يَأْ ُم َر ُ ُْه َب َع َزَم َ ٍة َوي َ ُق‬
‫ول َم ْن قَا َم‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ََك َن َر ُس‬
‫َر َمضَ َان إَمَا اً َوإ ْح َت َس ًاِب غُ َف َر َ َُل َما تَقَ َّد َم َم ْن َذنْ َب َه‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam sangat menganjurkan untuk salat malam
ِ
Ramadan tanpa mewajibkannya. Dan beliau bersabda, “Barang siapa yang
melakukan salat malam Ramadan karena keimanan dan mengharap pahala dari
Allah, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”24

16. Pada bulan Ramadan, terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Anas bin Malik berkata:
‫َضُ ُْك َو َفي َه لَ ْي َ ٌَل خ ْ ٌَْي َم ْن َألْ َف‬ َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل إ َّن ه ََذإ‬
َ َ ‫إلشه َْر قَدْ َح‬ ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬
ُ ‫َد َخ َل َر َمضَ ُان فَقَا َل َر ُس‬
ِ
‫َشهْ ٍر َم ْن ُح َر َمهَا فَقَدْ ُح َر َم إلْخ ْ ََْي ُُكَّ ُه َو ََل ُ َْي َر ُم خ ْ ََْيهَا إ ََّل َم ْح ُرو ٌم‬
Ketika datang bulan Ramadan, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda,
ِ
“Sesungguhnya bulan ini telah hadir kepada kalian. Di bulan ini ada satu malam

21
Hadis riwayat Bukhari (1891).
22
Hadis riwayat Nasa`i (2408). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
23
Hadis riwayat Bukhari (1901).
24
Hadis riwayat Tirmidzi (808). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.

8
yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang diharamkan darinya, maka ia
telah diharamkan dari kebaikan semuanya. Dan tidak diharamkan kebaikan
malam tersebut kecuali bagi yang terhalang dari kebaikan.”25

17. Dosa terhapus antar Ramadan.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫إت َما ب َ ْيََّ ُ َّن إ َذإ ْإجتَنَ َب ْإلكَ َبا َِ َر‬
ٌ ‫إلصلَ َو ُإت إلْ َخ ْم ُس َوإلْ ُج ْم َع ُة إ ََل إلْ ُج ْم َع َة َو َر َمضَ ُان إ ََل َر َمضَ َان ُم َك َفِ َر‬
َّ
ِ
“Salat lima waktu, salat Jumat ke Jumat berikutnya, dan Ramadan ke Ramadan
ِ ِ
berikutnya adalah penghapus dosa antara keduanya apabila seseorang menjauhi
dosa-dosa besar.”26

18. Umrah di bulan Ramadan sebanding dengan haji.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫إ َذإ ََك َن َر َمضَ ُان فَا ْعتَ َم َري َفي َه فَا َّن ُ ْْع َر ًة َفي َه تَ ْع َد ُل َح َّج ًة‬
“Jika Ramadan tiba, berumrahlah pada bulan Ramadan ِ karena (pahala) umrah
ِ
pada bulan Ramadan sebanding dengan (pahala) haji.”27

Bahkan, dalam riwayat lain, umrah di bulan Ramadan setara dengan haji bersama
Rasulullah.
Dari Abu Thaliq:
‫ ُ ْْع َر ٌة َِف َر َمضَ َان‬:‫ه َما ي َ ْع َد ُل إلْ َح َّج َم َع َك؟ قَا َل‬
َ ‫ ََي ن َ ََّب‬:‫ قَال َ ْت‬،‫َأ َّن إ ْم َر َأتَ ُه ُأ َّم َط َل ٍيق‬
Istrinya Abu Thaliq, yaitu Ummi Thaliq, berkata kepada Rasulullah, “Wahai Nabi
Allah, apa yang sebanding dengan beribadah haji bersamamu?”
Beliau menjawab, “Umrah di bulan Ramadan.”28

19. Kelembutan Nabi Muhammad yang paling baik adalah saat bulan Ramadan.
Ibnu 'Abbas radhiyallāhu ‘anhumā berkata:
‫ون َِف َر َمضَ َان َح َني يَلْقَا ُه َج ْ َِبي ُل‬ ُ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َأ ْج َو َد إلنَّ َاس َِبلْخ ْ ََْي َو ََك َن َأ ْج َو ُد َما يَ ُك‬
ُ َّ ‫ََك َن إلنَّ َ هب َص َّّل‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
ُ َّ ‫ك ل َ ْي َ ٍَل َِف َر َمضَ َان َح ََّّت يَن ْ َس َلخَ ي َ ْع َر ُض عَلَ ْي َه إلنَّ َ هب َص َّّل‬ َّ ‫َو ََك َن َج ْ َِبي ُل عَلَ ْي َه‬
َّ ُ ‫إلس ََلم يَلْقَا ُه‬
َّ ‫إلْ ُق ْرأ َن فَا َذإ لَ َقيَ ُه َج ْ َِبي ُل عَلَ ْي َه‬
‫إلس ََلم ََك َن َأ ْج َو َد َِبلْخ ْ ََْي َم ْن ِ َإلر َحي إلْ ُم ْر َس َ ََل‬
“Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut (dermawan) ِ
dalam segala kebaikan. Dan kelembutan beliau yang paling baik adalah saat
bulan Ramadan ketika Jibril datang menemui beliau. Dan Jibril ‘alaihissalām

25
Hadis riwayat Ibnu Majah (1644). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Hasan Shahih.
26
Hadis riwayat Muslim (233).
27
Hadis riwayat Nasa`i (2110). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
28
Hadis riwayat Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabīr (425). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam
kitabnya, Shahīh At-Targhīb wa At-Tarhīb (425), mengatakan bahwa hadis ini Shahih.

9
Sahih Ramadan

datang menemui beliau pada setiap malam di bulan Ramadan (untuk


membacakan Alquran) hingga Alquran selesai dibacakan untuk Nabi shallallāhu
‘alaihi wasallam. Apabila Jibril ‘alaihissalām datang menemui beliau, maka beliau
adalah orang yang paling lembut dalam segala kebaikan melebihi lembutnya
angin yang berhembus.”29

20. Setan dan pemimpin-pemimpinnya di belenggu, pintu neraka ditutup dan tak ada
yang dibuka, serta pintu surga dibuka dan tak ada yang ditutup.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫إلش َيا َط ُني َو َم َر َد ُة إلْجَ َِن َوغُ َلِقَ ْت َأبْ َو ُإب إلنَّ َار فَ َ ّْل يُ ْفتَ ْح َمَّْ َا َِب ٌب‬
َّ ‫إ َذإ ََكن َْت َأ َّو ُل لَ ْي َ ٍَل َم ْن َر َمضَ َان ُص َفِدَ ْت‬
ِ
‫َص َو َ َّ َّلِل‬ َ ِ َّ ‫َوفُ َت َح ْت َأبْ َو ُإب إلْ َجنَّ َة فَ َ ّْل يُ ْغلَ ْق َمَّْ َا َِب ٌب َو اَ دَى ُمنَا ٍد ََي َِب َغ َي إلْخ ْ ََْي أَ ْقب َْل َو ََي َِب َغ َي‬
ْ َ ‫إلْش َأ ْق‬
‫ك لَ ْي َ ٍَل‬
َِ ُ ‫ُع َتقَا ُء َم ْن إلنَّ َار َو َذ َ َِل َِف‬
“Jika tiba waktu awal malam di bulan Ramadan, maka setan-setan dan pemimpin-
pemimpinnya dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan tidak ada yang dibuka,
pintu-pintu surga dibuka dan tidak ada yang ditutup. Lalu ada penyeru yang
berseru, ‘Hai orang yang mencari kebaikan, teruskanlah! Hai orang yang mencari
keburukan, berhentilah! Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari
neraka, dan itu terjadi pada setiap malam.’”30

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa pintu-
pintu langit dibuka:
َّ ‫إلس َما َء َوغُ َلِقَ ْت َأبْ َو ُإب َ َْجَّنَّ َ َو ُسلْ َسلَ ْت‬
‫إلش َيا َط ُني‬ َّ ‫ِإ َذإ َد َخ َل َشه ُْر َر َمضَ َان فُ َتِ َح ْت َأبْ َو ُإب‬
“Apabila bulan Ramadan datang, maka pintu-pintu langit dibuka sedangkan
pintu-pintu Jahannam ditutup dan setan-setan dibelenggu.”31

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa pintu-
pintu rahmat dibuka:
َّ ‫ َو ُسلْ َسلَ َت‬،َ َّ‫ َوغُ َلِقَ ْت َأبْ َو ُإب َ َْجَّن‬،‫إ َذإ ََك َن َر َمضَ ُان فُ َتِ َح ْت َأبْ َو ُإب َّإلر ْ َْح َة‬
‫إلش َيا َط ُني‬
“Jika tiba bulan Ramadan, maka pintu-pintu rahmat dibuka, pintu-pintu Jahannam
ِ
ditutup, dan setan-setan dirantai.”32

21. Dengan berpuasa Ramadan dan salat malam di dalamnya, seseorang dapat
tergolong sebagai Ash-Shiddīqīn dan Asy-Syuhadā`.
‘Amr bin Murrah berkata:

29
Hadis riwayat Bukhari (1902).
30
Hadis riwayat Ibnu Majah (1642). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
31
Hadis riwayat Bukhari (1899).
32
Hadis riwayat Muslim (1079).

10
َ َّ ‫ ََي َر ُسو َل‬:‫ فَ َقا َل‬،‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
‫ َأ َر َأيْ َت إ ْن َشه َْد ُت َأ ْن ََل إ َ ََل إ ََّل‬،‫إّلِل‬ ُ َّ ‫َج َاء َر ُج ٌل إ ََل إلنَّ َ َّب َص َّّل‬
ِ ِ ُ ِ ُ ‫ َو َأن ََّك ِ َر ُس‬،‫إّلِل‬
،ُ‫ َو ُ ُْص ُت َر َمضَ َان َوق ْم ُته‬،َ‫ َو َأ َّديْ ُت َّإلز ََكة‬،‫إلصلَ َو َإت إلْ َخ ْم َس‬ َّ ‫ َو َصل َّ ْي ُت‬،‫إّلِل‬َ َّ ‫ول‬ ُ َّ
‫إلشهَدَ إ َء‬‫إلص َِديْ َق ْ َني َو ه‬
َ ِ ‫ َم َن‬:‫فَ َم َّم ْن َأ اَ ؟ قَا َل‬
Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam lalu berkata, “Ya
Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan
selain Allah dan sesungguhnya engkau adalah Rasulullah, aku salat yang lima
waktu, aku menunaikan zakat, serta aku puasa Ramadan dan mendirikan salat
malam di dalamnya, termasuk golongan manakah aku?”
Rasulullah bersabda, “Termasuk golongan Ash-Shiddīqīn (orang-orang yang
benar) dan Asy-Syuhadā` (orang-orang yang bersaksi).”33

22. Dibebaskannya beberapa orang dari neraka pada saat buka puasa setiap malam
bulan Ramadan.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫ك ل َ ْي َ ٍَل‬ َِ ُ َ‫إ َّن َ َّ َّلِل َع ْند‬
َِ ُ ‫ك َف ْط ٍر ُعتَقَ َاء َو َذ َ َِل َِف‬
“Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari neraka saat berbuka
ِ
puasa. Dan itu terjadi setiap malam.”34

23. Ramadan adalah bulan yang diberkahi.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫إلس َما َء َوتُ ْغلَ ُق َفي َه َأبْ َو ُإب‬ ُ َّ ‫َأَتَ ُ ُْك َر َمضَ ُان َشه ٌْر ُم َب َاركٌ فَ َر َض‬
َّ ‫إّلِل َع َّز َو َج َّل عَلَ ْي ُ ُْك َص َيا َم ُه تُ ْفتَ ُح َفي َه َأبْ َو ُإب‬
‫إلش َيا َطنيَ َ َّ َّلِل َفي َه ل َ ْي َ ٌَل خ ْ ٌَْي َم ْن َألْ َف َشهْ ٍر َم ْن ُح َر َم خ ْ ََْيهَا فَقَدْ ُح َر َم‬
َّ ‫إلْ َج َح َمي َوتُغَ هل َفي َه َم َر َد ُة‬
“Ramadan telah datang kepada kalian, bulan yang diberkahi. Allah ‘azza wa jalla
telah mewajibkan kepada kalian berpuasa. Di bulan itu pintu-pintu langit dibuka,
pintu-pintu neraka Jahim ditutup, dan setan pembangkang dibelenggu. Demi
Allah, di bulan itu ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa
yang tidak mendapat kebaikannya, maka sungguh ia tidak mendapatkannya.”35

24. Ramadan adalah satu-satunya bulan yang diwajibkan berpuasa padanya satu
bulan penuh sedangkan bulan lainnya tidak.
'Aisyah radhiyallāhu 'anhā berkata:

33
Hadis riwayat Ibnu Hibban (3438). Syaikh Syu’aib Al-Arna`uth mengatakan bahwa sanad
hadis ini Shahih sesuai dengan syarat kesahihan Bukhari dan Muslim. Dan Syaikh
Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Shahīh At-Targhīb wa At-Tarhīb (361), mengatakan
bahwa hadis ini Shahih.
34
Hadis riwayat Ibnu Majah (1643). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Hasan Shahih.
35
Hadis riwayat Nasa`i (2106). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.

11
Sahih Ramadan

‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ي َ ُصو ُم َح ََّّت ن َ ُقو َل ََل ي ُ ْف َط ُر َويُ ْف َط ُر َح ََّّت ن َ ُقو َل ََل ي َ ُصو ُم فَ َما َر َأيْ ُت‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ََك َن َر ُس‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ْإس تَ ْْكَ َل َص َيا َم َشهْ ٍر إ ََّل َر َمضَ ا َن َو َما َر َأيْ ُت ُه َأ ْك َ ََث َص َيا ًما َمنْ ُه َِف َش ْع َب َان‬ َ َّ ‫َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
“Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam sedemikian sering melaksanakan saum
ِ
hingga kami mengatakan seolah-olah beliau tidak pernah berbuka (tidak saum).
Namun, beliau juga sering tidak saum sehingga kami mengatakan seolah-olah
beliau tidak pernah saum. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallāhu
‘alaihi wasallam menyempurnakan puasa selama sebulan penuh kecuali puasa
Ramadan dan aku tidak pernah melihat beliau paling banyak melaksanakan puasa
(sunah) kecuali di bulan Syakban.”36

25. Berpuasanya seorang istri pada bulan Ramadan tidak memerlukan izin suami.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫ََل ت َُصو ُم إلْ َم ْر َأ ُة َو َز ْو ُ َْجا َشا َه ٌد ي َ ْو ًما َم ْن غَ ْ َْي َشهْ َر َر َمضَ َان إ ََّل َِب ْذ َن َه‬
“Janganlah seorang wanita
ِ ِ
berpuasa satu hari pun sementara suaminya hadir
(ada di rumah), selain berpuasa di bulan Ramadan, kecuali dengan izin
suaminya.”37

26. Memiliki kesempatan masuk surga lebih dahulu dengan banyaknya berpuasa
Ramadan selama hidup.
Dari Thalhah bin 'Ubaidillah:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َو ََك َن إ ْس ََل ُمهُ َما َ ََجي ًعا فَ ََك َن َأ َحدُ ُ َُها َأ َش َّد‬ ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ َ‫َأ َّن َر ُجلَ ْ َني َم ْن ب َ َ ٍَِل قَ َد َما عَ َّل َر ُسول‬
ِ
‫ْإجَتَ َادًإ َم ْن ْإأل َخ َر فَغ ََزإ إلْ ُم ْجَتَ َ دُ َمَّْ ُ َما فَا ْستُ ْشهَدَ ُ َُّث َمكَ َث ْإألخ َُر ب َ ْعدَ ُه َس نَ ًة ُ َُّث ت ُُو َ ِ َِف قَا َل َطلْ َح ُة فَ َر َأيْ ُت َِف‬
‫إلْ َمنَا َم بَيْنَا َأ اَ َع ْندَ َِب َب إلْ َجنَّ َة إ َذإ َأ اَ ِبَ َ َما فَخ ََر َج خ ََار ٌج َم ْن إلْ َجنَّ َة فَأَ َذ َن لَ َّ ََّلي ت ُُو َ ِ َِف ْإأل َخ َر َمَّْ ُ َما ُ َُّث خ ََر َج‬
ِ
‫فَأَ َذ َن َل َّ ََّلي إ ْستُ ْشهَدَ ُ َُّث َر َج َع إ َ َِّل فَقَا َل ْإر َج ْع فَان ََّك لَ ْم يَأْ َن َ َِل ب َ ْعدُ فَأَ ْص َب َح َطلْ َح ُة ُ ََي َِد ُث َب َه إلنَّ َاس فَ َعجَ ُبوإ‬
َ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َ ِس َّ َّل َو َح َّدثُو ُه إلْ َح َد‬ ِ َ َ
‫ون فَقَالُوإ ََي‬ َ ‫يث فَقَا َل َم ْن َأ َِي َذ َ َِل تَ ْع َج ُب‬ ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
َّ ‫َ ََّل َ َِل فَ َبلَ َغ َذ َ َِل َر ُسول‬
َ َّ ‫ول‬
‫إّلِل‬ ُ ‫إّلِل ه ََذإ ََك َن َأ َش َّد َّإلر ُجلَ ْ َني ْإجَتَ َادًإ ُ َُّث إ ْستُ ْشهَدَ َو َد َخ َل ه ََذإ ْإأل َخ ُر إلْ َجنَّ َة قَ ْب َ ُِل فَقَا َل َر ُس‬ َ َّ ‫َر ُسو َل‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َألَيْ َس قَدْ َم َك َث ه ََذإ ب َ ْعدَ ُه َس نَ ًة قَالُوإ ب َ َّل قَا َل َو َأد َْركَ َر َمضَ َان فَ َصا َم َو َص َّّل كَ َذإ َو َك َذإ‬ ُ َّ ‫َص َّّل‬
َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل فَ َما بَيََّْ ُ َما َأبْ َعدُ َم َّما ب َ ْ َني‬
‫إلس َما َء‬ ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬ ُ ‫إلس نَ َة قَالُوإ ب َ َّل قَا َل َر ُس‬
َّ ‫َسدَ ٍة َِف‬ ْ َ ‫َم ْن‬
‫َو ْ َإأل ْر َض‬
Dua orang laki-laki dari Baliy datang menemui Rasulullah shallallāhu ‘alaihi
wasallam dan masuk Islam. Salah seorang dari keduanya lebih semangat berjihad
dari yang lainnya. Kemudian, dia pergi berperang sehingga ia menemui syahid.
Sedangkan, yang satunya lagi masih hidup hingga setahun setelahnya lalu dia
meninggal dunia.

36
Hadis riwayat Bukhari (1969).
37
Hadis riwayat Ibnu Majah (1761). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.

12
Thalhah berkata: Kemudian aku bermimpi seakan-akan aku berada di pintu surga.
Tiba-tiba, aku berada di sisi kedua laki-laki tersebut. Setelah itu, Malaikat keluar
dari surga. Malaikat itu kemudian mengizinkan laki-laki yang meninggal dunia
belakangan dari keduanya untuk memasukinya kemudian ia keluar lagi dan
mempersilahkan kepada laki-laki yang mati syahid untuk memasuki surga.
Lalu malaikat itu kembali kepadaku dan berkata, “Kembalilah kamu sebab belum
saatnya kamu memperoleh hal ini.”
Keesokan harinya, Thalhah menceritakannya kepada orang-orang. Mereka pun
heran. Mereka lalu memberitahukannya kepada Rasulullah shallallāhu ‘alaihi
wasallam dan menceritakan kejadian tersebut.
Maka beliau bersabda, “Perkara yang mana yang membuat kalian heran?”
Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, laki-laki (yang pertama meninggal) adalah
orang yang paling bersemangat dalam berjihad dari yang lain lalu dia mati syahid.
Tapi, mengapa orang yang satu lagi (laki-laki yang meninggal belakangan) justru
masuk surga terlebih dahulu darinya?”
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam menjawab, “Bukankah orang itu (laki-laki
yang kedua) hidup setahun setelahnya?”
Mereka menjawab, “Ya!”
Beliau bersabda, “Bukankah ia mendapatkan bulan Ramadan dan berpuasa? Ia
juga telah mengerjakan salat ini dan itu dengan beberapa sujud dalam setahun?”
Mereka menjawab, “Ya!”
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam kembali bersabda, “Sungguh, sangat jauh
perbedaan di antara keduanya (dalam kebajikan) bagaikan langit dan bumi.”38

27. Diturunkannya kitab untuk para Nabi Allah.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫ َو ُأ ْن َزلَ َت إلتَّ ْو َرإ ُة َل َس ٍِت َمضَ ْ َني َم ْن َر َمضَ َان َو ُأ ْن َز َل ْإَل ْ َْني ُل‬،‫ُص ُف إ ْب َرإ َه َمي َأ َّو َل لَ ْي َ ٍَل َم ْن َشهْ َر َر َمضَ َان‬
ُ ُ ‫ُأ ْن َزلَ ْت‬
ِ ِ ْ َ ََ
َ ْ ‫ َو ُأ ْن َز َل إلْ ُق ْرأ ُن َ َأل ْرب َ َع ع‬،‫َْش َة َخلَ ْت َم ْن َر َمضَ َان‬
‫َْش َة‬ َ ْ ‫ َو ُأ ْن َز َل َّإلزبُ ُور َلثَ َم َان ع‬،‫َْش َة َمضَ ْت َم ْن َر َمضَ َان‬ َ ‫لثََلث ع‬
‫َخلَ ْت َم ْن َر َمضَ َان‬
“Shuhuf Ibrahim diturunkan pada awal malam dari bulan Ramadan. Taurat
diturunkan setelah hari keenam Ramadan. Injil diturunkan setelah setelah hari
ketiga belas Ramadan. Zabur diturunkan setelah hari kedelapan belas Ramadan.
Dan Alquran diturunkan setelah hari keempat belas Ramadan.”39

Kronologi Wajibnya Puasa Ramadan


1. Tiga perubahan ketetapan berpuasa.

38
Hadis riwayat Ibnu Majah (3925). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
39
Hadis riwayat Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabīr (185). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam
kitabnya, Shahīh Al-Jāmi’ Ash-Shaghīr wa Ziyādatuh (1497), mengatakan bahwa hadis ini
Hasan.

13
Sahih Ramadan

Mu’adz bin Jabal berkata:


ٍ‫إلص َيا ُم ثَ ََلثَ َة َأ ْح َوإل‬
َ ِ ‫إلص ََل ُة ثَ ََلثَ َة َأ ْح َوإلٍ َو ُأ َحي َل‬ َّ ‫ُأ َحيلَ ْت‬
………
‫ك َشهْ ٍر َوي َ ُصو ُم ي َ ْو َم‬ َِ ُ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ََك َن ي َ ُصو ُم ثَ ََلثَ َة َأ ََّي ٍم َم ْن‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫إلص ْو َم قَا َل فَا َّن َر ُسو َل‬ َّ ‫و قَا َل َِف‬
‫إّلِل تَ َع ِ َاَل‬
ُ َّ ‫عَ ُاش َور َإء فَأَ ْن َز َل‬
{ ٍ‫إلص َيا ُم َ ََك ُك َت َب عَ َّل َّ َإَّل َين َم ْن قَ ْب َل ُ ُْك إ ََل قَ ْو َ ََل َط َعا ُم َم ْس َكني‬ َ ِ ‫} ُك َت َب عَلَ ْي ُ ُْك‬
‫ك ي َ ْو ٍم َم ْس َكينًا َأ ْج َز َأ ُه َذ َ َِل َوه ََذإ َح ْو ٌل فَأَ ْن َز َل إ َّ ُّلِل‬ َّ ُ ِ ‫فَ َم ْن َش َاء َأ ْن ي َ ُصو َم َصا َم َو َم ْن َش َاء َأ ْن يُ ْف َط َر َويُ ْط َع َم‬
‫تَ َع َاَل‬
{ ‫} َشه ُْر َر َمضَ َان َّ َإَّلي ُأ ْن َز َل َفي َه إلْ ُق ْرأ ُن إ ََل َأ ََّي ٍم ُأخ ََر‬
‫إلط َعا ُم َل َّلش ْي َخ ْإلكَب ََْي َوإلْ َع ُج َوز إ َّ َلَّل ْي َن‬ َّ ‫ِض َوثَبَ َت‬ ََ ‫إلشه َْر َوعَِ َّل إلْ ُم َسا َف َر َأ ْن ي َ ْق‬ َّ َ‫إلص َيا ُم عَ َّل َم ْن َشهَد‬ َ ِ ‫فَث َ َب َت‬
‫إلص ْو َم‬ َّ ‫ََل ي َْس تَ َطي َع َان‬
Pelaksanaan salat telah mengalami perubahan tiga kali. Demikian pula
pelaksanaan puasa, juga telah mengalami perubahan tiga kali.
………
Dan Nashr bin Muhajir berkata:
Adapun pada puasa, Mu’adz bin Jabal berkata:
Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam biasa mengerjakan puasa tiga hari setiap
bulan dan puasa pada hari Asyura. Kemudian, Allah ta'ālā menurunkan ayat:
“Telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang
orang sebelum kamu” sampai dengan firman-Nya: “(yaitu) memberi makan
seorang miskin.” (QS. Al-Baqarah: 183 – 184)
Karena itu, siapa yang mau berpuasa, silakan berpuasa. Dan siapa yang tidak mau
berpuasa dan mau memberi makan seorang miskin setiap harinya, maka telah
cukup baginya. Dan beginilah keadaan berpuasa (pada saat itu).
Lalu Allah ta'ālā menurunkan ayat: “Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Alquran” sampai dengan firman-Nya: “pada hari-hari
yang lain.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Maka berlakulah ketetapan hukum puasa itu wajib atas orang yang mendapatkan
bulan Ramadan. Sedangkan, orang yang sedang musafir, wajib mengqadanya
(jika ia tidak berpuasa). Dan ditetapkan pula hukum kewajiban memberi makan
orang miskin (fidiah) bagi orang tua berusia lanjut dan orang yang lemah yang
keduanya sudah tidak memungkinkan lagi mampu berpuasa.40

2. Pada mulanya, salat Isya adalah batas berbuka.

40
Hadis riwayat Abu Dawud (507). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
Hadis ini cukup panjang. Kami sampaikan hanya bagian kronologi kewajiban puasa Ramadan
saja.

14
Dari Ibnu ‘Abbas:
{ ‫إلص َيا ُم َ ََك ُك َت َب عَ َّل َّ َإَّل َين َم ْن قَ ْب َل ُ ُْك‬ َ ِ ‫} ََي َأَيه َا َّ َإَّل َين أ َمنُوإ ُكتَ َب عَلَ ْي ُ ُْك‬
‫إلْش ُإب َوإل َن ِ َسا ُء‬
َ َّ ‫إلط َعا ُم َو‬ َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل إ َذإ َصل َّ ْوإ إلْ َعتَ َم َة َح ُر َم عَلَهيْ َ ْم‬ ُ َّ ‫فَ ََك َن إلنَّ ُاس عَ َّل َعهْ َد إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬
ِ
ُ َّ ‫َو َصا ُموإ إ ََل إلْقَاب َ َََل فَا ْختَ َان َر ُج ٌل ن َ ْف َس ُه فَ َجا َم َع إ ْم َر َأتَ ُه َوقَدْ َص َّّل إلْ َعشَ َاء َولَ ْم يُ ْف َط ْر فَأَ َرإ َد‬
‫إّلِل َع َّز َو َج َّل َأ ْن‬
ِ
‫ُْسإ َل َم ْن ب َ َق َي َو ُرخ َْص ًة َو َم ْن َف َع ًة فَقَا َل ُس ْب َحان َ ُه‬ ً ْ ‫َ َْي َع َل َذ َ َِل ي‬
َ ‫} عَ َ َّل إ َّ ُّلِل َأنَّ ُ ُْك ُك ْن ُ ُْت َ َْتتَان‬
{ ‫ُون َأنْ ُف َس ُ ُْك‬
‫َْس‬َ َّ ‫إّلِل َب َه إلنَّ َاس َو َرخ ََّص لَه ُْم َوي‬ ُ َّ ‫ْإألي َ َة َو ََك َن ه ََذإ َم َّما ن َ َف َع‬
“Hai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu.” (Surat Al-Baqarah: 183)
Dahulu, orang-orang pada zaman Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam apabila
mereka melakukan salat Isya, haram atas mereka untuk makan dan minum serta
bercampur dengan istri serta mereka harus berpuasa hingga besok. Kemudian,
terdapat seseorang yang tidak dapat menahan hawa nafsunya. Kemudian, ia
mencampuri istrinya setelah melakukan salat Isya dan belum berbuka. Kemudian,
Allah ‘azza wajalla hendak menjadikan hal tersebut sebagai kemudahan bagi
waktu yang selanjutnya serta sebagai keringanan dan manfaat.
Allah Yang Maha Suci berfirman, “Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak
dapat menahan nafsumu.” (Surat Al-Baqarah: 187)
Dan hal ini termasuk diantara manfaat yang Allah berikan kepada manusia dan
Allah beri keringanan serta kemudahan bagi mereka.41

3. Pada mulanya, batas sahur adalah sebelum tidur.


Al-Bara` berkata:
‫ُص َم َة ْب َن قَيْ ٍس ْ َإألن َْص َار َّي َأ ََت إ ْم َر َأتَ ُه َو ََك َن َصائَ ًما فَقَا َل‬ْ َ ‫ك إ ََل َمثْ َلهَا َوإ َّن‬ ْ ُ ْ‫ََك َن َّإلر ُج ُل إ َذإ َصا َم فَنَا َم لَ ْم يَأ‬
ِ ِ َ َ َ
‫َش ٌء قَالَ ْت ََل لَ َع َ َِل َأ ْذه َُب فَأَ ْطلُ ُب َ ِ َِل َشيْئًا فَ َذ َه َب ْت َوغَلَ َب ْت ُه َع ْي ُن ُه فَ َج َاء ْت فَقَال َ ْت َخ ْي َب ًة َ َِل فَ َ ّْل‬ ْ ‫ع ْندَ ك‬
ُ َّ ‫ِش عَلَ ْي َه َو ََك َن ي َ ْع َم ُل ي َ ْو َم ُه َِف َأ ْر َض َه فَ َذ َك َر َذ َ َِل َللنَّ َ َ ِب َص َّّل‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل فَ َ ََنل َ ْت‬ َ َ ُ‫يَنْتَ َص ْف إنََّّ َ ُار َح ََّّت غ‬
{ ‫إلص َيا َم َّإلرفَ ُث إ ََل َن َساَِ ُ ُْك } قَ َر َأ إ ََل قَ ْو َ ََل { َم ْن إلْ َف ْج َر‬ َ ِ ‫} ُأ َح َّل لَ ُ ُْك ل َ ْي َ ََل‬
Dahulu, apabila seseorang berpuasa lalu ia tertidur (setelah berbuka), maka ia
ِ ِ
tidak boleh makan hingga keesokan harinya.
Sesungguhnya Shirmah bin Qais Al-Anshari datang kepada istrinya (pada waktu
buka puasa) dan Shirmah dalam keadaan berpuasa. Ia berkata, “Apakah engkau
memiliki sesuatu?”
Istrinya berkata, “Tidak. Mungkin aku bisa pergi keluar dan mencari sesuatu
(makanan) untukmu.”
Kemudian istrinya pergi dan Shirmah tertidur. Lalu istrinya datang kembali dan
berkata, “Rugilah engkau.”

41
Hadis riwayat Abu Dawud (2313). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Hasan Shahih.

15
Sahih Ramadan

Kemudian, (keesokan harinya) sebelum tengah hari, Shirmah pingsan dan ia pada
hari itu sedang bekerja di lahan tanahnya. Setelah siuman, ia menyebutkan
perihal ia kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam.
Lalu turunlah ayat: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa
bercampur dengan istri-istri kamu” Rasulullah membacanya hingga firman-Nya:
"yaitu fajar."42

4. Pada mulanya, ayat “yaitu fajar” belum diturunkan sebagai penjelas firman Allah
pada firman sebelumnya.
Sahal bin Sa'ad berkata:
‫ُأ ْن َزلَ ْت‬
{ ‫إَشبُوإ َح ََّّت يَتَبَ َّ َني لَ ُ ُْك إلْ َخ ْيطُ ْ َإألبْ َي ُض َم ْن إلْ َخ ْيطَ ْ َإأل ْس َو َد‬ َ ْ ‫} َو ُ ُُكوإ َو‬
‫َولَ ْم ي َ ْ ََن ْل‬
{ ‫} َم ْن إلْ َف ْج َر‬
ُ ُ ْ‫إلص ْو َم َربَطَ َأ َحدُ ُ ُْه َِف َر ْج َ َِل إلْ َخ ْيطَ ْ َإألبْ َي َض َوإلْ َخ ْيطَ ْ َإأل ْس َو َد َولَ ْم يَ َز ْل يَأ‬
‫ك َح ََّّت‬ َّ ‫فَ ََك َن َر َجا ٌل إ َذإ َأ َرإ ُدوإ‬
ِ
ُ َّ ‫ي َ َتبَ َّ َني َ َُل ُر ْؤيََتُ ُ َما فَأَ ْن َز َل‬
ُ‫إّلِل ب َ ْعد‬
{ ‫} َم ْن إلْ َف ْج َر‬
‫فَ َع َل ُموإ َأن َّ ُه إن َّ َما ي َ ْع َِن إلل َّ ْي َل َوإنََّّ َ َار‬
Ketika turun ayat “Dan makan minumlah kalian hingga terang bagi kalian benang
ِ
putih dari benang hitam” dan belum diturunkan ayat lanjutannya, yaitu “yaitu
fajar”, ada di antara orang-orang yang apabila hendak puasa, orang itu mengikat
seutas benang putih dan benang hitam pada kakinya yang dia senantiasa
meneruskan makan minumnya hingga jelas terlihat perbedaan benang-benang
itu. Maka, Allah menurunkan ayat lanjutannya “yaitu fajar”. Dari situ, mereka
mengetahui bahwa yang dimaksud dengan benang hitam dan putih adalah
malam dan siang.43

Pra-Ramadan
1. Perintah menghitung hari-hari pada bulan Syakban.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫َأ ْح ُصوإ َه ََل َل َش ْع َب َان َل َر َمضَ َان‬
“Hitunglah hari-hari setelah hilal bulan Syakban untuk mengetahui awal bulan
Ramadan.”44

42
Hadis riwayat Abu Dawud (2314). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
43
Hadis riwayat Bukhari (1917).
44
Hadis riwayat Tirmidzi (687). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Hasan.

16
2. Jumlah hari dalam satu bulan adalah 29 kecuali jika bulan (hilal) belum
nampak/terlihat.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallāhu ‘anhumā:
‫إّلِل َعَّْ ُ َما‬
ُ َّ ‫ِض‬َ َ ‫إّلِل َع ْن اَ َفع ٍ َع ْن إ ْب َن ُ َْع َر َر‬ َ َّ ُ‫َح َّدثَنَا َأبُو بَ ْك َر ْب ُن َأ َِب َشيْ َب َة َح َّدثَنَا َأبُو ُأ َسا َم َة َح َّدثَنَا ُع َب ْيد‬
َ‫إلشه ُْر َه َك َذإ َو َه َك َذإ َو َه َك َذإ ُ َُّث َعقَد‬ َّ ‫َض َب َب َيدَ يْ َه فَقَا َل‬ َ َ َ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َذ َك َر َر َمضَ َان ف‬ َ َّ ‫َأ َّن َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
‫إِبْ َا َم ُه َِف إلث َّا َلثَ َة فَ ُصو ُموإ َل ُر ْؤيَتَ َه َو َأفْ َط ُروإ َل ُر ْؤي َ َت َه فَا ْن ُأ ْ َْغ َي عَلَ ْي ُ ُْك فَا ْق َد ُروإ َ َُل ثَ ََل َث َني‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam menyebutkan bulan Ramadan dan beliau
ِ ِ
menepukkan kedua tangannya seraya bersabda, “Hitungan bulan itu begini
(menampakkan 10 jari), begini (menampakkan 10 jari), dan begini (menampakkan
9 jari).” Beliau menekukkan salah satu jempolnya pada kali yang ketiga. “Karena
itu, berpuasalah kalian setelah melihat (hilal)-nya dan berbukalah (Idulfitri) pada
saat kaliat melihatnya (hilal). Dan jika bulan tertutup dari pandanganmu, maka
hitunglah (bulan Syakban) menjadi tiga puluh hari.”45

3. Doa yang diucapkan saat hilal nampak/terlihat.


Dari Thalhah bin 'Ubaidillah:
َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ََك َن ِإ َذإ َر َأى إلْه َََل َل قَا َل إللَّهُ َّم َأ ْه َل ْ ُِل عَلَ ْينَا َِبلْ ُي ْم َن َو ْإَلَم َ َان َو‬
‫إلس ََل َم َة‬ ُ َّ ‫َأ َّن إلنَّ َ َّب َص َّّل‬
ِ
ُ َّ ‫َو ْإَل ْس ََل َم َر َ ِِب َو َرب ه َك‬
‫إّلِل‬
‫يب‬ٌ ‫يث َح َس ٌن غَ َر‬ ٌ ‫قَا َ ِل َأبُو َع َيَس ه ََذإ َح َد‬
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam apabila melihat hilal, beliau mengucapkan,
“Allāhumma ahlilhu ‘alainā bilyumni wal īmān wassalāmah wal islām. Rabbī
warabbukallāh.”46

4. Perbedaan penampakan hilal di wilayah yang berbeda.


Dari Kuraib:
‫إلشا َم فَقَضَ يْ ُت َحا َجَتَ َا َو ْإس َتُ َ َّل عَ َ ََّل‬ َّ ‫َأ َّن ُأ َّم إلْفَضْ َل َبن ْ َت إلْ َح َار َث ب َ َعثَ ْت ُه إ ََل ُم َعا َوي َ َة َِب َّلشا َم قَا َل فَقَ َد ْم ُت‬
‫إلشهْ َر فَ َسأَلَ َِن إ ْب ُن َعبَّ ٍاس‬ َّ ‫َه ََل ُل َر َمضَ َان َو َأ اَ َِب َّلشا َم فَ َر َأيْنَا إلْ ِه َََل َل لَ ْي َ ََل إلْ ُج ُم َع َة ُ َُّث قَ َد ْم ُت إلْ َم َدينَ َة َِف أ َخ َر‬
‫ُ َُّث َذ َك َر إلْه َََل َل فَقَا َل َم ََّت َر َأيْ ُ ُْت إلْه َََل َل فَ ُقلْ ُت َر َأيْنَا ُه لَ ْي َ ََل إلْ ُج ُم َع َة فَقَا َل َأ َأن َْت َر َأيْ َت ُه لَ ْي َ ََل إلْ ُج ُم َع َة فَ ُقلْ ُت َرأ ُه‬
45
Hadis riwayat Muslim (1080).
Hadis ini dengan hadis sebelumnya mengisyaratkan kepada kita untuk menghitung hari-hari
pada bulan Syakban. Jika telah mencapai hari kedua puluh sembilan pada bulan Syakban,
maka lihatlah hilal pada malam harinya. Jika hilal nampak/terlihat, maka berpuasalah pada
keesokan harinya. Akan tetapi, jika hilal belum nampak atau tertutup dari pandangan, maka
esok harinya adalah hari ketiga puluh bulan Syakban.
46
Hadis riwayat Tirmidzi (3451). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
Terjemahan doa: Ya Allah, terbitkanlah bulan tersebut kepada kami dengan berkah, iman,
keselamatan, dan Islam. Wahai hilal, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah!

17
Sahih Ramadan

َّ ‫إلنَّ ُاس َو َصا ُموإ َو َصا َم ُم َعا َوي َ ُة قَا َل لَ َك ْن َر َأيْنَا ُه ل َ ْي َ ََل‬
‫إلسبْ َت فَ ََل نَ َز ُإل ن َُصو ُم َح ََّّت نُ ْ َْك َل ثَ ََلثَ َني ي َ ْو ًما َأ ْو نَ َرإ ُه‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫فَ ُقلْ ُت َأ ََل تَ ْكتَ َفي َب ُر ْؤي َ َة ُم َعا َوي َ َة َو َص َيا َم َه قَا َل ََل َه َك َذإ َأ َم َر اَ َر ُس‬
Ummu Al-Fadhl mengutus Kuraib untuk menemui Mu'awiyah di Syam. Kuraib
berkata:
Sesampainya aku di Syam dan selesai dengan kebutuhannya, tiba-tiba terlihat
olehku hilal (awal) bulan Ramadan dan saat itu aku berada di Syam. Kami
melihatnya pada malam Jumat. Kemudian saya kembali ke Madinah pada akhir
bulan (Syakban).
Lantas Ibnu Abbas menyebutkan mengenai hilal, “Kapan kalian melihat hilal?”
Aku menjawab, “Kami melihatnya pada malam jumat.”
Dia berkata, “Kamu melihatnya pada malam jumat? ”
Aku menjawab, “Semua orang melihatnya. Lalu, mereka berpuasa. Begitu juga
dengan Mu'awiyah.”
Ibnu ‘Abbas berkata lagi, “Akan tetapi, kami melihatnya pada malam sabtu dan
akan tetap berpuasa sampai hitungannya genap tiga puluh hari atau kami melihat
hilal (awal Syawal).”
Aku bertanya, “Tidakkah engkau ikut rukyatnya Mu'awiyah dan puasanya?”
Dia menjawab, “Tidak. Akan tetapi, beginilah Rasulullah shallallāhu ‘alaihi
wasallam memerintahkan kepada kami.”47

5. Diharuskannya kesaksian dua orang pada saat melihat hilal awal Ramadan dan
awal Syawal.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫ُصو ُموإ َل ُر ْؤي َ َت َه َو َأفْ َط ُروإ َل ُر ْؤيَتَ َه َوإن ْ ُس ُكوإ لَهَا فَا ْن ُ َُّغ عَلَ ْي ُ ُْك فَأَ ْ ََكلُوإ ثَ ََل َث َني فَا ْن َشهَدَ َشا َهدَ َإن فَ ُصو ُموإ‬
ِ ِ ‫َو َأفْ َط ُروإ‬
“Berpuasalah (awal Ramadan) kalian karena melihatnya (hilal). Dan berbukalah
(awal Syawal) kalian karena melihatnya. Dan sembelihlah kurban karenanya pula
(menghitung 10 hari pertama di bulan Dzulhijah). Jika hilal itu tertutup dari
pandangan kalian, maka sempurnakanlah bulan Syakban menjadi tiga puluh hari.
Jika ada dua orang saksi yang melihat hilal, maka berpuasalah kalian (awal
Ramadan) dan berbukalah (awal Syawal) kalian.”48

6. Diterimanya kesaksian satu orang pada saat melihat hilal awal Ramadan.
Ibnu ‘Umar berkata:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َأ َ ِّن َر َأيْ ُت ُه فَ َصا َم ُه َو َأ َم َر إلنَّ َاس ب ََص َيا َم َه‬ َ َّ ‫تَ َر َإءى إلنَّ ُاس إلْه َََل َل فَأَخ َ ِْْب ُت َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬

47
Hadis riwayat Tirmidzi (693). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
48
Hadis riwayat Nasa`i (2116). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.

18
Orang-orang berusaha untuk melihat hilal. Kemudian aku beritahukan kepada
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bahwa aku telah melihatnya. Kemudian
beliau berpuasa dan memerintahkan orang-orang agar berpuasa.49

7. Larangan berpuasa satu hari atau dua hari sebelum bulan Ramadan.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
َّ ‫ون َص ْو ٌم ي َ ُصو ُم ُه َر ُج ٌل فَلْ َي ُص ْم َذ َ َِل‬
‫إلص ْو َم‬ َ ‫ََل تُقَ َِد ُموإ َص ْو َم َر َمضَ َان َب َي ْو ٍم َو ََل ي َ ْو َم ْ َني إ ََّل َأ ْن يَ ُك‬
“Janganlah kalian mendahului puasa Ramadan dengan berpuasa satu hari atau
ِ
dua hari sebelumnya kecuali puasa yang biasa dilakukan oleh seseorang, maka
silakan ia berpuasa (jika menghendaki)!”50

8. Larangan berpuasa setelah pertengahan bulan Syakban bagi yang tidak terbiasa
berpuasa sebelumnya.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫إ َذإ ب َ َق َي َن ْص ٌف َم ْن َش ْع َب َان فَ ََل ت َُصو ُموإ‬
“Jika telah masuk pada pertengahan bulan Syakban, maka janganlah kalian
ِ
berpuasa.”51

9. Keharusan berpuasa dan beridulfitri secara berjamaah.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:

49
Hadis riwayat Abu Dawud (2342). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
Hadis ini dan hadis sebelumnya menjadi dalil bagi para ulama tentang jumlah orang yang
bersaksi melihat hilal untuk penentuan awal Ramadan. Tirmidzi dalam kitabnya, Sunan At-
Tirmidzī (691), berkata:
‫ ََل‬:‫ قَا َل إ ْْس َُاق‬،‫ َو َأهْلَ ْإل ُكوفَ َة‬، ُ‫ َو َأ ْْحَد‬،‫ َوإلشَّ ا َف َع هي‬،‫ول إ ْب ُن إمل ُ َب َار َك‬ ُ ‫ َو َب َه ي َ ُق‬،‫إلص َيا َم‬
َ ِ ‫ تُ ْق َب ُل َشهَا َد ُة َر ُج ٍل َوإ َح ٍد َِف‬:‫قَالُوإ‬
ِ
‫ َول َ ْم َ َْي َت َل ْف َأه ُْل إل َع ْ َّل َِف إَلفْ َط َار َأن َّ ُه ََل يُ ْق َب ُل َفي َه إ ََّل َشهَا َد ُة َر ُجلَ ْ َني‬،‫يُ َصا ُم إ ََّل بَشَ هَا َد َة َر ُجلَ ْ َني‬
ِ
Mereka (mayoritas ulama) berpendapat bahwa diterimanya persaksian seorang laki-laki
ِ ِ
dalam penentuan awal puasa. Ini juga merupakan pendapatnya Ibnu Al-Mubarak, Syafi’i,
Ahmad, dan penduduk Kufah. Sedangkan, menurut Ishaq, “Tidak diterima kesaksian satu
orang untuk penentuan awal puasa akan tetapi harus dua orang.” Para ulama tidak berselisih
pendapat mengenai penentuan akhir Ramadan bahwa tidak diterimanya persaksian melihat
hilal kecuali disaksikan oleh dua orang laki-laki.
50
Hadis riwayat Abu Dawud (2355). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
51
Hadis riwayat Tirmidzi (738). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
Setelah selesai menuliskan hadisnya, Tirmidzi menulis, “Arti dari hadis ini menurut sebagian
ulama ialah jika seseorang tidak terbiasa berpuasa kemudian ketika masuk pada
pertengahan bulan Syakban ia baru mulai berpuasa karena (menyambut) bulan Ramadan,
maka yang demikianlah yang dilarang.”

19
Sahih Ramadan

‫ون‬ َ ْ ‫ون َو ْ َإأل‬


َ ‫ْضى ي َ ْو َم تُضَ هح‬ َ ‫ون َوإلْ َف ْط ُر ي َ ْو َم تُ ْف َط ُر‬
َ ‫إلص ْو ُم ي َ ْو َم ت َُصو ُم‬
َّ
“Berpuasa (awal Ramadan) itu ditetapkan pada hari kalian semua berpuasa dan
berbuka (awal Syawal) itu ditetapkan pada hari dimana kalian semua berbuka.
Demikian juga dengan Iduladha, yaitu pada hari kalian semuanya berkurban.”52

Jika tidak Berpuasa tanpa Uzur


1. Jauh dari surga jika melalui Ramadan tidak dengan ampunan Allah.
Dari Ka’b bin ‘Ujrah bahwa Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫ أ َم َني فَلَ َّما ْإرتَ َقى‬:‫ فَلَ َّما ْإرتَقَى إلَّ َر َج َة إلثَّا َن َي َة قَا َل‬، ‫ أ َم َني‬:‫َض اَ فَلَ َّما ْإرتَقَى د ََر َج ًة قَا َل‬ ْ َ ‫َضوإ إلْ َم ْن َ َِب! فَ َح‬ ُ َ ‫ْإح‬
‫ إ َّن‬:‫إّلِل لَقَدْ َ َِم ْعنَا َمنْ َك إلْ َي ْو َم َشيْئًا َما ُكنَّا ن َ ْس َم ُع ُه قَا َل‬ َ َّ ‫ ََي َر ُسو َل‬:‫ فَلَ َّما نَ َز َل قُلْنَا‬، ‫ أ َم َني‬:‫إلَّ َر َج َة إلث َّا َلثَ َة قَا َل‬
ِ
ُ ‫ فَلَ َّما َرَق‬،‫ أ َم َني‬:‫ بُ ْعدً إ َل َم ْن َأد َْركَ َر َمضَ َان فَ َ ّْل ي َ ْغ َف ْر َ َُل قُلْ ُت‬:‫إلس ََل ُم َع َر َض َِل فَقَا َل‬
‫يت‬ َّ ‫إلص ََل ُة َو‬ َّ ‫َج ْ َِبي َل عَلَ ْي َه‬
ُ ‫ فَلَ َّما َرَق‬،‫ أ َم َني‬:‫ بُ ْعدً إ َل َم ْن ُذ َك ْر ُت َع ْندَ ُه فَ َ ّْل يُ َص َ ِل عَلَ ْي َك قُلْ ُت‬:‫إلثَّا َن َي َة قَا َل‬
َ‫ ب ُ ْعدً إ َل َم ْن َأد َْرك‬:‫يت إلث َّا َلثَ َة قَا َل‬
‫ أ َم َني‬:‫َأب َ َوإ ُه ْإل َك َ َِب َع ْندَ ُه َأ ْو أَ َحدُ ُ َُها فَ َ ّْل يُدْ َخ ََل ُه إلْ َجنَّ َة قُلْ ُت‬
“Hadirlah kalian ke mimbar!”
Maka kami pun hadir. Tatkala beliau menginjak tangga pertama (dari mimbar),
beliau berkata, “Amin.” Tatkala beliau menginjak tangga kedua, beliau berkata,
“Amin.” Tatkala beliau menginjak tangga ketiga, beliau berkata, “Amin.”
Ketika beliau turun dari mimbar, kami berkata, “Ya Rasulullah, sungguh hari ini
kami telah mendengar darimu sesuatu yang tak biasa kami dengar sebelumnya.”
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Jibril ‘alaihissalām datang kepadaku. Jibril
berkata, ‘Jauh (dari surga) orang yang mendapatkan Ramadan tapi dia tidak
diampuni.’ Aku berkata, ‘Amin.’ Ketika aku menginjak anak tangga yang kedua,
Jibril berkata, ‘Jauh (dari surga) untuk siapa saja yang namamu disebut di sisinya
tapi dia tidak berselawat kepadamu.’ Aku berkata, ‘Amin.’ Ketika aku menginjak
anak tangga yang ketiga, Jibril berkata, ‘Jauh (dari surga) untuk siapa saja yang
mendapati kedua orang tuanya telah berumur lanjut di sisinya atau salah satu
dari mereka berdua tapi karenanya dia tidak dimasukkan ke dalam surga.’ Aku
berkata, ‘Amin.’”53

2. Siksaan orang yang berbuka sebelum waktunya.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
،ُ‫ إ َ ِّن ََل ُأ َطي ُقه‬:‫ فَ ُقلْ ُت‬، ْ‫ ْإص َعد‬:‫ فَقَ َاَل‬،‫ فَأَتَ َيا َِب َج َب ًَل َوع ًْرإ‬،‫ فَأَخ ََذإ بَضَ ْب َع َّي‬،‫بَيْنَا َأ اَ اَ َ ٌِئ إ ْذ َأَتَ َّن َر ُج ََل َن‬
ِ ِ
‫ َما َه َذ َه‬:‫ قُلْ ُت‬،‫ فَ َص َعدْ ُت َح ََّّت إ َذإ ُك ْن ُت َِف َس َوإ َء إلْ َج َب َل إ َذإ َبأَ ْص َو ٍإت َش َديدَ ٍة‬،‫ إ اَّ َسن ُ َسهِ ُ َُِل َ َِل‬:‫فَقَ َاَل‬
ِ ِ ِ
52
Hadis riwayat Tirmidzi (697). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
53
Hadis riwayat Hakim (7256). Setelah selesai menuliskan hadisnya, Hakim menulis, “Ini
adalah hadis ber-sanad Shahih tapi Bukhari dan Muslim tidak menuliskannya dalam kitab
mereka.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Shahīh At-Targhīb wa At-Tarhīb (995),
mengatakan bahwa hadis ini Shahih lighairihi.

