Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

MASALAH KOMUNIKASI PADA LANSIA

OLEH :

NAMA : MATICA MAALALU

NPM : 1420117145

KELAS : PAGI ( AMBON )

PRODI / SEMESTER : KEPERAWATAN / VII

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes )

MALUKU HUSADA

AMBON

2021
MASALAH KOMUNIKASI PADA LANSIA

1. Gangguan sensori ( Penurunan Memori )


Gangguan memori adalah kondisi ketika otak memiliki kesulitan untuk
menyimpan, mengendalikan, dan mengingat kembali memori. Gangguan memori bisa
berkembang menjadi lebih buruk, misalnya menyebabkan penyakit Alzheimer.
Gangguan fungsi sensorik lansia mengakibatkan penerimaan informasi dari
reseptor sensorik sehingga mengakibatkan penurunan kontromotorik atau gangguan
gerakan. Gejala gangguan sensorik yang sering timbul pada lansia ialah hilangnya
perasaan jika dirangsang (anastesia), perasaan yang berlebihan jika dirangsang
(hiperestesia), perasaan yang timbul tidak semestinya (parastesia), nyeri, gangguan fungsi
proprioseptif seperti gangguan rasa gerak, getar, dan posisi

(Pujiastusi, 2003)

Penjelasan :
Jadi yang di maksudkan dengan gangguan sensori ( penurunan memori )
merupakan : penurunan fungsi – fungsi sensori yang dimiliki oleh lansia, penurunan
sensori atau penurunan memori ini mengakibatkan lansia mengalami penurunan fungsi
pada indra – indara yang dimiliki seperti : penglihatan, pendengaran, prengecapan,
penciuman, dan juga perabaan. Hal ini menyebabkan lansia sulit untuk melakukan
aktifitas.

Contoh :
a. Penglihatan :
Perubahan warna akibat katarak, hal ini mengakibatkan penglihatan lansia
menjadi kabur yang mengakibatkan kesukaran dalam membaca dan memfokuskan
penglihatan, kurangnya penglihatan pada malam hari.

b. Pendengaran :
Pada telinga terdapat penurunan fungsi pendengaran seperti ketidakmampuan
untuk mendeteksi volume, dan ketidak mampuan dalam mendeteksi suara dengan
frekuensi tinggi seperti beberapa consonan ( f, s, sk, sh dll )
c. Penurunan memori : daya ingat yang menurun seperti saat menaruh barang di suatu
tempat sering lupa.

2. Interpretasi yang keliru dari keluarga / pihak medis

Interpretasi adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau


lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol-simbol yang sama, baik secara
simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai
interpretasi berurutan). Menurut definisi, interpretasi hanya digunakan sebagai suatu
metode jika hal tersebut dibutuhkan.

Kaelan (1998)

Penjelasan :

Dalam penjelasan diatas Interpretasi adalah interaksi antara keluarga / pihak


medis Terutama pada lansia dengan lingkungannya akibat faktor disabilitas fungsional
usia yang mempengaruhi kemampuan dalam berkomunikasi hubungan stresor (umur,
status depresi, dan status demensia) dan respons sehingga cara penyampaian informasi
harus melalui lisan dilakukan dengan menggunakan gerakan

Contoh :
1. Pasien Lansia yang fungsi pendengaran sudah tidak jelas sehingga tidak dapat
mendengar informasi dari keluarga atau tenaga medis dengan baik
2. Pasien lansia dengan depresi
3. Pasien lansia dengan penurunan memori

3. Waktu berkomunikasi yang terlalu lama


Menurut Kartina dan Surdayanto (2008) masalah yang muncul pada lansia “
Umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif
dan psikomotor”, fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dll. Sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi
makin lambat.
(Kartinah & Sudaryanto, 2008)

Menurut O’Byne et al dalam (McMullan, Parush, & Momtahan, 2015)


komunikasi terhadap pasien lansia merupakan salah satu poin penting dalam proses
perawatan dan pengumpulan informasi. Seperti hubungan perawat dengan lansia,
keterampilan dalam berkomunikasi khususnya perawat menjadi hal yang penting untuk
kebutuhan pribadi lansia.

Penjelasan :
Jadi di sini waktu berkomunikasi yang terlalu lama itu juga merupakan suatu
permasalahan pada lansia karena di sini pada saat seseorang itu dikatan lansia maka dia
memiliki penurunan fungsi – fungsi baik itu kognitif ( keyakinan tentang sesuatu yang
didpatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu ) mapun Psikomotor ( hasil
belajar keterampilan )
Jadi jika terlalu lama dalam berkomunikasi terkadang lansia tidak lagi dapat mencermati
apa yang disampaikan.

Contoh :
a. Saat berbicara dengan lansia dengan frekuensi waktu yang lama ketika kembali di
tanyakan tetang hal yang baru saja dibicarakan biasanya lansia tidak bisa lagi untuk
mengingat ulang kembali apa yang dibicarakan.
b. Berkomunikasi yang terlalu lama juga sering membuat konsentrasi lansia tidak
sepenuhnya kepada kita yang sedang berbicara, langsia sering kali bingung sendiri
c. Kemudian saat berbicara / berkomunikasi dengan waktu yang cukup lama kadang
membuat lansia bosan dan sering marah – marah

4. Cenderung hanya menjawab tanpa merespon lebih

Proses komunikasi dengan lansia akan terganggu apabila adanya salah satu sikap
seperti sikap non asertif. Dimana sikap non asertif ini merupakan perilaku menarik diri,
bila diajak berbicara merasa tidak sebaik orang lain, merasa tidak berdaya, tidak berani
mengungkap keyakinan, membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya,
tampil pasif ( diam ), mengikuti kehendak orang lain dll.

(Aspiani, 2014)

Penjelasan :
Jadi menurut penjelasan di atas salah satu masalah komunikasi lansia yaitu sikap
non asertif atau sikap yang pasif yang dimana sikap ini sering kali ditemui pada lansia.
Pada sikap ini lansia cenderung hanya menjawab tanpa merespon lebih, lansia sering
tidak berani untuk mengungkapkan keyakinannya sendiri terhadap suatu hal, dan
cenderung jika ditanyakan hanya menjawab dengan singkat tanpa ada timbal balik dari
lansia tersebut.

Contohnya :
a. Cenderung menyimpan keinginan dalam hati.
b. Berbicara pelan bahkan nyaris tidak terdengar suara
c. Tidak mampu membuat permintaan kepeda hal lawan bicara.

5. Ageisme
Butler mendefinisikan ageisme sebagai kombinasi dari tiga elemen yang saling
berhubungan yaitu sikap prasangka terhadap warga senior, umur tua, dan proses
penuaan; praktik diskriminasi; serta praktik dan kebijakan institusional yang
melanggengkan stereotipe terhadap warga senior.

(Robert N. Butler)

Penjelasan :

Jadi dari penjelasan diatas egeisme adalah masalah yang yang sering terjadi karena sikap
diiskriminasi terhadap individu atau kelompok berdasarkan usia mereka

Dan terjadi stereotip negatif atau positif, yakni prasangka dan / atau diskriminasi terhadap
( untuk mencari keuntungan) orang lanjut usia atas dasar usia kronologis mereka atau
berdasarkan persepsi mereka sebagai 'tua' atau 'lansia'. 

Contohnya :

1. Tidak Memberi Pekerjaan Berat Kepada Karyawan Senior


Perilaku Ageism yang sering dilakukan karyawan adalah dengan tidak memberikan
pekerjaan berat kepada karyawan tua atau senior. Hal ini sering tidak disadari oleh karyawan
muda lantaran mereka hanya ingin pekerjaan diselesaikan dengan cepat. Karyawan muda
menganggap karyawan tua sebaiknya tidak perlu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat
karena sudah bukan masanya lagi.
2. Menjadikan Usia sebagai Lelucon

Contoh perilaku karyawan muda terhadap karyawan senior seperti kemampuan mengetik
mereka yang lambat, cepat lelah, atau membahas masalah waktu pensiun Meskipun hanya
sekedar candaan atau lelucon, namun hal tersebut bukanlah sesuatu yang etis dilakukan. Tak
jarang, komentar seperti diatas justru membuat karyawan senior merasa tidak dibutuhkan dan
bahkan membuat produktifitas mereka semakin rendah lantaran alam bawah sadar mereka
terbiasa mendengarnya.

3. Tidak Lagi Menerima Kenaikan Gaji atau Promosi

Pemegang keputusan akan kenaikan gaji ataupun promosi kerap kali melewatkan karyawan
senior untuk mendapatkan hak tersebut. Meskipun karyawan senior sudah melakukan hal
yang sepantasnya mendapatkan reward, tetapi karena alasan usia mereka dilewatkan begitu
saja.

Anda mungkin juga menyukai