USULAN PENELITIAN
Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. Nilawati
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan mini project yang berjudul “Gambaran
Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Kecamatan Krueng Barona
Jaya Kabupaten Aceh Besar”.
Laporan mini project ini merupakan salah satu syarat yang diajukan dalam
menempuh Program Internsip Dokter Indonesia. Seperti yang telah kita ketahui bahwa
Imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui
imunisasi cara perlindunngan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh murah dibandingkan
mengobati seseorang apabila jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Mini project ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran pemberian imunisasi Dasar pada bayi usia 0-12 bulan di
Puskesmas Krueng Barona Jaya, oleh karena itu penulis tertarik melakukan kegiatan mini
project terhadap kasus tersebut.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada pembimbing kami yaitu dr.
Nilawati dan para staf tenaga kesehatan lainnya di puskesmas yang telah bekerjasama
hingga terselesaikannya laporan ini.
Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah karya ilmiah mini project.
Keterbatasan dalam penulisan maupun kajian dibahas mengharapkan masukan terhadap
kegiatan ini, demi perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
iii
Daftar Isi
Table of Contents
iv
Daftar Tabel
v
1. BAB I
PENDAHULUAN
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Angka kematian bayi menjadi
indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karenamerupakan
cerminan dari status kesehatan anak suatu Negara. (WHO, 2012)
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir
sampai bayi belum berusia satu tahun. Survey demografi kesehatan Indonesia
(SDKI ) menyatakan bahwa Indonesia angka kematian bayi (AKB) 2007 adalah
34% per hidup. Menurut laporan yang di sampaikan organisasi medis
kemanusiaan dunia, Medicine Sans Frontieres (MSF) atau dokter lintas batas
yang menyebutkan bahwa Indonesia termasuk 1 dari 6 negara yang teridentifikasi
memiliki jumlah tertinggi anak - anak yang tidak terjangkau imunisasi. Menurut
MSF, sebanyak 70% dari anak –anak yang tidak terjangkau program imunisasi
rutin terbesar di Kongo, India, Nigeria, Ethiopia, Indonesia dan Pakistan. (Fida,
2012)
Program pengembangan imunisasi sudah berjalan sejak tahun 1974 untuk
penyakit penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), Imunisasi
merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui
imunisasi cara perlindunngan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh murah
dibandingkan mengobati seseorang apabila jatuh sakit dan harus dirawat di rumah
sakit. Data terakhir WHO, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa tiap tahun
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi misalnya:batuk rejan
294.000 (20%), tetanus 198.000 (14%), campak 540.000 (38%), di Indonesia
sendiri UNICEF mencatat sekitar 30.000 – 40.000 anak di Indonesia setiap tahun
meninggal karena serangan campak. (Ranuh, 2010)
Imunisasi berarti mengebalkan, memberi kekebalan pasif (diberi antibodi)
yang sudah jadi seperti Hepatitis B imunoglobin pada bayi yang lahir dari ibu
dengan Hepatitis B. Sedangkan vaksinasi berasal dari kata “ vaccine ” yaitu zat
1
yang dapat merangsang timbulnya kekebalan aktif seperti BCG, Polio, DPT,
Hepatitis B dan lain-lain (Sunarti.2012). Imunisasi dasar adalah pemberian
kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya
bagi sesorang. Dengan pengertian lain, imunisasi merupakan cara untuk
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu Antigen. Sehingga,
ia apabila terpapar pada Antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. Menurut
Rizema, P. (2012 ) ada 3 manfaat imunisasi bagi anak, keluarga dan negara adalah
sebagai berikut : 1) Manfaat untuk anak adalah untuk mencegah penderitaan yang
di sebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.; 2) Manfaat
untuk keluarga adalah untuk menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan
apabila anak sakit. Mendorong keluarga kecil apabila orang tua yakin menyalani
masa kanak-kanak dengan aman.; 3) Manfaat untuk negara adalah untuk
mamperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa Indonesia
diantara segenap bangsa di dunia. (Rizema,2012; Rompas 2010)
Untuk itu pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui gambaran
pengetahuan mengenai penyakit hipertensi pada penyandang hipertensi di
Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar.
