Anda di halaman 1dari 3

Nama: Butsainah Adinda

Nim: 132011123038

Kelas Aj 1 B23

Soal: BAGAIMANA APLIKASI PENERAPAN ETIKA DALAM PELAKSANAAN AKTIFITAS KOGNITIF


(METODE RISET)?

Jawab:

1. Prosedur Etika Riset

Artikel “Ethics in Research” (dalam www.socialresearchmethods.net) menjabarkan beberapa


prosedur etika dalam melakukan riset, ditinjau dari sisi subjek penelitiannya. Prosedur yang
pertama adalah partisipasi sukarela subjek penelitian, terutama subjek di tempat-tempat
seperti penjara, pengungsian, atau yang berhubungan dengan korban perang dan tindak
kekerasan. Kesukarelaan ini diperlukan karena berkaitan dengan publikasi hasil riset yang sarat
akan hal-hal yang mungkin tabu (informed consent), dan karenanya berisiko bagi subjek
penelitian. Prosedur kedua adalah berkenaan dengan prinsip kerahasiaan (confidentiality), yaitu
informasi subjek hanya akan digunakan berkaitan dengan kepentingan riset dan akan dijaga
kerahasiaannya jika hasil riset tidak dipublikasikan. Prosedur ketiga adalah prinsip anonim
(anonimity), baik itu bagi subjek maupun peneliti itu sendiri, terutama jika itu berkaitan dengan
alasan keamanan dan keselamatan. Prosedur yang terakhir adalah rights of services, yaitu
perlakuan khusus berupa kunjungan rutin pascariset bagi subjek penelitian sebagai bentuk
tanggung jawab peneliti terhadap permasalahan yang ia teliti.

Selain dari sisi subyek penelitian, etika riset juga menyangkut originalitas dalam isi penelitian.
Philip dan Plugh (dalam Blaxter, et.al., 2001:18) mendefinisikan originalitas riset ke dalam lima
belas definisi. Originalitas tidak hanya menyangkut asli atau tidaknya kalimat-kalimat dan frasa
yang digunakan peneliti dalam karya tulisnya, namun juga menyangkut ide awal riset, teknik
observasi, metode, cara interpretasi, dan sintesis yang digunakan. Akan tetapi, hal ini bukan
berarti sebuah riset haruslah benar-benar baru. Seorang peneliti dapat melanjutkan sebuah
pekerjaan original sebelumnya, namun dengan teknik, metode, dan cara interpretasi yang
berbeda atau dengan menggunakan teknik, metode, dan interpretasi yang sama, namun dapat
menghadirkan bukti dan data kompeten yang berbeda untuk menunjang risetnya.

Kelalaian maupun kesengajaan peneliti terhadap aspek-aspek dalam prinsip originalitas dapat
berujung pada tindak plagiarisme. Dalam “A Guide to Research Ethics” (2003:11)[2], plagiarisme
dimaknai sebagai tindakan penggunaan seseorang atas gagasan, teori, dan kata-kata orang lain
dan kemudian melakukan klaim atas dirinya sendiri. Plagiarisme sendiri dapat dimaknai ke
dalam berbagai bentuk, baik itu mengutip secara langsung hasil penelitian orang lain maupun
melakukan parafrasa tanpa menyertakan sitasi dari sumber aslinya. Selain plagiarisme, contoh
pelanggaran etika penelitian adalah pengubahan (manipulasi) data atau informasi,
penyalahgunaan data atau informasi, pengakuan dan penggunaan data atau informasi tanpa
ijin, publikasi hasil penelitian penugasan tanpa ijin, tidak merahasiakan sumber data yangg
semestinya dirahasiakan, tidak menghormati responden, dan tidak menyusun laporan hasil
penelitian (nic.unud.ac.id).

2. Contoh Kasus Pelanggaran Etika Riset

Salah satu pelanggaran etika penelitian adalah penipuan saintifik (scientific fraud), yaitu usaha
untuk memanipulasi fakta-fakta atau menerbitkan hasil kerja orang lain secara sengaja. Pada
tahun 1830, matematikawan dari Inggris bernama Charles Babbage (dalam Nur, 2004)
menerangkan teknik manipulasi data, yakni trimming (menghapus data yang tidak cocok
dengan hasil yang diharapkan) dan cooking (memilih data yang hanya cocok dengan hasil yang
diharapkan sehingga membuat data lebih meyakinkan). Kasus penipuan saintifik salah satunya
ditemukan pada tahun 1980-an, dimana seorang kardiolog muda bernama John Darsee, yang
bekerja di salah satu lembaga riset bergengsi di dunia yaitu Harvard Medical School di Boston,
Massachusetts (Nur, 2004). Dia dikenal sebagai ilmuwan yang berbakat karena telah
mempublikasikan hampir 100 artikel dan abstrak dalam masa dua tahun di Harvard. Pada tahun
1981, rekan-rekan kerja Darsee mengetahui dan melaporkan kepada kepala laboratorium
bahwa dia telah membuat data palsu dalam eksperimen. Mereka juga melaporkan bahwa
Darsee juga telah memalsukan data di beberapa artikel yang telah dipublikasikan. Ketika
diselidiki, Darsee mengaku telah melakukan hal tersebut. Penyelidikan berikutnya juga
menemukan bahwa Darsee telah memalsukan data bukan saja di Harvard, tetapi di posisi
sebelumnya di Emory University di Georgia dan bahkan ketika sebagai mahasiswa sarjana di
Notre Dame University di Indiana. Darsee dikeluarkan dari Harvard dan ditutup
kemungkinannya untuk menerima dana riset dari pemerintah. Artikelnya di jurnal yang memuat
data palsu tersebut juga telah ditarik kembali.

3. Simpulan

Etika adalah aturan yang dipegang oleh peneliti dalam melakukan riset dan oleh karenanya para
peneliti harus mengetahui dan paham tentang etika ini sebelum melakukan penelitian. Aspek
isu etik dalam penelitian terdiri dari nilai individu peneliti terkait kejujuran dan integritas
personal, serta tanggung jawab terhadap subyek riset terkait izin, kerahasiaan, keanoniman,
dan kesopanan. Subyek penelitian kemudian dimaknai bukan hanya sebagai hal yang
menunjang keberhasilan penelitian, melainkan juga sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan
moral peneliti. Etika riset dilandaskan dalam prosedur yang terdiri dari penghormatan terhadap
harkat dan martabat manusia, penghormatan terhadap privasi dan kerahasiaan subyek
penelitian, keadilan dan inklusivitas, serta memperhitungkan manfaat dan kerugian yang
ditimbulkan penelitian. Ketika peneliti melakukan pelanggaran terhadap etika ini, sanksi yang
dikenakan disesuaikan dengan bentuk pelanggaran. Namun pelanggaran yang terjadi biasanya
berupa plagiarisme ataupun penipuan saintifik oleh akademisi yang berakibat pada pencopotan
gelar, penarikan artikel ilmiah, dan bahkan pencabutan hak-hak akademisi lainnya.

4. Daftar Pustaka:

McMillan, J.H. & Schumacher, Sally. 2001, “Research in Education” New York : Longman.

Sukmadinata, 2008, “Metode Penelitian Pendidikan” Bandung : Remaja Rosdakarya.

Verkuyl, J. 1979, “Etika” Jakarta : Gunung Mulia.

Anda mungkin juga menyukai