Anda di halaman 1dari 13

Ekspor-Impor Terhambat Ketatnya Likuiditas Perbankan

Sabtu, 11 Oktober 2008 | 06:26 WIB

JAKARTA, SABTU - Pelaku usaha mulai merasakan kegiatan ekspor dan impor terhambat oleh
kesulitan likuiditas perbankan. Jika berlanjut, kondisi ini akan berdampak menurunkan volume
perdagangan. Padahal, di sisi lain, kinerja ekspor juga sudah tertekan oleh melemahnya permintaan pasar
global.Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Benny Soetrisno mengungkapkan hal itu di Jakarta, Jumat
(10/10). Menurut Benny, kesulitan likuiditas perbankan membuat perdagangan ekspor- impor seakan
harus dilakukan dengan tunai.

”Kalau kami mau mengimpor dengan membuka L/C (letter of credit) biasanya cukup memberi jaminan
10-20 persen, sekarang harus pakai jaminan 100 persen karena bank enggak punya dollar AS. Kalau
jaminannya 100 persen, ya sekalian saja langsung transfer bayar tunai,” ujarnya. Sebaliknya, ketika
pelaku usaha akan mengekspor, L/C yang diterima dari pembeli tidak bisa langsung dibayar oleh bank di
Indonesia setelah barang diekspor. ”Eksportir harus menunggu bank di sini dibayar oleh bank pembuka
L/C,” kata Benny.

Menurut Benny, kesulitan likuiditas perbankan ini mulai dirasakan pelaku ekspor-impor dalam sepekan
terakhir. Ketua Umum Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan,
dalam situasi seperti sekarang, perbankan umumnya amat berhati-hati dalam menyalurkan kredit.
Perbankan juga melakukan klasifikasi tingkat risiko debitor valas yang mengekspor produknya ke AS
atau negara lain yang berpotensi terpengaruh penurunan ekonomi AS.

Dalam dua bulan terakhir, perbankan domestik memang mengalami likuiditas dollar yang ketat. Salah
satu faktor penyebabnya ialah krisis keuangan di AS. Institusi keuangan global yang merugi menarik
dana mereka di negara berkembang dan menukarnya ke dollar AS. Bank-bank internasional juga enggan
meminjamkan dollarnya ke pihak lain karena khawatir pinjamannya macet. Akibatnya, likuiditas dollar di
pasar amat ketat.

Pengamat pasar modal, Mirza Adityaswara, mengatakan, salah satu cara untuk mencegah kian ketatnya
likuiditas dollar di dalam negeri ialah menjaga tidak terjadinya kepanikan yang memicu perburuan dollar.
Jika panik, akan banyak importir yang memburu dollar meski sebenarnya baru butuh dalam beberapa
bulan ke depan.

Tunda pencairan

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Erwin Aksa Mahmud mengatakan, ketatnya
likuiditas perbankan juga menyebabkan suku bunga kredit naik. ”Perbankan juga menunda mencairkan
pinjaman yang telah disetujui,” ujarnya. Akibat kondisi ini, pelaku usaha tidak mendapat dana dalam
jumlah cukup untuk operasional dan ekspansi. Karena itu, kata Erwin, pelaku usaha saat ini cenderung
tidak berekspansi dan menunggu situasi membaik.

Sementara Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah
sudah harus segera melaksanakan program pembelian kembali saham-saham BUMN. Program itu akan
membantu pemulihan pasar modal karena memberikan sinyal bahwa pemerintah percaya terhadap
perusahaan-perusahaan tersebut. Menurutnya, jika pemerintah lamban mengeksekusi, yang kemudian
timbul adalah sentimen negatif pasar yang menilai pemerintah tidak serius menangani krisis.

http://nasional.kompas.com/read/2008/10/11/06262294/ekspor-
impor.terhambat.ketatnya.likuiditas.perbankan
Bank Ekspor Impor Indonesia Bidik Singapura dan Arab Saudi

Sabtu, 14 Maret 2009 | 18:02 WIB

Kompas/Agnes Rita Sulistyawaty


Dua perempuan, Sabtu (11/10), menunjukkan sampel pinang (kiri) dan gambir asal Sumatera
Barat yang akan diekspor. Pinang akan diekspor ke Nepal dan gambir diekspor ke India. Ekspor
perdana dilakukan oleh perusahaan daerah PT Andalas Tuah Sakato dengan nilai sekitar Rp 2
miliar.

