ID Hubungan Kepatuhan Tranfusi Dan Konsumsi
ID Hubungan Kepatuhan Tranfusi Dan Konsumsi
This research aimed was to determine the relationship between transfusion adherence and iron chelation consume on
the growth of children with thalassemia. This research used descriptive correlation design with cross sectional
approach. The research was conducted at Thalassemia Center of Arifin Achmad Pekanbaru Hospital on 56 samples
taken by total sampling technique with observing the inclusion criteria. Measuring instrument used in this study were
questionnaire sheets. The analysis is for the univariate analysis as well as frequency and percentage of bivariate
analysis using Chi-Square test. The results showed that there were significant relationship between transfusion
adherence to the growth (p value= 0.038 > α 0.05) and a significant relationship between compliance consume iron
chelation to the growth (p value= 0.035 < α 0, 05). Results of this study can be a reference for parents who have
children with thalassemia in order to bring a children with thalasemia routine to perform transfusions and iron
chelation regularly consume so the children with thalassemia can grow according with the age growth.
PENDAHULUAN
Thalasemia adalah suatu gangguan inap anak. Jumlah penderita thalasemia pada
darah yang diturunkan ditandai oleh tahun 2013 sebanyak 485 orang dan pada
defisiensi produk rantai globulin pada tahun 2014 jumlah pasien thalasemia
hemoglobin (Suriadi, 2010). Penyakit sebanyak 488 orang (Rekam Medis RSUD
thalasemia merupakan salah satu penyakit Arifin Achmad Pekanbaru, 2014).
genetik tersering di dunia. Penyakit genetik Pertumbuhan adalah bertambahnya
ini diakibatkan oleh ketidakmampuan ukuran fisik dan struktur tubuh karena
sumsum tulang membentuk protein yang adanya multiplikasi sel-sel dan juga
dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin bertambah besarnya sel yang bisa diukur
(Potts & Mandleco, 2007). Hemoglobin secara kuantitatif seperti pertambahan ukuran
merupakan protein kaya zat besi yang berada berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.
di dalam sel darah merah yang berfungsi Hidayat (2008) menyatakan seseorang
untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke dikatakan mengalami pertumbuhan bila
seluruh bagian tubuh (McPhee & Ganong, terjadi perubahan ukuran dalam hal
2010). bertambahnya ukuran fisik, seperti berat
Badan kesehatan dunia atau WHO badan, tinggi badan atau panjang badan,
(2012) menyatakan kurang lebih 7% dari lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada,
penduduk dunia mempunyai gen thalasemia perubahan proporsi yang terlihat pada
dimana angka kejadian tertinggi sampai proporsi fisik atau organ manusia yang
dengan 40% kasusnya adalah di Asia. muncul mulai dari masa konsepsi sampai
Prevalensi karier thalasemia di Indonesia dewasa, terdapat ciri baru yang secara
mencapai 3-8%. Pada tahun 2009, kasus perlahan mengikuti proses kematangan
thalasemia di Indonesia mengalami seperti adanya rambut pada daerah aksila,
peningkatan sebesar 8,3% dari 3653 kasus pubis atau dada, hilangnya ciri-ciri lama yang
yang tercatat di tahun 2006 (Wahyuni, 2010). ada selama masa pertumbuhan seperti
Data yang didapatkan dari RSUD Arifin hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu,
Achmad Pekanbaru, penyakit thalasemia atau hilangnya refleks tertentu. Anak yang
menduduki peringkat pertama di ruang rawat menderita thalasemia sering mengalami
1474
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1476
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
tranfusi darah dan mempunyai pertumbuhan saat lahir, namun di usia 3-18 bulan akan
normal yaitu sebanyak 26 orang (46,4%). mulai terlihat adanya gejala anemia (Potts
Hasil uji statistik menggunakan uji Chi & Mandelco, 2007). Hal ini sesuai dengan
Square diperoleh nilai p value=0,038 < α
teori yang menyatakan bahwa gejala klinis
0,05 maka Ho gagal ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang thalasemia sudah terlihat pada usia 2
signifikan antara kepatuhan tranfusi dengan tahun, tetapi penderita thalasemia baru
pertumbuhan anak dengan thalasemia. dapat berobat pada usia 4-6 tahun karena
2. Kepatuhan Konsumsi Kelasi Besi semakin pucat sehingga mengakibatkan
Terhadap Pertumbuhan penderitanya memerlukan tranfusi secara
Penjabaran kepatuhan konsumsi berkala (Dewi, 2009).
besi terhadap pertumbuhan terdiri dari b. Jenis Kelamin
kepatuhan konsumsi kelasi besi dan Jenis Kelamin responden
pertumbuhan dapat dilihat pada tabel 6 mayoritas berjenis kelamin laki-laki yaitu
berikut ini. sebanyak 32 responden (57,1%).
Tabel 6 Thalasemia adalah penyakit genetik yang
Hubungan Kepatuhan Konsumsi Kelasi Besi disebabkan oleh faktor sel alel tunggal
Terhadap Pertumbuhan autosomal resesif, bukan penyakit genetik
Pertumbuhan
yang disebabkan oleh faktor alel yang
Kepatuhan Total
Konsumsi Normal
Tidak P terpaut dengan kromosom seks atau
Normal Value
Kelasi Besi kelamin (Aryuliana, 2004). Hal ini sesuai
N % N % N % dengan teori bahwa gen beta thalassemia
Patuh 31 55,,4 8 14,3 39 69,6 diwariskan menurut Hukum Mendel
0,035 secara autosomal resesif, sehingga anak
Tidak Patuh 8 14,3 9 16,1 17 30,4
dari pasangan pembawa bakat mempunyai
Total 39 69,6 17 30,4 56
100 kemungkinan 25% normal, 50% sebagai
pembawa bakat dan 25% kemungkinan
Dari tabel 6 di atas dapat dilihat merupakan penderita, kemungkinan
bahwa responden yang patuh mengkonsumsi tersebut tidak tergantung jenis kelamin,
kelasi besi mempunyai pertumbuhan normal dimana sintesis rantai polipeptida globin
yaitu sebanyak 31 orang (55,4%). Hasil uji beta hanya berlangsung di dalam sel-sel
statistik menggunakan uji Chi Square dari seri eritroid, meskipun gen globin
diperoleh nilai p value=0,035 < α 0,05 maka beta juga terdapat dalam kromosom sel-
Ha gagal ditolak, sehingga dapat disimpulkan
sel yang lain (Bulan, 2009).
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
kepatuhan mengkonsumsi kelasi besi dengan c. Pendidikan
pertumbuhan anak dengan thalasemia. Tingkat pendidikan responden
mayoritas SD sebanyak 20 orang (35,7%).
PEMBAHASAN Anak thalasemia banyak berpendidikan
1. Karakteristik Responden
SD dikarenakan anak dengan thalasemia
a. Usia
mayoritas berada pada rentang usia 6-11
Hasil penelitian didapatkan
tahun yang merupakan usia sekolah,
mayoritas usia responden berada pada
sehingga penderita thalasemia terbanyak
rentang usia 6-11 tahun yaitu 25
adalah berpendidikan SD.
responden (44,6%). Menurut Depkes RI
2. Pertumbuhan
(2009) usia anak 6-11 tahun termasuk
Pertumbuhan responden mayoritas
kategori usia kanak-kanak. Penderita normal yaitu sebanyak 39 responden
thalasemia mayor akan tampak normal
1478
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1479
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1480
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
Zainal Abidin Banda Aceh. Diperoleh Mariani, D. (2011). Analisis faktor yang
tanggal 8 Juni 2015 dari http://www. mempengaruhi kualitas hidup anak
unsyiah.ac.id thalasemia beta mayor di RSU Kota
Tasikmalaya dan Ciamis. Diperoleh
Asadi-Pooya, A, A., Karimi, M.,
tanggal 7 Januari 2015 dari
&Immanieh, M, H,. (2004). Growth
http://www.lib.ui.ac.id.
retardation in children with beta
thalassemia major. Haematolgy McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2010).
Patofisiologi penyakit, Edisi 5. Jakarta:
Auda, R. (2006). Pengaruh berbagai faktor
EGC
risiko terhadap gangguan tumbuh dan
Moeryono, W. H., Subroto, F., &
status gizi pada penderita thalassemia
Suryansyah, A. (2012). Pubertas
mayor. Bandung: Bagian Ilmu
terlambat pada anak thalasemia di
Kesehatan Anak, Universitas
RSAB Harapan Kita Jakarta.
Padjadjaran
Diperoleh tanggal 5 Januari 2015 dari
Bulan, S. (2009). Faktor-faktor yang http://www.saripediatri.idai.or.id.
berhubungan dengan kualitas hidup
anak thalasemia beta mayor. Diperoleh Osborne, R., De abreu Lourenco, R., Dalton,
tanggal 10 Januari 2015 dari A., Houltram, J., Downton, D., Edgar,
http://www.undip.ac.id J., et al. (2007). Quality of life related
to oral versus subcutaneous iron
Dewi, S. (2009). Karakteristik penderita
chelation: a time trade off study.Value
thalasemia yang rawat inap di Rumah
in health
Sakit Umum Pusat Adam Malik Medan.
Potts, S. J., & Mandleco, B. L. (2007).
Diperoleh tanggal 5 Januari 2015 dari
Pediatric nursing: Caring for children
http://repository.usu.ac.id
and their families (2nd ed). New York:
Ermaya, Y. S., Hilmanto. D., & Reniarti, L. Thomson Coorporation
(2007). Hubungan kadar hemoglobin
Rachmat, I., Fadil, R., & Azhali M. S.
sebelum tranfusi dan zat pengikat besi
(2008). Hubungan jumlah darah
dengan kecepatan pertumbuhan
tranfusi, pemberian deferoksamin, dan
penderita thalassemia mayor.
status gizi dengan kadar seng plasma
Diperoleh pada tanggal 10 Juni 2015
pada penderita thalassemia mayor
dari http://www. idionline.org/index.
anak. Diperoleh pada tanggal 6 Juni
2015 dari http://www.unpad.ac.id
Febrianis, S. (2009). Gambaran tumbuh
kembang pada anak dengan Rahayu, H. (2012). Faktor-faktor yang
thalasemia. Pekanbaru mempengaruhi performa sekolah pada
anak dengan thalasemia yang
Gatot, D., et al. ( 2007). Pendekatan
menjalankan tranfusi di RSUP Dr.
mutakhir kelasi besi pada thalassemia.
Cipto Mangunkusumo. Diperoleh
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 4. h. 78-84
tanggal 3 Januari 2015 dari
Hidayat, A. A. (2008). Pengantar ilmu http://lontar.ui.ac.id.
kesehatan anak untuk pendidikan
Rejeki, D.S.S., Pradani, P., Nurhayati, N., &
kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Supriyanto. (2014). Model prediksi
Made, A., & Ketut, A,. (2011). Profil kebutuhan darah untuk penderita
Pertumbuhan, Hemoglobin Pre- talasemia mayor. Diperoleh tanggal 8
transfusi, Kadar Feritin, dan Usia Juni 2015 dari
Tulang Anak pada Thalassemia Mayor. http://www.researchgate.net
Diperoleh tanggal 7 Juni 2015 dari
Rudolph, A. M., Hoffmand, J. I. E., &
http://saripediatri.idai.or.id
Rudolph, C. D. (2007). Buku ajar
1482
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1483