Anda di halaman 1dari 28

Cover (silahkan diputihkan tulisan ini)

USULAN PENELITIAN

GAMBARAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI


USIA 0-12 BULAN DI KECAMATAN KRUENG BARONA JAYA
KABUPATEN ACEH BESAR PERIODE JANUARI-JUNI 2017

Disusun oleh:

dr. Shinta Galuh Permata

Pembimbing:
dr. Nilawati

PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA


KABUPATEN ACEH BESAR
2017
Kata Pengantar

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan mini project yang berjudul “Gambaran
Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Kecamatan Krueng Barona
Jaya Kabupaten Aceh Besar”.
Laporan mini project ini merupakan salah satu syarat yang diajukan dalam
menempuh Program Internsip Dokter Indonesia. Seperti yang telah kita ketahui bahwa
Imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui
imunisasi cara perlindunngan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh murah dibandingkan
mengobati seseorang apabila jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Mini project ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran pemberian imunisasi Dasar pada bayi usia 0-12 bulan di
Puskesmas Krueng Barona Jaya, oleh karena itu penulis tertarik melakukan kegiatan mini
project terhadap kasus tersebut.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada pembimbing kami yaitu dr.
Nilawati dan para staf tenaga kesehatan lainnya di puskesmas yang telah bekerjasama
hingga terselesaikannya laporan ini.
Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah karya ilmiah mini project.
Keterbatasan dalam penulisan maupun kajian dibahas mengharapkan masukan terhadap
kegiatan ini, demi perbaikan di masa yang akan datang.

Aceh Besar, September 2017

Penulis

iii
Daftar Isi
Table of Contents

iv
Daftar Tabel

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi....................................................................9


Tabel 4.1 Proporsi jenis kelamin subyek...............................................................20
Tabel 4.2 Proporsi usia subyek..............................................................................20

v
1. BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Angka kematian bayi menjadi
indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karenamerupakan
cerminan dari status kesehatan anak suatu Negara. (WHO, 2012)
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir
sampai bayi belum berusia satu tahun. Survey demografi kesehatan Indonesia
(SDKI ) menyatakan bahwa Indonesia angka kematian bayi (AKB) 2007 adalah
34% per hidup. Menurut laporan yang di sampaikan organisasi medis
kemanusiaan dunia, Medicine Sans Frontieres (MSF) atau dokter lintas batas
yang menyebutkan bahwa Indonesia termasuk 1 dari 6 negara yang teridentifikasi
memiliki jumlah tertinggi anak - anak yang tidak terjangkau imunisasi. Menurut
MSF, sebanyak 70% dari anak –anak yang tidak terjangkau program imunisasi
rutin terbesar di Kongo, India, Nigeria, Ethiopia, Indonesia dan Pakistan. (Fida,
2012)
Program pengembangan imunisasi sudah berjalan sejak tahun 1974 untuk
penyakit penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), Imunisasi
merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui
imunisasi cara perlindunngan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh murah
dibandingkan mengobati seseorang apabila jatuh sakit dan harus dirawat di rumah
sakit. Data terakhir WHO, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa tiap tahun
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi misalnya:batuk rejan
294.000 (20%), tetanus 198.000 (14%), campak 540.000 (38%), di Indonesia
sendiri UNICEF mencatat sekitar 30.000 – 40.000 anak di Indonesia setiap tahun
meninggal karena serangan campak. (Ranuh, 2010)
Imunisasi berarti mengebalkan, memberi kekebalan pasif (diberi antibodi)
yang sudah jadi seperti Hepatitis B imunoglobin pada bayi yang lahir dari ibu
dengan Hepatitis B. Sedangkan vaksinasi berasal dari kata “ vaccine ” yaitu zat

1
yang dapat merangsang timbulnya kekebalan aktif seperti BCG, Polio, DPT,
Hepatitis B dan lain-lain (Sunarti.2012). Imunisasi dasar adalah pemberian
kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya
bagi sesorang. Dengan pengertian lain, imunisasi merupakan cara untuk
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu Antigen. Sehingga,
ia apabila terpapar pada Antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. Menurut
Rizema, P. (2012 ) ada 3 manfaat imunisasi bagi anak, keluarga dan negara adalah
sebagai berikut : 1) Manfaat untuk anak adalah untuk mencegah penderitaan yang
di sebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.; 2) Manfaat
untuk keluarga adalah untuk menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan
apabila anak sakit. Mendorong keluarga kecil apabila orang tua yakin menyalani
masa kanak-kanak dengan aman.; 3) Manfaat untuk negara adalah untuk
mamperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa Indonesia
diantara segenap bangsa di dunia. (Rizema,2012; Rompas 2010)
Untuk itu pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui gambaran
pengetahuan mengenai penyakit hipertensi pada penyandang hipertensi di
Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran pemberian Imunisasi dasar pada bayi usia


0-12 bulan di Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk gambaran pemberian Imunisasi dasar pada bayi usia 0-12


bulan di Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar.

