2018
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/9416
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PEMANFAATAN ABU KULIT BUAH KELAPA
SEBAGAI SUMBER ALKALI (BASA) ALAMI PADA
PEMBUATAN SABUN
SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan ini merupakan
Skripsi dengan judul “Pemanfaatan Abu Kulit Buah Kelapa Sebagai Sumber
Alkali (Basa) Alami Pada Pembuatan Sabun”, berdasarkan hasil penelitian
yang penulis lakukan di Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana teknik.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada dunia industri
tentang pemanfaatan abu kulit buah kelapa yang digunakan sebagai sumber alkali
(basa) alami pada pembuatan sabun.
iii
Universitas Sumatera Utara
8. Keluarga Laboratorium Kimia Analisa terutama kepada Azhari Baharsyah
Gajah.
9. Teman-teman stambuk 2013, dan abang dan kakak stambuk 2012 yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
iv
Universitas Sumatera Utara
DEDIKASI
Ayah adalah orang yang mengajariku akan betapa kerasnya hidup ini
dan menjadikanku pribadi yang tangguh sehingga dapat tetap tegar di
atas segala cobaan yang datang silih berganti. Ibu adalah wanita
hebat yang telah membesarkan, mendidik dan mendukungku dengan
penuh kesabaran dan kasih sayang. Mereka jugalah yang menjadi
alasanku untuk selalu bersyukur dalam setiap keadaan.
&
v
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP PENULIS
vi
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Abu kulit buah kelapa merupakan hasil pembakaran kulit buah kelapa yang dilakukan secara
konvensional. Abu kulit buah kelapa memiliki kandungan kalium yang tinggi yang dapat
dijadikan sebagai basa untuk pembuatan sabun. Penelitian ini dilakukan pembuatan sabun
cair dari abu kulit buah kelapa sebagai sumber basa alami dengan variabel volume alkali dan
waktu pengadukan dengan analisa bilangan penyabunan, keasaman, densitas dan alkali bebas
untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap sabun yang dihasilkan. Pada
variasi volume alkali dan waktu pengadukan yang dilakukan dalam penelitian ini, maka
diperoleh sabun cair yang ditinjau dari setiap analisa yang dilakukan adalah pada volume
alkali 20 ml dengan waktu pengadukan 180 menit maka pH yang terbaik yaitu sebesar 9,
pada analisa bilangan penyabunan yang terbaik dengan volume alkali 35 ml tanpa
pengadukan yaitu sebesar 205,4, densitas terbaik yang dilakukan pada volume alkali 20 ml
tanpa pengadukan yaitu sebesar 1,076 dan alkali bebas yang terbaik dilakukan pada volume
alkali 20 ml dengan waktu pengadukan 180 menit yaitu sebesar 0,056.
Kata Kunci : Abu kulit buah kelapa, Bilangan Penyabunan, Kalium, Sabun, Saponifikasi
vii
Universitas Sumatera Utara
UTILIZATION OF COCONUT PEEL ASH A NATURAL SOURCE OF ALKALI
(BASE) IN THE MAKING OF SOAP
ABSTRACT
Coconut peel ash is the result of coconut husk burning done conventionally. The coconut
peel ash has a high potassium content that can be used as a base for soap making. The
research is done making liquid soap from coconut husk ash as natural base source with
variable of alkaline volume and stirring time with analysis of saponification number, acidity,
density and alkali free to know the effect of these variable on the soap produced. In the
variation of alkali volume and stirring time carried out in this study, the obtained liquid soap
in terms of analysis carried ot was at 20 ml alkali volume with 180 minutes stirring time then
the best pH was 9, in the best lathering with an alkali volume of 35 ml without stirring of
205,4, the best density carried out 20 ml of alkali volume without stirring is 1,076 and the
best alkali free is carried out at an alkaline volume of 20 ml with a stirring time of 180
minutes of 0,056.
