OLEH :
NPM : 1420117145
MALUKU HUSADA
AMBON
2021
MASALAH KOMUNIKASI PADA LANSIA
(Pujiastusi, 2003)
Penjelasan :
Jadi yang di maksudkan dengan gangguan sensori ( penurunan memori )
merupakan : penurunan fungsi – fungsi sensori yang dimiliki oleh lansia, penurunan
sensori atau penurunan memori ini mengakibatkan lansia mengalami penurunan fungsi
pada indra – indara yang dimiliki seperti : penglihatan, pendengaran, prengecapan,
penciuman, dan juga perabaan. Hal ini menyebabkan lansia sulit untuk melakukan
aktifitas.
Contoh :
a. Penglihatan :
Perubahan warna akibat katarak, hal ini mengakibatkan penglihatan lansia
menjadi kabur yang mengakibatkan kesukaran dalam membaca dan memfokuskan
penglihatan, kurangnya penglihatan pada malam hari.
b. Pendengaran :
Pada telinga terdapat penurunan fungsi pendengaran seperti ketidakmampuan
untuk mendeteksi volume, dan ketidak mampuan dalam mendeteksi suara dengan
frekuensi tinggi seperti beberapa consonan ( f, s, sk, sh dll )
c. Penurunan memori : daya ingat yang menurun seperti saat menaruh barang di suatu
tempat sering lupa.
Kaelan (1998)
Penjelasan :
Contoh :
1. Pasien Lansia yang fungsi pendengaran sudah tidak jelas sehingga tidak dapat
mendengar informasi dari keluarga atau tenaga medis dengan baik
2. Pasien lansia dengan depresi
3. Pasien lansia dengan penurunan memori
Penjelasan :
Jadi di sini waktu berkomunikasi yang terlalu lama itu juga merupakan suatu
permasalahan pada lansia karena di sini pada saat seseorang itu dikatan lansia maka dia
memiliki penurunan fungsi – fungsi baik itu kognitif ( keyakinan tentang sesuatu yang
didpatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu ) mapun Psikomotor ( hasil
belajar keterampilan )
Jadi jika terlalu lama dalam berkomunikasi terkadang lansia tidak lagi dapat mencermati
apa yang disampaikan.
Contoh :
a. Saat berbicara dengan lansia dengan frekuensi waktu yang lama ketika kembali di
tanyakan tetang hal yang baru saja dibicarakan biasanya lansia tidak bisa lagi untuk
mengingat ulang kembali apa yang dibicarakan.
b. Berkomunikasi yang terlalu lama juga sering membuat konsentrasi lansia tidak
sepenuhnya kepada kita yang sedang berbicara, langsia sering kali bingung sendiri
c. Kemudian saat berbicara / berkomunikasi dengan waktu yang cukup lama kadang
membuat lansia bosan dan sering marah – marah
Proses komunikasi dengan lansia akan terganggu apabila adanya salah satu sikap
seperti sikap non asertif. Dimana sikap non asertif ini merupakan perilaku menarik diri,
bila diajak berbicara merasa tidak sebaik orang lain, merasa tidak berdaya, tidak berani
mengungkap keyakinan, membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya,
tampil pasif ( diam ), mengikuti kehendak orang lain dll.
(Aspiani, 2014)
Penjelasan :
Jadi menurut penjelasan di atas salah satu masalah komunikasi lansia yaitu sikap
non asertif atau sikap yang pasif yang dimana sikap ini sering kali ditemui pada lansia.
Pada sikap ini lansia cenderung hanya menjawab tanpa merespon lebih, lansia sering
tidak berani untuk mengungkapkan keyakinannya sendiri terhadap suatu hal, dan
cenderung jika ditanyakan hanya menjawab dengan singkat tanpa ada timbal balik dari
lansia tersebut.
Contohnya :
a. Cenderung menyimpan keinginan dalam hati.
b. Berbicara pelan bahkan nyaris tidak terdengar suara
c. Tidak mampu membuat permintaan kepeda hal lawan bicara.
5. Ageisme
Butler mendefinisikan ageisme sebagai kombinasi dari tiga elemen yang saling
berhubungan yaitu sikap prasangka terhadap warga senior, umur tua, dan proses
penuaan; praktik diskriminasi; serta praktik dan kebijakan institusional yang
melanggengkan stereotipe terhadap warga senior.
(Robert N. Butler)
Penjelasan :
Jadi dari penjelasan diatas egeisme adalah masalah yang yang sering terjadi karena sikap
diiskriminasi terhadap individu atau kelompok berdasarkan usia mereka
Dan terjadi stereotip negatif atau positif, yakni prasangka dan / atau diskriminasi terhadap
( untuk mencari keuntungan) orang lanjut usia atas dasar usia kronologis mereka atau
berdasarkan persepsi mereka sebagai 'tua' atau 'lansia'.
Contohnya :
Contoh perilaku karyawan muda terhadap karyawan senior seperti kemampuan mengetik
mereka yang lambat, cepat lelah, atau membahas masalah waktu pensiun Meskipun hanya
sekedar candaan atau lelucon, namun hal tersebut bukanlah sesuatu yang etis dilakukan. Tak
jarang, komentar seperti diatas justru membuat karyawan senior merasa tidak dibutuhkan dan
bahkan membuat produktifitas mereka semakin rendah lantaran alam bawah sadar mereka
terbiasa mendengarnya.
Pemegang keputusan akan kenaikan gaji ataupun promosi kerap kali melewatkan karyawan
senior untuk mendapatkan hak tersebut. Meskipun karyawan senior sudah melakukan hal
yang sepantasnya mendapatkan reward, tetapi karena alasan usia mereka dilewatkan begitu
saja.