2
1.4 Manfaat Penelitian
3
2. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.1.Pengertian
Imunisasi dasar adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya bagi sesorang. Dengan pengertian lain, imunisasi
merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
Antigen. Sehingga, ia apabila terpapar pada Antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit.
(Rizema, 2010).
4
1.1.2.2.Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh anak tetapi tidak
membuat zat anti bodi sendiri tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah
memperoleh zat pendek, sehingga proses cepat tetapi tidak bertahan lama.
Kekebalan pasif dibagi dalam dua jenis :
A)Kekebalan pasif alamiah
Merupakan kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir dari ibunya.
B)Kekebalan pasif buatan
Merupakan kekebalan yang diperoleh setelah mendapat suntikan zat
penolak.
1.1.4.Macam-Macam Imunisasi
1.1.4.1.Vaksin BCG
Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit Tuberkulosis (TBC). Vaksin BCG mengandung kuman BCG
(Bacilus Calmette Guerin) yang masih hidup (A.H. Markum, 2010 : 15).
Pemberian imunisasi BCG sebenarnya dilakukan ketika bayi baru lahir
sampai berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada umur 0 – 2 bulan. Imunisasi yang
diberikan pada usia di atas 2 bulan harus dilakukan tes dengan mauntok terlebih
dahulu, untuk mengetahui apakah anak sudah terjangkit penyakit TBC atau tidak.
Apabila hasilnya positif (+) tidak perlu diberikan imunisasi.
Biasanya setelah suntikan BCG bayi tidak akan menderita demam, bila ia
demam setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan keadaan lain. Kekebalan
yang diperoleh tindakan mutlak 100%. Efek samping pada dasarnya tidak ada,
tetapi reaksi secara normal akan timbul selama 1 minggu, seperti pembengkakan
kecil, merah pada tempat penyuntikan yang kemudian akan menjadi pus kecil
dengan garis tengah 10 mm. Luka ini akan sembuh sendiri dan meninggalkan
5
jaringan perut (scar) bergaris 3- 7 mm. Tidak ada larangan untuk melakukan
imunisasi BCG, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC atau menunjukkan uji
mantoux positif.
Cara pemberian imunisasi adalah dengan tempat penyuntikan 1/3 bagian
lengan kanan atas (inertio musculus deltoideus) dilakukan dengna suntikan di
dalam kulit (intra cutan) dengan dosis 0,05 cc.
6
Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, sejak bayi berumur 2 – 11 bulan
dengan selang waktu antara dua penyuntikan minimal 4 minggu. Imunisasi ulang
lainnya diberkan setelah umur 11/2 – 2 tahun. Diulang kembali dengan vaksin DT
pada usia 5-6 tahun dan diulang lagi pada umur 10 tahun.
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan
rasa nyeri ditempat suntikan selama 1 – 2 hari. Kekebalan yang diperoleh dari
vaksin DPT yaitu : vaksin dipteri 80 – 95%, pertusis 50 – 60%, dan tetanus 90 –
95%.
Kadang-kadang terdapat akibat efek samping yang lebih berat, seperti
demam tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan oleh vaksin pertusisnya.
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan
anak-anak yang menderita penyakit kejang, demam kompleks, juga tidak boleh
diberikan kepada anak batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan
dalam tahap awal atau pada penyakit gangguan kekebalan (defisiensi imunisasi).
Juga tidak boleh diberikan bila sakit batuk, pilek, demam atau diare yang sifatnya
ringan bukan merupakan indikasi kontra yang mutlak.
Pemberian tiga kali dengan dosis 0,5 cc dengan interval 4 minggu secara
IM.
1.1.4.3.Vaksin Poliomyelitis
Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
poliomyelitis. Vaksin polio mempunyai 2 kemasan yaitu vaksin yang
mengandung virus polio yang sudah dilemahkan (vaksin salk) dan vaksin yang
mengandung virus polio masih hidup yang telah dilemahkan (virus sabin).
Imunisasi diberikan sejak anak baru lahir atau beberapa hari dengan interval
4 minggu, pemberian ulangan pada umur 1½ - 2 tahun.
Biasanya tidak ada reaksi, namun dapat terjadi berak-berak ringan
kekebalan yang akan diperoleh sebesar 95 – 100%. Pada imunisasi polio hampir
tidak terdapat efek samping bila ada mungkin berupa kelumpuhan anggota gerak
pada penyakit polio sebenarnya. Pemberian vaksin polio tidak boleh diberikan
pada anak dengan diare berat, anak sakit parah dan anak penderita kekebalan.
7
Diberikan dengan cara diteteskan banyak 2 tetes 3 kali pemberian dengan
selama 4 minggu.
1.1.4.4.Vaksin Campak
Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
campak secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak hidup yang telah
dilemahkan.
Diberikan pada bayi umur 9 – 11 bulan dengan satu kali pemberian.
Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi mungkin terjadi demam ringan
dan tampak sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga. Pada hari ke 7 – 8
setelah penyuntikan mungkin pula terdapat pembengkakan pada tempat suntikan,
pada tempat suntikan kekebalan yang memperoleh yaitu 96 – 99%.
Sangat jarang mungkin dapat terjadi kejang yang ringan dan tidak
berbahaya pada hari ke 10 – 12 setelah penyuntikan. Selain itu dapat terjadi
radang otak berupa ensefalitis atau ensepalopati dalam waktu 30 hari setelah
imunisasi.
Anak yang sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, difisiensi gizi
dalam derajat berat, difisiensi kekebalan, demam yang lebih 38 derajat celcius dan
riwayat kejang. Di suntikkan 1/3 bagian lengan atas lengan kiri dengan dosis 0,5
cc.
1.1.4.5.Vaksin hepatitis B
Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit
hepatitis B.
Vaksinasi awal, diberkan 3 kali, jarak antara suntikan 1 ke II 1 – 2 bulan,
sedangkan suntikan ke III diberikan 6 bulan dari suntikan I, imunisasi ulang
diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar.
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan,
yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau pembengkakan, reaksi
ini akan menghilang dalam waktu 2 hari. Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah
demam ringan. Kekebalan yang diperoleh cukup tinggi, berkisar antara 94 – 96%.
8
Selama pemakaian 10 tahun ini tidak dilaporkan adanya efek samping yang
berarti, berbagai suara di masyarakat tentang kemungkinan terjangkit oleh
penyakit AIDS akibat pemberian vaksin hepatitis B yang berasal dari plasma.
Imunisasi tidak dapat diberkan kepada anak yang menderita sakit berat.
Vaksinasi hepatitis B dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan tidak
akan membayangkan janin. Bahkan akan memberkan perlindungan kepada janin
selama dalam kandungan ibu maupun kepada bayi selama beberapa bulan terakhir
lahir.
Penyuntikan diberikan intra muscular, dilakukan di daerah deltoid atau paha
antrolateral dengan dosis Hevac B dewasa 5mg, anak 2,5 mg, hepaccine deweasa
3 mg, anak 1,5 mg, anak 1,5 mg, B hepavac II dewasa 10 mg dan engerix-B
dewasa 20 mg, anak 10 mg dan engerix-B dewasa 20 mg, anak 10 mg.
Keterangan :
BCG diberikan pada umur 0 – 1 bulan
DPT diberikan pada umur 2 – 4 bulan
Polio diberikan pada umur 0 – 4 bulan
Campak diberikan pada umur 9 bulan
HB uniject diberikan pada umur 0 bulan
(Depkes, 2011)
9
2.1.Tujuan Program Imunisasi
2.1.1.Tujuan
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini
penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak
(measles), polio dan tuberkulose (Depkes,2007).
2.1.2.Sasaran
a).Bayi di bawah umur 1 tahun (0 – 11 bulan)
b).Ibu hamil (awal kehamilan – 8 bulan)
c).Wanita usia subur (calon mempelai wanita)
d).Anak sekolah dasar kelas I dan IV
2.1.3.Pemantauan
Pemantauan harus dilakukan oleh semua petugas baik pimpinan program,
supervisor dan petugas vaksinasi. Tujuan pemantauan untuk mengetahui :
a).Sampai dimana keberhasilan kerja kita
b).Mengetahui permasalahan yang ada
c).Hal-hal yang perlu dilakukan untuk exercise, perbaiki program
d).Bantuan yang diharapkan oleh petugas ditingkat bawah.