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
PENGESAHAN SKRIPSI ii
PRAKATA iii
DEDIKASI v
RIWAYAT HIDUP PENULIS vi
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 RUMUSAN MASALAH 3
1.3 TUJUAN PENELITIAN 3
1.4 MANFAAT PENELITIAN 3
1.5 RUANG LINGKUP 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 SABUN ............................................................................................. 5
2.1.1 Pengertian Sabun ................................................................ 5
2.1.2 Sejarah Sabun ....................................................................... 7
2.1.3 Jenis Jenis Sabun .................................................................. 8
2.1.4 Mekanisme Reaksi Sabun................................................... 10
2.1.5 Proses Pembuatan Sabun .................................................... 10
2.1.6 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Penyabunan. 12
2.2 MINYAK DAN LEMAK................................................................ 14
2.2.1 Minyak Hewani .................................................................. 14
2.2.2 Minyak Nabati .................................................................... 14
2.2.2.1 Minyak Kelapa (Cocos nucifera)..................................... 15
ix
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................... 19
3.1 LOKASI PENELITIAN.................................................................... 19
3.2 BAHAN DAN PERALATAN .......................................................... 19
3.2.1 Bahan ................................................................................... 19
3.2.2 Peralatan ............................................................................... 19
3.3 RANCANGAN PERCOBAAN ....................................................... 20
3.4 Prosedur Percobaan ................................................................. 20
3.4.1 Prosedur Utama Percobaan.................................................. 20
3.4.1 Prosedur Penelitian ............................................................... 20
3.4.1.1 Prosedur Reaksi Saponifikasi ............................................ 20
3.4.2 Prosedur Analisa ................................................................... 20
3.4.2.1 Prosedur Analisa Densitas ................................................. 20
3.4.2.2 Prosedur Analisa Keasaman (pH)...................................... 21
3.4.2.3 Prosedur Analisa Bilangan Penyabunan ............................ 21
3.4.2.4 Prosedur Analisa Alkali Bebas .......................................... 22
3.5 FLOWCHART .................................................................................. 23
3.5.1 Flowchart Penelitian ............................................................. 23
3.5.1.1 Flowchart Reaksi Saponifikasi .......................................... 23
3.5.2 Flowchart Analisa ................................................................. 24
3.5.2.1 Flowchart Analisa Densitas ............................................... 24
3.5.2.2 Flowchart Analisa Keasaman (pH).................................... 25
3.5.2.3 Flowchart Analisa Bilangan Penyabunan .......................... 26
3.5.2.4 Flowchart Analisa Alkali Bebas ........................................ 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 28
4.1 Pengaruh Volume Alkali dan Waktu Pengadukan Terhadap
Kadar Keasaman Sabun......................................................... 30
4.2 Pengaruh Volume Alkali dan Waktu Pengadukan Terhadap
Kadar Densitas Sabun............................................................. 32
4.3 Pengaruh Volume Alkali danWaktu Pengadukan Terhadap
Bilangan Penyabunan Sabun .................................................. 34
4.4 Pengaruh Volume Alkali dan Waktu Pengadukan Terhadap
Kadar Alkali Bebas Sabun...................................................... 36
1. Memberikan informasi potensi kalium dari abu kulit buah kelapa yang
dimanfaatkan sebagai alkali pada pembuatan sabun.
2. Memberikan informasi mengenai sifat-sifat fisik sabun yang dihasilkan
dengan menggunakan alkali dari abu kulit buah kelapa.
3. Memberikan informasi mengenai pengaruh alkali dari abu kulit buah
kelapapada kualitas sabun yang dihasilkan.
2.1 SABUN
2.1.1 Pengertian Sabun
Sabun adalah surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan dengan air
untuk mencuci dan membersihkan lemak (kotoran). Sabun memiliki struktur kimiawi
dengan panjang rantai karbon C12 hingga C16. Sabun bersifat ampifilik, yaitu pada
bagian kepalanya memiliki gugus hidrofilik (polar), sedangkan pada bagian ekornya
memiliki gugus hidrofobik (non polar). Oleh sebab itu, dalam fungsinya, gugus
hidrofobik akan mengikat molekul lemak dan kotoran, yang kemudian akan ditarik
oleh gugus hidrofilik yang dapat larut di dalam air [9].
Sabun dapat didefinisikan sebagai komponen kimia atau campuran dari
komponen kimia yang merupakan hasil reaksi antara asam lemak asam gliserida
dengan metal radikal (atau alkali organik). Sabun juga dapat dideskribsikan sebagai
garam yang larut dalam air dengan asam lemak dengan ikatan atom karbon sebanyak
6 atau lebih. Metal yang biasa digunaka dalam pembuatan sabun berasal dari natrium
dan kalium, yang menjadikan sabun larut dalam air. Berbeda dengan sabun yang
dihasilkan dari metal divalent seperti, kalsium, magnesium besi dan alumunium yang
tidak larut didalam air [10].
Standar Nasional Indonesia (SNI) (1994) mendefinisikan sabun sebagai
pembersih yang dibuat melalui reaksi kimia antara basa natrium (NaOH) atau kalium
(KOH) dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Minyak berfungsi
sebagai sumber asam lemak. Setiap jenis minyak menghasilkan karakteristik sabun
yang berbeda-beda [11]. Sifat – sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah
dan komposisi dari komponen asam – asam lemak yang digunakan. Komposisi asam
– asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan
tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon
dihindari penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang
rantai yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sangat sukar larut dan
sulit menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam – asam lemak tak jenuh
menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara. Kandungan zat – zat
SNI
No. Uraian
Tipe 1 Tipe 2 Superfat
1. Kadar Air (%) Maks 15 Maks 15 Maks 15
2. Jumlah Asam Lemak (%) >70 64-70 >70
Maks
3.
Alkali Bebas (%) Maks 0,1 0,1 Maks 0,1
4. Asam Lemak Bebas (%) <2,5 <2,5 <2,5
5. Lemak Netral (%) <2,5 <2,5 <2,5
1. 2007 44.959,50
2. 2008 47.452
3. 2009 49.452
4. 2010 168.546,43
Table 2.4 Kapasitas Import Sabun Pada Tahun 2007-2010 di Indonesia [15].
1. 2007 1.613,125
2. 2008 1.731,443
3. 2009 1478,155
4. 2010 1113,125
3. Sabun Natural
Sabun natural mengacu pada proses pembuatannya yang tidak banyak
melibatkan bahan kimia sintetis. Sebuah sabun disebut natural ketika peran
SLS digantikan dengan bahan-bahan alami/natural berupa minyak alami
(nabati/hewani), pembuatannya tanpa melibatkan detergen (SLS/SLES atau
texapon) dan zat kimia sintetis (parabens/pengawet kimia, EDTA, pewarna
sintetis, dll). Hal ini menjadi salah satu keistimewaan yang membuat kualitas
sabun natural lebih baik dibanding dengan sabun biasa. Penjelasan kali ini
akan membahas tentang penggunaan minyak nabati yang memiliki fungsi
spesifik dalam pembuatan sabun, lebih dapat dipertanggung jawabkan
jaminan kehalalannya dan efektif manfaatnya bagi kulit.