MEDAN, KOMPAS.com - Bank Ekspor Impor Indonesia yang merupakan penjelmaan dari
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) membidik Singapura dan Saudi Arabia untuk
lokasi cabang baru. "Pembukaan ini untuk memberikan fasilitas ekspor Indonesia," kata Presiden
Direktur Bank Ekspor Indonesia Arifin Indra, Sabtu (14/3).

Arifin menambahkan, cabang Singapura akan dibuka tahun depan. Sementara di dalam negeri,
tahun ini, Medan, Makassar, dan Surabaya menjadi lokasi kantor cabang baru. 

Bank Ekspor Indonesia merupakan persiapan dari Bank Ekspor Impor Indonesia sesuai Undang-
undang Nomor 2/2009 mengenai LPEI. Dengan operasionalisasi resmi  Bank Eskpor Impor
Indonesia pada 1 Juli 2009, Bank Ekspor Indonesia bakal lebur ke dalamnya. Seluruh aset hingga
tanggung jawab perbankan Bank Ekspor Indonesia menjadi wewenang Bank Eskpor Impor
Indonesia.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/03/14/18020530/Bank.Ekspor.Impor.Indonesia.Bidik.Sin
gapura.dan.Arab.Saudi
Memahami Ekspor Impor
Oleh: AsianBrain.com Content Team

Kegiatan Ekspor Impor merupakan faktor penentu dalam menentukan roda perekonomian di
negara kita. Seperti yang kita ketahui, Indonesia sebagai negara yang sangat kaya raya dengan
hasil bumi dan migas, selalu aktif terlibat dalam perdagangan internasional.

Dalam era perdagangan global sekarang ini, arus barang masuk dan keluar sangatlah cepat.
Untuk memperlancar urusan bisnisnya, para pengusaha dituntut untuk memiliki pengetahuan
yang cukup mengenai prosedur ekspor impor, baik dari segi peraturan yang selalu diperbarui
terutama yang berhubungan dengan perdagangan internasional, kepabeanan, shipping maupun
perbankan, yang semuanya ini saling berkaitan dan selama ini sering terjadi permasalahan di
lapangan.

Sebelum membahas lebih lanjut, ada baiknya kita memahami pengertian ekspor impor.

 Pengertian impor menurut UU Kepabeanan adalah kegiatan memasukkan barang ke


dalam daerah pabean. Semua barang yang dimaksudkan adalah semua atau seluruh
barang dalam bentuk dan jenis apa saja yang masuk ke dalam daerah pabean.
 Pengertian ekspor menurut UU Kepabeanan adalah kegiatan mengeluarkan barang dari
daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari barang dari dalam negeri
(daerah pabean), barang dari luar negeri (luar daerah pabean), barang bekas atau baru.

Di dalam kegiatan ekspor impor, maka diperlukan perijinan sebagai berikut :

 Persyaratan impor:

1. Mengajukan dan mengisi formulir dengan melampirkan :


- Copy Akte Pendirian Perusahaan yang te-legalisir.
- SIUP
- Domisili Perusahaan
- NPWP
- Neraca Awal
- Referensi bank yang bersangkutan
- Bukti adanya hubungan atau kontak dengan luar negeri, atau penunjukan          agen (yang
terdaftar di Deperindag)
- Tanda Daftar Perusahaan

2. Setelah data dipenksa dengan benar dan lengkap, Kanwil Deperindag     menerbitkan API
(Angka Pengenal Impor).

 Persyaratan ekspor:

1. Surat Ijin Usaha (SIUP) yang dikeluarkan oleh Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan
Perdagangan Propinsi (Kanwil Deperindag), atau ;
2. Surat Ijin Usaha (SIU) oleh Departemen Tehnis atau Lembaga Pemerintah
Non Tehnis lainnya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, dan ;
3. Tanda Daftar Perusahaan yang dikeluarkan oleh Kanwil Deperindag tingkat
Propinsi.
Anda juga perlu memahami dokumen yang dibutuhkan dalam kegiatan ekspor impor, yaitu :
 Dokumen impor :
- RKSP (Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut)
- PIB (Pemberitahuan Impor Barang)
- Manifest
- Invoice
- COO (Certificat of Origin)
- D/0 {Delivery Order)
 Dokumen ekspor :
1.Dokumen Utama :
- PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang)
- B/L (Bill of Lading) untuk angkutan laut
- Invoice
- Packing List
2. Dokumen Pelengkap :
- SKA (Surat Keterangan Asal) / COO (Certificateof Origin)
- SM (Sertifikat Mutu)
- LPS- E (Laporan Pemeriksaan Surveyor - Ekspor)

Ketika membahas Ekspor Impor, maka yang terlintas adalah Proses Kepabeanan serta Bea dan
Cukai sebagai badan yang bertanggung jawab sebagai pengawas dan pelaksana dilapangan.

Bea dan Cukai jelas mempunyai peran dalam melancarkan arus barang, dokuman dan orang,
tetapi disadari pula bahwa hal ini tidak hanya tanggung jawab Bea dan Cukai saja, melainkan
juga seluruh pihak yang terlibat seperti PPJK (Pengusaha Jasa Kepabeanan), Exportir maupun
Importir.

http://www.anneahira.com/artikel-umum/ekspor-impor.htm
Rupiah di Posisi Ideal Bagi Aktivitas Ekspor dan Impor
18 Jan 2010

Nilai tukar rupiah mengakhiri perdagangan pekan lalu di level 9.200/USS. Rupiah akhirnya
melemah setelah menunjukkan keperkasaan-nya sejak awal pekan lalu mendekati level
9.000/USS. Pada perdagangan Jumat (15/1), rupiah ditutup melemah ke level 9.205 per dolar
AS, dibandingkan penutupan kemarin di level 9.160 per USS.

Bank Indoneisa (BI) mengungkapkan, sempat menguatnya rupiah yang terjadi sejak awal pekan
lalu hingga menembus Rp 9.150 per USS dipicu oleh besarnya aliran modal masuk ke dalam
negeri. Aliran dana dari asing itu juga masuk ke semua negara berkembang baik yang suku
bunga acuannya tinggi ataupun rendah.

Pjs Gubernur BI Darmin Nasution pekan lalu mengakui penguatan rupiah akhir-akhir ini
memang tidak membuat semua pihak nyaman. BI akan membiarkan rupiah bergerak sesuai
mekanisme pasar tanpa mengarahkannya ke titik tertentu. "Kalau tanya comfort, di
perekonomian selalu saja ada pihak yang berbeda. Ada yang kepentingannya rupiah lemah, ada
yang punya kepentingan rupiah kuat," pungkasnya.

Posisi Ideal Menurut Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, KostamanThayib, koreksi
harga terhadap rupiah dinilai wajar setelah mengalami kenaikan, sehingga mata uang lokal untuk
sementara dapat bernafas sete-
lah rally yang berkelanjutan. Biarkan rupiah itu melemah karena hal itu akan dapat mendorong
produk Indonesia di pasar ekspor bisa kompetitip, katanya.

Rupiah, menurut dia idealnya berada pada posisi antara Rp9.200 sampai Rp9.500 per dolar.
"Saya kira rupiah idealnya bagi eksportir maupun importir berada pada kisaran antara Rp9.200
sampai 9.500 per dolar," ucapnya.
Rupiah, lanjut dia sebelumnya diperkirakan akan dapat mencapai angka Rp9.000 per dolar,
namun untuk mendekati angka 9.100 per dolar agak sulit karena Bank Indonesia telah masuk
pasar menjaga laju kenaikan mata uang Indonesia itu."Kami optimis BI tetap berada di pasar
menjaga rally rupiah

agar tidak dapat mendekati angka 9.000 per dolar," ucapnya. Ia mengatakan, rupiah yang
terpuruk saat ini masih berpeluang untuk kembali naik, karena pelaku asing masih berminat
bermain di pasar domestik, karena tingkat suku bunga rupiah masih tinggi dibanding dolar.
Karena itu peluang rupiah untuk menguat masih tetap besar, ujarnya.