2
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bidang Pelayanan Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan


tambahan informasi sebagai bahan acuan dalam melaksanakan penyuluhan
maupun pendidikan kepada masyarakat mengenai imunisasi.

1.4.2 Bidang Akademis

Laporan ini bermanfaat sebagai sarana serta sumber informasi


mengenai pentingnya pemberian imunisasi dasar yang lengkap untuk bayi
agar terhindar dari penyakit serta merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Dokter Internsip Dokter Indonesia.

3
2. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Imunisasi

1.1.1.Pengertian
Imunisasi dasar adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya bagi sesorang. Dengan pengertian lain, imunisasi
merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
Antigen. Sehingga, ia apabila terpapar pada Antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit.
(Rizema, 2010).

1.1.2.Dua Jenis Kekebalan Yang Ada Pada Tubuh


1.1.2.1.Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk
menolak terhadap penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat
bertahan lama. Kekebalan aktif dibagi dalam 2 kategori :

A) Kekebalan aktif alamiah


Merupakan kekebalan yang dibuat oleh tubuh anak dengan sendiri setelah
mengalami atau sembuh dari suatu penyakit.
B) Kekebalan aktif buatan
Merupakan kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin
(imunisasi).

4
1.1.2.2.Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh anak tetapi tidak
membuat zat anti bodi sendiri tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah
memperoleh zat pendek, sehingga proses cepat tetapi tidak bertahan lama.
Kekebalan pasif dibagi dalam dua jenis :
A)Kekebalan pasif alamiah
Merupakan kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir dari ibunya.
B)Kekebalan pasif buatan
Merupakan kekebalan yang diperoleh setelah mendapat suntikan zat
penolak.

1.1.3.Tujuan Dari Pemberian Imunisasi


a).Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu
b).Mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian (Buku
Pegangan Imunisasi Depkes, 2011).

1.1.4.Macam-Macam Imunisasi
1.1.4.1.Vaksin BCG
Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit Tuberkulosis (TBC). Vaksin BCG mengandung kuman BCG
(Bacilus Calmette Guerin) yang masih hidup (A.H. Markum, 2010 : 15).
Pemberian imunisasi BCG sebenarnya dilakukan ketika bayi baru lahir
sampai berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada umur 0 – 2 bulan. Imunisasi yang
diberikan pada usia di atas 2 bulan harus dilakukan tes dengan mauntok terlebih
dahulu, untuk mengetahui apakah anak sudah terjangkit penyakit TBC atau tidak.
Apabila hasilnya positif (+) tidak perlu diberikan imunisasi.
Biasanya setelah suntikan BCG bayi tidak akan menderita demam, bila ia
demam setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan keadaan lain. Kekebalan
yang diperoleh tindakan mutlak 100%. Efek samping pada dasarnya tidak ada,
tetapi reaksi secara normal akan timbul selama 1 minggu, seperti pembengkakan
kecil, merah pada tempat penyuntikan yang kemudian akan menjadi pus kecil
dengan garis tengah 10 mm. Luka ini akan sembuh sendiri dan meninggalkan

5
jaringan perut (scar) bergaris 3- 7 mm. Tidak ada larangan untuk melakukan
imunisasi BCG, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC atau menunjukkan uji
mantoux positif.
Cara pemberian imunisasi adalah dengan tempat penyuntikan 1/3 bagian
lengan kanan atas (inertio musculus deltoideus) dilakukan dengna suntikan di
dalam kulit (intra cutan) dengan dosis 0,05 cc.