Minyak alami (nabati) yang biasa digunakan dalam pembuatan sabun
natural merupakan kombinasi dari minyak zaitun (olive oil), minyak kelapa
(coconut oil), dan minyak kelapa sawit (palm oil). Ketiga minyak nabati
tersebut biasanya digunakan sebagai bahan baku utama dan memiliki fungsi
yang berbeda. Kombinasi ketiganya dapat menghasilkan sabun natural
dengan kualitas yang baik, mampu membersihkan kulit serta menjaga
kelembutan dan menutrisi kulit [18]
ln Δ
=
RT
2.3 ALKALI
Kalium merupakan unsur yang tergolong kealam logam alkali. Struktur
kalium merupakan kation monovalen (K+) yang dapat ditemukan pada cairan sel
tanaman yang tidak terikat secara kuat dan bukan merupakan bagian dari jaringan tua
ke titik perhubungan akar dan tajak. Kalium juga memiliki banyak perilaku yang
sama dengan natrium, kalsium, dan magnesium di lingkungan. Unsur kalium
merupakan unsur yang paling mudah melakukan persenyawaan dengan unsur atau
zat lainnya, seperti klor dan magnesium. Kalium memiliki sifat mudah larut, mudah
terbawa hanyut dan mudah terfiksasi dalam tanah. Kalium dapat diperoleh dari
beberapa jenis mineral, sisa-sisa tanaman dan jasad renik, air irigasi, larutan dalam
tanah, abu tanaman dan pupuk anorganik [24]. Untuk memperoleh alkali kalium, abu
tanaman yang telah diperoleh dari hasil dekarbonasi diekstraksi dengan
menggunakan pelarut air [25] menghasilkan alkali dalam bentuk KOH.
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa kalium merupakan kation utama dalam
abu kulit kelapa sebesar 40 % berat [6], sehingga dapat diekstraksi untuk diambil
kalium nya sebagai alkali dalam proses pembuatan sabun dan proses pembuatan
alkalinya ini diambil dari peneliti sebelumnya dalam peneliatian ekstraksi kalium
dari abu kulit buah kelapa oleh Gilang, 2013.
3.2.1 BAHAN
1. Alkali dari abu kulit buah kelapa
2. Minyak kelapa
3. Phenoftalein
4. Asam Klorida
5. Aquades
3.2.2 PERALATAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Neraca Elektrik
2. Peralatan kaca seperti Beaker glass, Erlenmeyer dan lain-lain.
3. Termometer
4. Oven
5. Cawan
6. Alumunium foil
7. Magnetic Stirrer
8. Gelas Ukur
9. Stopwatch
10. Spatula
11. Piknometer
12. Pipet Tetes
Alkali Bebas=
Mulai
Selesai
Mulai
Selesai
Mulai
Selesai
Mulai
Tidak
Ya
Selesai
Mulai
Tidak
Apakah larutan sudah
berwarna bening ?
Ya
Dicatat volume titran yang digunakan
Selesai
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Berdasarkan bentuknya, sabun yang dikenal pada saat ini ada
bermacam-macam diantaranya berupa sabun cair (liquid soap), sabun padat opaque
(sabun padat biasa), dan juga sabun padat transparan. Sabun berfungsi untuk
mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya. Sabun dibuat
melalui proses saponifikasi lemak atau minyak menggunakan larutan alkali dengan
membebaskan gliserol. Lemak atau minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani,
minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut. Jenis-jenis minyak ataupun lemak yang
digunakan dalam pembuatan sabun ini akan mempengaruhi sifat-sifat sabun tersebut,
baik dari segi kekerasan, banyaknya busa yang dihasilkan, maupun pengaruhnya bagi
kulit. Untuk itu dalam pembuatan sabun perlu dipilih jenis minyak atau lemak yang
sesuai dengan kegunaan sabun itu sendiri [29]. Dalam penelitian ini digunakan minyak
kelapa untuk pembuatan sabun. Minyak kelapa kaya akan asam lemak berantai sedang
(C8-C14), khususnya asam laurat dan asam meristat. Asam laurat sangat diperlukan
dalam pembuatan sabun karena asam laurat mampu memberikan sifat pembusaan yang
sangat baik untuk produk sabun serta vitamin A dan C yang berfungsi sebagai
antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang bisa merusak kulit
seperti kulit kering, noda hitam, kusam, dan keriput [29].