10
Pengecekan lemari es setiap hari dan catat temperaturnya
Melihat apakah suhu lemari es normal
Hasil imunisasi dibandingkan dengan sasaran yang telah
ditentukan
Peralatan yang cukup untuk penyuntikan yang aman dan
steril
Adakah diantara 6 penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi dijumpai dalam
B).Pemantauan bulanan
Jumlah bayi yang seharusnya diimunisasi setiap bulan :
target bayi 1 tahun
Target 1 bulan = 12
11
Bila garis pencapaian dalam a tahun terlihat di bawah 50 % dari terget,
berarti program belum berhasil
Bila garis pencapaian dalam setahun terlihat di bawah 25% dari terget,
berarti program sama sekali tidak berhasil. Untuk tingkat kabupaten dari
propinsi, maka penilaian diarahkan pada penduduk tiap kecamatan atau
dati II. Disamping itu, pada kedua tingkat ini perlu memperhitungkan
pula / memonitoring efisiensi pemakaian vaksin.
12
Jika imunisasi dilaksanakan dengan baik dan menyeluruh (paling sedikit 80
% balita imunisasi) dengan keefektifan imunisasi mencapai 85 % - 90 %, lebih
kurang 115.000 kematian balita dapat dicegah dengan hal ini tentu juga
berpengaruh terhadap AKB. Selain bahaya kematian seperti yang telah disebutkan
di atas.
13
Tindakan yang dilakukan apabila ditemukan gejala KIPI adalah :
Rangsang dengan wangian atau dengan bahan yang merangsang
Bila belum dapat diatasi dalam waktu 30 menit segera rujuk ke Puskesmas
terdekat
Beri kompres hangat
Jika nyeri mengganggu dapat diberikan paracetamol ½ - 1 tablet
Beri Minum hangat
(Sumber : Dep.Kes.RI, 2006)
14
3. BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.1 Populasi
Populasi target adalah seluruh bayi Usia 0-12 bulan yang melakukan imunisasi
pada bulan Januari sampai Juni 2017 di Puskesmas Krueng Barona Jaya Aceh
Besar.
3.3.2 Sampel
Bayi berusia 0-12 bulan dan terdaftar sebagai pasien Puskesmas Krueng
Barona Jaya Aceh Besar.
15
3.3.5 Besar Sampel
16
17
3.4 Instrumen Penelitian
Metode pengambilan data pada penelitian ini adalah data sekunder dari buku
Register imunisasi Profil puskesmas Krueng Barona Jaya dari bulan Januari-Juni
2017.
Pada penelitian ini, hasil data dengan menggunakan data sekunder secara
deskriptif melalui tabel distribusi yang dikonfirmasikan dalam bentuk presentase
dan narasi.
18
4. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada Agustus 2017 di Poli PTM Puskesmas Krueng
Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. Pada penelitian ini data diperoleh dari data
sekunder yaitu buku register imunisasi profil Puskemas dari bulan Januari - Juni
2017 dan didapatkan sebanyak 1640 bayi.
Jenis kelamin subyek pada penelitian ini didapatkan bayi laki-laki 856
(52,2%) orang dan bayi perempuan 784 (47,8%) orang. Terlihat pemberian
19
jumlah subjek yang melakukan imunisasi terbanyak adalah di bulan Juni
dibandingkan bulan lainnya yaitu sebesar 498 orang (30,3%) sedangkan jumlah
bayi yang melakukan imunisasi bulan Januari sebesar 167 orang (10,1%).