1.1.4.2.Vaksin DPT (Difteria, Pertitis, Tetanus)


Manfaat pemberian informasi ini ialah untuk menimbulkan kekebalan aktif
dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteria, pertusis (batuk rejan) dan
tetanus (A.H. Markum, 2010).
Difteria adalah suatu penyakit yang bersifat toxin mediated disease dan
disebabkan oleh kuman corynebacterivm dipteriae. Termasuk suatu hasil gram
positif. Pada dasarnya semua komplikasi difteria, beratnya penyakit dan
komplikasi biasanya tergantung dari luasnya kelainan lokal angka kematian
difteria masih sangat tinggi dan kelompok usia di bawah lima tahun merupakan
kelompok terbesar yang mengalami kematian.
Pertusis atau batuk rejan atau batuk seratus hari adalah suatu penyakit akut
yang disebabkan oleh bakteri bordetella pertuses. Pertusis juga merupakan
penyakit yang bersifat toxin-medicated dan toksin yang dihasilkan kuman
(melekat pada bulu getar saluran nafas atas) akan melumpuhkan bulu getar
tersebut sehingga menyebabkan gangguan aliran secret saluran pernafasan, dan
berpotensi menyebabkan pneumonia.
Tetanus adalah suatu penyakit akut yang besifat fatal yang disebabkan oleh
oksitosin produksi kuman Clostridium tetanus, kuman tersebut berbentuk batang
dan bersifat anaerobik, gram positif yang mampu menghasilkan spora dengan
berbentuk drumstick, tetanus selain dapat ditemukan pada anak-anak juga
dijumpai kasus tetanus neonatal yang cukup fatal. Komplikasi tetanus yang sering
terjadi antara lain : laringospasme, infeksi nosokomial dan preumonia ortotastik.
Pada anak besar sering terjadi hiperpireksi yang juga merupakan tanda tetanus
berat.

6
Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, sejak bayi berumur 2 – 11 bulan
dengan selang waktu antara dua penyuntikan minimal 4 minggu. Imunisasi ulang
lainnya diberkan setelah umur 11/2 – 2 tahun. Diulang kembali dengan vaksin DT
pada usia 5-6 tahun dan diulang lagi pada umur 10 tahun.
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan
rasa nyeri ditempat suntikan selama 1 – 2 hari. Kekebalan yang diperoleh dari
vaksin DPT yaitu : vaksin dipteri 80 – 95%, pertusis 50 – 60%, dan tetanus 90 –
95%.
Kadang-kadang terdapat akibat efek samping yang lebih berat, seperti
demam tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan oleh vaksin pertusisnya.
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan
anak-anak yang menderita penyakit kejang, demam kompleks, juga tidak boleh
diberikan kepada anak batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan
dalam tahap awal atau pada penyakit gangguan kekebalan (defisiensi imunisasi).
Juga tidak boleh diberikan bila sakit batuk, pilek, demam atau diare yang sifatnya
ringan bukan merupakan indikasi kontra yang mutlak.
Pemberian tiga kali dengan dosis 0,5 cc dengan interval 4 minggu secara
IM.

1.1.4.3.Vaksin Poliomyelitis
Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
poliomyelitis. Vaksin polio mempunyai 2 kemasan yaitu vaksin yang
mengandung virus polio yang sudah dilemahkan (vaksin salk) dan vaksin yang
mengandung virus polio masih hidup yang telah dilemahkan (virus sabin).
Imunisasi diberikan sejak anak baru lahir atau beberapa hari dengan interval
4 minggu, pemberian ulangan pada umur 1½ - 2 tahun.
Biasanya tidak ada reaksi, namun dapat terjadi berak-berak ringan
kekebalan yang akan diperoleh sebesar 95 – 100%. Pada imunisasi polio hampir
tidak terdapat efek samping bila ada mungkin berupa kelumpuhan anggota gerak
pada penyakit polio sebenarnya. Pemberian vaksin polio tidak boleh diberikan
pada anak dengan diare berat, anak sakit parah dan anak penderita kekebalan.

7
Diberikan dengan cara diteteskan banyak 2 tetes 3 kali pemberian dengan
selama 4 minggu.

1.1.4.4.Vaksin Campak
Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
campak secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak hidup yang telah
dilemahkan.
Diberikan pada bayi umur 9 – 11 bulan dengan satu kali pemberian.
Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi mungkin terjadi demam ringan
dan tampak sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga. Pada hari ke 7 – 8
setelah penyuntikan mungkin pula terdapat pembengkakan pada tempat suntikan,
pada tempat suntikan kekebalan yang memperoleh yaitu 96 – 99%.
Sangat jarang mungkin dapat terjadi kejang yang ringan dan tidak
berbahaya pada hari ke 10 – 12 setelah penyuntikan. Selain itu dapat terjadi
radang otak berupa ensefalitis atau ensepalopati dalam waktu 30 hari setelah
imunisasi.
Anak yang sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, difisiensi gizi
dalam derajat berat, difisiensi kekebalan, demam yang lebih 38 derajat celcius dan
riwayat kejang. Di suntikkan 1/3 bagian lengan atas lengan kiri dengan dosis 0,5
cc.