Biarkan Pengamat pasar uang, Krisna Dwi Setiawan mengatakan, koreksi harga terhadap rupiah
saat !ni hendaknya dibiarkan saja, setelah beberapa lama mengalami kenaikan. Sebab penurunan
mata uang domestik itu akan mendorong nilai transaksi perdagangan Indonesia di pasar akan
menjadi lebih tinggi, katanya di Jakarta, Sabtu.

Krisna Dwi Setiawan Anwar yang juga analis PT Valbury Asia Securities, mengatakan, rupiah
idealnya berada di posisi antara 9.200 sampai 9.500 per dolar. Karena nilai tukar rupiah di level
tersebut, maka eksportir maupun importir akan dapat melakukan kegiatan usaha dengan lebih
baik, ucapnya.

Rupiah, lanjut dia sempat mencapai angka 9.150, namun kemudian kembali terkoreksi, karena
pelaku pasar melakukan aksi lepas mata uang lokal itu. Mata uang Indonesia sebelumnya
diperkirakan akan dapat mendekati angka 9.000 per dolar, namun sampai saat ini sulit mendekati
angka tersebut .

http://bataviase.co.id/detailberita-10526382.html
Sistem Pelayanan Ekspor-impor Satu Pintu Diresmikan
30 Jan 2010

Jakarta, Pelita

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat siang meresmikan penerapan sistem pelayanan satu
pintu pengurusan ekspor dan impor di Pelabuhan.

Peresmian sistem tersebut berlangsung di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Priok,
Dermaga Utara PT Ja-
karta International Countai-ner Terminal. Jakarta Utara. Wakil Presiden Boediono hadir dalam
kesempatan itu. didampingi sejumlah menteri kabinet Indonesia Bersatu II. Sistem pelayanan
satu pintu pengurusan ekspor dan Impor atau yang diberi nama Indonesia National Single
Window (INSW) merupakan suatu sistem layanan publik yang terintegrasi yang menyediakan
fasilitas pengajuan, pertukaran dan pemrosesan informasi standar secara elektronik.

Sistem tersebut untuk menyelesaikan semua proses kegiatan dalam penanganan lalu lintas barang
ekspor dan impor untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional.Dengan sistem Ini
dimungkinkan dilakukan penyampaian data dan Informasi secara tunggal, pemrosesan data dan
Informasi secara sinkron dan memadukan alur proses bisnis antara sistem kepabeanan, perizinan,
ekspor-impor, kepelabuhan, pembayaran, pengangkutan barang dan logistik serta sistem lain
yang terkait dengan penanganan lalu lintas barang ekspor dan impor. Sistem ini bisa diakses
melalui situs http//www.insw.go.id. Revitalisasi pertanian

Sementara itu. di tempat terpisah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga mengatakan
revitalisasi sektor pertanian, perkebunan dan perikanan yang sudah berhasil harus dilanjutkan ke
tahap berikutnya."Lima tahun lalu revitalisasi gelombang pertama pertanian, perikanan dan
perkebunan hasilnya nyata. Kita harus Jujur kalau yang berhasil katakan berhasil, yang tidak
katakan tidak berhasil, tetapi saya katakan belum cukup. Lima tahun mendatang kita lanjutkan
revitalisasi ke dua," kata Presiden saat membuka Seminar Nasional Pangan Kadin
Indonesia.Menurutnya, revitalisasi pertanian, perkebunan, perikanan gelombng ke dua akan
dilakukan dengan sasaran meningkatkan swasembada dan ketahanan pangan yang berkelanjutan
dan bisa ikut menjadi cadangan dan pemasok pangan bagi dunia.Sebanyak 15 komoditas yang
menjadi pilihan Kadin Indonesia dan Juga dipakai oleh Pemerintah adalah 4 komoditas strategis
yakni beras, jagung, gula dan kedelai.

Enam komoditas unggulan ekspor yakni kelapa sawit, kopi, teh, kakao, ikan tuna dan udang.
Sedangkan dua komoditas untuk menyehatkan masyarakat yakni ternak sapi dan ayam serta tiga
komoditas terpopuler yakni mangga, pisang dan jeruk."Sebanyak 15 komoditas ini sangat
penting, tetapi saya tltip yang lima, yaitu Jaga swasembada dan surplus beras, jagung. Segera
penuhi swasembada gula, mengurangi ketergantungan Impor kedelai dan meningkatkan
kecukupan suplai sapi." katanya.Presiden juga meminta agar ditingkatkan teknologi riset dan
pengembangan, dengan mencari inovasi-ino-vasi pe-ningkatan produksi tanpa membuka lahan
baru, (ant /Iz)
Gapkindo Tolak Bea Keluar Ekspor Karet
Posted on 12 July 2009 ·Tagged beacukai, ekspor, gapkindo, karet.

Gapkindo Tolak BK Ekspor Karet


Saturday, 11 July 2009

MEDAN(SI) – Pengusaha karet di Sumut menolak pemberlakuan bea keluar (BK) ekspor untuk
komoditas karet yang diberlakukan September nanti.

Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara Fauzi Hasbalah
menyatakan, penerapan BK akan semakin menambah biaya produksi para pengusaha yang
akhirnya berdampak terhadap petani karet. ”Kalau biaya yang harus dikeluarkan pengusaha lebih
besar, tentu tidak dimungkiri lagi mereka akan menekan harga karet di tingkat pabrik,” paparnya
di Medan kemarin.

Dia menilai BK ekspor belum saatnya diterapkan karena kondisi ekspor karet yang belum
normal. Pasar ekspor karet diprediksi baru bisa pulih dua hingga tiga tahun ke depan. Selain itu,
harga karet juga masih terus melemah. Saat ini harga karet berada di posisi USD1,5/kg.

”Pelemahan ekspor karet dan turunannya terjadi akibat krisis yang terjadi di Amerika Serikat
(AS) dan berdampak terhadap tujuan ekspor karet Sumut, seperti China dan Malaysia,”
paparnya. Hingga saat ini, belum ada pembicaraan lebih lanjut antara pemerintah serta para
pengusaha dan petani karet mengenai penetapan kebijakan baru itu.

Pihaknya menginginkan jika BK ditetapkan, hendaknya ada pemberitahuan terlebih dahulu


kepada petani dan pengusaha, setidaknya melalui asosiasi pengusaha karet. Hal itu sangat
penting dilakukan agar ke depan tidak ada yang dirugikan. ”Pemerintah harus menyosialisasikan
terlebih dahulu bagaimana penerapan aturan itu agar petani tidak dirugikan,”ujarnya.

Pada dasarnya, eksportir karet mau melakukan pembayaran apabila BK tetap diterapkan asal
realisasinya ke daerah jelas. Jangan sampai seperti komoditas minyak sawit mentah atau crude
palm oil (CPO).Pengutipannya tidak pernah dirasakan pemerintah kabupaten sebagai daerah
penghasil komoditas tersebut.

(jelia amelida)
Nilai Ekspor Jakarta Turun Gara-Gara Pasar Bebas

Bisnis | Published on 02/03/10 13:32

Rupiah (ist)

JAKARTA, PESATNEWS- Perjanjian perdagangan bebas antara China dan negara-negara di


ASEAN (China ASEAN Free Trade Agreement) cenderung membawa dampak buruk bagi iklim
ekspor impor di DKI Jakarta.

Buktinya, nilai ekspor melalui DKI pada Januari 2010 mengalami penurunan sebesar 4,80 persen
atau mencapai US$ 2,828 miliar dari nilai ekspor Desember yang mencapai US$ 2,968 miliar.
Namun bila dibandingkan dengan nilai ekspor bulan yang sama tahun 2009, nilai ekspor Januari
2010 masih lebih tinggi sebesar 20,50 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta menyebutkan penurunan juga terjadi pada kegiatan
impor melalui DKI Jakarta sepanjang Januari 2010. Angka impor menurun sebesar 19,85 persen
atau hanya mencapai US$ 4,423 miliar dari nilai impor Desember 2009 yang mencapai US$
5,242 miliar. Namun bila dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2009, nilai impor
Januari 2010 lebih tinggi sebesar 38,03 persen.