Proporsi jenis kelamin bayi dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Proporsi jenis kelamin bayi usia 0-12 bulan pada bulan Januari-Juni
2017
4.2.2 Distribusi Pemberian Imunisasi Dasar bayi Usia 0-12 bulan pada
Bulan Januari-Juni 2017
Tabel 4.2 Proporsi Pemberian Imunisasi Dasar pada bayi usia 0-12 bulan
Dilihat pada Tabel 4.2 Jumlah imunisasi terbanyak dari bulan Januari-Juni 2017
dalah Polio 1 yaitu 190 (11,5%) orang dan jumlah imunisasi tersedikit ialah
hepatitis B yaitu 127 (7,7%) orang. Terlihat pula peningkatan yang signifikan
pemberian imunisasi dasar pada bulan Juni dibandingkan bulan lainnya.
20
4.3 Pembahasan
21
baik.Anak yang tidak mendapatkan imunisasi tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap
serangan penyakit infeksi tertentu, sehingga anak akan jatuh sakit, mungkin akan
menyebabkan turunnya status gizi. Hal ini karena penyakit infeksi dan fungsi kekebalan
saling berhubungan erat satu sama lain, dan pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi
berupa penurunan status gizi pada anak. (Melisa & Sefti, 2016)
Pengetahuan dari ibu sangat penting demi terjadinya kepatuhan imunisasi
terhadap bayi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat
pengetahuannya sehingga tidak ada faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang. Sumber informasi mengenai imunisasi didapatkan dari
ahli, media cetak ,aupun media elektronik, bahkan dari penyuluhan. Maka
semakin tinggi pengetahuan ibu maka semakin tinggi pula kesadaran untuk
melakukan imunisasi dan secara tepat ibu menerima informasi dan dapat
mengambil keputusan untuk kesehatan bayinya terutama untuk melaksanakan
imunisasi. Dan yang tidak mendapat imunisasi lengkap disebabkan karena
kurangnya pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dan juga masih banyak orang
tua yang percaya terhadap mitos-mitos yang sudah menjadi sehingga takut untuk
membawa bayi untuk memberikan imunisasi.
22
5. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Penelitian ini dapat di jadikan data acuan untuk penelitian selanjutnya untuk
meneliti variable-variabel yang berpengaruh pada pemberian imunisasi
dasar pada bayi.
2. Petugas kesehatan (juru imunisasi dan bidan) dapat meningkatkan kegiatan
penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang imunisasi dasar pada saat
kegiatan posyandu serta mengaktifkan kunjungan rumah untuk sweeping
imunisasi bayi.
3. Bagi ibu yang anaknya belum diimunisasi agar segera membawa bayinya
untuk di imunisasi di posyandu atau ke puskesmas untuk mendapatkan
imunisasi dasar secara lengkap. Buku KIA harap dibaca karena banyak
informasi tentang tumbuh kembang bayi dan informasi tentang imunisasi
dasar.
6.
7.
8.
DAFTAR PUSTAKA
23
Departemen Kesehatan RI. 2006. Buku Panduan Imunisasi. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks
Keluarga. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta: Depkes
RI.
Dinas Kesehatan Aceh Besar. Profil Kecamatan Krueng Barona Jaya
Dompas R. 2010.Buku Saku Bidan : Ilmu Kesehatan Anak Jakarta. Jakarta: ECG.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
Pertemuan Kepala Puskesmas Kota Surabaya.
Fida, Maya. 2012. Pengantar Ilmu kesehatan Anak.Jogjakarta: D- MEDIKA.
Markum, A.H. 2010. Buku Pelayanan Imunisasi EGC
Melisa, Sefti. 2016. Hubungan Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 0-12
Bulan dengan tumbuh kembang di Puskesmas Kembes Kecamatan Tombulu
Kabupaten Minahasa. Vol 4(1): p. 6-7.
Ranuh, Hariyono Suyitno, Sri Rejeki S. 2010.Imunisasi Upaya Pencegahan
Primer. Pedoman Imunisasi di Indonesia,. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Rizema P S. 2012.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidanan Jogjakarta: D- MEDIKA.
Suraatmadja. 2015. Imunisasi. Arcan : Jakarta
1.
WHO. Program Kesehatan Anak dan Remaja. 2002. [cited 2013 15 Februari];
Diakses dari: http://www.who.or.id.
24