Soda Kaustik (KOH) merupakan bahan penting dalam pembuatan sabun mandi
karena menjadi bahan utama dalam proses saponifikasi dimana minyak atau lemak akan
diubah menjadi sabun. Tanpa bantuan KOH maka proses kimia sabun tidak akan terjadi.
Soda kaustik (KOH) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan soda kaustik alami
yang diperoleh dari abu kulit buah kelapa.
Kulit buah kelapa yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah kelapa
yang diperoleh dari daerah Hamparan Perak, Medan.
(a) (b)
Gambar 4.1 Gambar Hasil Sabun (a) Sebelum Dipisahkan (b) Setelah Dipisahkan
6
25
4 30
2 35
0
0 30 60 120 180
Waktu Pengadukan (menit)
Dari gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa nilai kadar keasaman (pH)
tertinggi adalah pada volume alkali 20 ml, tanpa pengadukan yaitu 11. Sedangkan
nilai pH terendah adalah pada volume alkali 20 ml, waktu pengadukan 180 menit
yaitu 9.
Dari gambar 4.2 dapat dilihat adanya pengaruh waktu pengadukan terhadap
pH sabun yang dihasilkan. Dengan semakin bertambahnya waktu pengadukan
dapat menyebabkan turunnya pH sabun yang dihasilkan. Sedangkan dengan
semakin besarnya volume alkali maka besar pula konsentrasi alkali penyabunan
yang menyebabkan pH sabun meningkat. Hal ini disebabkan oleh semakin lama
waktu pengadukan menyebabkan waktu interaksi antara minyak dan alkali
semakin besar, maka reaksi akan mendekati kesetimbangan sehingga residu alkali
akan semakin rendah yang menyebabkan sabun tidak terlalu basa. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Wijana, dkk.,(2009), nilai pH memiliki
kecenderungan yang semakin menurun dengan semakin lamanya pengadukan [31].
Reaksi yang jauh dari kesetimbangan akan menghasilkan sabun dengan residu
alkali yang besar dan berakibat pada pH sabun yang tinggi. pH yang sangat tinggi
1,600
1,400
1,200
1,000
Densitas
20 Alkali
Volume
0,800
0,600 25
0,400 30
0,200 35
0,000
0 30 60 120 180
Waktu Pengadukan (menit)
Dari gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa volume alkali dan waktu
pengadukan berpengaruh terhadap densitas sabun yang dihasilkan. Pengaruh
waktu pengadukan akan meningkat seiring dengan densitas sabun yang akan
semakin mningkat pula itu dikarenakan semakin lama waktu reaksi akan
menurunkan kadar lemak yang terdapat pada sabun. Densitas sabun cenderung
naik seiring dengan bertambahnya volume alkali penyabunan. Alkali yang
digunakan dilarutkan dengan menggunakan pelarut air sehingga semakin besar
volume alkali maka semakin besar pula kandungan airnya. Pengaruh volume alkali
terhadap densitas sabun akan semakin meningkat seiring dengan semakin besarnya
volume alkali penyabunan. Hal ini disebabkan oleh adanya partikel H2O, yang
menyebabkan kandungan air pada sabun berlebih. Penurunan viskositas akibat
peningkatan rasio air/sabun dikarenakan viskositas dipengaruhi oleh kadar air
dalam sabun tersebut [31]. Viskositas merupakan densitas perwaktu, jika viskositas
sabun meningkat dengan turunnya rasio air/sabun, maka densitas sabun akan
meningkat dengan semakin sedikitnya kandungan air didalam sabun yang ditandai
dengan mengental nya sabun yang dihasilkan.
206,0
204,0
Bilangan Penyabunan
196,0
35
194,0
0 30 60 120 180
Waktu Pengadukan (menit)
Dari gambar 4.4 diatas dapat dilihat bahwa adanya pengaruh volume
alkali dan waktu pengadukan terhadap nilai bilangan penyabunan. Dengan
semakin bertambahnya volume alkali menyebabkan nilai bilangan penyabunan
pada sabun akan semakin meningkat. Sedangkan dengan semakin bertambahnya
waktu pengadukan menyebabkan nilai bilangan penyabunan akan semakin
menurun. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya waktu pengadukan
akan menyebabkan waktu reaksi antara minyak dan alkali akan semakin besar,
maka reaksi akan mendekati kesetimbangan sehingga minyak yang belum
bereaksi dengan alkali akan semakin kecil dan kadar asam lemak bebasnya pun
semakin kecil [32].
Alkali bebas adalah alkali dalam sabun yang tidak terikat sebagai
senyawa. Dimana alkali merupakan parameter pengukur kandungan alkali yang
terdapat pada sabun
Berikut grafik yang menunjukkan variasi volume alkali dan waktu
pengadukan terhadap kadar alkali bebas sabun yang dihasilkan:
0,12
0,10
Kadar Alkali Bebas %
0,00
0 30 60 120 180
Waktu Pengadukan (menit)
Dari gambar 4.5 tersebut dapat dilihat adanya pengaruh volume alkali dan
waktu pengadukan terhadap kadar alkali bebas. Dengan semakin bertambahnya
waktu pengadukan dapat menyebabkan turunnya kadar alkali bebas pada sabun
Kadar alkali bebas merupakan salah satu parameter yang sangat penting
dalam penentuan mutu suatu sabun, Karena nilai kadar alkali bebas menentukan
kelayakan sabun cair untuk digunakan sebagai sabun mandi. Jika kadar alkali
bebas pada sabun melebihi standar yang telah ditetapkan dapat menyebabkan
iritasi pada kulit, seperti kulit luka dan mengelupas [34].
Sabun hasil penelitian memiliki kadar alkali bebas antara 0,126 – 0,056
% dan standar kadar alkali bebas menurut SNI adalah ≤ 0,14% [17]. Dari hasil
penelitian yang sesuai dengan SNI adalah pada volume alkali 20 ml dengan
waktu pengadukan 180 menit yaitu sebesar 0,056%.
1.0
0.8
K
O
0.6 C Ni Al K Na Si Ca
0.4
0.2
0.0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
keV
Gambar 4.6 Hasil Analisa Kandungan Kalium dengan Scanning Electrone Microscope-
Energy Dispersive X-ray spectroscopy (SEM-EDX)
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Nilai kadar keasaman (pH) yang terbaik pada penelitian ini diperoleh pada
volume alkali 20 ml dan waktu pengadukan 180 menit yaitu sebesar 9.
2. Densitas sabun yang sesuai dengan SNI adalah pada volume alkali 20 ml dengan
tanpa pengadukan yaitu 1,076 gr/ml dan pada volume alkali 25 ml, dan 20 ml
dengan masing-masing tanpa waktu pengadukan dan 30 menit yaitu 1,129 gr/ml.
3. Nilai bilangan penyabunan yang terbaik pada penelitian ini diperoleh pada
volume alkali 35 ml dengan tanpa pengadukan yaitu berturut-turut sebesar 205,4.
4. Nilai kadar alkali bebas pada sabun yang terbaik adalah pada volume alkali 20
ml dengan waktu pengadukan 180 menit yaitu sebesar 0,056% .
5. Ditinjau dari nilai ekonomisnya, limbah kulit buah kelapa dapat digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun natural.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah:
1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan variasi pada perbandingan
antara minyak dan waktu reaksi agar diperoleh hasil yang lebih baik.
2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan perendaman lebih lama
terhadap abu yang telah dilarutkan dengan aquadest dan pada saat proses
ekstraksinya sebaiknya dilakukan dengan pemanasan.
3. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan variasi pada analisa yang
dilakukan pada proses pembuatan sabun seperti analisa daya busa.
[1] Naomi, Phatalina, Anna M Lumban Gaol dan M Yusuf Toha. 2013.
Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari
Kinetika Reaksi Kimia.Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 19.
[2] Aiwize.E.A dan J.I. Achebo. 2012. Liquid Soap Production With Blends
of Rubber Seed Oil (RSO) and Palm Kernel Oil (PKO) with Locally
Sourced Caustic Potash (KOH). Nigerian Journal of Technology. Vol.
3, No 1, pp. 63- 67.
[3] Sucipto, Irzaman, Tun Tedja Irwadi, Anas Mifta Fauzi. 2011. “Potential
of Conductence Measurment for Lard Detection”. International Journal
of Basic & Applied Science. IJBAS-IJENS. Vol:11 No:05.
[4] Kaltsum, U.B., Dosumu, O.O.,Oladipo, E. and Agunbiade, F.O. 2015.
Analysis of Locally Produced Soap Using Sheabutter Oil (SBO)
Blended with Palm Kernel Oil (PKO). Nigerian Journal of Science. Vol.
38 19 – 24.
[5] Ogundrian, Mary B.; Babayemi, J.O.; dan Nzeribe, Chima G.. 2011.
Determination of Metal Content and an Assessment of the Potential Use
of Waste Cashew Nut Ash (CNSA) as a Source For Potash Production.
BioResources, Vol. 6, No. 1, Hal.529-536
[6] Ritonga, Muhammad Yusuf, Doni Hermanto Sihombing dan Allen
Rianto Sihotang. “Pemanfaatan Abu Kulit Buah Kelapa sebagai Katalis
pada Reaksi Transesterifikasi Minyak Sawit Menjadi Metil Ester.”
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara, Medan: 2013
[7] Doloksaribu, Rommel. 2010. “Pengarh Konsentrasi Starter
Saccharomyces cereviceae dan Waktu Fermentasi Terhadap Hasil
dan Mutu Minyak Kelapa Virgin Coconut Oil. Program Magister
Biologi. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
[8] Oyegbado, C.O., Iyagbe E.T., dan Offor O.J.2002. Solid Soap
CONTOH PERHITUNGAN
1. Aquadest
Berat aquadest = berat piknometer berisi air – berat piknometer kosong
= 33,8 – 24,2
= 9,6 gram
Densitas aquadest pada suhu 29 oC adalah 1,023 gr/ml
2. Densitas sabun
RUN I
Berat piknometer kosong = 24,2 gram
Berat piknometer berisi sampel = 34,3 gram
Berat sampel = berat piknometer berisi sampel – berat piknometer kosong
= 34,3 – 24,2
= 10,1 gram
Densitas sampel = x densitas air
,
= x 1,023 gr/ml
,
=1,076 gr/ml
RUN XIII
Massa sampel (W) = 3 gram
Volume pentiter (a) = 14,3 ml
Volume blanko (b) = 35 ml
Konsentrasi konversi koefisien (Cl) = 28,05
Factor reagen (TF) = 1,006
Bilangan penyabunan= ( )
, ( , ) ,
=
= 197,8
RUN IV
Massa sampel (W) = 3 gram
Volume pentiter (a) = 13,5 ml
Volume blanko (b) = 35 ml
Konsentrasi konversi koefisien (Cl) = 28,05
Factor reagen (TF) = 1,006
Bilangan penyabunan= ( )
, ( , ) ,
=
= 205,4
RUN XVII
× , ×
Kadar alkali bebas = x 100 %
, × , × ,
= x 100%
= 0,126 %
RUN XVII
× , ×
Kadar alkali bebas = x 100 %
, × , × ,
= x 100%
= 0,056 %
DOKUMENTASI PENELITIAN
(a) (b)
LC.5 Foto Analisa (a) Sebelum Titrasi dan (b) Setelah Titrasi
HASIL UJI
LD.2 Hasil Analisis Kalium Menggunakan Energy Dispersive X-ray spectroscopy (EDX)