Kepala BPS DKI Jakarta Agus Suherman memprediksi kemungkinan besar terjadinya penurunan
nilai ekspor dan impor melalui DKI Jakarta sejak ditandatanganinya perjanjian perdagangan
bebas antara China dan negara-negara di ASEAN. Karena itu sejak awal 2010, komposisi bahan
baku dan penolong sisi komoditi sandang dari negara-negara lain menurun di Februari, kalah
dengan impor dan ekspor produk China. Akibatnya, harga pakaian pun lebih rendah karena
produk-produk China telah masuk ke Jakarta dengan harga lebih rendah dari produk lokal
maupun negara-negara ASEAN lainnya.

Terbukti sepanjang 2009, impor barang-barang China melalui DKI Jakarta menduduki pringkat
pertama mencapai nilai 60,32 persen. Produk-produk China yang diimpor terbesar antara lain
mesin dan peralatan listrik mencapai nilai US$ 2,2 miliar serta mesin dan pesawat mekanik
sebesar US$ 1,7 miliar. Menyusul produk bahan kimia organik, kapas, benda-benda terbuat besi
dan baja, buah-buahan, bahan kimia unorganik serta barang-barang plastik.

“Namun, impor pakaian jadi China belum kelihatan untuk tahun ini. Dengan adanya perjanjian
perdagangan bebas antara China dan negara-negara ASEAN, sudah kelihatan dampaknya yaitu
inflasi karena bahan sandang mengalami penurunan indeks,” ujar Agus yang dikutip dari situs
Pemprov DKI Jakarta, Selasa (2/3).

Nilai ekspor barang ke China melalui DKI Jakarta pada Januari 2010 masih di bawah peringkat
Amerika Serikat, Jepang, dan Thailand. Pada Januari 2010, nilai ekspor ke Amerika Serikat
melalui DKI Jakarta mencapai US$ 536,95 juta, nilai ekspor ke Jepang mencapai US$ 263,86
juta dan Thailand mencapai US$ 153,25 juta. Sedangkan nilai ekspor ke China melalui DKI baru
mencapai US$ 98,93 juta. Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan nilai ekspor ke
China pada bulan Desember 2009 yang mencapai US$ 128,46 juta.


Urus Ekspor-Impor Via Ponsel, Mau?

Sunday, 24 January 2010 10:41 |    

JAKARTA - Pengurusan izin ekspor impor kini semakin mudah karena pemerintah telah
membuka jalur khusus pelayanan terpadu kepabeanan secara elektronis nasional seluruh
Indonesia atau INSW melalui jaringan Indosat. Layanan ini membuat ekspotir dan importir
dapat menyelesaikan seluruh urusan dokumen perdagangan internasionalnya melalui telepon
genggam.

Silahkan dicoba di alamat situs http://m.indosat.com atau http://wap.indosat.com untuk


mengakses INSW (Indonesia National Single Window). "Sore ini, saya akan menandatangani
MoU (Nota Kesepahaman) dengan Indosat terkait layanan baru ini," ungkap Deputi Bidang
Koordinasi Perdagangan dan Perindustrian, Menko Perekonomian, Edy Putra Irawadi di Jakarta,
sore ini.

Pada saat situs INSW itu bisa diakses di telepon genggam, pengguna akan diminta mengisi kotak
username dan password. Kedua kata kunci itu hanya dimiliki oleh eksportir dan importir yang
sebelumnya mendaftarkan diri melalui situs INSW di personal computer. "Password dan
username memang terbatas untuk eksportir dan importir karena khusus untuk mengurus
perijinan," ungkap Edy.

Peluncuran Mobile-NSW ini sendiri baru akan dilakukan pada 29 Januari 2010. Namun,
penandatanganannya akan dilakukan lebih dahulu dengan Indosat. Adapun, khusus untuk
pemilik perangkat Blackberry, disediakan PIN khusus yang hanya bisa diakses oleh seluruh
eksportir dan importir. (pas) Sumber Waspada Online

 
Ekspor-Impor Turun Lagi, Jatim Berupaya Ekspor Langsung
 Kamis, 2 Juli 2009 | 10:03 WIB

SURABAYA - SURYA -Kinerja ekspor-impor nonmigas Jawa Timur kembali mencatat penurunan
ekspor selama bulan Mei 2009, setelah bulan sebelumnya (Maret-April) sempat naik drastis.
Dibandingkan Mei, penurunannya hanya berkisar 0,24 persen.

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) Jatim, dari total 10 komoditi ekspor terbesar
terdapat penurunan dari 779,16 juta dolar AS (April) menjadi 777,3 juta dolar AS (Mei).
Padahal, pada periode Maret ke April sempat naik drastis dari 547,96 juta dolar AS menjadi
779,16 juta dolar AS.

Kepala BPS Jatim Irlan Indrocahyo mengungkapkan, tembaga masih menjadi komoditi ekspor
terbesar di Jatim, meski nilai ekspornya drop sampai 16,25 persen dibandingkan bulan kemarin.

“Selain tembaga, ekspor ikan dan udang juga drop sampai 10,91 persen. Sedangkan ekspor
daging dan ikan olahan drop hingga 18,10 persen,” kata Irlan, di kantornya, Selasa (1/7). Dalam
paparan statistiknya, Jatim mengalami inflasi 0,11 persen (Juni), dan secara kumulatif 0,32
persen.

Menurut Irlan, Jepang masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar, khususnya produk ikan
dan mebel. Sayangnya, ekspor ke Jepang juga turun sampai 3,87 persen. Demikian halnya
ekspor ke China berupa produk ikan olahan, daging dan tembaga juga drop sampai 40,44
persen.

“Sebaliknya, ekspor ke Singapura naik signifikan sampai 119 persen, dari 18,64 juta dolar AS
(April) menjadi 40,83 juta dolar AS (Mei),” imbuhnya.

Irlan mengatakan, produk yang dieskspor ke Singapura sebagian besar tidak untuk dikonsumsi
langsung oleh penduduk setempat, melainkan dilempar lagi ke negara tetangga. “Kita akan
mengupayakan direct export (ekspor langsung) agar negara tujuan bisa menjadi konsumen
terakhir. Sebab apabila kita bisa melakukan direct export, nilai produk juga bisa lebih besar,”
ujarnya.

Selain penurunan ekspor, BPS juga mencatat penurunan impor nonmigas Mei sebesar 2,62
persen dibandingkan April. Berdasarkan impor 10 komoditi terbesar nilainya menurun dari
629,26 juta dolar menjadi 612,75 juta dolar AS.

“Penurunan terbesar impor produk ampas atau sisa industri makanan yang peruntukkannya
buat pakan ternak, turun sampai 24 persen. Selain itu, impor biji-biji berminyak turun 13
persen,” lanjutnya.

Negara asal impor terbesar masih dari China, namun nilai impor produk menurun 3,87 persen.
Impor dari Singapura juga turun 40,44 persen. Sebaliknya, impor dari Yordania naik drastis
119,11 persen.

Nonmigas Anjlok
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, kinerja ekspor nonmigas selama
Januari-Mei 2009 juga mengalami penurunan sekitar 21,19 persen dibanding periode yang
sama 2008. “Ekspor golongan lemak/minyak hewan dan nabati mengalami penurunan
signifikan sekitar 42,44 persen,” kata Ali Rosidi, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa di
Jakarta, Rabu (1/7).

Namun, komoditas lain mengalami kenaikan signifikan, yaitu kelompok bijih, kerak dan abu
logam sebesar 531 persen. Ekspor Indonesia ke negara tujuan utama seperti ke ASEAN, selama
Mei naik 23 persen, Eropa naik 31,5 persen, Jepang 37,33 persen dan negara lainnya rata-rata
naik 4,48 persen. Sementara, ekspor ke China turun 10,4 persen selama Mei.
Impor udang: salah sasaran dan diperlukan kebijakan alternative

23 October 2009

Rencana pemerintah untuk memperluas impor udang dinilai kontraproduktif dan keliru, alasan
lesunya produksi nasional bukan jalan yang tepat. Diperlukan revisi kebijakan dari produksi
yang berorientasi ekspor menjadi berorientasi pemenuhan kebutuhan lokal. Langkah yang mesti
diprioritaskan adalah dengan membenahi sistem produksi dan konsumsi udang nasional terlebih
dahulu. Demikian diungkapkan oleh M Riza Damanik dan Abdul Halim dari KIARA.

“Kebijakan perdagangan udang di indonesia selama ini sangat berorientasi untuk ekspor dan
cenderung mengabaikan pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Pemerintah cenderung melupakan
bagaimana meningkatkan kesejahteraan petambak udang,” papar Abdul.

Menurut M Riza, saat ini lebih dari 10% penduduk di setiap provinsi di Indonesia mengalami
rawan pangan. Kerentanan dipicu ekspor bahan mentah perikanan secara besar-besaran ke
Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa. Fenomena ini menjadi permasalahan yang harus
diselesaikan. Pemerintah didesak untuk memprioritaskan pemenuhan kebutuhan protein dalam
negeri terlebih dahulu yang akhirnya menjadi pijakan DKP dalam perumusan kebijakan nasional.

“Walaupun pemerintah berencana mengimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun
hal ini muncul sebagai kebijakan yang hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam jangka pendek.
Dalam hal ini DKP tidak mau dikatakan sebagai departemen yang gagal karena sulit memenuhi
kebutuhan udang dalam negeri,” jelas Abdul.

Akibat kebijakan ini, setidaknya terdapat dua imbas yang dialami oleh petambak dalam negeri.
Pertama mereka akan semakin sulit memasarkan produknya karena kalah bersaing dengan
produk impor. Produk impor mempunyai kualitas yang lebih bagus dan murah dibandingkan
dengan harga di pasaran nasional. Petambak akan semakin sengsara karena kebijakan impor
berpotensi menghentikan aktivitas produksi mereka. Kedua, kebijakan ini juga menghancurkan
keberlanjutan lingkungan hidup. Hal ini terjadi karena usaha tambak di Indonesia dieksploitasi
besar-besaran hanya untuk kebutuhan ekspor.

Untuk mengatasi hal ini M. Riza mengusulkan agar Pemerintah segera melakukan pembenahan
dalam tata kelola udang nasional. Langkah tersebut antara lain dengan melakukan evaluasi pada
ekspor barang mentah seperti udang hal ini diperlukan agar ekspor tidak dilakukan sembarangan
tanpa mengindahkan kebutuhan dalam negeri. Pencegahan terhadap praktek monopoli pasar
udang nasional juga perlu, mengingat banyak pemain besar yang berpotensi memonopoli pasar.

Selain itu, peran petambak tradisional juga perlu diperkuat mengingat jutaan rakyat kecil
menggantungkan hidupnya pada sektor pertambakan. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan subsidi dan harga benih murah kepada petambak, memberikan perlindungan atas
kesehatan mereka melalui asuransi jiwa, dan memberikan akses yang mudah bagi petambak
untuk memasarkan hasil produksinya. Dan yang terakhir adalah dengan menyiapkan regulasi
guna memperkuat peran negara mengantisipasi tekanan pasar yang merugikan petambak dan
lingkungan. Selain itu, juga untuk memastikan tidak terjadinya kejahatan korporasi yang
merugikan petambak dan lingkungan. (RR)

 
KLIPPING

EKSPOR DAN IMPOR

DISUSUN OLEH : FARIZ TAUFIQURRAHCMAN

KELAS : 6B

SD BINA BANGSA PALEMBANG

TAHUN PELAJARAN 2009-2010

DAFTAR ISI
1. Ekspor Impor Terhambat Ketatnya Likuiditas Perbankan
2. …..
3. …
4. ….
5. …
6. …
7. …
8. …
9. …
10. ……
11. ….
12. ….
13. Impor Udang Salah Sasaran dan Diperlukan Kebihakan Alternatif

Anda mungkin juga menyukai