Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA


KOLIK ABDOMEN

DI SUSUN OLEH:

RUDI AZLI

PRODI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI


Laporan Pendahuluan Kolik Abdomen

A. Anatomi Fisiologi

Gaster terletak melintang dari kiri ke kanan melintasi abdomen bagian


atas antara hati dan diafragma. Dalam keadaan kosong gaster berbentuk huruf J,
gaster akan berakhir pada pylorus yang mempunyai sebuah otot sphincter yang
berfungsi menutup dan membuka saat pengisian dan pengosongan lambung.
Gaster berlanjut kedalam duodenum yang berjalan secara anatomis dan visual
sulit dibedakan dan jejunum dan ileum, hanya saja panjang duodenum kira-kira
25cm dan berakhir pada ligament-ligamen treltz berupa sebuah ligament yang
berjalan dari sisi kanan diafragma dekat dengan hiafus esophagus dan melekat
pada perbatasan duodenum dan jejunum sisa dari usus halus adalah jejunum ¾
bagian akhir disebut ileum.
Secara anatomis letak jejenum adalah diperut bagian kiri, sedangkan
ileum dibagian kanan. Makanan masuk melalui sphincter pylorium
keduodenum, maka sisa makanan akan melalui katub ileoccal valve, yang
mencegah berbaliknya makanan dari usus besar kedalam usus halus. Pada ujung
caecum terdapat appendix vermicularis. Colon (usus besar) lebih besar dari usus
halus yang terdiri dari ceacum, colon pars desendens, colon pars aseenden, colon
transversum dan rectum, lapisan usus besar terdiri dari tunika serosa tunika
submukosa, tunika muskularis, tunika mukosa.

B. Pengertian
Kolik abdomen merupakan salah satu keadaan darurat non trauma,
dimana seorang penderita oleh karena keadaan kesehatannya memerlukan
pertolongan secepatnya untuk dapat mencegah memburuknya keadaan penderita
(Nettina, 2012). Kolik abdomen adalah suatu keadaan yang sangat
membutuhkan pertolongan secepatnya tetapi tidak begitu berbahaya, karena
kondisi penderita yang sangat lemah jadi penderita sangat memerlukan
pertolongan dengan segera (Bare, 2011).
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
traktus intestinal, obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltik normal (Reeves, 2011).

C. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :
1.      Secara mekanis
a. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan
karena radang).
b. Karsinoma.
c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di
dalam usus).
d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati).
e. Polip (perubahan pada mukosa hidung).
f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran).
2.      Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus
tidak dapat bergerak).
b. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas).
c. Enteritis regional.
d. Ketidak seimbangan elektrolit.
e. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah
karena ginjal tidak bekerja secara efektif) (Reeves, 2011).
1. Etiologi yang lain yaitu
a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti
kulitis, pankreanitis, kolesistitis.
b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease,
kulitis infeksi, esofagitis.
c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.
d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis
e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.
g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan
paru dan lainnya.

D. Manifestasi Klinis
1. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah
empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi
terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau
tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush”
meningkat, nyeri tekan difus minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
difus minimal.
4. Mekanika obstruksi parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya
kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan
terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus
menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.

E. Klasifikasi
1. Kolik abdomen visceral adalah berasal dari organ dalam, visceral di mana
intervasi berasal dari saraf memiliki respon terutama terhadap distensi dan
kontraksi otot, bukan karena iritasi lokal, robekan atau luka karakteristik
nyeri visceral diantaranya sulit terlokalisir, tumpul, samar, dan cenderung
beralih ke area dengan struktur embrional yang sama.
2. Kolik abdomen alih adalah nyeri yang dirasakan jauh dari sumber nyeri
akibat penjalaran serabut saraf(Reeves, 2011).

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik :  Tanda - tanda vital.
2. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri.
3. Pemeriksaan rectal.
4. Laboratorium : leukosit, HB.
5. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
6. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan
 

sigmoid yang tertutup.


7. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah,
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan
peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pannkreas oleh lipatan
khusus.
8. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik
(Reeves, 2011).

G. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,
tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab
mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik,
paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik
mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang.
Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas.
Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak
obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan
peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat, menyebabkan
penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus
dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan
bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan
peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan
terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau
jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian.
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut
menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi
lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal tempat
penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya
hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas
makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat
sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal
sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti
peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen .
H. Pathways

Obstruksi usus Akumulasi gas cairan Kehilangan H2O


didalam lumen sebelah dan elektrolit Distensi
proksimal dari letak
absorpsi

Kehilangan Tekanan
Pelepasan bakteri dan toksin dari cairan menuju infralumen
usus yang nekotrik ke dalam ruang
peritoneum dan sirkulasi sistemik peritoneum

Syok hipovolemik Gangguan


kebutuhan istirahat
Peradangan
dan tidur

hipotalamus
Peningkatan
suhu tubuh
Mediator
Nyeri

Mual,
Anoreksia muntah
Nyeri akut

Ketidakseimbangan Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan kolik abdomen secara Non farmakologi yaitu :
a. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit.
b. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis.
c. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi
kronik, ileus paralitik atau infeksi.
d. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
e. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu
beresiko.
f. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi
usus yang di lakukan sebagai prosedur kedua.
2. Penatalaksanaan secara farmakologi yaitu :
a. Terapi Na + K + komponen darah.
b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan.
c. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler.
d. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke
area penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan
pasien berbaring miring ke kanan.
e. Antasid ( obat yang melawan keasaman ).
f. Antihistamine (adalah obat yang berlawanan kerja terhadap efek
histamine) (Reeves, 2011).
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fokus
Pengakajian, meliputi :
1. Identitas klien
2. Pengkajian Primer
a. Airway : Tidak ada obstruksi jalan napas
b. Breathing : Ada dipsneu, penggunaan otot bantu napas dan napas
cuping hidung
c. Circulation : Hipotensi, perdarahan, adanya tanda “Bruit” (bunyi
abnormal pada auskultasi pembuluh darah, biasanya pada arteri karotis),
tanda culen, tanda Grey-Tumer, tanda Coopernall, tanda balance,
takikardi, diaphoresis
d. Disability : Nyeri, penurunan kesadaran, tanda kehr
e. Exposure : Terdapat jejas (Trauma tumpul atau trauma tajam) pada
daerah abdomen tergantung dari tempat trauma.
3. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya
klien mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.
b. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang. Bagaimana serangan itu timbul,
lokasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan
memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit.
 Riwayat kesehatan dahulu. Megkaji apakah klien pernah sakit
seperti yang dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita
HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan klien.
 Riwayat kesehatan keluarga. Gambaran mengenai kesehatan
keluarga dan adakah penyakit keturunan atau menular.
c. Pola- pola fungsi kesehatan
 Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan
penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat
menimbulkan perawatan diri.
 Pola nutrisi dan metabolism. Terjadi gangguan nutris karena
klien merasakan nyeri sehingga tidak toleran terhadap
makanan dan klien selalu ingin muntah.
 Pola eliminasi. Terjadi gangguan karena klien tidak toleran
terhadap makanan sehingga terjadi konstipasi.
 Pola aktivitas dan latihan. Akan terjadi kelemahan dan
kelelahan.
 Pola persepsi dan konsep diri. Tidak terjadi gangguan /
perubahan dalam diri klien.
 Pola sensori dan kognitif. Kurangnya pengetahuan akan
menyebabkan collic abdomen yang berulang.
 Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi dalam gangguan
dalam pola reproduksi dan seksual.
 Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi perubahan
peran selama klien sakit sehubungan dengan proses
penyakitnya.
 Pola penanggulangan stress. Bagaimana cara klien mengatasi
masalahnya.
 Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada
pola tata nilai dan kepercayaan.
d. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum. Akan terjadi nyeri perut yang hebat,
akibat proses penyakitnya.
2. Sistem respirasi. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya
ringan kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat
nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak.
3. Sistem kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan
disritmia atau penyakit jantung lainnya.
4. Sistem persyarafan. Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena
sinar.
5. Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal didapatkan
intoleran terhadap makanan / nafsu makan berkurang, muntah.
6. Sistem genitourinaria/eliminasi. Terjadi konstipasi akibat
intoleransi terhadap makanan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen injury biologi (penyakit kolik
abdomen)
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah
3. Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan peradanagn
pada abdomen
C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi NOC: NIC:


kurang dari kebutuhan tubuh a. Nutritional status: Adequacy ▪ Kaji adanya alergi makanan
Berhubungan dengan : of nutrient ▪ Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Ketidakmampuan untuk b. Nutritional Status : food and menentukan jumlah kalori dan
memasukkan atau mencerna Fluid Intake nutrisi yang dibutuhkan pasien
nutrisi oleh karena faktor c. Weight Control ▪ Yakinkan diet yang dimakan
biologis, psikologis atau Setelah dilakukan tindakan mengandung tinggi serat untuk
ekonomi. keperawatan selama….nutrisi mencegah konstipasi
DS: kurang teratasi dengan indikator: ▪ Ajarkan pasien bagaimana membuat
- Nyeri abdomen ❖ Albumin serum catatan makanan harian.
- Muntah ❖ Pre albumin serum ▪ Monitor adanya penurunan BB dan
- Kejang perut ❖ Hematokrit gula darah
- Rasa penuh tiba-tiba setelah ❖ Hemoglobin ▪ Monitor lingkungan selama makan
makan ❖ Total iron binding capacity ▪ Jadwalkan pengobatan dan
DO: Jumlah limfosit tindakan tidak selama jam makan
- Diare ▪ Monitor turgor kulit
- Rontok rambut yang berlebih ▪ Monitor kekeringan, rambut kusam,
- Kurang nafsu makan total protein, Hb dan kadar Ht
- Bising usus berlebih ▪ Monitor mual dan muntah
- Konjungtiva pucat ▪ Monitor pucat, kemerahan, dan
- Denyut nadi lemah kekeringan jaringan konjungtiva
▪ Monitor intake nuntrisi
▪ Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
▪ Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan
seperti NGT/ TPN sehingga intake
cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
▪ Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
▪ Kelola pemberan anti emetik:.....
▪ Anjurkan banyak minum
▪ Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oval
Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, ❖ Pain Level, ▪ Lakukan pengkajian nyeri secara
psikologis), kerusakan jaringan ❖ pain control, komprehensif termasuk lokasi,
❖ comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Batasan karateristik: Setelah dilakukan tinfakan keperawatan dan faktor presipitasi
DS: selama …. Pasien tidak mengalami ▪ Observasi reaksi nonverbal dari
- Laporan secara verbal nyeri, dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan
DO: ● Mampu mengontrol nyeri (tahu ▪ Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
- Posisi untuk menahan nyeri penyebab nyeri, mampu dan menemukan dukungan
- Tingkah laku berhati-hati menggunakan tehnik nonfarmakologi ▪ Kontrol lingkungan yang dapat
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak untuk mengurangi nyeri, mencari mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
capek, sulit atau gerakan kacau, bantuan) pencahayaan dan kebisingan
menyeringai) ● Melaporkan bahwa nyeri berkurang ▪ Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Terfokus pada diri sendiri dengan menggunakan manajemen ▪ Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Fokus menyempit (penurunan nyeri menentukan intervensi
persepsi waktu, kerusakan proses ● Mampu mengenali nyeri (skala, ▪ Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
berpikir, penurunan interaksi intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
dengan orang dan lingkungan) ● Menyatakan rasa nyaman setelah hangat/ dingin
- Tingkah laku distraksi, contoh : nyeri berkurang ▪ Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
jalan-jalan, menemui orang lain ● Tanda vital dalam rentang normal ……...
dan/atau aktivitas, aktivitas ● Tidak mengalami gangguan tidur ▪ Tingkatkan istirahat
berulang-ulang) ▪ Berikan informasi tentang nyeri seperti
- Respon autonom (seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
diaphoresis, perubahan tekanan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
darah, perubahan nafas, nadi dan dari prosedur
dilatasi pupil) ▪ Monitor vital sign sebelum dan sesudah
- Perubahan autonomic dalam tonus pemberian analgesik pertama kali
otot (mungkin dalam rentang dari
lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan
minum

Gangguan pola tidur NOC NIC 1


Definisi : Gangguan kualitas - Anxiety reduction Sleep Enhancement
dan kuantitas waktu tidur akibat - Comfort level - Jelaskan pentingnya tidur yang
faktor eksternal - Pain level adekuat
- Rest : Extent and - Fasilitas untuk
Batasan Karakteristik : pattern
mempertahankan aktivitas
Perubahan pola tidur normal - Sleep : extent ang
        sebelum tidur (membaca)
pattern
        Penurunan kemampuan - Ciptakan lingkungan yang
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan
berfungsi nyaman
selama 3x24 jam Pasien tidak
        Ketidakpuasan tidur mengalami gangguan pola tidur, dengan - Diskusikan dengan pasien dan
        Menyatakan sering terjaga kriteria hasil: keluarga tentang teknik tidur
Meyatakan tidak mengalami ● jumlah jam tidur dalam batas normal
        pasien
6 – 8jam/hari
kesulitan tidur - Instruksikan untuk memonitor
● pola tidur, kualitas dalam batas
        Menyatakan tidak merasa tidur pasien
normal
cukup istirahat ● perasaan segar sesudah tidur atau - Monitor makan dan minum
istirahat dengan waktu tidur
Faktor Yang Berhubungan ● Tanda vital dalam rentang normal
- Monitor / catat kebutuhan tidur
        Kelembaban lingkungan sekitar ● Tidak mengalami gangguan tidur
pasien setiap hati dan jam
        Suhu lingkungan sekitar
        Tanggung jawab memberi
asuhan
        Perubahan pejanan terhadap
cahaya gelap
        Gangguan(mis.,untuk tujuan
terapeutik, pemantauan,
pemeriksaan laboratorium)
        Kurang kontrol tidur
        Kurang privasi, Pencahayaan
        Bising, Bau gas
        Restrain fisik, Teman tidur
        Tidak familier dengan prabot
tidur
DAFTAR PUSTAKA

Reeves, Charlene J, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika,  Jakarta,


2011.
Syaifuddin Drs. B.Ac, Anatomi Fisiologi, EGC Jakarta, 2007.
Mudjiastuti, Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Pencernaan
Makanan, Surabaya, Tidak dipublikasikan.
R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2007.
Nettina, Sandra M. 2014. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan
dkk. Ed. 1. Jakarta : EGC
Reeves, Charlene J et al. 2013. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko
Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika 
Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC. 
Slamet Suyono. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Prof. Dr. SpPD.
KE., FKUI Jakarta.
Smeltzer Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC
Syaifuddin Drs. B.Ac, 2013. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai