Anda di halaman 1dari 14

REFLEKSI KASUS

D O K T E R M U D A : A N A K A G U N G AV R E L L A
SHORA YUANANDA
NIM : 2071121036
PEMBIMBING : DR. A.A GEDE RAKA
B U D A Y A S A , S P. O G ( K )
H A R I / TA N G G A L : M I N G G U , 1 0 J A N UA R I
2021
WA K T U : 2 0 . 0 0 W I TA
KASUS YANG DIPILIH : G2P1001 UK 39 MG 5 HR T/H + SYPHILIS

Nyonya MK usia 32 tahun datang ke RSUD Sanjiwani dengan


keluhan sakit perut hilang timbul. Keluhan ini dirasakan sejak
pukul 03.00 wita dengan gerak janin(+), keluar air(-). Saat ini
pasien sedang menjalani kehamilan yang ke-2 dengan usia
kehamilan 39 minggu 5 hari. Pasien mengatakan lupa hari
pertama haid terakhir namun berdasarkan hasil USG tafsiran
persalinan pasien pada tanggal 24 November 2020. ANC
>3x. Riwayat partus spontan aterm sebelumnya pada tahun
2016. Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan TPHA(+)
namun pasien menyangkal rasa panas, nyeri, dan keluar
cairan dari vagina. Riwayat penyakit sebelumnya(-),
alergi(-), pengobatan(-).
DESKRIPSI
• Yang menarik dari kasus ini adalah pasien hamil dengan
sifilis tidak pernah diberikan pengobatan untuk penyakit
sifilis selama kehamilannya. Selain itu tidak terdapat hasil
laboratorium yang lengkap dan jelas untuk mengetahui
status penyakitnya saat ini.
PERASAAN YANG DIRASAKAN
• Saya merasakan senang karena dapat mempelajari kasus
ibu hamil dengan sifilis
• Perasaan yang tidak menyenangkan adalah tidak dapat
memeriksa dan menangani pasien secara langsung dari
awal perjalanan penyakit dan kehamilan ibu.
EVALUASI
• Pengalaman yang baik adalah saya dapat mempelajari
tentang kejadian infeksi sifilis pada ibu hamil.
ANALISIS
1. Mengapa pada pasien ini tidak diberikan terapi?
2. Apa resiko dan dampak yang dapat terjadi bila tidak
diberikan terapi?
3. Penatalaksanaan apakah yang seharusnya diberikan
kepada ibu hamil dengan sifilis?
REFERENSI
• Nycptc.org. 2021. [online] Available at:
<https://nycptc.org/x/Syphilis_Module_Online.pdf> [Accessed 5
January 2021].
• O’Connor, N., Gonzalez, B., Esper, F., Tamburro, J., Kadkhoda, K.
and Foster, C., 2020. Congenital syphilis: Missed opportunities and
the case for rescreening during pregnancy and at
delivery. IDCases, 22, p.e00964.
• Plagens-Rotman, K., Przybylska, R., Gerke, K., Piskorz-Szymendera,
M., Tomaszewska, M., Sadowska-Przytocka, A., Adamski, Z. and
Czarnecka-Operacz, M., 2019. Syphilis and a pregnant woman:
a real danger for the woman and the child. Advances in
Dermatology and Allergology, 36(1), pp.119-124.
• Timmons, P. and Gada, R., 2020. Syphilis in pregnancy. Obstetrics,
Gynaecology & Reproductive Medicine, 30(11), pp.356-358.
• Vazquez, A., Mårdh, O., Spiteri, G. and Gauci, A., 2019. Syphilis And
Congenital Syphilis In Europe. Stockholm: ECDC.
• 2017. WHO Guideline On Syphilis Screening And Treatment For
Pregnant Women. Geneva: Department of Reproductive Health and
KESIMPULAN
1. Pencegahan sifilis dapat dilakukan dengan cara skrining sifilis pada
antenatal care awal atau jika ibu memiliki resiko tinggi tertular sifilis maka
dapat dilakukan lagi pada trimester ke-3 dan saat persalinan. Ibu melahirkan,
terutama yang belum pernah diskrining sifilis sebelumnya, harus dilakukan
skrining sifilis untuk mendeteksi infeksi agar dapat dilakukan penanganan
terhadap ibu dan bayinya.
Pada kasus ini, pasien melaksanakan ANC secara rutin, akan tetapi tidak
terdapat riwayat penyakit infeksi sebelumnya, sehingga terdapat
kemungkinan pada pemeriksaan ANC pasien tidak dilakukan skrining sifilis,
sehingga tidak diberikan terapi pada pasien.
• Skrining yang dilakukan adalah tes nonspesifik RPR/VDRL dan tes spesifik
treponema TPHA. Tes nonspesifik memiliki tes RPR dapat dilakukan dalam
kurung waktu satu jam tergantung dari laboratoriumnya dan dapat
dilakukan diluar lingkungan laboratorium. Uji ini dapat mendeteksi IgM dan
IgG. Tetapi karena antibodi ini dapat diproduksi oleh penyakit lain, tes
nonspesifik ini tidak memiliki tingkat spesifisitas yang tinggi untuk sifilis dan
dapat terjadi positif palsu pada kondisi tertentu. Tes spesifik treponema
memiliki spesifitas yang tinggi karena mendeteksi antibodi yang melawan
treponema-specific antigen, akan tetapi tes ini tidak dapat membedakan
sifilis aktif maupun sifilis yang sudah disembuhkan sebelumnya.
KESIMPULAN (2)
2. Sifilis yang tidak diobati sama sekali atau sifilis yang tidak diobati dengan
tepat dapat menyebabkan transmisi vertikal pada janin dan dapat
menyebabkan keguguran, persalinan preterm, bayi lahir dalam keadaan
meninggal, kematian neonatus, dan juga sifilis kongenital.Kemungkinan
transmisi vertikal sifilis laten pada janin adalah sebesar 10-40%. Infeksi
paling sering terjadi pada usia kehamilan ke-18 minggu hingga ke-20
minggu.
Sifilis Kongenital ada 2 yaitu :
- Early congenital syphilis : gejala muncul segera setelah persalinan atau
pada minggu pertama kehidupan. Gejalanya mencakup dengusan yang
disebabkan oleh ulserasi mukosa nasal, erupsi vesikel umumnya pada
telapat tangan dan kaki, 80% terjadi kelainan skeletal pada ekstremitas
atas, 30% menalami Parrot’s pseudoparalisis (kehilangan kekuatan otot
tanpa terdapatnya paralisis yang nyata), Parrot’s scar yang terjadi karena
rupturnya papul yang terletak sekitar bibir, hidung, dan anus, hepatomegali,
splenomegali, dan pneumonia alba.
- Late congenital syphilis : umumnya tidak menunjukan gejala akan tetapi
20% terjadi  interstisial keratitis pada umur 5-30 tahun, gigi Hutchinson,
Parrot’s scars pada bibir dan anus, gangguan pendengaran yang disebabkan
oleh kerusakan saraf vestibulokoklear, dan retardasi mental
KESIMPULAN (3)
Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan USG untuk
mendeteksi tanda-tanda IUGR, non-immune hydrops
fetalis, kalsifikasi sereberal, hepatosplenomegali,
polyhydramnion dan pelebaran/penebalan plasenta.
Terdapat beberapa literatur yang menyatakan bahwa
komplikasi diatas bersifat reversibel dengan terapi awal
pada ibu.
KESIMPULAN (4)
3. Pada pasien ini tidak terdapat keluhan maupun gejala
yang khas pada sifilis akan tetapi terdapat hasil
pemeriksaan lab TPHA (+) sehingga dapat dicurigai
bahwa pasien sedang sifilis pada fase laten. Fase laten
sifilis ada 2 yaitu sifilis laten dini (diderita kurang dari 1
tahun) dan sifilis laten lanjut (diderita lebih dari 1 tahun).
Penatalaksanaan terhadap sifilis laten pada kehamilan
yaitu sebagai berikut:
- Sifilis laten dini : benzathine penicillin G 2.4 juta unit x 1
intramuskular
- Sifilis laten lanjut : benzathine penicillin G. 72 juta unit
total, diadministrasi sebagai 3 dosis masing-masing 2.4
juta unit dan diberikan dengan interval waktu 1 minggu.
Pasien disarankan untuk tidak bersenggama selama 2
minggu awal masa pengobatan atau hingga lesi sembuh.
KESIMPULAN (5)
Kesembuhan secara serologis didefinisikan sebagai
penurunan titer 4 kali lipat dalam pemeriksan RDR/VDRL.
Hal ini dapat membutuhkan waktu berbulan-bulan setelah
mulainya pengobatan, sehingga banyak wanita hamil
dalam masa perawatan mungkin tidak mendapatkan hasil
seronegatif sebelum persalinan. Follow-up klinis dan
serologis (RPR atau VDRL) direkomendasikan pada bulan
ke-3, 6, dan 12; dan jika diindikasikan, setiap 6 bulan
hingga pemeriksaan VDRL/RPR negatif. Jika terdapat
peningkatan titer 4 kali lipat pada VDRL atau RPR maka
dapat dicurigai terjadinya reinfeksi atau kegagalan terapi.
RENCANA TINDAK LANJUT
• Apabila saya menemukan kasus serupa, maka saya akan
menganjurkan tindakan-tindakan sebagai berikut:
– Skrining terutama ditujukan kepada  seluruh ibu hamil (pada
kunjungan antenatal pertama, diulang pada trimester ke-3 dan saat
persalinan), seluruh ibu melahirkan, pekerja seks komersial, lelaki
yang berhubungan seks dengan lelaki, seluruh pasien IMS,
perempuan yang memiliki riwayat keguguran atau stillbirth
– Pengobatan terhadap ibu, suami dan bayi sesuai dengan hasil
analisis
– Pemeriksaan apakah bayi terinfeksi dengan kongenital sifilis
dengan pemeriksaan penunjang tes serologi dan tes lapang
pandang gelap/dark field microscopy
– Pengobatan jika bayi terbukti sifilis dari pemeriksaan penunjang
adalah : Aqueous crystalline penicillin G 100,000–150,000
unit/kg/day, administrasi 50,000 units/kg/dosis IV setiap 12 jam
pada 7 hari pertama kehidupan dan setiap 8 jam setelah itu selama
10 hari atau Procaine penicillin G 50,000 units/kg/dosis IM sehari
sekali selama 10 hari atau Procaine penicillin G 50,000
units/kg/dosis IM sehari sekali selama 10 hari
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai