Survei Gps
Survei Gps
com/2011/06/gnss-cors-untuk-survei-
kadastral.html
Data layanan CORS meliputi data dalam format RINEX dan streaming
NTRIP. Data RINEX dapat diunduh untuk kemudian diolah dengan
menggunakan software komersial (LGO, TGO, GPSurvey, Pinnacle, dll)
maupun scientific (GAMIT, Bernese, dll). Pemrosesan dapat dilakukan
dengan men-diferensialkan data RINEX dari CORS dengan data RINEX
hasil pengukuran klien. Koreksi data GPS dalam format RTCM ini
digunakan untuk penentuan posisi secara real-time (RTK atau DGPS)
Aplikasi CORS
CORS dapat diaplikasikan untuk berbagai macam keperluan seperti
pemetaan bidang tanah, navigasi pesawat terbang, kapal laut maupun
kendaraan di darat , survei pemetaan skala besar, pemantauan deformasi/
pergeseran struktur bangunan besar seperti jembatan, bendungan dan
bangunan bertingkat dan monitoring bangunan situs purbakala seperti
candi.Kisaran ketelitian aplikasi CORS untuk post-processing survei statik
hampir sama dengan post-processing survei statik konvensional,
sedangkan kisaran ketelitian aplikasi CORS untuk RTK dan DGPS secara
umum adalah:
• RTK dengan menggunakan data fase: kisaran 1cm + 1ppm s/d 2cm +
2ppm (untuk jarak sekitar 30km, akurasi turun sampai 3 - 4cm)
• Menggunakan data kode: kisaran 1m dalam radius jarak sampai dengan
200km
Teknologi GNSS CORS ini relatif baru di Indonesia, sehingga belum
banyak dikenal oleh masyarakat termasuk masyarakat yang berkecimpung
dalam survey pemetaan.
2. http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&sl=en&u=http://www.furuno.com/en/gnss/technical/tec_multi&pre
v=search
3. http://pengenalangps.blogspot.com/2011/01/metode-penentuan-posisi-
absolute.html
Metode penentuan posisi absolute
Berkaitan dengan penentuan posisi secara absolut,ada beberapa catatan yang
perlu diperhatikan yaitu:
Metode ini kadang dinamakan juga metode point positioning,karena
penentuan posisi dapat dilakukan per titik tanpa bergantung pada titik
lainnya
Posisi ditentukan dalam sistem WGS-84 terhadap pust massa bumi
Untuk penentuan posisi hanya memerlukan sau receiver GPS,dan tipe
receiver yang umum digunakan untuk keperluan ini adalah tipe navigasi atau
kadang dinamakan tipe genggam (hand held).
Titik yang ditentukan posisisnya bisa dalam keadaan diam (moda
statik)maupun dalam keadaan bergerak (moda kinematik),
Ketelitian posisi yang diperoleh sangat bergantung pada tingkat ketelitian
data serta geometri dari satelit.
Aplikasi utama dari metode ini adalah untuk keperluan navigasi atau
aplikasi-aplikasi lain yang memerlukan informasi posisi yang tidak terlalu
teliti tapi tersedia secara instan (real time), seperti untuk keperluan
reconnaissance danground truthing.
Dalam hal ini ada dua level ketelitian yang diberikan oleh
GPS,yaitu yang dinamakan SPS (Standard Positioning Service) dan PPS
(Precise Positioning Service). SPS adalah pelayanan standar yang
diberikan oleh GPS secara umum kepada siapa saja tanpa dipungut
biaya,dengan mengasumsikan penggunaan kode-C/A. Tingkat ketelitian
yang diberikan adalah tingkat ketelitian ysng sudah secara sengaja
diturunkan dengan menerapkan kebijaksanaan Selective Availability(SA).
Tingkat ketelitian posisi tipikal yang diberikan dalam hal ini adalah sekitar
100 m (horisontal) dengan tingkat kepercayaan 95%. PPS adalah
pelayanan yang dikhusukan untuk pihak militer amerika serikat serta
pihak-pihak yang diizinkan,melalui pemakaian kode-P yang terdapat pada
2 frekuens,L1 dan L2. Disamping itu PPS ini juga mempunyai
karakteristik anti-jamming (sinyal yang lebih kuat),anti-spoofing,dan
bebas dari pengaruh SA. Tingkat ketelitian yang diberikan dalam hal ini
adalah sekitar 21 m(horisontal) dengan tingkat ketelitian 95 %. Tingkat
ketelitian tersebut dapat secara dramatis ditingkatkan dengan
menggunakan metode penentuan posisi diferensial (differential
positioning) dan juga data pengamatan fase.Pada penentuan posisi secara
absolut pada suatu epok dengan menggunakan pseudorange, ada empat
parameter yang harus ditentukan /diestimasi yaitu:
Parameter koordinat (X,Y,Z)
Parameter kesalahan jam receiver GPS.
4. http://geoexpose.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false-en-us-
x-none.html
5. http://fikriflux.blogspot.com/2015/03/pengamatan-geodinamika-
dengan.html
Land subsidence (penurunan tanah) adalah suatu fenomena alam yang banyak
terjadi di kota-kota besar yang berdiri di atas lapisan sedimen, seperti Jakarta,
Semarang, Bangkok, Shanghai, dan Tokyo. Dari studi penurunan tanah yang
dilakukan selama ini, diidentifikasi ada beberapa faktor penyebab terjadinya
penurunan tanah yaitu : pengambilan air tanah yang berlebihan, penurunan karena
beban bangunan, penurunan karena adanya konsolidasi alamiah dari lapisan-
lapisan tanah, serta penurunan karena gaya-gaya tektonik. Dari empat tipe
penurunan tanah ini, penurunan akibat pengambilan air tanah yang berlebihan
dipercaya sebagai salah satu tipe penurunan tanah yang dominan untuk kota-kota
besar tersebut.
Karena data dan informasi tentang penurunan muka tanah akan sangat bermanfaat
bagi aspek- aspek pembangunan seperti untuk perencanaan tata ruang (diatas
maupun di bawah permukaan tanah), perencanaan pembangunan
sarana/prasarana, pelestarian lingkungan, pengendalian dan pengambilan airtanah,
pengendalian intrusi air laut, serta perlindungan masyarakat (linmas) dari dampak
penurunan tanah (seperti terjadinya banjir); maka sudah sewajarnya bahwa
informasi tentang karakteristik penurunan tanah ini perlu diketahui dengan sebaik-
baiknya dan kalau bisa sedini mungkin. Dengan kata lain fenomena penurunan
tanah perlu dipelajari dan dipantau secara berkesinambungan.
Pada prinsipnya, penurunan tanah dari suatu wilayah dapat dipantau dengan
menggunakan beberapa metode, baik itu metode-metode hidrogeologis (e.g.
pengamatan level muka air tanah serta pengamatan dengan ekstensometer dan
piezometer yang diinversikan kedalam besaran penurunan muka tanah) dan
metode geoteknik, maupun metode-metode geodetik seperti survei sipat datar
(leveling), survei gaya berat mikro, survei GPS (Global Positioning System), dan
InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar).
3. Teknik Pemantauan Land Subsidance Dengan GPS Geodetik
GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang berbasiskan pada
pengamatan satelit-satelit Global Positioning System [Abidin, 2000; Hofmann-
Wellenhof et al., 1997]. Prinsip studi penurunah tanah dengan metode survei GPS
yaitu dengan menempatkan beberapa titik pantau di beberapa lokasi yang dipilih,
secara periodik untuk ditentukan koordinatnya secara teliti dengan menggunakan
metode survei GPS. Dengan mempelajari pola dan kecepatan perubahan koordinat
dari titik-titik tersebut dari survei yang satu ke survei berikutnya, maka
karakteristik penurunan tanah akan dapat dihitung dan dipelajari lebih lanjut.
GPS memberikan nilai vektor pergerakan tanah dalam tiga dimensi (dua
komponen horisontal dan satu komponen vertikal). Jadi disamping memberikan
informasi tentang besarnya penurunan muka tanah, GPS juga sekaligus
memberikan informasi tentang pergerakan tanah dalam arah horisontal.
GPS memberikan nilai vektor pergerakan dan penurunan tanah dalam suatu sistem
koordinat referensi yang tunggal. Dengan itu maka GPS dapat digunakan untuk
memantau pergerakan suatu wilayah secara regional secara efektif dan efisien.
GPS dapat memberikan nilai vektor pergerakan dengan tingkat presisi sampai
beberapa mm, dengan konsistensi yang tinggi baik secara spasial maupun
temporal. Dengan tingkat presisi yang tinggi dan konsisten ini maka diharapkan
besarnya pergerakan dan penurunan tanah yang kecil sekalipun akan dapat
terdeteksi dengan baik.
GPS dapat dimanfaatkan secara kontinyu tanpa tergantung waktu (siang maupun
malam), dalam segala kondisi cuaca. Dengan karakteristik semacam ini maka
pelaksanaan survei GPS untuk pemantauan pergerakan dan penurunan muka tanah
dapat dilaksanakan secara efektif dan fleksibel.
Fenomena land subsidence (penurunan tanah) ini merupakan salah satu faktor
yang cukup signifikan penyebab terjadinya banjir di suatu daerah atau kawasan.
Ketika titik-titik yang mewakili suatu kawasan mengalami penurunan, yang
menyebabkan daerah tersebut menjadi lebih rendah dari tempat-tempat lainnya
(membuat cekungan), atau malah lebih rendah dari bentang hidrologi yang ada di
sekitarnya, maka daerah tersebut akan menjadi daerah yang berpotensi banjir
terutama ketika musim hujan tiba.
Dari hasil pengolahan data survey GPS memang diperoleh informasi mengenai
adanya penurunan tanah di wilayah Bandung, dimana daerah Cimahi, Dayeuh
Kolot, dan Cicalengka merupakan wilayah yang cukup signifikan terjadi
penurunan tanah. Besarnya penurunan tanah di wilayah Bandung selama lima
periode ini rata–rata berkisar antara beberapa centimeter sampai beberapa
desimeter, dan di daerah yang disebutkan di atas mencapai beberapa puluh
centimeter. Daerah-daerah tersebut adalah merupakan daerah Industri yang
memang mengkonsumsi air tanah yang cukup banyak
6. http://geomaticsandsurveying.blogspot.com/2009/12/metode-penentuan-
posisi-dengan-gps.html
8. http://mazprie82geodesi.blogspot.com/2010/11/gnss-cors.html
INTISARI
Perkembangan teknologi informasi telah merubah sebagian besar metode
pekerjaan dari yang semula banyak mengandalkan analog menjadi digital. Tidak
terkecuali dalam pekerjaan surney dan pemetaan yang erat kaitannya dengan
penentuan posisi di muka bumi. Perkembangan ini secara disadari atau tidak telah
membawa perubahan yang sangat signifikan. Diantaranya adalah penggunaan
GNSS dalam penentuan posisi di muka bumi. Sebagaimana kita tahu, GPS adalah
pemain tunggal dalam industri ini, tetapi dalam beberapa dekade ini telah muncul
satelit-satelit penentuan posisi lain seperti Glonass (Rusia), Galileo (Uni Eropa),
Compass (China) sebagai kompetitor GPS. Aplikasi GNSS dalam survey dan
pemetaan semakin menuntut ketelitian yang tinggi dan produktifitasnya yang
tinggi pula. Hal ini juga berlaku pada pengukuran bidang tanah. Apalagi
pengukuran bidang yang dilakukan di daerah perkotaan yang pergerakan dan
perkembangannya dinamis. Beberapa organisasi baik pemerintah maupun swasta
telah mengembangkan berbagai sistem pendukung observasi GNSS yang
bertujuan untuk meningkatkan ketelitian dan dengan hasil pengukuran secara real
time. Salah satu sistem tersebut adalah Continuosly Operating Reference Stations
(CORS) yang pada awal pengembangannya dulu adalah sebagai infrastruktur
pemantau pergerakan geodinamik. Tulisan ini akan menyajikan kajian urgensi
pemanfaatan CORS untuk percepatan pelayanan dan sebagai alternatif pengganti
fungsi Titik Dasar Teknis (TDT) yang semakin lama semakin tidak efektif dalam
penggunaannya. Lebih jauh lagi, tulisan ini juga akan membahas mengenai
aplikasi dari jaringan ini untuk mendukung program pertanahan seperti Reforma
Agraria, LARASITA, IP4T, penanganan sengketa dan konflik pertanahan,
identifikasi tanah terlantar dan lain sebagainya
9. http://campuradukabiezz.blogspot.com/2009/04/pengertian-gps-global-
positioning.html
· Navigasi
GPS banyak juga digunakan sebagai alat navigasi seperti kompas.
Beberapa jenis kendaraan telah dilengkapi dengan GPS untuk alat
bantu nivigasi, dengan menambahkan peta, maka bisa digunakan untuk
memandu pengendara, sehingga pengendara bisa mengetahui jalur
mana yang sebaiknya dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Sebagai contoh peta digital yang sudah dimiliki oleh CBN
adalahcybermap.co.id
· PemantauGempa
Bahkan saat ini, GPS dengan ketelitian tinggi bisa digunakan untuk
memantau pergerakan tanah, yang ordenya hanya mm dalam setahun.
Pemantauan pergerakan tanah berguna untuk memperkirakan
terjadinya gempa, baik pergerakan vulkanik ataupun tektonik.
3.6 KEUNGGULAN GPS
Ada beberapa hal yang membuat GPS menarik untuk digunakan dalam
penentuan posisi, seperti yang akan diberikan berikut ini. Patut dicatat disini
bahwa beberapa faktor yang disebutkan di bawah ini juga akan berlaku untuk
aplikasi-aplikasi GPS yang berkaitan dengan penentuan parameter selain posisi
seperti kecepatan, percepatan, maupun waktu yang pada dasarnya juga bisa
diberikan oleh GPS.
· GPS dapat digunakan setiap saat tanpa bergantung waktu dan cuaca, GPS dapat
digunakan baik pada siang maupun malam hari, dalam kondisi cuaca yang buruk
sekalipun seperti hujan ataupun kabut. Karena karakteristiknya ini maka
penggunaan GPS dapat meningkatan efisiensi dan fleksibilitas dari pelaksanaan
aktivitas-aktivitas yang terkait dengan penentuan posisi, yang pada akhirnya dapat
diharapkan akan dapat memperpendek waktu pelaksanaan aktivitas tersebut serta
Menekan biaya operasionalnya.
· Satelit-satelit GPS mempunyai ketinggian orbit yang cukup tinggi, yaitu sekitar
20.000 km di atas permukaan bumi, dan jumlahnya relatif cukup banyak, yaitu 24
satelit. Ini menyebabkan GPS dapat meliputi wilayah yang cukup luas, sehingga
akan dapat digunakan oleh banyak orang pada saat yang sama ,serta
pemakaiannya menjadi tidak bergantung pada batas-batas politik dan batas alam.
Selama yang bersangkutan mempunyai alat penerima sinyal (receiver) GPS, maka
ia akan dapat menggunakan GPS untuk penentuan posisi.
· Penggunaan GPS dalam penentuan posisi relatif tidak terlalu terpengaruh dengan
kondisi topografis daerah survei dibandingkan dengan penggunaan metode
terestris seperti pengukuran poligon. Penentuan posisi dengan GPS tidak
memerlukan adanya saling keterlihatan antara satu titik dengan titik lainnya
seperti yang umumnya dituntut oleh metode-metode pengukuran terestris. Yang
diperlukan dalam penentuan posisi titik dengan GPS adalah saling keterlihatan
antara titik tersebut dengan satelit. Oleh sebab itu topografi antara titik tersebut
sama sekali tidak akan berpengaruh, kecuali untuk hal-hal yang sifatnya non-
teknis seperti pergerakan personil dan pendistribusian logistik. Karena
karakterisitknya ini, penggunaan GPS akan sangat efisien dan efektif untuk
diaplikasikan pada survei dan pemetaan di daerah-daerah yang kondisi
topografinya sulit, seperti daerah pengunungan dan daerah rawa-rawa.
· Posisi yang ditentukan dengan GPS akan menagacu ke suatu datum global, yang
dinamakan WGS 1984. Atau dengan kata lain posisi yang diberikan oleh GPS
akan selalu mengacu ke datum yang sama. Karakterisitk ini sangat
menguntungkan untuk kondisi Indonesia yang wilayahnya sangat luas dan terdiri
dari banyak pulau, dimana proses penghubung kerangka-kerangka titik di satu
pulau dengan titik di pulau lainnya akan sangat sulit atau bahkan tidak mungkin
dilakukan kalau kita menggunakan metode terestris. Dalam hal ini seandainya
GPS digunakan untuk penentuan posisi, maka suvei dan pemetaan yang dilakukan
di Jawa misalnya, akan memberikan posisi titik-titik yang datumnya sama dengan
titik-titik yang diperoleh dari survei dan pemetaan di Irian Jaya, meskipun tidak
ada hubungan langsung secara langsung antara kedua survei GPS yang
bersangkutan.
· GPS dapat memberikan ketelitian posisi yang spektrumnya cukup luas. Dari yang
sangat teliti (orde militer) sampai yang biasa-biasa saja (orde puluhan meter).
Luasnya spektrum ketelitian yang bisa diberikan ini memungkinkan penggunaan
GPS secara efektif dan efisien sesuai dengan ketelitian yang diminta serta dana
yang tersedia. Disamping itu, dengan spektrum ketelitian yang begitu luas GPS
juga akan bermanfaat untuk banyak bidang aplikasi.
· Pemakaian sistem GPS tidak dikenakan biaya, setidaknya sampai saat ini. Selama
pengguna memiliki alat penerima (receiver) sinyal GPS maka yang bersangkutan
dapat menggunakan sistem GPS untuk berbagai aplikasi tanpa dikenakan biaya
oleh pihak yang memiliki satelit, dalam hal ini Departemen Pertahanan
Keamanan, Amerika Serikat. Jadi investasi yang perlu dilakukan oleh pengguna
hanyalah untuk alat penerima sinyal GPS beserta perangkat keras dan lunak untuk
pemrosesan datanya.
· Alat penerima sinyal (receiver) GPS cenderung menjadi lebih kecil ukurannya, lebih
murah harganya, lebih baik kualitas data yang diberikannya, dan lebih tinggi
keandalannya. Ini terutama disebabkan oleh kemajuan di bidang eletronika dan
komputer yang sangat pesat dewasa ini. Perangkat lunak komersial untuk
pengolahan data GPS juga semakin banyak tersedia dengan harga yang relatif
murah. Disamping itu, karena banyaknya merek dan jenis receiver yang
beredar,kompetisi antar sesama pembuat receiver juga semakin tinggi.
· Pengoperasian alat penerima GPS untuk penentuan posisi suatu titik relatif mudah
dan tidak mengeluarkan banyak tenaga. Dibandingkan dengan pengukuran
terestris seperti dengan metode poligon misalnya, pengamatan dengan metode
GPS relatif tidak terlalu memakan banyak tenaga dan waktu. Apalagi kalau
perbandingannya dilakukan untuk daerah survei yang luas dengan kondisi medan
yang berat.
· Pengumpul data (Surveyor) GPS tidak dapat ‘memanipulasi’ data pengamatan GPS
seperti hal nya yang dapat dilakukan dengan metode pengumpulan data terestris
yang umum digunakan, yaitu metode poligon. Ini tentunya akan meningkatkan
tingkat keandalan dari hasil survei dan pemetaan yang diperoleh. Disamping itu
juga pemberi kerja aan mendapatkan ‘keamanan’ dan jaminan kualitas yang lebih
baik.
· Makin banyak instansi di Indonesia yang menggunakan GPS dan juga makin banyak
bidang aplikasi yang potensial di Indonesia yang dapat ditangani dengan
menggunakan GPS. Dengan makin banyaknya instansi yang menggunakan maka
proses penyeragaman, koordinasi, dan pengelolan yang terkait dengan informasi
spasial akan lebih mudah untuk dilaksanakan.
10. http://musnanda.com/2012/06/06/pengunaan-gps-dalam-pengambilan-
data-spatial-untuk-perencanaan-ruang/
Metode Survey:
– Pada saat pengambilan waypoint GPS, pastikan bahwa GPS sudah
menerima sinyal secara utuh; pastikan pengambilan waypoint di areal yang tidak
tertutup.
– Pada saat pengambilan waypoint bangunan pastikan bahwa lokasi yang
diambil mendekati object yang diambil koordinatnya.
– Pada saat pengambilan point jembatan, pastikan diambil dibagian tengah
jembatan.
Data berbentuk garis seperti jalan, sungai (sungai kecil) dan pinggir pantai dapat
dilakukan dengan menggunakan GPS secara mudah. Pengambilan data dapat
dilakukan dengan menggunakan kendaraan baik sepeda motor, mobil, perahu atau
dengan berjalan.
– Pada penggunaan kendaraan, pastikan bahwa GPS dalam posisi terbuka,
tidak dalam tas atau terhalang
– Pada penggunaan GPS dengan mobil, bisa menggunakan antenna luar
(extension) yang ditempelkan ke bagian kap kendaraan.
– Hasil survey secara otomatis dapat dimasukkan dalam software GIS
dengan menggunakan kabel.
Pengambilan wilayah/polygon
Survey dapat dilakukan menggunakan pilihan tracking.
– Team yang akan melakukan survey menggunakan fungsi tracking untuk
mencatat batas luar dari areal yang akan dipetakan.
– Gunakan pilihan tracking interval yang lebih detail sehingga titik control
saat akan mengubah menjadi polygon lebih banyak.
– Survey mencatat track dilakukan dari titik awal yang sudah ditentukan.
– Pada pencatatan area yang tidak berbentuk kurva tetapi garis lurus
pembuatan polygon dapat dilakukan di titik-titik pojok saja dengan menggunakan
way point.
Seperti yang kita ketahui Global Positioning System (GPS) adalah suatu sistem
Navigasi milik AS Berbasis Satelit yang menyediakan Jasa pengguna dengan
positioning, navigasi, informasi lokasi dan waktu dalam segala kondisi cuaca,
Sistem ini dibuat untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta
informasi mengenai waktu, secara berlanjut di seluruh dunia tanpa bergantung
waktu dan cuaca yang kita gunakan sehari-hari di mana saja, kapan saja, dimana
tidak ada garis yang terhalang antara Bumi dan pandangan satelit GPS.
Saat ini GPS banyak digunakan di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi
yang menuntut informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu. tak
hanya itu GPS juga dapat memberikan informasi posisi dengan ketelitian
bervariasi dari beberapa millimeter (orde nol) sampai dengan puluhan meter.
Sistem juga ini menyediakan kemampuan penting untuk pengguna militer, sipil
dan komersial di seluruh dunia, Sistem ini terdiri dari tiga segmen: segmen
angkasa, segmen kontrol, dan segmen pengguna.
Penentu Lokasi
Prinsip penentuan posisi dengan GPS yaitu menggunakan metode reseksi jarak,
dimana pengukuran jarak dilakukan secara simultan ke beberapa satelit yang telah
diketahui koordinatnya. Pada pengukuran GPS, setiap epoknya memiliki empat
parameter yang harus ditentukan : yaitu 3 parameter koordinat X,Y,Z atau L,B,h
dan satu parameter kesalahan waktu akibat ketidaksinkronan jam osilator di satelit
dengan jam di receiver GPS. Oleh karena diperlukan minimal pengukuran jarak
ke empat satelit.
GPS memiliki dua tingkat ketelitian:
* Sistem posisi standar (standard positioning system / SPS)
SPS merupakan yang disediakan untuk umum (sipil). Tingkat akurasi yang
dihasilkan adalah 100 m untuk posisi horisontal dan 150 meter untuk posisi
vertikal.
* Sistem posisi presisi (precision positioning system / PPS)
PPS digunakan oleh Departemen Pertahanan AS dan tidak disediakan untuk
umum.
*Satu hal yang perlu di perhatikan, Karena GPS bekerja mengandalkan satelit,
maka penggunaannya disarankan di tempat terbuka. Penggunaan di dalam
ruangan, akan berakibat GPS tidak akan bekerja secara akurat dan maksimal.
Tipe alat (Receiver ) GPS Ada 3 macam tipe alat GPS, dengan masing-masing
memberikan tingkat ketelitian (posisi) yang berbeda-beda. Tipe alat GPS pertama
adalah tipe Navigasi (Handheld, Handy GPS). Tipe nagivasi harganya cukup
murah, sekitar 1 - 4 juta rupiah, namun ketelitian posisi yang diberikan saat ini
baru dapat mencapai 3 sampai 6 meter. Tipe alat yang kedua adalah tipe geodetik
single frekuensi (tipe pemetaan), yang biasa digunakan dalam survey dan
pemetaan yang membutuhkan ketelitian posisi sekitar sentimeter sampai dengan
beberapa desimeter. Tipe terakhir adalah tipe Geodetik dual frekuensi yang dapat
memberikan ketelitian posisi hingga mencapai milimeter. Tipe ini biasa
digunakan untuk aplikasi precise positioning seperti pembangunan jaring titik
kontrol, survey deformasi, dan geodinamika. Harga receiver tipe geodetik cukup
mahal, mencapai ratusan juta rupiah untuk 1 unitnya.
Sejarah GPS
Sebuah tim ilmuwan AS yang dipimpin oleh Dr. Richard B. Kershner saat itu
memonitor transmisi radio Sputnik. Mereka menemukan bahwa Efek Doppler
berpengaruh pada transmisi radio, di mana sinyal frekuensi yang ditransmisi
Sputnik sangat tinggi saat baru diluncurkan dan semakin rendah seiring dengan
satelit menjauhi bumi. Mereka menyadari bahwa dengan mengetahui letak bujur
lokasi mereka dengan tepat di peta dunia, mereka mampu melacak posisi satelit
tersebut mengorbit berdasarkan tolak ukur penyimpangan Efek Doppler.
Transit, satelit sistem navigasi pertama yang digunakan oleh Angkatan Laut AS
sukses diujicobakan pertama kali pada tahun 1960. Sistem yang menggunakan
kumpulan dari lima satelit ini mampu menentukan posisi sekali tiap jamnya. Pada
tahun 1967, AL AS mengembangkan satelit Timation yang membuktikan
kemampuannya dengan menetapkan waktu yang akurat di angkasa, merupakan
teknologi acuan sistem GPS. Tahun 1970-an, Sistem Navigasi Omega pangkalan
pusat, berdasarkan pembandingan fase sinyal, menjadi sistem navigasi radio
pertama yang meliputi seluruh dunia.
Satelit percobaan pertama Block-I GPS diluncurkan pada Februari 1978. Satelit-
satelit GPS pertama kali dibuat oleh Rockwell International (sekarang merupakan
bagian dari Boeing) dan sekarang dibuat oleh Lockheed Martin (IIR/IIR-M) dan
Boeing (IIF).
12. http://www.bakosurtanal.go.id/artikel/show/global-positioning-system-gps
Global Positioning System (GPS)
Kehadiran teknologi GPS, membuka peluang akuisisi
data koordinat (lintang, bujur, dan tinggi) secara
cepat, tepat, dan dengan ketelitian yang cukup baik.
Spesifikasi alat GPS yang tersedia di pasaran sangat
beragam, mulai dari tipe handheld/navigasi dengan
ketelitian pada tingkat meter, hingga tipe geodetik
yang bisa mencapai tingkat ketelitian hingga level
milimeter. Seiring dengan kebutuhan aplikasi survei
dan pemetaan yang makin ”mengandalkan” GPS,
maka dituntut metoda akuisisi data posisi atau
koordinat dengan ketelitian tinggi namun dengan strategi pengukuran dan
pengolahan data GPS yang relatif singkat dan mudah. Hal ini terutama sangat
dirasakan manfaatnya apabila data yang diakuisisi meliputi ratusan atau bahkan
ribuan titik dalam sebuah jaringan pada sebuah proyek survei dan pemetaan.
Fokus penelitian ini adalah pemilihan metoda pengukuran GPS: statik, kinematik,
real-time kinematik. Penekanan diarahkan pada metoda real-time kinematik
(RTK) karena relatif baru dan belum banyak diaplikasikan secara meluas. Juga
pemilihan metoda pengolahan data GPS diteliti lebih jauh: optimalisasi bentuk
jaringan, optimalisasi parameter pendukung (atmosfer, ocean tide loading,
efemeris planet, dan sebagainya) dan juga optimalisasi perolehan data tinggi dari
GPS. Dengan demikian hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk aplikasi praktis
survei dan pemetaan, khususnya dalam rangka penentuan posisi/koordinat untuk
pekerjaan rekayasa secara cepat, mudah dan (relatif) murah .
13. http://seismik-indonesia.blogspot.com/2012_06_01_archive.html
Dalam survei GPS di dunia seismik, yang paling penting adalah masalah
mengenai manajemen survei. Proses perencanaan survei yang mendetail,
komprehensif dan realistis perlu dilakukan dengan sebaik mungkin. Ada beberapa
tahapan yang biasanya dilakukan dalam survei GPS yaitu :
1. Perencanaan : peralatan, geometri, strategi pengamatan, strategi
pengolahan data.
2. Persiapan : Organisasi pelaksanaan, reconnaissance (pengenalan
lapangan).
3. Pengumpulan Data : Monumentasi, pengamatan satelit, data pelengkap.
4. Pengolahan Data : Pemrosesan awal, perhitungan baseline, perhitungan
jaringan, transformasi koordinat, kontrol kualitas.
5. Pelaporan
Tidak menutup kemungkinan ketika kita akan melakukan survei, peralatan yang
kita gunakan berbeda-beda merk dan spesifikasi teknisnya. Terkadang, dalam
kondisi darurat penggunaan alat yang berbeda frekuensi (single dan double)
terpaksa dilakukan. Jika hal ini terjadi, solusi paling memungkinkan adalah
dengan menggunakan format data RINEX dalam pemrosesan data.
Pada pelaksanaan survei GPS, diperlukan receiver GPS tipe navigasi untuk
mencari lokasi titik yang telah direncanakan (kegiatan reconnaissance). Selain itu
GPS tipe navigasi digunakan juga untuk mengecek penampakan satelit pada
lokasi yang dipilih serta membantu pergerakan tim survei.
Kendaraan bermotor diperlukan untuk pergerakan tim survei agar lebih efektif
sehingga rencana survei yang telah dibuat bisa terlaksana. Akan lebih baik jika
supir kendaraan adalah orang lokal, karena selain tahu daerahnya, juga bisa
difungsikan sebagai orang kehumasan. Jenis kendaraan disesuaikan dengan
daerah suvei.
Oleh karena itu sekali lagi, perencanaan survei dan manajemen survei harus
dilakukan sematang mungkin sehingga survei GPS dapat berjalan sesuai rencana,
menghemat waktu dan biaya, serta yang paling penting adalah sesuai dengan
kriteria spesifikasi teknis yang akan dicapai baik ketelitian horizontal maupun
vertikalnya.
14. http://madesapta.blogspot.com/2015/03/skenario-penentuan-posisi-
dengan-metode.html
15. http://geospasial.info/?p=119
Factor – factor yang mempengaruhi kualitas data yg diterima dari GPS. Kesalahan
dapat muncul dari aspek satelit gps (kesalahan jam satelit, ephemeris error),
propagasi sinyal (bias troposfer, bias ionosfer, cycle slips, ambiguitas fase), dan
lokasi survei (efek multipath). Jika ingin memperoleh informasi posisi yang
presisi, idealnya faktor – faktor di atas harus dipertimbangkan, atau kalau survei
terlanjur dilakukan, data yang diperoleh bisa diidentifikasi kesalahannya dari
aspek mana, dan kemudian dikoreksi. Koreksi bisa dilakukan misalnya dengan
melakukan proses differencing dari hasil pengamatan gps lain yang menjadi
referensi (differential GPS) Cara lain untuk meminimalisir kesalahan dan
memperoleh informasi posisi yang lebih berkualitas?? Ya rencanakan surveimu
dengan baik. Trimble telah merilis sebuah aplikasi online untuk mengetahui
karakteristik faktor yang turut mempengaruhi ketelitian pengamatan GPS
sepanjang tahun. Namanya Trimble GNSS Planning online yang dapat diakses
dari URL http://www.trimble.com/gnssplanningonline/. Dengan aplikasi ini kita
dapat mengetahui kapan waktu-waktu satelit GPS di angkasa sedang banyak
banyaknya. Makin banyak jumlah satelit di angkasa makin akurat koordinat yang
diperoleh. Apalagi kalau receiver yang digunakan sudah mendukung lebih dari
satu system GNSS (tidak hanya GPS, tapi juga GLONASS, Galileo, Beidou,
QZSS dll), sekali nyalain bisa dapat 50 satelit (menggunakan vanguard
technology), pasti oke banget tuh. Selain itu, kita juga bisa mengindentifikasi
kapan geometri satelit yang direpresentasikan dalam nilai DOP (dilution of
precision) paling baik sebarannya (makin kecil nilai DOP, makin oke geometri
satelit dan makin akurat koordinat yang diperoleh). Ada juga peta bias ionosfer
global sepanjang waktu sehingga kita bisa meminimalisir pengaruh bias tersebut
ke sinyal. Ada juga visibility untuk mengetahui berapa lama satelit Nampak di
angkasa. Semua faktor tersebut dapat dipertimbangkan untuk mencari waktu
terbaik untuk melakukan survei GPS.