20
،‫ ُمشَ قَّقَ ٍة َأ ْشدَ إقُه ُْم‬،‫ فَا َذإ َأ اَ َبقَ ْو ٍم ُم َعل َّ َق َني َب َع َرإ َقيبَ َ ْم‬،‫ ُ َُّث إن ُْط َل َق َِب‬،‫ ه ََذإ ع َُوإ ُء أَه َْل إلنَّ َار‬:‫ْ َإأل ْص َو ُإت؟ قَالُوإ‬
ِ
َ ‫ َه ُؤ ََل َء َّ َإَّل َين يُ ْف َط ُر‬:‫ َم ْن َه ُؤ ََل َء؟ قَا َل‬:‫ قُلْ ُت‬:‫ت َ َس ي ُل َأ ْشدَ إقُه ُْم َد ًما قَا َل‬
‫ون قَ ْب َل َ َُت َّ ََل َص ْو َمه َْم‬
“Sewaktu aku sedang tidur, aku didatangi oleh dua orang. Keduanya memegang
kedua lengan atasku. Keduanya membawaku ke gunung yang terjal. Keduanya
berkata kepadaku, ‘Naiklah!’ Maka aku berkata, ‘Sesungguhnya aku tidak mampu
melakukannya.’ Keduanya berkata, ‘Sesungguhnya kami akan membuatnya
mudah untukmu.’ Maka akupun naik. Tatkala aku sedang berada di tengah-
tengah gunung, aku mendengar suara yang sangat keras. Aku berkata, ‘Suara apa
ini?’ Mereka berkata, ‘Ini adalah jeritan penghuni neraka.’ Kemudian dia
membawaku berjalan. Aku melihat orang-orang yang tergantung di tumit-tumit
mereka. Tulang rahang mereka pecah dan darinya menetes darah. Aku bertanya,
‘Siapa mereka?’ Dia berkata, ‘Mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum
halal untuk berbuka.’”54

Sahur
1. Sahur adalah pembeda puasanya seorang muslim dengan orang-orang Ahli Kitab
(Yahudi dan Nasrani).
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
َّ ‫فَ ْص ُل َما ب َ ْ َني َص َيا َمنَا َو َص َيا َم َأه َْل ْإل َكتَ َاب َأ ْ َُك ُة‬
‫إلس َح َر‬
“Perbedaan antara puasa kita dengan puasanya Ahli Kitab adalah makan sahur.”55

2. Terdapat berkah di dalam makan sahur.


Salah seorang sahabat Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam berkata:
ُ َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َوه َُو يَت َ َس َّح ُر فَقَا َل إَّنَّ َا بَ َر َك ٌة َأع َْط ُ ْاُك‬
‫إّلِل إ ََّيهَا فَ ََل تَدَ عُو ُه‬ ُ َّ ‫َد َخلْ ُت عَ َّل إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬
ِ
Aku pernah masuk menemui Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam saat beliau sedang
ِ
makan sahur. Lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya ia adalah berkah yang Allah
berikan kepada kalian. Maka janganlah kalian meninggalkannya.”56

Di dalam riwayat lain, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:


‫إلس ُح َور بَ َركَ ًة‬
َّ ‫ت َ َس َّح ُروإ فَا َّن َِف‬
“Bersahurlah kalian karena di dalam sahur ada berkah.”57 ِ
3. Allah dan para malaikat-Nya berselawat kepada orang yang sahur.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:

54
Hadis riwayat Ibnu Khuzaimah (1986). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya,
Shahīh At-Targhīb wa At-Tarhīb (1005) mengatakan bahwa hadis ini Shahih.
55
Hadis riwayat Muslim (1096).
56
Hadis riwayat Nasa`i (2162). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
57
Hadis riwayat Bukhari (1923).

21
Sahih Ramadan

‫إّلِل َو َم ََلَِ َكتَ ُه يُ َصل ه ْو َن عَ َّل إلْ ُمت َ َس َِح َرْي َن‬
َ َّ ‫إ َّن‬
“Sesungguhnya, Allah dan para malaikat-Nya berselawat kepada orang-orang
ِ
yang sahur.”58

4. Bersahurlah dengan kurma.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫َن ْع َم َْس ُُور إلْ ُم ْؤ َم َن إلتَّ ْم ُر‬
“Sebaik-baik (makanan) sahur bagi seorang mukmin adalah kurma.”59

5. Bersahurlah meski dengan seteguk air.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫ت َ َس َّح ُروإ َولَ ْو َ َِب ْرعَ ٍة َم ْن َما ٍء‬
“Bersahurlah kalian meski dengan seteguk air.”60

6. Sahur lebih baik diakhirkan.


Zaid bin Tsabit radhiyallāhu ‘anhu berkata:
‫إلس ُح َور قَا َل قَدْ ُر‬ َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ُ َُّث قَا َم إ ََل‬
َّ ‫إلص ََل َة قُلْ ُت َ ُْك ََك َن ب َ ْ َني ْ َإأل َذ َإن َو‬ ُ َّ ‫ت َ َس َّح ْر اَ َم َع إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬
ِ
‫َ َْخ َس َني أي َ ًة‬
“Kami pernah makan sahur bersama Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam kemudian
beliau pergi untuk melakanakan salat.”
Anas bertanya, “Berapa jarak antara azan (Subuh) dan sahur?”
Tsabit menjawab, “Sebanyak ukuran bacaan lima puluh ayat Alquran.”61

7. Azan berkumandang saat masih sahur.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
َ َ ‫إ َذإ َ َِم َع َأ َحدُ ُ ُْك إل َنِدَ َإء َو ْإَل اَ ُء عَ َّل ي َ َد َه فَ ََل يَضَ ْع ُه َح ََّّت ي َ ْق‬
‫ِض َحا َجتَ ُه َمنْ ُه‬
“Apabila salah seorang di antara kalian mendengar azan padahal bejana (tempat
ِ ِ
minum) masih ada di tangannya, maka janganlah ia meletakkannya hingga ia
menyelesaikan hajatnya.”62

58
Hadis riwayat Ibnu Hibban (3467). Syaikh Syu’aib Al-Arna`uth mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
59
Hadis riwayat Abu Dawud (2345). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
60
Hadis riwayat Ibnu Hibban (3476). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya Shahīh At-
Targhīb wa At-Tarhīb (1071) mengatakan bahwa hadis ini Hasan Shahih.
61
Hadis riwayat Bukhari (1921).
62
Hadis riwayat Abu Dawud (2350). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Hasan Shahih.
Menahan makan dan minum sebelum azan subuh berkumandang adalah lebih baik sebagai
tanda kehati-hatian.

22
8. Jika pada suatu daerah terbiasa dengan dua kali azan, maka azan kedualah yang
menjadi batas bersahur.
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha:
َ ْ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ُ ُُكوإ َو‬
‫إَشبُوإ َح ََّّت يُ َؤ َ ِذ َن إ ْب ُن ُأ َِم َم ْك ُتو ٍم‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫َأ َّن ب َََل ًَل ََك َن يُ َؤ َ ِذ ُن َبلَ ْي ٍل فَقَا َل َر ُس‬
‫فَان َّ ُه ََل يُ َؤ َ ِذ ُن َح ََّّت ي َ ْطلُ َع إلْ َف ْج ُر‬
ِ
ُ َ َ‫قَا َل إلْق‬
‫اِس َولَ ْم يَ ُك ْن ب َ ْ َني َأ َذإَّنَ َ َما إ ََّل َأ ْن يَ ْر ََق َذإ َوي َ ْ ََن َل َذإ‬
Bilal biasa melakukan azan (pertama) di malam hari. Maka, Rasulullah shallallāhu
ِ
‘alaihi wasallam berkata, “Makan dan minumlah kalian hingga Ibnu Ummu
Maktum melakukan azan karena dia tidak melakukan azan kecuali sesudah terbit
fajar.”
Al-Qasim berkata, “Jarak antara azan keduanya itu tidaklah lama melainkan bila
yang satunya naik, maka yang satunya lagi turun (maksudnya naik ke dan turun
dari menara/atap).”63

Berbuka
1. Menyegerakan berbuka termasuk ke dalam kebaikan.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫ََل يَ َز ُإل إلنَّ ُاس َ َِب ْ ٍْي َما َ ََّعلُوإ إلْ َف ْط َر‬
“Senantiasa manusia berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan
berbuka.”64

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:


‫ََل تَ َز ُإل ُأ َّم َِت عَ َّل ُسن َّ َِت َما لَ ْم تَنْتَ َظ ْر َب َف ْط َرهَا إلنه ُجو َم‬
“Umatku akan senantiasa di atas sunahku selama mereka tidak menunggu
bintang (malam) untuk berbuka puasa.”65

2. Menyegerakan berbuka berarti menyelisihi orang-orang Yahudi dan Nasrani.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
َ ‫ََل يَ َز ُإل ِ َإل ُين َظا َه ًرإ َما َ ََّع َل إلنَّ ُاس إلْ َف ْط َر َ َأل َّن إنْهيَ ُو َد َوإلنَّ َص َارى يُ َؤ َِخ ُر‬
‫ون‬
“Agama ini akan senantiasa nampak selama orang-orang (kaum muslimin)
menyegerakan berbuka karena orang-orang yahudi dan Nasrani menundanya.”66

3. Berbukalah dengan kurma.

63
Hadis riwayat Bukhari (1918).
64
Hadis riwayat Bukhari (1957).
65
Hadis riwayat Ibnu Hibban (VIII/278). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya Shahīh
At-Targhīb wa At-Tarhīb (1074) mengatakan bahwa hadis ini Shahih.
66
Hadis riwayat Abu Dawud (2353). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Hasan.

23
Sahih Ramadan

Anas bin Malik berkata:


‫إت فَا ْن لَ ْم‬
ٌ ‫ات فَ ُت َم ْ َْي‬ ٍ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل يُ ْف َط ُر قَ ْب َل َأ ْن يُ َص َ ِ ََل عَ َّل ُر َط َب‬
ٌ ‫ات فَا ْن لَ ْم تَ ُك ْن ُر َط َب‬ ُ َّ ‫ََك َن إلنَّ َ هب َص َّّل‬
ِ ِ ‫إت َح َسا َح َس َو ٍإت َم ْن َما ٍء‬ ٌ ‫تَ ُك ْن تُ َم ْ َْي‬
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam selalu berbuka dengan kurma basah sebelum
salat. Jika beliau tidak mendapatinya, maka (beliau berbuka) dengan kurma kering.
Dan jika tidak mendapatkan kurma kering, beliau berbuka dengan meneguk air.

4. Doa berbuka puasa.


Ibnu ‘Umar berkata:
َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل إ َذإ َأفْ َط َر قَا َل َذه ََب‬
‫إلظ َمأُ َوإبْتَل َّ َت إلْ ُع ُر ُوق َوثَبَ َت ْ َإأل ْج ُر إ ْن َش َاء‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ََك َن َر ُس‬
ِ ِ
‫إّلِل‬
ُ َّ
Dahulu Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam apabila berbuka, beliau
mengucapkan, “Dzahabazh zhama`u wabtallatil ‘urūqu watsabatil ajru in
syā`allāh.”67

5. Berbuka sebelum salat Magrib.


Anas bin Malik berkata:
ْ َ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل قَطه َص َّّل َص ََل َة إلْ َم ْغ َر َب َح ََّّت يُ ْف َط َر َولَ ْو عَ َّل‬
‫َشب َ ٍة َم ْن َما ٍء‬ َ َّ ‫َما َر َأيْ ُت َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
“Aku tidak pernah sekalipun melihat Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam salat
Magrib sampai beliau berbuka terlebih dahulu meskipun hanya dengan seteguk
air.”68

6. Memberi makan berbuka untuk orang lain.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
َ َ ‫إلص‬
‫اِئ َشيْئًا‬ َّ ‫َم ْن فَ َّط َر َصائَ ًما ََك َن َ َُل َمثْ ُل أَ ْج َر َه غَ ْ َْي َأن َّ ُه ََل ي َ ْن ُق ُص َم ْن َأ ْج َر‬
“Barang siapa yang memberi makanan berbuka orang yang berpuasa, dia akan
mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi
pahala orang yang berpuasa sedikitpun.”69

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:

67
Hadis riwayat Abu Dawud (2357). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Hasan.
Terjemahan doa: Telah hilang dahaga, telah basah tenggorokan, dan telah tetap pahala,
insya Allah.
68
Hadis riwayat Ibnu Hibban (3504). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Shahīh
At-Targhīb wa At-Tarhīb (1076), mengatakan bahwa hadis ini Shahih.
69
Hadis riwayat Tirmidzi (807). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.

24
‫ َأ ْو َخلَ َف ُه َِف َأه َ َِْل َأ ْو فَ َّط َر َصائَ ًما ََك َن َ َُل َمثْ ُل ُأ ُج َور َ ُْه َم ْن غَ ْ َْي َأ ْن يَنْتَ َق َص‬, ‫َم ْن َ َّْج َز غَ َاز ًَي َأ ْو َ َّْج َز َحا ًّجا‬
‫َش ٌء‬ْ َ ‫َم ْن ُأ ُج َور َ ُْه‬
“Barang siapa yang menyiapkan perlengkapan orang yang berperang, atau
menyiapkan perlengkapan orang yang berhaji atau menggantikannya mengurusi
keluarganya, atau memberi makanan berbuka kepada orang yang berpuasa,
maka dia akan mendapatkan pahala seperti mereka tanpa mengurangi pahala
mereka sedikitpun.”70

7. Ucapan orang yang berbuka di rumah orang lain kepada pemilik rumah.
Dari Anas:
ُ َّ ‫ك ُ َُّث قَا َل إلنَّ َ هب َص َّّل‬
‫إّلِل‬ َ َ َ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َج َاء إ ََل َس ْع َد ْب َن ُع َبا َد َة فَ َج َاء َ ُِب ْ ٍْب َو َزيْ ٍت فَأ‬ُ َّ ‫َأ َّن إلنَّ َ َّب َص َّّل‬
َ َ ‫ون َو َِأ‬
‫ك َط َعا َم ُ ُْك ْ َإأل ْب َر ُإر َو َصل َّ ْت عَلَ ْي ُ ُْك إلْ َم ََلَِ َك ُة‬ َّ ‫عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َأفْ َط َر َع ْندَ ُ ُْك‬
َ ‫إلصائَ ُم‬
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam datang kepada Sa’d bin ‘Ubadah. Lalu, Sa’d
menyuguhkan roti dan minyak samin. Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam kemudian
memakannya. Setelah itu, beliau bersabda, “Afthara ‘indakumushshā`imūn, wa
akala tha’āmakumul abrār, wa shallat ‘alaikumul malā`ikah.”71

8. Waktu berbuka adalah ketika Matahari terbenam.


Ibnu Abu Aufa radhiyallāhu ‘anhu berkata:
‫إلش ْم ُس قَا َل َل َر ُج ٍل إ ْن َز ْل فَا ْجدَ ْح لَنَا فَقَا َل ََي‬ َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َِف َس َف ٍر فَلَ َّما غَاب َ ْت‬ َ َّ َ‫ُكنَّا َم َع َر ُسول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
‫ْش َب ُ َُّث قَا َل إ َذإ َر َأيْ ُ ُْت‬
َ َ َ‫إّلِل لَ ْو َأ ْم َسيْ َت قَا َل إنْ َز ْل فَا ْجدَ ْح لَنَا قَا َل إ َّن عَلَ ْينَا َّنَ َ ًارإ فَ َ ََن َل فَ َجدَ َح َ َُل ف‬
َ َّ ‫َر ُسو َل‬
ِ ِ ْ ْ َْ َ َ َ َ
ُ َ ‫إلص‬
‫اِئ‬ َّ ‫ْش َق فَقَدْ َأفْ َط َر‬ َ ‫إلل َّ ْي َل قَدْ َأ ْقبَ َل َم ْن هَا ُهنَا َوأش َار َب َيده َن َو إل َم‬
Kami pernah bersama Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam dalam suatu
perjalanan, ketika matahari telah terbenam, maka beliau pun bersabda kepada
seorang laki-laki, “Turun dan siapkanlah makanan kita.”
Laki-laki itu pun berkata, “Wahai Rasulullah, sekiranya tuan menunggu agak
petang.”
Beliau bersabda, “Turun dan siapkanlah makan kita.”
Laki-laki itu berkata, “Hari masih siang.”
Akhirnya laki-laki itu pun turun dan menyiapkannya untuk beliau.

70
Hadis riwayat Ibnu Khuzaimah (2064). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya,
Shahīh At-Targhīb wa At-Tarhīb (1078), mengatakan bahwa hadis ini Shahih.
71
Hadis riwayat Abu Dawud (3854). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
Terjemahan doa: Telah berbuka di rumahmu orang-orang yang berpuasa, telah makan
makananmu orang-orang yang baik, dan berselawat kepadamu para malaikat.

25
Sahih Ramadan

Kemudian, beliau langsung minum dan bersabda, “Apabilah kalian telah melihat
malam datang dari arah ini”, beliau memberi isyarat dengan tangannya ke arah
timur, “maka, seseorang yang berpuasa sudah boleh berbuka.”72

9. Jika berbuka karena mengira Matahari telah terbenam padahal belum, maka
harus diqada di lain waktu.
Asma` binti Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallāhu ‘anhumā berkata:
َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ي َ ْو َم غَ ْ ٍمي ُ َُّث َطلَ َع ْت‬
‫إلش ْم ُس َقي َل َلهَشَ ا ٍم فَأُ َم ُروإ َِبلْقَضَ ا َء قَا َل‬ ُ َّ ‫َأفْ َط ْر اَ عَ َّل َعهْ َد إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬
‫ََل بُ َّد َم ْن قَضَ ا ٍء‬
Kami pernah berbuka puasa pada zaman Nabi shallallāhu ‘alaiḫi wasallam ketika
hari mendung. Ternyata, kemudian matahari tampak kembali. Maka orang-orang
diperintahkan untuk mengqadanya. Dan beliau bersabda, “Harus dilaksanakan
qada.”73

Rukhsah Puasa
1. Keringanan bagi laki-laki dan perempuan yang sudah tua, yang tidak mampu
menjalankan puasa, untuk tidak berpuasa dan wajib membayar fidiah sebagai
gantinya.
Dari ‘Atha`:
‫َ َِم َع إ ْب َن َعبَّ ٍاس ي َ ْق َر ُأ َوعَ َّل َّ َإَّل َين يُ َط َّوقُون َ ُه فَ ََل يُ َطي ُقون َ ُه‬
{ ٍ‫} َفدْ ي َ ٌة َط َعا ُم َم ْس َكني‬
‫إلش ْيخُ ْإل َكب َُْي َوإلْ َم ْر َأ ُة ْإل َكب ََْي ُة ََل ي َْس تَ َطي َع َان َأ ْن ي َ ُصو َما فَ ُي ْط َع َم َان‬ َّ ‫قَا َل إ ْب ُن َع َّب ٍاس لَي َْس ْت َب َمنْ ُسو َخ ٍة ه َُو‬
‫ك ي َ ْو ٍم َم ْس َكينًا‬ َِ ُ ‫َم ََك َن‬
Dia mendengar Ibnu ‘Abbas membaca ayat, “Dan bagi orang-orang yang berat
menjalankannya, maka wajib membayar fidiah, yaitu memberi makan orang
miskin.” (QS. Al-Baqarah: 184)
Ibnu ‘Abbas berkata, “Ayat ini tidak di-mansukh (diganti dengan hukum yang lain).
Namun, ayat ini hanya untuk orang yang sudah sangat tua dan nenek tua yang
tidak mampu menjalankannya. Maka, hendaklah mereka memberi makan setiap
hari kepada orang miskin.”74

2. Keringanan bagi wanita hamil atau menyusui.


Seseorang dari Bani ‘Abdullah bin Ka’ab berkata:

72
Hadis riwayat Muslim (1101).
Waktu terbenam Matahari dinyatakan ketika bagian atas piringan Matahari tepat di horizon
teramati. Kami telah membahasnya berdasarkan parameter astronomi pada buku kami
terdahulu, Ramadan bukan Ramadhan (halaman 48 – 49).
73
Hadis riwayat Bukhari (1959).
74
Hadis riwayat Bukhari (4505).

26
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل فَ َو َجدْ تُ ُه‬ َ َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل فَأَتَيْ ُت َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ َ‫َأغَ َار ْت عَلَ ْينَا َخ ْي ُل َر ُسول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
‫إّلِل تَ َع َاَل َوضَ َع‬ َ َّ ‫إلص َيا َم إ َّن‬ َّ ‫اِئ فَقَا َل إد ُْن ُأ َح َِدثْ َك َع ْن‬
َ ِ ‫إلص ْو َم َأ ْو‬ ٌ َ ‫ك فَ ُقلْ ُت إ َ ِّن َص‬ ْ ُ َ‫يَتَغَدَّى فَقَا َل إد ُْن ف‬
‫إّلِل لَقَدْ قَالَهُ َما إلنَّ َ هب‬َ َّ ِ ‫إلص َيا َم َو‬ َّ َ ‫إلص ََل َة َو َع ْن إلْ َحا َم َل َأ ْو إلْ ُم ْر َضع‬
َ ِ ‫إلص ْو َم َأ ْو‬ ِ
َّ ‫إلص ْو َم َو َش ْط َر‬ َّ ‫َع ْن إلْ ُم َسا َف َر‬
‫ون َط َع ْم ُت َم ْن َط َعا َم إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬ َ ‫إُها فَيَا لَه َْف ن َ ْف َِس َأ ْن ََل َأ ُك‬ َ ُ َ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َ ُْك َتهيْ َ َما أَ ْو إ ْحد‬
ُ َّ ‫َص َّّل‬
ِ
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
ُ َّ
Pasukan Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam menyerbu kaum kami secara diam-
diam. Lalu, aku mendatangi Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam dan ternyata
beliau sedang makan siang.
Lalu, beliau bersabda, “Mendekat dan makanlah.”
Aku menjawab, “Aku sedang berpuasa.”
Beliau bersabda lagi, “Mendekatlah niscaya akan aku jelaskan kepadamu tentang
puasa. Sesungguhnya Allah ta’ālā tidak mewajibkan puasa atas musafir dan
memberi keringanan separuh salat untuknya juga. Juga memberi keringanan bagi
wanita hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa.”
Demi Allah! Sungguh, Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam telah menyebut keduanya
(yaitu wanita hamil dan menyusui). Sangat disayangkan jika diriku tidak memakan
makanannya Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam.75

Berpuasa saat Safar


1. Pilihan berpuasa pada saat safar hanya jika seseorang telah terbiasa berpuasa.
Dari ‘Aisyah radhiyallāhu ‘anhā:
َ ِ ‫إلس َف َر َو ََك َن َكثَ َْي‬
‫إلص َيا َم فَقَا َل إ ْن‬ َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َأ َأ ُصو ُم َِف‬
ُ َّ ‫َأ َّن َ ْْح َز َة ْب َن َ ْْع ٍرو ْ َإأل ْسلَ َم َّي قَا َل َللنَّ َ َ ِب َص َّّل‬
ِ
‫َشئْ َت فَ ُص ْم َوإ ْن َشئْ َت فَأَفْ َط ْر‬
Hamzah bin ‘Amru Al-Aslamiy berkata kepada Nabi shallallāhu ‘alaihiِ wasallam,
“Apakah aku boleh berpuasa saat bepergian?”
Dia adalah orang yang banyak berpuasa. Maka beliau menjawab, “Jika kamu mau,
berpuasalah. Dan jika kamu mau, berbukalah.”76

2. Jika berpuasa pada saat safar membuat seseorang kelelahan, berbuka lebih
utama baginya.
Jabir bin Abdullah radhiyallāhu ‘anhumā berkata:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َِف َس َف ٍر فَ َر َأى َر ُج ًَل قَدْ ْإجتَ َم َع إلنَّ ُاس عَلَ ْي َه َوقَدْ ُظ َل ِ َل عَلَ ْي َه فَقَا َل َما‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ََك َن َر ُس‬
َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ل َ ْي َس َم ْن إلْ َ َِِب َأ ْن ت َُصو ُموإ َِف‬
‫إلس َف َر‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫اِئ فَقَا َل َر ُس‬ ٌ َ ‫َ َُل قَالُوإ َر ُج ٌل َص‬

75
Hadis riwayat Tirmidzi (715). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Hasan Shahih.
76
Hadis riwayat Bukhari (1943).

27
Sahih Ramadan

Suatu ketika, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam berada dalam suatu


perjalanan. Lalu, beliau melihat seorang laki-laki dikerumuni oleh orang banyak
dan dibawa ke tempat yang teduh.
Beliau bertanya, “Mengapa dia?”
Mereka menjawab, “Ia sedang berpuasa.”
Maka Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam pun bersabda, “Bukanlah termasuk
kebaikan jika kalian berpuasa saat dalam perjalanan.”77

Dalam riwayat lain, kita dianjurkan untuk menerima keringan yang Allah berikan.
Dari Jabir bin ‘Abdullah:
‫ َما َِب ُل َصا َحب ُ َُْك ه ََذإ؟‬:‫ قَا َل‬،‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َم َّر َب َر ُج ٍل َِف َظ َ ِل ََش ََر ٍة يُ َر هش عَلَ ْي َه إلْ َما ُء‬ َ َّ ‫َأ َّن َر ُسو َل‬
ُ ‫إّلِل َص َّّل‬
‫إّلِل إل َّ َِت َرخ ََّص‬ َّ ‫ ِإن َّ ُه لَيْ َس َم َن إلْ َ َِِب َأ ْن ت َُصو ُموإ َِف‬:‫ قَا َل‬،ٌ‫إّلِل َص َاِئ‬
َ َّ ‫ َوعَلَ ْي ُ ُْك َب ُرخ َْص َة‬،‫إلس َف َر‬ َ َّ ‫ ََي َر ُسو َل‬:‫قَالُوإ‬
‫لَ ُ ُْك فَا ْق َبلُوهَا‬
Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam melewati seseorang yang berada di bawah
naungan pohon. Dirinya disiram air.
Beliau bertanya, “Apa yang telah terjadi pada teman kalian ini?”
Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, ia sedang berpuasa.”
Beliau bersabda, “Bukan termasuk kebajikan jika kalian berpuasa dalam
perjalanan. Dan hendaklah kalian mengambil keringanan yang Allah berikan
kepada kalian. Terimalah keringanan tersebut!”78

3. Orang yang tidak berpuasa dapat melakukan pekerjaan fisik lebih kuat daripada
yang berpuasa.
Anas radhiyallāhu ‘anhu berkata:
َ‫اِئ َو َمنَّا إلْ ُم ْف َط ُر قَا َل فَ َ ََنلْنَا َم ْ ََن ًَل َِف ي َ ْو ٍم َح ٍِار َأ ْك َ َُث ا‬
ُ َ ‫إلص‬ َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َِف‬
َّ ‫إلس َف َر فَ َمنَّا‬ ُ َّ ‫ُكنَّا َم َع إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬
‫َضبُوإ ْ َإألبْ َنيَ َة‬ َ ‫إلص َّوإ ُم َوقَا َم إلْ ُم ْف َط ُر‬
َ َ َ‫ون ف‬ ‫إلش ْم َس َب َي َد َه قَا َل فَ َسقَطَ ه‬ َّ ‫َظ ًَّل َصا َح ُب ْإل َك َسا َء َو َمنَّا َم ْن يَتَّ َقي‬
‫ون إلْ َي ْو َم َِب ْ َأل ْج َر‬
َ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َذه ََب إلْ ُم ْف َط ُر‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫َو َسقَ ْوإ ِ َإلر ََك َب فَقَا َل َر ُس‬
Dulu kami pernah bepergian bersama Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam dan di
antara kami ada yang melaksanakan puasa dan ada pula yang tidak berpuasa.
Kemudian, di hari yang sangat terik itu kami berhenti di suatu tempat dan orang
yang bisa berteduh hanyalah orang yang mempunyai pakaian. Bahkan, di antara
kami ada orang yang berlindung dari sinar matahari hanya dengan tangannya
saja. Maka orang-orang yang berpuasa pun berjatuhan karena lemas sementara
orang yang tidak berpuasa masih tetap tegar. Mereka masih mampu merobohkan
tenda dan masih kuat untuk memberi minum hewan tunggangan mereka. Maka

77
Hadis riwayat Muslim (1115).
78
Hadis riwayat Nasa`i (2258). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.

28
Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam pun bersabda, “Hari ini, mereka yang
berbuka telah menuai pahala.”79

4. Tidak perlu mencela setiap keputusan orang yang bepergian untuk berpuasa atau
tidak.
Anas bin Malik berkata:
َ َ ‫إلص‬
‫اِئ‬ ُ َ ‫إلص‬
َّ ‫اِئ عَ َّل إلْ ُم ْف َط َر َو ََل إلْ ُم ْف َط ُر عَ َّل‬ َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل فَ َ ّْل ي َ َع ْب‬
ُ َّ ‫ُكنَّا ن ُ َسا َف ُر َم َع إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬
“Kami pernah bepergian bersama Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam. Yang berpuasa
tidak mencela yang berbuka dan yang berbuka juga tidak mencela yang
berpuasa.”80

5. Jika orang yang akan bersafar berniat untuk tidak berpuasa, ia boleh
membatalkan puasanya ketika di perjalanan.
Dari Jabir bin ‘Abdullah:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل خ ََر َج إ ََل َمكَّ َة عَا َم إلْفَ ْت َح فَ َصا َم َح ََّّت بَلَ َغ ُك َرإ َع إلْغَ َم َمي َو َصا َم‬ َ َّ ‫َأ َّن َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
‫ون َفميَا فَ َعلْ َت فَدَ عَا َبقَدَ ٍح َم ْن‬ َ ‫إلص َيا ُم َوإ َّن إلنَّ َاس ي َ ْن ُظ ُر‬ َ ِ ‫إلنَّ ُاس َم َع ُه فَ َقي َل َ َُل إ َّن إلنَّ َاس قَدْ َش َّق عَلَهيْ َ ِ ْم‬
ِ َ ْ ٍ
‫ون إلَ ْي َه فَأَفْ َط َر ب َ ْعِضُ ه ُْم َو َصا َم ب َ ْعضُ ه ُْم فَ َبلَغَ ُه َأ َّن اَ ًسا َصا ُموإ فَقَا َل‬َ ‫ْش َب َوإلنَّ ُاس ي َ ْن ُظ ُر‬ َ َ ‫َص ف‬
َ ْ ‫َماء ب َ ْعدَ إل َع‬
ِ
‫ُأولَ َئ َك إلْ ُع َصا ُة‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam keluar menuju Mekah pada tahun
penaklukan kota Mekah sambil berpuasa (Ramadan) bersama para sahabatnya.
Ketika sampai di Kura’ Al-Ghamim (nama sebuah tempat antara Madinah dan
Mekah), dikatakan kepada beliau, “Sesungguhnya orang-orang keberatan karena
berpuasa dan mereka melihat apa yang akan tuan perbuat.”
Lantas, beliau meminta sekantong air setelah Asar kemudian meminumnya
dengan disaksikan oleh seluruh sahabat. Maka, sebagian dari mereka ikut
berbuka dan sebagian yang lain memilih tetap berpuasa. Ternyata, berita orang-
orang yang tetap berpuasa sampai kepada beliau.
Lantas beliau berkata, “Mereka adalah orang-orang yang membangkang.”81

6. Jika orang yang akan bersafar berniat untuk tidak berpuasa, ia boleh
membatalkan puasanya sesaat sebelum berangkat safar.
Muhammad bin Ka’b berkata:
‫إلس َف َر فَدَ عَا ب ََط َعا ٍم‬ َ ‫اِل َِف َر َمضَ َان َوه َُو يُ َريدُ َس َف ًرإ َوقَدْ ُر َحلَ ْت َ َُل َرإ َحلَ ُت ُه َولَب َس َث َي‬
َّ ‫اب‬ ٍ َ ‫َأتَيْ ُت َأن َ َس ْب َن َم‬
َ َ َ‫فَأ‬
‫ك فَ ُقلْ ُت َ َُل ُس نَّ ٌة قَا َل ُس نَّ ٌة ُ َُّث َر َك َب‬

79
Hadis riwayat Muslim (1119).
80
Hadis riwayat Bukhari (1947).
81
Hadis riwayat Timidzi (710). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.

29
Sahih Ramadan

Aku menemui Anas bin Malik pada bulan Ramadan. Ketika itu ia hendak
melakukan perjalanan. Ia telah mempersiapkan kendaraannya. Ia mengenakan
pakaian khusus kemudian meminta dihidangkan makanan lalu beliau
memakannya.
Aku bertanya, “Apakah ini sunah?”
Ia menjawab, “Sunah.”
Kemudian ia menaiki kendaraannya.82

Pembatal Puasa
1. Makan dan minum yang dilakukan karena lupa tidak membatalkan puasa.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
ُ َّ ‫َش َب فَلْ ُي َ َُّت َص ْو َم ُه فَان َّ َما َأ ْط َع َم ُه‬
‫إّلِل َو َسقَا ُه‬ َ َ َ‫ِس فَأ‬
َ َ ‫ك َو‬ َ َ َ ‫ِإ َذإ ن‬
“Jika seseorang lupa lalu dia makan dan minum (ketika sedang berpuasa), maka
ِ
hendaklah dia meneruskan puasanya karena hal itu berarti Allah telah
memberinya makan dan minum.”83

2. Muntah dengan disengaja membatalkan puasa.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
ٌ َ ‫َم ْن َذ َرعَ ُه َ َْق ٌء َوه َُو َص‬
‫اِئ فَلَيْ َس عَلَ ْي َه قَضَ ا ٌء َوإ ْن ْإس تَقَ َاء فَلْ َي ْق َض‬
“Barang siapa yang muntah tanpa disengaja ِ ketika sedang berpuasa, maka ia
tidak berkewajiban untuk mengqada. Dan apabila ia sengaja untuk muntah, maka
ia wajib mengqada.”84

Pada muntah yang tidak disengaja, jika fisik menjadi lemah setelah muntah, maka
sebaiknya puasa dibatalkan dan diqada di waktu yang lain.
Dari Abu Darda`:
َ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل قَ َاء فَأَفْ َط َر فَتَ َوضَّ أ‬ َ َّ ‫َأ َّن َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
‫يت ثَ ْو َِب َن َِف َم ْسجَ َد َد َم ْش َق فَ َذ َك ْر ُت َذ َ َِل َ َُل فَقَا َل َصدَ َق َأ اَ َص َببْ ُت َ َُل َوضُ َوء ُه‬ ُ ‫فَلَ َق‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam muntah. Lalu, beliau berbuka dan berwudu.
Lalu aku bertemu dengan Tsauban di masjid Damaskus. Aku kabarkan hal itu
kepadanya. Maka, ia pun berkata, “Benar, bahkan akulah yang menuangkan air
wudu kepada beliau.”85

3. Berhubungan badan (sanggama) di siang hari Ramadan.

82
Hadis riwayat Timidzi (799). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
83
Hadis riwayat Bukhari (1933).
84
Hadis riwayat Abu Dawud (2380). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
85
Hadis riwayat Tirmidzi (87). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.

30
Abu Hurairah berkata:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل فَقَا َل هَلَ ْك ُت فَقَا َل َما َشأْن َُك قَا َل َوقَ ْع ُت عَ َّل إ ْم َر َأ َِت َِف َر َمضَ َان قَا َل‬ ُ َّ ‫َأ ََت َر ُج ٌل إلنَّ َ َّب َص َّّل‬
‫فَه َْل ََتَدُ َما تُ ْع َت ُق َرقَ َب ًة قَا َل ََل قَا َل فَه َْل ت َ ْس تَ َطي ُع َأ ْن ت َُصو َم َشه َْرْي َن ُمتَتَا َب َع ْ َني قَا َل ََل قَا َل فَه َْل ت َ ْس تَ َطي ُع َأ ْن‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َب َع َر ٍق َفي َه تَ ْم ٌر فَقَا َل ت ََصد َّْق َب َه‬
ُ َّ ‫ت ُْط َع َم َس َتِ َني َم ْس َكينًا قَا َل ََل قَا َل إ ْج َل ْس فَأُ َ َِت إلنَّ َ هب َص َّّل‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َح ََّّت بَدَ ْت‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬ُ ‫إّلِل َما ب َ ْ َني ََلبَتَهيْ َا َأ ْه ُل ب َيْ ٍت َأفْقَ ُر َمنَّا فَضَ َح َك َر ُس‬ َ َّ ‫فَقَا َل ََي َر ُسو َل‬
‫ثَنَ َاَي ُه قَا َل فَأَ ْط َع ْم ُه إ ََّي ُ ُْه‬
Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam dan berkata,
ِ
“Aku telah celaka!”
Kemudian beliau berkata, “Ada apa denganmu?”
Ia berkata, “Aku telah menggauli istriku pada siang hari bulan Ramadan.”
Beliau berkata, “Apakah engkau mendapatkan sesuatu untuk membebaskan
budak?”
Ia berkata, “Tidak!”
Beliau berkata, “Apakah engkau mampu untuk melakukan puasa dua bulan
berturut-turut?”
Ia berkata, “Tidak!”
Beliau berkata, “Apakah engkau mampu untuk memberi makan enam puluh
orang miskin?”
Ia berkata, “Tidak!”
Beliau berkata, “Duduklah!”
Kemudian diberikan kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam satu keranjang yang
berisi kurma. Kemudian beliau berkata, “Bersedekahlah dengan ini!”
Lalu orang tersebut berkata, “Wahai Rasulullah, tidak ada di antara dua daerah
yang berbatu hitam (yaitu Madinah) keluarga yang lebih fakir daripada kami.”
Kemudian Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam tertawa hingga terlihat gigi-gigi
serinya. Beliau bersabda, “Berikanlah makan mereka dengannya!”86

Adab Berpuasa
1. Berniat untuk berpuasa sebelum terbit fajar.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫إلص َيا َم قَ ْب َل إلْ َف ْج َر فَ ََل َص َيا َم َ َُل‬
َ ِ ‫َم ْن لَ ْم ُ َْي َم ْع‬
“Barang siapa yang belum niat (untuk berpuasa Ramadan atau puasa wajib
lainnya) sebelum fajar, maka puasanya tidak sah.”87

2. Meninggalkan perkataan dusta dan tidak mengganggu orang lain.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:

86
Hadis riwayat Abu Dawud (2390). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
87
Hadis riwayat Tirmidzi (730). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.

31
Sahih Ramadan

َ َ ‫َم ْن لَ ْم يَدَ ْع قَ ْو َل هإلز َور َوإل َع َم َل َب َه َوإجلَهْ َل فَلَيْ َس َ َّ َّلِل َحا َج ٌة َأ ْن يَدَ َع َط َعا َم ُه َو‬
‫َشإب َ ُه‬
“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya
serta mengganggu orang lain, maka Allah tidak butuh terhadap puasanya.”88

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:


‫إلص َيا ُم َم َن إلل َّ ْغ َو َو َّإلرفَ َث‬
َ ِ ‫ إن َّ َما‬،‫إلْش َب‬ َ ْ َ‫إلص َيا ُم َم َن ْإأل‬
ْ ‫ك َو ه‬ َ ِ ‫لَيْ َس‬
“Puasa bukan hanya menahan makan dan minum. Sesungguhnya, puasa juga
ِ
menahan diri dari perbuatan sia-sia dan perbuatan kotor.”89

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:


ٍ َ َ‫ َو ُر َّب ق‬،ُ‫اِئ لَيْ َس َ َُل َم ْن َص َيا َم َه ِإ ََّل إلْ ُجوع‬
َّ ‫اِئ لَيْ َس َ َُل َم ْن َق َيا َم َه ِإ ََّل‬
‫إلسه َُر‬ ٍ َ ‫ُر َّب َص‬
“Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapat apa-apa dari puasanya
kecuali lapar saja. Dan betapa banyak orang yang salat malam tapi tidak
mendapatkan apa-apa dari salat malamnya kecuali begadang.”90

3. Jika diundang makan, maka sampaikanlah bahwa kita sedang berpuasa.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
ٌ َ ‫اِئ فَلْ َي ُق ْل إ َ ِّن َص‬
‫اِئ‬ ٌ َ ‫إ َذإ ُد َع َي َأ َحدُ ُ ُْك إ ََل َط َعا ٍم َوه َُو َص‬
ِ
“Apabila salah seorang dari kalian diundang makan padahal ia sedang berpuasa,
ِ ِ
maka hendaklah ia mengatakan, ‘Sesungguhnya, aku sedang berpuasa.’”91

4. Jika diundang makan, maka doakanlah orang yang mengundang tersebut.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫إ َذإ ُد َع َي َأ َحدُ ُ ُْك فَلْ ُيجَ ْب فَا ْن ََك َن ُم ْف َط ًرإ فَلْ َي ْط َع ْم َوإ ْن ََك َن َصائَ ًما فَلْ ُي َص َ ِل‬
“Apabila salah seorang di antara kalian ِ diundang, hendaknya ِ ia memenuhi
ِ
undangan tersebut. Apabila ia tidak berpuasa, hendaknya ia makan. Dan apabila
ia sedang berpuasa, maka hendaknya ia mendoakan.”92

5. Jika mengindra sesuatu yang dapat membangkitkan amarah, maka ucapkanlah


kepada diri sendiri, “Aku sedang berpuasa. Aku sedang berpuasa.”
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:

88
Hadis riwayat Bukhari (6057).
89
Hadis riwayat Ibnu Khuzaimah (1996). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya,
Shahīh At-Targhīb wa At-Tarhīb (1082), mengatakan bahwa hadis ini Shahih.
90
Hadis riwayat Ibnu Majah (1690). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Hasan Shahih.
91
Hadis riwayat Muslim (1150).
92
Hadis riwayat Abu Dawud (2460). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.

32
ٌ َ ‫إلص َيا ُم ُجن َّ ٌة فَ ََل يَ ْرفُ ْث َو ََل َ َْيه َْل َوإ ْن إ ْم ُر ٌؤ قَاتَ َ ُِل َأ ْو َشاتَ َم ُه فَلْ َي ُق ْل إ َ ِّن َص‬
‫اِئ َم َّرت ْ ََني َو َّ َإَّلي ن َ ْف َِس َب َي َد َه‬ َِ
ِ
َ ِ ‫َشإب َ ُه َو َشه َْوتَ ُه َم ْن َأ ْج ََل‬
‫إلص َيا ُم‬ َ َ ‫إّلِل ِ تَ َع َاَل َم ْن َر َحي إلْ َم ْس َك ي َ ْ ُْتكُ َط َعا َم ُه َو‬ َ َّ َ‫اِئ َأ ْط َي ُب َع ْند‬ َ َ ‫إلص‬َّ ‫لَ ُخلُ ُوف فَ َم‬
‫ْش َأ ْمث َا َلهَا‬ َ ْ ‫َِل َو َأ اَ َأ ْج َزي َب َه َوإلْ َح َس نَ ُة َب َع‬
“Puasa itu benteng. Maka, (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat
kotor (rafats) dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada orang yang
mengajaknya berkelahi atau menghinanya, maka katakanlah, ‘Aku sedang
berpuasa.’” Beliau mengulang ucapannya dua kali. “Dan demi Zat yang jiwaku
berada di tangan-Nya, sungguh, bau mulut orang yang sedang berpuasa lebih
harum di sisi Allah ta’ālā daripada harumnya minyak misk.”
“Dia meninggalkan makanannya, minuman, dan nafsu syahwatnya karena Aku.
Saum itu untuk Aku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Dan setiap satu
kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa.”93

Yang Diperbolehkan
1. Diperbolehkannya bercumbu pada saat berpuasa.
‘Umar bin Khaththab berkata:
ٌ َ ‫إّلِل َصنَ ْع ُت إلْ َي ْو َم َأ ْم ًرإ َع َظميًا قَبَّلْ ُت َو َأ اَ َص‬
‫اِئ قَا َل َأ َر َأيْ َت لَ ْو‬ ٌ َ ‫هَشَ ْش ُت فَقَبَّلْ ُت َو َأ اَ َص‬
َ َّ ‫اِئ فَ ُقلْ ُت ََي َر ُسو َل‬
‫اِئ قَا َل َع َيَس ْب ُن َ َّْحا ٍد َِف َح َدي َث َه قُلْ ُت ََل بَأْ َس َب َه ُ َُّث إت َّ َفقَا قَا َل فَ َم ْه‬
ٌ َ ‫َمضْ َمضْ َت َم ْن إلْ َما َء َو َأن َْت َص‬
Aku merasa bahagia lalu aku mencium (istriku) sementara aku dalam keadaan
berpuasa. Lalu aku katakan, “Wahai Rasulullah, pada hari ini aku telah melakukan
suatu perkara yang besar. Aku mencium (istriku) sementara aku sedang berpuasa.”
Beliau berkata, “Bagaimana pendapatmu apabila engkau berkumur-kumur
menggunakan air sementara engkau sedang berpuasa?”
Isa bin Hammad berkata dalam hadisnya, “Aku katakan, ‘Tidak mengapa.’”
Kemudian, keduanya bersepakat mengatakan, “Rasulullah berkata, ‘Tahanlah
(wahai ‘Umar)!’”94

Dalam riwayat lain, secara tegas bahwa Rasulullah mencium istrinya saat berpuasa
Ramadan.
‘Aisyah radhiyallāhu ‘anhā berkata:
ٌ َ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل يُقَ َبِ ُل َِف َر َمضَ َان َوه َُو َص‬
‫اِئ‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ََك َن َر ُس‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam pernah mencium istrinya di bulan Ramadan
padahal beliau sedang berpuasa.95

93
Hadis riwayat Bukhari (1894).
94
Hadis riwayat Abu Dawud (2385). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
95
Hadis riwayat Muslim (1106).

33
Sahih Ramadan

Kebolehan mencumbu ini berlaku untuk mereka yang dapat mengendalikan hawa
nafsunya.
‘Aisyah radhiyallāhu ‘anhā berkata:
‫اِئ َو ََك َن َأ ْملَ َك ُ ُْك ََل ْ َرب َه‬
ٌ َ ‫اَش َوه َُو َص‬
ُ َ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل يُقَ َبِ ُل َوي ُ َب‬
ُ َّ ‫ََك َن إلنَّ َ هب َص َّّل‬
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallamِ mencium dan mencumbu (istri-istri beliau)
padahal beliau sedang berpuasa. Dan beliau adalah orang yang paling mampu
mengendalikan nafsunya dibandingkan kalian.96

Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam melarang pemuda bercumbu pada saat berpuasa
dan memberi keringanan bagi mereka yang sudah tua.
Abu Hurairah berkata:
َ ‫اَش َة َل َّلص‬
‫اِئ فَ َرخ ََّص َ َُل َو َأَتَ ُه أ َخ ُر فَ َسأَ َ َُل فَََّ َا ُه فَا َذإ‬
َ َ َ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َع ْن إلْ ُم َب‬
ُ َّ ‫َأ َّن َر ُج ًَل َسأَ َل إلنَّ َ َّب َص َّّل‬
ِ ‫َّ َإَّلي َرخ ََّص َ َُل َش ْيخٌ َو َّ َإَّلي َّنَ َا ُه َشاب‬
Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam mengenai
cumbuan orang yang berpuasa. Lalu, beliau memberikan keringanan kepadanya.
Dan orang yang lain datang kepada beliau dan bertanya mengenai cumbuan
orang yang berpuasa, lalu beliau melarangnya. Ternyata, orang yang beliau beri
keringanan adalah orang yang sudah tua. Sedangkan, orang yang beliau larang
adalah orang yang masih muda.97

2. Ber-istinsyaq (menghirup air melalui hidung ketika wudu) tanpa sungguh-


sungguh.
Dari Shabirah:
‫إّلِل َأخ َ ِْْب َّن َع ْن إلْ ُوضُ و َء قَا َل َأ ْس َب ْغ إلْ ُوضُ َوء َو َخ َلِ ْل ب َ ْ َني ْ َإأل َصا َبع َ َو َِب َل ْغ َِف َإَل ْس َتنْشَ َاق إ ََّل َأ ْن‬
َ َّ ‫قُلْ ُت ََي َر ُسو َل‬
ِ
َ ‫تَ ُك‬
‫ون َصائَ ًما‬
Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, kabarkan kepadaku tentang wudu!”
Beliau menjawab, “Sempurnakanlah wudu, basuhlah sela-sela jarimu, dan ber-
istinsyaq-lah dengan sungguh-sungguh kecuali jika kamu sedang berpuasa.”98

3. Diperbolehkannya bercelak bagi orang yang berpuasa.


‘Aisyah radhiyallāhu ‘anhā berkata:
ٌ َ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َوه َُو َص‬
‫اِئ‬ ُ ‫إ ْكتَ َح َل َر ُس‬
َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam pernah bercelak padahal beliau sedang
berpuasa.99

96
Hadis riwayat Bukhari (1927).
97
Hadis riwayat Abu Dawud (2387). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Hasan Shahih.
98
Hadis riwayat Timidzi (788). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.

34
4. Diperbolehkannya mendapati waktu fajar dalam keadaan junub.
Dari ‘Aisyah:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل يُدْ َر ُك ُه إلْ َف ْج ُر َِف َر َمضَ َان َم ْن غَ ْ َْي ُح ْ ٍّل فَ َي ْغت َ َس ُل َوي َ ُصو ُم‬
ُ َّ ‫ََك َن إلنَّ َ هب َص َّّل‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam pernah mendapati waktu fajar di bulan
Ramadan dalam keadaan junub. Kemudian, beliau mandi dan berpuasa.100

Rasulullah adalah sebaik-baik teladan dalam masalah ini.


Dari ‘Aisyah:
َ َّ ‫ِه ت َ ْس َم ُع َم ْن َو َرإ َء إلْ َب َاب فَقَا َل ََي َر ُسو َل‬
‫إّلِل‬ َ َ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ي َْس َت ْف َتي َه َو‬ُ َّ ‫َأ َّن َر ُج ًَل َج َاء إ ََل إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬
َ ِ َ
‫إلص ََل ُة َو َأ اَ ُجنُ ٌب‬َّ َ ‫ِن‬‫ك‬ُ ‫ر‬َ ْ‫د‬ُ ‫ت‬ َ‫ ا‬‫أ‬َ ‫و‬ َّ
‫ّل‬ ‫س‬‫و‬
َ َ ََ ْ ‫ه‬ ‫ي‬َ ‫ل‬َ ‫ع‬ ‫إّلِل‬
ُ َّ ‫ّل‬ َّ ‫ص‬
َ َ
‫إّلِل‬ َّ ُ
‫ول‬ ‫س‬ ‫ر‬
َُ َ
‫ل‬ ‫ا‬ َ ‫ق‬َ ‫ف‬ ‫م‬ ‫و‬
ُ ُ ‫ص‬ َ ‫أ‬َ ‫ف‬ َ
‫أ‬ ‫ب‬ ٌ ُ ‫ن‬ ‫ج‬ َ‫ ا‬ َ
ُ َ ‫إلصَل‬
‫أ‬ ‫و‬ ُ
‫ة‬ َّ ‫تُدْ َر ُك َِن‬
َ َّ ‫إّلِل َ َِل َما تَقَ َّد َم َم ْن َذنْب ََك َو َما تَأَخ ََّر فَقَا َل َو‬
‫إّلِل إ َ ِّن‬ ُ َّ ‫إّلِل قَدْ غَ َف َر‬ َ َّ ‫فَأَ ُصو ُم فَقَا َل لَ ْس َت َمثْلَنَا ََي َر ُسو َل‬
ِ
‫ون َأخْشَ ُ ْاُك َ َّ َّلِل َو َأ ْعلَ َم ُ ُْك َب َما َأت َّ َقي‬ َ ‫َ َأل ْر ُجو َأ ْن َأ ُك‬
Ada seorang laki-laki datang meminta fatwa kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi
wasallam sementara ‘Aisyah waktu itu mendengar dari balik pintu. Laki-laki itu
bertanya, “Wahai Rasululah, waktu salat (subuh) telah tiba. Sedangkan, aku dalam
keadaan junub. Bolehkah aku meneruskan puasaku?”
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam menjawab, “Aku pun pernah mendapati
waktu subuh dalam keadaan junub. Namun, aku tetap berpuasa.”
Laki-laki itu berkata, “Engkau tidaklah sama dengan kami, wahai Rasulullah. Sebab,
Allah telah mengampuni dosa-dosamu, baik yang telah berlalu atau pun yang
akan datang.”
Maka beliau pun bersabda, “Sesunguhnya, aku berharap bahwa akulah orang
yang paling takut kepada Allah di antara kalian dan paling tahu bagaimana
caranya bertakwa.”101

5. Diperbolehkannya mengguyur kepala.


Orang yang menceritakan kepada Abu Bakr berkata:

99
Hadis riwayat Ibnu Majah (1678). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
Tirmidzi dalam kitabnya, Sunan At-Tirmidzī (726), berkata:

َ َ ‫َوإ ْختَلَ َف َأه ُْل إل َع ْ َّل َِف إل ُك ْحلَ لَ َّلص‬


‫ َو َرخ ََّص‬،‫ َوإ ْْس ََاق‬، َ‫ َو َأ ْْحَد‬،‫ َوإ ْب َن إمل ُ َب َار َك‬،‫ َوه َُو قَ ْو ُل ُس ْف َي َان‬،‫ فَ َك َر َه ُه ب َ ْعضُ ه ُْم‬:‫اِئ‬
ِ
َ َ ‫ب َ ْع ُض َأهْلَ إل َع ْ َّل َِف إل ُك ْحلَ َل َّلص‬
‫ َوه َُو قَ ْو ُل إلشَّ ا َف َع ِ َي‬،‫اِئ‬
“Para ulama berbeda pendapat mengenai masalah ini. Sebagian mereka, yaitu Sufyan, Ibnul
Mubarak, Ahmad, dan Ishaq tidak menyukai orang yang bercelak ketika berpuasa.
Sedangkan, Syafi’i membolehkan orang berpuasa untuk bercelak.”
100
Hadis riwayat Bukhari (1930).
101
Hadis riwayat Muslim (1110).

35
Sahih Ramadan

ٌ َ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َِبلْ َع ْر َج ي َ ُص هب عَ َّل َر ْأ َس َه إلْ َم َاء َوه َُو َص‬
‫اِئ َم ْن إلْ َع َط َش َأ ْو َم ْن‬ َ َّ ‫لَقَدْ َر َأيْ ُت َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
‫إلْ َح ِ َر‬
Sungguh, aku telah melihat Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam di Al-‘Arj
menuangkan air ke kepalanya karena haus atau panas sementara beliau sedang
berpuasa.102

6. Diperbolehkannya berbekam.
Ibnu ‘Abbas radhiyallāhu ‘anhumā berkata:
ٌ َ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َوه َُو َص‬
‫اِئ‬ ُ َّ ‫ْإحتَ َج َم إلنَّ َ هب َص َّّل‬
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam berbekam ketika sedang berpuasa.103

Akan tetapi, dalam riwayat lain, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫َأفْ َط َر إلْ َح َاج ُم َوإلْ َم ْح ُجو ُم‬
“Telah batal puasa orang yang membekam dan yang dibekam.”104

Qada Puasa
1. Kewajiban mengqada puasa bagi wanita haid.
Mu’adzah berkata:
‫إلص ََل َة فَقَال َ ْت َأ َح ُر َوري َّ ٌة َأن َْت قُلْ ُت لَ ْس ُت‬
َّ ‫إلص ْو َم َو ََل تَ ْق َِض‬ َّ ‫َسأَلْ ُت عَائَشَ َة فَ ُقلْ ُت َما َِب ُل إلْ َحائَ َض تَ ْق َِض‬
‫إلص ََل َة‬ َّ ‫َ َِب ُر َوري َّ ٍة َولَ َك َ ِِن َأ ْسأَ ُل قَالَ ْت ََك َن يُ َصيبُنَا َذ َ َِل فَنُ ْؤ َم ُر َبقَضَ ا َء‬
َّ ‫إلص ْو َم َو ََل ن ُْؤ َم ُر َبقَضَ ا َء‬
Aku bertanya kepada Aisyah seraya berkata, “Kenapa gerangan wanita yang haid
mengqada puasa dan tidak mengqada salat?”
Maka ‘Aisyah menjawab, “Apakah kamu dari golongan Haruriyah?”
Aku menjawab, “Aku bukan Haruriyah. Akan tetapi, aku hanya bertanya.”
‘Aisyah menjawab, “Kami dahulu juga mengalami haid. Maka kami diperintahkan
untuk mengqada puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqada salat.”105

2. Orang yang meninggal dunia sementara ia masih memiliki kewajiban mengqada


puasa, maka walinya berpuasa menggantikan puasanya.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫ات َوعَلَ ْي َه َص َيا ٌم َصا َم َع ْن ُه َو َل هي ُه‬
َ ‫َم ْن َم‬
“Barang siapa yang meninggal dunia dan memiliki hutang puasa maka walinya
berpuasa untuknya.”106

102
Hadis riwayat Abu Dawud (2365). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
103
Hadis riwayat Bukhari (1939).
104
Hadis riwayat Abu Dawud (2371). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
105
Hadis riwayat Muslim (335).

36
3. Hutang kepada Allah lebih utama untuk dibayar.
Dari Ibnu ‘Abbas:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل فَقَال َ ْت إن َّ ُه ََك َن عَ َّل ُأ َِمهَا َص ْو ُم َشهْ ٍر َأفَأَ ْق َضي َه َعَّْ َا فَقَا َل لَ ْو‬
ُ َّ ‫َأ َّن إ ْم َر َأ ًة َج َاء ْت إ ََل إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬
َ َّ ‫ََك َن عَ َّل ُأ َِم َك َد ْي ِ ٌن َأ ُك ْن َت قَا َض َيتَ ُه قَال َ ْت ن َ َع ْم قَا َل فَدَ ْي ُن‬
‫إّلِل َأ َح هق َأ ْن يُ ْق َض‬
ِ
Seorang wanita telah datang kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam dan berkata,
“Sesungguhnya ibuku memiliki tanggungan puasa satu bulan. Apakah boleh saya
mengqada puasa tersebut untuknya?”
Kemudian beliau berkata, “Seandainya ibumu memiliki tanggungan hutang,
apakah engkau akan menunaikannya?”
Ia berkata, “Ya!”
Beliau bersabda, “Maka hutang kepada Allah lebih berhak untuk ditunaikan.”107

4. Qada puasa Ramadan memiliki waktu yang panjang.


‘Aisyah berkata:
َ َّ َ‫إلش ْغ ُل َم ْن َر ُسول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
‫إّلِل‬ ‫إلص ْو ُم َم ْن َر َمضَ َان فَ َما أ َْس َت َطي ُع َأ ْن َأ ْق َض َي ُه إ ََّل َِف َش ْع َب َان ه‬
َّ ‫ون عَ َ ََّل‬ ُ ‫ََك َن يَ ُك‬
ِ
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ َ َّ َ‫عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َأ ْو َب َر ُسول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
“Aku masih punya hutang puasa Ramadan. Akan tetapi, aku belum mampu
membayarnya kecuali di bulan Syakban. Yang demikian dikarenakan kesibukanku
bersama Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam.”108

5. Tidak ada qada dan kafarat bagi mereka yang berbuka karena lupa.
‫َم ْن َأفْ َط َر َِف َر َمضَ َان اَ َس ًيا فَ ََل قَضَ َاء عَلَ ْي َه َو ََل َكفَّ َار َة‬
“Barang siapa yang berbuka di bulan Ramadan karena lupa, maka tidak ada qada
baginya dan tidak pula kafarat.”109

Tarawih dan Witir


1. Rasulullah khawatir salat Tarawih diwajibkan atas umatnya.
Dari 'Aisyah radhiyallāhu 'anhā:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل خ ََر َج لَ ْي َ ًَل َم ْن َج ْو َف إلل َّ ْي َل فَ َص َّّل َِف إلْ َم ْسجَ َد َو َص َّّل َر َجا ٌل ب ََص ََل َت َه‬ َ َّ ‫َأ َّن َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
‫فَأَ ْص َب َح إلنَّ ُاس فَتَ َح َّدثُوإ فَ ْاجتَ َم َع َأ ْك َ َُث َمَّْ ُ ْم فَ َص َّّل فَ َصل َّ ْوإ َم َع ُه فَأَ ْص َب َح إلنَّ ُاس فَتَ َح َّدثُوإ فَ َك ُ ََث َأ ْه ُل إلْ َم ْسجَ َد‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل فَ َص َّّل فَ َصل َّ ْوإ ب ََص ََل َت َه فَلَ َّما ََكن َْت إلل َّ ْي َ َُل َّإلرإ َب َع ُة َ ََع َز‬ ُ ‫َم ْن إلل َّ ْي َ ََل إلث َّا َلثَ َة فَخ ََر َج َر ُس‬
َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
106
Hadis riwayat Bukhari (1952).
107
Hadis riwayat Abu Dawud (3310). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
108
Hadis riwayat Muslim (1146).
109
Hadis riwayat Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubrā (8074). Syaikh Nashiruddin Al-Albani
dalam kitabnya, Shahīh Al-Jāmi’ Ash-Shaghīr wa Ziyādatuh (6070), mengatakan bahwa hadis
ini Hasan.

37
Sahih Ramadan

ُ‫إلص ْب َح فَلَ َّما قَ َض إلْ َف ْج َر َأ ْق َب َل عَ َّل إلنَّ َاس فَتَشَ هَّدَ ُ َُّث قَا َل َأ َّما ب َ ْعد‬ ‫إلْ َم ْسجَ دُ َع ْن َأه َ َِْل َح ََّّت خ ََر َج َل َص ََل َة ه‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬ ُ ‫فَان َّ ُه لَ ْم َ َْي َف عَ َ ََّل َم ََكنُ ُ ُْك َولَ َك َ ِِن خ ََش‬
ُ ‫يت َأ ْن تُ ْف َ َْت َض عَلَ ْي ُ ُْك فَتَ ْعجَ ُزوإ َعَّْ َا فَ ُت ُو َ ِ َِف َر ُس‬
‫َوِ َس َّ َّل َو ْ َإأل ْم ُر عَ َّل َذ َ َِل‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam pada suatu malam keluar kamar di tengah
malam untuk melaksanakan salat di masjid. Maka, orang-orang kemudian ikut
salat mengikuti salat beliau. Pada waktu paginya, orang-orang membicarakan
kejadian tersebut sehingga pada malam berikutnya, orang-orang yang berkumpul
bertambah banyak lalu ikut salat dengan beliau. Pada waktu paginya, orang-
orang kembali membicarakan kejadian tersebut. Kemudian, pada malam yang
ketiga, orang-orang yang hadir di masjid semakin bertambah banyak lagi. Lalu,
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam keluar untuk salat dan mereka ikut salat
bersama beliau. Kemudian, pada malam yang keempat, masjid sudah penuh
dengan jamaah hingga akhirnya beliau keluar hanya untuk salat Subuh. Setelah
beliau selesai salat fajar, beliau menghadap kepada orang banyak, kemudian
beliau membaca syahadat lalu bersabda, “Ammā ba'du. Sesungguhnya, aku
bukannya tidak tahu keberadaan kalian (semalam). Akan tetapi, aku khawatir
nanti menjadi diwajibkan atas kalian sehingga kalian menjadi keberatan
karenanya.”
Kemudian, setelah Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam meninggal dunia,
ketetapan tersebut tetap demikian.110

2. Jumlah rakaat salat malam Rasulullah.


Abu Salamah bin ‘Abdurrahman bertanya kepada ‘Aisyah:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َِف َر َمضَ َان فَقَال َ ْت َما ََك َن يَ َزيدُ َِف َر َمضَ َان َو ََل َِف غَ ْ َْي َه‬ ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ َ‫َك ْي َف ََكن َْت َص ََل ُة َر ُسول‬
‫َْش َة َر ْك َع ًة يُ َص َ َِل َأ ْرب َ ًعا فَ ََل ت َ َس ْل َع ْن ُح ْس ََّ َ َّن َو ُطو َله ََّن ُ َُّث يُ َص َ َِل َأ ْرب َ ًعا فَ ََل ت َ َس ْل َع ْن‬
َ ْ ‫عَ َّل إ ْحدَ ى ع‬
َ َّ ‫ُح ْس ََّ ِ َ َّن َو ُطو َله ََّن ُ َُّث يُ َص َ َِل ثَ ََل ًَث فَ ُقلْ ُت ََي َر ُسو َل‬
‫إّلِل َأتَنَا ُم قَ ْب َل َأ ْن تُو َت َر قَا َل ََي عَائَشَ ُة إ َّن َع ْي َ َِّن تَنَا َم َان‬
ِ
‫َو ََل يَنَا ُم قَلْ َب‬
Bagaimana cara salat Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam di bulan Ramadan?
Maka, ‘Aisyah menjawab, “Tidaklah Rasulullah (melaksanakan salat malam) di
bulan Ramadan dan di bulan-bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau salat
empat rakaat, maka jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya.
Kemudian beliau salat empat rakaat lagi dan jangan kamu tanya tentang bagus
dan panjangnya. Kemudian Beliau salat tiga rakaat. Lalu aku bertanya, ‘Wahai
Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum melaksanakan witir?’ Beliau menjawab,
‘Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur. Namun, hatiku tidaklah
tidur.’”111

110
Hadis riwayat Bukhari (2012).
111
Hadis riwayat Bukhari (2013).
Tirmidzi dalam kitabnya, Sunan At-Tirmidzī (725), berkata:

38
3. Tata cara pelaksanaan salat malam Rasulullah.
Dari Ibnu ‘Umar:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل قَا َل َص ََل ُة إلل َّ ْي َل َمث ََْن َمث ََْن فَا َذإ َر َأيْ َت َأ َّن ه‬
‫إلص ْب َح يُدْ َر ُك َك فَأَ ْو َت ْر‬ َ َّ ‫َأ َّن َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
ِ ‫ب ََوإ َحدَ ٍة‬
‫ك َر ْك َعتَ ْ َني‬َِ ُ ‫فَ َقي َل ََل ْب َن ُ َْع َر َما َمث ََْن َمث ََْن قَا َل َأ ْن ت ُ َس َ ِ َّل َِف‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Salat malam itu dua rakaat-dua
rakaat. Jika kamu telah merasa bahwa waktu Subuh akan segera masuk, maka
salat witirlah dengan satu rakaat.”
Kemudian ditanyakanlah kepada Ibnu ‘Umar, “Apa artinya dua-dua?”
Ibnu ‘Umar menjawab, "Yaitu kamu mengucapkan salam setiap dua rakaat.”112

4. Adapun salat tarawih berjamaah dengan dipimpin satu orang imam mulai terjadi
sejak zaman ‘Umar bin Khaththab.
‘Abdurrahman bin ‘Abdul Qariy berkata:
َ ‫إّلِل َع ْن ُه لَ ْي َ ًَل َِف َر َمضَ َان إ ََل إلْ َم ْسجَ َد فَا َذإ إلنَّ ُاس َأ ْو َزإ ٌع ُمتَ َف ِ َر ُق‬
‫ون‬ َ َ ‫خ ََر ْج ُت َم َع ُ َْع َر ْب َن إلْخ ََّط َاب َر‬
ُ َّ ‫ِض‬
ِ
ٍ‫يُ َص َ َِل َّإلر ُج ُل َلنَ ْف َس َه َويُ َص َ َِل َّإلر ُج ُل فَ ُي َص َ َِل ب ََص ََل َت َه َّإلر ْهطُ فَقَا َل ُ َْع ُر إ َ ِّن َأ َر ِى لَ ْو َ ََج ْع ُت َه ُؤ ََل َء عَ َّل قَ َارئ‬
ِ
‫ون ب ََص ََل َة‬ َ ‫َوإ َح ٍد لَ ََك َن َأ ْمث َ َل ُ َُّث َع َز َم فَ َج َم َعه ُْم عَ َّل ُأ َ ِِب ْب َن َك ْع ٍب ُ َُّث خ ََر ْج ُت َم َع ُه ل َ ْي َ ًَل ُأخ َْرى َوإلنَّ ُاس يُ َصل ه‬

َ‫ َوه َُو قَ ْو ُل َأهْل‬،‫ َأ ْن يُ َص َ ِ ََل إ ْحدَ ى َو َأ ْرب َ َع َني َر ْك َع ًة َم َع إل َو ْت َر‬:‫ فَ َر َأى ب َ ْعضُ ه ُْم‬،‫َوإ ْختَلَ َف َأه ُْل إل َع ْ َّل َِف َق َيا َم َر َمضَ َان‬
‫ُص َاب إلنَّ َ َ ِب‬ َ ْ ‫ َوغَ ْ َْي َ َُها َم ْن َأ‬،‫ َوعَ َ ٍ َِل‬،‫ َو َأ ْك َ َُث َأهْلَ إل َع ْ َّل عَ َ ِّل َما ُر َو َي َع ْن ُ َْع َر‬،‫ َوإل َع َم ُل عَ َّل َه َذإ َع ْندَ ُ ُْه َِبمل َ َدينَ َة‬،‫إمل َ َدينَ َة‬
‫ َو َه َك َذإ َأد َْر ْك ُت‬:‫ َوإلشَّ ا َف َع ِ َي وقَا َل إلشَّ ا َف َع هي‬،‫ َوإ ْب َن إمل ُ َب َار َك‬،‫ َوه َُو قَ ْو ُل إلث َّْو َر َ ِي‬،‫ْش َين َر ْك َع ًة‬ َ ْ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َع‬
ُ َّ ‫َص َّّل‬
‫ ب َ ْل َ َْن َت ُار‬:‫َِش ٍء وقَا َل إ ْْس َُاق‬ ْ َ ‫ « ُر َو َي َِف ه ََذإ َألْ َو ٌإن َول َ ْم يُ ْق َض َفي َه ب‬: ُ‫ْش َين َر ْك َع ًة وقَا َل َأ ْْحَد‬ َ ْ ‫ون َع‬ َ ‫َب َب َ َِل اَ َب َمكَّ َة يُ َصل ه‬
ِ
‫إلص ََل َة َم َع إَل َما َم َِف‬ َّ :‫ َوإ ْْس َُاق‬، ُ‫ َو َأ ْْحَد‬،‫إ ْحدَ ى َو َأ ْرب َ َع َني َر ْك َع ًة عَ َّل َما ُر َو َي َع ْن ُأ َ ِِب ْب َن َك ْع ٍب َوإ ْختَ َار إ ْب ُن إمل ُ َب َار َك‬
ِ ِ ِ
‫ َأ ْن يُ َص َ ِ ََل َّإلر ُج ُل َو ْحدَ ُه إ َذإ ََك َن قَ َارئًا‬:‫َشهْ َر َر َمضَ َان َوإ ْختَ َار إلشَّ ا َف َع هي‬
“Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah rakaat salat malam bulan Ramadan.
ِ
Sebagian dari mereka lebih memilih empat puluh satu rakaat dengan witir. Ini adalah
pendapat penduduk Madinah. Mereka mempraktekkannya di Madinah. Sebagian besar
ulama berpendapat dengan berdasarkan riwayat dari ‘Umar, ‘Ali, dan lainnya dari kalangan
sahabat Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam untuk memilih dua puluh rakaat. Ini adalah
pendapat Ats-Tsauri, Ibnu Al-Mubarak, dan Syafi'i. Syafi'i berkata, ‘Demikian juga kami dapati
penduduk kota Mekah. Mereka salat sebanyak dua puluh rakaat.’ Ahmad berkata, ‘Ada
banyak riwayat dalam masalah ini.’ Ahmad tidak menentukan mana yang dia pilih. Ishaq
berkata, ‘Kami lebih memilih empat puluh satu rakaat berdasarkan riwayat dari Ubay bin
Ka’ab.’ Ibnul Mubarak, Ahmad, dan Ishaq lebih memilih salat malam bulan Ramadan
berjamaah bersama imam. Sedangkan, Syafi'i memilih seseorang salat sendirian jika dia bisa
membaca Alquran.”
112
Hadis riwayat Muslim (749).

39
Sahih Ramadan

‫ون يُ َريدُ أ َخ َر إلل َّ ْي َل َو ََك َن إلنَّ ُاس‬ َ ‫قَ َارِئَ َ ْم قَا َل ُ َْع ُر َن ْع َم إلْبَدْ عَ ُة َه َذ َه َوإل َّ َِت يَنَا ُم‬
َ ‫ون َعَّْ َا َأفْضَ ُل َم ْن إل َّ َِت ي َ ُقو ُم‬
‫ون َأ َّو َ َُل‬
َ ‫ي َ ُقو ُم‬
Aku keluar bersama ‘Umar bin Al Khaththab radhiyallāhu ‘anhu pada malam
Ramadan menuju masjid. Ternyata, orang-orang salat dengan berkelompok-
kelompok secara terpisah. Ada yang salat sendiri dan ada seseorang yang salat
diikuti oleh makmum yang jumlahnya kurang dari sepuluh orang. Maka, ‘Umar
berkata, “Aku pikir, seandainya mereka semuanya salat berjamaah dengan
dipimpin oleh satu orang imam, itu lebih baik.”
Kemudian, ‘Umar memantapkan keinginannya itu lalu mengumpulkan mereka
dalam satu jamaah yang dipimpin oleh Ubay bin Ka’ab. Kemudian, aku keluar lagi
bersamanya pada malam yang lain dan ternyata orang-orang salat dalam satu
jamaah dengan dipimpin seorang imam.
Lalu, ‘Umar berkata, “Sebaik-baiknya perkara baru adalah ini. Dan mereka yang
tidur terlebih dahulu adalah lebih baik daripada yang salat awal malam, yang ia
maksudkan untuk mendirikan salat di akhir malam, sedangkan orang-orang
secara umum melakukan salat pada awal malam.”113

5. Salat tarawih dikerjakan secara tenang dan tidak terburu-buru.


Dari Abu Hurairah:
‫إّلِل عَلَ ْي َه‬ ُ َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َد َخ َل إلْ َم ْسجَ دَ فَدَ َخ َل َر ُج ٌل فَ َص َّّل ُ َُّث َج َاء فَ َس َّ َّل عَ َّل إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬ ُ َّ ‫َأ َّن إلنَّ َ َّب َص َّّل‬
‫إلس ََل َم فَقَا َل ْإر َج ْع فَ َص َ ِل فَان ََّك لَ ْم ت َُص َ ِل فَ َص َّّل ُ َُّث َج َاء فَ َس َّ َّل‬ َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل عَلَ ْي َه‬
ُ َّ ‫َو َس َّ َّل فَ َر َّد إلنَّ َ هب َص َّّل‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل فَقَا َل ْإر َج ْع فَ َص َ ِل فَان ََّك لَ ْم ت َُص َ ِل ثَ ََل ًَث ِفَقَا َل َو َّ َإَّلي ب َ َعث ََك َِبلْ َح ِ َق فَ َما‬ ُ َّ ‫عَ َّل إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬
‫ْس َم َع َك َم ْن إلْ ُق ْرأ َن ُ َُّث ْإر َك ْع َح ََّّت ت َْط َم َ َِّئ‬ ِ
َ َّ َ‫إلص ََل َة فَ َك َ ِ ِْب ُ َُّث إ ْق َرأْ َما تَي‬ َّ ‫ُأ ْح َس ُن غَ ْ َْي ُه فَ َع َلِ ْم َِن قَا َل إ َذإ قُ ْم َت إ ََل‬
ِ ِ
‫َرإ َك ًعا ُ َُّث ْإرفَ ْع َح ََّّت تَ ْعتَ َد َل قَائَ ًما ُ َُّث ْإَسُدْ َح ََّّت ت َْط َم َ َِّئ َس َاجدً إ ُ َُّث ْإرفَ ْع َح ََّّت ت َْط َم َ َِّئ َجا َل ًسا ُ َُّث ْإَسُدْ َح ََّّت‬
‫ت َْط َم َ َِّئ َس َاجدً إ ُ َُّث إفْ َع ْل َذ َ َِل َِف َص ََل َت َك ُ َُكِهَا‬
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam masuk ke dalam masjid. Lalu, ada seorang laki-
laki masuk ke dalam masjid dan salat. Kemudian, orang itu datang dan memberi
salam kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam.
Lalu, beliau menjawab salamnya kemudian bersabda, “Kembali dan ulangilah
salatmu karena kamu belum salat!”
Orang itu kemudian mengulangi salat dan kembali datang menghadap kepada
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam sambil memberi salam.
Namun, beliau kembali bersabda, “Kembali dan ulangilah salatmu karena kamu
belum salat!”
Beliau memerintahkan orang ini sampai tiga kali. Dan akhirnya, orang tersebut
berkata, “Demi Zat yang mengutus engkau dengan kebenaran, aku tidak bisa
melakukan yang lebih baik dari itu. Maka, ajarilah aku!”

113
hadis riwayat Bukhari (2010).

40
Beliau pun bersabda, “Jika kamu mengerjakan salat, maka bertakbirlah. Lalu,
bacalah ayat yang mudah dari Alquran. Kemudian, rukuklah hingga benar-benar
rukuk dengan tenang. Lalu, bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak.
Setelah itu, sujudlah sampai benar-benar sujud. Lalu, angkat (kepalamu) untuk
duduk hingga benar-benar duduk. Setelah itu, sujudlah sampai benar-benar sujud.
Kemudian, lakukanlah seperti cara tersebut di seluruh salat (rakaat)-mu.”114

6. Salat witir adalah pengganjil rakaat pada akhir salat malam.


Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫ْإج َعلُوإ أ َخ َر َص ََل َت ُ ُْك َِبلل َّ ْي َل َوتْ ًرإ‬
“Jadikanlah akhir salat malam dengan ganjil (witir).”115

7. Salat witir dikerjakan sebelum masuk waktu subuh.


Abu Sa’id telah mengabarkan:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َع ْن إلْ َو ْت َر فَقَا َل َأ ْو َت ُروإ قَ ْب َل ه‬
‫إلص ْب َح‬ ُ َّ ‫َأَّنَّ ُ ْم َسأَلُوإ إلنَّ َ َّب َص َّّل‬
Mereka bertanya kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam mengenai salat witir.
Maka beliau bersabda, “Salat witirlah kalian sebelum Subuh.”116

8. Adapun mengenai jumlah rakaat salat witir, Nabi pernah melaksanakan salat witir
sebanyak lima atau tujuh rakaat langsung tanpa memisahkan di antara rakaat-
rakaatnya dengan salam (hanya salam di rakaat terakhir).
Ummu Salamah berkata:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل يُو َت ُر ب ََس ْبع ٍ َأ ْو َ َِب ْم ٍس ََل ي َ ْف َص ُل ب َ ْيََّ ُ َّن َبت َ ْس َل ٍمي‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ََك َن َر ُس‬
“Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam salat witir lima rakaat atau tujuh rakaat
tanpa memisahkan diantara rakaat-rakaatnya dengan salam.”117

9. Salat witir yang lebih dari satu rakaat dikerjakan hanya dengan satu kali duduk
tasyahud, yaitu pada rakaat terakhirnya.
Dari ‘Aisyah:

114
Hadis riwayat Bukhari (793).
115
Hadis riwayat Bukhari (998).
116
Hadis riwayat Muslim (754).
117
Hadis riwayat Nasa`i (1715). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
Tirmidzi dalam kitabnya, Sunan At-Tirmidzī (460), berkata:
‫ َوإ ْن َشئْ َت َأ ْوتَ ْر َت َب َر ْك َع ٍة‬،‫ َوإ ْن َشئْ َت َأ ْوتَ ْر َت َبث َََل ٍث‬،‫ إ ْن َشئْ َت َأ ْوتَ ْر َت َ َِب ْم ٍس‬:‫قَا َل ُس ْف َي ُان‬
ٍ ‫ ِ َو َّ َإَّلي َأ ْس َت َح هب َأ ْن ُأو َت َر َبث َ ََِل َث َر َك َع‬:‫قَا َل ُس ْف َي ُان‬
‫ َو َأهْلَ إل ُكوفَ َة‬،‫ َوه َُو قَ ْو ُل إ ْب َن ِ إمل ُ َب َار َك‬،‫ات‬
Sufyan berkata, “Jika kamu berkehendak, boleh mengerjakan witir sebanyak lima rakaat, tiga
rakaat, dan jika mau, kamu bisa mengerjakannya hanya satu rakaat.” Sufyan berkata, “Dan
saya menganjurkan untuk mengerjakan salat witir sebanyak tiga rakaat. Dan yang demikian
adalah pendapat Ibnu Mubarak dan penduduk Kufah.”

41
Sahih Ramadan

‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ََك َن يُو َت ُر َ َِب ْم ٍس َو ََل َ َْي َل ُس إ ََّل َِف أ َخ َر َه َّن‬
ُ َّ ‫َأ َّن إلنَّ َ َّب َص َّّل‬
ِ
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam pernah salat witir lima rakaat. Dan beliau tidak
duduk (tasyahud) kecuali pada rakaat terakhir.118

10. Tidak ada dua salat witir dalam satu malam.


Qais bin Thalq berkata:
‫ْل إلل َّ ْي َ ََل َو َأ ْوتَ َر َبنَا ُ َُّث ْ َإَندَ َر إ ََل َم ْسجَ ٍد‬
َ ْ ‫َز َإر اَ َأ َِب َطلْ ُق ْب ُن عَ َ ٍَِل َِف ي َ ْو ٍم َم ْن َر َمضَ َان فَأَ ْم ََس َبنَا َوقَا َم َبنَا َت‬
ِ
ُ َّ ‫ُصا َب َه َح ََّّت ب َ َق َي إلْ َو ْت ُر ُ َُّث قَ َّد َم َر ُج ًَل فَقَا َل َ َُل َأ ْو َت ْر ِبَ َ ْم فَا َ ِّن َ َِم ْع ُت َر ُسو َل إ َّ َّلِل َص َّّل‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه‬ َ ْ َ‫فَ َص َّّل َبأ‬
ِ ‫ول ََل َو ْت َر َإن َِف لَ ْي َ ٍَل‬ُ ‫َو َس َّ َّل ي َ ُق‬
Ayahku, Thalq bin ‘Ali, mengunjungi kami pada bulan Ramadan dan dia bersama
kami sampai sore. Pada hari itu dia salat malam bersama kami lalu salat witir
bersama kami. Kemudian, dia berangkat ke masjid dan salat (menjadi imam)
bersama para sahabatnya hingga sisa salat witir saja. Kemudian, dia
memerintahkan seseorang untuk maju (menggantikan posisinya sebagai imam)
sambil berkata kepadanya, “Salatlah witir bersama mereka karena aku pernah
mendengar Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Tidak ada dua witir
dalam satu malam.’”119

11. Ada beberapa orang yang keluar dari jamaah tatkala salat tarawih telah selesai
dilaksanakan sementara imam dan jamaah yang lain bersiap melaksanakan salat
witir. Yang demikian tidaklah mengapa. Hanya saja, mengikuti salat witir bersama
imam kala itu dapat mendatangkan pahala yang lebih besar, insya Allah.
Abu Dzarr berkata:
‫إلشهْ َر َح ََّّت ب َ َق َي َس ْب ٌع فَقَا َم َبنَا َح ََّّت‬ َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َر َمضَ َان فَ َ ّْل ي َ ُق ْم َبنَا َش ْيئًا َم ْن‬ ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬َ َّ َ‫ُ ُْصنَا َم َع َر ُسول‬
‫إلسا َد َس ُة لَ ْم ي َ ُق ْم َبنَا فَلَ َّما ََكن َْت إلْخَا َم َس ُة قَا َم َبنَا َح ََّّت َذ َه َب َش ْط ُر إلل َّ ْي َل‬ َّ ‫َذه ََب ثُلُ ُث إلل َّ ْي َل فَلَ َّما ََكن َْت‬
‫َص َف‬ َ َ ‫إّلِل لَ ْو نَفَّلْتَنَا َق َيا َم َه َذ َه إلل َّ ْي َ ََل قَا َل فَقَا َل إ َّن َّإلر ُج َل إ َذإ َص َّّل َم َع ْإَل َما َم َح ََّّت ي َ ْن‬ َ َّ ‫فَ ُقلْ ُت ََي َر ُسو َل‬
ِ ِ
‫ُح َس َب َ َُل َقيَا ُم ل َ ْي َ ٍَل قَا َل فَلَ َّما ََكن َْت َّإلرإ َب َع ُة لَ ْم ي َ ُق ْم فَلَ َّما ََكن َْت إلث َّا َلثَ ُة َ ََج َع َأه َ ُِْل َو َن َس ِ َاء ُه َوإلنَّ َاس فَقَا َم َبنَا َح ََّّت‬
َّ ‫إلس ُح ُور ُ َُّث لَ ْم ي َ ُق ْم َب َقيَّ َة‬
‫إلشهْ َر‬ ‫خ ََشينَا َأ ْن ي َ ُفوتَنَا إلْفَ ََل ُح قَا َل قُلْ ُت َو َما إلْ َف ََل ُح قَا َل ه‬
Kami pernah berpuasa Ramadan bersama Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam,
dan beliau tidak pernah mengerjakan salat malam bersama kami sedikitpun
dalam sebulan sampai berlalu sepertiga malam. Setelah malam keenam (dari
akhir bulan), beliau juga tidak mengerjakan salat malam bersama kami. Ketika di

118
Hadis riwayat Nasa`i (1717). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
119
Hadis riwayat Nasa`i (1679). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
Pada hadis ini juga terkandung ilmu bahwa jika seseorang telah melaksanakan salat witir, ia
dapat melaksanakan salat sunah lagi tanpa melakukan salat witir kembali.

42
hari kelima (dari akhir bulan), beliau mengerjakan salat malam bersama kami
hingga tengah malam pun berlalu. Maka, aku berkata, “Wahai Rasulullah,
alangkah baiknya sekiranya engkau memperbanyak salat sunah pada malam hari
ini untuk kami.”
Abu Dzarr berkata: Lalu, beliau bersabda, “Sesungguhnya apabila seseorang salat
(malam) bersama imam hingga selesai, maka akan di catat baginya seperti
menegakkan (salat malam) semalam suntuk.”
Abu Dzarr berkata: Ketika malam keempat (dari akhir bulan), beliau tidak
mengerjakan salat malam (bersama kami). Setelah malam ketiga (dari akhir bulan),
beliu mengumpulkan keluarganya, istri-istrinya, dan orang-orang, lalu melakukan
salat malam bersama kami sampai kami khawatir ketinggalah Al-Falah.
Jabir bertanya, “Apakah Al-Falah itu?”
Abu Dzarr menjawab, “Waktu sahur. Kemudian beliau tidak lagi melakukan salat
malam bersama kami di malam-malam berikutnya dari sebulan itu.”120

12. Salat witir dapat dilakukan sebelum atau setelah tidur.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫َم ْن خ ََاف َأ ْن ََل ي َ ُقو َم َم ْن أ َخ َر إلل َّ ْي َل فَلْ ُيو َت ْر َأ َّو َ َُل َو َم ْن َط َم َع َأ ْن ي َ ُقو َم أ َخ َر ُه فَلْ ُيو َت ْر أ َخ َر إلل َّ ْي َل فَا َّن َص ََل َة‬
ِ ‫أ َخ َر إلل َّ ْي َل َم ْشهُو َد ٌة َو َذ َ َِل َأفْضَ ُل‬
“Barang siapa yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, hendaklah ia
melakukan witir di awal malam. Dan barang siapa yang mampu bangun di akhir
malam, hendaklah ia witir di akhir malam karena salat di akhir malam disaksikan
(oleh para malaikat) dan hal itu adalah lebih utama.”121

Dan yang demikian (melaksanakan salat witir sebelum atau setelah tidur) pernah
dilakukan dua sahabat Nabi Muhammad. Jabir bin ‘Abdullah berkata:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َ َأل َِب بَ ْك ٍر َأ َّي َحنيٍ تُو َت ُر قَا َل َأ َّو َل إلل َّ ْي َل ب َ ْعدَ إلْ َعتَ َم َة قَا َل فَأَن ََت ََي ُ َْع ُر‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫قَا َل َر ُس‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َأ َّما َأن َْت ََي َأ َِب بَ ْك ٍر فَأَخ َْذ َت َِبلْ ُوثْقَى َو َأ َّما َأن َْت ََي ُ َْع ُر‬
ُ َّ ‫فَقَا َل أ َخ َر إلل َّ ْي َل فَقَا َل إلنَّ َ هب َص َّّل‬
‫فَأَخ َْذ َت َِبلْ ُق َّو َة‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Abu Bakar, “Kapan berapa
kamu witir?”
Abu Bakar menjawab, “Di awal malam. Selepas Isya.”
Beliau bersabda, “Kalau engkau, kapan ‘Umar?”
‘Umar menjawab, “Di akhir malam.”

120
Hadis riwayat Abu Dawud (1375). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
121
Hadis riwayat Muslim (755).

43
Sahih Ramadan

Lalu Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam pun bersabda, “Adapun engkau wahai Abu
Bakar, engkau melakukannya dengan penuh kehati-hatian. Dan engkau wahai
‘Umar, engkau melakukannya dengan penuh kekuatan (yakin).”122

13. Salat witir dapat ditambahkan dengan doa qunut.


Al-Hasan berkata:
‫وت إللَّهُ َّم إ ْه َد َّن َفمي َ ْن هَدَ يْ َت‬
َ ُ‫ات َأقُولُه َُّن َِف إلْ َو ْت َر َِف إلْ ُقن‬ ٍ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َ َُك َم‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫عَل َّ َم َِن َر ُس‬
‫َش َما قَضَ يْ َت إن ََّك تَ ْق َِض َو ََل يُ ْق َض‬ َّ َ ‫َوعَا َف َِن َفمي َ ْن عَافَ ْي َت َوت ََول َّ َِن َفمي َ ْن ت ََول َّ ْي َت َو َِب َركْ َِل َفميَا َأع َْط ْي َت َو َق َِن‬
ِ
‫عَلَ ْي َك َوإن َّ ُه ََل ي َ َذ هل َم ْن َوإلَ ْي َت تَ َب َار ْك َت َربَّنَا َوتَ َعالَ ْي َت‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepadaku beberapa kalimat ِ
yang harus aku ucapkan dalam salat witir ketika qunut, yaitu, “Allahummahdinī
fīman hadait. Wa ‘āfinī fīman ‘āfait. Watawallanī fīman tawallait. Wa bārik lī fīmā
a’thait. Wa qinī syarra mā qadhait. Innaka taqdhī wa lā yuqdhā ‘alaik. Wa innahu lā
yadzillu man wālait. Tabārakta rabbanā wata’ālait.”123

14. Zikir setelah salat witir.


Dari ‘Abdurrahman:
‫ون َوقُ ْل‬َ ‫إِس َرب ِ ََك ْ َإأل ْع َّل َوقُ ْل ََي أََيه َا ْإل ََك َف ُر‬
َ ْ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ََك َن ي َ ْق َر ُأ َِف إلْ َو ْت َر ب ََس ِب َْح‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫َأ َّن َر ُسو َل‬
َ ‫ْل إلْ ُقد‬
‫هوس َص ْوتَ ُه َِبلث َّا َلثَ َة‬ َ َ ‫هوس َويَ ْرفَ ُع ب َُس ْب َح َان إلْ َم‬
َ ‫ْل إلْ ُقد‬ َ َ ‫ول إ َذإ َس َّ َّل ُس ْب َح َان إلْ َم‬ ُ ‫إّلِل َأ َح ٌد ُ َُّث ي َ ُق‬
ُ َّ ‫ه َُو‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam salat witir dengan membaca Sabbihisma
ِ
rabbikal a’lā (surat Al-A’lā), Qul yā ayyuhal kāfirūn (surat Al-Kāfirūn), dan Qul
huwallāhu ahad (surat Al-Ikhlāsh). Jika beliau telah mengucapkan salam, maka
beliau membaca, “Subhānalmalikilquddūs” dan mengeraskan suaranya saat
membaca “Subhānalmalikilquddūs” (maha suci, maha merajai, maha suci) yang
ketiga kalinya.124

15. Doa setelah salat witir.


Dari ‘Ali bin Abu Thalib:

122
hadis riwayat Ibnu Majah (1202). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Hasan Shahih.
123
Hadis riwayat Nasa`i (1745). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
Terjemahan doa: Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang Engkau beri
petunjuk. Berilah aku kesehatan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan.
Sayangilah aku sebagaimana orang-orang yang Engkau sayangi. Berilah berkah apa yang
Engkau berikan kepadaku. Jagalah aku dari kejahatan yang telah Engkau tetapkan.
Sesungguhnya, Engkaulah yang menetapkan (memberi hukuman) dan tidak ada yang
menetapkan kepada-Mu. Sesungguhnya, tidak akan hina orang yang Engkau bela. Maha Suci
Rabb kami dan Maha Tinggi Engkau.
124
Hadis riwayat Nasa`i (1733). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.

44
ُ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ََك َن ي َ ُق‬
‫ول َِف أ َخ َر َو ْت َر َه إللَّهُ َّم إ َ ِّن َأعُو ُذ َب َرضَ اكَ َم ْن ََس ََط َك َو َب ُم َعافَا َت َك َم ْن‬ ُ َّ ‫َأ َّن إلنَّ َ َّب َص َّّل‬
ِ
‫ُع ُقوب َ َت َك َو َأعُو ُذ ب ََك َمنْ َك ََل أُ ْح َِص ثَنَ ًاء عَلَ ْي َك َأن َْت َ ََك َأثْنَيْ َت عَ َّل ن َ ْف َس َك‬
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam pada akhir salat witir mengucapkan, “Allahumma
innī a’ūdzu biridhāka min sakhathik. Wa bimu’āfātika min ‘uqūbatik. Wa a’ūdzu
bika minka lā uhshī tsanā`an ‘alaika anta kamā atsnaita ‘alā nafsik.”125

Iktikaf dan Lailatulqadr


1. Nabi Muhammad pernah beriktikaf pada sepuluh malam pertama Ramadan,
sepuluh malam pertengahan Ramadan, dan sepuluh malam akhir Ramadan.
Dari Abu Salamah:
‫إن َْطلَ ْق ُت إ ََل َأ َِب َس َعي ٍد إلْ ُخدْ َر َِي‬
ِ
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ُ َّ ‫فَ ُقلْ ُت َأ ََل َ َْت ُر ُج َبنَا إ ََل إلنَّخ َْل نَتَ َحد َُّث فَخ ََر َج فَقَا َل قُلْ ُت َح َِدثْ َِن َما َ َِم ْع َت َم ْن إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬
‫َْش ْ ُإأل َولَ َم ْن َر َمضَ َان َوإ ْع َت َك ْفنَا َم َع ُه فَأََتَ ُه‬ َ ْ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ع‬ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬ ُ ‫َِف لَ ْي َ ََل إلْقَدْ َر قَا َل إ ِ ْع َت َك َف َر ُس‬
‫ْش ْ َإأل ْو َسطَ فَا ْعتَ َك ْفنَا َم َع ُه فَأََتَ ُه َج ْ َِبي ُل فَقَا َل إ َّن َّ َإَّلي‬ َ ْ ‫َج ْ َِبي ُل فَقَا َل إ َّن َّ َإَّلي ت َْطلُ ُب َأ َما َم َك فَا ْعتَ َك َف إلْ َع‬
ِ ِ
‫ْش َين َم ْن َر َمضَ َان فَقَا َل َم ْن ََك َن إ ْعتَ َك َف‬ َ ْ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل خ ََطي ًبا َص َبي َح َة َع‬ ُ َّ ‫تَ ْطلُ ُب َأ َما َم َك فَقَا َم إلنَّ َ هب َص َّّل‬
‫ْش ْ َإأل َوإ َخ َر َِف َو ْت ٍر‬ َ ْ ‫يت لَ ْي َ ََل إلْقَدْ َر َوإ َ ِّن ن ُ َِسيَتُ َا َوإَّنَّ َا َِف إلْ َع‬
ُ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل فَلْ َ ْْي َج ْع فَا َ ِّن ُأ َر‬
ُ َّ ‫َم َع إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬
ِ
‫إلس َما َء َشيْئًا فَ َج َاء ْت‬ َّ ‫َوإ َ ِّن َر َأيْ ُت َ َك َ ِّن َأ َْسُدُ َِف َطنيٍ َو َما ٍء َو ََك َن َس ْق ُف إلْ َم ْسجَ َد َج ِ َريدَ إلنَّخ َْل َوِ َما نَ َرى َِف‬
َ َّ َ‫إلطنيَ َوإلْ َما َء عَ َّل َجبْ َ َة َر ُسول‬
‫إّلِل‬ َِ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َح ََّّت َر َأيْ ُت َأث ََر‬ ُ َّ ‫قَ ِْزعَ ٌة فَأُ ْم َط ْر اَ فَ َص َّّل َبنَا إلنَّ َ هب َص َّّل‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َو َأ ْ نرَبَ َت َه ت َْص َد َيق ُر ْؤ ََي ُه‬
ُ َّ ‫َص َّّل‬
Aku pergi menemui Abu Sa'id Al-Khudri. Lalu, aku bertanya kepadanya, “Maukah
engkau pergi bersama kami ke bawah pohon kurma lalu kita berbincang-bincang
di sana?”
Ia pun pergi dan bercakap-cakap bersama kami. Aku kemudian berkata,
“Ceritakanlah kepadaku apa yang pernah engkau dengar dari Nabi shallallāhu
‘alaihi wasallam tentang Lailatulqadr.”
Dia lalu menjelaskan, “Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam melaksanakan iktikaf
pada sepuluh malam yang awal dari Ramadan. Dan kami juga ikut beriktikaf
bersama beliau. Lalu, datanglah Malaikat Jibril dan berkata, ‘Sesungguhnya apa
yang kamu cari ada di depan kamu (pada malam berikutnya).’ Maka beliau
beriktikaf pada sepuluh malam pertengahannnya dan kami pun ikut beriktikaf
bersama beliau. Kemudian, Malaikat Jibril datang lagi dan berkata, ‘Sesungguhnya
apa yang kamu cari ada di depan kamu (pada malam berikutnya).’ Maka, Nabi

125
Hadis riwayat Nasa`i (1747). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
Terjemahan doa: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dengan keridhaan-Mu dari
kemurkaan-Mu, dengan maaf-Mu dari siksa-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari
(siksaan)-Mu. Aku tidak bisa menghitung pujian kepada-Mu sebagaimana Engkau telah
memuji diri-Mu sendiri.

45
Sahih Ramadan

shallallāhu ‘alaihi wasallam berdiri memberi khuthbah kepada kami pada pagi hari
di hari ke dua puluh dari bulan Ramadan. Beliau bersabda, ‘Barang siapa yang
sudah beriktikaf bersama Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam, maka kembalilah
karena aku diperlihatkan (dalam mimpi) Lailatulqadr namun aku dilupakan waktu
pastinya. Namun, dia ada pada sepuluh malam-malam akhir dan pada malam
yang ganjil. Sungguh, aku melihat dalam mimpi bahwa (lailatulqadr terjadi saat)
aku sujud di atas tanah dan air (yang becek).’
Pada masa itu atap masjid masih terbuat dari daun dan pelepah pohon kurma
dan kami tidak melihat sesuatu di atas langit hingga kemudian datang awan dan
turunlah air hujan. Maka, Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam salat bersama kami
hingga aku melihat sisa-sisa tanah dan air pada wajah dan ujung hidung
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam sebagai bukti kebenaran mimpi beliau.”126

2. Rasulullah sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan


Ramadan.
‘Aisyah berkata:
َ ْ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َ َْيَتَ َ دُ َِف إلْ َع‬
‫ْش ْ َإأل َوإ َخ َر َما ََل َ َْيَتَ َ دُ َِف غَ ْ َْي َها‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ََك َن َر ُس‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam sangat bersungguh-sungguh dalam
beribadah pada sepuluh hari terakhir, tidak seperti hari-hari biasa.127

3. Rasulullah membangunkan (mengajak bersungguh-sungguh) keluarganya pada


sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.
Dari ‘Ali:
َ ْ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ََك َن يُو َقظُ َأه َ ُِْل َِف إلْ َع‬
‫ْش ْ َإأل َوإ َخ َر َم ْن َر َمضَ َان‬ ُ َّ ‫َأ َّن إلنَّ َ َّب َص َّّل‬
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam biasa membangunkan keluarganya pada sepuluh
hari terakhir dari bulan Ramadan.128

4. Rasulullah beriktikaf secara rutin pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan
hingga beliau wafat.
Dari ‘Aisyah:
َ ْ ‫َأ َّن إلنَّ َ َّب ََك َن ي َ ْعتَ َك ُف إلْ َع‬
ُ َّ ‫ْش ْ َإأل َوإ َخ َر َم ْن َر َمضَ َان َح ََّّت قَبَضَ ُه‬
‫إّلِل‬
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam beriktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan
Ramadan hingga beliau wafat.129

126
Hadis riwayat Bukhari (813).
Pada hadis ini juga terkandung ilmu bahwa lailatulqadr terjadi pada sepuluh malam terakhir
bulan Ramadan, yaitu di malam yang ganjil, yang Rasulullah telah dibuat lupa akan waktu
pastinya.
127
Hadis riwayat Tirmidzi (796). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
128
Hadis riwayat Tirmidzi (795). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.

46
5. Tempat melaksanakan iktikaf adalah di masjid yang padanya dilaksanakan salat
Jumat.
‘Aisyah berkata:
َ َ ‫إلس نَّ ُة عَ َّل إلْ ُم ْع َت َك َف َأ ْن ََل ي َ ُعو َد َم َريضً ا َو ََل ي َْشهَدَ َجنَ َاز ًة َو ََل ي َ َم َّس إ ْم َر َأ ًة َو ََل ي ُ َب‬
‫اَشهَا َو ََل َ َْي ُر َج َل َحا َج ٍة‬ ‫ه‬
ٍ ‫ِإ ََّل َل َما ََل بُ َّد َمنْ ُه َو ََل إ ْعتَ ََك َف ِإ ََّل ب ََص ْو ٍم َو ََل إ ْعتَ ََك َف ِإ ََّل َِف َم ْسجَ ٍد َجا َمع‬
Yang disunahkan atas orang yang beriktikaf adalah tidak menjenguk orang yang
sedang sakit, serta tidak mengiringi jenazah serta tidak menyentuh wanita, tidak
bercampur dengannya dan tidak keluar untuk suatu keperluan kecuali karena
sesuatu yang harus ia lakukan. Dan tidak ada iktikaf kecuali disertai puasa dan
tidak ada iktikaf kecuali di masjid yang padanya dilakukan salat Jumat.130

6. Iktikafnya seorang wanita harus berdasarkan izin wali atau suaminya.


‘Aisyah radhiyallāhu ‘anhā berkata:
‫ك َر َمضَ ٍان َوإ َذإ َص َّّل إلْغَدَ إ َة َد َخ َل َم ََكن َ ُه َّ َإَّلي إ ْع َت َك َف‬ َِ ُ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ي َ ْع َت َك ُف َِف‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬ ُ ‫ََك َن َر ُس‬
َ َ َ‫َضب َ ْت َفي َه قُبَّ ًِة فَ َس َم َع ْت ِبَ َا َح ْف َص ُة ف‬
‫َضب َ ْت قُبَّ ًة َو َ َِم َع ْت‬ َ َ َ‫َفي َه قَا َل فَ ْاس َتأْ َذن َ ْت ُه عَائَشَ ُة َأ ْن تَ ْع َت َك َف فَأَ َذ َن لَهَا ف‬
َ َ ْ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َم ْن إلْغَدَ إ َة َأب‬
‫َص َأ ْرب َ َع َق َب ٍاب‬ ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬َ َّ ‫ول‬ ُ ‫َْص َف َر ُس‬ َ َ ‫َضب َ ْت قُبَّ ًة ُأخ َْرى فَلَ َّما إن‬ َ َ َ‫َزيْن َ ُب ِبَ َا ف‬
‫فَقَا َل َما ه ََذإ فَأُخ َ َِْب خ َ ََِبه َُّن فَقَا َل َما َ َْحلَه َُّن عَ َّل ه ََذإ ألْ َ هِب إ ْن َزعُوهَا فَ ََل َأ َرإهَا فَ ُ ََن َع ْت فَ َ ّْل ي َ ْعتَ َك ْف َِف‬
ٍ‫ْش َم ْن َش َّوإل‬ َ ْ ‫َر َمضَ َان َح ََّّت إ ْع َت َك َف َِف أ َخ َر إلْ َع‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam selalu beriktikaf pada bulan Ramadan.
Apabila selesai dari salat subuh, beliau masuk ke tempat khusus iktikaf beliau.
Dia (Yahya bin Sa’id) berkata:
Kemudian ‘Aisyah meminta izin untuk bisa beriktikaf bersama beliau. Maka, beliau
mengizinkannya. Lalu, ‘Aisyah membuat tenda khusus untuk beriktikaf. Kemudian,
hal ini didengar oleh Hafshah. Maka, diapun membuat tenda yang serupa. Begitu
juga hal ini kemudian didengar oleh Zainab, maka dia pun membuat tenda yang
serupa. Ketika Rasulullah selesai dari salat Subuh, beliau melihat tenda-tenda
tersebut. Maka, beliau berkata, “Apa ini?”
Lalu, beliau diberitahu dengan apa yang telah diperbuat oleh mereka (para istri
beliau). Lalu, beliau bersabda, “Apa yang mendorong mereka sehingga
beranggapan bahwa tenda-tenda ini adalah jalan kebajikan? Bongkarlah tenda-
tenda itu. Aku tidak mau melihatnya.”

129
Hadis riwayat Tirmidzi (790). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
130
Hadis riwayat Abu Dawud (2473). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Hasan Shahih.

47
Sahih Ramadan

Maka, tenda-tenda itu dibongkar dan beliau tidak meneruskan iktikaf Ramadan
hingga kemudian beliau melaksanakannya pada sepuluh hari terakhir dari bulan
Syawal.131

7. Diperbolehkannya orang yang beriktikaf dijenguk oleh anggota keluarganya.


Dari Shafiah binti Huyai -isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam-:
َ ْ ‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل تَ ُز ُور ُه َوه َُو ُم ْع َت َك ٌف َِف إلْ َم ْسجَ َد َِف إلْ َع‬
‫ْش ْ َإأل َوإ َخ َر َم ْن‬ ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ َ‫َأَّنَّ َا َج َاء ْت إ ََل َر ُسول‬
‫ه عَلَ ْي َه‬ ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬ ُ ‫ فَقَا َم َم َعهَا َر ُس‬،‫ ُ َُّث قَا َم ْت تَ ْنقَ َل ُب‬،‫ فَتَ َح َّدثَ ْت َع ْندَ ُه َساعَ ًة َم َن إلْ َعشَ ا َء‬،‫َشهْ َر َر َمضَ َِان‬
‫ه عَلَ ْي َه‬ ُ ‫ َز ْو َج إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬،‫ َح ََّّت إ َذإ بَلَغ َْت َِب َب إلْ َم ْسجَ َد َّ َإَّلي ََك َن َع ْندَ َم ْس َك َن ُأ َِم َسلَ َم َة‬،‫َو َس َّ َّل ي َ ْق َلبُ َا‬
‫ فَقَا َل لَهُ َما‬،‫ ُ َُّث ن َ َف َذإ‬،‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ َ‫ فَ َسل َّ َما عَ َّل َر ُسول‬،‫ فَ َم َّر ِبَ َ َما َر ُ ِج ََل َن َم َن ْ َإألن َْص َار‬،‫َو َس َّ َّل‬
َ َّ ‫إّلِل ََي َر ُسو َل‬
‫إّلِل َو َك ُ َِب‬ َ َّ ‫ ُس ْب َح َان‬:‫ إَّنَّ َا َص َفيَّ ُة َبنْ ُت ُح َ ٍِي قَ َاَل‬،‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل عَ َّل َر ْس َل ُْكَا‬
ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬ ُ ‫َر ُس‬
‫ َوإ َ ِّن‬،‫إلش ْي َط َان َ َْي َري َم َن إ ْب َن أ َد َم َم ْج َرى إلَّ َم‬ َّ ‫ إ َّن‬:‫ه عَلَ ْي َه َو ِ َس َّ َّل‬
ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬ ُ ‫ فَقَا َل َر ُس‬،‫عَلَهيْ َ َما َذ َ َِل‬
ِ ِ
‫يت َأ ْن ي َ ْق َذ َف َِف قُلُو َب ُْكَا َشيْئًا‬ ُ ‫خ ََش‬
Ia pernah datang menemui Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam. Ia mengunjungi
beliau di masjid yang sedang beriktikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan
Ramadan. Lalu, ia bercakap-cakap dengan beliau sesaat setelah Isya. Setelah itu,
ia bangkit dan berlalu. Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam kemudian ikut
bangkit dan pergi bersamanya hingga ketika beliau sampai di pintu masjid dekat
tempat (tenda) Ummu Salamah, istri Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam, dua orang
sahabat Anshar melintasi mereka berdua. Kedua sahabat Anshar tersebut
memberi salam kepada Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam seraya berlalu pergi.
Lalu Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda kepada keduanya, “Tetaplah
kalian di tempat kalian. Sesungguhnya, ia adalah Shafiah binti Huyai.”
Maka keduanya pun berkata, “Maha Suci Allah, ya Rasulullah!” hingga keduanya
merasa tidak nyaman dengan keadaan itu.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam pun bersabda, “Sesungguhnya, setan
masuk pada anak Adam seperti mengalirnya darah dalam tubuh. Aku takut ia
membubuhi sesuatu dalam hati kalian berdua.”132

8. Tidak masuk ke rumah kecuali jika ada keperluan.


‘Aisyah berkata:

131
Hadis riwayat Bukhari (2041).
"Jika seorang laki-laki hendak beriktikaf, hendaknya salat subuh terlebih dahulu lalu
memasuki tempat iktikafnya." Ini merupakan pendapat Ahmad dan Ishaq bin Ibrahim.
Sedangkan sebagian ulama berpendapat jika seseorang ingin beriktikaf hendaknya dimulai
dari terbenamnya matahari lalu dia duduk di tempat iktikaf, ini juga merupakan pendapat
Sufyan Ats Tsauri dan Malik bin Anas."
132
Hadis riwayat Ibnu Majah (1779). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.

48
ُ ‫ َو ََك َن َر ُس‬:‫ قَال َ ْت‬،‫ فَ َما َأ ْسأَ ُل َع ْن ُه إ ََّل َو َأ اَ َم َّار ٌة‬،‫ َوإلْ َم َر ُيض َفي َه‬،‫إ ْن ُك ْن ُت َ َأل ْد ُخ ُل إلْ َبيْ َت َللْ َحا َج َة‬
َ َّ ‫ول‬
‫إّلِل‬
ِ ِ
‫ ََل يَدْ ُخ ُل إلْ َبيْ َت إ ََّل َل َحا َج ٍة إ َذإ ََكنُوإ ُم ْع َت َك َف َني‬،‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
ُ ‫َص َّّل‬
Aku tidak masuk ke dalam rumah selain untuk suatu kebutuhan. Meskipun di
ِ ِ
dalam ada orang yang sakit, aku hanya berlalu tanpa bertanya apapun.
‘Aisyah berkata: Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam jika sedang beriktikaf,
beliau tidak masuk ke dalam rumah kecuali karena ada keperluan.133

9. Rasulullah telah dibuat lupa akan kepastian waktu laylatulqadr agar menjadi
kebaikan untuk umatnya.
‘Ubadah bin Ash-Shamit berkata:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َل ُيخ َ َِْب اَ َبلَ ْي َ ََل إلْقَدْ َر فَتَ ََل ََح َر ُج ََل َن َم ْن إلْ ُم ْس َل َم َني فَقَا َل خ ََر ْج ُت َ ُألخ َ َِْبُ ُْك‬
ُ َّ ‫خ ََر َج إلنَّ َ هب َص َّّل‬
َّ ‫ون خ ْ ًَْيإ لَ ُ ُْك فَالْتَ َم ُسوهَا َِف إلتَّ َاس َع َة َو‬
‫إلسا َب َع َة‬ َ ‫َبلَ ْي َ ََل إلْقَدْ َر فَتَ ََل ََح فُ ََل ٌن َوفُ ََل ٌن فَ ُرَف َع ْت َو َع ََس َأ ْن يَ ُك‬
‫َوإلْخَا َم َس َة‬
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam keluar untuk memberitahu kami tentang
lailatulqadr. Tiba-tiba, ada dua orang laki-laki dari kaum muslimin yang
membantah beliau.
Lalu, beliau bersabda, “Aku keluar untuk memberitahu kalian tentang waktu
terjadinya lailatulqadr. Namun, fulan dan fulan menyanggah aku sehingga
kepastian waktunya diangkat (menjadi tidak diketahui). Namun, semoga kejadian
ini menjadi kebaikan untuk kalian. Maka, carilah lailatulqadr pada malam yang
kesembilan, ketujuh, dan kelima (pada sepuluh malam terakhir dari Ramadan).”134

10. Tanda-tanda lailatulqadr dan pagi harinya.


Ubay berkata:
‫ِه‬ َ َّ ‫إّلِل َّ َإَّلي ََل إ َ ََل إ ََّل ه َُو إَّنَّ َا ل َ َفي َر َمضَ َان َ َْي َل ُف َما ي َْس َتث ْ َِن َو َو‬
َ َ ‫إّلِل ِإ َ ِّن َ َأل ْع َ ُّل َأ هي لَ ْي َ ٍَل‬ َ َّ ‫َو‬
َ ْ ‫ِه لَ ْي َ َُل َص َبي َح َة َس ْبع ٍ َو َع‬
‫ْش َين َو َأ َم َارِتُ َا‬ ََ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َب َق َيا َمهَا‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ِه إلل َّ ْي َ َُل إل َّ َِت ِ َأ َم َ ِر اَ ِبَ َا َ ِر ُس‬ ََ
‫إلش ْم ُس َِف َص َبي َح َة ي َ ْو َمهَا ب َ ْيضَ َاء ََل ُش َعا َع لَهَا‬ َّ ‫َأ ْن ت َْطلُ َع‬
“Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya lailatulqadr itu
terdapat dalam bulan Ramadan. Dan demi Allah, sesungguhnya aku tahu malam
apakah itu. Lailatulqadr itu adalah malam di mana Rasulullah shallallāhu ‘alaihi
wasallam memerintahkan kami untuk menegakkan salat di dalamnya. Malam itu
adalah malam yang cerah, yaitu malam kedua puluh tujuh (dari bulan Ramadan).
Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa
sinar yang menyengat.”135

133
Hadis riwayat Ibnu Majah (1776). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
134
Hadis riwayat Bukhari (2023).
135
Hadis riwayat Muslim (762).

49
Sahih Ramadan

11. Zikir yang dibaca ketika laylatulqadr.


‘Aisyah berkata:
ُ ُ‫إّلِل َأ َر َأيْ َت إ ْن عَ َل ْم ُت َأ هي ل َ ْي َ ٍَل ل َ ْي َ َُل إلْقَدْ َر َما َأق‬
‫ول َفهيَا قَا َل قُ َوِل إللَّهُ َّم إن ََّك ُع ُفو َك َر ٌ ٌ ُ َُت هب‬ َ َّ ‫قُلْ ُت ََي َر ُسو َل‬
ِ ِ
‫إلْ َع ْف َو فَاع ُْف َع َ ِِن‬
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apabila aku mengetahui malam terjadinya
lailatulqadr, apakah yang aku ucapkan padanya?”
Beliau bersabda, “Ucapkanlah: Allāhumma innaka ‘afuwwun karīm. Tuhibbul ’afwa
fa’fu ‘annī.”136

Zakat Fitrah
1. Zakat fitrah telah ditetapkan sebelum turunnya ayat zakat.
Qais bin Sa’d berkata:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ب ََصدَ قَ َة إلْ َف ْط َر قَ ْب َل أَ ْن ت ْ ََُن َل َّإلز ََك ُة فَلَ َّما نَ َزلَ ْت َّإلز ََك ُة لَ ْم يَأْ ُم ْر اَ َولَ ْم‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫َأ َم َر اَ َر ُس‬
‫يََّْ َنَا َو َ َْن ُن ن َ ْف َع ُ ُِل‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menunaikan
zakat fitrah sebelum turunnya ayat zakat. Maka, ketika ayat zakat telah turun,
beliau tidak memerintahkan (ulang) ataupun melarang kami sementara kami
tetap melakukannya.137

2. Zakat fitrah dibayarkan sebelum salat Id.


Ibnu ‘Abbas berkata:
َ َ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َز ََك َة إلْ َف ْط َر ُطه َْر ًة َل َّلص‬
‫اِئ َم ْن إلل َّ ْغ َو َو َّإلرفَ َث َو ُط ْع َم ًة َللْ َم َسا َكنيَ َم ْن‬ ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬ُ ‫فَ َر َض َر ُس‬
‫ات‬ َّ ‫إلص ََل َة فَه ََيي َصدَ قَ ٌة َم ْن‬
َ َ‫إلصدَ ق‬ َّ َ‫وَل َو َم ْن َأدَّإهَا ب َ ْعد‬ ٌ َ ‫إلص ََل َة فَه ََيي َز ََك ٌة َم ْق ُب‬
َّ ‫َأدَّإهَا قَ ْب َل‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan
orang yang berpuasa dari bersenda gurau dan kata-kata keji serta untuk memberi
makan orang-orang miskin. Barang siapa yang menunaikannya sebelum salat (Id),
maka zakatnya diterima. Dan barang siapa yang menunaikannya setelah salat (Id),
maka itu hanyalah sedekah di antara berbagai sedekah.138

3. Zakat Fitrah dapat dibayarkan sehari atau dua hari sebelum Idulfitri.
Ibnu ‘Umar radhiyallāhu ‘anhumā berkata:

136
Hadis riwayat Tirmidzi (3513). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
Terjemahan doa: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi ampunan dan Maha
Pemurah. Engkau senang memberikan ampunan, maka ampunilah aku.
137
Hadis riwayat Ibnu Majah (1828). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
138
Hadis riwayat Abu Dawud (1609). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Hasan.

50
‫وك َصاعًا‬ َ ُ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َصدَ قَ َة إلْ َف ْط َر َأ ْو قَا َل َر َمضَ َان عَ َّل َّإَّل َك َر َو ْ ُإألن ََْث َوإلْ ُح ِ َر َوإلْ َم ْمل‬
ُ َّ ‫فَ َر َض إلنَّ َ هب َص َّّل‬
‫إّلِل َعَّْ ُ َما يُ ْع َطي‬ ُ َّ ‫ِض‬ َ َ ‫َم ْن تَ ْم ٍر َأ ْو َصاعًا َم ْن َش َع ٍْي فَ َعدَ َل إلنَّ ُاس َب َه َن ْص َف َصا ٍع َم ْن بُ ِ ٍر فَ ََك َن إ ْب ُن ُ َْع َر َر‬
‫إلص َغ َْي َوإلْ َكب ََْي َح ََّّت إ ْن ََك َن‬ َّ ‫إلتَّ ْم َر فَأَع َْو َز َأ ْه ُل إلْ َم َدينَ َة َم ْن إلتَّ ْم َر فَأَع َْطى َش َع ًْيإ فَ ََك َن إبْ ُن ُ َْع َر يُ ْع َطي َع ْن‬
ِ
َ ‫إّلِل َعَّْ ُ َما يُ ْع َطهيَا َّ َإَّل َين ي َ ْق َبلُوَّنَ َا َو ََكنُوإ يُ ْع ُط‬
‫ون قَ ْب َل إلْ َف ْط َر َب َي ْو ٍم َأ ْو‬ َ َ ‫َل ُي ْع َطي َع ْن ب َ َِّن َو ََك َن إ ْب ُن ُ َْع َر َر‬
ُ َّ ‫ِض‬
‫ي َ ْو َم ْ َني‬
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah, atau dia berkata: zakat
Ramadan, bagi setiap laki-laki maupun perempuan, orang merdeka maupun
budak, satu sha’ dari kurma atau satu sha’ dari gandum. Kemudian, orang-orang
menyamakannya dengan setengah sha’ untuk biji gandum.
Ibnu ‘Umar radhyiallāhu ‘anhumā bila berzakat dia memberikannya dengan
kurma. Kemudian, penduduk Madinah kesulitan mendapatkan kurma. Akhirnya,
mereka mengeluarkan gandum. Ibnu ‘Umar memberikan zakatnya atas nama
anak kecil maupun dewasa hingga atas nama bayi sekalipun dan Ibnu ‘Umar
radhiyallāhu ‘anhumā memberikannya kepada orang-orang yang berhak
menerimanya. Dan dia mengeluarkan zakatnya itu sehari atau dua hari sebelum
Hari Raya Idulfitri.139

4. Yang dibayarkan pada zakat fitrah adalah makanan pokok.


Abu Sa’id Al-Khudri berkata:
‫ُكنَّا ُ َْن َر ُج َز ََك َة إلْ َف ْط َر َم ْن ثَ ََلثَ َة َأ ْصنَ ٍاف ْ َإأل َقطَ َوإلتَّ ْم َر َوإل َّش َع َْي‬
Kami membayar zakat fitrah dari tiga jenis makanan pokok, yaitu: keju, kurma,
dan gandum.140

139
Hadis riwayat Bukhari (1511).
Yusuf Qardawi dalam kitabnya, Hukum Zakat (halaman 930), mengatakan, “Adapun
mengenai janin, mayoritas para ahli fikih berpendapat bahwa zakat fitrah itu tidaklah wajib
bagi janin.”
140
Hadis riwayat Muslim (985).
Adapun mengenai pembayaran zakat fitrah dengan uang, Yusuf Qardawi dalam kitabnya,
Hukum Zakat (halaman 957), mengambil kesimpulan dari perbedaan pendapat para ulama
dalam masalah ini. Menurutnya, keutamaan pemberian zakat fitrah itu tergantung pada
kemanfaatan si fakir. Apabila makanan lebih bermanfaat baginya, maka tentu menyerahkan
makanan akan lebih utama, seperti dalam keadaan paceklik dan kelaparan. Apabila dengan
uang lebih banyak manfaatnya, maka menyerahkan uang akan lebih utama. Mesti
diperhatikan pula dalam menghitung itu kemanfaatan keluarga si fakir secara keseluruhan,
bukan hanya ia pribadi. Terkadang, si fakir yang mempunyai banyak anak mengambil uang
untuk dirinya atau untuk membeli kebutuhan yang sifatnya sekunder sementara anak-
anaknya membutuhkan makanan pokok yang mengenyangkan. Maka menyerahkan
makanan kepada mereka tentu akan lebih utama.

51
Sahih Ramadan

Hari Raya
1. Hari raya Idulfitri berselang paling lama 30 hari dari hari pertama Ramadan.
‘Adi bin Hatim berkata:
‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
ُ ‫ه َص َّّل‬ َ ‫ول‬ ُ ‫قَا َل َِل َر ُس‬
‫إ َذإ َج َاء َر َمضَ ُان فَ ُص ْم ثَ ََل َث َني إ ََّل َأ ْن تَ َرى إلْه َََل َل قَ ْب َل َذ َ َِل‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku, “Jika Ramadan datang,
ِ
maka berpuasalah sebanyak tiga puluh hari kecuali jika kamu melihat hilal
sebelum itu.”141

2. Idulfitri dan Iduladha adalah hari raya umat Islam.


Anas bin Malik berkata:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل إلْ َم َدينَ َة قَا َل‬
ُ َّ ‫ون َف َهي َما فَلَ َّما قَ َد َم إلنَّ َ هب َص َّّل‬ َ ‫ك َس نَ ٍة يَلْ َع ُب‬ َِ ُ ‫ََك َن َ َأله َْل إلْ َجا َه َل َّي َة ي َ ْو َم َان َِف‬
‫ْضى‬ ُ َّ ‫ون َف َهي َما َوقَدْ َأبْدَ لَ ُ ُْك‬
َ ْ ‫إّلِل ِبَ َ َما خ ْ ًَْيإ َمَّْ ُ َما ي َ ْو َم إلْ َف ْط َر َوي َ ْو َم ْ َإأل‬ َ ‫ََك َن لَ ُ ُْك ي َ ْو َم َان تَلْ َع ُب‬
Orang-orang Jahiliyah mempunyai dua hari dalam setiap tahun untuk bermain-
main. Setelah Rasulullah shalallāhu ‘alaihi wasallam datang ke Madinah, beliau
bersabda, “Kalian dahulu mempunyai dua hari untuk bermain-main. Sungguh,
Allah telah menggantinya dengan yang lebih baik dari keduanya, yakni hari
Idulfitri dan hari Iduladha.”142

Dalam riwayat lain, ‘Aisyah berkata:


ٍ ‫َد َخ َل عَ َ ََّل َأبُو بَ ْك ٍر َو َع ْن َدي َج َاريَتَ َان َم ْن َج َو َإري ْ َإألن َْص َار تُ َغ َنِ َي َان َب َما تَقَ َاولَ ْت َب َه ْ َإألن َْص ُار َِف ي َ ْو َم بُ َع‬
‫اث‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َو َذ َ َِل َِف ي َ ْو َم‬
ُ َّ ‫إلش ْي َط َان َِف بَيْ َت إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬ َّ ‫قَالَ ْت َولَي َْس تَا َب ُمغَنَِ َيت َ ْ َني فَقَا َل أَبُو بَ ْك ٍر َأب َم ْز ُم َور‬
َ‫ك قَ ْو ٍم َعيدً إ َوه ََذإ َعيدُ ا‬ َِ ُ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ََي َأ َِب بَ ْك ٍر إ َّن َل‬
ُ َّ ‫َعي َد إلْ َف ْط َر فَقَا َل إلنَّ َ هب َص َّّل‬
Abu Bakar masuk ke dalam rumahku sementara di sisiku ada dua anak gadis
ِ
Anshar. Keduanya melagukan nyanyian yang biasa dinyanyikan kaum Anshar
pada hari raya Bu’ats. ‘Aisyah melanjutkan: Dan keduanya bukanlah penyanyi.
Abu Bakar berkata, “Apakah ada seruling setan di rumah Nabi shallallāhu ‘alaihi
wasallam?”
Waktu itu sedang hari raya Idulfitri hingga Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya. Dan
hari ini adalah hari raya kita.”143

141
Hadis riwayat Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabīr (171). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam
kitabnya, Shahīh Al-Jāmi’ Ash-Shaghīr wa Ziyādatuh (472), mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
142
Hadis riwayat Nasa`i (1556). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
143
Hadis riwayat Ibnu Majah (1898). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.

52
3. Dilarangnya berpuasa pada hari raya.
‘Abdurrahman bin ‘Auf berkata:
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
‫إّلِل‬ َ َّ ‫َشهَدْ ُت ُ َْع َر ْب َن إلْخ ََّط َاب َِف ي َ ْو َم إلنَّ ْح َر بَدَ َأ َِب َّلص ََل َة قَ ْب َل إلْخ ُْط َب َة ُ َُّث قَا َل َ َِم ْع ُت َر ُسو َل‬
‫عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل يََّْ َيى َع ْن َص ْو َم ه ََذ ْي َن إلْ َي ْو َم ْ َني َأ َّما ي َ ْو ُم إلْ َف ْط َر فَ َف ْط ُرُ ُْك َم ْن َص ْو َم ُ ُْك َو َعي ٌد َللْ ُم ْس َل َم َني َو َأ َّما ي َ ْو ُم‬
‫ْضى فَ ُ ُُكوإ َم ْن لُ ُحو َم ن ُ ُس َك ُ ُْك‬ َ ْ ‫ْ َإأل‬
Saya menyaksikan ‘Umar bin Al-Khaththab pada hari raya Iduladha melaksanakan
salat sebelum berkhutbah. Lalu, dia berkata, “Aku mendengar Nabi shallallāhu
‘alaihi wasallam melarang berpuasa pada dua hari raya ini, yaitu hari raya Idulfitri
karena waktu berbuka dari puasa kalian juga merupakan hari raya kaum muslim
dan hari raya Iduladha. Makanlah daging hewan sembelihan kalian.”144

4. Merayakan hari raya pada esok harinya jika telat mengetahui kemunculan hilal.
Para sahabat Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam berkata:
‫إّلِل عَلَ ْي َه‬
ُ َّ ‫ُأ ْ َْغ َي عَلَ ْينَا َه ََل ُل َش َّوإلٍ فَأ َْص َب ْحنَا َص َيا ًما فَ َج َاء َر ْك ٌب َم ْن أ َخ َر إنََّّ َ َار فَشَ هَدُ وإ َع ْندَ إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َأ ْن يُ ْف َط ُروإ َو َأ ْن َ َْي ُر ُجوإ إ ََل َعي َد َ ُْه‬ َ َّ ‫َو َس َّ َّل َأَّنَّ ُ ْم َر َأ ْوإ إلْه َََل َل َِب ْ َأل ْم َس فَأَ َم َر ُ ُْه َر ُسو ُل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
ِ
‫َم ْن إلْ َغ َد‬
Kami tidak dapat melihat hilal bulan Syawal, maka pada pagi harinya kami masih
berpuasa. Lalu, datanglah kafilah di penghujung siang. Mereka bersaksi di sisi
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam bahwa kemarin mereka melihat hilal. Maka
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam pun memerintahkan mereka berbuka dan
keluar untuk merayakan hari rayanya pada hari esok.145

5. Sunahnya mandi pada hari raya.


Zadan berkata:
‫ إلْغ ُْس ُل َّ َإَّلي‬،‫ ََل‬:‫ فَقَا َل‬، ‫ك ي َ ْو ٍم إ ْن َشئْ َت‬ َّ ُ ‫ إ ْغت َ َس ْل‬:‫ قَا َل‬،‫ه َع ْن ُه َع َن إلْغ ُْس َل‬ ُ ‫ِض‬ َ َ ‫َسأَ َل َر ُج ٌل عَ َل ًّيا َر‬
ِ
‫ َوي َ ْو َم إلْ َف ْط َر‬،‫ َوي َ ْو َم إلنَّ ْح َر‬،‫ َوي َ ْو َم َع َرفَ َة‬،‫ ي َ ْو َم إلْ ُج ُم َع َة‬:‫ قَا َل‬،‫ه َُو إلْغ ُْس ُل‬
Seorang laki-laki bertanya kepada ‘Ali radhiyallāhu ‘anhu tentang mandi.
‘Ali berkata, “Mandilah setiap hari jika kamu menghendaki.”
Laki-laki itu berkata, “Tidak, maksudku mandi yang diperintahkan.”
‘Ali berkata, “Mandilah pada hari Jumat, hari Arafah, hari Nahr (Iduladha), dan hari
Fithr (Idulfitri).”146

144
Hadis riwayat Tirmidzi (771). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
145
Hadis riwayat Ibnu Majah (1653). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
146
Hadis riwayat Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubrā (6124). Syaikh Nashiruddin Al-Albani
dalam kitabnya, Irwā` Al-Ghalīl fī Takhrīj Ahādīts Manār As-Sabīl (146), mengatakan bahwa
sanad hadis ini Shahih.

53
Sahih Ramadan

6. Hari raya yang jatuh pada hari Jumat.


Iyas bin Abu Ramlah As Syami berkata:
‫إّلِل َص َّّل إ َّ ُّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
َ َّ َ‫َشهَدْ ُت ُم َعا َوي َ َة ْب َن َأ َِب ُس ْف َي َان َوه َُو ي َْسأَ ُل َزيْدَ ْب َن َأ ْرقَ َم قَا َل َأ َشهَدْ َت َم َع َر ُسول‬
‫َعيدَ ْي َن ْإجتَ َم َعا َِف ي َ ْو ٍم قَا َل ن َ َع ْم قَا َل فَكَ ْي َف َصنَ َع قَا َل َص َّّل إلْ َعيدَ ُ َُّث َرخ ََّص َِف إلْ ُج ُم َع َة فَقَا َل َم ْن َش َاء َأ ْن‬
‫يُ َص َ ِ ََل فَلْ ُي َص َ ِل‬
Aku pernah melihat Mu’awiyah bin Abu Sufyan bertanya kepada Zaid bin Arqam.
Dia bertanya, “Apakah kamu pernah melakukan dua hari raya bertepatan dalam
satu hari ketika bersama Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam?”
Jawabnya, “Ya!”
Mu’awiyah bertanya, “Bagaimana beliau mengerjakan salat tersebut?”
Zaid bin Arqam menjawab, “Beliau mengerjakan salat Id dan memberi keringanan
pada waktu salat Jumat. Lalu, beliau bersabda, ‘Barang siapa yang ingin
mengerjakan (salat Jumat), hendaknya ia mengerjakan salat (Jumat).”147

Salat Id
1. Memakan sesuatu sebelum keluar rumah.
Burdah berkata:
ُ ُ ْ‫ك َو ََك َن ََل يَأ‬
‫ك ي َ ْو َم إلنَّ ْح َر َح ََّّت‬ َ ُ ْ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ََك َن ََل َ َْي ُر ُج ي َ ْو َم إلْ َف ْط َر َح ََّّت يَأ‬ َ َّ ‫َأ َّن َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
‫يَ ْر َج َع‬
“Pada hari Idulfitri, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam tidak keluar untuk salat
hingga beliau makan terlebih dahulu. Sementara, pada hari raya kurban (Nahr),
beliau tidak makan hingga kembali (dari salat).”148

2. Salah satu makanan yang dimakan Rasulullah sebelum salat Idulfitri adalah kurma.
Anas bin Malik berkata:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ََل َ َْي ُر ُج ي َ ْو َم إلْ َف ْط َر َح ََّّت ي َ ْط َع َم تَ َم َر ٍإت‬
ُ َّ ‫ََك َن إلنَّ َ هب َص َّّل‬
“Pada hari raya Idulfitri, Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam tidak keluar (salat)
hingga makan beberapa butir kurma.”149

3. Keluar rumah dengan berjalan kaki.


‘Ali bin Abu Thalib berkata:
َ ُ ْ‫إلس نَّ َة َأ ْن َ َْت ُر َج إ ََل إلْ َعي َد َم َاش ًيا َو َأ ْن تَأ‬
‫ك َشيْئًا قَ ْب َل أَ ْن َ َْت ُر َج‬ ‫ه‬ ‫َم ْن‬
ِ

147
Hadis riwayat Abu Dawud (1070). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
148
Hadis riwayat Ibnu Majah (1756). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
149
Hadis riwayat Ibnu Majah (1754). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.

54
Menurut sunah, hendaknya kamu keluar untuk salat Id dengan berjalan kaki dan
memakan sesuatu sebelum keluar rumah.150

4. Bertakbir sebelum dilaksanakannya salat Id.


Dari Az-Zuhri:
َ َ ‫ َو َح ََّّت ي َ ْق‬،‫ فَ ُي َك َ ِ ُِب َح ََّّت يَأْ َ َِت إلْ ُم َص َّّل‬،‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ََك َن َ َْي ُر ُج ي َ ْو َم إلْ َف ْط َر‬
‫ِض‬ َ َّ ‫َأ َّن َر ُسو َل‬
ُ ‫إّلِل َص َّّل‬
‫ قَ َط َع إلتَّ ْكب ََْي‬،َ‫إلص ََلة‬
َّ ‫ فَا َذإ قَ َض‬،َ‫إلص ََلة‬
َّ
“Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam jika keluar pada hari Idulfitri, maka beliau ِ
bertakbir hingga mencapai tempat salat Id dan bertakbir hingga akan
dilaksanakan salat. Apabila salat telah selesai dilaksanakan, beliau berhenti
bertakbir.”151

5. Diperbolehkannya wanita ke tempat salat.


Dari Ummu ‘Athiyyah:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ََك َن ُ َْي َر ُج ْ َإأل ْب ََك َر َوإلْ َع َوإ َت َق َو َذ َو َإت إلْخُدُ َور َوإلْ ُح َّي َض َِف إلْ َعيدَ ْي َن‬ َ َّ ‫َأ َّن َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
َ َّ ‫فَأَ َّما إلْ ُح َّي ُض فَ َي ْع َ ََتلْ َن إلْ ُم َص َّّل َوي َْشهَدْ َن َدع َْو َة إلْ ُم ْس َل َم َني قَال َ ْت إ ْحدَ إه َُّن ََي َر ُسو َل‬
‫إّلِل إ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَهَا‬
ِ ِ
‫اب قَا َل فَلْ ُت َع ْرهَا ُأخَْتُ َا َم ْن َج ََلبَيبَ َا‬
ٌ ‫َجلْ َب‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam memerintahkan para gadis, para budak,
para wanita yang mengurung diri, dan para wanita haid untuk keluar (menuju
tempat salat) pada saat dua hari raya. Adapun wanita haid, hendaknya mereka
menjauh dari tempat salat dan menyaksikan dakwahnya kaum muslimin.
Salah seorang dari kami berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah jika mereka
tidak memiliki jilbab?”
Beliau bersabda, “Hendaknya saudara perempuannya mau meminjamkan jilbab
untuknya.”152

6. Tidak ada azan dan iqamah dalam salat Id.


Jabir berkata:
‫ْل ْب َن َأ َِب ُسلَ ْي َم َان َع ْن َع َطا ٍء َع ْن َجا َب ٍر قَا َل‬ َ َ ‫َأخ َ َِْب اَ قُتَ ْي َب ُة قَا َل َح َّدثَنَا َأبُو َع َوإن َ َة َع ْن َع ْب َد إلْ َم‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َِف َعي ٍد قَ ْب َل إلْخ ُْط َب َة َبغ ْ ََْي َأ َذ ٍإن َو ََل إقَا َم ٍة‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬َ َّ ‫ول‬
ُ ‫َص َّّل َبنَا َر ُس‬
Rasulullah
ِ
shallallāhu ‘alaihi wasallam salat hari raya bersama kami sebelum
khutbah, tanpa azan dan iqamah.153

150
Hadis riwayat Tirmidzi (530). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Hasan.
151
Hadis riwayat Ibnu Abu Syaibah dalam Al-Kitāb Al-Mushnaf fī Al-Ahādīts wa Al-Ātsār
(5621). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Silsilah Al-Ahādīts Ash-Shahīhah (171),
mengatakan bahwa sanad hadis ini Shahih.
152
Hadis riwayat Tirmidzi (539). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.

55
Sahih Ramadan

7. Tidak ada salat sebelum dan sesudah salat Id.


Simak hadis Shahih riwayat Nasa’i (1587) berikut:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل خ ََر َج ي َ ْو َم إلْ َعي َد فَ َص َّّل َر ْك َعتَ ْ َني لَ ْم يُ َص َ ِل قَ ْبلَهَا َو ََل ب َ ْعدَ هَا‬
ُ َّ ‫َأ َّن إلنَّ َ َّب َص َّّل‬
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam keluar pada hari raya. Lalu, beliau salat dua
rakaat (salat Id) tanpa mengerjakan salat apapun sebelum maupun sesudahnya.154

8. Jika dilaksanakan di tanah lapang, salatlah dengan menghadap sutrah (pembatas).


Dari Ibnu ‘Umar:
َ ْ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ََك َن ُ َْي َر ُج إلْ َع َ ََن َة ي َ ْو َم إلْ َف ْط َر َوي َ ْو َم ْ َإأل‬
‫ْضى يُ ْر َك ُزهَا فَ ُي َص َ َِل إنَهيْ َا‬ َ َّ ‫َأ َّن َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
ِ
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam keluar pada hari Idulfitri dan Iduladha
dengan membawa tombak. Lalu, beliau menancapkannya dan salat menghadap
ke arahnya.155

9. Surat yang dibaca pada salat Id.


Dari ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah bin ‘Utbah bin Mas’ud:
َ ْ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َِف ْ َإأل‬
‫ْضى‬ ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬َ َّ ‫ول‬ ُ ‫َأ َّن ُ َْع َر ْب َن إلْخ ََّط َاب َسأَ َل َأ َِب َوإ َق ٍد إلل َّ ْي َ َِّث َما َذإ ََك َن ي َ ْق َر ُأ َب َه َر ُس‬
َّ ‫َوإلْ َف ْط َر قَا َل ََك َن ي َ ْق َر ُأ َف َهي َما ق َوإلْ ُق ْرأ َن إلْ َمجَ ي َد َوإ ْق َ َْتب َ ْت‬
‫إلساعَ ُة َوإنْشَ َّق إلْقَ َم ُر‬
‘Umar bin Khaththab bertanya kepada Abu Waqid Al Laitsi, “Apa yang biasa
dibaca oleh Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam pada waktu salat Iduladha dan
IdulFitri?”
Dia menjawab, “Pada salat dua hari raya tersebut, beliau biasa membaca: ‘Qāf
walqur`ānilmajīd’’ (surat Qāf) dan ‘Iqtarabatissā'atu wansyaqqalqamar’ (surat Al-
Qamar).”156

Dalam riwayat lain, An-Nu’man bin Basyir berkata:


‫يث‬ َ ْ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ي َ ْق َر ُأ َِف إلْ ُج ُم َع َة َوإلْ َعي َد ب ََس ِب َْح‬
ُ ‫إِس َرب ِ ََك ْ َإأل ْع َّل َو َه ْل َأَتَ كَ َح َد‬ ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬ ُ ‫ََك َن َر ُس‬
‫إلْغ ََاش َي َة َوإ َذإ ْإجتَ َم َع إلْ ُج ُم َع ُة َوإلْ َعيدُ َِف ي َ ْو ٍم قَ َر َأ ِبَ َ َما‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam pada salat Jumat dan salat Id membaca ِ
surat Al-A’lā dan Al-Ghāsyiyah. Bila terjadi hari raya dan Jumat dalam satu hari,
maka beliau membaca keduanya.157

153
Hadis riwayat Nasa`i (1562). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
154
Hadis riwayat Nasa`i (1587). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
155
Hadis riwayat Nasa`i (1565). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
156
Hadis riwayat Abu Dawud (1154). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.

56
10. Jumlah rakaat dalam salat Id adalah dua rakaat.
‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallāhu ‘anhu berkata:
‫ْضى َر ْك َع َت َان َو َص ََل ُة إلْ َف ْط َر َر ْك َع َت َان َو َص ََل ُة إلْ ُم َسا َف َر َر ْك َع َت َان َو َص ََل ُة إلْ ُج ُم َع َة َر ْك َع َت َان تَ َما ٌم ل َ ْي َس‬
َ ْ ‫َص ََل ُة ْ َإأل‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
ُ َّ ‫َص عَ َّل َل َس َان إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬ ٍ ْ َ‫َبق‬
Salat Iduladha dua rakaat, salat Idulfitri dua rakaat, salat musafir dua rakaat, dan
salat Jumat dua rakaat. Semua itu sempurna, bukan diringkas, berdasarkan sabda
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam.158

11. Jumlah takbir dalam salat Id.


Dari ‘Aisyah:
َ ْ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َك َّ َِب َِف إلْ َف ْط َر َو ْ َإأل‬
َ‫ْضى َس ْب ًعا َو َ َْخ ًسا َس َوى تَ ْكب ََْي َ ِْت هإلر ُكوع‬ َ َّ ‫َأ َّن َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bertakbir pada salat ‘idulfitri dan adhha
sebanyak tujuh dan lima kali, selain dua takbir rukuk.159

12. Jika salat Id dilaksanakan di tanah lapang, taruhlah sandal di antara kedua kaki
tanpa mengganggu jamaah lain atau memutuskan shaf.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
َ ‫إ َذإ َص َّّل َأ َحدُ ُ ُْك فَ ََل يَضَ ْع ن َ ْعلَ ْي َه َع ْن ي َ َمي َن َه َو ََل َع ْن ي ََس َار َه فَتَ ُك‬
َ ‫ون َع ْن ي َ َمنيَ غَ ْ َْي َه إ ََّل َأ ْن ََل يَ ُك‬
‫ون َع ْن ي ََس َار َه‬
ِ ِ
‫َأ َح ٌد َولْ َيضَ ْعهُ َما ب َ ْ َني َر ْجلَ ْي َه‬
“Apabila salah seorang di antara kalian melaksanakan salat, janganlah dia
meletakkan sandalnya di sisi kanan atau kirinya sehingga menjadi di sisi kanan
orang lain kecuali di sisi kirinya tidak ada orang lain. Dan hendaklah dia
meletakkannya di antara kedua kakinya.”160

13. Seseorang boleh mengikuti khutbah ataupun tidak.


Dari ‘Abdullah bin As-Sa`ib:
َ َ ‫َص َف فَلْ َي ْن‬
‫َص ْف َو َم ْن َأ َح َّب َأ ْن يُ َق َمي‬ َ َ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َص َّّل إلْ َعيدَ قَا َل َم ْن أَ َح َّب أَ ْن ي َ ْن‬
ُ َّ ‫َأ َّن إلنَّ َ َّب َص َّّل‬
‫َللْخ ُْط َب َة فَلْ ُي َق ْم‬
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam pernah salat Id dan beliau bersabda, “Barang
siapa yang ingin pulang, maka silakan pulang. Dan barang siapa yang ingin tetap

157
Hadis riwayat Nasa`i (1590). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
158
Hadis riwayat Nasa`i (1566). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
159
Hadis riwayat Ibnu Majah (1280). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.
160
Hadis riwayat Abu Dawud (654). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Hasan Shahih.

57
Sahih Ramadan

tinggal untuk mendengar khutbah, maka hendaklah ia tetap tinggal


mendengarkannya.”161

14. Imam mendatangi jamaah perempuan selesai berkhutbah.


Dari ‘Atha` bahwa ia mendengar Jabir bin ‘Abdullah berkata:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ي َ ْو َم إلْ َف ْط َر فَ َص َّّل فَبَدَ َأ َِب َّلص ََل َة ُ َُّث خ ََط َب فَلَ َّما فَ َر َغ نَ َز َل فَأَ ََت إل َن ِ َس َاء‬
ُ َّ ‫قَا َم إلنَّ َ هب َص َّّل‬
َّ ‫فَ َذكَّ َره َُّن َوه َُو ي َ َت َو َّ ُك عَ َّل ي َ َد ب َََللٍ َوب َََل ٌل َِب َسطٌ ثَ ْوب َ ُه يُلْ َقي َفي َه إل َن ِ َسا ُء‬
‫إلصدَ قَ َة‬
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam berdiri untuk melaksanakan salat pada hari raya
Idulfitri. Dan yang pertama kali beliau kerjakan adalah salat, baru kemudian
menyampaikan khutbah. Selesai khutbah, beliau turun (dari mimbar) dan
mendatangi jamaah perempuan untuk mengingatkan mereka dengan bersandar
pada tangan Bilal sementara Bilal sendiri membentangkan kain miliknya hingga
para wanita tersebut memasukkan sedekahnya ke dalam kain tersebut.162

Puasa Syawal
Dengan berpuasa Ramadan dan puasa sunah enam hari di bulan Syawal seolah-olah
berpuasa satu tahun.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫َم ْن َصا َم َر َمضَ َان ُ َُّث َأتْ َب َع ُه َس تًّا َم ْن َش َّوإلٍ ََك َن َك َص َيا َم إلَّ ْه َر‬
“Barang siapa yang berpuasa Ramadan kemudian diikuti dengan berpuasa enam hari
di bulan Syawal, maka seperti ia berpuasa satu tahun.”163

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:


‫إلس نَ َة‬
َّ ‫ فَ َذ َ َِل َص َيا ُم‬،‫إلس تَّ َة َأ ََّي ٍم بَشَ ه َْرْي َن‬
َِ ‫ َو َص َيا ُم‬،‫ْش َة َأ ْشهُ ٍر‬
َ َ ‫َص َيا ُم َر َمضَ َان َب َع‬
“Berpuasa Ramadan seperti berpuasa sepuluh bulan dan berpuasa enam hari seperti
berpuasa dua bulan. Maka yang demikian (berpuasa Ramadan dan enam hari) seperti
berpuasa satu tahun.”164

Lain-lain
1. Ramadan adalah salah satu dari dua bulan yang tidak akan berkurang.
‫ َو ُذو إلْ َح َّج َة‬،‫ َر َمضَ ُان‬:‫ َشه َْرإ َعي َد‬،‫َشه َْر َإن ََل ي َ ْن ُق َص َان‬
“Dua bulan yang tidak akan berkurang, yaitu bulan Id: Ramadan dan Zulhijah.”165

161
Hadis riwayat Nasa`i (1571). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
Shahih.
162
Hadis riwayat Bukhari (978).
163
Hadis riwayat Muslim (1164).
164
Hadis riwayat Ibnu Khuzaimah (2115). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya,
Shahīh Al-Jāmi’ Ash-Shaghīr wa Ziyādatuh (3851), mengatakan bahwa hadis ini Shahih.
165
Hadis riwayat Ahmad (20399). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Shahīh Al-
Jāmi’ Ash-Shaghīr wa Ziyādatuh (3179), mengatakan bahwa hadis ini Shahih.

58
2. Mengajari anak-anak berpuasa.
Rabi’ binti Mu’awwidz bin Afran berkata:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل غَدَ إ َة عَ ُاش َور َإء إ ََل قُ َرى ْ َإألن َْص َار إل َّ َِت َح ْو َل إلْ َم َدينَ َة َم ْن ََك َن َأ ْص َب َح‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫َأ ْر َس َل َر ُس‬
ِ
َ ِ ‫َصائَ ًما فَلْ ُي َ َُّت َص ْو َم ُه َو َم ْن ََك َن أَ ْص َب َح ُم ْف َط ًرإ فَلْ ُي َ َُّت ب َ َقيَّ َة ي َ ْو َم َه فَ ُكنَّا ب َ ْعدَ َذ َ َِل ن َُصو ُم ُه َون َُص َِو ُم َص ْب َيانَنَا‬
‫إلصغ ََار‬
‫إلط َعا َم َأع َْط ْينَاهَا‬َّ ‫إّلِل َون َْذه َُب إ ََل إلْ َم ْسجَ َد فَنَ ْج َع ُل لَه ُْم إلل ه ْع َب َة َم ْن إلْ َعه َْن فَا َذإ بَ ََك أَ َحدُ ُ ُْه عَ َّل‬ ُ َّ ‫َمَّْ ُ ْم إ ْن َش َاء‬
ِ ِ ِ
‫إ ََّي ُه َع ْندَ ْإَلفْ َط َار‬
ِ ِ
………
‫اُه إلل ه ْع َب َة تُلْهَ َهي ْم َح ََّّت يُتَ هموإ َص ْو َمه ُْم‬ َّ َ‫َون َْصنَ ُع لَه ُْم إلل ه ْع َب َة َم ْن إلْ َعه َْن فَنَ ْذه َُب َب َه َم َعنَا فَا َذإ َسأَلُو ا‬
ْ ُ َ‫إلط َعا َم َأع َْط ْين‬
Suatu pagi di hari Asyura, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam mengirim
ِ
petugas ke perkampungan orang Anshar yang berada di sekitar Madinah untuk
menyampaikan pengumuman: “Siapa yang berpuasa sejak pagi hari, hendaklah ia
menyempurnakan puasanya dan siapa yang tidak berpuasa, hendaklah ia
berpuasa sejak mendengar pengumuman ini.”
Semenjak itu, kami berpuasa di hari Asyura dan kami suruh pula anak-anak kecil
kami, insya Allah. Kami membawa mereka ke masjid dan kami buatkan mereka
main-mainan dari bulu. Apabila ada yang menangis meminta makan, kami
berikan setelah waktu berbuka tiba.
………
Dalam redaksi lain, “Dan kami membuatkan mereka main-mainan dari bulu,
kemudian kami membawa mereka. Dan apabila mereka meminta makanan
kepada kami, maka kami memberi mereka main-mainan untuk melalaikan mereka
(dari rasa lapar) hingga puasa mereka sempurna.”166

166
Hadis riwayat Muslim (1136).

59
DAIF RAMADAN

‫ْم َوانْ تَ ِفعُوا بِ ِه َوََل تَ َعلَّ ُموهُ لِتَتَ َج َّملُوا بِ ِه‬


َ ‫ل‬ ِ ‫تَ علَّموا ال‬
‫ْع‬ َُ
“Pelajarilah ilmu dan ambillah manfaat dengannya. Dan janganlah kalian
mempelajarinya karena ingin memperindah diri kalian dengannya.”
– Habib bin ‘Ubaid –

Diriwayatkan oleh Darimi dalam kitabnya, Sunan Ad-Dārimī (381), dan menurut Syaikh
Husain Salim Asad Ad-Darani (peneliti), sanad-nya (jalur periwayatannya) Shahih.

60
Keutamaan Puasa, Ramadan, dan Puasa Ramadan
1. Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah.
‫ون ْب َن ُم َح َّم َد ْب َن بَ ََّك َر‬َ ‫ َح َّدثَنَا َأبُو بَ ْك َر ْب ُن ه َُار‬،‫إّلِل ْب َن إلْ َح َار َث ْب َن َّإلز َّجا َج‬ َ َّ ‫َأخ َ َِْب اَ َأبُو بَ ْك ٍر َ َْي ََي ْب ُن َع ْب َد‬
،‫ َع ْن َهشَ ا َم ْب َن َح َّس َان‬،‫ِص‬ ُ َ ‫ َح َّدثَنَا ه‬،‫ َح َّدثَنَا ُسلَ ْي َم ُان ْب ُن َع ْب َد َّإلر ْ َْح َن‬، ٍ‫ْب َن ب َََلل‬
‫َاِش ْب ُن َأ َِب ه َُرْي َر َة إلْ َح ْم َ ه‬
ُ َ ‫ إ َّلص‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
‫اِئ َِف‬ ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬،‫ َع ْن َسلْ َم َان ْب َن عَا َم ٍر إلضَّ َ ِ َ ِب‬،‫َع َن إ ْب َن َس َْي َين‬
‫ َوإ ْن ََك َن َرإ َقدً إ عَ َّل َف َر َإش َه‬،‫َع َبا َد ٍة‬
Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakr Yahya bin ‘Abdullah bin Al-Harits ِ bin
Az-Zajjaj. Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr (Muhammad) bin Harun bin
Muhammad bin Bakkar bin Bilal. Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin
‘Abdur Rahman. Telah menceritakan kepada kami Hasyim bin Abu Hurairah Al-
Himshi dari Hisyam bin Hassan dari Ibnu Sirin dari Salman bin ‘Amir Adh-Dhabbi.
Dia berkata: Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Orang yang berpuasa senantiasa dalam ibadah meskipun sedang tidur di atas
ranjangnya.”167

Dalam riwayat lain:


‫ه‬ َ ‫ َح َّدثَنَا َأبُو َع ْب َد‬،‫اّن إلْه ََر َو هي قَ َد َم عَلَ ْينَا‬ ‫َأخ َ َِْب اَ َأبُو إلْ َح َس َن عَ َ هَل ْب ُن ُم َح َّم َد ْب َن عَ َ َ َِل ْب َن إلْ ُح َس ْ َني إلْ ََك َش َ ه‬
‫ َح َّدثَنَا َأبُو عَ َ ٍَِل َأ ْْحَدُ ْب ُن ُم َح َّم َد ْب َن عَ َ َ َِل ْب َن َر َز ٍين َفميَا َأخ َ َِْب عَلَ ْي َه َأبُو‬،‫ُم َح َّمدُ ْب ُن إلْ َع َّب َاس إلْ َع َص َم هي إ ْم ََل ًء‬
ِ
،‫ َح َّدثَنَا َخلَ ُف ْب ُن َ َْي ََي إلْ َع ْب َد هي‬،‫ َح َّدثَنَا ُسهَ ْي ُل ْب ُن خَاقَ َان‬،‫ َحدََّثَ ُ ْم‬،‫وس‬ َ ‫ َأ َّن إد َْر َيس ْب َن ُم‬، ُ‫إلشهَيد‬ َّ ‫إلْفَضْ َل‬
‫ قَا َل‬:‫ قَا َل‬،‫ه ْب َن َأ َِب أَ ْو ََف‬ َ ‫ َع ْن َع ْب َد‬،‫ْل ْب ُن ُ َْع ْ ٍْي‬ َ َ ‫ َح َّدثَنَا َع ْبدُ إلْ َم‬،‫َش‬ ََِ ‫َع ْن َع ْنبَ َس َة ْب َن َع ْب َد ِإلْ َوإ َح َد إلْ ُق َر‬
،‫اب‬ ٌ ‫ َو ُدعَا ُؤ ُه ُم ْس تَ َج‬،‫ َو َ َْع ُ ُِل ُمضَ ا َع ٌف‬،‫ َو َ ُْص ُت ُه ت َ ْسب ٌَيح‬،‫اِئ َع َبا َد ٌة‬ َ َ ‫إلص‬ َّ ‫ ن َْو ُم‬:‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
ُ َّ ‫ه َص َّّل‬ َ ‫ول‬ ُ ‫َر ُس‬
‫َو َذنْ ُب ُه َم ْغ ُف ٌور‬
Telah mengabarkan kepada kami Abul Hasan ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali bin Al-
Husain Al-Kasyani Al-Harawi telah tiba kepada kami. Telah menceritakan kepada
kami Abu ‘Abdullah Muhammad bin Al-‘Abbas Al-‘Ashami dengan mengimla.
Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Ali Ahmad bin Muhammad bin ‘Ali bin
Razin dari apa yang telah dikabarkan kepadanya dari Abu Al-Fadhl Asy-Syahid
bahwa Idris bin Musa telah menceritakan kepada mereka. Telah menceritakan
kepada kami Suhail bin Khaqan. Telah menceritakan kepada kami Khalaf bin
Yahya Al-‘Abdi dari ‘Anbasah bin ‘Abdul Wahid Al-Qurasyi. Telah menceritakan
kepada kami ‘Abdul Malik bin ‘Umair dari ‘Abdullah bin Abu Aufa. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidurnya orang yang berpuasa
adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amalannya dilipatgandakan (pahalanya),
doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni.”168

167
Diriwayatkan oleh Tammam (1109). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Silsilah
Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (653), mengatakan bahwa hadis ini Dha’if. Beliau
berkata, “Sanad hadis ini dha’if karena Yahya Az-Zajjaj dan Muhammad bin Harun tidak
dikenal (tidak disebutkan oleh para ahli hadis).”

61
Daif Ramadan

2. Malaikat mendoakan orang yang berpuasa jika makanannya dimakan oleh orang
lain.
‫ َ َِم ْع ُت‬:‫ قَا َل‬،‫َيب ْب َن َزيْ ٍد‬ َ ‫ َع ْن َحب‬،‫ َأخ َ َِْب اَ ُش ْع َب ُة‬:‫ َح َّدثَنَا َأبُو د َُإو َد قَا َل‬:‫َح َّدثَنَا َم ْح ُمو ُد ْب ُن غَ ْي ََل َن قَا َل‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
ُ َّ ‫ َأ َّن إلنَّ َ َّب َص َّّل‬،‫ َع ْن َج َّد َت َه ُأ َِم ُ َْع َار َة َبنْ َت َك ْع ٍب إ َألن َْص َاري َّ َة‬،‫ لَ ْي َّل ُ َُت َِد ُث‬:‫َم ْو ََل ًة لَنَا يُقَ ُال لَهَا‬
:‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ فَقَا َل َر ُس‬،‫ إ َ ِّن َصائَ َم ٌة‬:‫ فَقَال َ ْت‬، ‫ ُ َُكي‬:‫ فَقَا َل‬،‫َد َخ َل عَلَهيْ َا فَقَ َّد َم ْت إل َ ْي َه َط َعا ًما‬
ِ َ َ ‫اِئ ت َُص َ َِل عَلَ ْي ِ َه إمل َ ََلَِكَ ُة إ َذإ ُأ‬
‫ َح ََّّت ي َْش َب ُعوإ‬:‫ َو ُرب َّ َما قَا َل‬،‫ك َع ْندَ ُه َح ََّّت ي َ ْف ُرغُوإ‬ َ َ ‫إلص‬
َّ ‫إ َّن‬
Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan. Dia berkata: Telah
ِ ِ
menceritakan kepada kami Abu Dawud. Dia berkata: Telah mengabarkan kepada
kami Syu’bah dari Habib bin Zaid. Dia berkata: Aku telah mendengar salah
seorang mantan budak kami, yaitu Laila, menceritakan dari neneknya, Ummu
‘Umarah binti Ka’ab Al-Anshariyah, bahwa Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam
menemuinya. Lalu, dia menghidangkan makanan kepada beliau. Lantas Rasulullah
berkata, “Makanlah olehmu!”
Ummu ‘Umarah menjawab, “Saya sedang berpuasa.”
Maka Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda, “Malaikat akan mendoakan
orang yang berpuasa apabila makanannya dimakan oleh orang lain hingga
mereka selesai.” Barang kali beliau berkata, "Hingga mereka kenyang.”169

Dalam riwayat lain:


‫ َع ْن‬،َ‫ َع ْن ُسلَ ْي َم َان ْب َن بُ َريْدَ ة‬،‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن َع ْب َد َّإلر ْ َْح َن‬:‫ َح َّدثَنَا ب َ َقيَّ ُة قَا َل‬:‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن إلْ ُم َصفَّى قَا َل‬
َ َّ ‫ول‬
‫إّلِل‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬،‫اِئ‬ ٌ َ ‫ إ َ ِّن َص‬:‫ َلب َََللٍ إلْغَدَ إ ُء ََي ب َََل ُل فَقَا َل‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬،‫َأبَي َه‬
ِ ُ ُ ْ‫ ن َأ‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
َ َ ‫إلص‬
‫اِئ ت ُ َس ِب َُح‬ َّ ‫ َأ َش َع ْر َت ََي ب َََل ُل َأ َّن‬،‫ َوفَضْ ُل َر ْز َق ب َََللٍ َِف إلْ َجنَّ َة‬،‫ك َأ ْر َزإقَنَا‬ ُ ‫َص َّّل‬
‫ك َع ْندَ ُه‬ َ َ ‫ َوت َ ْس َت ْغ َف ُر َ َُل إلْ َم ََلَِ َك ُة َما ُأ‬،ُ‫َع َظا ُمه‬
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mushaffa. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Baqiyyah. Dia berkata: Telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin ‘Abdurrahman dari Sulaiman bin Buraidah dari ayahnya. Dia
berkata:
Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda kepada Bilal, “Hai Bilal, mari
makan siang!”
Bilal menjawab, “Aku sedang berpuasa.”
Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda, “Kita sedang memakan rezeki-
rezeki kita dan sisa rezeki Bilal adalah di surga. Hai Bilal, tidakkah kamu merasa
bahwa orang yang berpuasa itu tulang-tulangnya bertasbih dan para malaikat

168
Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Syu’ab Al-Īmān (3652). Syaikh Nashiruddin Al-Albani
dalam kitabnya Dha’īf Al-Jāmi’ Ash-Shaghīr wa Ziyādatuh (5972) mengatakan bahwa hadis ini
Dha’if.
169
Diriwayatkan oleh Tirmidzi (785). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini sangat Dha’if.

62
memintakan ampunan baginya karena suatu makanan yang dimakan di
sisinya?”170

3. Dijauhkan dari neraka Jahannam seperti jauhnya anak burung gagak yang
terbang hingga mati karena tua.
َ َّ ‫َال ْب َن يَ َزيدَ َع ْن لَهَي َع َة َأ َِب َع ْب َد‬
‫إّلِل َع ْن َر ُج ٍل قَدْ َ َِّما ُه‬ َ َ ‫إّلِل ْب ُن يَ َزيدَ َح َّدثَنَا إ ْب ُن لَهَي َع َة َع ْن خ‬
َ َّ ُ‫َح َّدثَنَا َع ْبد‬
‫َص َع ْن أَ َِب ه َُرْي َر َة‬ ٍ َ ‫َح َّدثَ َِن َسلَ َم ُة ْب ُن قَ ْي‬
َ َّ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل قَا َل َم ْن َصا َم ي َ ْو ًما إبْ َتغ ََاء َو ْج َه‬
ُ َّ ‫إّلِل تَ َع َاَل ب َ َّعدَ ُه‬
َ َّ‫إّلِل َع َّز َو َج َّل َم ْن َ َْجَّن‬ ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫َأ َّن َر ُسو َل‬
‫ات َه َر ًما‬ َ ‫َك ُب ْع َد غُ َر ٍإب َط َار َوه َُو فَ ْر ٌخ َح ََّّت َم‬
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yazid. Telah menceritakan kepada
kami Ibnu Lahi’ah dari Khalid bin Yazid dari Lahi’ah Abu ‘Abdullah dari seorang
laki-laki yang dia sebutkan namanya. Telah menceritakan kepadaku Salamah bin
Qaishar dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barang siapa yang berpuasa pada suatu hari karena mengharap wajah Allah,
maka Allah 'azza wajalla akan menjauhkannya dari neraka Jahannam seperti
jauhnya anak burung gagak yang terbang hingga mati karena tua.”171

‫ َو َأبُو َز َك َر ََّي ْب ُن َأ َِب إ ْْس ََاق‬،‫إّن‬ ‫ َو َأبُو َسه ٍْل َأ ْْحَدُ ْب ُن ُم َح َّم َد ْب َن إ ْب َرإ َه َمي إلْ َمه َْر َ ه‬،ُ‫ه إلْ َحا َفظ‬ َ ‫َأخ َ َِْب اَ َأبُو َع ْب َد‬
ِ ِ
‫يل‬ٍ ‫ َح َّدثَنَا إلْ َح َس ُن ْب ُن عَ َل‬،َ‫ َب َبغْدَ إد‬،‫ه ْب ُن إ ْْس ََاق ْب َن إ ْب َرإ َه َمي إلْ َبغَ َو هي‬ َ ُ‫ َأخ َ َِْب اَ َأبُو ُم َح َّم ٍد َع ْبد‬:‫ قَالُوإ‬،‫إلْ ُم َز َ ِّك‬
ِ ِ
‫ َع ْن‬، َ‫ َع ْن د َُإو َد ْب َن َأ َِب َه ْند‬،‫إلس َِد هي‬ ‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن َم ْر َو َإن ه‬،‫ َح َّدثَنَا َهشَ ا ُم ْب ُن يُون ُ َس إلل ه ْؤلُ َؤ هي‬،‫إلْ َع ْ ََن هي‬
ُ َّ ‫ه َص َّّل‬
‫إّلِل‬ َ ‫ول‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬،‫ َع ْن َأ َِب َس َعي ٍد إلْ ُخدْ َر َِي‬،‫ و َع ْن َع َطا َء ْب َن َأ َِب َر َِب ٍح‬،‫ََض َة إلْ َع ْب َد َِي‬ َ ْ ‫َأ َِب ن‬
‫ون أ َخ ُر لَ ْي َ ٍَل‬ َ ‫إلس َما َء فَ ََل يُ ْغلَ ُق َمَّْ َا َِب ٌب َح ََّّت يَ ُك‬ َّ ‫ ِإ َذإ ََك َن َأ َّو ُل ل َ ْي َ ٍَل َم ْن َر َمضَ ا َن فُ َت َح ْت َأبْ َو ُإب‬:‫عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
،‫َسدَ ٍة‬
َْ ‫ك‬ َِ ُ ‫ه َ َُل َألْ ًفا َو َ َْخ َس َمائ َ َة َح َس نَ ٍة َب‬ ُ ‫ َولَيْ َس َم ْن َع ْب ٍد ُم ْؤ َم ٍن يُ َص َ َِل َِف لَ ْي َ ٍَل إ ََّل َكتَ َب‬،‫َم ْن َر َمضَ َان‬
‫َّش َب َياقُوتَ ٍة‬ ٍ َّ ‫َص َم ْن َذه ٍَب ُم َو‬ ٌ ْ َ‫ك َِب ٍب َمَّْ َا ق‬ ٍِ ُ ‫ون َأ ِلْ َف َِب ٍب َل‬ َ ‫َوب َ ََن َ َُل بَيْتًا َِف إلْ َجنَّ َة َم ْن ََيقُوتَ ٍة َ ْْح َر َإء لَهَا َس ته‬
،‫ فَا َذإ َصا َم َأ َّو َل ي َ ْو ٍم َم ْن َر َمضَ َان غَ َف َر َ َُل َما تَقَ َّد َم َم ْن َذنْ َب َه إ ََل َمث َْل َذ َ َِل إلْ َي ْو َم َم ْن َشهْ َر َر َمضَ َان‬،‫َ ْْح َر َإء‬
ِ ِ

170
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1749). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya
Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (1331) mengatakan bahwa hadis ini
Maudhu’. Di dalam hadis ini terdapat Muhammad bin ‘Abdurrahman. Ibnu ‘Adi berkata
tentangnya, “Munkarul hadīts (hadisnya munkar).” Abul Fath Al-Azdi berkata tentangnya,
“Pendusta. Hadisnya ditinggalkan.”
171
Diriwayatkan oleh Ahmad (10808). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya Silsilah
Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (1330) mengatakan bahwa hadis ini Dha’if. Beliau
berkata, “Sanad hadis ini dha’if. Para perawinya adalah tsiqāt (terpercaya) kecuali Lahi’ah.
Tidak ada yang men-tsiqāt-kan Lahi’ah kecuali Ibnu Hibban. Al-Azdi berkata, ‘Hadis dari
Lahi’ah tidak kokoh.’ Ibnu Qaththan berkata, ‘Lahi’ah tidak diketahui jati dirinya (majhul hāl).’
Ibnu Hajar berkata, ‘Lahi’ah tidak diketahui jati dirinya (mastūr).’”

63
Daif Ramadan

‫َسدَ ٍة‬ َِ ُ ‫ َو ََك َن َ َُل َب‬،‫ْل َم ْن َص ََل َة إلْغَدَ إ َة إ ََل َأ ْن ت َُو َإرى َِبلْ َح َج َاب‬
َْ ‫ك‬ ٍ َ ‫ون َألْ َف َم‬ َّ ُ ‫َو ْإس تَ ْغ َف َر َ َُل‬
َ ‫ك ي َ ْو ٍم َس ْب ُع‬
ِ
‫ي َْس ُجدُ ها َِف َشهْ َر َر َمضَ َان َبلَ ْي ٍل َأ ْو َّنَ َ ٍار ََش ََر ٌة ي ََس ُْي َّإلرإ َك ُب َِف َظ َلِهَا َ َْخ َس َمائ َ َة عَا ٍم‬
Telah mengabarkan kepada kami Abu ‘Abdullah Al-Hafizh, Abu Sahl Ahmad bin
Muhammad bin Ibrahim Al-Mihrani, Dan Abu Zakariyya bin Abu Ishaq Al-Muzakki.
Mereka berkata: Telah mengabarkan kepada kami Abu Muhammad ‘Abdullah bin
Ishaq bin Ibrahim Al-Baghawi dengan Baghdad. Telah menceritakan kepada kami
kepada kami Al-Hasan bin ‘Alil Al-‘Anzi. Telah menceritakan kepada kami Hisyam
bin Yunus Al-Lu`lu`i. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Marwan
As-Suddi dari Dawud bin Abu Hind dari Abu Nadhrah Al-‘Abdi dan dari ‘Atha` bin
Abu Rabah dari Abu Sa’id Al-Khudri. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika awal malam bulan Ramadan
tiba, maka dibukalah pintu-pintu langit dan tidak ada yang ditutup hingga malam
terakhir bulan Ramadan. Dan tidaklah seorang hamba mukmin salat pada malam
bulan Ramadan kecuali akan Allah catat baginya seribu lima ratus kebaikan untuk
setiap sujud, dan dibangungkan baginya satu rumah di surga dari permata merah
yang di dalamnya terdapat enam ratus pintu. Setiap pintu-pintu tersebut
dilengkapi dengan pagar yang terbuat dari emas tertutup permata merah. Jika
berpuasa pada hari pertama Ramadan, maka diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu sampai ke hari itu di bulan Ramadan. Dan memohonkan ampun untuknya
tujuh puluh ribu malaikat dari salat pada siang hari hingga tidak terlihatnya
pembatas (petang).”172

4. Rahmat Allah pada hari yang amat haus.


‫ َعن‬،‫إّلِل ْب ُن إلْ ُم َؤ َّم َل‬
َ َّ ‫ َحدَّثنا عَبد‬:‫ قَال‬،‫ َحدَّثنا موس بن دإود‬:‫ قَال‬،‫َحدَّثنا أأْحد بن إْساق إ أألهوإزي‬
‫َسي َّ ٍة‬
َ َ ‫وس َِف‬ َ ‫إّلِل عَلَيه َو َس َّّل ب َ َع َث َأ َِب ُم‬
ُ َّ ‫ه َص َّّل‬ َ ‫ َأ َّن َر ُسو َل‬،‫إّلِل َعَّْ ُ َما‬ ُ َّ ‫ َر َِض‬،‫ َع َن إ ْب َن َع َّب ٍاس‬،‫َعطاء‬
‫إلس َفينَ َة َق ُفوإ‬ َ ِ َ ‫َِف إلْ َب ْح َر فَبَ ْينَا ُ ُْه َك َذ َ َِل قَدْ َرفَ ُعوإ‬
َّ ‫إلْشإ َع َِف لَ ْي َ ٍَل ُم ْظ َل َم ٍة ِإ َذإ هَا َت ٌف َم ْن فَ ْو َقه َْم َيَ ْ َت ُف َبأَه َْل‬
َ َّ ‫ إ َّن‬:‫ قَا َل‬،‫ َأخ َ ِْْب إ ْن ُك ْن َت ُمخ َ ًِْبإ‬:‫وس‬
‫إّلِل تَ َب َاركَ َوتَ َع َاَل‬ ُ َّ ‫ُأخ َ ُِْبُ ُْك َبقَضَ ا ٍء قَضَ ا ُه‬
َ ‫إّلِل عَ َّل ن َ ْف َس َه فَقَا َل َأبُو ُم‬
ِ ََ ْ ِ
‫إّلِل ي َ ْو َم إل َعطش‬ ُ َّ ‫قَ َض عَ َّل ن َ ْف َس َه َأن َّ ُه َم ْن َأع َْط َش ن َ ْف َس ُه َ َُل َِف ي َ ْو ٍم َصائَ ٍف َسقَا ُه‬
Telah menceritakan kepada kami Ahmad in Ishaq Al-Ahwazi. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Musa bin Dawud. Dia berkata: Telah menceritakan
kepada kami ‘Abdullah bin Al-Mu`ammal dari ‘Atha` dari Ibnu ‘Abbas radhiyallāhu
‘anhumā bahwa Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam mengutus Abu Musa
dalam ekspedisi di lautan.

172
Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Syu’ab Al-Īmān (3362). Syaikh Nashiruddin Al-Albani
dalam kitabnya, Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (5469), mengatakan
bahwa hadis ini Maudhu’ (palsu). Beliau berkata bahwa Muhammad bin Marwan As-Suddi
adalah seorang yang busuk dan pendusta.

64
Pada malam gelap gulita, air laut meninggi. Lalu seseorang dari bawah mereka
berteriak, “Wahai penghuni kapal, aku akan mengabarkan kepada kalian dengan
sesuatu yang Allah tetapkan atas diri-Nya.”
Lalu Abu Musa berkata, “Kabarkanlah jika kamu seorang pemberi kabar!”
Dia berkata, “Sesungguhnya Allah tabāraka wata’ālā telah menetapkan pada diri-
Nya sendiri bahwa barang siapa yang mendahagakan diri (berpuasa) pada hari
yang panas, Allah akan memberinya (rahmat) pada hari yang amat haus.”173

5. Berzikir pada bulan Ramadan dapat mendatangkan ampunan.


‫ َح َّدثَنَا َع ْبدُ َّإلر ْ َْح َن ْب ُن قَيْ ٍس‬:‫ َح َّدثَنَا َأ ْْحَدُ ْب ُن َمنْ ُص ٍور إلْ َم ْر َو َز هي قَا َل‬:‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن َح َني َف َة إلْ َو َإس َط هي قَا َل‬
‫ َع ْن ُ َْع َر ْب َن‬،‫ َع ْن َس َعي َد ْب َن إلْ ُم َس َي ِ َب‬،‫ َع ْن عَ َ َ َِل ْب َن َزيْ ٍد‬،‫ َح َّدثَنَا َه ََل ُل ْب ُن َع ْب َد َّإلر ْ َْح َن‬:‫إلضَّ َ ِ هب قَا َل‬
‫إّلِل َفي َه ََل‬
َ َّ ‫ َو َسائَ ُل‬،ُ‫إّلِل َِف َر َمضَ َان َم ْغ ُف ٌور ََل‬ َ َّ ‫ َذإ َك ُر‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ َ َّ ‫ول‬
ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫إلْخ ََّط َاب قَا َل‬
‫يب‬ُ ‫َ ََي‬
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hanifah Al-Wasithi. Dia berkata:
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Manshur Al-Marwazi. Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Qais Adh-Dhabbi. Dia berkata:
Telah menceritakan kepada kami Hilal bin ‘Abdurrahman dari ‘Ali bin Zaid dari
Sa’id bin Al-Musayyib dari ‘Umar bin Al-Khaththab. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Berzikir kepada Allah pada bulan
Ramadan dapat mendatangkan ampunan Allah untuknya dan meminta kepada
Allah pada bulan Ramadan tidak akan gagal.”174

6. Puasa adalah penyuci tubuh dan puasa adalah setengah dari kesabaran.
‫ َح َّدثَنَا َع ْبدُ إلْ َع َزي َز ْب ُن‬:‫ ح و َح َّدثَنَا ُم ْح َر ُز ْب ُن َسلَ َم َة إلْ َعدَ َ هّن قَا َل‬،‫إّلِل ْب ُن إلْ ُم َب َار َك‬
َ َّ ُ‫ َح َّدثَنَا َع ْبد‬:‫َح َّدثَنَا َأبُو بَ ْك ٍر قَا َل‬
‫ك‬َِ ُ ‫ َل‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬،َ‫ َع ْن َأ َِب ه َُرْي َرة‬،‫ َع ْن ُ َْجه ََان‬،َ‫وس ْب َن ُع َب ْيدَ ة‬ َ ‫ َ ََجي ًعا َع ْن ُم‬،‫ُم َح َّم ٍد‬
َّ ‫إلص َيا ُم َن ْص ُف‬
‫إلص ْ َِب‬ َ ِ ‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬ُ ‫ َوقَا َل َر ُس‬:‫إلص ْو ُم َزإ َد ُم ْح َرزٌ َِف َح َدي َث َه‬ َّ ‫ َو َز ََك ُة إلْ َج َس َد‬،‫َش ٍء َز ََك ٌة‬
َْ

173
Diriwayatkan oleh Al-Bazzar (4974). Setelah selesai menuliskan hadisnya, Al-Bazzar
menulis, “Hadis ini tidak kami ketahui telah diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas kecuali melalui
jalur ini.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa
Al-Maudhū’ah (6748), mengatakan bahwa hadis ini Dha’if. Di dalam hadis ini terdapat
‘Abdullah bin Al-Mu`ammal. Ia adalah seorang perawi hadis yang dha’if (dha’īful hadīts)
sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya Taqrīb At-Tahdzīb (3648).
174
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath (6170). Setelah selesai menuliskan
hadisnya, Thabrani menulis, “Hadis ini tidak diriwayatkan dari ‘Ali bin Zaid kecuali melalui
Hilal bin ‘Abdurrahman.” Di dalam hadis ini terdapat ‘Abdurrahman bin Qais Adh-Dhabbi.
Ibnu ‘Adi dalam kitabnya, Al-Kāmil fī Dhu’afā` Ar-Rijāl (1118), mengutip pendapat Bukhari
tentang ‘Abdurrahman bin Qais Adh-Dhabbi. Bukhari berkata, “Tinggalkan hadisnya.” Syaikh
Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya Dha’īf At-Targhīb wa At-Tarhīb (600) mengatakan
bahwa hadis ini Dha’if.

65
Daif Ramadan

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr. Dia berkata: Telah menceritakan
kepada kami ‘Abdullah bin Al-Mubarak. Dalam jalur lain, disebutkan: Telah
menceritakan kepada kami Muhriz bin Salamah Al-'Adani. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad, semuanya dari Musa bin
‘Ubaidah dari Jumhan dari Abu Hurairah. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap sesuatu itu ada
penyucinya. Dan penyucinya tubuh adalah berpuasa.”
Tambahan pada hadis yang melalui Muhriz:
Dan Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Puasa adalah setengah dari
kesabaran.”175

7. Berpuasa akan membuat sehat.


‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن ُسلَ ْي َم َان ْب َن َأ َِب‬،‫ َح َّدثَنَا َج ْع َف ُر ْب ُن ُم َح َّم َد ْب َن فُضَ ْي ٍل إلْ َج َز َر هي‬،‫وس ْب ُن َز َك َر ََّي‬ َ ‫َح َّدثَنَا ُم‬
َ َّ ‫ول‬
‫إّلِل‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ َع ْن َأ َِب ه َُرْي َر َة قَا َل‬،‫ َع ْن َأبَي َه‬،‫ َع ْن ُسهَ ْي َل ْب َن َأ َِب َصا َل ٍح‬،‫ َح َّدثَنَا ُزه ْ َُْي ْب ُن ُم َح َّم ٍد‬،َ‫د َُإود‬
‫ َو َسا َف ُروإ ت َ ْس َت ْغ ُنوإ‬،‫ َو ُصو ُموإ ت ََص هحوإ‬،‫ إ ْغ ُزوإ تَ ْغنَ ُموإ‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ُ ‫َص َّّل‬
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Zakariyya. Telah menceritakan kepada
kami Ja’far bin Muhammad bin Fudhail Al-Jazari. Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Sulaiman bin Abu Dawud. Telah menceritakan kepada kami
Zuhair bin Muhammad dari Suhail bin Abu Shalih dari ayahnya dari Abu Hurairah.
Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Berperanglah niscaya kalian
akan mendapat harta rampasan perang. Dan Berpuasalah niscaya kalian akan
sehat. Dan bepergianlah niscaya kalian akan kaya.”176

8. Lima hal yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya pada bulan Ramadan.

175
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1745). Di dalam hadis ini terdapat Musa bin ‘Ubaidah. Ibnu
‘Adi dalam kitabnya, Al-Kāmil fī Dhu’afā` Ar-Rijāl (1813), mengutip pendapat Yahya dan
Nasa`i tentang Musa bin ‘Ubaidah. Keduanya berkata bahwa Musa bin ‘Ubaidah adalah
perawi yang dha’if. Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Silsilah Al-Ahādīts Adh-
Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (3811), mengatakan bahwa hadis ini Dha’if. Beliau menambahkan
bahwa Musa bin ‘Ubaidah adalah orang yang disepakati ke-dha’if-annya.
176
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath (8312). Setelah selesai menuliskan
hadisnya, Thabrani menulis, “Hadis ini tidak diriwayatkan dari Suhail dengan lafaz ini kecuali
melalui Zuhair bin Muhammad.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Dha’īf At-
Targhīb wa At-Tarhīb (573) mengatakan bahwa hadis ini Dha’if. Beliau berkata, “Dan dia
(Zuhair bin Muhammad) adalah orang yang dha’if jika meriwayatkan hadis kepada orang-
orang Syam. Dan hadis ini adalah darinya (dari orang Syam, yaitu Muhammad bin Sulaiman
bin Abu Dawud, dari Zuhair bin Muhammad).” Sedangkan, Syaikh Syu’aib Al-Arna`uth juga
menyebutkan hadis ini dalam tahqiq-nya untuk kitab Musnad Al-Imām Ahmad bin Hanbal
(tahqiq untuk hadis nomor 8945). Beliau mengutip pendapat Daruquthni tentang Musa bin
Zakariyya. Daruquthni berkata, “(Musa bin Zakariyya adalah) orang yang ditinggalkan (dalam
periwayatan hadis).”

66
‫ َع ْن‬،‫ َع ْن َأ َِب َسلَ َم َة ْب َن َع ْب َد َّإلر ْ َْح َن‬،‫ َع ْن ُم َح َّم َد ْب َن ْ َإأل ْس َو َد‬،‫ َأخ َ َِْب اَ َهشَ ا ُم ْب ُن َأ َِب َهشَ ا ٍم‬، ُ‫َح َّدثَنَا يَ َزيد‬
‫ لَ ْم تُ ْع َطهَا‬،‫ ُأع َْط َي ْت ُأ َّم َِت َ َْخ َس َخ َصالٍ َِف َر َمضَ َان‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ ُ ‫ه َص َّّل‬ َ ‫ول‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬،َ‫َأ َِب ه َُرْي َرة‬
،‫ َوت َ ْس تَ ْغ َف ُر لَهُ ُم إلْ َم ََلَِ َك ُة َح ََّّت يُ ْف َط ُروإ‬،‫ه َم ْن َر َحي إلْ َم ْس َك‬َ َ‫اِئ أَ ْط َي ُب َع ْند‬ َ َ ‫إلص‬ َّ ‫ ُخلُ ُوف فَ َم‬:‫ُأ َّم ٌة قَ ْبلَه ُْم‬
‫ون َأ ْن يُلْ ُقوإ َعَّْ ُ ُم إلْ َم ُئون َ َة َو ْ َإأل َذى‬
َ ‫إلصا َل ُح‬ َّ ‫وش ُك َع َبا َدي‬ َ ُ‫ ي‬:‫ول‬ ُ ‫ ُ َُّث ي َ ُق‬،ُ‫ك ي َ ْو ٍم َجن َّ َته‬ َّ ُ ‫ه َع َّز َو َج َّل‬
ُ ‫َويُ َزَيِ ُن‬
‫ َويُ ْغ َف ُر‬،‫ون إلَ ْي َه َِف غَ ْ َْي َه‬ َ ‫ فَ ََل َ َْيلُ ُصوإ َفي َه إ ََل َما ََكنُوإ َ َْيلُ ُص‬، َ‫إلش َيا َطني‬ َّ ‫ َويُ َصفَّدُ َفي َه َم َر َد ُة‬،‫َوي َ َص ُْيوإ إلَ ْي َك‬
ِ ِ َ ‫ ََي َر ُسو َل‬:َ‫لَه ُْم َِف أ َخِ َر لَ ْي َ ٍَل َقيل‬
‫ َولَ َك َّن إلْ َعا َم َل إن َّ َما يُ َو ََّف أَ ْج َر ُه إ َذإ قَ َض‬،‫ ََل‬:‫ِه لَ ْي َ َُل إلْقَدْ َر؟ قَا َل‬
ََ ‫ َأ‬،‫ه‬
ِ ِ
‫َ َْع َ ُِل‬
Telah menceritakan kepada kami Yazid. Telah mengabarkan kepada kami Hisyam
bin Abu Hisyam dari Muhammad bin Al-Aswad dari Abu Salamah bin
‘Abdurrahman dari Abu Hurairah. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, "Umatku diberi lima hal yang
tidak diberikan kepada umat sebelumnya pada bulan Ramadan. (1) Bau mulut
orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada harumnya minyak misk. (2)
Para malaikat memintakan ampunan untuk mereka hingga berbuka. (3) Pada
setiap harinya Allah ‘azza wajalla menghiasi surga mereka kemudian Allah
berfirman, 'Hampir saja para hamba-Ku yang salih dihindarkan dari kepayahan
dan gangguan serta mereka berjalan kepadamu (surga).' (4) Di dalam bulan
Ramadan, para setan dibelenggu hingga mereka tidak bebas menggoda orang
yang berpuasa sebagaimana mereka bebas mengganggu selainnya. (5) Dan akan
diampuni dosa-dosa mereka (orang yang berpuasa) di akhir malam bulan
Ramadan.”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah apakah yang dimaksud itu adalah
lailatulqadr?”
Rasulullah menjawab, "Tidak, akan tetapi seseorang yang beramal akan ditepati
pahalanya jika telah selesai melaksanakan amalannya.”177

9. Ramadan adalah bulan umat Islam.


‫ حدثنا عبد ه بن محمد بن‬،‫ حدثنا أأبو إلفتح بن أأِب إلفوإرس‬،‫أأخِب ا عبد إلوإحد بن عَل بن فهد ببغدإد‬
‫ حدثنا محمد بن بشْي‬،‫ حدثنا يوسف بن إْساق إلباِب وَكن ثقة‬،‫ حدثنا عبد ه بن محمد بن زكرَي‬،‫جعفر‬
:‫ قال رسول ه صّل ه عليه وسّل‬:‫ قال‬،‫ عن إحلسن‬،‫ عن يونس‬،‫ حدثنا قرإن بن متام‬،‫إلبغدإدي‬

177
Diriwayatkan oleh Ahmad (7917). Syaikh Syu’aib Al-Arna`uth mengatakan bahwa sanad
hadis ini dha’if jiddan (lemah sekali). Beliau berkata, “Hisyam bin Abu Hisyam telah disepakati
oleh para ahli hadis tentang kelemahannya. Dan Muhammad bin Muhammad bin Al-Aswad
tidak diketahui jati dirinya (majhul hāl).” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya Dha’īf
At-Targhīb wa At-Tarhīb (586) mengatakan bahwa hadis ini dha’if jiddan (lemah sekali).

67
Daif Ramadan

‫ ومن صام إلنصف من رجب عدل َل بصوم ثَلثني‬،‫من صام يوم ًا من رجب عدل َل بصوم س نتني‬
،‫ وشعبان شهري‬-‫عز وجل‬- ‫ رجب شهر ه‬:‫ قال رسول ه صّل ه عليه وسّل‬:‫ وقال‬. ‫س نة‬
‫ورمضان شهر أأمِت‬
Telah mengabarkan kepada kami ‘Abdul Wahid bin ‘Ali bin Fahd. Telah
menceritakan kepada kami Abul Fath bin Abu Al-Fawaris. Telah menceritakan
kepada kami ‘Abdullah bin Muhammad bin Ja’far. Telah menceritakan kepada
kami ‘Abdullah bin Muhammad bin Zakariya. Telah menceritakan kepada kami
Yusuf bin Ishaq Al-Babi dan ia adalah orang yang terpercaya. Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Basyir Al-Baghdadi. Telah menceritakan kepada
kami Qiran bin Tamam dari Yunus dari Al-Hasan. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang berpuasa
satu hari di bulan Rajab, maka Allah akan memberinya pahala seperti berpuasa
dua tahun. Dan barang siapa yang berpuasa setengah dari bulan Rajab, maka
Allah akan memberinya pahala seperti berpuasa tiga puluh tahun.”
Dan dia berkata: Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Rajab adalah
bulan Allah ‘azza wajalla. Syakban adalah bulanku. Dan Ramadan adalah bulan
umatku.”178

10. Bulan terburuk bagi orang-orang munafik.


‫ قَا َل‬:‫ قَا َل‬،َ‫ َع ْن َأ َِب ه َُرْي َرة‬،‫ َع ْن َأبَي َه‬،‫ َع ْن َ ْْع َرو ْب َن تَ َم ٍمي‬،‫ َح َّدثَنَا كَ َث ُْي ْب ُن َزيْ ٍد‬:‫ قَا َل‬،‫َح َّدثَنَا َأبُو بَ ْك ٍر إلْ َحنَ َف هي‬
،‫ه َما َأ ََت عَ َّل إلْ ُم ْس َل َم َني َشه ٌْر خ ْ ٌَْي لَهُ ْم َم ْن َر َمضَ َان‬ َ َ‫وف َر ُسول‬ َ ُ‫ َب َم ْحل‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
ُ ‫ه َص َّّل‬
َ ‫ول‬ ُ ‫َر ُس‬
‫ َو َما يُ َع هد‬،‫ون َفي َه َم َن إلْ ُق َّو َة َللْ َع َبا َد َة‬َ ُ‫ َو َذ َ َِل َل َما يُ َع هد إلْ ُم ْؤ َمن‬،‫َو ََل َأ ََت عَ َّل إلْ ُمنَا َف َق َني َشه ٌْر ََش لَهُ ْم َم ْن َر َمضَ َان‬
‫غَّن إلْ ُم ْؤ َم ُن ي َ ْغتَ َن ُم ُه إلْ َف َاج ُر‬
ٌ ْ ‫ ه َُو‬،‫ون َم ْن غَ َف ََل َت إلنَّ َاس َو َع ْو َرإِتَ َ ْم‬ َ ‫َفي َه إلْ ُمنَا َف ُق‬
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Hanafi. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Katsir bin Zaid dari 'Amru bin Tamim dari ayahnya dari
Abu Hurairah. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda, “Inilah janji Rasulullah bahwa
tidak datang kepada kaum muslimin suatu bulan yang lebih baik bagi mereka dari
bulan Ramadan. Dan tidak datang kepada orang-orang munafik suatu bulan yang
lebih buruk bagi mereka selain bulan Ramadan. Yang demikian itu karena kaum
muslimin menyiapkan tenaga dan semangat untuk beribadah. Sedangkan, yang
dipersiapkan oleh orang-orang munafik adalah kesenangan mereka akan
kelalaian orang lain dan mencari-cari aib orang lain. Bulan Ramadan adalah

178
Diriwayatkan oleh Abul Qasim Al-Ashbahani dalam At-Targhīb wa At-Tarhīb li Qawām As-
Sunnah (1857). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya Silsilah Al-Ahādīts Adh-
Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (4400) mengatakan bahwa hadis ini dha’if. Beliau berkata bahwa
Qiran bin Tamam adalah seorang yang jujur namun sering melakukan kesalahan.

68
ghanimah orang mukmin yang dimanfaatkan oleh orang yang fajir (orang yang
gemar berbuat dosa).”179

11. Keluar dari dosa-dosa seperti saat dilahirkan oleh ibunya.


‫ َح َّدثَنَا‬:‫ قَا َل‬،‫اِس ْب ُن إلْفَضْ َل‬ ُ َ َ‫ َح َّدثَنَا إلْق‬:‫ قَا َل‬،‫ َح َّدثَنَا َأبُو َهشَ ا ٍم‬:‫ قَا َل‬،‫إّلِل ْب َن إلْ ُم َب َار َك‬ َ َّ ‫َأخ َ َِْب اَ ُم َح َّمدُ ْب ُن َع ْب َد‬
َ‫ َ َِم َع ُه َأبُوك‬،‫َيك‬ َ ‫َِش ٍء َ َِم ْعتَ ُه َم ْن َأب‬ ْ َ ‫ َح َِدثْ َِن ب‬،‫ قُلْ ُت َ َأل َِب َسلَ َم َة ْب َن َع ْب َد َّإلر ْ َْح َن‬- :‫ قَا َل‬،‫َض ْب ُن َشيْ َب َان‬ ُ ْ َّ‫إلن‬
‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َأ َح ٌد َِف َشهْ َر‬ ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ َ‫َيك َوب َ ْ َني َر ُسول‬َ ‫ لَيْ َس ب َ ْ َني َأب‬،‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ ُ ‫إّلِل َص َّّل‬َ َّ َ‫َم ْن َر ُسول‬
‫إّلِل تَ َب َاركَ َوتَ َع َاَل فَ َر َض‬ َ َّ ‫ إ َّن‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬،‫ َح َّدثَ َِن َأ َِب‬- ‫ ن َ َع ْم‬:‫َر َمضَ َان قَا َل‬
ِ
‫ فَ َم ْن َصا َم ُه َوقَا َم ُه إَمَا اً َوإ ْح َت َس ًاِب خ ََر َج َم ْن ُذنُو َب َه َك َي ْو َم َو َ َلتْ ُه ُأ هم ُه‬،ُ‫َص َيا َم َر َمضَ َان عَلَ ْي ُ ُْك َو َس نَنْ ُت لَ ُ ُْك َق َيا َمه‬
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin 'Abdullah bin Al-Mubarak. Dia
ِ
berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Hisyam. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Al-Qasim bin Al-Fadhl. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami An-Nadhr bin Syaiban. Dia berkata:
Aku berkata kepada Abu Salamah bin 'Abdurrahman, “Ceritakanlah kepadaku
mengenai sesuatu tentang bulan Ramadan yang kamu dengar dari ayahmu.
Ayahmu mendengarnya dari Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam, yang mana
antara ayahmu dan Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam tidak ada perantara
seorang pun.”
Abu Salamah menjawab, “Baik!”
Telah menceritakan kepadaku ayahku. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tabāraka
wa ta'ālā telah mewajibkan kepada kalian berpuasa di bulan Ramadan dan aku
menyunahkan salat malamnya. Barang siapa yang berpuasa dan salat di
malamnya karena iman dan mengaharap pahala, maka ia akan keluar dari dosa-
dosanya sebagaimana hari di mana ia dilahirkan oleh ibunya.”180

12. Ramadan di Kota Mekah.


،‫ َع ْن َس َعي َد ْب َن ُج َب ْ ٍْي‬،‫ َع ْن َأبَي َه‬،‫ َح َّدثَنَا َع ْبدُ َّإلر َح َمي ْب ُن َزيْ ٍد إلْ َع َِم هي‬:‫دَّن قَا َل‬
‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن َأ َِب ُ َْع َر إلْ َع َ ه‬
‫ َوقَا َم َمنْ ُه‬،ُ‫ فَ َصا َمه‬،‫ َم ْن َأد َْركَ َر َمضَ َان َب َمكَّ َة‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬،‫َع َن إ ْب َن َع َّب ٍاس‬

179
Diriwayatkan oleh Ahmad (8368). Syaikh Syu’aib Al-Arna`uth mengatakan bahwa sanad
hadis ini dha’if. Beliau melanjutkan, “Katsir bin Zaid adalah orang yang tidak kuat. Adapun
'Amru bin Tamim, Bukhari berkata tentang hadisnya ini, ‘Di dalamnya perlu diteliti.’ Adapun
ayahnya 'Amru bin Tamim, yaitu Tamim adalah orang yang tidak diketahui.”
180
Diriwayatkan oleh Nasa`i (2210). Di dalam hadis ini terdapat An-Nadhr bin Syaiban. Ibnu
Hajar Al-‘Asqalani dalam kitabnya Taqrīb At-Tahdzīb (7136) mengatakan bahwa An-Nadhr
bin Syaiban adalah orang yang layyinul hadīts (orang yang lemah dalam meriwayatkan hadis).
Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Dha’īf At-Targhīb wa At-Tarhīb (I/151),
mengatakan bahwa hadis ini Dha’if.

69
Daif Ramadan

َِ ُ ‫ َو‬،‫ك ي َ ْو ٍم َع ْت َق َرقَ َب ٍة‬


‫ك‬ ُ َّ ‫ َو َكتَ َب‬،‫ َفميَا َس َوإهَا‬،‫إّلِل َ َُل َمائ َ َة َألْ َف َشهْ َر َر َمضَ َان‬
َِ ُ ‫ َب‬،ُ‫إّلِل ََل‬ ُ َّ ‫ َكتَ َب‬،ُ‫ْس ََل‬ َ َّ َ‫َما تَي‬
‫ك لَ ْي َ ٍَل َح َس نَ ًة‬ َِ ُ ‫ َو َِف‬،‫ك ي َ ْو ٍم َح َس نَ ًة‬ َ ‫ك ي َ ْو ٍم ُ ْْح ََل َن فَ َر ٍس َِف َسب‬
َ َّ ‫َيل‬
َِ ُ ‫ َو َِف‬،‫إّلِل‬ َِ ُ ‫ َو‬،‫لَ ْي َ ٍَل َع ْت َق َرقَ َب ٍة‬
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu ‘Umar Al-'Adani. Dia
berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahim bin Zaid Al-'Ammi dari
ayahnya dari Sa'id bin Jubair dari ‘Ibnu Abbas. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang menjumpai
Ramadan di kota Mekah, kemudian dia berpuasa dan melaksanakan qiyamullail
semampunya, maka Allah akan menuliskan baginya seratus ribu bulan Ramadan
selain bulan itu. Dan Allah akan menuliskan baginya setiap hari seperti
memerdekakan budak, setiap malam memerdekakan budak, setiap hari
menunggang kuda di jalan Allah (perang), setiap hari satu kebaikan, dan setiap
malam satu kebaikan.”181

13. Sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadan.


‫ َع ْن‬،‫ َع ْن ََثب ٍَت‬،‫وس‬ َ ‫ َح َّدثَنَا َصدَ قَ ُة ْب ُن ُم‬:‫وس ْب ُن إ ْ َِما َعي َل قَا َل‬ َ ‫ َح َّدثَنَا ُم‬:‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن إ ْ َِما َعي َل قَا َل‬
ِ ِ
َّ ‫ َأ هي‬:‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
‫ َش ْع َب ُان َل َت ْع َظ َمي َر َمضَ َان‬:‫إلص ْو َم َأفْضَ ُل ب َ ْعدَ َر َمضَ َان؟ فَقَا َل‬ ُ َّ ‫ ُس َئ َل إلنَّ َ هب َص َّّل‬:‫َأن َ ٍس قَا َل‬
‫ َصدَ قَ ٌة َِف َر َمضَ َان‬:‫إلصدَ قَ َة َأفْضَ ُل؟ قَا َل‬ َّ ‫ فَأَ هي‬:َ‫َقيل‬
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Isma’il. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il. Dia berkata: Telah menceritakan
kepada kami Shadaqah bin Musa dari Tsabit dari Anas. Dia berkata:
Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam ditanya tentang puasa yang paling utama setelah
Ramadan.
Beliau menjawab, “Puasa yang paling utama adalah puasa di bulan Syakban untuk
memuliakan Ramadan.”
Beliau ditanya lagi, “Lalu sedekah apa yang paling utama?”
Beliau menjawab, “Sedekah di bulan Ramadan.”182

14. Berharap semua bulan adalah Ramadan.

181
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (3117). Di dalam hadis ini terdapat ‘Abdurrahim bin Zaid Al-
'Ammi dan ayahnya. Ibnu Abu Hatim menulis dalam kitabnya, ‘Ilal Al-Hadīts libn Abi Hātim
(100), “Ayahku berkata: ‘Abdurrahim bin Zaid adalah matrūkul hadīts (orang yang hadis
darinya ditinggalkan) dan Zaid Al-‘Ammi (ayahnya ‘Abdurrahim bin Zaid) adalah dha’īful
hadīts (orang yang hadis darinya lemah).” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya,
Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (832), mengatakan bahwa hadis ini
Maudhu’ (palsu). Beliau mengutip pendapat Ibnu Ma’in tentang ‘Abdurrahim bin Zaid. Ibnu
Ma’in berkata, “Pendusta yang buruk.”
182
Diriwayatkan oleh Tirmidzi (663). Setelah selesai menuliskan hadisnya, Tirmidzi berkata,
“Ini adalah hadis yang aneh. Dan Shadaqah bin Musa bukanlah orang yang kuat (dalam
periwayatan hadis).” Syaikh Nashiruddin Al-Albani berkata dalam kitabnya Irwā` Al-Ghalīl fī
Takhrīj Ahādīts Manār As-Sabīl (889) mengatakan bahwa hadis ini Dha’if.