1.1.4.5.Vaksin hepatitis B
Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit
hepatitis B.
Vaksinasi awal, diberkan 3 kali, jarak antara suntikan 1 ke II 1 – 2 bulan,
sedangkan suntikan ke III diberikan 6 bulan dari suntikan I, imunisasi ulang
diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar.
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan,
yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau pembengkakan, reaksi
ini akan menghilang dalam waktu 2 hari. Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah
demam ringan. Kekebalan yang diperoleh cukup tinggi, berkisar antara 94 – 96%.

8
Selama pemakaian 10 tahun ini tidak dilaporkan adanya efek samping yang
berarti, berbagai suara di masyarakat tentang kemungkinan terjangkit oleh
penyakit AIDS akibat pemberian vaksin hepatitis B yang berasal dari plasma.
Imunisasi tidak dapat diberkan kepada anak yang menderita sakit berat.
Vaksinasi hepatitis B dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan tidak
akan membayangkan janin. Bahkan akan memberkan perlindungan kepada janin
selama dalam kandungan ibu maupun kepada bayi selama beberapa bulan terakhir
lahir.
Penyuntikan diberikan intra muscular, dilakukan di daerah deltoid atau paha
antrolateral dengan dosis Hevac B dewasa 5mg, anak 2,5 mg, hepaccine deweasa
3 mg, anak 1,5 mg, anak 1,5 mg, B hepavac II dewasa 10 mg dan engerix-B
dewasa 20 mg, anak 10 mg dan engerix-B dewasa 20 mg, anak 10 mg.

1.1.5. Jadwal Pemberian Imunisasi


2.1 Tabel Jadwal Pemberian Imunisasi

Waktu pemberian (umur / bulan)


Imunisasi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
BCG
DPT I II III
Polio I II III IV
Campak
HB

Keterangan :
BCG diberikan pada umur 0 – 1 bulan
DPT diberikan pada umur 2 – 4 bulan
Polio diberikan pada umur 0 – 4 bulan
Campak diberikan pada umur 9 bulan
HB uniject diberikan pada umur 0 bulan
(Depkes, 2011)

9
2.1.Tujuan Program Imunisasi
2.1.1.Tujuan
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini
penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak
(measles), polio dan tuberkulose (Depkes,2007).

2.1.2.Sasaran
a).Bayi di bawah umur 1 tahun (0 – 11 bulan)
b).Ibu hamil (awal kehamilan – 8 bulan)
c).Wanita usia subur (calon mempelai wanita)
d).Anak sekolah dasar kelas I dan IV

2.1.3.Pemantauan
Pemantauan harus dilakukan oleh semua petugas baik pimpinan program,
supervisor dan petugas vaksinasi. Tujuan pemantauan untuk mengetahui :
a).Sampai dimana keberhasilan kerja kita
b).Mengetahui permasalahan yang ada
c).Hal-hal yang perlu dilakukan untuk exercise, perbaiki program
d).Bantuan yang diharapkan oleh petugas ditingkat bawah.

Hal-hal yang perlu dipantau (dimonitor) :


a).Angka drop out
b).Pengelola vaksin dan colk chain
c).Pengamatan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

Dilihat dari waktu, maka pemantauan dapat dilakukan dalam :


A) Pemantauan ringan
Pemantauan ringan memantaukan hal-hal sebagai berikut :
 Apakah pelaksanaan memantau sesuai dengan jadwal
 Apakah vaksin cukup

10
 Pengecekan lemari es setiap hari dan catat temperaturnya
 Melihat apakah suhu lemari es normal
 Hasil imunisasi dibandingkan dengan sasaran yang telah
ditentukan
 Peralatan yang cukup untuk penyuntikan yang aman dan
steril
 Adakah diantara 6 penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi dijumpai dalam