16. https://citraquickbird.wordpress.com/2013/11/02/pengolahan-data-gps/
Hasil dari test Chi-Square atau variance Ratio pada residual setelah
perataan (test ini harus dapat melalui confidence level 68%, yang berarti bahwa
data-data tersebut konsisten terhadap model matematika yang digunakan).
Daftar koordinat hasil perataan.
Daftar baseline hasil perataan, termasuk koreksi dari komponen-komponen
baseline hasil pengamatan.
Analisis statistika mengenai residual komponen baseline termasuk jika
ditemukan koreksi yang besar (outlier) pada convidence level yang digunakan.
Elips kesalahan titik untuk setiap titik.
Elips kesalahan garis
sN£sM
sE£sM
s H £ 2 s M , dimana :
r = 30 (d + 0,2) , dimana :
17. http://itsukiaphie.blogspot.com/2010/12/aplikasi-gps-untuk-survei-
pemetaan-laut.html
APLIKASI GPS UNTUK SURVEI PEMETAAN LAUT
Sesuai dengan tujuan pembangunannya, teknologi satelit navigasi GPS telah menjadi satu
teknologi yang relatif mudah dan murah untuk mewujudkan posisi geografis dan waktu.
Walaupun, tentu ada suatu keterbatasan antara biaya yang diinvestasikan dengan ketelitian
(presisi, precision, internal accuracy) dan ketepatan (akurasi, accuracy, reliability) yang akan
diperoleh. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil survai GPS terutama
adalah jenis peralatan dan metoda pengukuran serta metoda pengolahan data yang digunakan.
Peralatan penerima sinyal GPS (receiver) bervariasi dari kelas rakitan sendiri, kelas
navigasi dengan ketelitian 20 meteran, sampai kelas geodetik yang mampu mengukur sampai
ketelitian milimeter. Variasi receiver ini terutama berkaitan dengan jenis jam atom (clock) yang
dipakai dan jenis data (kode dan gelombang pembawa) yang bisa direkam.
Dari sisi metoda pengukuran dapat dibedakan antara metoda pengukuran statik dengan
pengukuran kinematik. Metoda pengukuran statik mengasumsikan bahwa antenna receiver tidak
bergerak terhadap kerangka referensi, sedangkan metoda pengukuran kinematik menggunakan
asumsi bahwa antena receiver bergerak terhadap titik referensi. Sedangkan dari sisi metoda
pengolahan data, dapat dibedakan antara pengolahan satu titik (single point positioning –
SPS,absolute positioning) dan pengolahan baseline (differential positioning, relative positioning)
tunggal maupun dalam bentuk jaring.
Salah satu kegunaan GPS untuk umum adalah Studi oseanografi dengan GPS buoy
system digunakan diantaranya untuk penentuan pasut lepas pantai, pasut pantai, studi pola arus,
tsunami EWS, dan lain-lain. GPS mampu memberikan ketelitian posisi sampai dengan ketelitian
sentimeter bahkan milimeter. Untuk mencapai ketelitian yang tinggi dengan menggunakan GPS
dalam studi GPS Buoy digunakan metoda kinematik diferensial baik itu secara real time (RTK)
maupun cinematic post processing. Untuk beberapa kasus biasa digunakan Differential GPS
(DGPS).
Konsep dari GPS buoy System yaitu menyimpan receiver GPS dan
antenna ketika pada saat pengamatan pada sebuah pelampung. Dengan
menggunakan metoda diferensial, yaitu satu receiver GPS berada pada
pelampung dan satu lagi di titik referensi (di darat) yang letaknya beberapa
kilometer dari buoy, kemudian (untuk kasus real time) titik referensi tersebut
memberikan koreksi ke receiver di Buoy, maka posisi teliti dari Buoy dapat
ditentukan. Ketelitian dari posisi Buoy sangat bergantung pada system dan
desain pengukuran, selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum
buoy di coba. Kriteria utama untuk pengukuran GPS buoy yaitu menentukan
syarat ketelitian posisi buoy dan peralatan yang menghasilkan data yang bagus
untuk ketelitian yang diinginkan. Dari hal tersebut memunculkan pertanyaan
Receiver GPS jenis apa yang harus digunakan, bagaimana metode pengambilan
datanya, dan bagaimana cara mengolah datanya. Tipe Receiver GPS sangat
penting dalam pengukuran ini karena receiver ini lah yang menghasilkan data
untuk diolah, demikian juga ketelitian pengukuran akan bergantung pada
bagaimana strategi pengambilan dan pengolahan datanya. Sebagai contoh, jika
ketelitian yang diinginkan pada level sentimeter, maka GPS dual frequency
dengan metoda diferensial akan memenuhi sarat ketelitian yang diinginkan
tersebut. Pada sisi lain, jika ketelitian posisi yang diinginkan pada level 1-2
meter, maka kira-kira Receiver GPS dual frequency dengan metoda DGPS akan
memenuhi ketelitian yang diinginkan. Secara umum, untuk keperluan sistem
GPS buoy, metode penentuan posisi yang biasa digunakan adalah RTK (yang
dapat memberikan ketelitian dalam level sentimeter secara real time), kinematik
diferensial post procesing apabila kita tidak memerlukan data real time (contoh
pemodelan pasut), atau metode DGPS apabila untuk kasus-kasus tertentu hanya
diperlukan ketelitian dalam level 1-2 meter saja.
Kesalahan yang cukup signifikan pada GPS Buoy, salah satunya adalah
efek ayunan antena. Efek ayunan antena merupakan kesalahan tinggi yang
diakibatklan perubahan-perubahan posisi antena relatif terhadap permukaan laut.
Untuk memperoleh tinggi muka air laut yang benar atau diasumsikan benar
maka data sudut ayunan antenna harus diperoleh bersamaan dengan saat-saat
pengamatan GPS dilakukan. Untuk menangani kesalahan ini maka alat GPS
dapat ditambahkan dengan komponen lain yaitu tilt meter, atau GPS Buoy
disusun oleh Receiver GPS lebih dari satu. Dalam perjalanannya dari satelit GPS
ke receiver pengamat, sinyal GPS akan dipengaruhi oleh beberapa kesalahan dan
bias. Pada dasarnya kesalahan dan bias GPS dapat dikelompokan atas kesalahan
dan bias yang terkait dengan satelit (berupa kesalahan jam satelit, ephemeris,
dan selective availability), medium propagasi (berupa bias ionosfer dan bias
troposfer ), Receiver GPS (meliputi kesalahan jam receiver, kesalahan yang
terkait dengan antenna, dan noise), data pengamatan (seperti ambiguitas fase dan
cycle slip), dan lingkungan sekitar receiver gps (multipath dan imaging). Terkait
dengan sistem GPS Buoy, hal yang dapat mencolok dari jenis kesalahan dan bias
ini (termasuk dalam kesalahan signifikan) adalah kesalahan multipath, karena air
(laut) bersifat reflektif. Untuk menangani kesalahan multipath ini maka alat
antena GPS disusun sedemikian rupa sehingga dapat menangkal efek multipath
tersebut.
Sistem GPS Buoy dapat digunakan untuk menentukan pola arus laut di
suatu kawasan perairan. Caranya yaitu dengan menempatkan Receiver GPS pada
suatu buoy (alat pelampung) yang bergerak bebas, bersama dengan perangkat
pemancar data (transmiter) yang berfungsi mengirimkan data posisi. Karena
adanya arus laut maka pelampung yang membawa receiver GPS, dan transmiter
akan bergerak mengikuti arah pergerakan arus yang bersangkutan ( Ilustrasi
dapat dilihat pada gambar disamping.
Jika pengukuran tinggi muka laut di lokasi yang agak jauh dari pantai
maka ketelitiannya akan berkurang. Pasalnya kita harus membuat pemodelan
lagi, sedangkan seperti kita ketahui selama ini, pengkuran pasang surut air
sifatnya time dependent dan spatial dependent. Melalui penggunaan teknologi
Global Positioning System (GPS) ini, keterbatasan dari kedua teknik pengukuran
dapat tertutupi. Ini Karena GPS mampu mengukur baik di daerah pantai maupun
di bagian laut yang bergelombang sekalipun.
18. http://miningsciencepedia.blogspot.com/p/general-mining.html
Beberapa aplikasi dari GPS diantaranya adalah sebagai berikut : Survei dan
pemetaan. Survei penegasan batas wilayah administrasi, pertambangan dll.
Geodesi, Geodinamika dan Deformasi. Navigasi dan transportasi.
Telekomunikasi. Studi troposfir dan ionosfir. Pendaftaran tanah, Pertanian.
Photogrametri & Remote Sensing. GIS (Geographic Information System). Studi
kelautan (arus, gelombang, pasang surut). 1. Aplikasi olahraga dan rekreasi.
World Geodetic System 1984 adalah suatu sistem penggambaran wilayah yg
berdasar pada penggunaan data, teknik, dan teknologi yang tersedia di awal 1984.
Peningkatan dibanding WGS’72 : lebih akurat pada peta 1 : 50.000 dan yg lebih
besar, lebih akurat koordinat geodeticnya, kemampuan ditingkatkan untuk satelit
mengorbitkan ramalan dan penentuan, Kemampuan untuk menempatkan banyak
lagi yang lain sistem geodesik lokal pada suatu dunia sistem geodesik, dan
melakukan itu dengan lebih teliti.
19. https://surveyoryoga.wordpress.com/
Prinsip penentuan posisi secara relative yang memanfaatkan data fase (RTK) atau
pseudo-range (DGPS secara real time atau paska pengukuran). Survei metode
RTK terdiri atas base dan rover station, dengan receiver yang ada base station
tidak berubah posisi antenanya selama melakukan pengukuran sedang receiver
yang berfungsi sebagai rover dipindah-pindahkan sesuai untuk positioning yang
direncanakan. Receiver yang ada di base dan rover station harus selalu
memperoleh signal GPS selama melakukan pengukuran, korekasi diferensial
dipancarkan dari base station ke rover station menggunakan fasilitas RTCM.
Survei GPS untuk pengamatan RTK sangat sering digunakan untuk pekerjaan
mapping hingga saat ini, dan seperangkat harware untuk pengamatan RTK
disajikan pada gambar 3 di bawah ini.
Persoalan utama yang dihadapi pada survei GPS dengan metode RTK adalah
kualitas dan kemampuan penerimaan koreksi diferensial dan jarak dari base
station ke rover station.
20. http://geostev.blogspot.com/2014_11_01_archive.html
Persoalan utama yang dihadapi pada survei GPS dengan metode RTK
adalah kualitas dan kemampuan penerimaan koreksi diferensial dan jarak dari
base station ke rover station. Semakin jauh jarak antara base ke rover station
(kurang dari 20 Km) maka kualitas penerimaan koreksi diferensial semakin
berkurang (less precision). Kualitas koreksi diferensial dipengaruhi oleh orbit
error, ionospheric dan tropospheric signal refraction. Teknologi CORS
berkembang mengingat keperluan positioning metode RTK terkendala kualitas
koreksi diferensial yang semakin menurun terhadap jangkauan jarak dan juga
waktu yang digunakan untuk akuisisi data terutama setting up receiver di base
station.