70
، َ‫ َأ ْخ َ َِب اَ َس َعيدُ ْب ُن َأ َِب يَ َزيد‬،‫ َح َّدثَنَا َسهْ ُل ْب ُن َ َّْحا ٍد َأبُو َعتَّ ٍاب‬،‫اّن‬ ‫َح َّدثَنَا َأبُو إلْخ ََّط َاب َز ََي ُد ْب ُن َ َْي ََي إلْ َح َّس َ ه‬
‫ َع ْن َأ َِب‬،َ‫ َع ْن اَ َفع َ ْب َن بُ ْر َدة‬،‫إلش ْع َ َ ِب‬ َّ ‫ َع َن‬،‫وب إلْ َب َج َ هَل‬ َ ‫ َح َّدثَنَا َج َر ُير ْب ُن َأي ه‬:‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن يُ ُوس َف قَ َاَل‬
‫ ح َوقَا َل َس َعيدُ ْب ُن َأ َِب‬،‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ ُ ‫َم ْس ُعو ٍد قَا َل َأبُو إلْخ ََّط َاب إلْ َغ َف َار هي قَا َل َ َِم ْع ُت َر ُسو َل إ َّ َّلِل َص َّّل‬
‫ َ َِم ْع ُت‬:‫ قَا َل‬- ‫يث َأ َِب إلْخ ََّط َاب‬ ُ ‫ َوه ََذإ َح َد‬- ‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ ُ ‫ َع َن إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬،‫ َع ْن َأ َِب َم ْس ُعو ٍد‬، َ‫يَ َزيد‬
‫ لَ ْو ي َ ْع َ ُّل إلْ َع َبا ُد َما َر َمضَ ُان‬:‫ فَقَا َل‬،‫ول َذ َإت ي َ ْو ٍم َوقَدْ َأ َه َّل َر َمضَ ُان‬ ُ ‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ي َ ُق‬ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫َر ُسو َل‬
‫ إ َّن إلْ َجنَّ َة لَ َ ََتيَّ ُن‬:‫ فَقَا َل‬،‫ َح َِدثْنَا‬،‫إّلِل‬ َ َّ ‫ ََي ن َ ََّب‬:‫ فَقَا َل َر ُج ٌل َم ْن خ َُزإعَ َة‬، ‫إلس نَ َة ُُكَّهَا‬ َّ َ ‫لَتَ َمنَّ ْت ُأ َّم َِت َأ ْن يَ ُك‬
‫ون‬
ِ
،‫ فَا َذإ ََك َن َأ َّو ُل ي َ ْو ٍم َم ْن َر َمضَ َان َه َّب ْت َرحيٌ َم ْن َ ُْت َت إلْ َع ْر َش‬، َ‫َل َر َمضَ َان َم ْن َر ْأ َس إلْ َح ْولَ إ ََل إلْ َح ْول‬
َّ ‫ ََي َر َ ِب ْإج َع ْل لَنَا َم ْن َع َبا َدكَ َِف ه ََذإ‬:‫ فَ َي ُقلْ َن‬،‫ فَتَ ْن ِ ُظ ُر إلْ ُح ُور إلْ َع ِ ُني إ ََل َذ َ َِل‬،‫فَ َص َفقَ ْت َو َر َق إلْ َجنَّ َة‬
‫إلشهْ َر‬
ِ
‫ فَ َما َم ْن َع ْب ٍد ي َ ُصو ُم ي َ ْو ًما َم ْن َر َمضَ َان إ ََّل ُز َِو َج َز ْو َج ًة َم َن‬:‫ َوتُ َق هر َأ ْع ُيََّ ُ ْم َبنَا قَا َل‬،‫َأ ْز َوإ ًجا تُ َق هر َأ ْع ُينَنَا ِبَ َ ْم‬
ِ
}‫إت َِف إلْ َخ َيا َم‬ ٌ ‫ { ُح ٌور َم ْق ُص َور‬:‫إّلِل‬ ُ َّ ‫إلْ ُح َور إلْ َعنيَ َِف َخ ْي َم ٍة َم ْن د َُّر ٍة َم َّما ن َ َع َت‬
‫ ل َ ْي َس‬،‫يب‬ َ ‫إلط‬ َِ ‫ون لَ ْو اً َم َن‬ َ ‫ تُ ْع َطى َس ْب ُع‬،‫ لَ ْي َس َمَّْ َا ُح َّ ٌَل عَ َّل لَ ْو َن ْ ُإألخ َْرى‬،‫ون ُح َّ ًَل‬ َ ‫ك إ ْم َر َأ ٍة َس ْب ُع‬ َِ ُ ‫عَ َّل‬
َِ ُ ‫ َم َع‬،‫ون َألْ َف َو َص ٍيف‬
‫ك‬ َ ‫ َو َس ْب ُع‬،‫ون َألْ َف َو َصي َف ٍة َل َحا َجَتَ َا‬ َ ‫ك إ ْم َر َأ ٍة َمَّْ ُ َّن َس ْب ُع‬ َِ ُ ‫ َل‬،‫َمنْ ُه لَ ْو ٌن عَ َّل َر َحي ْإأل َخ َر‬
‫ك إ ْم َر َأ ٍة َمَّْ ُ َّن‬ َِ ُ ‫ َل‬،‫ ََل ََتَدُ َ َأل َّو َ ََل‬،ً‫ ََتَدُ َأل َخ َر لُ ْق َم ٍة َمنْ ُه َ ََّّلة‬،‫ َفهيَا لَ ْو ُن َط َعا ٍم‬،‫ُص َف ٌة َم ْن َذه ٍَب‬ ْ َ ‫َو َص ٍيف‬
‫ك َف َر ٍإش‬ َِ ُ ‫ فَ ْو َق‬،‫ ب َ َطاََُِّ َا َم ْن إ ْس تَ ْ َِب ٍق‬،‫ون َف َر ًإشا‬ َ ‫َسي ٍر َس ْب ُع‬ ََ ‫ك‬ َِ ُ ‫ عَ َّل‬،‫َس ًيرإ َم ْن ََيقُوتَ ٍة َ ْْح َر َإء‬ َ َ ‫ون‬ َ ‫َس ْب ُع‬
ِ
‫ عَلَ ْي َه َس َو َإر َإن َم ْن‬،‫َّش َِبله َِر‬ ٍ َّ ‫ ُم َو‬،‫وت َأ ْ َْح َر‬ ٍ ُ‫َسي ٍر َم ْن ََيق‬ َ َ ‫ َويُ ْع َطى َز ْو ُ َْجا َمثْ َل َذ َ َِل عَ َّل‬،‫ون َأ َري َك ًة‬ َ ‫َس ْب ُع‬
‫ات‬ َ َ‫ك ي َ ْو ٍم َصا َم ُه َم ْن َر َمضَ َان َس َوى َما َ َْع َل َم َن إلْ َح َس ن‬ َِ ُ ‫ ه ََذإ َب‬،‫َذه ٍَب‬
Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Khaththab Ziyad bin Yahya Al-Hassani.
Telah menceritakan kepada kami Sahl bin Hammad Abu ‘Attab. Telah
mengabarkan kepada kami Sa’id bin Abu Yazid. Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Yusuf. Keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Jarir
bin Ayyub Al-Bajali dari Asy-Sya’bi dari Nafi; bin Burdah dari Abu Mas’ud. Dia
berkata: Abu Al-Khaththab Al-Ghifari berkata: Aku mendengar Rasulullah
shallallāhu ‘alaihi wasallam. Dalam riwayat lain: Dan Sa’id bin Abu Yazid berkata
dari Abu Mas’ud dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam. Dan ini adalah hadis Abu
Al-Khaththab. Dia berkata:
Aku mendengar Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seandainya
hamba-hamba itu tahu apa yang ada pada bulan Ramadan (keutamaannya),
sungguh, umatku akan berangan-angan bahwa satu tahun itu adalah bulan
Ramadan seluruhnya.”
Maka berkatalah seorang laki-laki dari Khuza’ah, “Wahai Nabi Allah! Ceritakanlah
kepada kami!”
Beliau bersabda, “Sesungguhnya surga berhias untuk Ramadan dari tahun ke
tahun. Jika tiba awal hari dari Ramadan, berhembus angin dari bawah ‘Arsy. …..”183

183
Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (1886). Di dalam hadis ini terdapat Jarir bin Ayyub.
Syaikh Al-A’zhami mengatakan bahwa sanad hadis ini dha’if bahkan maudhu’ (palsu). Beliau

71
Daif Ramadan

15. Mengerjakan amalan sunah pada bulan Ramadan sama dengan amalan wajib
pada bulan lainnya.
ُ‫ َح َّدثَنَا َس َعيد‬،‫اّن‬ َ َّ ‫ َح َّدثَنَا َع ْبدُ إلْ َع َزي َز ْب ُن َع ْب َد‬،‫َح َّدثَنَا إلْ ُح َس ْ ُني َح َّدثَنَا َس َعيدُ ْب ُن ُم َح َّم َد ْب َن ثَ َو ٍإب‬
‫إّلِل إلْ ُجدْ عَ َ ه‬
َ َّ ‫ول‬
‫إّلِل‬ ُ ‫ خ ََط َبنَا َر ُس‬:‫س قَا َل‬ َِ َ ‫ َع ْن َسلْ َم َان إلْ َف َار‬،‫ َع ْن َس َعي َد ْب َن إلْ ُم َس َيِ َب‬،‫ َع ْن عَ َ َ َِل ْب َن َزيْ ٍد‬،‫ْب ُن َأ َِب َع ُروب َ َة‬
‫ قَدْ َأ َظل َّ ُ ُْك َشه ٌْر‬, ‫ ََي َأَيه َا إلنَّ ُاس‬:‫ فَقَا َل‬, ‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل أ َخ َر ي َ ْو ٍم َِف َش ْع َب َان َأ ْو َأ َّو َل ي َ ْو ٍم َِف َر َمضَ َان‬ ُ ‫َص َّّل‬
‫ فَ َم ْن ت ََط َّو َع‬, ‫ َو َج َع َل َق َيا َم ُه ت ََط هوعًا‬, ‫إّلِل َص َيا َم ُه‬ ُ َّ ‫ إفْ َ َْت َض‬, ‫َع َظ ٌمي َشه ٌْر ُم َب َاركٌ َفي َه ل َ ْي َ ٌَل خ ْ ٌَْي َم ْن َألْ َف َشهْ ٍر‬
‫ َو َم ْن َأدَّى َفي َه فَ َريضَ ًة ََك َن ََكَ ْن َأدَّى َس ْب َع َني‬, ‫َفي َه خ ْ ًَْيإ فَ َح هظ ُه َم ْن َذ َ َِل إلْخ ْ ََْي ََكَ ْن َأدَّى فَ َريضَ ًة َفميَا َس َوإ ُه‬
‫ َو َم ْن فَ َّط َر َفي َه َصائَ ًما ََك َن َ َُل َك َع ْت َق َرقَ َب ٍة‬, ‫ َويُ َزإ ُد َِف َر ْز َق إلْ ُم ْؤ َم َن َفي َه‬, ‫إلص ْ َِب َوإلْ ُم َو َإسا َة‬ َّ ‫فَ َريضَ ًة َوه َُو َشه ُْر‬
‫ قُلْنَا ََي‬:‫َشب َ ًة ََل ي َ ْظ َمأُ ب َ ْعدَ هَا َأبَدً إ َِف إله نْ َيا َو ََل َِف ْإأل َخ َر َة قَا َل‬ ْ َ ‫إّلِل َم ْن َح ْو َِض‬ ُ َّ ‫ َو َسقَا ُه‬, ‫َو َم ْغ َف َر ٍة َ َُّلنُو َب َه‬
‫إّلِل إلث ََّو َإب َم ْن فَ َّط َر َصائَ ًما عَ َّل َم ْذقَ َة لَ َ ٍَب َأ ْو‬ ُ َّ ‫ يُ ْع َطي‬:‫ فَقَا َل‬, ‫اِئ‬ َ َ ‫إلص‬َّ ‫ لَيْ َس ُُكهنَا َْنَدُ َما يُ َف َِط ُر‬, ‫إّلِل‬ َ َّ ‫َر ُسو َل‬
‫ َو َم ْن َخفَّ َف َع ْن‬, ‫َشب َ ًة ََل ي َ ْظ َمأُ ب َ ْعدَ هَا َِف إله نْ َيا َو ََل َِف ْإأل َخ َر َة‬ ْ َ ‫إّلِل َم ْن َح ْو َِض‬ ُ َّ ‫تَ ْم َر ٍة َأ ْو َأ ْش َب َع َجائَ ًعا َسقَا ُه‬
‫ َوأ َخ َر ُه َع ْتقٌ َم َن إلنَّ َار َوه َُو‬, ‫ َو َأ ْو َس ُط ُه َم ْغ َف َر ٌة‬, ‫ َوه َُو َشه ٌْر َأ َّو ُ َُل َر ْ َْح ٌة‬, ‫إّلِل َم َن إلنَّ َار‬ ُ َّ ‫َم ْملُو َك َه َفي َه َأ ْعتَقَ ُه‬
‫ فَأَ َّما‬, ‫ َوخ َْصلَتَ َان ََل غَنَ َاء َب ُ ُْك َعَّْ ُ َما‬, ‫ خ َْصلَتَ َان تَ ْرضَ ْو َن ِبَ َا َ بر َّ ُ ُْك‬: ٍ‫َشه ٌْر ََل غَنَ َاء َب ُ ُْك َع ْن َأ ْربَع َ َخ َصال‬
‫ َو َأ َّما‬, ‫وَل‬ ُ ُ ‫ َو َأ َّن ُم َح َّمدً إ َع ْبدُ ُه َو َر ُس‬, ‫إّلِل‬ ُ َّ ‫ فَشَ هَا َد ُة َأ ْن ََل إ َ ََل إ ََّل‬:‫ون ِبَ َ َما َربَّ ُ ُْك‬ َ ُ‫إلْخ َْصلَ َت َان إلل َّ َت َان تُ ْرض‬
َِ ِ
‫ون َِب َّ َّلِل َم َن إلنَّ َار‬ َ ‫يذ‬ ُ َ
‫ع‬ ‫ت‬
َ ‫س‬ َ ‫ت‬‫و‬ ‫ار‬
َ ََّّ‫إن‬
ْ َ َ َ ْ ‫إّلِل ِب‬ ‫و‬ ‫ل‬
َ ‫ي‬َّ ‫ل‬‫ل‬ َ ‫ ت َ ْس َت ْغ َف ُر‬:‫إلْخ َْصلَ َت َان إلل َّ َت َان ََل غَنَ َاء َب ُ ُْك َعَّْ ُ َما‬
َ َّ ‫ون‬
Telah menceritakan kepada kami Al-Husain. Telah menceritakan kepada kami
Sa’id bin Muhammad bin Tsawab. Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz
bin ‘Abdullah Al-Jud’ani. Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Abu ‘Arubah
dari ‘Ali bin Zaid dari Sa’id bin Musayyib dari Salman Al-Farisi. Dia berkata:
Pada hari terakhir bulan Syakban atau hari pertama pada bulan Ramadan,
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam berkhutbah kepada kami.
Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia! Telah menaungi kalian sebuah bulan
yang mulia. Bulan yang diberkahi. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih
baik daripada seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada bulan tersebut sebagai
sebuah kewajiban dan salat malamnya sebagai sebuah amalan sunah. Barang
siapa yang melakukan amalan sunah pada bulan tersebut, maka balasan kebaikan
(amalan sunah) itu seperti orang yang melakukan amalan wajib pada bulan
lainnya. Dan barang siapa yang melakukan amalan wajib pada bulan tersebut,
maka sama seperti melakukan tujuh puluh amalan wajib. Dan bulan tersebut
adalah bulan kesabaran dan bulan untuk mengungkapkan empati kepada orang
lain. Pada bulan tersebut, rezeki seorang mukmin ditambahkan. Dan barang siapa
yang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka akan

mengutip pendapat Bukhari tentang Jarir bin Ayyub. Bukhari berkata, “Munkarul hadīts (tidak
halal menerima riwayat dari perawi yang bersangkutan).” Ibnul Jauzi dalam kitabnya Al-
Maudhū’āt (II/189) dan Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya Dha’īf At-Targhīb wa
At-Tarhīb (596) keduanya mengatakan bahwa hadis ini Maudhu’ (palsu).

72
membebaskannya dari api neraka, akan menjadi ampunan bagi dosanya, dan
Allah akan memberinya minum dari telaga madu yang tidak akan membuat haus
setelah meminumnya selamanya di dunia dan tidak pula di akhirat.”
Seorang sahabat berkata, “Katakan kepada kami wahai Rasulullah! Bukankah kita
semua mampu untuk memberi makanan berbuka bagi orang yang berpuasa?”
Beliau bersabda, “Pahala ini hanya Allah berikan kepada orang yang memberikan
orang lain makanan berbuka dari seteguk susu, sebiji kurma, atau paling cukup
untuk mengatasi rasa lapar. Allah akan memberinya minum dari telaga madu
yang tidak akan membuat haus setelah meminumnya selamanya di dunia dan
tidak pula di akhirat. Dan barang siapa yang meringankan pekerjaan budaknya
pada bulan tersebut, maka Allah akan membebaskannya dari api neraka. Dan
bulan tersebut adalah bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya adalah
ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka. Dan bulan tersebut
adalah bulan yang janganlah kalian merasa cukup dari empat hal. Dua hal dapat
membuat rida Rabb kalian dan dua hal lainnya janganlah kalian merasa cukup
darinya. Adapun dua hal yang dapat membuat rida Rabb kalian dengannya
adalah kalian persaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah hamba dan Rasul-Nya. Dan adapun dua hal yang janganlah kalian merasa
cukup dengannya adalah memohon ampunan kepada Allah pada siang dan
malam hari serta memohon perlindungan kepada Allah dari neraka.”184

Pra-Ramadan
Doa di bulan Rajab.

‫ َحدَّثَنَا َزائِ َدةُ بْ ُن‬:‫ال‬ ِ ٍ ِ‫حدَّثَنا علِي بن سع‬


َ َ‫ِّن ق‬ ُّ‫الس ََلِم بْ ُن عُ َمَر ا ْْل ي‬
َّ ‫ َحدَّثَنَا َعْب ُد‬:‫ال‬ َ َ‫ي ق‬ُّ ‫الرا ِز‬
َّ ‫يد‬ َ ُ ْ ُّ َ َ َ
ِ ُ ‫ َكا َن رس‬:‫ال‬ ٍ ِ‫س ب ِن مال‬ ُّ ‫ُّم ِْي‬ َ َ‫الرقَ ِاد ق‬
ٌ َ‫ َحدَّثَنَا ِزي‬:‫ال‬
ُ‫صلَّى اهلل‬ َ ‫ول اللَّه‬ َُ َ َ‫ك ق‬ َ ْ ِ َ‫ َع ْن أَن‬،‫ي‬ َ ‫اد الن‬ ُّ ‫أَِِب‬
ٍ ‫ اللَّ ُه َّم بَا ِرْك لَنَا ِِف ر َج‬:‫ال‬ ِ ِ
‫ضا َن‬ َ ‫ب َو َش ْعبَا َن َوبَلي ْغنَا َرَم‬ َ َ َ‫ب ق‬ ٌ ‫َعلَْيه َو َسلَّ َم إ َذا َد َخ َل َر َج‬
Telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Sa’id Ar-Razi. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdussalam bin ‘Umar Al-Jinni. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Zaidah bin Abu Ruqad. Dia berkata: Telah menceritakan
kepada kami Ziyad An-Numairi dari Anas bin Malik. Dia berkata:

184
Diriwayatkan oleh Al-Mahamili dalam kitabnya, Al-Amāli Al-Mahāmili Riwāyah Ibn Yahya
Al-Bai’ (293). Pada hadis ini terdapat ‘Ali bin Zaid bin Jad’an. Syaikh Nashiruddin Al-Albani
dalam kitabnya, Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (871), mengatakan bahwa
hadis ini Munkar. Beliau berkata bahwa di dalam hadis ini terdapat ‘Ali bin Zaid. Ia adalah
seorang perawi yang dha’if sebagaimana yang Imam Ahmad dan selainnya katakan. Ibnu
Abu Hatim dalam kitabnya, ‘Ilal Al-Hadīts libn Abi Hātim (733), berkata kepada ayahnya (Abu
Hatim) tentang hadis ini. Lalu ayahnya menjawab, “Ini hadis munkar.”

73
Daif Ramadan

Apabila Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam memasuki bulan Rajab, beliau berdoa,
“Allāhumma bārik lanā fī rajabin wa sya’bāna wa ballighnā ramadhān.”185

Berbuka Puasa
1. Doa berbuka.
ْ َ ِ ‫ َح َّدثَنَا د َُإو ُد ْب ُن‬،‫ َح َّدثَنَا ِإ ْ َِما َعي ُل ْب ُن َ ْْع ٍرو إلْ َب َج َ هَل‬،‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن ِإ ْب َرإ َه َمي‬
‫ َع ْن‬،‫ َح َّدثَنَا ُش ْع َب ُة‬،‫إلزب َرقَ َان‬
َ َّ ‫ ب َْس َم‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل إ َذإ َأفْ َط َر قَا َل‬
‫ إللَّهُ َّم َ َِل‬،‫إّلِل‬ ُ ‫ ََك َن إلنَّ َ هب َص َّّل‬:‫اِل قَا َل‬ ٍ َ ‫ َع ْن َأن َ َس ْب َن َم‬،‫اّن‬ ِ َ َ َ‫ََثب ٍَت إلْ ُبن‬
ِ
‫ َوعَ َّل َر ْز َق َك َأفْ َط ْر ُت‬،‫ُ ُْص ُت‬
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ibrahim. Telah menceritakan
kepada kami Isma’il bin ‘Amr Al-Jabali. Telah menceritakan kepada kami Dawud
bin Az-Zibriqan. Telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Tsabit Al-Bunani
dari Anas bin Malik. Dia berkata:
Jika Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam berbuka, beliau berdoa, “Bismillāh.
Allāhumma laka shumtu wa ‘alā rizqika afthartu.”186

Riwayat yang lain:


‫ون‬
َ ‫ْل ْب ُن ه َُار‬ َ َ ‫ َح َّدثَنَا َع ْبدُ إلْ َم‬،‫ َح َّدثَنَا يُ ُوس ُف ْب ُن قَيْ ٍس إلْ َبغْدَ إ َد هي‬،‫َض َم هي‬ َ ْ ‫ه إلْ َح‬ َ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن َع ْب َد‬
‫ َ َِل‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل إ َذإ أَفْ َط َر قَا َل‬
ُ ‫ ََك َن إلنَّ َ هب َص َّّل‬:‫ َع َن إ ْب َن َع َّب ٍاس قَا َل‬،‫ َع ْن َج َِد َه‬،‫ َع ْن َأبَي َه‬،َ‫ْب َن َع ْن َ َْتة‬
ِ
‫إلس َمي ُع إلْ َع َل ُمي‬
َّ ‫ َوعَ َّل َر ْز َق َك َأفْ َط ْر ُت فَتَقَبَّ ْل َم َ ِِن ِإن ََّك َأن َْت‬،‫ُ ُْص ُت‬
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdullah Al-Hadhrami. Telah
menceritakan kepada kami Yusuf bin Qais Al-Baghdadi. Telah menceritakan
kepada kami ‘Abdul Malik bin Harun bin ‘Antarah dari ayahnya dari kakeknya dari
Ibnu ‘Abbas. Dia berkata:

185
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath (3939). Setelah selesai menuliskan
hadisnya, Thabrani menulis, “Hadis ini tidak diriwayatkan dari Rasulullah shallallāhu ‘alaihi
wasallam kecuali melalui jalur ini, yaitu secara menyendiri oleh Zaidah bin Abu Ruqad.”
Syaikh Syu’aib Al-Arna`uth dalam tahqiq-nya (penelitiannya) untuk kitab hadis Musnad Al-
Imām Ahmad bin Hanbal (tahqiq untuk hadis nomor 2346) mengutip pendapat para ahli
hadis tentang Zaidah bin Abu Ruqad. Bukhari berkata, “Munkarul hadīts (tidak halal
menerima riwayat darinya).” Nasa`i berkata, “Munkarul hadīts.” Abu Dawud berkata, “Aku
tidak mengetahui kabarnya.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya Dha’īf Al-Jāmi’
Ash-Shaghīr wa Ziyādatuh (4395) mengatakan bahwa hadis ini Dha’if.
Terjemahan doa: Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Syakban serta
sampaikanlah kami pada bulan Ramadan.
186
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath (7549). Al-Haitsami berkata dalam
Majma’ Al-Zawāid wa Manba’ Al-Fawāid (4892), “Dan di dalam hadis ini terdapat Dawud bin
Az-Zibriqan. Dan dia adalah seorang yang dha’if.” Hadis yang serupa diriwayatkan pula oleh
Abu Dawud (2358) dan Syaikh Nashiruddin Al-Albani berkata dalam kitabnya, Irwā` Al-Ghalīl
fī Takhrīj Ahādīts Manār As-Sabīl (919), “Sanad hadis ini dha’if.”
Terjemahan doa: Dengan nama Allah. Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan atas rizki-Mu
aku berbuka.

74
Jika Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam berbuka, beliau berdoa, “Laka shumtu wa
‘alā rizqika afthartu fataqabbal minnī innaka antassamī’ul ‘alīm.”187

Riwayat yang lain:


َ َّ َ‫إّلِل إلْ َمدَ َ هّن قَا َل َ َِم ْع ُت َع ْبد‬
‫إّلِل ْب َن‬ َ َّ ‫َح َّدثَنَا َهشَ ا ُم ْب ُن َ َّْع ٍار َح َّدثَنَا إلْ َو َليدُ ْب ُن ُم ْس َ ٍّل َح َّدثَنَا إ ْْس َُق ْب ُن ُع َب ْي َد‬
َِ ْ َ َّ َ‫ول َ َِم ْع ُت َع ْبد‬ ُ ‫َأ َِب ُملَ ْي َك َة ي َ ُق‬
ُ ‫اص ي َ ُق‬
‫ول‬ ‫إّلِل ْب َن َ ْْع َرو ْب َن إل َع‬
‫اِئ َع ْندَ َف ْط َر َه َ َلع َْو ًة َما تُ َر هد‬َ َ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ِإ َّن َل َّلص‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫قَا َل َر ُس‬
‫ك‬َّ ُ ‫ول إ َذإ َأفْ َط َر إللَّهُ َّم إ َ ِّن َأ ْسأَ ُ َِل َب َر ْ َْح َت َك إل َّ َِت َو َس َع ْت‬
ُ ‫إّلِل ْب َن َ ْْع ٍرو ي َ ُق‬ َ َّ َ‫قَا َل إ ْب ُن َأ َِب ُملَ ْي َك َة َ َِم ْع ُت َع ْبد‬
ِ ِ
‫َش ٍء َأ ْن تَ ْغ َف َر َِل‬
َْ
Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar. Telah menceritakan kepada
kami Al-Walid bin Muslim. Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin ‘Ubaidullah
Al-Madini. Dia berkata: Aku mendengar ‘Abdullah bin Abu Mulaikah berkata: Aku
mendengar ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al-'Ash berkata: Rasulullah shallallāhu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Sungguh! Orang yang berpuasa mempunyai doa yang
dikabulkan dan tidak akan ditolak tatkala berbuka puasa.”
Ibnu Abu Mulaikah berkata: Aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Amru berdoa saat
berbuka puasa, “Allāhumma innī as`aluka birahmatikallatī wasi’at kulla syay`in an
taghfira lī.”188

2. Malaikat berselawat kepada orang yang memberi makanan berbuka bagi orang
yang berpuasa.
‫ َع َن‬،َ‫ َح َّدثَنَا إلْفَضْ ُل ْب ُن قُ َّرة‬،‫ َح َّدثَنَا َأبُو َح ْف ٍص َ ْْع ُرو ْب ُن عَ َ ٍَِل‬،‫اّن‬ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن َ َْي ََي ْب َن َمنْدَ َه ْ َإأل ْصبَ َ َ ه‬
‫ قَا َل‬:‫ه َع ْن ُه قَا َل‬ ُ ‫ِض‬ َ َ ‫ َع ْن َسلْ َم َان َر‬،‫ َع ْن َس َعي َد ْب َن إلْ ُم َس َيِ َب‬،‫ َع ْن عَ َ َ َِل ْب َن َزيْ ٍد‬،‫إلْ َح َس َن ْب َن َأ َِب َج ْع َف ٍر‬
‫ َصل َّ ْت عَلَ ْي َه إلْ َم ََلَِ َك ُة‬، ٍ‫َش ٍإب َم ْن َح ََلل‬ َ َ ‫ َو‬،‫ َم ْن فَ َّط َر َصائَ ًما عَ َّل َط َعا ٍم‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ ُ ‫ه َص َّّل‬ َ ‫ول‬ ُ ‫َر ُس‬
َّ ‫ َو َص َّّل عَلَ ْي َه َج ْ َِبي ُل عَلَ ْي َه‬،‫ات َشهْ َر َر َمضَ َان‬
‫إلس ََل ُم َِف لَ ْي َ ََل إلْقَدْ َر‬ َ َ‫َِف َساع‬
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya bin Mandah Al-
Ashbahani. Telah menceritakan kepada kami Abu Hafsh ‘Amru bin ‘Ali. Telah
menceritakan kepada kami Al-Fadhl bin Qurrah dari Al-Hasan bin Abu Ja’far dari

187
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabīr (12720). Al-Haitsami berkata dalam
Majma’ Al-Zawāid wa Manba’ Al-Fawāid (4893), “Dan di dalam hadis ini terdapat ‘Abdul
Malik bin Harun. Dan dia adalah seorang yang dha’if.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam
kitabnya Dha’īf Al-Jāmi’ Ash-Shaghīr wa Ziyādatuh (4350) mengatakan bahwa hadis ini Dha’if.
Terjemahan doa: Untuk-Mu aku berpuasa dan atas rizki-Mu aku berbuka maka terimalah
dariku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
188
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1753). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Irwā`
Al-Ghalīl fī Takhrīj Ahādīts Manār As-Sabīl (921), mengatakan bahwa hadis ini Dha’if. Letak
ke-dha’if-annya adalah Ishaq bin ‘Ubaidullah Al-Madini.
Terjmehan doa: Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang
meliputi setiap sesuatu agar Engkau mengampuniku.

75
Daif Ramadan

‘Ali bin Zaid dari Sa’id bin Al-Musayyib dari Salman radhiyallāhu ‘anhu. Dia
berkata:
Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang memberi
makanan berbuka puasa bagi orang yang berpuasa dengan makanan dan
minuman halal, maka para malaikat berselawat kepadanya sepanjang bulan
Ramadan dan Jibril ‘alaihissalām berselawat kepadanya pada lailatulqadr.”189

3. Allah menyukai hamba yang menyegerakan berbuka.


،‫ َع ْن قُ َّر َة ْب َن َع ْب َد َّإلر ْ َْح َن‬،‫ َع ْن إ َأل ْو َزإ َع ِ َي‬،‫ َح َّدثَنَا َإلو َليدُ ْب ُن ُم ْس َ ٍّل‬:‫وس إ َألن َْص َار هي قَا َل‬ َ ‫َح َّدثَنَا إ ْْس َُاق ْب ُن ُم‬
ِ
ُ َّ ‫ قَا َل‬:‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
‫إّلِل َع َّز‬ ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬َ َّ ‫ قَا َل َر ُسو ُل‬:‫ َع ْن َأ َِب ه َُرْي َر َة قَا َل‬،‫ َع ْن َأ َِب َسلَ َم َة‬،‫إلز ْه َر َِي‬ ‫َع ْن ه‬
‫ إ َّن َأ َح َّب َع َبا َدي إ َ َِّل أَ ْ ََعلُه ُْم َف ْط ًرإ‬:‫َو َج َّل‬
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Musa Al-Anshari. Dia berkata: Telah
ِ ِ
menceritakan kepada kami Al-Walid bin Muslim dari Al-Auza’i dari Qurrah bin
‘Abdurrahman dari Az-Zuhri dari Abu Salamah dari Abu Hurairah. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda, “Allah 'azza wajalla berfirman,
‘Hambaku yang paling Aku sukai adalah mereka yang selalu menyegerakan
berbuka.”190

4. Berbuka dengan tiga kurma atau sesuatu yang tidak tersentuh api.
:‫ قَا َل‬،‫ َع ْن َأن َ ٍس‬،‫ َح َّدثَنَا ََثب ٌَت‬،‫ َح َّدثَنَا َأبُو ََثب ٍَت َع ْبدُ إلْ َوإ َح َد ْب ُن ََثب ٍَت‬،‫إلسا َم هي‬ َّ ‫َح َّدثَنَا ِإ ْب َرإ َه ُمي ْب ُن إلْ َح َّجا َج‬
ْ َ ‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ُ ََي هب َأ ْن يُ ْف َط َر عَ َّل ثَ ََل َث تَ َم َر ٍإت َأ ْو‬
‫َش ٍء لَ ْم ت َُص ْب ُه إلنَّ ُار‬ ُ ‫ََك َن إلنَّ َ هب َص َّّل‬
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Al-Hajjaj As-Sami. Telah
menceritakan kepada kami Abu Tsabit ‘Abdul Wahid bin Tsabit. Telah
menceritakan kepada kami Tsabit dari Anas. Dia berkata:
“Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam menyukai berbuka puasa dengan tiga buah
kurma atau sesuatu yang tidak tersentuh api (makanan yang tanpa perlu
dimasak).”191

189
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabīr (6162). Di dalam hadis ini paling tidak
terdapat Al-Hasan bin Abu Ja’far dan ‘Ali bin Zaid. Ibnu ‘Adi dalam kitabnya, Al-Kāmil fī
Dhu’afā` Ar-Rijāl (447), mengutip pendapat Bukhari tentang Al-Hasan bin Abu Ja’far. Bukhari
berkata, “Munkarul hadīts (tidak halal menerima hadis dari perawi yang bersangkutan).”
Masih dalam kitabnya (1351), Ibnu ‘Adi mengutip pendapat Yahya tentang ‘Ali bin Zaid.
Yahya berkata, “Tidak bisa dijadikan hujjah.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya,
Dha’īf At-Targhīb wa At-Tarhīb (1452), mengatakan bahwa hadis ini sangat dha’if.
190
Diriwayatkan oleh Tirmidzi (700). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Dha’īf At-
Targhīb wa At-Tarhīb (649), mengatakan bahwa hadis ini Dha’if. Di dalam hadis ini terdapat
Qurrah bin ‘Abdurrahman. Ibnu ‘Adi dalam kitabnya, Al-Kāmil fī Dhu’afā` Ar-Rijāl (447),
mengutip pendapat Imam Ahmad bin Hanbal tentang Qurrah bin ‘Abdurrahman. Imam
Ahmad berkata, “Hadisnya sangat munkar.”
191
Diriwayatkan oleh Abu Ya’la (3305). Al-Haitsami dalam kitabnya Majma’ Al-Zawāid wa
Manba’ Al-Fawāid (4886), mengatakan bahwa hadis di dalam hadis ini terdapat ‘Abdul Wahid

76
Yang Diperbolehkan
َ َ َ‫ َع ْن ع‬،‫ َح َّدثَنَا ُس ْف َي ُان‬:‫ َح َّدثَنَا َع ْبدُ َّإلر ْ َْح َن ْب ُن َمهْ َد ٍِي قَا َل‬:‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن ب َ َّش ٍار قَا َل‬
َ َّ ‫اِص ْب َن ُع َب ْي َد‬
‫ َع ْن‬،‫إّلِل‬
ٌ َ ‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َما ََل أُ ْح َِص يَت َ َس َّوكُ َوه َُو َص‬
‫اِئ‬ ُ َّ ‫ َر َأيْ ُت إلنَّ َ َّب َص َّّل‬:‫ َع ْن َأبَي َه قَا َل‬،‫إّلِل ْب َن عَا َم َر ْب َن َربَي َع َة‬
َ َّ ‫َع ْب َد‬
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Mahdi. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Sufyan dari ‘Ashim bin ‘Ubaidullah dari ‘Abdullah bin
'Amir bin Rabi'ah dari ayahnya. Dia berkata:
Aku sering melihat Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam bersiwak ketika sedang
berpuasa.192

Pembatal Puasa
1. Menggunjing orang lain.
‫ َحدََّثَ ُ ْم َِف َم ْج َل َس َأ َِب‬،‫ َع ْن َر ُج ٍل‬،‫ َع ْن ُسلَ ْي َم َان إلْ َم ْع ََن‬،‫ َوإ ْب ُن َأ َِب عَ َد ٍِي‬،‫ َأخ َ َِْب اَ ُسلَ ْي َم ُان‬، ُ‫َح َّدثَنَا يَ َزيد‬
‫ه َص َّّل‬ َ َ‫ َع ْن ُع َب ْي ٍد َم ْو ََل َر ُسول‬،‫ َع ْن َش ْي ٍخ َِف َم ْج َل َس أَ َِب ُعثْ َم َان‬،‫ قَا َل إ ْب ُن َأ َِب عَ َد ٍِي‬،‫ُعثْ َم َان إنََّّ ْ َد َِي‬
ْ‫ َوإَّنَّ ُ َما قَد‬،‫ه إ َّن هَا ُهنَا إ ْم َر َأت ْ ََني قَدْ َصا َمتَا‬َ ‫ ََي َر ُسو َل‬:‫ َأ َّن إ ْم َر َأت ْ ََني َصا َمتَا َو َأ َّن َر ُج ًَل قَا َل‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ُ
ِ ِ
َ ‫ ََي ن َ ََّب‬:‫ قَا َل‬،‫ َِبلْه ََاج َر َة‬:‫ َو ُأ َرإ ُه قَا َل‬،َ‫ ُ َُّث عَاد‬،‫ فَأَع َْر َض َع ْن ُه َأ ْو َس َك َت‬،‫ََكدََتَ َأ ْن تَ ُموَتَ َم َن إلْ َع َط َش‬
‫ إَّنَّ ُ َما‬،‫ه‬
ِ ُ َ َ َ َ ٍ َ َ َ‫َ َ َج‬ َ ‫َو‬
:‫إُها‬
َ َ‫يء َبقدَ حٍ أ ْو ع ُِس فقال َل ْحد‬ َ ‫ ف‬:‫ قال‬، َ‫ فَ َج َاءَت‬:‫ إ ْد ُعهُ َما قَا َل‬:‫ه قَدْ َماتَتَا َأ ْو ََكدََتَ َأ ْن تَ ُموَتَ قَا َل‬
‫ َق َيِئ فَِقَ َاء ْت َم ْن‬:‫ ُ َُّث قَا َل َل ْ ُْلخ َْرى‬،َ‫َق َيِئ فَقَ َاء ْت قَ ْي ًحا َأ ْو َد ًما َو َص َديدً إ َولَ ْح ًما َح ََّّت قَ َاء ْت َن ْص َف إلْقَدَ ح‬
،‫ه لَهُ َما‬ ُ ‫ إ َّن هَات ْ ََني َصا َمتَا َ َّْعا َأ َح َّل‬:‫ ُ َُّث قَا َل‬،‫قَ ْي ٍح َو َد ٍم َو َص َدي ٍد َولَ ْح ٍم َع َبيطٍ َوغَ ْ َْي َه َح ََّّت َم َ َْل َت إلْقَدَ َح‬
ِ
‫ فَ َج َعلَتَا يَأْ ُ َُك َن لُ ُحو َم إلنَّ َاس‬،‫إُها إ ََل ْ ُإألخ َْرى‬َ ُ َ‫ َجلَ َس ْت إ ْحد‬،‫ه عَلَهيْ َ َما‬ ُ ‫َو َأفْ َط َرَتَ عَ َّل َما َح َّر َم‬
Telah menceritakan kepada kami Yazid. Telah mengabarkan kepada kami
ِ ِ
Sulaiman dan Ibnu Abu 'Adi dari Sulaiman secara makna dari seseorang yang
bercerita kepada mereka di majlis Abu 'Utsman An-Nahdi. Ibnu Abu 'Adi berkata:
Dari seorang guru di majlis Abu 'Utsman dari 'Ubaid, budak Rasulullah shallallāhu
'alaihi wasallam, bahwa ada dua wanita yang sedang berpuasa puasa.
Seseorang berkata, “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya di sini ada dua wanita yang
sedang berpuasa. Keduanya hampir mati karena kehausan.”

bin Tsabit dan ia adalah seorang yang dha’if. Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya,
Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (996), mengatakan bahwa hadis ini sangat
Dha’if.
192
Diriwayatkan oleh Tirmidzi (725). Di dalam hadis ini terdapat ‘Ashim bin ‘Ubaidullah. Ibnu
‘Adi dalam kitabnya, Al-Kāmil fī Dhu’afā` Ar-Rijāl (VI/388 dan 389), mengutip pendapat
beberapa ahli hadis tentang beliau. Di antaranya: An-Nasa`i berkata, “Dha’īf.” Yahya bin Ma’in
berkata, “Dha’īful hadīts.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Dha’īf Sunan At-
Tirmidzī, mengatakan bahwa hadis ini Dha’if.

77
Daif Ramadan

Rasulullah berpaling darinya atau diam. Orang itu kembali dan memperlihatkan
kepada beliau lalu berkata, “Wahai nabi Allah! Sesungguhnya keduanya, demi
Allah, telah mati atau hampir mati.”
Rasulullah bersabda, “Panggillah keduanya.”
Kedua wanita itu pun datang. Kemudian, wadah besar didatangkan ke hadapan
mereka lalu beliau bersabda kepada salah satunya, “Muntahlah!”
Wanita itu memuntahkan nanah atau darah. Nanah bercampur darah dan daging
hingga memenuhi separuh wadah besar. Setelah itu, Rasulullah bersabda kepada
yang satunya lagi, “Muntahlah!”
Wanita itu memuntahkan nanah, darah, campuran nanah dan darah, daging, luka,
dan lainnya hingga memenuhi wadah besar.
Lalu Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kedua wanita ini berpuasa dari apa
yang dihalalkan Allah namun berbuka dengan yang diharamkan Allah pada
keduanya. Salah satu dari keduanya berteman dengan yang lain. Keduanya
kemudian memakan daging manusia (menggunjing orang lain).”193

2. Lima hal pembatal puasa.


‫ُص َأنْ َبأَ اَ إلْ َح َس ُن ْب ُن َأ ْ َْحدَ إلْ َبنَّا ُء َح َّدثَنَا أَبُو إلْ َف ْت َح ْب ُن َأ َِب إلْ َف َو َإر َس َح َّدثَنَا َأبُو ُم َح َّم ٍد عبد‬ ٍ َ َ‫َأنبأَ اَ ُم َح َّمد بن ا‬
ُ‫ه ْب ُن ُم َح َّم َد ْب َن َج ْع َف ٍر َح َّدثَنَا َأ ْْحَدُ ْب ُن َج ْع َف ٍر إلْ َح َّم ُال َح َّدثَنَا َس َعيدُ ْب ُن َع ْنبَ َس َة َح َّدثَنَا ب َ َقيَّ ُة َح َّدثَنَا ُم َح َّمد‬
َ‫ْب ُن إلْ َح َّجاج‬
:‫اِئ َوي َ ْن ُقضْ َن إلْ ُوضُ َوء‬ َ َ ‫إلص‬ َّ ‫ َ َْخ ٌس يُ َف َِط ْر َن‬:‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
ُ َّ ‫َع ْن َج َاِب َن َع ْن َأن َ ٍس قَا َل قَا َل َر ُسول ه َص َّّل‬
‫ َوإلْ َي َمني إلْ ََك َذب َ ُة‬،‫ َوإلنَّ َظ ُر لشَ ه َْوة‬،‫ َوإلْغَ َي َب ُة‬،‫ َوإلنَّ َممي َ ُة‬،‫ْإل َك َذ ُب‬
Telah memberitakan kepada kami Muhammad bin Nashir. Telah memberitakan
kepada kami Al-Hasan bin Ahmad Al-Banna`. Telah menceritakan kepada kami
Abul Fath bin Abul Fawaris. Telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad
‘Abdullah bin Muhammad bin Ja’far. Telah menceritakan kepada kamu Ahmad bin
Ja’far Al-Hammal. Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin ‘Anbasah. Telah
menceritakan kepada kami Baqiyyah. Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Al-Hajjah dari Jaban dari Anas. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda, “Lima hal yang dapat
membatalkan puasa dan membatalkan wudu: berbohong, mengadu domba,
menggunjing, melihat lawan jenis dengan syahwat, dan bersumpah palsu.”194

193
Diriwayatkan oleh Ahmad (23653). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Silsilah
Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (1452), mengatakan bahwa hadis ini dha’if
karena adanya perawi yang tidak diketahui identitasnya.
194
Diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dalam Al-Maudhū’āt (II/195 – 196). Setelah selesai
menuliskan hadisnya, Ibnul Jauzi mengatakan bahwa hadis ini Maudhu’ (palsu). Beliau lalu
mengutip pendapat Yahya bin Ma’in tentang salah satu periwayat hadis ini, “Dan Sa’id
adalah seorang pendusta.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani juga berkata demikian dalam

78
‫ُص َاب‬ َ ْ ‫ َم ْن َأ‬،‫ َع ْن َر ُج ٍل‬،‫ُصا َب َه‬
َ ْ َ‫ َع ْن َر ُج ٍل َم ْن أ‬،‫ َع ْن َزيْ َد ْب َن َأ ْس َ َّل‬،‫ َأخ َ َِْب اَ ُس ْف َي ُان‬،‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن َكثَ ٍْي‬
،‫ َو ََل َم ْن ْإحتَ َ َّل‬،‫ ََل يُ ْف َط ُر َم ْن قَ َاء‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ َ َّ ‫ول‬
ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل قَا َل‬ُ ‫إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬
‫َو ََل َم ْن ْإحتَ َج َم‬
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan
kepada kami Sufyan dari Zaid bin Aslam dari seorang laki-laki sahabatnya dari
seorang sahabat Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam. Ia berkata:
Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah batal puasa orang yang
muntah, orang yang bermimpi, dan orang yang berbekam.”195

Berpuasa saat Safar

‫ُس َامةَ بْ ِن‬ ِ


َ ‫ َع ْن أ‬،‫وسى الت َّْيم ُّي‬
ِ
َ ‫ َحدَّثَنَا َعْب ُد اللَّه بْ ُن ُم‬:‫ال‬ ْ ‫يم بْ ُن الْ ُمْن ِذ ِر‬
َ َ‫اْلَِز ِام ُّي ق‬ ِ ِ
ُ ‫َحدَّثَنَا إبْ َراه‬
ٍ ‫الر ْْح ِن ب ِن عو‬ ِ ِِ َّ ‫ َع ْن أَِِب َسلَ َمةَ بْ ِن َعْب ِد‬،‫اب‬ ٍ ‫ َع ِن ابْ ِن ِشه‬،‫َزيْ ٍد‬
:‫ال‬
َ َ‫ ق‬،‫ف‬ ْ َ ْ َ َّ ‫ َع ْن أَبيه َعْبد‬،‫الر ْْحَ ِن‬ َ
ِ ِ :‫ول اللَّ ِه صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم‬
َ َ‫ َكالْ ُم ْفط ِر ِِف ا ْْل‬،‫الس َف ِر‬
‫ض ِر‬ َّ ‫ضا َن ِِف‬ َ ‫صائ ُم َرَم‬ َ َ ََ َْ ُ َ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ق‬
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Al-Mundzir Al-Hizami. Dia berkata:
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Musa At-Taimi dari Usamah bin Zaid
dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman dari ayahnya, ‘Abdurrahman
bin ‘Auf. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda, “Seseorang yang berpuasa Ramadan
saat dalam perjalanan seperti orang yang berbuka (puasa) di waktu mukim.”196

Sahur
1. Sahur dapat menolong puasa.
‫ َع َن‬،‫ َع ْن َع ْك َر َم َة‬،‫ َع ْن َسلَ َم َة‬،‫ َح َّدثَنَا َز ْم َع ُة ْب ُن َصا َل ٍح‬:‫ َح َّدثَنَا َأبُو عَا َم ٍر قَا َل‬:‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن ب َ َّش ٍار قَا َل‬
َ َ ُ‫ َو َِبلْقَ ْيل‬،‫إلس َح َر عَ َّل َص َيا َم إنََّّ َ َار‬
‫وَل‬ َّ ‫ إ ْس تَ َعي ُنوإ ب ََط َعا َم‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل قَا َل‬
ُ ‫ َع َن إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬،‫إ ْب َن َع َّب ٍاس‬
‫عَ َّل َق َيا َم إلل َّ ْي َل‬

kitabnya, Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (1708), bahwa hadis ini


Maudhu’.
195
Diriwayatkan oleh Abu Daud (2376). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya Dha’īf
Abī Dāwūd mengatakan bahwa hadis ini Dha’if. Ibnu Abu Hatim dalam kitabnya, ‘Ilal Al-
Hadīts libn Abi Hātim (698), bertanya kepada ayahnya (Abu Hatim) dan Abu Zur’ah tentang
hadis ini. Keduanya berkata, “Ini salah.”
196
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1666). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya,
Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (498), bahwa hadis ini Munkar. Beliau
berkata, “Sanad hadis ini dha’if dengan dua alasan: Pertama, Al-Inqithā (terputus) karena Abu
Salamah tidak pernah mendengar dari ayahnya sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Fath.
Kedua, Usamah bin Zaid memiliki hafalan yang lemah.”

79
Daif Ramadan

Telah menceritakan kepada kami Muhamamad bin Basysyar. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Abu ‘Amir. Dia berkata: Telah menceritakan kepada
kami Zam’ah bin Shalih dari Salamah dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas dari Nabi
shallallāhu 'alaihi wasallam.
Beliau bersabda, “Manfaatkanlah makan sahur untuk menolongmu berpuasa di
siang hari dan manfaatkanlah tidur siang untuk menolongmu bangun (salat)
malam.”197

2. Tidak dihisab dari apa-apa yang dimakan.


،‫ه ْب ُن َع ْص َم َة‬ َ ُ‫ َح َّدثَنَا َع ْبد‬،‫وس إلْ َف َّرإ ُء‬ َ ‫ َح َّدثَنَا إ ْب َرإ َه ُمي ْب ُن ُم‬،‫َح َّدثَنَا َأ ْْحَدُ ْب ُن عَ َ َ َِل ْب َن إ ْ َِما َعي َل َّإلر َإز هي‬
ِ ِ
:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل قَا َل‬
ُ ‫ َع َن إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬،‫ َع َن إ ْب َن َع َّب ٍاس‬،‫ َع ْن َع ْك َر َم َة‬،‫َاِش‬ ٍ َ ‫ َع ْن َأ َِب ه‬،‫إلص َّبا َح‬ َّ ‫َع ْن َأ َِب‬
‫ه‬َ ‫َيل‬ َ ‫ َوإلْ ُمرإ َبطُ َِف َسب‬،‫ َوإلْ ُمت َ َس َِح ُر‬،‫اِئ‬ َّ :‫اب َفميَا َط َع ُموإ إ َذإ ََك َن َح ََل ًَل‬
ُ َ ‫إلص‬ ٌ ‫ثَ ََلثَ ٌة لَيْ َس عَلَهيْ َ ْم َح َس‬
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Ali bin Isma’il Ar-Razi. Telah
ِ
menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa Al-Farra`. Telah menceritakan
kepada kami ‘Abdullah bin ‘Ishmah dari Abu Ash-Shabbah dari Abu Hasyim dari
‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas dari Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam.
Beliau bersabda, “Tiga hal yang tidak akan dihisab atas mereka dari apa-apa yang
mereka makan selama itu halal: Orang yang berpuasa, orang yang sahur, dan
orang yang berjaga di jalan Allah.”198

3. Makanan sahur yang dapat meringankan puasa.


ٍ ‫ َع ْن ُ َْع ْ َْي ْب َن َمأْ ُم‬،‫ َع ْن َس ْع َد ْب َن َط َر ٍيف‬،‫ َح َّدثَنَا َأبُو ُم َعا َوي َ َة‬:‫َح َّدثَنَا َأ ْْحَدُ ْب ُن َم َنيع ٍ قَا َل‬
‫ َع ْن إحل ََس َن ْب َن‬،‫ون‬
َ َ ‫إلص‬
‫اِئ إله ه ُْن َوإ َمل ْج َم ُر‬ َّ ‫ ُ ُْت َف ُة‬:‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫عَ َ ٍَِل قَا َل‬
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani’. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari Sa’d bin Tharif dari ‘Umair bin
Ma`mun dari Al-Hasan bin ‘Ali. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda, “Yang dapat meringankan
beratnya berpuasa ialah lemak dan sesuatu yang dipanggang.”199

197
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1693). Di dalam hadis ini terdapat Zam’ah bin Shalih. Ibnu
‘Adi dalam kitabnya, Al-Kāmil fī Dhu’afā` Ar-Rijāl (IV/197), mengutip pendapat Yahya tentang
Zam’ah bin Shalih. Yahya berkata, “Dha’if.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya,
Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (2758), mengatakan bahwa hadis ini
Dha’if.
198
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabīr (12012). Syaikh Nashiruddin Al-Albani
dalam kitabnya, Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (631), mengatakan
bahwa hadis ini Maudhu’. Beliau berkata, “Sanad hadis ini maudhu’.” Al-Haitsami berkata
dalam kitabnya, Majma’ Al-Zawāid wa Manba’ Al-Fawāid (4845), “Di dalam hadis ini terdapat
‘Abdullah bin ‘Ishmah dari Abu Ash-Shabbah. Keduanya adalah perawi yang tidak diketahui.”
199
Diriwayatkan oleh Tirmidzi (801). Setelah selesai menuliskan hadisnya, Tirmidzi berkata,
“Ini merupakan hadis yang asing. Sanad-nya tidak kuat dan tidak kami ketahui kecuali dari
hadis Sa'd bin Tharif. Sa'd bin Tharif adalah orang yang di-dha’if-kan. Begitu juga dengan

80
Qada Puasa
1. Tidak diterimanya puasa orang yang masih punya hutang berpuasa.
َ‫ َع ْن َر ُسول‬،َ‫ َع ْن َأ َِب ه َُرْي َرة‬،ٍ‫ه ْب َن َرإ َفع‬ َ ‫ َع ْن َع ْب َد‬،‫ َح َّدثَنَا َأبُو ْ َإأل ْس َو َد‬،‫ َح َّدثَنَا إ ْب ُن لَهَي َع َة‬،‫َح َّدثَنَا َح َس ٌن‬
‫ َو َم ْن‬،ُ‫ لَ ْم يُتَقَبَّ ْل َمنْه‬،‫َش ٌء لَ ْم ي َ ْق َض َه‬
ْ َ ‫ َم ْن َأد َْركَ َر َمضَ َان َوعَلَ ْي َه َم ْن َر َمضَ َان‬:‫ قَا َل‬،‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ ُ ‫ه َص َّّل‬ َ
‫ فَان َّ ُه ََل ي ُ َتقَبَّ ُل َم ْن ُه َح ََّّت ي َ ُصو َم ُه‬،‫َش ٌء لَ ْم ي َ ْق َض َه‬
ْ َ ‫َصا َم ت ََط هوعًا َوعَلَ ْي َه َم ْن َر َمضَ َان‬
Telah menceritakan kepada kami Hasan. Telah menceritakan kepada kami Ibnu
ِ
Lahi'ah. Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Aswad dari ‘Abdullah bin Rofi'
dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam.
Beliau bersabda, “Barang siapa yang mendapati Ramadan padahal ia masih
memiliki tanggungan Ramadan yang belum ia qada, maka Allah tidak akan
menerima puasa Ramadannya. Dan barang siapa yang berpuasa sunah padahal ia
masih memiliki tanggungan Ramadan yang belum ia qada, maka Allah tidak akan
menerima puasanya hingga ia mengqadanya.”200

2. Tidak diterimanya puasa jika berbuka tanpa alasan yang sesuai syariat.
َ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن ب َ َّش ٍار َح َّدثَنَا َ َْي ََي ْب ُن َس َعي ٍد َو َع ْبدُ َّإلر ْ َْح َن ْب ُن َمهْ َد ٍِي قَ َاَل َح َّدثَنَا ُس ْف َي ُان َع ْن َحب‬
‫َيب ْب َن‬
‫َأ َِب ََثب ٍَت َح َّدثَنَا َأبُو إلْ ُم َط َِو َس َع ْن َأبَي َه َع ْن َأ َِب ه َُرْي َر َة قَا َل‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َم ْن َأفْ َط َر ي َ ْو ًما َم ْن َر َمضَ َان َم ْن غَ ْ َْي ُرخ َْص ٍة َو ََل َم َر ٍض لَ ْم ي َ ْق َض َع ْن ُه‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫قَا َل َر ُس‬
‫َص ْو ُم إلَّ ْه َر ُ َُكِ َه َوإ ْن َصا َم ُه‬
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar. Telah ِ menceritakan
kepada kami Yahya bin Sa'id dan ‘Abdurrahman bin Mahdi. Keduanya berkata:
Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Habib bin Abu Tsabit. Telah
menceritakan kepada kami Abu Al-Muthawwis dari ayahnya dari Abu Hurairah.
Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang berbuka
walau satu hari pada bulan Ramadan bukan karena sakit atau ada rukhsah
(keringanan), maka puasanya tidak dapat diqada meskipun dia berpuasa setahun
penuh.”201

‘Umair bin Ma`mum menurut suatu pendapat.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya,
Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (2596), mengatakan bahwa hadis ini
Maudhu’.
200
Diriwayatkan oleh Ahmad (8621). Di dalam hadis ini terdapat Ibnu Lahi’ah. Syaikh Syu’aib
Al-Arna`uth berkata bahwa sanad hadis ini dha’if karena Ibnu Lahi’ah adalah orang yang
buruk hafalannya. Syaikh Nashiruddin Al-Albani juga berkata demikian dalam kitabnya
Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (838) seraya men-dha’if-kan hadis ini.
Beliau menambahkan, “Hadis ini idhtirab (goncang/tidak pasti) dari segi sanad dan matan
(konten)-nya.”
201
Diriwayatkan oleh Tirmidzi (723). Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitabnya, Fath Al-Bārī
(IV/161), mengatakan, “Di dalam hadis ini terdapat tiga cacat, yaitu: idhthirāb (goncang/tidak

81
Daif Ramadan

3. Qada harus berturut-turut.


‫ َح َّدثَنَا َأ ْْحَدُ ْب ُن‬،‫ َح َّدثَنَا َأبُو بَ ْك ٍر إلنَّي َْسابُ َور هي‬،ُ‫ َأنْ َبأَ عَ َ هَل ْب ُن ُ َْع َر إلْ َحا َفظ‬،ُ‫َأخ َ َِْب اَ َأبُو بَ ْك َر ْب ُن إلْ َح َار َث إلْفَ َقيه‬
‫ َع َن إلْ َع ََل َء ْب َن َع ْب َد‬،‫ َح َّدثَنَا َع ْبدُ َّإلر ْ َْح َن ْب ُن إ ْب َرإ َه َمي‬، ٍ‫ َح َّدثَنَا َحبَّ ُان ْب ُن َه ََلل‬،‫َص ٍر إلَّ َإر َم هي‬ ْ َ ‫َس َعي َد ْب َن‬
ِ
‫ َم ْن ََك َن عَلَ ْي َه َص ْو ُم َر َمضَ َان‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ ُ ‫ه َص َّّل‬ َ ‫ول‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬،َ‫ َع ْن َأ َِب ه َُرْي َرة‬،‫ َع ْن َأبَي َه‬،‫َّإلر ْ َْح َن‬
ُ ْ َ‫فَلْي‬
‫ْس ْد ُه َو ََل يُقَ َِط ْع ُه‬
Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakr bin Al-Harits Al-Faqih. Telah
memberitakan ‘Ali bin ‘Umar Al-Hafizh. Telah menceritakan kepada kami Abu
Bakr An-Naisaburi. Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Sa’id bin Shakhr
Ad-Darimi. Telah menceritakan kepada kami Habban bin Hilal. Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Ibrahim dari Al-‘Ala` bin
‘Abdurrahman dari ayahnya dari Abu Hurairah. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang memiliki
tanggungan puasa Ramadan, maka dia harus mengqadanya dengan cara
berturut-turut dan tidak diputus-putus (selang-seling).”202

4. Membayar hutang puasa dengan memberi makan orang miskin.


،ٍ‫ َع ْن اَ َفع‬،‫ َع ْن ُم َح َّم َد ْب َن َس َْي َين‬،‫ َع ْن َأ ْش َع َث‬،‫ َح َّدثَنَا َع ْب َ َُث‬:‫ َح َّدثَنَا قُتَ ْي َب ُة قَا َل‬:‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن َ َْي ََي قَا َل‬
‫ فَلْ ُي ْط َع ْم َع ْن ُه َم ََك َن‬،‫ات َوعَلَ ْي َه َص َيا ُم َشهْ ٍر‬
َ ‫ َم ْن َم‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ َ َّ ‫ول‬
ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬،‫َع َن إ ْب َن ُ َْع َر‬
‫ك ي َ ْو ٍم َم ْس َك ٌني‬ َِ ُ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Qutaibah. Dia berkata: Telah menceritakan kepada
kami ‘Abtsar dari Asy’ats dari Muhammad bin Sirin dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar. Dia
berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang meninggal
dan masih memiliki tanggungan puasa Ramadan, maka hendaklah diganti
dengan memberi makan satu orang miskin setiap harinya.”203

jelas), Abu Al-Muthawwis adalah orang yang tidak diketahui, dan diragukan pendengaran
ayahnya dari Abu Hurairah.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Dha’īf Sunan At-
Tirmidzī, mengatakan bahwa hadis ini Dha’if.
202
Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubrā (8224). Setelah selesai menuliskan
hadisnya, Baihaqi menulis bahwa ‘Abdurrahman bin Ibrahim adalah seorang yang dha’if. Ia
juga mengatakan bahwa ‘Abdurrahman bin Ibrahim di-dha’if-kan oleh Yahya bin Ma’in, An-
Nasa`i, dan Daruquthni.
203
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1757). Di dalam hadis ini terdapat Asy’ats. Nama
lengkapnya adalah Asy’ats bin Sawwar. Ibnu ‘Adi dalam kitabnya, Al-Kāmil fī Dhu’afā` Ar-Rijāl
(II/40), mengutip pendapat Yahya tentang Asy’ats bin Sawwar. Yahya berkata, “Asy’ats bin
Sawwar adalah perawi yang dha’if.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Dha’īf
Sunan Ibn Mājah, mengatakan bahwa hadis ini Dha’if.

82
Iktikaf
1. Orang yang beriktikaf seperti orang yang melakukan semua kebaikan.
‫ َع ْن‬،‫وس إلْ ُبخ ََار هي‬ َ ‫ َح َّدثَنَا َع َيَس ْب ُن ُم‬:‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن ُأ َميَّ َة قَا َل‬:‫إّلِل ْب ُن َع ْب َد ْإل َك َر َ ٌ قَا َل‬
َ َّ ُ‫َح َّدثَنَا ُع َب ْيد‬
‫ه عَلَ ْي َه‬
ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ َأ َّن َر ُسو َل‬،‫ َع َن إ ْب َن َع َّب ٍاس‬،‫ َع ْن َس َعي َد ْب َن ُجبَ ْ ٍْي‬،‫إلس َب َخ ِ َي‬ َّ ‫ َع ْن فَ ْرقَ ٍد‬،‫ُع َب ْيدَ َة إلْ َع َِم ِ َي‬
َ َ‫ات َك َعا َم َل إلْ َح َس ن‬
‫ات ُ َُكِهَا‬ َ َ‫ َو ُ َْي َرى َ َُل َم َن إلْ َح َس ن‬،‫ُوب‬ َ ‫َو َس َّ َّل قَا َل َِف إلْ ُم ْع َت َك َف ُه َو ي َ ْع َك ُف هإَّلن‬
Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Abdul Karim. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Umayyah. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami ‘Isa bin Musa Al-Bukhari dari ‘Ubaidah Al-'Ammi dari
Farqad As-Sabakhi dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah
shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda tentang orang yang beriktikaf, “Ia berdiam
diri dari dosa-dosa dan dialirkan baginya kebaikan seperti orang yang melakukan
semua kebaikan.”204

2. Orang yang beriktikaf akan dijauhkan dari neraka sejauh tiga parit.
‫ َو َجدْ ُت َِف‬:‫َْش قَا َل‬ ٍ ْ ‫ َح َّدثَنَا إلْ َح َس ُن ْب ُن ب‬،‫َال إلْخ َََّل ُل‬ ٍ َ ‫ َح َّدثَنَا َأ ْْحَدُ ْب ُن خ‬،‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن إلْ َع َّب َاس ْ َإألخ َْر ُم‬
‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
ُ ‫ َع َن إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬،‫ َع َن إ ْب َن َعبَّ ٍاس‬،‫ َع ْن َع َطا ٍء‬،‫ َح َّدثَنَا َع ْبدُ إلْ َع َزي َز ْب ُن َأ َِب َر َّوإ ٍد‬،‫َكتَ َاب َأ َِب‬
َ َّ ‫ َو َم َن إ ْع َت َك َف ي َ ْو ًما إبْ َتغ ََاء َو ْج َه‬،‫َْش َس َن َني‬
‫إّلِل‬ َ ْ ‫ َم ْن َم ََش َِف َحا َج َة َأ َخي َه ََك َن خ ْ ًَْيإ َ َُل َم َن إ ْع َت ََك َف ع‬:‫قَا َل‬
‫ك َخنْدَ ٍق َأب َ ْعدُ َم َّما ب َ ْ َني إلْخا َفقَ ْ َني‬ ‫ ُ ه‬،‫إّلِل بَيْنَ ُه َوب َ ْ َني إلنَّ َار ثَ ََل َث َخنَا َد َق‬ ُ َّ ‫َج َع َل‬
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-‘Abbas Al-Akhram. Telah
menceritakan kepada kami Ahmad bin Khalid Al-Khallal. Telah menceritakan
kepada kami Al-Hasan bin Bisyr. Dia berkata: Aku menghadapkan wajah ke kitab
ayahku. Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin Abu Rawwad dari ‘Atha`
dari Ibnu ‘Abbas dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam.
Beliau bersabda, “Barang siapa yang melakukan iktikaf satu hari karena
mengharapkan wajah Allah, maka Allah akan menjadikan antara dirinya dan
neraka tiga parit. Setiap parit memiliki jarak seperti jarak antara timur dan
barat.”205

204
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1781). Di dalam hadis ini terdapat Farqad As-Sabakhi dan
‘Ubaidah Al-‘Ammi. Ibnu ‘Adi dalam kitabnya, Al-Kāmil fī Dhu’afā` Ar-Rijāl (VII/140),
mengutip pendapat Imam Ahmad tentang Farqad As-Sabakhi. Imam Ahmad berkata, “Ia
adalah orang yang salih. Akan tetapi, ia tidak kuat dalam masalah hadis.” Dan Ibnu Hajar Al-
‘Asqalani dalam kitabnya, Taqrīb At-Tahdzīb (4407), mengatakan bahwa ‘Ubaidah Al-‘Ammi
adalah orang yang tidak diketahui keadaannya. Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya,
Dha’īf Sunan Ibn Mājah, mengatakan bahwa hadis ini Dha’if.
205
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath (7326). Setelah selesai menuliska
hadisnya, Thabrani menulis, “Hadis ini tidak diriwayatkan dari ‘Abdul ‘Aziz bin Abu Rawwad
kecuali melalui Bisyr bin Salm Al-Bajali, secara tunggal melalui anaknya (Al-Hasan bin Bisyr).”
Sedangkan, Ibnu ‘Adi dalam kitabnya, Al-Kāmil fī Dhu’afā` Ar-Rijāl (451), mengutip pendapat
An-Nasa`i tentang Al-Hasan bin Bisyr. An-Nasa`i berkata, “Al-Hasan bin Bisyr bin Salm tidak

83
Daif Ramadan

3. Orang yang beriktikaf seperti mengerjakan dua kali haji dan dua kali umrah.
ُ‫ َح َّدثَنَا َس َعيد‬،‫إلسلَ َم هي‬‫ َح َّدثَنَا َأ ْْحَدُ ْب ُن يُ ُوس َف ه‬،‫ َأخ َ َِْب اَ َأبُو َطا َه ٍر إلْ ُم َح َّمدُ َأ َِب َذ هي‬،ُ‫َأخ َ َِْب اَ َأبُو َطا َه ٍر إلْ َف َقيه‬
،‫ َع ْن ُم َح َّم َد ْب َن َزإ َذ َإن‬،‫ َح َّدثَنَا َع ْنبَ َس ُة ْب ُن َع ْب َد َّإلر ْ َْح َن ْب َن َس َعي َد ْب َن إلْ َع َاص‬،‫ َح َّدثَنَا َه َّي ٌاج‬،‫ْب ُن ُسلَ ْي َم َان‬
‫َْشإ َِف َر َمضَ َان‬ ً ْ ‫ َم َن إ ْعتَ َك َف ع‬:‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
ُ َّ ‫ه َص َّّل‬َ ‫ول‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬،‫ َع ْن َأبَي َه‬،‫َع ْن عَ َ َ َِل ْب َن ُح َس ْ ٍني‬
‫ََك َن َك َح َّج َت ْ َني َو ُ ْْع َرت ْ ََني‬
Telah mengabarkan kepada kami Abu Thahir Al-Faqih. Telah mengabarkan
kepada kami Abu Thahir Al-Muhammad Abadzi. Telah menceritakan kepada kami
Ahmad bin Yusuf As-Sulami. Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Sulaiman.
Telah menceritakan kepada kami Hayyaj. Telah menceritakan kepada kami
‘Anbasah bin ‘Abdurrahman bin Sa’id bin Al-‘Ash dari Muhammad bin Zadan dari
‘Ali bin Husain dari ayahnya. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang melakukan
iktikaf sepuluh hari di bulan Ramadan, maka seperti mengerjakan dua haji dan
dua umrah.”206

4. Orang yang beriktikaf boleh mengantar jenazah.


‫ َح َّدثَنَا إلْهَ َّي ُاج إلْخ َُر َإس َ ه‬:‫ َح َّدثَنَا يُون ُ ُس ْب ُن ُم َح َّم ٍد قَا َل‬:‫َح َّدثَنَا َأ ْْحَدُ ْب ُن َمنْ ُص ٍور َأبُو بَ ْك ٍر قَا َل‬
‫ َح َّدثَنَا‬:‫اّن قَا َل‬
‫ه عَلَ ْي َه‬ َ َّ ‫ول‬
ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬،‫اِل‬ ٍ َ ‫ َع ْن َأن َ َس ْب َن َم‬،‫ َع ْن َع ْب َد إلْخَا َل َق‬،‫َع ْنبَ َس ُة ْب ُن َع ْب َد َّإلر ْ َْح َن‬
‫ َوي َ ُعو ُد إلْ َم َر َيض‬،َ‫ إلْ ُم ْع َت َك ُف يَتْبَ ُع إلْجَ نَ َازة‬:‫َو َس َّ َّل‬
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Manshur Abu Bakr. Dia berkata:
Telah menceritakan kepada kami Yunus bin Muhammad. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Al-Hayyaj Al-Khurasani. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami ‘Anbasah bin ‘Abdurrahman dari ‘Abdul Khaliq dari
Anas bin Malik. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang beriktikaf
diperbolehkan untuk mengantar jenazah dan mengunjungi orang sakit.”207

kuat.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-
Maudhū’ah (5345), mengatakan bahwa hadis ini Dha’if.
206
Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Syu’ab Al-Īmān (3680). Setelah selesai menusliskan
hadisnya, Baihaqi menulis, “Sanad-nya dha’if.” Di dalam hadis ini terdapat ‘Anbasah bin
‘Abdurrahman dan Muhammad bin Zadan. Ibnu ‘Adi dalam kitabnya, Al-Kāmil fī Dhu’afā` Ar-
Rijāl (1406), mengutip pendapat para ulama hadis tentang ‘Anbasah bin ‘Abdurrahman.
Yahya bin Ma’in berkata, “Aku tidak mengenalnya.” Bukhari berkata, “Hadisnya munkar.
Tinggalkan.” An-Nasa`i berkata, “Tinggalkan hadisnya.” Masih pada kitab yang sama (1678),
Ibnu ‘Adi mengutip pendapat Bukhari tentang Muhammad bin Zadan. Bukhari berkata,
“Munkarul hadīts (tidak halal menerima hadis dari perawi yang bersangkutan). Jangan tulis
hadis darinya.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah
wa Al-Maudhū’ah (518), mengatakan bahwa hadis ini Maudhu’.

84
Lailatulqadr
َ َّ ُ‫ َأخ َ َِْب اَ ُع َب ْيد‬،‫َح َّدثَنَا َح َك ُمي ْب ُن َس ْي ٍف َّإلر َ َِقه‬
‫ َع ْن َأ َِب‬،‫ َع ْن َزيْ ٍد ي َ ْع َِن إ ْب َن َأ َِب ُأنَي َْس َة‬،‫إّلِل ي َ ْع َِن إ ْب َن َ ْْع ٍرو‬
‫ه عَلَ ْي َه‬ َ َّ ‫ول‬
ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ قَا َل لَنَا َر ُس‬:‫ قَا َل‬،‫ َع َن إ ْب َن َم ْس ُعو ٍد‬،‫ َع ْن َأبَي َه‬،‫ َع ْن َع ْب َد َّإلر ْ َْح َن ْب َن ْ َإأل ْس َو َد‬،‫إ ْْس ََاق‬
ِ
‫ ُ َُّث َس َك َت‬،‫ْش َين‬ َ ْ ‫ َولَ ْي َ ََل ثَ ََل ٍث َو َع‬،‫ْش َين‬َ ْ ‫ َولَ ْي َ ََل إ ْحدَى َو َع‬،‫َْش َة َم ْن َر َمضَ َان‬ َ ْ ‫ ْإطلُ ُبوهَا لَ ْي َ ََل َس ْب َع ع‬:‫َو َس َّ َّل‬
Telah menceritakan kepada kami Hakim bin Saif Ar-Raqi. Telah mengabarkan kepada
ِ
kami ‘Ubaidullah, yaitu Ibnu ‘Amru, dari Zaid, yaitu Ibnu Abu Unaisah dari Abu Ishaq
dari ‘Abdurrahman bin Al-Aswad dari ayahnya dari Ibnu Mas’ud. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda kepada kami, “Carilah (lailatulqadr)
pada malam ketujuh belas bulan Ramadan, malam kedua puluh satu, dan malam
kedua puluh tiga.”
Kemudian beliau terdiam.208

Zakat Fitrah
1. Ramadan tertahan oleh zakat fitrah.
‫َص هي قَا َل َح َّدثَنَا َأبُو بَ ْك ٍر ُم َح َّمدُ ْب ُن إبرإهمي بن‬ َ ْ ‫َح َّدثَنَا أأبو قاِس ْب ُن إلْ ُح َص ْ َني قَا َل َأنْ َبأَ اَ عَ َ هَل ْب ُن َأ َِب عَ َ ٍَِل إلْ َب‬
َ َّ ُ‫إّلِل ُم َح َّمدُ ْب َن إ ْ َِما َعي َل ْب َن إ ْْس ََاق إلْ َف َقي ُه قَا َل َح َّدثَ َِن َع ْبد‬
‫إّلِل‬ َ َّ ‫ْحدإن إلير عاقوِل قَا َل َح َّدثَنَا َأبُو َع ْب َد‬
ِ ِ
َ ْ ‫ْب ُن عَ َ َ َِل ْب َن ُع َب ْيدَ َة إلْ ُم َؤد َُّب قَا َل َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن ُع َب ْي ٍد إلْ َب‬
‫َص هي قَا َل َح َّدثَنَا ُم ْع َت َم ٌر قَا َل َح َّدثَنَا إ ْ َِما َعي ُل ْب ُن‬
ِ
‫ إ َّن‬:‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫إّلِل قَا َل‬ َ َّ ‫َال َع ْن قَيْ َس ْب َن َأ َِب َح َاز ٍم َع ْن َج َري َر ْب َن َع ْب َد‬ ٍ َ ‫َأ َِب خ‬
ِ
‫إلس َما َء َوإ َأل ْر َض َل يُ ْرفَ ُع إَل َب َز ََك َة إلْ َف ْط َر‬ َّ ‫َشه َْر َر َمضَ َان ُم َعلَّقٌ ب َ ْ َني‬
Telah menceritakan kepada kami Abu Qasim bin Al-Hushain. Dia berkata: Telah
ِ
memberitakan kepada kami ‘Ali bin Abu ‘Ali Al-Bashri. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakr Muhammad bin Ibrahim bin Hamdan. Dia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Abdullah Muhammad bin Isma’il
bin Ishaq Al-Faqih. Dia berkata: Telah menceritakan kepadaku ‘Abdullah bin ‘Ali
bin ‘Ubaidah Al-Mu`addab. Dia berkata: Telah menceritakan kepada kami

207
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1777). Di dalam hadis ini paling tidak terdapat Al-Hayyaj
Al-Khurasani (Hayyaj bin Bistham) dan ‘Anbasah bin ‘Abdurrahman. Ibnu ‘Adi dalam kitabnya,
Al-Kāmil fī Dhu’afā` Ar-Rijāl (2048), mengutip pendapat Yahya tentang Al-Hayyaj Al-
Khurasani. Yahya berkata, “Dha’if.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Silsilah Al-
Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (IV/353), berkata, “Dan Hayyaj bin Bistham adalah
orang yang hadis darinya ditinggalkan sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ahmad dan
selainnya.” Adapun ‘Anbasah bin ‘Abdurrahman, Ibnu ‘Adi masih dalam kitabnya, Al-Kāmil fī
Dhu’afā` Ar-Rijāl (1406), mengutip pendapat para ulama hadis tentang ‘Anbasah bin
‘Abdurrahman. Yahya bin Ma’in berkata, “Aku tidak mengenalnya.” Bukhari berkata,
“Hadisnya munkar. Tinggalkan.” An-Nasa`i berkata, “Tinggalkan hadisnya.” Syaikh
Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Dha’īf Al-Jāmi’ Ash-Shaghīr wa Ziyādatuh (5939),
mengatakan bahwa hadis ini Maudhu’.
208
Diriwayatkan oleh Abu Dawud (1384). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Dha’īf
Sunan Abī Dāwūd, mengatakan bahwa hadis ini Dha’if.

85
Daif Ramadan

Muhammad bin ‘Ubaid Al-Bashri. Dia berkata: Telah menceritakan kepada kami
Mu’tamir. Dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Abu Khalid
dari Qais bin Abu Hazim dari Jarir bin ‘Abdullah. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya bulan Ramadan
tergantung di antara langit dan bumi. Tidak dapat terangkat kecuali dengan zakat
fitrah.”209

2. Ayat yang berkenaan dengan zakat fitrah.


‫ َح َّدثَ َِن‬:‫يب قَا َل‬ ٍ ‫يب غَ َر‬ ‫َح َّدثَنَا َأبُو َ ْْع ٍرو ُم ْس َ ُّل ْب ُن َ ْْع َرو ْب َن ُم ْس َ َّل ْب َن َوه ٍْب ْ َإأل ْسلَ َم ِ َي إلْ َم َد َ ه‬
ٍ ‫يِن َ َِب َ ٍِب غَ َر‬
‫ه عَلَ ْي َه‬ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ ‫ول‬ ُ ‫ ُس َئ َل َر ُس‬:‫ َع ْن َأبَي َه َع ْن َج َِد َه قَا َل‬،‫إّلِل إلْ ُم َز َ َ ِّن‬ َ َّ ‫إّلِل ْب ُن اَ َفع ٍ َع ْن كَ َث َْي ْب َن َع ْب َد‬
َ َّ ُ‫َع ْبد‬
‫ فَقَا َل ُأ ْن َزلَ ْت َِف َز ََك َة إلْ َف ْط َر‬، }‫إِس َ َرب ِ َه فَ َص َّّل‬ َ ْ ‫َو َس َّ َّل َع ْن َه َذ َه ْإألي َ َة {قَدْ َأفْلَ َح َم ْن تَ َز ََّّك َو َذ َك َر‬
Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Amru Muslim bin ‘Amru bin Muslim bin
Wahb Al-Aslami Al-Madini dengan pengabaran yang asing. Dia berkata: Telah
menceritakan kepadaku ‘Abdullah bin Nafi’ dari Katsir bin ‘Abdullah Al-Muzani
dari ayahnya dari kakeknya. Dia berkata:
Ditanyakan kepada Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam tentang ayat ini,
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman).
dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.” (Surat Al-A’lā ayat 15)
Maka, beliau bersabda, “Ayat itu diturunkan berkenaan dengan zakat fitrah.”210

Idulfitri
1. Doa tidak tertolak pada malam Idulfitri.
‫أأخِب ا أأبو إلفتح نَص ه بن محمد حدثنا نَص بن إبرإهمي أأنبأأ ا أأبو سعيد بندإر بن ْعر إلروَيّن أأنبأأ ا أأبو‬
‫محمد عبد ه بن جعفر إخلبازي أأنبأأ أأبو عَل إحلسن بن عَل بن محمد بن بشار إلزإهد ِبمذإن قرإءة عليه‬
‫من أأصل سامعه أأنبأأ ا عَل بن محمد إلقزويِن حدثنا إبرإهمي بن محمد بن برة إلصنعاّن حدثنا عبد إلقدوس‬
‫حدثنا إبرإهمي بن أأِب َيَي عن أأِب قعنب عن إِب أأمامة إلباهَل قال قال رسول ه (صّل ه عليه‬

209
Diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dalam Al-‘Ilal Al-Mutanāhiyah fī Al-Ahādīts Al-Wāhiyah (824).
Setelah selesai menuliskan hadisnya, Ibnul Jauzi menulis bahwa hadis ini tidak shahih karena
di dalamnya terdapat Muhammad bin ‘Ubaid Al-Bashri. Ia adalah seseorang yang tidak
diketahui (majhūl). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Silsilah Al-Ahādīts Adh-
Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (43), mengatakan bahwa hadis ini Dha’if.
210
Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (2420). Syaikh Al-A’zhami mengatakan bahwa sanad
hadis ini sangat lemah karena di dalamnya terdapat Katsir bin ‘Abdullah. Ibnu ‘Adi dalam
kitabnya, Al-Kāmil fī Dhu’afā` Ar-Rijāl (VII/187), mengutip pendapat para ahli hadis Katsir bin
‘Abdullah. Ahmad bin Hanbal berkata, “Jangan ceritakan apapun dari Katsir bin ‘Abdullah.”
An-Nasa`i berkata, “Matrūkul hadīts (orang yang ditinggalkan hadis darinya).” Yahya berkata,
“Dha’if.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Dha’īf At-Targhīb wa At-Tarhīb (665),
mengatakan bahwa hadis ini sangat Dha’if.

86
‫وسّل) َخس ليال َل تر فهين إلعوة أأول ليَل من رجب وليَل إلنصف من شعبان وليَل إمجلعة وليَل‬
‫إلفطر وليَل إلنحر‬
Telah mengabarkan kepada kami Abu Al-Fath Nashrullah bin Muhammad. Telah
menceritakan kepada kami Nashr bin Ibrahim. Telah memberitakan kepada kami
Abu Sa’id Bindar bin ‘Amr Ar-Rauyani. Telah mengabarkan kepada kami Abu
Muhammad bin ‘Abdullah bin Ja’far Al-Khabazi. Telah mengabarkan Abu ‘Ali Al-
Hasan bin ‘Ali bin Muhammad bin Basyar Az-Zahid. ........ Telah menceritakan
kepada kami Ibrahim bin Abu Yahya dari Abu Qa’nab dari Abu Umamah Al-Bahili.
Dia berkata:
Rasulullah (shallallāhu ‘alaihi wasallam) bersabda, “Lima malam yang doa padanya
tidak akan tertolak: Awal malam bulan Rajab, malam pertengahan bulan Syakban,
malam Jumat, malam Idulfitri, dan malam Nahr (Iduladha).”211

2. Menghidupkan malam Idulfitri.


‫ َع ْن ثَ ْو َر ْب َن‬،‫ َح َّدثَنَا ب َ َقيَّ ُة ْب ُن إلْ َو َلي َد‬:‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن إلْ ُم َصفَّى قَا َل‬:‫َح َّدثَنَا َأبُو َأ ْ َْحدَ إلْ َم َّر ُإر ْب ُن َ هْحوي َ َة قَا َل‬
‫ َم ْن قَا َم لَ ْيلَ َ َِت إلْ َعيدَ ْي َن‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل قَا َل‬
ُ ‫ َع َن إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬،‫ َع ْن َأ َِب ُأ َما َم َة‬،‫َال ْب َن َم ْعدَ َإن‬ َ َ ‫ َع ْن خ‬، َ‫يَ َزيد‬
ُ ُ‫وت إلْ ُقل‬
‫وب‬ ُ ‫ُم ْحت َ َس ًبا َ َّ َّلِل لَ ْم ي َ ُم ْت قَلْ ُب ُه ي َ ْو َم تَ ُم‬
Telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Al-Marrar bin Hammuyah. Dia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mushaffa. Dia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Baqiyyah bin Al-Walid dari Tsaur bin
Yazid dari Khalid bin Ma’dan dari Abu Umamah dari Nabi shallallāhu ‘alaihi
wasallam.
Beliau bersabda, “Barang siapa yang menegakkan salat malam pada dua hari raya
karena mengharap pahala Allah, maka hatinya tidak akan mati pada hari semua
hati mati.”212

211
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir dalam Tārīkh Dimasyq (968). Di dalam hadis ini terdapat
Ibrahim bin Abu Yahya dan Abu Sa’id Bindar bin ‘Amr Ar-Rauyani. Ibnu ‘Adi dalam kitabnya,
Al-Kāmil fī Dhu’afā` Ar-Rijāl (I/353), mengutip pendapat para ahli hadis tentang Ibrahim bin
Abu Yahya. Malik bin Anas berkata, “Pendusta.” Yahya bin Sa’id berkata, “Pendusta.” Yahya
bin Ma’in berkata, “Pendusta.” Lalu, Adz-Dzahabi dalam kitabnya, Al-Mughnī fī Adh-Dhu’afā
(1005), mengutip pendapat An-Nakhsyabi tentang Abu Sa’id Bindar bin ‘Amr Ar-Rauyani. An-
Nakhsyabi berkata, “Pendusta.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Silsilah Al-
Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (1452), mengatakan bahwa hadis ini Maudhu’.
212
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1782). Di dalam hadis ini terdapat Baqiyyah bin Al-Walid.
Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-
Maudhū’ah (521), mengatakan bahwa hadis ini sangat dha’if. Beliau mengutip pendapat Al-
Hafizh Al-‘Iraqi bahwa Baqiyyah dikenal sebagai perawi yang banyak mencampuradukkan
riwayat. Syaikh Al-Albani menambahkan bahwa Baqiyyah telah terbukti meriwayatkan hadis
dari pendusta dan pemalsu. Ia juga mengambil riwayat dari para perawi kuat yang kemudian
olehnya dicampuradukkan, termasuk menambahkan atau menghilangkan perawi sanad yang
ada.

87
Daif Ramadan

Dalam riwayat lain:


‫إّلِل ْب ُن َأ َِب‬َ َّ ُ‫ أأنبا َأبُو ُم َح َّم ٍد َع ْبد‬،‫ َأنْ َبا َأبُو إ ْْس ََاق إ ْب َرإ َه ُمي ْب ُن ُم َح َّم ٍد إلْ ُم َطهَّ َر هي‬،‫َأخ َ َِْب اَ َأبُو َج ْع َف ٍر ْ َإألنْ َما َط هي‬
ِ ِ
‫ َح َّدثَ َِن‬،‫ َح َّدثَنَا ُس َويْدُ ْب ُن َس َعي ٍد‬،‫ َح َّدثَنَا عَ َ هَل ْب ُن ن َُص ْ ٍْي‬،‫اّن‬ ‫وب إلْ َب ْح َر هي إلْ ُج ْر َج َ ه‬ َ ‫ َح َّدثَنَا َأبُو ي َ ْع ُق‬،‫َ َْي ََي ْإَل َما ُم‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه‬ ِ
ُ َّ ‫ َع َن إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬،‫ َع ْن ُم َعا َذ ْب َن َجبَ ٍل‬،‫ َع ْن َوه َْب ْب َن ُمنَ َ ِب ٍه‬،‫ َع ْن َأبَي َه‬،‫َع ْبدُ َّإلر َح َمي ْب ُن َزيْ ٍد إلْ َع َِم هي‬
ْ َّ ‫ ل َ ْي َ ََل‬:‫اِل ْ َإأل ْرب َ َع َو َج َب ْت َ َُل إلْ َجنَّ ُة‬
‫ َولَ ْي َ ََل إلْ َف ْط َر‬،‫ َولَ ْي َ ََل إلنَّ ْح َر‬،‫ َولَ ْي َ ََل َع َرفَ َة‬،‫إلْت َوي َ َة‬ َ َ ‫ َم ْن َأ ْح َيا إلل َّ َي‬:‫ قَا َل‬،‫َو َس َّ َّل‬
Telah mengabarkan kepada kami Abu Ja’far Al-Anmathi. Telah mengabarkan Abu
Ishaq Ibrahim bin Muhammad Al-Muthahhari. Telah mengabarkan Abu
Muhammad ‘Abdullah bin Abu Yahya Al-Imam. Telah menceritakan kepada kami
Abu Ya’qub Al-Bahri Al-Jurjani. Telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Nushair.
Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa’id. Telah menceritakan kepadaku
‘Abdurrahim bin Zaid Al-‘Ammi dari ayahnya dari Wahb bin Munabbih dari
Mu’adz bin Jabal dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam.
Beliau bersabda, “Barang siapa yang menghidupkan malam yang empat, maka
telah pasti baginya surga, yaitu: malam tarwiyah (8 Zulhijah), malam Arafah,
malam An-Nahr (Iduladha), dan malam Idulfitri.”213

3. Ucapan pada hari raya.


‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن إلضَّ َّح َاك ْب َن َ ْْع َرو ْب َن َأ َِب‬،ُ‫ َأنْ َبأَ َأبُو َأ ْ َْحدَ ْب ُن عَ َد ٍِي إلْ َحا َفظ‬،‫يِن‬ ‫َأخ َ َِْب اَ َأبُو َس ْع ٍد إلْ َما َل َ ه‬
َّ ‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن إ ْب َرإ َه َمي‬, ‫ َح َّدثَنَا َع ْبدُ إلْ َع َزي َز ْب ُن ُم َعا َوي َ َة‬،‫اِص‬
، َ‫ َع ْن ثَ ْو َر ْب َن يَ َزيد‬،‫ َح َّدثَنَا ب َ َقيَّ ُة‬،‫إلشا َم هي‬ ٍ َ َ‫ع‬
ِ َ َ
ُ ‫ تَقَبَّ َل‬:‫ فَ ُقلْ ُت‬،‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل ي َ ْو َم َعي ٍد‬
‫ه‬ ُ ‫ه َص َّّل‬ ‫يت َر ُسول‬ ُ ‫ لَ َق‬:‫ َع ْن َوإ َث َ ََل قَا َل‬،‫َال ْب َن َم ْعدَ َإن‬ َ َ ‫َع ْن خ‬
‫ه َمنَّا َو َمنْ َك‬ ُ ‫ ن َ َع ْم تَقَبَّ َل‬:‫َمنَّا َو َمنْ َك قَا َل‬
Telah mengabarkan kepada kami Abu Sa’id Al-Malini. Telah memberitakan Abu
Ahmad bin ‘Adi Al-Hafizh. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Adh-
Dhahhak bin ‘Amru bin Abu ‘Ashim. Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz
bin Mu’awiyah. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ibrahim Asy-
Syami. Telah menceritakan kepada kami Baqiyyah dari Tsaur bin Yazid dari Khalid
bin Ma’dan dari Watsilah. Dia berkata:
Aku berjumpa dengan Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam pada hari raya. Lalu
aku berkata, “Taqabbalallāhu minnā wa minka.”
Beliau bersabda, “Benar! Taqabbalallāhu minnā wa minka .”214

213
Diriwayatkan oleh Abul Fath Al-Maqdisi dalam Majlis min Amālī Abī Al-Fath Al-Maqdisī I
(3). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-
Maudhū’ah (522), mengatakan bahwa hadis ini Maudhu’. Di dalam hadis ini terdapat
‘Abdurrahim bin Zaid Al-‘Ammi. Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengutip pendapat beberapa
ahli hadis tentang ‘Abdurrahim bin Zaid Al-‘Ammi. Ibnul Jauzi berkata, “Hadisnya tidak sah.”
Yahya berkata, “Pendusta.” An-Nasa`i berkata, “Orang yang ditinggalkan.”
214
Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubrā (6295). Setelah selesai menuliskan
hadisnya, Baihaqi menulis, “Abu Ahmad bin ‘Adi Al-Hafizh berkata, ‘Hadis ini munkar. Aku

88
4. Tidak makan pagi hingga membagi-bagikan zakat fitrah.
،‫ َع َن إ ْب َن ُ َْع َر‬،ٍ‫ َع ْن اَ َفع‬،‫ َح َّدثَنَا ُ َْع ُر ْب ُن َصهْ َب َان‬:‫ َح َّدثَنَا َمنْدَ ُل ْب ُن عَ َ ٍَِل قَا َل‬:‫َح َّدثَنَا ُج َب َار ُة ْب ُن إلْ ُمغَ َلِ َس قَا َل‬
َ ْ ‫ ََل يَغْدُ و ي َ ْو َم إلْ َف ْط َر َح ََّّت يُغ ََِد َي َأ‬،‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
‫ُصاب َ ُه َم ْن َصدَ قَ َة إلْ َف ْط َر‬ ُ ‫ ََك َن إلنَّ َ هب َص َّّل‬:‫قَا َل‬
Telah menceritakan kepada kami Jubarah bin Al-Mughallis. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Mandal bin ‘Ali. Dia berkata: Telah menceritakan
kepada kami ‘Umar bin Shahban dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar.
Dia berkata, “Pada hari raya Idulfitri, Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam tidak makan
pagi hingga beliau memberi makan pagi para sahabatnya dari zakat fitrah.”215

5. Menghiasai hari raya dengan bertakbir.

tidak mengetahui yang meriwayatkannya dari Baqiyyah selain Muhammad bin Ibrahim ini.’
Ibnu ‘Adi dalam kitabnya, Al-Kāmil fī Dhu’afā` Ar-Rijāl (1755), menulis tentang Muhammad
bin Ibrahim bahwa ia adalah seorang yang munkarul hadīts (tidak halal menerima riwayat
dari perawi yang bersangkutan). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Silsilah Al-
Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah (6768), mengatakan bahwa hadis ini sangat Dha’if.
Hanya saja, Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Mughnī (II/295 – 296) mengutip dialog Imam
Ahmad dengan seseorang yang bertanya kepadanya tentang ucapan “Taqabbalallāhu minnā
wa minkum” pada hari raya. Imam Ahmad berkata, “Tidak mengapa. Yang demikian telah
diriwayatkan oleh penduduk Syam dari Abu Umamah.” Lalu, Imam Ahmad menyebutkan
tentang ucapan pada hari raya dari Ibnu ‘Aqil bahwa Muhammad bin Ziyad berkata: Aku
bersama Abu Umamah Al-Bahili dan sahabat Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam lainnya bahwa
apabila mereka (para sahabat) kembali dari salat Id, mereka berkata satu sama lain,
“Taqabbalallāhu minnā wa minka.” Imam Ahmad berkata bahwa sanad (jalur periwayatan)
hadis Abu Umamah ini jayyid (bagus).
Kami berkata: Karenanya, yang perlu kita ketahui adalah ucapan “Taqabbalallāhu minnā wa
minka” jangan dianggap berasal dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam. Akan tetapi, ucapan
tersebut berasal dari kalangan para sahabat Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam.
Terjemahan “Taqabbalallāhu minnā wa minka”: Semoga Allah menerima (amal kebaikan) dari
kami dan darimu.
215
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1755). Di dalam hadis ini terdapat ‘Umar bin Shahban,
Mandal bin ‘Ali, dan Jubarah bin Al-Mughallis. Ibnu ‘Adi dalam kitabnya, Al-Kāmil fī Dhu’afā`
Ar-Rijāl (1188), mengutip pendapat Yahya bin Ma’in dan An-Nasa`i tentang ‘Umar bin
Shahban. Yahya bin Ma’in berkata, “Dha’īful hadīts (perawi yang hadis darinya lemah).” An-
Nasa`i berkata, “Hadisnya ditinggalkan.” Adapun Mandal bin ‘Ali, masih dalam kitab yang
sama, Ibnu ‘Adi (1936) mengutip pendapat Yahya tentang Mandal bin ‘Ali. Yahya berkata,
“Dha’if.” Adapun Jubarah bin Al-Mughallis, Adz-Dzahabi dalam kitabnya, Al-Mughnī fī Adh-
Dhu’afā (1087), mengutip pendapat ahli hadis tentang Jubarah bin Al-Mughallis. Bukhari
berkata, “Hadis yang diriwayatkan darinya tidak jelas/goncang.” Ibnu Ma’in berkata,
“Pendusta.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Dha’īf Sunan Ibn Mājah,
mengatakan bahwa hadis ini Dha’if.

89
Daif Ramadan

‫ َح َّدثَنَا ب َ َقيَّ ُة ْب ُن‬،‫إلْس َِي إلْ َع ْسقَ ََل َ هّن‬َ َّ ‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن َأ ْ َْحدَ ْب َن َأ َِب‬،‫إّلِل ْب ُن ُو َه ْي ٍب إلْغ ِ ََز هي‬ َ َّ ُ‫َح َّدثَنَا َع ْبد‬
‫إّلِل‬
ُ َّ ‫ِض‬ َ َ ‫ َع ْن َأ َِب ه َُرْي َر َة َر‬, ‫ َح َّدثَنَا َأبُو َك َث ٍْي يَ َزيدُ ْب ُن َع ْب َد َّإلر ْ َْح َن‬،‫ َح َّدثَنَا ُ َْع ُر ْب ُن َر َإش ٍد إلْ َي َما َم هي‬،‫إلْ َو َلي َد‬
‫ َزَي ِ ُنوإ َأ ْع َياد ُ َُْك َِبلتَّ ْك َب َْي‬:‫إّلِل عَلَ ْي َه َوأ َ ََل َو َس َّ َّل‬ َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫َع ْن ُه قَا َل‬
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Wuhaib Al-Ghazzi. Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Abu As-Sari Al-‘Asqalani.
Telah menceritakan kepada kami Baqiyyah bin Al-Walid. Telah menceritakan
kepada kami ‘Umar bin Rasyid Al-Yamami. Telah menceritakan kepada kami Abu
Katsir Yazid bin ‘Abdurrahman dari Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa ālihi wasallam bersabda, “Hiasilah hari raya kalian
dengan takbir.”216

Dalam riwayat lain:


َ َ ‫ َح َّدثَنَا َع ْبدُ َّإلر ْ َْح َن ْب ُن خ‬:‫ َح َّدثَنَا َأبُو َرإ َفع ٍ ُأ َسا َم ُة ْب ُن عَ َ َ َِل ْب َن َس َعي ٍد قَا َل‬:‫ قَا َل‬،‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن إلْ ُم َظفَّ َر‬
‫َال‬
‫ َع ْن َأ َِب‬،‫وب ْب َن َأ َِب تَ َممي َ َة‬
َ ‫ َع ْن َأي ه‬،‫ َح َّدثَنَا ُس ْف َي ُان إلث َّْو َر هي‬:‫ قَا َل‬،‫ َح َّدثَنَا عَ َ هَل ْب ُن إلْ َح َس َن‬:‫ قَا َل‬،‫يح‬ ٍ ‫ْب َن َ َْن‬
‫ه عَلَ ْي َه‬
ُ ‫ه َص َّّل‬ َ ‫ول‬ ٍ َ ‫ َع ْن َأن َ َس ْب َن َم‬، َ‫اِص ْ َإأل ْح َول‬
ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬،‫اِل‬ ٍ َ َ‫ َوع‬،‫ َع ْن ُ َْح ْي ٍد‬،‫ َو ُس ْف َي َان‬،‫َق ََلب َ َة‬
‫ َوإلتَّ ْك َب َْي‬،‫ َوإلتَّ ْح َمي َد‬،‫ َوإلتَّ ْق َد َيس‬،‫يل‬ َ ‫ َزَي ِ ُنوإ إلْ َعيدَ ْي َن َِبنَتَّ ْ َل‬:‫َو َس َّ َّل‬
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Muzhaffar. Dia berkata:
Telah menceritakan kepada kami Abu Rafi’ Usamah bin ‘Ali bin Sa’id. Dia berkata:
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Khalid bin Najih. Dia berkata:
Telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Al-Hasan. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Sufyan Ats-Tsauri dari Ayyub bin Abu Tamimah dari
Abu Qilabah dan Sufyan dari Humaid dan ‘Ashim Al-Ahwal dari Anas bin Malik.
Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hiasilah hari raya Idulfitri dan
Iduladha dengan tahlil, taqdīs, tahmid, dan takbir.”217

6. Memperbanyak takbir pada khutbah.

216
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Ash-Shaghīr (599). Setelah selesai menuliskan
hadisnya, Thabrani menulis, “Tidak meriwayatkannya dari Abu Katsir kecuali melalui ‘Umar.
Dan tidak meriwayatkannya dari ‘Umar kecuali melalui Baqiyyah secara tunggal melalui Ibnu
Abu As-Sari.” Ibnu ‘Adi dalam kitabnya, Al-Kāmil fī Dhu’afā` Ar-Rijāl (1189), mengutip
pendapat Yahya bin Ma’in dan An-Nasa`i tentang ‘Umar bin Rasyid Al-Yamami. Yahya bin
Ma’in berkata, “Dha’if.” An-Nasa`i berkata, “Tidak terpercaya.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani
dalam kitabnya, Dha’īf At-Targhīb wa At-Tarhīb (669), mengatakan bahwa hadis ini Munkar.
217
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim (II/288). Di dalam hadis ini terdapat ‘Abdurrahman bin
Khalid bin Najih. Adz-Dzahabi dalam kitabnya, Al-Mughnī fī Adh-Dhu’afā (3558), mengutip
pendapat Ibnu Yunus tentang ‘Abdurrahman bin Khalid bin Najih. Ibnu Yunus berkata,
“Munkarul hadīts (perawi yang bersangkutan adalah seorang perawi yang munkar).” Syaikh
Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah
(3672), mengatakan bahwa hadis ini Maudhu’.

90
‫ َع ْن‬،‫ َح َّدثَ َِن َأ َِب‬:‫ َح َّدثَنَا َع ْبدُ َّإلر ْ َْح َن ْب ُن َس ْع َد ْب َن َ َّْع َار ْب َن َس ْع ٍد إلْ ُم َؤ َ ِذ َن قَا َل‬:‫َح َّدثَنَا َهشَ ا ُم ْب ُن َ َّْع ٍار قَا َل‬
‫ يُ ْك َ َُث إلتَّ ْكب ََْي َِف خ ُْط َب َة‬،‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل يُ َك َ ِ ُِب ب َ ْ َني َأضْ َع َاف إلْخ ُْط َب َة‬
ُ ‫ ََك َن إلنَّ َ هب َص َّّل‬:‫ قَا َل‬،‫ َع ْن َج َِد َه‬،‫َأبَي َه‬
‫إلْ َعيدَ ْي َن‬
Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Ammar. Dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Sa’d bin ‘Ammar bin Sa’d, seorang
muazin. Dia berkata: Telah menceritakan kepadaku ayahku dari ayahnya dari
kakeknya. Dia berkata:
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam bertakbir di tengah-tengah khutbah. Beliau
memperbanyak takbir pada khutbah dua hari raya.218

Puasa Syawal
1. Puasa syawal harus berurutan.
‫ َح َّدثَنَا إلْ َح َس ُن ْب ُن‬،‫إلصلْ َت‬
َّ ‫ َح َّدثَنَا َس ْعدُ ْب ُن‬،‫ َح َّدثَنَا َأ َِب‬،‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن إ ْْس ََاق ْب َن إ ْب َرإ َه َمي ْب َن َشا َذ َإن‬
‫ه عَلَ ْي َه‬
ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ َع ْن َأ َِب ه َُرْي َر َة قَا َل‬،‫ َع ْن ثَ ْو َِب َن‬،‫ َع ِ ْن يَ َزيدَ ْب َن ِخ َُص ْي َف َة‬،‫َ ْْع ٍرو إلْ ُفقَ ْي َم هي‬
َ َّ ‫ول‬
‫إلس نَ َة‬َّ ‫ فَ َ ََكن َّ َما َصا َم‬،‫ َم ْن َصا َم َس تَّ َة َأ ََّي ٍم ب َ ْعدَ إلْ َف ْط َر ُمتَ َتا َب َع ًة‬:‫َو َس َّ َّل‬
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishaq bin Ibrahim bin Syadzan.
Telah menceritakan kepada kami Sa’d bin Ash-Shalt. Telah menceritakan kepada
kami Al-Hasan bin ‘Amru Al-Fuqaimi dari Yazid bin Khushaifah dari Tsauban dari
Abu Hurairah. Dia berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang berpuasa
enam hari setelah Idulfitri secara berurutan, maka seperti puasa selama satu
tahun.”219

2. Ganjaran puasa syawal.


َ ‫ َح َّدثَنَا َ ْْع َر ُإن ْب ُن ه َُار‬،‫َح َّدثَنَا َم ْس ُعو ُد ْب ُن ُم َح َّم ٍد َّإلر ْم َ هَل‬
َ َّ ‫ َح َّدثَنَا َأبُو َع ْب َد‬،‫ ا َم ْسلَ َم ُة ْب ُن عُ َ ٍَِل‬،‫ون‬
‫إّلِل‬
‫ َم ْن َصا َم َر َمضَ َان َو َأتْ َب َع ُه‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ َ َّ ‫ول‬
ُ ‫إّلِل َص َّّل‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ َع َن إ ْب َن ُ َْع َر قَا َل‬،ٍ‫ َع ْن اَ َفع‬،‫ِص‬ ‫إلْ َح ْم َ ه‬
‫َس تًّا َم ْن َش َّوإلٍ خ ََر َج َم ْن ُذنُو َب َه َك َي ْو َم َو َ َلتْ ُه ُأ هم ُه‬
Telah menceritakan kepada kami Mas’ud bin Muhammad Ar-Ramli. Telah
menceritakan kepada kami ‘Imran bin Harun. Telah menceritakan kepada kami
Maslamah bin ‘Ali. Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Abdullah Al-Himshi dari
Nafi’ dari Ibnu ‘Umar. Dia berkata:

218
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1287). Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Irwā`
Al-Ghalīl fī Takhrīj Ahādīts Manār As-Sabīl (647), mengatakan bahwa hadis ini Dha’if. Beliau
berkata, “Sanad hadis ini dha’if. ‘Abdurrahman bin Sa’d adalah orang yang dha’if. Sedangkan,
ayahnya dan kakeknya adalah orang yang tidak diketahui keadaannya.”
219
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath (7607). Setelah selesai menuliskan
hadisnya, Thabrani berkata, “Hadis ini tidak diriwayatkan dari Al-Hasan bin ‘Amru kecuali
melalui Sa’d bin Ash-Shalt.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Dha’īf At-Targhīb
wa At-Tarhīb (607), mengatakan bahwa hadis ini Munkar.

91
Daif Ramadan

Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang berpuasa


Ramadan dan diikuti dengan enam hari berpuasa di bulan Syawal, maka ia akan
keluar dari dosa-dosanya seperti pada hari dilahirkan ibunya.”220

Lain-lain
1. Tidak menyebut “Ramadan” saja.
ُ‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّمد‬،‫ َح َّدثَنَا إ ْب ُن اَ َجيَ َة‬،‫إلصفَّ ُار‬َّ ‫ َأنْ َبأَ َأ ْْحَدُ ْب ُن ُع َب ْي ٍد‬،‫َأخ َ َِْب اَ َأبُو إلْ َح َس َن عَ َ هَل ْب ُن َأ ْ َْحدَ ْب َن َع ْبدَ َإن‬
َ‫ َح َّدثَنَا َأبُو َأ ْ َْحد‬:‫ قَ َاَل‬،‫َاّن‬
‫ َو َأبُو َمنْ ُص ٍور َأ ْْحَدُ ْب ُن عَ َ ٍَِل إلَّ إ َمغ َ ه‬،‫يِن‬ ‫ ح َو َأخ َ َِْب اَ َأبُو َس ْع ٍد إلْ َما َل َ ه‬،‫ْش‬ ٍ َ ‫ْب ُن َأ َِب َم ْع‬
‫ َع ْن َأ َِب‬،‫ َع ْن َس َعي ٍد إلْ َم ْق ُ َِب َِي‬،‫ َح َّدثَ َِن َأ َِب‬،‫ْش‬ ٍ َ ‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن َأ َِب َم ْع‬،‫ َح َّدثَنَا عَ َ هَل ْب ُن َس َعي ٍد‬،‫ْب ُن عَ َد ٍِي‬
‫ه َولَ َك ْن‬ َ ‫إِس َم ْن َأ ْ َِما َء‬ ٌ ْ ‫ ََل تَ ُقولُوإ َر َمضَ ُان فَا َّن َر َمضَ َان‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬ ُ ‫ه َص َّّل‬ َ ‫ول‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬،َ‫ه َُرْي َرة‬
ِ ‫قُولُوإ َشه ُْر َر َمضَ َان‬
Telah mengabarkan kepada kami Abul Hasan ‘Ali bin Ahmad bin ‘Abdan. Telah
mengabarkan Ahmad bin ‘Ubaid Ash-Shaffar. Telah menceritakan kepada kami
Ibnu Najiyah. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Ma’syar.
Dalam riwayat lain: Telah mengabarkan kepada kami Abu Sa’id Al-Malini dan Abu
Manshur Ahmad bin ‘Ali Ad-Damighani. Keduanya berkata: Telah mengabarkan
kepada kami Abu Ahmad bin ‘Adi. Telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Sa’id.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Ma’syar. Telah
menceritakan kepadaku ayahku dari Sa’id Al-Maqburi dari Abu Hurairah. Dia
berkata:
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Janganlah kalian mengatakan
‘Ramadan’ saja karena sesungguhnya Ramadan adalah nama dari nama-nama
Allah. Akan tetapi, katakanlah oleh kalian ‘bulan Ramadan’.”221

2. Izin berpuasa pada suatu kaum.

220
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath (8622). Setelah selesai menuliskan
hadisnya, Thabrani berkata, “Hadis ini tidak diriwayatkan dari Nafi’ kecuali melalui Abu
‘Abdullah Al-Himshi, yaitu secara tunggal dari Maslamah bin ‘Ali.” Ibnu ‘Adi dalam kitabnya
Al-Kāmil fī Dhu’afā` Ar-Rijāl (VIII/12) mengutip pendapat beberapa ahli hadis tentang
Maslamah bin ‘Ali. Bukhari berkata, “Munkarul hadīts (tidak halal menerima riwayat dari
perawi yang bersangkutan).” Nasa`i berkata, “Matrūkul hadīts (tinggalkan hadis dari perwai
yang bersangkutan).” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Dha’īf At-Targhīb wa At-
Tarhīb (608), mengatakan bahwa hadis ini Maudhu’.
221
Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubrā (7904). Setelah selesai menuliskan
hadisnya, Baihaqi menulis, “Dan Abu Ma’syar, dia adalah Najih As-Sandi. Yahya bin Ma’in
men-dha’if-kannya. Dan menurut Yahya Al-Qaththan, ‘Jangan tulis apa yang diceritakan
darinya.’” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya, Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa
Al-Maudhū’ah (6768), mengatakan bahwa hadis ini Bathil.

92
َ ‫ َح َّدثَنَا ُم‬:‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن َ َْي ََي ْ َإأل ْز َد هي قَا َل‬
‫ َح َّدثَنَا َأبُو بَ ْك ٍر‬:‫ قَ َاَل‬، َ‫ َوخ َ َُال ْب ُن َأ َِب يَ َزيد‬،َ‫وس ْب ُن د َُإود‬
‫ إ َذإ نَ َز َل َّإلر ُج ُل‬:‫ه عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل قَا َل‬
ُ ‫ َع َن إلنَّ َ َ ِب َص َّّل‬،‫ َع ْن عَائَشَ َة‬،‫ َع ْن َأبَي َه‬،َ‫ َع ْن َهشَ ا َم ْب َن ع ُْر َوة‬،‫إلْ َمدَ َ هّن‬
ِ
‫َبقَ ْو ٍم فَ ََل ي َ ُصو ُم إ ََّل َِب ْذَّنَ َ ْم‬
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya Al-Azdi. Dia berkata:
ِ ِ
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Dawud dan Khalid bin Abu Yazid.
Keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr Al-Madani dari
Hisyam bin ‘Urwah dari ayahnya dari ‘Aisyah dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam.
Beliau bersabda, “Apabila seorang laki-laki singgah pada suatu kaum, maka ia
tidak boleh berpuasa kecuali dengan izin mereka.”222

222
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1763). Di dalam hadis ini terdapat Abu Bakr Al-Madani.
Ibnu ‘Adi dalam kitabnya Al-Kāmil fī Dhu’afā` Ar-Rijāl (2200) mengutip pendapat beberapa
ahli hadis tentang Abu Bakr Al-Madani. Yahya berkata “Dha’if.” Bukhari berkata, “Munkarul
hadīts (tidak halal meriwayatkan hadis dari perawi yang bersangkutan).” An-Nasa`i berkata,
“Tinggalkan hadis yang diriwayatkan darinya.” Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya,
Dha’īf Sunan Ibn Mājah, mengatakan bahwa hadis ini sangat Dha’if.

93
PANDUAN RAMADAN

‫َك َفى بِال َْم ْرِء ِعل ًْما أَ ْن يَ ْخ َشى اللَّهَ َوَك َفى بِال َْم ْرِء َج ْه ًل أَ ْن‬
‫ب بِ ِعل ِْم ِه‬
َ ‫يُ ْع َج‬
"Cukuplah takut kepada Allah menjadi tanda seseorang memiliki ilmu. Dan
cukuplah rasa bangga terhadap ilmu sebagai tanda orang bodoh."
– Masruq bin Al-Ajda’ –

Diriwayatkan oleh Darimi dalam kitabnya, Sunan Ad-Dārimī (395), dan menurut Syaikh
Husain Salim Asad Ad-Darani (peneliti), sanad-nya (jalur periwayatannya) Shahih.

94
Syarat Puasa
1. Muslim
Hanya orang-orang Islam yang Allah wajibkan berpuasa, bukan seluruh manusia.
Simak firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 183 berikut:
َ ِ ‫ََي َأَيه َا َّ َإَّل َين أ َمنُوإ ُكتَ َب عَلَ ْي ُ ُُك‬
‫إلص َيا ُم‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa.”

2. Mukalaf
Mukalaf berarti seseorang yang dikenai beban-beban agama, yaitu orang berakal
yang telah balig. Orang yang tak berakal (orang gila) dan orang yang belum balig
tidak diwajibkan berpuasa karena pena pencatat dosa diangkat dari mereka.
Ibnu ‘Abbas berkata:
‫ُأ َ َِت ُ َْع ُر َب َم ْج ُنون َ ٍة قَدْ َنز َْت ف َْاستَشَ َار َفهيَا ُأ اَ ًسا فَأَ َم َر ِبَ َا ُ َْع ُر َأ ْن تُ ْر َج َم ُم َّر ِبَ َا عَ َّل عَ َ َ َِل ْب َن َأ َِب َطا َل ٍب‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه فَقَا َل َما َشأْ ُن َه َذ َه قَالُوإ َم ْج ُنون َ ُة ب َِن فُ ََل ٍن َنز َْت فَأَ َم َر ِبَ َا ُ َْع ُر َأ ْن تُ ْر َج َم قَا َل فَقَا َل ْإر َج ُعوإ‬ َ َّ ‫َرضْ َو ُإن‬
َ َ َّ‫ون َح ََّّت ي َ ْ َِب َأ َو َع ْن إلن‬
‫اِئ‬ َ ‫ِبَ َا ُ َُّث َأَتَ ُه فَقَا َل ََي َأ َم َْي إلْ ُم ْؤ َم َن َني َأ َما عَ َل ْم َت َأ َّن إلْقَ َ َّل قَدْ ُرَف َع َع ْن ثَ ََلثَ ٍة َع ْن إلْ َم ْج ُن‬
‫َش َء قَا َل فَأَ ْر َسلْهَا قَا َل‬ ْ َ ‫إلص َ َ ِب َح ََّّت ي َ ْع َق َل قَا َل ب َ َّل قَا َل فَ َما َِب ُل َه َذ َه تُ ْر َج ُم قَا َل ََل‬ َّ ‫َح ََّّت ي َ ْست َ ْي َقظَ َو َع ْن‬
‫فَأَ ْر َسلَهَا قَا َل فَ َج َع َل يُ َك َ ِ ُِب‬
Didatangkan kepada ‘Umar seorang wanita gila yang berbuat zina. ‘Umar lalu
minta masukan pendapat kepada orang-orang. Kemudian, ia memerintahkan
agar wanita itu dirajam. Wanita itu lalu dibawa melewati ‘Ali bin Abu Thalib
ridhwānullāh ‘alaih.
Ia bertanya, “Ada apa dengan wanita ini?”
Orang-orang menjawab, “Wanita gila dari bani fulan telah berbuat zina. Dan
‘Umar memerintahkan agar ia dirajam saja.”
Ibnu Abbas berkata: ‘Ali kemudian berkata, “Bawalah ia kembali!”
‘Ali lantas mendatangi ‘Umar dan berkata, “Wahai Amīrul Mu`minīn! Tidakkah
engkau tahu bahwa pena pencatat amal itu diangkat dari tiga golongan manusia,
yaitu orang gila hingga ia sembuh, orang tidur hingga ia terbangun dan anak
kecil hingga ia balig?”
‘Umar menjawab, “Tentu.”
‘Ali bertanya lagi, “Lalu kenapa wanita gila ini dirajam?”
‘Umar menjawab, “Tidak apa-apa.”
‘Ali berkata, “Lepaskanlah ia!”
Ibnu ‘Abbas berkata: ‘Umar kemudian membebaskan wanita tersebut. Lalu ‘Umar
pun bertakbir.223

223
Hadis riwayat Abu Dawud (4399). Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini Shahih.

95
Panduan Ramadan

Adapun anak-anak, mereka tak dikenai kewajiban berpuasa tapi sebaiknya para
wali atau orang tua mengajari mereka berpuasa sejak kecil.224

3. Tidak Ada Penghalang


Syarat ini khusus untuk kaum perempuan. Yang dimaksud penghalang disini
adalah haid dan nifas. Dalam hal puasa, hukum nifas sama seperti hukum haid225.
Perempuan yang sedang haid atau nifas tidak diwajibkan berpuasa dan tidak sah
puasanya jika mereka tetap berpuasa226.

Rukhsah dan Konsekuensinya


Rukhsah dalam berpuasa berarti keringanan untuk tidak berpuasa. Diberikan kepada
mereka secara khusus yang berada pada kondisi-kondisi tertentu. Jika mereka yang
berada pada kondisi-kondisi tertentu ini tetap melakukan puasa, maka dikhawatirkan
akan terjadi keburukan pada diri mereka. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah
ayat 185:
‫ْس‬ َ ْ ‫إّلِل َب ُ ُُك إلْي‬
َ ْ ‫ُْس َوَل يُ َريدُ َب ُ ُُك إلْ ُع‬ ُ َّ ُ‫يُ َريد‬
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”

Sayyid Quthb berkata dalam kitabnya, “Agama Islam ini adalah agama Allah. Allah
lebih mengetahui apa yang sekiranya dapat menyempurnakan keberagamaan ini, di
tempat mana sekiranya perlu diberi rukhsah dan di tempat mana pula yang sekiranya
harus diperketat. Boleh jadi, dibalik rukhsah ini terdapat kemaslahatan yang tidak
akan dapat terwujud tanpa tertunaikannya rukhsah itu. Dan sudah pasti yang
demikian itu.”227

Jika seseorang berada pada kondisi yang diperbolehkannya menerima rukhsah, maka
sebaiknya ia mengambil rukhsah itu, dengan alasan:
1. Rukhsah adalah sedekah Allah kepada hamba-Nya.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫إّلِل ِبَ َا عَلَ ْي ُ ُْك فَا ْق َبلُوإ َصدَ قَتَ ُه‬
ُ َّ ‫َصدَ قَ ٌة ت ََصد ََّق‬
“Itu (rukhsah) adalah sedekah yang Allah berikan kepada kalian. Oleh karena itu,
terimalah sedekah-Nya.”228
2. Allah menyukai jika rukhsah-Nya diambil.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:

224
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 166 pada buku ini.
225
Shahih Fiqih Wanita, halaman 81.
226
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin mengatakan bahwa tidak sahnya puasa
seorang perempuan yang sedang haid atau nifas adalah kesepakatan para ulama (Shahih
Fiqih Wanita, halaman 187).
227
Tafsir fi Zhilalil-Qur’an, jilid 1 halaman 200.
228
Hadis riwayat Muslim (686).

96
‫ه ُ ََي هب َأ ْن ت ُْؤ ََت ُرخ َُص ُه َ ََك يَ ْك َر ُه َأ ْن ت ُْؤ ََت َم ْع َص َي ُت ُه‬
َ ‫إ َّن‬
“Sesungguhnya Allah menyukai jika rukhsah-Nya diambil sebagaimana Dia benci
ِ
jika kemaksiatan kepada-Nya dilaksanakan.”229

Adapun konsekuensi dari pengambilan rukhshah adalah qada dan fidiah. Qada
berarti mengulang kembali suatu ibadah yang memiliki batasan waktu tertentu di
luar waktunya. Sedangkan, fidiah berarti memberi makan orang miskin untuk setiap
hari yang ditinggalkannya berpuasa.

Ada kalanya seseorang harus menerima konsekuensi karena tidak berpuasa berupa
qada saja. Ada kalanya seseorang harus menerima konsekuensi karena tidak
berpuasa berupa fidiah saja. Dan ada kalanya seseorang harus menerima
konsekuensi karena tidak berpuasa berupa qada dan fidiah. Yang demikian ini
tergantung dari kondisi-kondisi tertentu yang memperbolehkan pengambilan
rukhsah.

Kondisi-kondisi tertentu yang memperbolehkan seseorang untuk tidak berpuasa


dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu kondisi permanen dan kondisi sementara.

1. Permanen
Sesuai namanya, kondisi ini secara normal bersifat tetap pada seseorang, yaitu
kondisi ketidaksanggupan berpuasa yang disebut dalam firman Allah di surat Al-
Baqarah ayat 184:
ٍ‫َوعَ َّل َّ َإَّل َين ي ُ َطي ُقون َ ُه َفدْ ي َ ٌة َط َعا ُم َم ْس َكني‬
“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidiah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.”

Maksudnya adalah orang yang sudah tua renta 230 , baik laki-laki maupun
perempuan, yang sudah tidak mampu menahan lapar dan dahaga selama waktu
yang ditentukan untuk berpuasa.

Sayyid Sabiq dalam kitabnya berkata, “Orang sakit yang kecil kemungkinan
sembuh dan tidak kuat berpuasa, maka hukumnya sama dengan orang tua renta,
tidak ada bedanya (yaitu boleh untuk tidak berpuasa dan memberi makan orang
miskin).”231

229
Hadis riwayat Ahmad (5873). Syaikh Syu’aib Al-Arna`uth dalam tahqiq-nya (penelitiannya)
dan Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya Shahīh At-Targhīb wa At-Tarhīb (1059)
keduanya mengatakan bahwa hadis di atas Shahih.
230
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 74 pada buku ini.
231
Fiqih Sunah, jilid 1 halaman 635.

97
Panduan Ramadan

Konsekuensi karena tidak berpuasa pada kondisi ini adalah dengan membayar
fidiah. Jadi, orang-orang lanjut usia (tua renta), baik laki-laki maupun perempuan,
dan orang sakit yang kecil kemungkinannya untuk sembuh wajib memberi makan
orang miskin sebanyak hari yang ditinggalkannya berpuasa.

2. Sementara
Kondisi ini bersifat sementara pada seseorang. Boleh jadi ia berada dalam kondisi
ini pada suatu hari dan berada pada kondisi lain pada hari yang lain. Berikut ini
adalah orang-orang yang termasuk ke dalam kategori ini.

a. Orang yang sakit


Simak firman Allah di surat Al-Baqarah ayat 185 berikut:
‫َو َم ْن ََك َن َم َريضً ا َأ ْو عَ َّل َس َف ٍر فَ َع َّد ٌة َم ْن َأ ََّي ٍم ُأخ ََر‬
“Dan barang siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada
hari-hari yang lain.”

Sayyid Sabiq dalam kitabnya menulis, “Sakit yang menyebabkan bolehnya


tidak berpuasa adalah sakit berat yang akan semakin parah jika berpuasa atau
dikhawatirkan akan memperlambat kesembuhan.”232

Konsekuensi karena tidak berpuasa pada kondisi ini adalah dengan mengqada
puasanya di hari yang lain sebagaimana telah Allah firmankan dalam surat Al-
Baqarah ayat 185 di atas.

b. Orang yang bepergian


Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 185, seseorang yang
melakukan perjalanan diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan wajib
mengqada puasanya di hari yang lain.

Orang yang bepergian boleh untuk tidak berpuasa meskipun ia sanggup


untuk berpuasa dalam perjalanan. Akan tetapi, jika orang yang sanggup tadi
memilih untuk tetap berpuasa dalam perjalanan, maka yang demikian tidaklah
mengapa233. Jika dirasa berpuasa dalam perjalanan akan membuat diri dalam
kepayahan, maka berpuasa dalam hal ini bukanlah termasuk ke dalam
kebaikan234. Dan berpuasa ataupun tidak, mereka yang memilih keputusan
yang berbeda dengan kita tidak perlu saling mencela235.

232
Fiqih Sunah, jilid 1 halaman 638.
233
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 76 pada buku ini.
234
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 77 pada buku ini.
235
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 80 pada buku ini.

98
Jika orang yang akan bepergian menghendaki untuk tidak berpuasa, ia boleh
membatalkan puasanya ketika di perjalanan236 atau sesaat sebelum memulai
perjalanan237. Tirmidzi berkata:
‫يث َوقَالُوإ َللْ ُم َسا َف َر َأ ْن يُ ْف َط َر َِف بَيْ َت َه قَ ْب َل َأ ْن َ َْي ُر َج َولَ ْي َس‬ َ ‫َوقَدْ َذه ََب ب َ ْع ُض َأه َْل إلْ َع ْ َّل إ ََل ه ََذإ إلْ َح َد‬
ِ
‫إلص ََل َة َح ََّّت َ َْي ُر َج َم ْن َجدَ َإر إلْ َم َدينَ َة َأ ْو إلْقَ ْري َ َة َوه َُو قَ ْو ُل إ ْْس ََق ْب َن إ ْب َرإ َه َمي إلْ َح ْن َظ َ َ َِل‬
َّ ‫َص‬ َ ُ ‫َ َُل َأ ْن ي َ ْق‬
ِ ِ
Sebagian ulama berpegang kepada hadis ini238. mereka mengatakan, “Seorang
musafir boleh membatalkan puasanya di rumahnya sesaat sebelum berangkat.
Namun, dia tidak boleh mengqasar salat hingga keluar dari benteng kota atau
daerah.” Ini merupakan pendapat Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali.239

c. Wanita hamil dan/atau menyusui


Wanita hamil atau menyusui diperbolehkan untuk tidak berpuasa
sebagaimana hadis yang telah disebutkan sebelumnya 240 . Mengenai
konsekuensinya, Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Mughnī (III/149 – 150)
berkata:
‫ ََل ن َ ْع َ ُّل َفي َه ب َ ْ َني َأه َْل إلْ َع ْ َّل إ ْخ َت ََلفًا؛‬.‫ َوعَلَهيْ َ َما إلْقَضَ ا ُء فَ َح ْس ُب‬،‫ فَلَهُ َما إلْ َف ْط ُر‬،‫إ َذإ خَافَتَا عَ َّل َأنْ ُف َسهَ َما‬
‫َ َألَّنَّ ُ َما َب َم ْ ََن َ ََل إلْ َم َر َيض إلْخَائَ َف عَ َّل ن َ ْف َس َه‬
َِ ُ ‫ َوعَلَهيْ َ َما إلْقَضَ ا ُء َوإ ْط َعا ُم َم ْس َكنيٍ َع ْن‬، َ‫َوإ ْن خَافَتَا عَ َّل َو َ َلَيْ َ َما َأفْ َط َرَت‬
‫ك ي َ ْو ٍم‬
“Jika keduanya (wanita hamil dan/atau menyusui) ِ khawatir pada diri merekaِ
kemudian keduanya berbuka, maka bagi keduanya cukup mengqada
puasanya. Kami tidak mengetahui adanya perbedaan pendapat di kalangan
ulama terkait ini karena wanita hamil dan/atau menyusui ditempatkan sebagai
orang sakit yang mengkhawatirkan keadaan dirinya.
Dan jika keduanya khawatir pada anaknya (janin yang sedang dikandung
dan/atau anak yang sedang disusui) lalu keduanya berbuka, maka bagi
keduanya wajib mengqada puasanya dan memberi makan orang miskin untuk
setiap hari yang ditinggalkannya berpuasa.”

Qada
1. Qada puasa Ramadan tidak harus berurutan. Hadis yang mengatakan bahwa
qada puasa Ramadan harus berurutan adalah hadis yang memiliki cacat pada
salah satu rawinya241.

236
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 81 pada buku ini.
237
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 82 pada buku ini.
238
Yang dimaksud adalah hadis dengan catatan kaki nomor 82 pada buku ini.
239
Sunan At-Tirmidzī (799).
240
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 75 pada buku ini.
241
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 202 pada buku ini.

99
Panduan Ramadan

2. Qada puasa Ramadan memiliki waktu yang cukup panjang242, bahkan sampai ajal
menjemput. Hadis yang mengatakan bahwa puasa tidak diterima jika belum
membayar qada adalah hadis dha’if 243.
3. Orang yang meninggal dunia sementara ia masih memiliki kewajiban mengqada
puasa, maka walinya berpuasa menggantikan puasanya 244 . Hadis yang
mengatakan bahwa orang yang meninggal dunia sementara ia masih memiliki
kewajiban mengqada puasa cukup dibayar dengan memberi makan orang miskin
saja adalah hadis dha’if 245.
4. Qada adalah hutang kepada Allah dan hutang kepada Allah lebih utama untuk
dibayar.246
5. Jika seseorang yang belum selesai mengqada puasa Ramadan sebelumnya tapi
puasa Ramadan sudah datang lagi, Sayyid Sabiq dalam kitabnya menulis, “Jika
seseorang menangguhkan qada hingga datang bulan Ramadan berikutnya, maka
ia melakukan puasa Ramadan di tahun itu dan setelah itu ia mengqada puasanya
yang lalu. Dan tidak wajib membayar fidiah, baik penangguhan qada itu karena
adanya halangan maupun tidak. Pendapat ini dianut oleh Hasan Basri dan para
ulama Hanafiyah.”247

Fidiah
Takaran fidiah adalah setengah sha’ untuk satu orang miskin.
‘Abdullah bin Ma’qil berkata:
‫إّلِل َع ْن ُه َوه َُو َِف إلْ َم ْسجَ َد فَ َسأَلْ ُت ُه َع ْن َه َذ َه ْإألي َ َة‬
ُ َّ ‫ِض‬َ َ ‫قَ َعدْ ُت إ ََل َك ْع ٍب َر‬
ِ
{ ‫} فَ َفدْ ي َ ٌة َم ْن َص َيا ٍم َأ ْو َصدَ قَ ٍة أَ ْو ن ُ ُس ٍك‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬ َ َّ َ‫إّلِل َع ْن ُه نَ َزل َ ْت َ َِّف ََك َن َِب َأ ًذى َم ْن َر ْأ َس فَ ُح َملْ ُت إ ََل َر ُسول‬ ُ َّ ‫ِض‬ َ َ ‫فَقَا َل َك ْع ٌب َر‬
ِ
‫َوإلْقَ ْم ُل يَتَنَاث َُر عَ َّل َو ْ َْجيي فَقَا َل َما ُك ْن ُت ُأ َرى َأ َّن إلْ َجهْدَ بَلَ َغ َمنْ َك َما َأ َرى َأ ََتَدُ َشا ًة فَ ُقلْ ُت ََل فَ َ ََنلَ ْت َه َذ َه ْإألي َ ُة‬
{ ‫} فَ َفدْ ي َ ٌة َم ْن َص َيا ٍم َأ ْو َصدَ قَ ٍة أَ ْو ن ُ ُس ٍك‬
‫ِه لَ ُ ُْك‬ َ َ ‫ك َم ْس َكنيٍ قَا َل فَ َ ََنل َ ْت َ َِّف خ ََّاص ًة َو‬ َِ ُ ‫قَا َل َص ْو ُم ثَ ََلثَ َة َأ ََّي ٍم َأ ْو إ ْط َعا ُم َس تَّ َة َم َسا َك َني َن ْص َف َصا ٍع َط َعا ًما َل‬
ِ
‫عَا َّم ًة‬
Aku duduk bersama Ka'ab radhiyallāhu ‘anhu yang saat itu ia sedang berada di
masjid. Lalu, aku bertanya kepadanya tentang ayat ini, “Maka wajiblah atasnya
berfidiah, yaitu: berpuasa, bersedekah, atau berkurban.” (QS. Al-Baqarah: 196)
Maka, Ka'ab radhiyallāhu ‘anhu menjawab, “Ayat itu turun berkenaan dengan diriku.
Aku pernah menderita sakit di kulit kepalaku (ketika sedang ihram). Lalu, aku dibawa

242
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 108 pada buku ini.
243
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 200 pada buku ini.
244
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 106 pada buku ini.
245
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 203 pada buku ini.
246
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 107 pada buku ini.
247
Fiqih Sunah, jilid 1 halaman 675.

100
menghadap Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam. Sedangkan, kutu telah bertebaran
di wajahku.
Maka, beliau bersabda, ‘Aku tidak pernah melihat penderitaan seperti yang
menimpamu. Apakah kamu mampu mendapatkan seekor kambing?’
Aku menjawab, ‘Tidak.’
Maka turunlah ayat ini: “Maka wajiblah atasnya berfidiah, yaitu berpuasa, bersedekah
atau berkurban.”
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kalau begitu, berpuasalah tiga hari
atau berilah makan kepada enam orang miskin, yakni setengah sha' untuk setiap
orangnya.”
Ka'ab berkata, “Ayat tersebut turun khusus berkenaan dengan diriku dan berlaku
umum untuk kalian semua.”248

Sha’ adalah salah satu nama satuan volume pada zaman Nabi Muhammad. Ibnu
Hajar dalam kitabnya, Fath Al-Bārī, mengatakan bahwa satu sha’ sama dengan empat
mudd. Dan satu mudd sama dengan 2/3 liter249. Dengan demikian, takaran untuk
membayar fidiah adalah:
½ sha’ = ½ x 4 mudd = ½ x 4 x 2/3 liter = 4/3 liter
Takaran 4/3 liter makanan pokok ini kira-kira cukup untuk 1 hari makan (3 kali makan)
bagi 1 orang.

Dan juga pemberian makanan ini seperti yang biasa dimakan oleh keluarga kita
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Māidah ayat 89 berikut:
ْ ُ ‫ون َأ ْه َل‬
‫يُك‬ َ ‫َم ْن َأ ْو َسطَ َما ت ُْط َع ُم‬
“Dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu.”

Pembayaran fidiah tidak boleh dibayarkan di awal sebelum puasa tiba. Maksudnya,
jika puasa jatuh pada hari rabu, maka fidiah tidak boleh dibayarkan pada hari selasa,
senin, atau sebelumnya. Yang demikian karena mendahulukan membayar fidiah
sama seperti mendahulukan puasa. Dan tentu tidak bisa mendahulukan puasa
Ramadan ke bulan Syakban atau bulan sebelumnya.250

Pembatal Puasa
1. Makan atau minum
Makan dan minum dapat membatalkan puasa sebagaimana firman Allah dalam
Surat Al-Baqarah ayat 187 bahwa batas awal makan dan minum adalah
datangnya malam dan batas akhir makan dan minum adalah fajar.

248
Hadis riwayat Muslim (1201).
249
SmartWUDU’: Recycling Ablution Water for Sustainable Living in Malaysia, Journal of
Sustainable Development.
250
Shahih Fiqih Wanita, halaman 186.

101
Panduan Ramadan

‫إَشبُوإ َح ََّّت يَتَبَ َّ َني لَ ُ ُُك إلْ َخ ْيطُ إ أألبْ َي ُض َم َن إلْ َخ ْيطَ إ أأل ْس َو َد َم َن إلْ َف ْج َر ُ َُّث َأ َت هموإ إل ِ َص َيا َم إ ََل إلل َّ ْي َل‬
َ ْ ‫َو ُ ُُكوإ َو‬
ِ
“Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.”

Adapun makan atau minum karena lupa atau tidak disengaja, maka yang
demikian tidak membatalkan puasa.251

Adapun injeksi, infus, atau suntikan, terbagi menjadi dua jenis:


a. Injeksi yang dimaksudkan untuk memberi makan dan sebagai pengganti
makan dan minum (infus). Injeksi jenis ini dapat membatalkan puasa karena
semakna dengan makan dan minum.
b. Injeksi yang tidak dimaksudkan untuk memberi makan, maka ini tidak
membatalkan karena ia bukan makan dan minum serta tidak semakna dengan
keduanya.252

2. Muntah disengaja
Muntah yang disengaja dapat membatalkan puasa. Misalnya, seseoang yang
secara sengaja memasukkan tangannya ke kerongkongannya. Adapun jika
muntah yang tidak disengaja (bukan atas keinginan sendiri), maka puasanya
tidaklah batal.253

Jika setelah muntah terjadi kelemasan pada diri yang dikhawatirkan berpengaruh
buruk pada kesehatan jika puasa diteruskan, maka tak mengapa jika berbuka dan
mengganti puasanya di waktu yang lain (qada).254

3. Keluarnya air mani


Yang dimaksud keluarnya air mani disini adalah keluarnya air mani dengan
sengaja, yaitu bisa karena bercumbu atau karena masturbasi255. Dalilnya adalah
hadis Qudsi berikut:
‫َشإب َ ُه َو َشه َْوتَ ُه َم ْن َأ ْج ََل‬
َ َ ‫ي َ ْ ُْتكُ َط َعا َم ُه َو‬
“Ia meninggalkan makanannya, minumannya, dan syahwatnya karena Aku.”256

Adapun jika air mani keluar dikarenakan mengkhayal (bukan karena bercumbu
atau masturbasi), maka puasanya tidak batal 257 . Hal tersebut karena Allah

251
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 83 pada buku ini.
252
Shahih Fiqih Wanita, halaman 213.
253
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 84 pada buku ini.
254
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 85 pada buku ini.
255
Masturbasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses memperoleh kepuasan
seks tanpa berhubungan kelamin.
256
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 93 pada buku ini.

102
memaafkan apa yang terlintas dalam pikiran. Rasulullah shallallāhu ‘alaihi
wasallam bersabda:
‫إّلِل َ ََت َاو َز َ ُأل َّم َِت َما َح َّدثَ ْت َب َه َأنْ ُف َسهَا َما لَ ْم يَتَ َُكَّ ُموإ أَ ْو ي َ ْع َملُوإ َب َه‬
َ َّ ‫إ َّن‬
“Sesungguhnya, Allah mengampuni untuk umatku atas sesuatu yang dia
ِ
bicarakan dalam hatinya selama dia belum mengucapkannya atau
mengerjakannya.”258

Adapun jika seseorang berada dalam keadaan junub di waktu fajar, baik karena
pada malam harinya ia telah berhubungan badan atau karena bermimpi, maka
yang demikian tidak membatalkan puasa.259 Ia cukup mandi, salat subuh, dan
melanjutkan puasanya.

4. Mendapati haid atau nifas


Perempuan yang mendapati haid atau nifas pada rentang waktu yang diwajibkan
berpuasa (dari fajar sampai matahari terbenam), maka puasanya di hari tersebut
batal dan harus diqada di waktu yang lain. Tidak ada penghalang adalah salah
satu syarat berpuasa.

5. Berhubungan badan (sanggama)


Seseorang yang berhubungan badan (sanggama), baik keluar maupun tidak
keluar air mani, padahal ia sedang berpuasa di bulan Ramadan, maka puasanya
menjadi batal. Ia wajib menggantinya dengan berpuasa dua bulan berturut-
turut.260

Seseorang yang berhubungan badan tanpa mengeluarkan air mani tetap


diwajibkan mandi 261 sehingga telah disebut berhubungan badan (sanggama)
meski tidak keluar air mani. Dan jika seseorang berhubungan badan pada saat

257
Shahih Fiqih Wanita, halaman 195.
258
Hadis riwayat Muslim (127).
259
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 101 pada buku ini.
260
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 86 pada buku ini.
261
‘Aisyah, istri Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam, berkata:
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل َع ْن َّإلر ُجلَ ُ ََيا َم ُع َأه َ ُِْل ُ َُّث ُي ْك َس ُل ه َْل عَلَهيْ َ َما إلْغ ُْس ُل َوعَائَشَ ُة‬ َ َّ ‫إ َّن َر ُج ًَل َسأَ َل َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
‫إّلِل عَلَ ْي َه َو َس َّ َّل إ َ ِّن َ َألفْ َع ُل َذ َ َِل َأ اَ َو َه َذ َه ُ َُّث ن َ ْغت َ َس ُل‬ ُ ‫ِ َجا َل َس ٌة فَ َقا َل َر ُس‬
َ َّ ‫ول‬
ُ َّ ‫إّلِل َص َّّل‬
Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam tentang seorang
ِ
laki-laki yang menyetubuhi istrinya kemudian dia tidak keluar air mani, apakah keduanya
wajib mandi. Sedangkan, ‘Aisyah sedang duduk di samping Rasulullah. Maka, Rasulullah
shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku sendiri melakukan hal tersebut dengan wanita ini.
Kemudian kami mandi.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim (350).

103
Panduan Ramadan

berpuasa di bulan Ramadan, maka ia wajib menggantinya dengan berpuasa dua


bulan berturut-turut.

6. Hal lain yang sering dipertanyakan


a. Menyikat gigi tidak membatalkan puasa
Tirmidzi dalam kitabnya, Sunan At-Tirmidzī (725), berkata:
،‫اِئ َِبل ُعو َد َو هإلر َط َب‬ َ َ ‫إلس َوإكَ َل َّلص‬ َِ ‫ ِإ ََّل َأ َّن ب َ ْع َض َأه َْل إل َع ْ َّل َك َر ُهوإ‬،‫اِئ بَأْ ًسا‬ َ َ ‫ََل يَ َر ْو َن َِب َِلس َو َإك َل َّلص‬
، ُ‫ َو َك َر َه َأ ْ َْحد‬،‫إلشا َف َع هي َِب َِلس َو َإك بَأْ ًسا َأ َّو َل إنََّّ َ َار َو ََل أ َخ َر ُه‬
َّ ‫ َولَ ْم يَ َر‬،‫إلس َوإكَ أ َخ َر إنََّّ َ َار‬ َِ ‫َو َك َر ُهوإ َ َُل‬
‫إلس َوإكَ أ َخ َر إنََّّ َ َار‬ َِ ‫َوإ ْْس َُاق‬
“Para ulama melihat bahwa siwak tidak membatalkan puasa. Hanya saja, ِ
sebagian ulama tidak menyukai orang yang sedang berpuasa melakukan
siwak dengan siwak basah, begitu juga jika melakukan siwak di sore hari.
Imam Syafi’i berpendapat, bolehnya bersiwak baik di pagi hari atau di siang
hari. Sedangkan Imam Ahmad dan Ishaq tidak menyukai bersiwak pada sore
hari.”
b. Mimpi basah pada siang hari Ramadan tidak membatalkan puasa
Adapun jika keluarnya mani dikarenakan bermimpi, maka puasanya tidak batal.
Ia cukup mandi besar saja dan meneruskan puasanya. Yang demikian
dikarenakan keluarnya air mani pada orang yang sedang tidur adalah sesuatu
yang bukan disengaja. Dan karena seseorang yang tidur tidak ditulis dosanya
hingga ia bangun262.
c. Berbekam
Ibnu Rusyd dalam kitabnya, Bidāyah Al-Mujtahid wa Nihāyah Al-Muqtashid
(II/53), berkata:
ُ‫ َو َب َه قَا َل َأ ْ َْحد‬،‫ إَّنَّ َا تُ ْف َط ُر َو َأ َّن ْإَل ْم َساكَ َعَّْ َا َو َإج ٌب‬:‫ قَ ْو ٌم قَالُوإ‬:‫َأ َّما إلْ َح َجا َم ُة فَا َّن َفهيَا ثَ ََلثَ َة َم َذإ َه َب‬
ِ ِ
‫َو ْ َإأل ْو َزإ َع هي َوإ ِْْس َُاق ْب ُن َرإه ََويْ َه‬
ِ
‫إلشا َف َع هي َوإلث َّْو َر هي‬َّ ‫اِل َو‬ ٌ َ ‫ َو َب َه قَا َل َم‬،‫اِئ َولَي َْس ْت تُ ْف َط ُر‬ َ َ ‫ ِإَّنَّ َا َم ْك ُرو َه ٌة َل َّلص‬:‫َوقَ ْو ٌم قَالُوإ‬
َ ْ ‫ َو َب َه قَا َل َأبُو َح َني َف َة َو َأ‬،‫ إَّنَّ َا غَ ْ ُْي َم ْك ُرو َه ٍة َو ََل ُم ْف َط َر ٍة‬:‫َوقَ ْو ٌم قَالُوإ‬
‫ُصابُ ُه‬
Tentang masalah berbekam, ada tiga pendapat. Menurut sebagian ulama
ِ
yang juga didukung oleh Imam Ahmad, Dawud, Al-Auza’i, dan Ishaq bin
Rahawaih, berbekam membatalkan puasa. Jadi harus menahan diri
daripadanya. Menurut sebagian yang lain, yang didukung oleh Imam Malik,
Imam Syafi’i, dan Ats-Tsauri, berbekam bagi orang yang berpuasa hukumnya
makruh tapi tidak sampai membatalkan puasa. Dan menurut sebagian yang
lain lagi, yang didukung oleh Imam Abu Hanifah berikut murid-muridnya,
berbekam bagi orang yang berpuasa tidak membatalkan puasa.

262
Lihat hadis dengan catatan kaki nomor 223 pada buku ini.

104
Kami akhiri buku ini dengan:

‫ َأ ْس َت ْغ َف ُركَ َو َأت ُْو ُب إلَ ْي َك‬،‫ َأ ْشهَدُ َأ ْن ََل إلَـ َه إَلَّ َأن َْت‬، َ‫ُس ْب َحان ََك إللَّهُ َّم َو َ َِب ْم َدك‬
ِ ِ ِ
“Maha Suci Engkau, ya Allah. Aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Engkau. Aku meminta ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

‫ َوالنَّ ْش ُر‬،‫ات‬
ُ ‫ص‬ ‫ن‬
ْ ِ
‫اْل‬
ْ ‫و‬ ،ُ‫اع‬ ‫م‬ِ‫ و ِاَلست‬،‫ والْعمل‬،‫ظ‬
ُ ‫ف‬
ْ ِ ‫اد لِل ِْعل ِْم ال‬
‫ْح‬ ُ ‫يُ َر‬
َ َ َ ْ َ ُ ََ َ
“Yang dimaksud ilmu adalah menghafal, beramal, mendengar, diam, dan
menyebarkan.”
– Sufyan bin ‘Uyainah –

Diriwayatkan oleh Darimi dalam kitabnya, Sunan Ad-Dārimī (341), dan menurut Syaikh
Husain Salim Asad Ad-Darani (peneliti), sanad-nya (jalur periwayatannya) Shahih.

105
DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Amāli Al-Mahāmili Riwāyah Ibn Yahya Al-Bai’ karya Abu Al-Husain bin Isma’il
Al-Mahamili. Cetakan Al-Maktabah Al-Islamiyyah (Oman) pada tahun 1412 H.
2. Bidāyah Al-Mujtahid wa Nihāyah Al-Muqtashid karya Ibnu Rusyd. Cetakan Dar Al-
Hadits (Kairo) pada tahun 2004.
3. Dha’īf Al-Jāmi’ Ash-Shaghīr wa Ziyādatuh karya Muhammad Nashiruddin Al-
Albani. Cetakan Al-Maktab Al-Islami (Beirut). Tahun terbit tidak diketahui.
4. Dha’īf Sunan Abī Dāwud karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Cetakan
Maktabah Al-Ma’arif (Riyadh) tahun 1998 M.
5. Dha’īf Sunan Ibn Mājah karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Cetakan
Maktabah Al-Ma’arif (Riyadh) tahun 1997 M.
6. Dha’īf Sunan An-Nasā`ī karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Cetakan
Maktabah Al-Ma’arif (Riyadh) tahun 1998 M.
7. Dha’īf Sunan At-Tirmidzī karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Cetakan
Maktabah Al-Ma’arif (Riyadh) tahun 2000 M.
8. Dha’īf At-Targhīb wa At-Tarhīb karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Cetakan
Maktabah Al-Ma’arif (Riyadh). Tahun terbit tidak diketahui.
9. Fath Al-Bārī karya Ibnu Hajar Al-‘Asqalani. Cetakan Dar Al-Ma’rifah (Beirut) pada
tahun 1379 H.
10. Al-Fawā`id karya Abu Al-Qasim Tammam bin Muhammad. Cetakan Maktabah Ar-
Rusyd (Riyadh) pada tahun 1412 H.
11. Fiqih Sunah karya Sayyid Sabiq. Cetakan Al-I’tishom (Jakarta) pada tahun 2008.
12. Hilyah Al-Auliyā` wa Thabaqat Al-Ashfiyā` karya Abu Nu’aim Ahmad bin ‘Abdullah.
Cetakan Dar Al-Kitab Al-‘Arabi (Beirut). Tahun terbit tidak diketahui.
13. Hukum Zakat karya Yusuf Qardawi. Cetakan Penerbit Mizan (Bandung) pada
tahun 1996.
14. ‘Ilal Al-Hadīts libn Abi Hātim karya ‘Abdurrahman bin Muhammad Ar-Razi bin
Abu Hatim. Cetakan Muthaba’ Al-Humaidi pada tahun 2006 M.
15. Al-‘Ilal Al-Mutanāhiyah fī Al-Ahādīts Al-Wāhiyah karya ‘Abdurrahman bin ‘Ali bin
Muhammad Al-Jauzi. Cetakan Idarah Al-‘Ulum Al-Atsariyah (Pakistan) pada tahun
1981 M.
16. Irwā` Al-Ghalīl fī Takhrīj Ahādīts Manār As-Sabīl karya Muhammad Nashiruddin
Al-Albani. Cetakan Al-Maktab Al-Islami (Beirut) pada tahun 1985.
17. Al-Kāmil fī Dhu’afā` Ar-Rijāl karya Abu Ahmad bin ‘Adi. Cetakan Al-Kutub Al-
‘Ilmiyyah (Beirut) pada tahun 1997 M.
18. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat karya Departemen
Pendidikan Nasional. Cetakan PT Gramedia Pustaka Utama (Jakarta) pada tahun
2008.
19. Al-Kitāb Al-Mushnaf fī Al-Ahādīts wa Al-Ātsār karya Abu Bakar bin Abu Syaibah.
Cetakan Maktabah Ar-Rusyd (Riyadh) pada tahun 1409 H.

106
20. Majlis min Amālī Abī Al-Fath Al-Maqdisī I karya Abul Fath Al-Maqdisi. Cetakan
Asy-Syibkah Al-Islamiyyah pada tahun 2004.
21. Majma’ Al-Zawāid wa Manba’ Al-Fawāid karya Abu Al-Hasan Nuruddin ‘Ali Al-
Haitsami. Cetakan Maktabah Al-Qudsi (Kairo) pada tahun 1994 M.
22. Al-Maudhū’āt karya ‘Abdurrahman bin ‘Ali bin Muhammad Al-Jauzi. Cetakan Al-
Maktabah As-Salafiyyah (Madinah) pada tahun 1966 M.
23. Mu’jam Al-Ausath karya Sulaiman bin Ahmad Ath-Thabrani. Cetakan Dar Al-
Haramain (Kairo). Tahun terbit tidak diketahui.
24. Mu’jam Al-Kabīr karya Sulaiman bin Ahmad Ath-Thabrani. Cetakan Maktabah Ibn
Taimiyyah (Kairo). Tahun terbit tidak diketahui.
25. Mu’jam Ash-Shaghīr karya Sulaiman bin Ahmad Ath-Thabrani. Cetakan Al-Maktab
Al-Islami (Beirut) pada tahun 1985 M.
26. Al-Mughnī karya ‘Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah. Cetakan
Maktabah Al-Qahirah (Kairo) pada tahun 1968 M.
27. Al-Mughnī fī Adh-Dhu’afā karya Syamsuddin Abu ‘Abdullah Muhammad bin
Ahmad Adz-Dzahabi. Penerbit dan tahun terbit tidak diketahui.
28. Musnad Abī Ya’lā karya Abu Ya’la Ahmad bin ‘Ali. Cetakan Dar Al-Ma`mun litturats
(Damaskus) pada tahun 1984 M.
29. Musnad Al-Bazzār karya Abu Bakr Ahmad bin ‘Amru. Cetakan Maktabah Al-‘Ulum
wa Al-Hakam (Madinah) pada tahun 2009 M.
30. Musnad Al-Imām Ahmad bin Hanbal karya Abu ‘Abdullah Ahmad bin Muhammad
bin Hanbal. Diteliti oleh Syu’aib Al-Arna`uth. Cetakan Mu`assasah Ar-Risalah
(Beirut) pada tahun 2001 M.
31. Mustadrak ‘alā Ash-Shahīhain karya Abu ‘Abdullah Al-Hakim Muhammad bin
‘Abdullah. Cetakan Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah (Beirut) pada tahun 1990 M.
32. Risalah Ilmiah Albani karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Cetakan Pustaka
Azzam (Jakarta) pada tahun 2002.
33. Shahīh Al-Bukhārī karya Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari. Cetakan Dar Thuq An-
Najah pada tahun 1422 H.
34. Shahih Fiqih Wanita menurut Al-Quran dan As-Sunnah karya Muhammad bin
Shalih Al-‘Utsaimin. Cetakan Akbar Media (Jakarta) pada tahun 2015.
35. Shahīh Ibn Hibbān karya Muhammad bin Hibban At-Tamimi. Diteliti oleh Syu’aib
Al-Arna`uth. Cetakan Mu`assasah Ar-Risalah (Beirut) pada tahun 1988 M.
36. Shahīh Ibn Khuzaimah karya Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah. Diteliti oleh
Muhammad Musthafa Al-A’zhami. Cetakan Al-Maktab Al-Islami (Beirut). Tahun
terbit tidak diketahui.
37. Shahīh Al-Jāmi’ Ash-Shaghīr wa Ziyādatuh karya Muhammad Nashiruddin Al-
Albani. Cetakan Al-Maktab Al-Islami (Beirut). Tahun terbit tidak diketahui.
38. Shahīh Muslim karya Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi. Cetakan Dar Ihya` At-
Turats Al-‘Arabi (Beirut). Tahun terbit tidak diketahui.
39. Shahīh At-Targhīb wa At-Tarhīb karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani.
Cetakan Maktabah Al-Ma’arif (Riyadh). Tahun terbit tidak diketahui.

107
40. Shahīh Sunan Abī Dāwud karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Cetakan
Maktabah Al-Ma’arif (Riyadh) tahun 1998 M.
41. Shahīh Sunan Ibn Mājah karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Cetakan
Maktabah Al-Ma’arif (Riyadh) tahun 1997 M.
42. Shahīh Sunan An-Nasā`ī karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Cetakan
Maktabah Al-Ma’arif (Riyadh) tahun 1998 M.
43. Shahīh Sunan At-Tirmidzī karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Cetakan
Maktabah Al-Ma’arif (Riyadh) tahun 2000 M.
44. Silsilah Al-Ahādīts Adh-Dha’īfah wa Al-Maudhū’ah karya Muhammad Nashiruddin
Al-Albani. Cetakan Dar Al-Ma’arif (Riyadh) pada tahun 1992 M.
45. Silsilah Al-Ahādīts Ash-Shahīhah karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani.
Cetakan Maktabah Al-Ma’arif (Riyadh) pada tahun 1995 M.
46. SmartWUDU’: Recycling Ablution Water for Sustainable Living in Malaysia karya A.
Suratkon, C.M. Chan, dan T.S.T. Ab Rahman. Diperoleh dari Journal of Sustainable
Development, 7(6), pp. 150 – 157 tahun 2014.
47. Sunan Abī Dāwud karya Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ab. Cetakan Maktabah
Al-‘Ashriyah (Beirut). Tahun terbit tidak diketahui.
48. Sunan Ad-Dārimī karya Abu Muhammad ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Ad-Darimi.
Diteliti oleh Husain Salim Asad Ad-Darani. Cetakan Dar Al-Mughni (Saudi Arabia)
pada tahun 2000 M.
49. Sunan Ibn Mājah karya Muhammad bin Yazid Al-Qazwaini. Cetakan Dar Ihya` Al-
Kutub Al-‘Arabiyah. Tahun terbit tidak diketahui.
50. As-Sunan Al-Kubrā karya Ahmad bin Al-Husain Al-Baihaqi. Cetakan Dar Al-Kutub
Al-‘Ilmiyyah (Beirut) pada tahun 2003 M.
51. As-Sunan Ash-Shugrā lin-Nasā`ī karya Abu ‘Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib An-
Nasa`i. Cetakan Maktab Al-Mathbu’at Al-Islamiyyah (Aleppo) pada tahun 1986 M.
52. Sunan At-Tirmidzī karya Muhammad bin ‘Isa At-Tirmidzi. Cetakan Syirkah
Maktabah wa Mathbu’ah Musthafa Al-Babi Al-Halabi (Mesir) pada tahun 1975 M.
53. Syarah Bulughul Maram karya ‘Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam. Cetakan
Pustaka Azzam (Jakarta) pada tahun 2009 M.
54. Syu’ab Al-Īmān, Ahmad bin Al-Husain Al-Baihaqi. Cetakan Maktabah Ar-Rusyd
pada tahun 2003 M.
55. Taqrīb At-Tahdzīb karya Ibnu Hajar Al-‘Asqalani. Cetakan Dar Ar-Rasyid (Suriah)
pada tahun 1986 M.
56. At-Targhīb wa At-Tarhīb li Qawām As-Sunnah karya Abul Qasim Al-Ashbahani.
Cetakan Dar Al-Hadis (Kairo) pada tahun 1993 M.
57. Tārīkh Dimasyq karya Ibnu 'Asakir. Cetakan Dar Al-Fikr liththaba’ah pada tahun
1995 M.

Sumber gambar pada buku ini:


Atas kebaikan https://www.flaticon.com

108
Wahai Yang Maha Mendengar..
Bukankah Engkau yang memerintahkan kami untuk berdoa kepada-Mu?
Engkau berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”
(Surat Al-Mu`min ayat 60)

Wahai Yang Maha Lembut..


Bukankah Engkau yang memerintahkan kami untuk berdoa kepada-Mu dengan
berendah diri dan suara yang lembut?
Engkau berfirman, “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara
yang lembut.”
(Surat Al-A’rāf ayat 55)

Wahai Yang Maha Perkasa..


Bukankah Engkau yang memerintahkan kami untuk berdoa kepada-Mu dengan rasa
takut dan harapan?
Engkau berfirman, “Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan).”
(Surat Al-A’rāf ayat 56)

Wahai Yang Maha Hidup..


Bukankah Engkau Malu manakala hamba-Mu mengangkat kedua tangannya seraya
memohon kepada-Mu tapi Engkau mengembalikannya dalam keadaan kosong?
Nabi-Mu bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kalian Yang Maha Suci dan Maha Tinggi
adalah Maha Hidup dan Maha Mulia. Dia merasa malu dari hamba-Nya apabila
hamba-Nya mengangkat kedua tangan kepada-Nya dan mengembalikannya dalam
keadaan kosong.”
(Hadis Shahih riwayat Abu Dawud, nomor 1488)

Wahai Yang Maha Penyayang..


Bukankah Engkau yang memerintahkan kami untuk memohon ampunan kepada-Mu?
Engkau berfirman, “Dan mohonlah ampunan kepada Allah.”
(Surat Al-Muzzammil ayat 20)

Wahai Yang Maha Pengampun..


Dengan merendahkan diri di hadapan-Mu dan dengan suara yang lembut..
Dengan rasa takut kepada-Mu dan dengan berharap kepada-Mu..
Juga dengan menengadahkan kedua tanganku..
Aku memohon ampunan kepada-Mu..
Untukku.. Ibuku.. Ibuku.. Ibuku.. Ayahku.. Pasangan hidupku.. Keturunanku..
Saudaraku.. Sahabatku.. Guruku.. Muridku.. Dan hamba-Mu seluruhnya.

KAROM
Tambahan buku

A. Sahih Ramadan
1. Sahur
a. Jika sedang junub, makan sahurlah setelah berwudu.
‘Aisyah berkata:
‫ فاأَ ارإ اد َأ ْن ياأْ ُ ا‬،‫هللا عالا ْي ِه او اس ى اَّل إ اذإ اَك ان ُجنُ ًبا‬
‫ ت ااوضى أَ ُوضُ اوء ُه ِل ىلص اَل ِة‬،‫ُك َأ ْو ياناا ام‬ ُ ‫هللا اص ىَّل‬
ِ ‫ول‬ُ ‫اَك ان ار ُس‬
“Apabila Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam dalam kondisi junub
ِ
kemudian beliau ingin makan atau tidur, maka beliau berwudu terlebih
dahulu seperti wudu untuk salat.”1

1
Hadis riwayat Muslim (305).

Anda mungkin juga menyukai