Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Diare

a. Definisi Diare

Diare merupakan perubahan pada konsistensi feses serta frekuensi

yang meningkat saat buang air besar. Seseorang yang dikatakan

mengalami diare apabila feses yang di keluarkan lebih banyak berair

dari biasanya, atau jika buang air besar dalam sehari bisa tiga kali

atau lebih, dan atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah

dalam waktu 24 jam dan penyakit diare inimerupakan suatu

kumpulan dari gejala infeksi pada saluran pencernaan yang dapat

disebabkan oleh beberapa organisme seperti bakteri, virus dan

parasit. Beberapa organisme tersebut biasanya menginfeksi saluran

pencernaan manusia melalui makanan dan minuman yang telah

tercemar oleh organisme tersebut, dengan demikian perlu dilakukan

pencegahan terhadap penyakit diare (Kemenkes RI, 2016).

b. Penyebab

Menurut Hidayat (2009) kejadian diare dapat disebabkan oleh

beberapa faktor, di antaranya adalah sebagai berikut :

1) Faktor infeksi yaitu suatu proses yang diawali dengan adanya

mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran

pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan

9
10

merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah

permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas

dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi

intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin

bakteri juga akan menyebabkan sistem transpor menjadi aktif

dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan

akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. Bakteri

yang menyebabkan diare yaitu enterophatogenic escherichia

colli, salmonella, shigella, yersenia enterocolitica, virus yang

menyebabkan diare yaitu enterovirus, adenovirus, human

retrovirus seperti agent, rotavirus, jamur yang menyebabkan

diare adalah candida enteritis, parasit yang menyebabkan

diare yaitu giardia clamblia, crytosporidium dan diare juga

dapat disebabkan oleh protozoa.

2) Faktor malabsorbsi adalah suatu kegagalan dalam melakukan

absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat

kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektolit ke rongga

usus sehingga terjadilah diare.

3) Faktor makanan, akan terjadi jika toksin yang ada tidak

mampu diserap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan

peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan penurunan

kesempatan untuk menyerap makanan.

4) Faktor psikologis, dapat mempengaruhi terjadinya


11

peningkatan peristaltik usus yang dapat mempengaruhi

penyerapan makanan.

c. Klasifikasi

Menurut Suraatmaja (2007), diare dapat di klasifikasikan beberapa

pembagian antara lain :

1) Berdasarkan lamanya diare :

a) Diare akut merupakan diare yang berlangsung kurang dari

14 hari.

b) Diare Kronik merupakan diare yang berlangsung lebih

dari 14 hari dengan keilangan berat badan atay berat

badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa

diare tersebut.

2) Berdasarkan mekanisme patofisiologi antara lain:

a) Diare sekresi (secretory diarrhea)

b) Diare osmotik (osmotic diarrhea)

d. Patofisiologi

Menurut Latief (2007) mekanisme dasar yang menyebabkan diare

adalah sebagai berikut :

1) Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap

akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usu

meningkat, sehingga terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke

dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
12

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga terjadilah

diare.

2) Gangguan Sekresi

Akibat rangsangan tertentu (toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga

usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan

isi rongga usus.

3) Gangguan Motilitas Usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul

diare. Sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya

akan menimbulkan diare juga.

4) Diare Inflamasi

Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare

pada beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan

kerusakan tight junction tekanan hidrostatik dalam pembuluh

darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein

dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk

dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan

dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare

sekretorik.
13

5) Diare Infeksi

Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare.

Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-

invasif dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif

menyebabkan diare karena toksin yang di sekresikan oleh

bakteri tersebut.

e. Tanda dan Gejala

Tanda-tanda awal terjadinya penyakit diare pada bayi dan anak

yaitu gelisah dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu

makan menurun, tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai

dengan lendir ataupun darah, anus dan daerah sekitarnya lecet

karena seringnya defekasi dan tinja semakin lama semakin asam

sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa

yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare. gejala muntah

dapat terjadi seelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh

lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan

asam basa dan elektrolit.

f. Dampak

Menurut Maryuani (2010) dampak yang dapat ditimbulkan dari

penyakit diare yaitu sebagai berikut :

1) Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak daripada

pemasukan, kejadian ini merupakan penyebab terjadinya kematian


14

pada anak yang menderita diare. Menurut Departemen Kesehatan

(2011) derajat dehidrasi diare antara lain sebagai berikut :

a) Diare tanpa dehidrasi

Kehilangan cairan <5 % berat badan penderita diare.

Tanda- tanda diare tanpa dehidrasi ini antara lain : balita tetap

aktif, memiliki keinginan untuk minum seperti biasa, mata

tidak cekung dan turgor kulit kembali segera.

b) Diare dehidrasi ringan / sedang

Kehilangan cairan 5-10% berat badan penderita diare.

Tanda- tanda dehidrasi ini antara lain : balita gelisah atau

rewel, mata cekung, ingin minum terus atau rasa haus

meningkat dan turgor kembali lambat.

c) Diare dehidrasi berat

Kehilangan cairain mencapai > 10% berat badan

penderita diare. Tanda-tanda yang ditimbulkan anatra lain :

balita terlihat lesu, lunglai dan tidak sadar, mata cekung, malas

minum dan turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik.

2) Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.

metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor

tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena

adanya anorexia jaringan. produk metabolisme yang bersift asam

meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi


15

oliguria atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan

ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

3) Hipoglikemia

Hipoglikemisa terjadi pada 2-3 % anak yang menderita diare,

lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita

kekurangan Kalori Protein. hal ini terjadi karena adanya gangguan

penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati dan adanya

gangguan etabol glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika

kadar glukosa darah menurun hingga 40% pada bayi dan 50%

pada anak-anak.

4) Gangguan gizi

Pada saat anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi

sehingga terjadi penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena:

a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut

diare atau muntahnya akan bertambah hebat, sehingga

orang tua hanya sering memberikan air teh saja.

b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan

pengenceran dalam waktu yang terlalu lama.

c) Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan

diabsorpsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5) Gangguan Sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan syok hipovolemik,

akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis


16

bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak,kesadaran

menurun dan bila tidak tidak segera di atasi klien akan meninggal.

g. Pencegahan

Menurut Kementrian Kesehatan (2011) pencegahan yang dapat

dilakukan untuk menghindari penyakit diare antara lain sebagai

berikut:

1) Perilaku Sehat

a) Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi, komponen zat

makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang

untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI

mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan

adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya, ASI

memberikan perlindungan terhadap diare.

b) Makanan pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah ketika bayi

secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang

dewasa. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI

yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan

bagaimana makanan pendamping ASI diberikan. Ada

beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan

pendamping ASI antara lain :

(1) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6


17

bulan dan dapat diteruskan pemberian ASI.

Tambahkan macam makanan setelah anak berumur 9

bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4

jkali sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan

semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 kali

sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.

(2) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam

nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan

hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-

kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau

ke dalam makanannya.

(3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan

menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang

bersih.

(4) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada

tempat yang dingin dan panaskan dengan benar

sebelum diberikan kepada anak.

c) Menggunakan air bersih yang cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan

melalui Face-Oral kuman tersebut dapat ditularkan bila

masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau

benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari

tangan, makanan yang wadah atau tempat makan minum


18

yang dicuci dengan aitr tercemar. Masyarakat dapat

mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan

menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut

dari kontaminasi mulai dari umbernya sampai

penyimpanan di rumah. Yang harus diperhatikan oleh

keluarga antara lain :

(1) Ambil air dari sumber air yang bersih

(2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta

gunakan gayung khusus untuk mengambil air.

(3) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan

untuk mandi anak-anak

(4) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai

mendidih)

(5) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan

dengan air yang bersih dan cukup.

(6) Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan

perorangan yang penting dalam penularan kuman diare

adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,

terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang

tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum

menyuapi makan, mempunyai dampak dalam kejadian

diare.
19

d) Menggunakan jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya

penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam

penurunan risiko terhadap penyakit diare. Yang harus di

perhatikan oleh keluarga antara lain :

(1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi

baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

(2) Bersihkan jamban secara teratur

(3) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar

(4) Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak

berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat

pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang

tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar. Yang

harus diperhatikan oleh keluarga antara lain :

(a) Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban

(b) Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih

dan mudah di jangkau olehnya.

(c) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk

membuang tinja seperti di dalam lubangg atau di

kebun kemudian ditimbun.

(d) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar

dan cuci tangan dengan sabun.


20

e) Pemberian imunisasi campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting

untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak.

Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga

pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare.

Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah

bayi berumur 9 bulan.

f) Penyehatan lingkungan

g) Penyediaan air bersih

Penyedian air bersih baik secara kuantitas dan kualitas

mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-

hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit diare

tersebut, penyediaan air bersih yang cukup disetiap rumah

tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih

harus tetap dilaksanakan.

h) Pengelolaan sampah

Sampah adalah sumber penyakit dan tempat berkembang

biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa

dan lain-lain. Selain itu sampah dapat mencemari tanah dan

menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti

bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak


21

dilihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting,

untuk mencegah penularan penyakit diare. Tempat sampah

harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari

dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak

terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat

pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah

dengan cara ditimbun atau dibakar.

h. Penatalaksanaan

Menurut Kementrian Kesehatan (2011) penatalaksanaan diare

dapat dilaksanakan dengan tatalaksana yang standar di sarana

kesehatan melalui lima langkah tuntaskan diare (Lintas Diare)

antara lain sebagai berikut :

1) Berikan Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai

dai rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas

rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga

seperti air tajin, kuah sayur, dan air matang. Oralit saat ini

yang beredar di pasaran sudah oralit yang baruu dengan

osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual

dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi

penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila

penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana

kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.


22

Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi antara lain

sebagai berikut :

a) Umur <1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak

mencret

b) Umur 1-4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak

mencret

c) Umur di atas 5 tahun : 1-1 ½ gelas setiap kali

anak mencret

Dosis diare dengan diare ringan/sedang yaitu oralit yang

diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/kg BB dan selanjutnya

diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa

dehidrasi. Penderita diare dehidrasi berat yang tidak dapat

minum harus segera dirujuk ke puskesmas untuk di berikan

infus.

2) Berikan obat zink

Zink merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam

tubuh. Zink dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric

Oxide Synthase), dimana eksresi enzim ini selama diare dan

mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan

dalam epitelisasi dinding usus yang megalami kerusakan

morfologi dan fungsi selama kejadian diare.Menurut Black

(2013), penelitian di indonesia menunjukkan bahwa zinc

memiliki efek yang protektif terhadap penanganan diare yaitu


23

sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study menunjukkan

bahwa zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 %

(Soenarto 2007). Berdasarkan pernyataan diatas maka dari itu

anak yang menderita diare tersebut sebaiknya diberikan zinc

segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian zinc pada

balita :

a) Umur <6 bulan ½ tablet (10 mg) per hari

selama 10 hari

b) Umur >6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama

10 hari

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah

berhenti. Cara pemberian zinc : larutkan 1 tablet zinc dalam 1

sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut kemudian

berikan pada anak diare.

3) Pemberian ASI/Makanan

Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberikan

ASI, anak yang minum susu formula juga diberikan lebih

sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk

bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan

makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit demi

sedikit namun lebih sering, pemberian makanan dan ASI ini

bertujuan agar gizi anak tetap terpenuhi sehingga tetap kuat

dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Namun


24

setelah diare berhenti, pemberian makanan dilakukan ekstra

diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat

badan.

4) Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika hanya diberikan pada penderita diare dengan darah

(sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera. Obat anti

protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit

(amuba, giardia).

5) Pemberian nasehat

Ibu harus di beri nasehat mengenai bagaimana cara

memberikan cairan dan obat ketika di rumah dan kapan harus

membawa kembali balita ke petugas kesehatan apabila balita

mengalai diare lebih sering, muntah berulang, sangat haus,

makan/minum sedikit, timbul demam, tinja berdarah dan tidak

membaik selama 3 hari.

2. Konsep Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga


25

(Notoatmodjo, 2011).

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2011) tingkat pengetahuan di dalam

domain kognitif, mencakup 6 tingkatan antara lain:

1) Tahu adalah tingakatan yang paling rendah, dimana tahu berarti

dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Seseorang yang tahu adalah seseorang yang

dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan

menyatakan.

2) Memahami adalah kemamapuan seseorang untuk menjelaskan dan

menginterprestasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.

Seseorang yang telah paham akan sesuatu maka ia harus dapat

menjelaskan, memberikan contoh dan menyimpulkan

3) Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat

menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.

4) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menguraikan objek

ke dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu

struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Seseorang

yang bisa menganalisis adalah seseorang yang dapat

menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan,

membuat bagan proses adopsi perilaku dan dapat membedakan


26

pengertian psikologi dengan fisiologi.

5) Sintesis adalah kemampuan seseorang untuk menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau

kemampuan untuk menyususn formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada. Seseorang yang mensintesi adalah seseorang

yang dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan dan

menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu objek, evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada

atau disusun sendiri.

c. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang

ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

tingkatan - tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Menurut

Milanda (2017) mengkategorikan pengetahuan dengan tingkatan

yaitu :

1) Baik : hasil presentase 76 % - 100 %

2) Cukup : hasil presentase 56 % - 76 %

3) Kurang : hasil presentase < 56 %

d. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) faktor-faktor yang dapat


27

mempengaruhi pengetahuan antara lain:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran

untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu

sehingga sasaranpendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan

formal maupun pendidikan non formal, sistema pendidikan

berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui

pola tertentu.

2) Usia

Usia individu berkaitan erat dengan pengetahuan individu.

Semakin bertambah usia seseorang maka akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

3) Minat dan kreativitas

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang

tinggi terhadapsesuatu objek atau dalam melakukan suatu kegiatan

(perbuatan), yang didasari oleh rasa tertarik, senang, yang muncul

dalam diri bukan tekanan dari luar. Adanya perasaan tertarik dan

perasaan senang menimbulkan adanya minat, maka minat ini

merupakan kondisi psikologis yang dapat mendorong

(memotivasi) munculnya kreativitas.

4) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang dialami seseorang


28

dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Teori determinan

menganalisa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu

karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang

terbentuk dalam pengetahuan, persepsi,sikap, kepercayaan,

seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorangmendapatkan

pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun

pengalamanorang lain.

5) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan secara langsung

maupun tidak langsung.

6) Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkungan sosial budaya yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang dapat bersumber dari pandangan agama, kelompok etnis

yang mempengaruhi proses memperoleh informasi atau

pengetahuan khususnya dalam penerapan nilai-nilai keagamaan.

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang.

7) Informasi

Informasi yang didapatkan dari media massa mempengaruhi

fungsi kognitif dan afektif. Fungsi kognitif diantaranya berfungsi

untuk menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan

sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau


29

penjelasan nilai-nilai tertentu.

8) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga

penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk

melakukan sesuatu dengan mengenyampingkan hal-hal yang

dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan

munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam diri

individu (biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuh

kebutuhan sehingga menjadi puas) maupun dari luar (merupakan

pengaruh dari orang lain/lingkungan.

B. Penelitian Terkait

1. Dwi (2012) dengan judul penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan

Ibu Tentang Diare dengan Penanganan Diare pada Balita Selama di

Rumah Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit Islam Surakarta. Metode

penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif. Sampel

penelitian ibu yang mempunyai balita yang mengalami diare yang

dirawat di bangsal Al Arof kelas I, II dan III sebanyak 33 responden

dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Data

penelitian diperoleh dari kuesioner pengetahuan tentang diare dan

checklist penanganan diare selama di rumah. Data penelitian diuji

dengan uji Fisher exact. Hasil penelitian adalah 15 orang (45.5 %)

mempunyai pengetahuan yang baik, 18 orang (54,5%) mempunyai


30

pengetahuan kurang. Delapan belas responden (54,4%) penanganan

diare dengan baik, sedangkan 15 responden (45.5%) penanganan diare

masih kurang. Hasil uji Fisher exact diperoleh p = 0,013 (p<0,05) dan

disimpulkan terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang diare

dengan penanganan diare pada balita selama di rumah sebelum dibawa

ke Rumah Sakit Islam Surakarta.

2. Ainun (2012) dengan judul penelitian Hubungan Pengetahuan Ibu

Tentang Diare dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 2-5 Tahun di

Wilayah Kerja Puskesmas Kecamtan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar. Dari hasil penelitian, ibu dengan pengetahuan baik

(53 orang) sebanyak 18 anak diare dan 35 anak tidak diare. Ibu

dengan pengetahuan cukup (41 orang), didapatkan 29 anak diare dan

12 anak tidak diare. Ibu dengan pengetahuan kurang (6 orang)

didapatkan 5 anak diare dan 1 anak tidak diare. Hasil analisis

didapatkan nilai p = 0,001. Terdapat hubungan pengetahuan ibu

tentang diare dengan kejadian diare pada balita usia 2-5 tahun

di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar.
31

C. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah rangkuman dari penjabaran teori yang sudah

diuraikan sebelumnya dalam bentuk naratif, untuk memberikan batasan tentang

teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan (Hidayat,

2014).

Penyebab
Dampak
Infeksi : Mikroorganisme,
Kekurangan Cairan
bakteri, virus dan parasit
(Dehidrasi)
Malbabsorbsi Diare Pada Balita

Makanan Psikologi Hipoglikemia

Gangguan Gizi

Kematian

Penanganan diare
pada balita

Pengetahuan
Karakteristik Usia

Pendidikan Pekerjaan

Skema 2. 1 Kerangka Teori

Sumber : Notoatmodjo (2011)


32

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah topik yang dipilih sesuai

dengan identifikasi masalah. Kerangka konsep harus didukung landasan teori

yang kuat serta ditunjang oleh informasi yang bersumber pada berbagai

laporan ilmiah, hasil penelitian, jurnal penelitian, dan lain-lain (Hidayat,

2014).

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat pengetahuan ibu Penanganan diare pada balita

Skema 2.2 Kerangka Konsep

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil

sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmojo,

2010) dimana:

1. Ha (hipotesis alternatif): Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu

tentang diare dengan penanganan diare pada balita selama di rumah

sebelum dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang Tahun

2019.

Anda mungkin juga menyukai