B).Pemantauan bulanan
Jumlah bayi yang seharusnya diimunisasi setiap bulan :
target bayi 1 tahun
Target 1 bulan = 12

Presentasi bayi yang mendapat imunisasi setiap bulan :


Jumlah yang menerima ( missal DPT)
= 100 %
Target perbulan

Cara menghitung target perbulan dari penduduk :


target bayi pertahun
Untuk terget perbulan : 12
Cara untuk memantau cakupan imunisasi dapat dilakukan melalui beberapa
cara antara lain :
 Cakupan dari bulan ke bulan dibandingkan dengan garis target, dapat
digambarkan masing-masing bulan atau dengan cara kumulatif
 Hasil cakupan per triwulan untuk masing-masing desa
 Untuk mengetahui keberhasilan program dapat dengan melihat hal-hal
sebagai berikut :
 Bila garis pencapaian dalam a tahun terlihat antara 75 % - 100 % dari
target, berarti program sangat berhasil
 Bila garis pencapaian dalam a tahun terlihat antara 50 % - 100 % dari
target, berarti program cukup berhasil

11
 Bila garis pencapaian dalam a tahun terlihat di bawah 50 % dari terget,
berarti program belum berhasil
 Bila garis pencapaian dalam setahun terlihat di bawah 25% dari terget,
berarti program sama sekali tidak berhasil. Untuk tingkat kabupaten dari
propinsi, maka penilaian diarahkan pada penduduk tiap kecamatan atau
dati II. Disamping itu, pada kedua tingkat ini perlu memperhitungkan
pula / memonitoring efisiensi pemakaian vaksin.

Rendahnya cakupan imunisasi dapat disebabkan antara lain :


 Jadwal imunisasi kurang baik
 Jadwal yang sudah dibuat tidak ditepati
 Belum adanya sistim pemantauan yang baik
 Masyarakat belum menyadari pentingnya imunisasi

Hal-hal yang dapat meningkatkan cakupan imunisasi antara lain :


 Jadwal yang baik
 Jadwal yang sudah dibuat ditepati
 Adanya sistem pemantauan yang baik
 Penampilan petugas imunisasi cukup baik
(Depkes, 2007)

2.2 Kematian Bayi


Angka kematian bayi pada akhir pelita V, masih cukup tinggi yaitu 58
perseribu kelahiran hidup. Sekitar 38 % penyebab kematian bayi adalah akibat
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Angka kematian bayi
masih didapatkan sebesar 10,6 per 1000 anak balita. Seperti halnya dengan bayi
sekitar 31 % penyebab kematian balita adalah penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi yaitu, saluran pernafasan, polio dan lain-lain (Depkes RI, 2006).
Salah-satu indikator yang penting untuk mengetahui derajat kesehatan di
suatu Negara adalah banyaknya bayi (umur 0 – 12 bulan) yang meninggal per
1000 kelahiran hidup yang disebut angka kematian bayi (AKB) (Suratmaja,
2015).

12
Jika imunisasi dilaksanakan dengan baik dan menyeluruh (paling sedikit 80
% balita imunisasi) dengan keefektifan imunisasi mencapai 85 % - 90 %, lebih
kurang 115.000 kematian balita dapat dicegah dengan hal ini tentu juga
berpengaruh terhadap AKB. Selain bahaya kematian seperti yang telah disebutkan
di atas.

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI adverse events following


immunization) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa
1 bulan setelah imunisasi
Tidak semua kejadian KIPI disebabkan oleh imunisasi karena sebagian
besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Oleh karena itu untuk
menentukan KIPI diperlukan keterangan-keterangan mengenai :
 Besar frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin tertentu
 Sifat kelainan tersebut lokal atau sistemik
 Derajat sakit resipien, apakah memerlukan perawatan, menderita cacat,
atau menyebabkan kematian.
 Apakah penyebab dapat disebabkan, diduga atau tidak terbukti.
 Apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan dengan vaksin,
kesalahan produksi atau kesalahan prosedur.

Penyebab KIPI dibagi menjadi 5 kelompok:


 Karena kesalah program/teknik pelaksanaan imunisasi
 Reaksi suntikan
 Induksi vaksin
 Faktor kebetulan
 Penyebab tidak atau belum diketahui

Gejala klinis KIPI Jenis vaksin DPT HB kombinasi adalah :


 Syok anafilaksis
 Neuritis brakhial
 Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian

13
Tindakan yang dilakukan apabila ditemukan gejala KIPI adalah :
 Rangsang dengan wangian atau dengan bahan yang merangsang
 Bila belum dapat diatasi dalam waktu 30 menit segera rujuk ke Puskesmas
terdekat
 Beri kompres hangat
 Jika nyeri mengganggu dapat diberikan paracetamol ½ - 1 tablet
 Beri Minum hangat
(Sumber : Dep.Kes.RI, 2006)

14
3. BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Metode


penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara
obyektif dengan hasil akan dijabarkan dalam bentuk persentase.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Krueng Barona Jaya Kota Banda


Aceh. Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus 2017.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi target adalah seluruh bayi Usia 0-12 bulan yang melakukan imunisasi
pada bulan Januari sampai Juni 2017 di Puskesmas Krueng Barona Jaya Aceh
Besar.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi target yang memenuhi kriteria


sampel penelitian. Pada penelitian ini, sampel diambil dengan metode
total sampling.

3.3.3 Kriteria Penerimaan (Kriteria Inklusi)

Bayi berusia 0-12 bulan dan terdaftar sebagai pasien Puskesmas Krueng
Barona Jaya Aceh Besar.

3.3.4 Kriteria Penolakan (Kriteria Eksklusi)

Rekam Medik yang tidak lengkap.

15
3.3.5 Besar Sampel

Besar sampel yang diperlukan pada studi deskriptif ini adalah


menggunakan total sampling, yakni semua bayi yang datang untuk
dilakukan imunisasi ke Puskesmas Krueng Barona Jaya.

16
17
3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan adalah checklist pemberian imunisasi pada bayi


berdasarkan buku Register imunisasi Profil puskesmas Krueng Barona Jaya dari
bulan Januari-Juni 2017.

3.5 Teknik Pengambilan Data

Metode pengambilan data pada penelitian ini adalah data sekunder dari buku
Register imunisasi Profil puskesmas Krueng Barona Jaya dari bulan Januari-Juni
2017.

3.6 Prosedur Penelitian

Peneliti mengambil data secara retrospektif pada buku Register imunisasi


Profil Puskesmas Krueng Barona Jaya, kemudian dimasukkan ke dalam checklist
imunisasi dasar (BCG,Hepatitis B, Polio, DPT/HB,dan Campak). Kemudian data
diolah dan disajikan secara deskriptif serta memberikan kesimpulan.

3.7 Analisis Data Penelitian

Pada penelitian ini, hasil data dengan menggunakan data sekunder secara
deskriptif melalui tabel distribusi yang dikonfirmasikan dalam bentuk presentase
dan narasi.

18
4. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Komunitas Umum

Krueng Barona Jaya adalah salah satu dari 23 kecamatan di Kabupaten


Aceh Besar, Provinsi Aceh, Indonesia. Kecamatan ini terletak di dekat wilayah
Ulee Kareng, Banda Aceh. Kecamatan Krueng Barona Jaya terdiri dari 12 Desa
dan 3 Mukim, yaitu Kemukiman Ulee Kareng/Lamreung yang terdiri dari 3 desa
(Lueng Ie, Meunasah Papeun, dan Meunasah Baktrieng). Kemukiman Lam Ujong
yang terdiri dari 6 desa (Meunasah Baet, Meunasah Intan, Meunasah Manyang,
Gla Meunasah Baro, Rumpet dan Lamgapang), dan Kemukiman Pango yang
terdiri dari 3 desa (Miruk, Gla Deyah dan Lampermai). Lamreung dikenal sebagai
kampung halaman seorang pahlawan nasional Aceh, yaitu Teuku Nyak Arief yang
dimakamkan di wilayah tersebut.
Secara administrasi Puskesmas Krueng Barona Jaya Kecamatan Krueng
Barona Jaya merupakan salah satu kecamatan dalam kabupaten Aceh Besar yang
berada dalam wilayah Provinsi Aceh dan merupakan Pemekaran di wilayah
Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar Bulan Maret tahun 2005.
Jumlah tenaga kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Krueng Barona
Jaya adalah 78 orang. Distribusi tenaga kesehatan terdiri dari berbagai disiplin
ilmu untuk melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terdiri
dari pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai tidak tetap (PTT). (Dinkes)

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Agustus 2017 di Poli PTM Puskesmas Krueng
Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. Pada penelitian ini data diperoleh dari data
sekunder yaitu buku register imunisasi profil Puskemas dari bulan Januari - Juni
2017 dan didapatkan sebanyak 1640 bayi.

