Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

KECEPATAN REAKSI
Kamis, 30 Mei 2013

KELOMPOK 1

1. Agus Wahono 08.2011.1.01503


2. Ilham Surya Abadi 08.2011.1.01520
3. Siska Novitasari 08.2011.1.01526
4. Risqi Imro’arus Sholihah 08.2011.1.01529

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2013
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui nilai perbandingan dan grafik antara C A dengan t serta untuk
menghitung harga konstanta dari kecepatan reaksi

B. TEORI PERCOBAAN
Kecepatan reaksi adalah banyaknya mol/liter suatu zat yang dapat berubah menjadi
zat lain dalam setiap satuan waktu. Pada umumnya kecepatan reaksi akan besar bila
konsentrasi pereaksi cukup besar. Dengan berkurangnya konsentrasi pereaksi sebagai
akibat reaksi, maka akan berkurang pula kecepatannya.

Secara umum kecepatan reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut:


V = k(A) x (B) y
dimana:
V = kecepatan reaksi
k = tetapan laju reaksi
x = orde reaksi terhadap zat A
y = orde reaksi terhadap zat B
(x + y) adalah orde reaksi keseluruhan
(A) dan (B) adalah konsentrasi zat pereaksi.

Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang mempengaruhi
kecepatan reaksi.Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan dari persamaan reaksi
tetapi hanya dapat ditentukan berdasarkan percobaan.Suatu reaksi yang diturunkan
secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi :

v = k (A) (B) 2

persamaan tersebut mengandung pengertian reaksi orde 1 terhadap zat A dan merupakan
reaksi orde 2 terhadap zat B. Secara keselurahan reaksi tersebut adalah reaksi orde 3.
Faktor-faktor y7ang mempengaruhi laju reaksi adalah :

1. Konsentrasi

Zat yang konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel yang lebih banyak, sehingga
partikel-partikelnya tersusun lebih rapat dibandingkan zat yang konsentrasinya rendah.
Artikel yang susunannya lebih rapat akan lebih sering bertumbukan dibandingkan
dengan partikel yang susunannya renggang, sehingga kemungkinan terjadinya reaksi
makin besar. Dengan demikian makin besar konsentrasi zat makin cepat pula terjadi
reaksi.

2. Luas permukaan sentuh

Pada pencampuran reaktan yang terjadi dari dua fase atau lebih tumbukan terjadi pada
permukaan zat. Laju reaksi itu dapat diperbesar dengan cara memperkecil ukuran zat
yang direaksikan.

3. Temperature

2
Dengan menaikkan temperature, energy gerak atau kinetic molekul bertambah, sehingga
tumbukan lebih sering terjadi maka reaksi kimia akan berlangsung lebih cepat.

4. Katalisator

Katalisator adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi tetapi zat itu sendiri tidak
mengalami perubahan kimia yang kekal, sehingga pada akhir reaksi zat tersebut dapat
diperoleh kembali.

Teori Tumbukan Dan Teori Keadaan Transisi


Teori tumbukan didasarkan atas teori kinetik gas yang mengamati tentang
bagaimana suatu reaksi kimia dapat terjadi. Menurut teori tersebut kecepatan reaksi
antara dua jenis molekul A dan B sama dengan jumiah tumbukan yang terjadi per satuan
waktu antara kedua jenis molekul tersebut. Jumlah tumbukan yang terjadi persatuan
waktu sebanding dengan konsentrasi A dan konsentrasi B. Jadi makin besar konsentrasi
A dan konsentrasi B akan semakin besar pula jumlah tumbukan yang terjadi.
Teori Tumbukan Ini Ternyata Memiliki Beberapa Kelemahan, Antara Lain :
- tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi sebab ada energi tertentu yang harus
dilewati (disebut energi aktivasi = energi pengaktifan) untuk dapat menghasilkan reaksi.
Reaksi hanya akan terjadi bila energi tumbukannya lebih besar atau sama dengan energi
pengaktifan (Ea).

- molekul yang lebih rumit struktur ruangnya menghasilkan tumbukan yang tidak sama
jumlahnya dibandingkan dengan molekul yang sederhana struktur ruangnya.

Teori tumbukan di atas diperbaiki oleh teori keadaan transisi atau teori laju reaksi
absolut. Dalam teori ini diandaikan bahwa ada suatu keadaan yang harus dilewati oleh
molekul-molekul yang bereaksi dalam tujuannya menuju ke keadaan akhir (produk).
Keadaan tersebut dinamakan keadaan transisi. Mekanisme reaksi keadaan transisi dapat
ditulis sebagai berikut:

A + B T* --> C + D
dimana:
- A dan B adalah molekul-molekul pereaksi
- T* adalah molekul dalam keadaan transisi
- C dan D adalah molekul-molekul hasil reaksi

3
C. SKEMA PERCOBAAN

Alat dan Bahan :


- Beaker glass 500 ml - Buret 50 ml
- Labu ukur 250 ml - Klem & statif
- Pipet Volume 25 ml & 10 ml - larutan HCl 35%
- Botol timbang - larutan etil asetat 100%
- Pipet Ukur 1 ml - Kristal NaOH
- Batang pengaduk - Indikator PP

Tahap 1 : Membuat larutan etil asetat dan larutan


NaOH serta larutan HCl dengan
konsentrasi masing – masing 0,05 N

Tahap 2 : Mengambil 25 ml lar. NaOH 0,05 N


dan masukkan kedalam elenmeyer

Tahap 3 : tambahkan 25 ml etil asetat 0,05 N


kedalam elenmeyer

Tahap 6 : ulangi tahap 2 – 5 dengan waktu


Tahap 4 : diamkan 1 menit, kemudian yg berbeda – beda yaitu 2, 5, 15,
tambahkan dengan HCl 0,05 N 25, dan 40 menit
dan di kocok

Tahap 5 : setelah didiamkan 1 menit, titrasi


larutan tersebut dengan larutan
NaOH 0,05 N dan menambahkan
dengan indikator PP 4
D. DATA HASIL PERCOBAAN

Tabel 1. Hasil Percobaan Penentuan Volume Titrasi NaOH

No Waktu sebelum penambahan


Volume NaOH (ml)
. HCl 0,05 N (menit)
1 1 0,3
2 2 0,8
3 5 1,5
4 15 3,2
5 25 7,4
6 40 8,7

E. HASIL PERHITUNGAN,PEMBAHASAN DAN DISKUSI

Tabel 2. Hasil Perhitungan Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi

waktu Konsentrasi etil asetat 1/CA


(menit) (M)
60 0,00448 223,21429
120 0,00498 200,80321
300 0,00568 176,05634
900 0,00736 135,86957
1500 0,01156 86,505190
2400 0,01288 77,639752

Grafik 1/CA vs t
3000

2500

2000
Waktu (detik)

f(x) = − 14.56 x + 3064.56 waktu (menit)


1500 R² = 0.9
Linear (waktu (menit))
1000

500

0
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240
1/CEA

5
Gambar 1. Grafik 1/CA vs t

Pembahasan :

Reaksi :
CH3CO2C2H5 + NaOH → C2H5OH + CH3CO2Na

Dari grafik di atas dapat dijelaskan bahwa dapat terjadi penurunan 1/CA terhadap t dan
didapatkan persamaan y = -14.56x + 3064.
k = -0,0385
Setiap laju reaksi memiliki k tertentu yang bergantung pada sifat pereaksi. Semakin besar
nilai k, semakin cepat reaksi berlangsung. Sebaliknya, reaksi berlangsung lambat jika
nilai kecil. Nilai k dipengaruhi oleh suhu, dan tidak akan ada perubahan jika suhu tidak
berubah. Tetapan laju ini selalu bilangan positif. Namun dalam praktikum kami nilainya
negatif, mungkin dikarenakan kesalahan pada saat pengamatan.

F. DAFTAR PUSTAKA
ModulPraktikum Kimia Fisika percobaan kecepatan reaksi.
Jayanti , and Setyaningsih , Kukuh (2008) PENGARUH KONSENTRASI NaCl
TERHADAP LAJU REAKSI PENGENDAPAN CaSO4. In: "Seminar Tugas Akhir S1
Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009". (Unpublished).
Judjono Suwarno, dkk.2004.”LECTURE NOTE KIMIA FISIKA I ”.Jurusan Teknik
Kimia.Fakultas Teknologi Industri.Institut Teknologi Sepuluh November : Surabaya.
Purba,Michael. 2006.”Kimia untuk SMA kelas XII”. Erlangga: Jakarta. 2007.”Kimia
untuk kelas XI”. Grafindo media pratama: Bandung

G. KESIMPULAN
Perbandingan antara nilai t(waktu) yaitu (1,2,5,15,25,30) menit dengan 1/C EA yaitu
grafiknya semakin besar waktunya maka semakin besar pula nilai dari 1/CEA.
Nilai perbandingan Harga konstanta dari kecepatan reaksi ini adalah -0,0385 dimana
disini konstanta bernilai negatif.

6
H. APPENDIK
 Perhitungan awal sebelum percobaan
 HCl 0,05 N
250 ml HCl 1N
HCl yang tersedia sebanyak 35%
VxN = 0,25 liter x 0,05 N
= 0,0125 ek
Massa zat terlarut = ek x Mr
n
= 0,01 x 36,5 x 100
35
= 1,3035 gr

Volume zat terlarut = 1,3035 gr x 1 liter x 1kg


1,19kg 1000gr
= 0,001095 liter
= 1,095 ml
 NaOH 0,05 N
250ml NaOH 0,05N
NaOH yang tersedia 85%
Ekuivalen = 0,01 ek
Massa zat terlarut =

m 1000
0,05 = x
40 250

m = 0,588 gr

 CH3COOC2H5 (etil asetat) 0,05 N


250 ml CH3COOC2H5 0,05 N
CH3COOC2H5 yang tersedia 100 %
VxN = 0,25 liter x 0,04 N
= 0,01 ek

Massa zat terlarut = ek x Mr


n
= 0,0125 x 88 x 100
100
= 1,1 gr

 Menghitung mol mula – mula etil asetat dan NaOH setelah pengenceran :
Netil asetat = NNaOH = 0.05 N = 0,05 M
Vetil asetat = VNaOH = 25 ml = 0,025 liter
Mol mula – mula = 0,05 x 0,025 = 0,00125 mol

 Mol mula – mula etil asetat dan NaOH :


= (mol pengenceran) x (volume larutan etil asetat/ NaOH)

7
(volume total larutan )
-4
= 0,001 x 0,025 = 5x10 mol
0,05
 Mol mula – mula HCl = (mol pengenceran) x (volume larutan etil asetat/ NaOH)
(volume total larutan )
= 0,00125 x 0,025 = 4,16 x 10-4 mol
0,075
 Mencari Konsentrasi Etil Asetat :
 Mencari konsentrasi etil asetat yang bereaksi saat t = 1 menit
- Konsentrasi HCl sisa pada t = 1 menit :
N1 xV1 = N2 xV2
N1 x 75 ml = 0,05 N x 0,3 ml
N1 = 2 x 10-4 N
= 2 x 10-4 M
- Mol HCl sisa = M x V
= 2 x 10-4 x 0,075 = 0,15 x 10-4 mol
- NaOH sisa = mol HCl mula-mula – mol sisa HCl
= 4,16 x 10-4 - 0,15 x 10-4
= 4,01 x 10-4mol
mol NaOH sisa = mol etil asetat sisa
- Menghitung mol etil asetat (CH3COOC2H5) yang bereaksi :
CH3COOC2H5 + NaOH
-4
M: 6,25x10 6,25x10-4
B : x x
-4
S : 4,01 x 10 4,01 x 10-4

- Mol etil asetat yang bereaksi = (mol mula - mula) – (mol sisa)
= 6,25 x 10-4 - 4,01 x 10-4
= 2,24 x 10-4 mol
- Konsentrasi etil asetat yang bereaksi = mol etil asetat yg bereaksi
Volume total larutan
= 2,24x10-4 mol
0,05 liter
= 44,8 x 10-4 M = 0,00448 M

 Menghitung konstanta Kecepatan Reaksi ( t = 60 detik)

dCA
= -k.CA.CB ,CA = CB
dt

dCA
= -k CA2
dt
CA t
dCA
∫ = -k ∫ dt
CA 0 CA 2 0

1 1
− = kt
CA CA 0

8
1 1
= kt +
CA CA 0

1 1
= k (60) +
0,00448 0,05

k = 3,3869 M/detik

Anda mungkin juga menyukai