4.2.1 Karakteristik Subyek

Jenis kelamin subyek pada penelitian ini didapatkan bayi laki-laki 856
(52,2%) orang dan bayi perempuan 784 (47,8%) orang. Terlihat pemberian

19
jumlah subjek yang melakukan imunisasi terbanyak adalah di bulan Juni
dibandingkan bulan lainnya yaitu sebesar 498 orang (30,3%) sedangkan jumlah
bayi yang melakukan imunisasi bulan Januari sebesar 167 orang (10,1%).
Proporsi jenis kelamin bayi dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Proporsi jenis kelamin bayi usia 0-12 bulan pada bulan Januari-Juni
2017

Karakteristik Jan Feb Mar Apr Mei Juni Total


Jenis Kelamin
a. Laki-laki 103 120 114 152 117 250 856
b. Perempuan 64 117 118 122 115 248 784
Total 167 237 232 274 232 498 1640

4.2.2 Distribusi Pemberian Imunisasi Dasar bayi Usia 0-12 bulan pada
Bulan Januari-Juni 2017

Tabel 4.2 Proporsi Pemberian Imunisasi Dasar pada bayi usia 0-12 bulan

Imunisasi Jan Feb Mar Apr Mei Jun Total


BCG 22 31 34 21 29 29 166
Hepatitis B 14 39 22 30 5 17 127
(usia <7 hari)
DPT/HB (1) 17 20 23 32 24 52 168
DPT/HB (2) 13 19 21 27 30 41 151
DPT/HB (3) 16 22 17 25 22 64 166
Polio 1 23 29 35 23 28 52 190
Polio 2 18 27 19 36 24 55 179
Polio 3 13 18 21 25 28 58 163
Polio 4 15 17 18 29 24 62 165
Campak 16 15 22 26 18 68 165
Total 167 237 232 274 232 498 1640

Dilihat pada Tabel 4.2 Jumlah imunisasi terbanyak dari bulan Januari-Juni 2017
dalah Polio 1 yaitu 190 (11,5%) orang dan jumlah imunisasi tersedikit ialah
hepatitis B yaitu 127 (7,7%) orang. Terlihat pula peningkatan yang signifikan
pemberian imunisasi dasar pada bulan Juni dibandingkan bulan lainnya.

20
4.3 Pembahasan

Imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan


penyakit melalui imunisasi cara perlindunngan terhadap infeksi yang paling
efektif dan jauh murah dibandingkan mengobati seseorang apabila jatuh sakit dan
harus dirawat di rumah sakit. (Ranuh, 2010)
Data dari Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, dan Kesehatan
Matra, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungann
Departemen Kesehatan Indonesia, pada tanggal 27 mei 2011 menunjukkan angka
cakupan imunisasi di tahun 2010 adalah campak 89,5%, DTP-3 90,4%, polio-4
87,4%, dan hepatitis B-3 mencapai 91%. Dari data yang ada, terlihat angka
cakupan imunisasi dasar di Indonesia sudah cukup tinggi, namun pada beberapa
daerah masih ditemukan angka cakupan di bawah standar nasional. (Depkes RI,
2011)
Imunisasi dasar adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya bagi sesorang. Dengan pengertian lain,
imunisasi merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu Antigen. Sehingga, ia apabila terpapar pada Antigen yang serupa,
tidak terjadi penyakit. Menurut Rizema, P. ada 3 manfaat imunisasi bagi anak,
keluarga dan negara adalah sebagai berikut : 1) Manfaat untuk anak adalah untuk
mencegah penderitaan yang di sebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat
atau kematian.; 2) Manfaat untuk keluarga adalah untuk menghilangkan
kecemasan dan biaya pengobatan apabila anak sakit. Mendorong keluarga kecil
apabila orang tua yakin menyalani masa kanak-kanak dengan aman.; 3) Manfaat
untuk negara adalah untuk mamperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki
citra bangsa Indonesia diantara segenap bangsa di dunia. (Rizema, 2012).
Imunisasi merupakan domain yang sangat penting untuk memiliki status gizi yang
baik. Imunisasi yang lengkap biasanya menghasilkan status gizi yang baik.Sebagai
contoh adalah dengan imunisasi seorang anak tidak mudah terserang penyakit yang
berbahaya, sehingga anak lebih sehat, dengan tubuh / status sehat asupan makanan dapat
masuk dengan baik, nutrisi pun terserap dengan baik.Nutrisi yang terserap oleh tubuh
bayi dimanfaatkan untuk pertumbuhannya, sehingga menghasilkan status gizi yang

21
baik.Anak yang tidak mendapatkan imunisasi tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap
serangan penyakit infeksi tertentu, sehingga anak akan jatuh sakit, mungkin akan
menyebabkan turunnya status gizi. Hal ini karena penyakit infeksi dan fungsi kekebalan
saling berhubungan erat satu sama lain, dan pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi
berupa penurunan status gizi pada anak. (Melisa & Sefti, 2016)
Pengetahuan dari ibu sangat penting demi terjadinya kepatuhan imunisasi
terhadap bayi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat
pengetahuannya sehingga tidak ada faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang. Sumber informasi mengenai imunisasi didapatkan dari
ahli, media cetak ,aupun media elektronik, bahkan dari penyuluhan. Maka
semakin tinggi pengetahuan ibu maka semakin tinggi pula kesadaran untuk
melakukan imunisasi dan secara tepat ibu menerima informasi dan dapat
mengambil keputusan untuk kesehatan bayinya terutama untuk melaksanakan
imunisasi. Dan yang tidak mendapat imunisasi lengkap disebabkan karena
kurangnya pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dan juga masih banyak orang
tua yang percaya terhadap mitos-mitos yang sudah menjadi sehingga takut untuk
membawa bayi untuk memberikan imunisasi.

22
5. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Semakin tinggi pengetahuan ibu maka semakin tinggi pula kesadaran


untuk melakukan imunisasi dan secara tepat ibu menerima informasi dan
dapat mengambil keputusan untuk kesehatan bayinya terutama untuk
melaksanakan imunisasi.
Imunisasi merupakan domain yang sangat penting untuk memiliki
status gizi yang baik. Imunisasi yang lengkap biasanya menghasilkan status
gizi yang baik.

5.2 Saran

1. Penelitian ini dapat di jadikan data acuan untuk penelitian selanjutnya untuk
meneliti variable-variabel yang berpengaruh pada pemberian imunisasi
dasar pada bayi.
2. Petugas kesehatan (juru imunisasi dan bidan) dapat meningkatkan kegiatan
penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang imunisasi dasar pada saat
kegiatan posyandu serta mengaktifkan kunjungan rumah untuk sweeping
imunisasi bayi.
3. Bagi ibu yang anaknya belum diimunisasi agar segera membawa bayinya
untuk di imunisasi di posyandu atau ke puskesmas untuk mendapatkan
imunisasi dasar secara lengkap. Buku KIA harap dibaca karena banyak
informasi tentang tumbuh kembang bayi dan informasi tentang imunisasi
dasar.

6.
7.
8.

DAFTAR PUSTAKA

23
Departemen Kesehatan RI. 2006. Buku Panduan Imunisasi. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks
Keluarga. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta: Depkes
RI.
Dinas Kesehatan Aceh Besar. Profil Kecamatan Krueng Barona Jaya
Dompas R. 2010.Buku Saku Bidan : Ilmu Kesehatan Anak Jakarta. Jakarta: ECG.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
Pertemuan Kepala Puskesmas Kota Surabaya.
Fida, Maya. 2012. Pengantar Ilmu kesehatan Anak.Jogjakarta: D- MEDIKA.
Markum, A.H. 2010. Buku Pelayanan Imunisasi EGC
Melisa, Sefti. 2016. Hubungan Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 0-12
Bulan dengan tumbuh kembang di Puskesmas Kembes Kecamatan Tombulu
Kabupaten Minahasa. Vol 4(1): p. 6-7.
Ranuh, Hariyono Suyitno, Sri Rejeki S. 2010.Imunisasi Upaya Pencegahan
Primer. Pedoman Imunisasi di Indonesia,. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Rizema P S. 2012.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidanan Jogjakarta: D- MEDIKA.
Suraatmadja. 2015. Imunisasi. Arcan : Jakarta
1.
WHO. Program Kesehatan Anak dan Remaja. 2002. [cited 2013 15 Februari];
Diakses dari: http://www.who.or.id.

24

Anda mungkin juga menyukai